Anda di halaman 1dari 35

MINI PROJECT

VAKSINASI COVID-19 DOSIS 1 ASTRAZENECA DI PUSKESMAS


KELURAHAN RAWAMANGUN PERIODE MEI – AGUSTUS 2021

Pembimbing:
dr. Lintang Aprilia

Disusun oleh:
dr. Bella Bonita
dr. Irene Novita
dr. Kevin Ponthy
dr. Muhammad Faisal Indrasyah
dr. Nisa Fitriani Daud
dr. Saisabela P. Andina

PROGRAM INTERNSHIP
KOMITE INTERNSIP DOKTER INDONESIA
PUSKESMAS KELURAHAN RAWAMANGUN
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan nikmatnya
yang tidak terhingga karena atas nikmat-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan karya tulis
ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia
(PIDI) dengan judul “Vaksinasi Covid-19 Dosis 1 AstraZeneca Di Puskesmas Kelurahan
Rawamangun Periode Mei – Agustus 2021”. Penyusunan karya tulis ini tidak lepas dari bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya disertai penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada:
1. dr. Lintang Aprilia selaku Kepala Puskesmas Kelurahan Rawamangun dan dokter pendamping,
atas bantuan serta dukungan yang telah diberikan selama masa internsip, atas izin yang telah
diberikan dalam melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Rawamangun.
2. Seluruh staf Puskesmas Kelurahan Rawamangun atas bantuan dan kerjasama dalam kelancaran
penelitian ini.
3. Terima kasih kepada semua pihak, termasuk seluruh responden yang telah bersedia memberikan
informasi yang diperlukan sebagai data penelitian ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis
terbuka kepada saran dan masukan yang membangun untuk menyempurnakan tulisan ini. Semoga
hasil penelitian yang disajikan dalam karya tulis ini dapat berguna bagi ilmu pengetahuan dan
banyak pihak. Semoga semua pihak yang telah membantu penyusunan Mini Project ini diberkati
dan dirahmati oleh Allah SWT.

Jakarta, 3 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................6


2.1 Definisi Imunisasi dan Vaksinasi......................................................................................................6
2.2 Tujuan Vaksinasi...............................................................................................................................8
2.3 Efek Samping Vaksin.......................................................................................................................9
2.4 Sasaran Kelompok Penerima Vaksin AstraZeneca.........................................................................10
2.5 Tahapan Pemberian Vaksinasi COVID-19.....................................................................................11
2.6 Vaksin COVID-19 yang Diedarkan di Indonesia: AstraZeneca......................................................12

BAB III EVALUASI PROGRAM..................................................................................................15


3.1 Tingkat Pencapaian Vaksin Masyarakat Umum..............................................................................15
3.2 Proses Pelaksanaan Vaksinasi Masyarakat Umum di Puskesmas Kelurahan Rawamangun............16
3.3 Identifikasi Masalah........................................................................................................................18
3.4 Identifikasi Penyebab Masalah........................................................................................................19
3.5 Prioritas Penyebab Masalah............................................................................................................21
3.6 Alternatif Penyelesaian Masalah.....................................................................................................22

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................................26

LAMPIRAN 1...................................................................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


COVID-19 merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus SARS-CoV2 yang saat ini
sedang marak terjadi di seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Infeksi saluran pernapasan
menjadi salah satu kondisi yang lazim ditemukan pada pasien yang terinfeksi oleh virus ini.
Bermula dari Kota Wuhan, Hubei, China pada Bulan Desember 2020, infeksi ini terus menyebar ke
seluruh dunia. Sudah >12 bulan, COVID-19 ditetapkan oleh WHO sebagai kedaruratan kesehatan
masyarakat yang meresahkan dunia (KKMMD), yang saat ini lebih dikenal dengan istilah
pandemi.1

Angka kesakitan dan kematian COVID-19 di Indonesia semakin meningkat. Menurut data 26 juni
2021, jumlah temuan kasus baru COVID-19 di Indonesia mencapai angka 28.228 kasus baru.
Angka kasus aktif di DKI Jakarta mencapai 3.194.733 kasus dan angka kematian mencapai 84.766
kasus.2

Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah proses penularan yang diharapkan berdampak signifikan
dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit COVID-19. Disamping promosi
upaya gerakan 3M yaitu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak, pemberian vaksinasi
AztraZeneca diharapkan menjadi salah satu upaya yang efektif dalam menurunkan angka
penularannya.3

Presiden Republik Indonesia sudah menetapkan per tanggal 6 Oktober 2020, Peraturan Presiden
tentang pengadaan vaksin dan pelaksanaan program vaksinasi untuk menanggulangi pandemi
COVID-19. Perpres tersebut menetapkan bahwa pemerintah akan mempersiapkan pengadaan dan
distribusi vaksin serta pelaksanaan vaksinasi di Indonesia. Disamping itu, Kementerian Kesehatan
dan UNICEF telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dalam memastikan vaksin tersedia
dengan harga terjangkau. Dengan kesepakatan tersebut secara tidak langsung, lembaga kesehatan
internasional dalam hal ini adalah WHO akan menjamin kelancaran dan pengadaan vaksin
AztraZeneca di Indonesia.3
Program vaksinasi COVID-19 di Indonesia direncanakan berlangsung dari bulan Februari 2021
hingga Maret 2022, tersusun dalam empat tahap. Tahap kedua berlangsung dari Bulan Januari 2021
hingga Bulan April 2021. Target sasaran vaksinasi pada tahap ini adalah kelompok lansia dan
petugas pelayanan publik (TNI, Kepolisian, Aparat publik lain).4 Tahap ke tiga lansia, dan orang
dewasa di atas umur 18 tahun ke atas.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Melakukan evaluasi pelaksanaan vaksinasi AztraZeneca Puskesmas Kelurahan Rawamangun
sampai dengan 28 Juni 2021.
1.2.2 Tujuan Khusus
- Mengidentifikasi persentase kesuksesan program vaksinasi AztraZeneca Kelurahan
Rawamangun
- Mengidentifikasi masalah dalam pelaksanaan vaksinasi AztraZeneca Kelurahan
Rawamangun
- Merumuskan alternatif solusi pemecahan masalah program vaksinasi AztraZeneca
Kelurahan Rawamangun

1.3 Manfaat
- Menyesuaikan target dan realisasi cakupan vaksinasi COVID-19 di wilayah Rawamangun.
- Meningkatkan usaha promotif dan edukasi mengenai vaksinasi COVID-19 AztraZeneca di
Rawamangun.

1.4 Dasar Hukum


- Perpres no. 99 tahun 2020 tentang pengadaan vaksin dan pelaksanaan vaksinasi dalam
rangka penanggulangan pandemi COVID-19.
- PMK no. 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan vaksinasi.5
- PMK no. 84 tahun 2020 tentang pelaksanaan vaksinasi dalam rangka penanggulangan
pandemi COVID-19.6
- PMK no. 28 tahun 2020 tentang pelaksanaan pengadaan vaksin dalam rangka
penanggulangan pandemi COVID-19.7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Imunisasi dan Vaksinasi

2.1.1 Definisi Imunisasi


Imunisasi adalah upaya pembentukan kekebalan tubuh seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga
apabila suatu saat terkena penyakit yang sama tidak akan sakit atau hanya timbul sakit ringan.
Imunisasi didapatkan baik secara alami maupun buatan. Bentuk proses imunisasi alami ditemukan
pada kondisi infeksi alami, sedangkan bentuk proses imunisasi buatan ditemukan pada kondisi
vaksinasi.4

Tabel 1. Perbedaan Imunisasi Alami dan Vaksinasi

Imunisasi Alami (Infeksi Alami) Imunisasi Buatan (Vaksinasi)

Infeksi alami menimbulkan penyakit Vaksinasi tidak menimbulkan penyakit

Menimbulkan gejala ringan hingga berat Menimbulkan efek samping ringan, kemungkinan
timbul efek samping berat kecil

Kekebalan yang terbentuk tidak Kekebalan yang terbentuk berlangsung lebih lama
berlangsung lama
Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Buku Saku Info Vaksin. Komite Penanganan COVID-19
dan Pemulihan Ekonomi Nasional. Jakarta.

2.1.2 Definisi Vaksinasi


Vaksinasi merupakan salah satu bentuk imunisasi yang didapatkan secara buatan, dengan cara
menyuntikan antigen agen penyebab suatu penyakit ke dalam tubuh sehingga tubuh dapat
membentuk sistem kekebalan. Zat antigen yang disuntikkan ke dalam tubuh dikenal dengan istilah
vaksin.4

2.1.3 Mekanisme Kerja Vaksin mRNA


COVID-19 disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang merupakan bagian dari genus
betacoronavirus. Seperti virus genus betacoronavirus lain, SARS-CoV-2 menyandi empat protein
struktur utama, yaitu spike (S) protein, small envelope protein, matrix protein, dan nucleocapsid
protein. S protein merupakan protein yang berperan penting dalam replikasi virus melalui ikatannya
dengan reseptor ACE2 dalam tubuh manusia. Mekanisme inilah yang menjadi dasar pembuatan
vaksin mRNA COVID-19. Vaksin mRNA COVID-19 mengandung mRNA yang menyandi S
protein agar tubuh dapat membentuk sistem imun adaptif terhadap SARS-CoV-2. Vaksin mRNA
dapat berupa vaksin mRNA konvensional berisi mRNA yang serupa dengan molekul mRNA sel
induk maupun vaksin mRNA self-amplifying berisi mRNA yang telah direkayasa.8,9-11

Proses pembentukan sistem imun adaptif oleh vaksin mRNA COVID-19 dimulai dari injeksi vaksin
ke dalam tubuh, biasanya melalui intramuskular. Di otot, mRNA yang terbungkus oleh lipid
nanoparticles dari vaksin yang diinjeksikan akan masuk ke dalam miosit melalui endositosis.
mRNA kemudian dilepaskan ke dalam sitoplasma dan menyandi S protein dalam ribosom agar
pembentukan S protein terjadi. S protein kemudian dapat mengalami pemecahan menjadi peptida
atau keluar dari sel melalui aparatus golgi (exogenous).8,9-11

Peptida yang berada dalam sel akan masuk ke dalam major histocompatibility complex(MHC) class
I molecules (MHC I). MHC I ini kemudian akan keluar dari sel. Sedangkan S protein yang telah
keluar dari sel sebelumnya akan masuk ke sel dendritik melalui endositosis dan didegradasi di
dalam endosom menjadi MHC class II molecules (MHC II). Selain itu, S protein tersebut dapat
dipresentasikan menjadi MHC I melalui cross-presentation pada sel dendritik.8,9-11

MHC I dan MHC II dipresentasikan masing-masing sebagai antigen dan menginduksi sel T yang
berbeda. MHC I akan menginduksi sel T CD8 +, sedangkan MHC II akan menginduksi sel T CD4 +.
Aktivasi sel T CD8+ akan menyebabkan terbentuknya sistem imun antigen specific cytotoxic T-cell
mediated. Di sisi lain, aktivasi CD4+ akan menyebabkan naïve B cell menjadi memory B cell. Kedua
kompleks imun ini kemudian akan merusak S protein dan mRNA dari vaksin melalui pembentukan
antibodi. Dengan demikian, sistem imun adaptif terhadap SARS-CoV-2 telah terbentuk.8,9-11

COVID-19 disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang merupakan bagian dari genus
betacoronavirus. Seperti virus genus betacoronavirus lain, SARS-CoV-2 menyandi empat protein
struktur utama, yaitu spike (S) protein, small envelope protein, matrix protein, dan nucleocapsid
protein. S protein merupakan protein yang berperan penting dalam replikasi virus melalui ikatannya
dengan reseptor ACE2 dalam tubuh manusia. Mekanisme inilah yang menjadi dasar pembuatan
vaksin mRNA COVID-19. Vaksin mRNA COVID-19 mengandung mRNA yang menyandi S
protein agar tubuh dapat membentuk sistem imun adaptif terhadap SARS-CoV-2. Vaksin mRNA
dapat berupa vaksin mRNA konvensional berisi mRNA yang serupa dengan molekul mRNA sel
induk maupun vaksin mRNA self-amplifying berisi mRNA yang telah direkayasa.8,9-11

Proses pembentukan sistem imun adaptif oleh vaksin mRNA COVID-19 dimulai dari injeksi vaksin
ke dalam tubuh, biasanya melalui intramuskular. Di otot, mRNA yang terbungkus oleh lipid
nanoparticles dari vaksin yang diinjeksikan akan masuk ke dalam miosit melalui endositosis.
mRNA kemudian dilepaskan ke dalam sitoplasma dan menyandi S protein dalam ribosom agar
pembentukan S protein terjadi. S protein kemudian dapat mengalami pemecahan menjadi peptida
atau keluar dari sel melalui aparatus golgi (exogenous).8,9-11

Peptida yang berada dalam sel akan masuk ke dalam major histocompatibility complex(MHC) class
I molecules (MHC I). MHC I ini kemudian akan keluar dari sel. Sedangkan S protein yang telah
keluar dari sel sebelumnya akan masuk ke sel dendritik melalui endositosis dan didegradasi di
dalam endosom menjadi MHC class II molecules (MHC II). Selain itu, S protein tersebut dapat
dipresentasikan menjadi MHC I melalui cross-presentation pada sel dendritik.8,9-11

MHC I dan MHC II dipresentasikan masing-masing sebagai antigen dan menginduksi sel T yang
berbeda. MHC I akan menginduksi sel T CD8 +, sedangkan MHC II akan menginduksi sel T CD4 +.
Aktivasi sel T CD8+ akan menyebabkan terbentuknya sistem imun antigen specific cytotoxic T-cell
mediated. Di sisi lain, aktivasi CD4+ akan menyebabkan naïve B cell menjadi memory B cell. Kedua
kompleks imun ini kemudian akan merusak S protein dan mRNA dari vaksin melalui pembentukan
antibodi. Dengan demikian, sistem imun adaptif terhadap SARS-CoV-2 telah terbentuk.8,9-11

2.2 Tujuan Vaksinasi

2.2.1 Tujuan Umum


Secara umum, tujuan vaksinasi adalah untuk mengurangi proses penularan penyakit infeksi,
menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit infeksi, serta mempertahankan
produktivitas individu yang terinfeksi.4
2.2.2 Tujuan Khusus
Secara khusus, tujuan vaksinasi adalah untuk mencapai kondisi kekebalan komunitas (herd
immunity). Kekebalan komunitas merupakan kondisi kekebalan yang terbentuk dalam suatu
populasi jika 75 persen populasi sudah dilakukan vaksinasi, sehingga secara tidak langsung individu
yang belum divaksin dalam populasi tersebut akan kebal.4

2.3 Efek Samping Vaksin


Sama seperti obat, vaksin yang dimasukan kedalam tubuh memberikan suatu respon positif dan
dapat pula memberikan respon negatif. Respon positif yang diharapkan adalah terbentuknya
kekebalan tubuh untuk suatu penyakit, sedangkan respon negatifnya adalah timbulnya efek samping
dari vaksin. Efek samping vaksin termasuk kedalam kondisi yang disebut dengan KIPI.4

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) merupakan semua kejadian medik yang terjadi 28 hari
setelah vaksinasi, bisa berhubungan atau tidak berhubungan dengan vaksin. Reaksi ini digolongkan
menjadi reaksi lokal dan reaksi sistemik. Reaksi lokal merupakan reaksi yang timbul di tempat
dilakukan penyuntikan vaksin seperti kemerahan, nyeri di tempat suntikan, dan bengkak. Reaksi
sistemik merupakan reaksi yang dirasakan secara umum oleh tubuh seperti nyeri kepala, demam,
nyeri otot, dan lemas.4

Bentuk reaksi KIPI berat disebut dengan reaksi anafilaksis. Reaksi ini timbul sebagai respon alergi
tubuh terhadap zat vaksin yang disuntikkan, namun gejala yang ditimbulkan bersifat berat dan
mendadak. Reaksi ini bersifat fatal bahkan jika tidak dilakukan penanganan yang tepat dapat
menyebabkan kematian. Insidensi reaksi anafilaksis pada vaksin COVID-19 seperti Sinovac dan
Pfizer, memiliki probabilitas <1 persen.4
2.4 Sasaran Kelompok Penerima Vaksin AstraZeneca
Tabel 2. Sasaran Kelompok Penerima Vaksin AstraZeneca

Kelompok yang tidak dapat divaksin/


Kelompok yang dapat divaksin
ditunda mendapatkan vaksin

Dewasa berusia >18 tahun Penyintas COVID-19 (Ditunda 3 bulan


setelah sembuh dari COVID-19)

Penyakit kejiwaan Infeksi akut

Riwayat Hipertensi (<180/110mmHg) Riwayat pengobatan keganasan / kanker

Riwayat Diabetes Melitus (tanpa keluhan akut) Riwayat kelainan darah

Riwayat penyakit jantung, ginjal, hepar, paru Riwayat penyakit autoimun


(TBC, PPOK, Asma) tanpa keluhan akut

Riwayat alergi vaksin

Anak, wanita hamil


Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Buku Saku Info Vaksin. Komite Penanganan COVID-19
dan Pemulihan Ekonomi Nasional. Jakarta.

2.4.1 Vaksinasi pada Ibu Hamil dan Menyusui


Vaksinasi COVID-19 pada ibu hamil untuk saat ini sudah diperbolehkan namun menggunakan
vaksin Sinovac dengan perhitungan rentang usia kehamilan yang relatif aman dan diberikan
terutama untuk ibu hamil berisiko tinggi. Ibu menyusui boleh untuk divaksin.4

2.4.2 Vaksinasi pada Anak dan Lansia


Vaksinasi COVID-19 pada anak untuk saat ini sudah dapat diberikan pada anak berusia 12-17 tahun
menggunakan vaksin Sinovac. Berdasarkan uji klinis terbaru, vaksin Sinovac dan AstraZeneca yang
diedarkan di Indonesia diperbolehkan diberikan pada lansia. Disamping itu, vaksin Pfizer yang
dianggarkan akan digunakan di Indonesia sudah bisa diberikan pada golongan lansia.4

2.4.3 Vaksinasi pada Penyintas COVID-19


Vaksinasi COVID-19 pada penyintas COVID-19 dapat diberikan dengan kurun waktu 3 bulan
setelah dinyatakan sembuh infeksi COVID-19 sebelumnya. Hal ini berhubungan dengan titer
antibodi didalam tubuh, berdasarkan penelitian titer antibodi pada penyintas COVID-19 menurun
dalam kurun waktu 3 bulan, sehingga setelah titer antibodi menurun vaksinasi dapat dilakukan.4

2.4.4 Vaksinasi pada Komorbid Hipertensi


Vaksinasi COVID-19 pada individu dengan komorbid hipertensi dapat diberikan dengan catatan
tekanan darah sistolik <180 mmHg dan diastolik <110 mmHg dengan atau tanpa pengobatan
sebelum divaksin.4

2.4.5 Vaksinasi pada Komorbid Diabetes Melitus


Vaksinasi COVID-19 pada individu dengan komorbid diabetes melitus dapat diberikan dengan
catatan individu memiliki kadar gula darah terkontrol dengan pengobatan.4

2.5 Tahapan Pemberian Vaksinasi COVID-19


Program vaksinasi COVID-19 di Indonesia direncanakan berlangsung dari bulan Februari 2021
hingga Maret 2022, tersusun dalam empat tahap berdasarkan skala prioritas penerima yaitu :
1. Tahap satu
Tahap satu berlangsung dari Bulan Januari 2021 hingga Bulan April 2021. Target sasaran
vaksinasi pada tahap ini adalah tenaga kesehatan yang bekerja di fasilitas kesehatan.
2. Tahap dua
Tahap dua berlangsung dari Bulan Januari 2021 hingga Bulan April 2021. Target sasaran
vaksinasi pada tahap ini adalah petugas pelayanan publik (TNI, Kepolisian, Aparat publik
lain) dan kelompok lansia (≥60 tahun).
3. Tahap tiga
Tahap tiga berlangsung dari Bulan April 2021 hingga Bulan Maret 2022. Target sasaran
vaksinasi adalah kelompok masyarakat rentan (sosial, ekonomi, dan geospasial)
4. Tahap empat
Tahap empat berlangsung dari Bulan April 2021 hingga Bulan Maret 2022. Target sasaran
vaksinasi adalah masyarakat umum. Proses vaksinasi dilakukan dengan metode pendekatan
kluster.4

2.6 Vaksin COVID-19 yang Diedarkan di Indonesia: AstraZeneca


Sejak tahun 2020, Pemerintah Indonesia sudah bekerja sama dengan empat perusahaan vaksin
COVID-19 di tiga negara yang berbeda. Vaksin yang sudah diedarkan untuk proses vaksinasi
adalah Vaksin Sinovac berasal dari China, dan vaksin AstraZeneca dari Inggris, sedangkan vaksin
lain yang masih dipersiapkan untuk diedarkan adalah Vaksin Novovax dan Pfizer dari Amerika
Serikat.3,4

2.6.1 Vaksin AstraZeneca


Vaksin COVID-19 AstraZeneca adalah vaksin yang dapat mencegah orang sakit akibat
COVID-19. Vaksin COVID-19 AstraZeneca tidak mengandung virus SARS-CoV-2 hidup,
dan tidak dapat menularkan COVID-19. Vaksin ini berisi kode genetik untuk bagian penting
dari virus SARS-CoV-2 yang disebut protein lonjakan (spike protein). Protein lonjakan telah
dimasukkan ke dalam virus 'pembawa' flu biasa yang tidak berbahaya (adenovirus).
Pembawa adenovirus membawa protein lonjakan ke dalam sel Anda sehingga sel-sel dapat
membacanya dan membuat salinan protein lonjakan. Sistem kekebalan tubuh Anda
kemudian akan belajar mengenali dan melawan virus SARS-CoV-2. Adenovirus telah
dimodifikasi sehingga tidak dapat mereplikasi setelah berada di dalam sel-sel. Ini berarti
tidak dapat menyebar ke sel lain dan menyebabkan infeksi. Untuk mencegah COVID-19,
setiap orang berusia 16 tahun ke atas seharusnya mendapatkan vaksinasi. Vaksin COVID-19
AstraZeneca cocok untuk orang berusia 18 tahun ke atas, dengan beberapa pengecualian
yang ditentukan dalam lembar informasi ini. Orang berusia 16 dan 17 tahun dapat menerima
vaksin yang berbeda (Comirnaty, vaksin Pfizer COVID-19). Vaksinasi bersifat sukarela.
Anda dapat mendiskusikan kekhawatiran atau pertanyaan yang Anda miliki tentang
vaksinasi COVID-19 dengan penyedia imunisasi dan/atau dokter umum Anda sebelum
menerima vaksin.

2.6.2 Manfaat Vaksin AstraZeneca


Kombinasi beberapa uji klinis menunjukkan bahwa Vaksin COVID-19 AstraZeneca efektif
dalam mencegah COVID-19 pada orang berusia 18 tahun ke atas. Orang yang mendapatkan
dua dosis Vaksin COVID-19 AstraZeneca sekitar 62-70 persen lebih kecil kemungkinannya
terjangkit COVID-19 dibandingkan dengan orang yang tidak mendapatkan vaksin tersebut.
Karena sejumlah kecil orang berusia 65 tahun ke atas yang termasuk dalam uji klinis
tersebut, kami belum yakin jika vaksin sama efektifnya pada orang di atas usia 65 tahun
dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih muda. Namun, tidak satupun dari orang yang
lebih tua ini yang menerima vaksin mendapat penyakit COVID-19 parah atau memerlukan
perawatan di rumah sakit. Pengalaman awal di Skotlandia menunjukkan bahwa vaksinasi
COVID-19 efektif dalam mencegah kebutuhan untuk perawatan di rumah sakit bagi orang
yang lebih tua yang terkena COVID-19, dan kebanyakan dari mereka menerima Vaksin
COVID-19 AstraZeneca. Lebih banyak data tentang efektivitas vaksin ini pada orang
dewasa yang lebih tua diharapkan akan segera tersedia.

Perlindungan terhadap COVID-19 dimulai dari sekitar 3 minggu setelah dosis pertama
Vaksin COVID-19 AstraZeneca. Sementara satu dosis dapat memberikan beberapa
perlindungan, mungkin hanya berlangsung untuk jangka pendek hingga sekitar 12 minggu.
Dosis kedua meningkatkan tingkat antibodi dan kemungkinan akan memperpanjang durasi
perlindungan. Dalam uji klinis yang dijelaskan di atas, vaksin tampaknya lebih efektif bila
orang melewati interval yang lebih lama antara 2 dosis. Oleh karena itu lebih baik menerima
2 dosis sekitar 12 minggu terpisah. Tidak ada vaksin yang 100 persen efektif, jadi ada
kemungkinan Anda masih bisa sakit akibat COVID-19 setelah vaksinasi. Kami belum tahu
berapa lama perlindungan dari Vaksin COVID-19 AstraZeneca akan berlangsung setelah
mendapatkan dua dosis. Kami akan belajar lebih banyak tentang ini dari waktu ke waktu.
Saat ini kami belum tahu seberapa efektif vaksin COVID-19 dalam mencegah penyebaran
virus. Ini berarti bahwa SARS-CoV-2 kemungkinan masih dapat menginfeksi orang yang
telah divaksinasi. Bahkan jika mereka tidak mengalami gejala atau hanya mengalami gejala
ringan mereka masih bisa menyebarkannya kepada orang lain. Oleh karena itu penting untuk
melanjutkan tindakan pencegahan lainnya seperti:
• menjaga jarak fisik
• mencuci tangan
• memakai masker wajah
• mendapatkan tes COVID-19 dan mengikuti karantina/isolasi sebagaimana
dipersyaratkan
Apabila telah divaksinasi dengan dua dosis Vaksin COVID-19 AstraZeneca, namun
memiliki gejala (seperti demam, batuk, sakit tenggorokan) maka masih harus menjalankan
tes COVID-19.

2.6.3 Kriteria penerima Vaksin AstraZeneca


Orang yang berusia 18 tahun ke atas dapat menerima Vaksin COVID-19 AstraZeneca ini.
Kelompok orang tertentu diprioritaskan untuk menerima vaksin terlebih dahulu karena
mereka berisiko lebih tinggi terkena virus COVID-19 (misalnya petugas di fasilitas
perbatasan atau karantina, fasilitas kesehatan atau fasilitas perawatan lansia) atau penyakit
parah dan kematian akibat COVID-19 (misalnya orang yang lebih tua atau yang memiliki
kondisi kesehatan tertentu), atau jika mereka bekerja dalam layanan yang penting untuk
fungsi masyarakat. Vaksin AstraZeneca masih belum dapat diberikan apabila pernah
mengalami:
• anafilaksis (sejenis reaksi alergi yang parah) terhadap dosis Vaksin COVID-19 yang
sama sebelumnya, atau
• anafilaksis setelah terpapar komponen vaksin COVID-19 apapun.
Apabila pernah mengalami riwayat alergi, perlu dilakukan tindakan pencegahan yaitu
menunggu selama 15 menit untuk dilakukan observasi setelah mendapatkan vaksin.

2.6.4 Kondisi khusus yang perlu diperhatikan sebelum vaksinasi


a. Orang dengan imunokompromi
Vaksin COVID-19 AstraZeneca tidak bertindak seperti 'vaksin hidup'. Pembawa
adenovirus telah dimodifikasi sehingga tidak dapat mereplikasi atau menyebar ke sel
lain, dan tidak dapat menyebabkan infeksi. Aman pada orang dengan
imunokompromi. Orang dengan imunokompromi, termasuk orang yang hidup
dengan HIV, memiliki risiko penyakit parah yang lebih tinggi dari yang disebabkan
COVID-19, termasuk risiko kematian yang lebih tinggi. Uji klinis untuk Vaksin
COVID-19 AstraZeneca tidak mencakup orang dengan imunokompromi.
b. Perempuan sedang hamil atau menyusui
Perempuan menyusui dapat menerima vaksin AstraZeneca dan tidak perlu berhenti
menyusui setelah vaksinasi. Untuk perempuan hamil tidak dianjurkan mendapatkan
vaksin AstraZeneca, namun vaksinasi dapat dipertimbangkan apabila berisiko tinggi
terpapar COVID-19 akibat pekerjaan atau memiliki faktor risiko penyakit parah.
c. Orang dengan riwayat COVID-19 harus menunggu minimal 3 bulan sebelum
mendapatkan vaksinasi COVID-19

2.6.5 Vaksin COVID-19 AstraZeneca dan anak-anak


Vaksin COVID-19 AstraZeneca hanya disetujui secara sementara untuk digunakan pada
orang berusia 18 tahun ke atas, dan tidak dapat diberikan kepada orang yang lebih muda.
Risiko COVID-19, terutama penyakit parah, pada anak-anak lebih rendah dibandingkan
pada remaja dan orang dewasa yang lebih tua.
BAB III
EVALUASI PROGRAM

3.1 Tingkat Pencapaian Vaksin Masyarakat Umum


Program vaksinasi COVID-19 tahap pertama pada masyarakat umum, khususnya untuk kelompok
pre-lansia (50-59 tahun) dan masyarakat rentan, sudah mulai dikerahkan di wilayah kecamatan
Pulogadung pada 5 Mei 2021 dengan menggunakan vaksin AstraZeneca hingga tanggal 28 Juni
2021. Wilayah ini memiliki tujuh kelurahan, salah satunya adalah kelurahan Rawamangun. Menurut
Komite Penanganan COVID-19 dan data Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI, data sasaran masyarakat
berusia ≥18 tahun total sebanyak 221.282 orang, termasuk didalamnya terdapat wilayah kelurahan
Rawamangun yang memiliki 33.213 masyarakat yang tersebar di 167 RT. Program vaksinasi ini
dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Puskesmas Kelurahan Rawamangun dan secara massal di SDN
05 Rawamangun. Kegiatan dilaksanakan dengan tetap memperhatikan protokol COVID-19 yaitu
dengan memakai masker, menjaga jarak minimal 1meter dan disediakan tempat untuk mencuci
tangan.12

Tabel 3. Data sebaran masyarakat umum usia ≥ 18 tahun di wilayah kecamatan Pulogadung

No Kelurahan Dinkes DKI


1 Pulogadung 30.445
2 Rawamangun 33.213
3 Cipinang 34.753
4 Jati 29.077
5 Jatinegara Kaum 21.571
6 Pisangan Timur 36.088
7 Kayu Putih 36.135
Total 221.282

Calon peserta vaksinasi dapat mendaftarkan dirinya dengan mengambil nomor antrian on the spot
yang diadakan sejak pagi hari sebelum acara vaksinasi dimulai. Terdapat kuota harian sebanyak
200-250 orang yang akan divaksin perharinya. Hasil capaian vaksinasi di wilayah kecamatan
Pulogadung yang tervaksinasi dosis 1 per 28 juni 2021 didapatkan sebanyak 79.103 jiwa, yaitu
hanya sekitar 35,7% yang sudah tervaksinasi.12 Vaksin yang digunakan pada evaluasi program kali
ini adalah vaksin AstraZeneca yang izin penggunaannya terbit untuk penyuntikan dosis 1 sejak
tanggal 5 Mei – 28 Juni 2021.

Tabel 4 . Hasil capaian vaksinasi masyarakat umum usia ≥18 tahun hingga 28 Juni di wilayah
Pulogadung

Jumlah Sasaran belum Persentasi Capaian


No Kelurahan
Sasaran divaksinasi Vaksinasi
1 Pulogadung 30.445 15.801 48,1%
2 Rawamangun 33.213 21.102 36,5%
3 Cipinang 34.753 24.013 30,9%
4 Jati 29.077 18.971 34,8%
5 Jatinegara Kaum 21.571 14.918 30,8%
6 Pisangan Timur 36.088 22.703 37,1%
7 Kayu Putih 36.135 24.083 33,4%
Total 221.282 141.591 36%
Sumber: Dinkes DKI

Berdasarkan data rekap pada hingga tanggal 28 Juni 2021, jumlah total masyarakat umum ≥18
tahun yang telah divaksinasi menggunakan AstraZeneca di wilayah Kecamatan. Pulogadung hanya
tercapai 36% dari jumlah sasaran. Untuk wilayah kelurahan Rawamangun sendiri capaiannya hanya
36,5%. Setelah periode pemberian dosis 1 AstraZeneca selesai, dimulai pemberian vaksinasi
Sinovac dosis 1 pada masyarakat umum semenjak tanggal 29 Juni 2021. Apabila dibandingkan
dengan penggunaan vaksin Sinovac pada masyarakat umum, diperhatikan bahwa angka capaian
vaksinasi masyarakat umum ≥18 tahun dengan vaksin AstraZeneca lebih rendah. Oleh karena itu,
penulis ingin melakukan evaluasi penyebab rendahnya cakupan vaksinasi masyarakat umum dengan
vaksin AstraZeneca.
3.2 Proses Pelaksanaan Vaksinasi Masyarakat Umum di Puskesmas Kelurahan
Rawamangun
Pelaksanaan vaksinasi ini perlu dilakukan pencatatan dan pelaporan. Pencatatan hasil pelayanan
vaksinasi dilakukan secara elektronik melalui sistem informasi satu data vaksinasi COVID-19, yaitu
aplikasi Pcare yang dilakukan saat pelayanan vaksinasi COVID-19 berlangsung. Selain Pcare,
pencatatan hasil pelayanan juga dimasukkan ke dalam spreadsheet yang sudah dibuat. Ketentuan
alur pelayanan vaksinasi COVID-19 ini dibagi menjadi dua susunan meja, yaitu:

Meja 1 (petugas kesehatan)


- Petugas memanggil sasaran penerima vaksinasi ke meja 1 sesuai dengan nomor urutan
kedatangan
- Petugas kesehatan (dokter) memastikan kesesuaian peserta dengan KTP meudian melakukan
anamnesis singkat untuk melihat kondisi kesehatan dan mengidentifikasi kondisi penyerta
(komorbid) serta melakukan pemeriksaan fisik sederhana. Pemeriksaan meliputi suhu tubuh
dan tekanan darah
- Dilakukan skrining dan pemutusan hasil skirining pada kertas pasien; a) Ketika pada saat
skrining dideteksi ada penyakit tidak menular atau dicurigai adanya infeksi COVID-19
sesuai dengan pedoman PAPDI, maka pasien dirujuk ke Poli Umum untuk mendapat
pemeriksaan lebih lanjut atau ditunda, b) Sasaran yang dinyatakan sehat dan disetujui untuk
vaksin diminta untuk bergeser ke petugas kesehatan selanjutnya.
- Petugas kesehatan (bidan/perawat) kemudian memberikan vaksinasi secara intramuskular
sesuai dengan prinsip penyuntikan aman
- Petugas menuliskan nama vaksin dan nomor batch serta jam penyuntikan pada kertas
skrining. Kemudian pasien diarahkan untuk ke petugas di Meja 2

Meja 2
- Penerima vaksinasi memberikan kertas skrining kepada petugas registrasi di Meja 2 untuk
dilakukan input data di Pcare dan spreadsheet sembari peserta diminta untuk menunggu
selama 15 menit di area observasi
- Petugas memberikan kartu vaksinasi dan penanda kepada sasaran yang telah mendapat
vaksinasi setelah 15 menit observasi selesai serta menginformasikan tanggal vaksinasi untuk
dosis kedua yang berselang 12 minggu dari dosis pertama
- Apabila ditemukan adanya KIPI selama 15 menit setelah vaksinasi dapat menghubungi
petugas kesehatan yang ada di tempat.
Meja 1:
Penyuntikan Ruang Tunggu Observasi
Vaksin

Meja 2:
Meja 1:
Registrasi dan
Skrining
Obervasi

Gambar 1. Alur Pelayanan Vaksinasi di Puskesmas Kelurahan


Rawamangun

3.3 Identifikasi Masalah


Proses awal identifikasi masalah dilakukan dengan cara melakukan ekstraksi dari perbandingan
antara target pencapaian program terhadap keberhasilan pencapaian setiap indikator program. Pada
kasus kali ini, identifikasi masalah pada program Puskesmas selama pandemi tidak dilakukan secara
telaah metode U-S-G. Unit kegiatan masyarakat yang dilakukan sejak awal tahun 2021 adalah
program vaksinasi lansia, tenaga kesehatan, ASN, hingga masyarakat umum. Masalah yang disorot
saat ini adalah vaksinasi masyarakat umum dengan harapan dapat mempercepat tercapainya herd
immunity hingga akhirnya memutus rantai penyebaran. Terlebih lagi dengan adanya penyebaran
varian baru COVID-19, yaitu varian delta, yang dapat menyebar dengan cepat dengan gejala yang
lebih berat dibandingkan varian lainnya. Terdapat penelitian bahwa orang yang tidak divaksinasi
akan memiliki gejala yang lebih berat dibandingkan dengan orang yang sudah pernah mendapatkan
kekebalan terhadap COVID-19, dalam hal ini berupa vaksinasi.13

Pada awal program vaksinasi untuk masyarakat umum, vaksin yang digunakan untuk dosis 1 adalah
vaksin AstraZeneca. Masalah yang timbul adalah rendahnya pencapaian vaksinasi karena lebih
sedikit masyarakat yang mau divaksin menggunakan vaksin ini dibandingkan program vaksinasi
lansia, tenaga kesehatan, dan ASN yang sebelumnya karena menggunakan vaksin Sinovac. Oleh
karena itu, masalah yang akan diidentifikasi pada bahasan ini adalah pencapaian target vaksinasi
masyarakat umum menggunakan vaksin AstraZeneca. Berdasarkan data sebelumnya diketahui
bahwa capaian vaksinasi masyarakat umum ≥18 tahun di kelurahan Rawamangun masih berada
pada kategori yang belum memenuhi target.

3.4 Identifikasi Penyebab Masalah


Informasi mengenai penyebab masalah digali lebih lanjut melalui laporan evaluasi secara periodik
dari Puskesmas Kecamatan Pulogadung serta mengkaji permasalahan minor yang ditemukan di
lapangan. Beberapa poin penyebab masalah kemudian dituangkan ke dalam kerangka konsep
dengan diagram fishbone yang terdiri dari beberapa komponen input, proses, dan output. Komponen
input tersusun atas 4M (Man, Money, Material, Method). Komponen proses terdiri atas POACE
(Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling serta Environment). Adapun komponen output
berisikan perihal masalah yang sedang dievaluasi.
Gambar 1. Diagram Fishbone

Cakupan vaksinasi masyarakat umum yang masih dibawah target dapat disebabkan oleh karena
beberapa hal. Berikut adalah penjelasan terkait kemungkinan masalah yang ada di PKL
Rawamangun.
- Man  masalah berupa kurangnya SDM di PKL Rawamangun sehingga melibatkan
petugas dari kelurahan dan pihak eksternal untuk membantu proses pelaksanaan vaksinasi.
Hal ini dapat disebabkan karena regulasi dari Kemenkes dan Dinkes yang pada awalnya
menyatakan bahwa vaksinasi hanya boleh dilakukan di PKL.
- Money  tidak didapatkan masalah karena seluruh dana dan RAB puskesmas sudah
dianggarkan sejak tahun sebelumnya. Adapun dana untuk melakukan vaksinasi didapatkan
dari alokasi dana yang tidak dibelanjakan selama pandemi, seperti dana konsumsi dan
transport panitia.
- Material  tidak ada masalah, sarana dan prasarana sudah cukup memadai.
- Method  permasalahan terfokus pada regulasi awal yang mengharuskan vaksinasi hanya di
puskesmas kelurahan sesuai domilisi/alamat KTP.
- Planning  tidak ada masalah dalam perencanaan kegiatan vaksinasi karena sudah
direncanakan pelayanan vaksinasi secara statis dan dinamis untuk memaksimalkan peserta
yang dapat divaksin setiap harinya.
- Actuating  permasalahan pertama adalah kurangnya media informasi sehingga jumlah
peserta yang datang pada hari-H sempat kurang dari target sasaran yang ditentukan. Hal ini
menyambung pada permasalahan kedua dimana masyarakat umum sudah boleh untuk
divaksin dimana saja sehingga data tidak tercatat sesuai dengan kecamatan masing-masing.
- Organizing  tidak ditemukan permasalahan karena jobdesk panitia sudah sesuai dengan
porsinya masing-masing.
- Controlling, juga tidak ditemukan kendala karena SOP dan MoU sudah tersusun dengan
sistematis.
- Permasalahan yang terakhir merupakan permasalahan yang ditemukan dari lingkungan,
yaitu respons dari masyarakat awam mengenai konsep vaksinasi COVID-19, yakni masih
rendahnya kesadaran masyarakat untuk vaksinasi, tingginya stigma dan skeptisme persepsi
vaksin, serta adanya hoax terkait efek samping vaksin yang tersebar meluas di masyarakat.

3.5 Prioritas Penyebab Masalah


Berdasarkan hasil analisis yang telah dituangkan pada diagram di atas, didapatkan lima buah
masalah yang selanjutnya diurutkan berdasarkan prioritasnya dengan menggunakan decision matrix
berupa hasil perkalian dari komponen I x T x R. I merupakan importance yang menunjukkan
seberapa pentingnya masalah tersebut. T merupakan technical feasibility yang menunjukkan
besarnya peluang masalah tersebut untuk dapat diselesaikan. Adapun R merupakan resources
availability yang menunjukkan ketersediaan sumber daya yang ada untuk dapat menyelesaikan
masalah tersebut. Prioritas penyebab masalah didapatkan dari hasil diskusi internal sebagai berikut:
Tabel 4. Prioritas Penyebab Masalah
Kriteria
No Penyebab Masalah Total
I T R

Regulasi awal vaksinasi hanya boleh dilakukan di


1 4 4 4 64
PKL Rawamangun

Kurangnya media informasi terkait vaksin dan


2 pelayanan vaksinasi di wilayah Kelurahan 5 4 4 80
Rawamangun

3 SDM terbatas 3 2 2 12

Rendahnya kesadaran, adanya stigma, serta


4 tersebar hoax secara umum pada masyarakat 5 2 4 40
terhadap vaksinasi

Dari keempat masalah yang telah dirumuskan, prioritas masalah terpilih adalah kurangnya media
informasi terkait vaksin serta pelayanan vaksinasi di wilayah Kelurahan Rawamangun. Media
informasi berperan penting dalam upaya peningkatan cakupan vaksinasi masyarakat umum ≥18
tahun karena kurangnya media informasi berakibat pada rendahnya pengetahuan masyarakat terkait
pelayanan vaksinasi di wilayah kelurahan Rawamangun. Selain itu, media informasi juga dapat
dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengedukasi masyarakat umum dengan harapan dapat
meningkatkan kesadaran terhadap vaksin, menghilangkan stigma terkait vaksinasi serta meluruskan
fakta dari hoax vaksinasn yang tersebar secara umum.

3.6 Alternatif Penyelesaian Masalah


Berdasarkan penyebab masalah terpilih, yaitu kurangnya media informasi terkait vaksin dan
pelayanan vaksinasi di wilayah kelurahan Rawamangun, ditentukanlah tiga alternatif solusi yang
dipikirkan dapat menyelesaikan masalah dengan uraian selengkapnya pada tabel 3.
Tabel 5. Alternatif Pemecahan Masalah

No Solusi Tujuan Deskripsi Peserta Waktu Biaya

1 Penyelenggaraan Mencapai Program vaksinasi Dokter Hingga 1.000.000


vaksinasi di lokasi target vaksinasi yang dilaksanakan Perawat/Bidan target (biaya
yang strategis. sesuai dengan setiap hari di Administrator tercapai berlanggan
target Dinkes Puskesmas dan/atau internet dan
di lokasi lainnya di Bahan
sekitar puskesmas Habis Pakai
[BHP])

2 Media online dan Melibatkan - Meminta bantuan Dokter Hingga 2.000.000


offline terkait seluruh anggota kepada tenaga Perawat/Bidan target (biaya
informasi vaksin masyarakat dan kader , dan lurah Administrator tercapai berlanggan
serta pelayanan meningkatkan untuk secara Staff kader, internet +
vaksinasi di kesadaran rutin melakukan dan Lurah air minum +
wilayah untuk edukasi berkala jasa
puskesmas bekerjasama door-to-door pembuatan
kelurahan dalam secara offline media
Rawamangun kesuksesan kepada setiap promosi)
program warga mengenai
vaksinasi vaksin.
- Optimalisasi
sosial media
sebagai sarana
edukasi massal
terkait informasi
vaksin dan
pelayanan
vaksinasi

3 Monitoring Maksimalisasi Melibatkan peran Dokter Hingga 3.000.000


berkala data potensiasi aktif kader, lurah Perawat/Bidan target (biaya
penerima vaksin peran dan RW untuk Administrator tercapai berlanggan
melalui kader dan masyarakat follow-up dalam Staff kader internet dan
lurah di RW untuk turut memonitor Staff RW BHP + air
setempat andil dalam masyarakat umum Lurah minum +
mempercepat yang belum sewa tempat
program mendapatkan dan
vaksinasi vaksinasi fasilitas)

Kader, lurah dan


staff RW akan
melapor secara
berkala kepada
pihak Puskesmas
mengenai capaian
vaksin berdasarkan
RT masing-masing

Laporan dapat
disampaikan secara
virtual meeting
Dari tiga alternatif solusi tersebut, dibuat skala prioritas untuk mendapatkan alternatif yang paling
efisien dan efektif untuk diterapkan dalam mengatasi masalah yang terpilih.

Penentuan prioritas alternatif solusi digunakan dengan perhitungan decision matrix, dengan rumus
MIV/C dengan keterangan Magnitude yang menunjukkan seberapa besar masalah dapat
diselesaikan, Importance mengenai seberapa lama masalah yang dapat diselesaikan tersebut
bertahan, Vulnerability seberapa cepat masalah dapat diselesaikan, dan terakhir Cost yang
menjelaskan seberapa besar biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu program.

Tabel 6. Prioritas Penyelesaian Masalah

No Solusi M I V C Total

Penyelenggaraan vaksinasi di lokasi yang


1 4 3 2 1 24
strategis.

Media online dan offline terkait informasi


2 vaksin serta pelayanan vaksinasi di wilayah 5 3 4 2 30
puskesmas kelurahan Rawamangun

Monitoring berkala data penerima vaksin


3 4 2 3 3 8
lansia melalui kader di RW setempat

Berdasarkan perhitungan prioritas penyelesaian masalah tersebut, didapatkan solusi masalah


terpilih, yaitu diadakannya promosi online dan offline terkait informasi vaksin serta pelayanan
vaksinasi di wilayah puskesmas kelurahan Rawamangun. Adapun pertimbangan pemilihan prioritas
masalah tersebut berdasarkan uraian berikut.

- Nilai Magnitude 5 dengan pertimbangan bahwa masalah ini tentunya dapat diselesaikan
secara efektif dan efisien dengan mengadakan media informasi online serta offline dengan
harapan dapat meningkatkan kemauan masyarakat umum ≥18 tahun untuk divaksinasi
- Nilai Importance 3 dengan pertimbangan bahwa promosi online dan offline perlu
diperbaharui secara berkala sesuai pedoman vaksinasi terbaru sehingga penyelesaian
masalah ini kurang dapat bertahan lama untuk dapat menyelesaikan masalah karena.
- Adapun Vulnerability bernilai 4 karena solusi dari masalah ini diharapkan dapat dengan
cepat menyelesaikan masalah, terutama terkait kurangnya informasi vaksin dan pelayanan
vaksinasi. Secara tidak langsung, diharapkan dengan adanya media informasi yang adekuat
terhadap vaksin dapat meluruskan hoax vaksin yang tersebar serta menghilangkan stigma
terkait vaksinasi dengan hasil akhir diharapkan masyarakat lebih mau untuk divaksin
sehingga angka cakupan vaksinasi meningkat.
- Komponen Cost terakhir bernilai 2 karena membutuhkan pengeluaran tambahan selain biaya
dasar operasional di Puskesmas sehari-hari dan kebutuhan vaksin, Alat Pelindung Diri
(APD), Bahan Habis Pakai (BHP) sudah tersedia. Biaya tambahan dibutuhkan saat
pembuatan media informasi serta dalam pengadaan acara sosialisasi kepada kader dan lurah.
Akan tetapi, secara finansial, solusi ini masij lebih bersifat benefisial dan efektif bila
dibandingkan dengan alternatif lainnya.
BAB IV
PEMBAHASAN

Selanjutnya dalam rangka menuntaskan penyebab masalah, yaitu penolakan vaksin pada
pasien, maka direncanakan tiga alternatif solusi. Rancangan alternatif solusi kemudian dinilai dan
dipilih berdasarkan penilaian Magnitude, Immediate, Vulnerability, dan Cost, sbb:

No Solusi M I V C Total

Penyelenggaraan vaksinasi di lokasi yang


1 4 3 2 1 24
strategis.

Media online dan offline terkait informasi


2 vaksin serta pelayanan vaksinasi di wilayah 5 3 4 2 30
puskesmas kelurahan Rawamangun

Monitoring berkala data penerima vaksin


3 4 2 3 3 8
lansia melalui kader di RW setempat

Berdasarkan perhitungan prioritas penyelesaian masalah tersebut, didapatkan solusi masalah


terpilih, yaitu diadakannya promosi online dan offline terkait informasi vaksin serta pelayanan
vaksinasi di wilayah puskesmas kelurahan Rawamangun.

Hasil Intervensi

Dalam upaya melakukan percepatan cakupan vaksinasi AstraZeneca di Kelurahan


Rawamangun maka intervensi yang dipilih adalah dengan melakukan promosi Media online dan
offline terkait informasi vaksin dari bulan Juli – Agustus 2021 serta pelayanan vaksinasi di wilayah
puskesmas kelurahan Rawamangun mulai tanggal 10 Agustus – 31 Agustus 2021. Intervensi ini
dilakukan dengan dua rincian kegiatan yaitu pembuatan media informasi online yang
disebarluaskan melalui sosial media dengan menyebarkan poster online melalui instagram,
whatsapp, dan aplikasi media sosial lainnya. Pembuatan leaflet sebagai sarana media informasi
offline yang disebarkan kepada setiap masyarakat umum saat sedang melakukan kegiatan pelayanan
di Puskesmas Rawamangun.
Selain itu, Puskesmas mengadakan posko vaksinasi di GOR Pulogadung yang melibatkan
berbagai pihak lintas sektor mulai dari diseminasi informasi intervensi kepada masyarakat setempat hingga
pelaksanaan intervensi. Evaluasi akan dilakukan akhir minggu sebanyak 3 kali. Secara kualitatif evaluasi
dilakukan dengan menilai efisiensi dan efektivitas pengadaan intervensi.
Pengadaan posko dinamis vaksinasi lansia Kelurahan Rawamangun dilakukan sebanyak 14 kali
sejak tanggal 10 Agustus – 31 Agustus 2021. Posko vaksinasi beroperasi sejak pukul 08.00-12.00 WIB.
Pengadaan posko tidak hanya memanfaatkan SDM PKL Rawamangun, namun juga melibatkan lintas sektor,
seperti pihak kelurahan, RW, ibu kader, Satpol PP dsb. Himbauan mengenai pengadaan posko kepada
masyarakat disampaikan melalui ketua RW melalui media sosial dan penggunaan sarana umum (pengeras
suara masjid) sejak satu hari sebelum pengadaan posko.

Tabel. Presentase Capaian Vaksinasi AstraZeneca Dosis I


Tanggal Jumlah Peserta vaksinasi Persentase Capaian Vaksinasi
10 Agustus - 17 Agustus 2021 247 61,75 %
18 Agustus – 24 Agustus 2021 289 57,8 %
25 Agustus – 31 Agustus 2021 143 28,6 %
Total 679 48, 5 %

Setelah dilakukan intervensi didapatkan hasil, jumlah peserta tervaksinasi dosis pertama
Astrazeneca dari tanggal 10 Agustus – 31 Agustus 2021 yang dilaksanakan pada hari kerja
sebanyak 14 hari dan didapatkan 679 orang, dengan target 100 orang perhari yaitu 48.5% dari total
target capaian vaksinasi AstraZeneca dosis pertama di Kelurahan Rawamangun. Jumlah
tervaksinasi Astrazeneca dosis pertama paling banyak pada tanggal 16 Agustus 2021 dengan jumlah
84 orang sedangkan paling sedikit pada tanggal 30 Agustus 2021 dengan jumlah 20 orang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Program Vaksinasi Astrazeneca untuk masyarakat umum di Puskesmas Kelurahan Rawamangun pada
bulan Agustus didapatkan hasil 48.5%, terjadi peningkatan capaian dibandingkan bulan Juni 2021 (36.5%).
Hal ini terjadi karena dilakukan edukasi kepada masyarakat mengenai misinformasi yang mereka dapatkan,
dengan cara menyebarluaskan poster atau leaflet serta melakukan penyuluhan. Selain itu, Puskesmas
mengadakan posko vaksinasi di GOR Pulogadung yang melibatkan berbagai pihak lintas sektor mulai
dari diseminasi informasi intervensi kepada masyarakat setempat hingga pelaksanaan intervensi. Evaluasi
akan dilakukan akhir minggu sebanyak 3 kali. Secara kualitatif evaluasi dilakukan dengan menilai efisiensi
dan efektivitas pengadaan intervensi. Namun capaian belum maksimal dikarenakan masih banyaknya
ketakutan masyarakat tentang vaksin AstraZeneca, dan tersedianya pilihan vaksin lain (Pfizer). Selain itu
banyaknya peserta yang hadir namun belum 3 bulan pasca terkonfirmasi COVID-19 yang mana sesuai
dengan SE Nomor HK.02.02/II/368/2021 tentang pelaksanaan vaksinasi COVID.

4.2 Saran
Menanggapi kesenjangan antara hasil cakupan penerima vaksinasi Kelurahan Rawamangun
dengan target, dapat dilakukan intervensi dengan jangka waktu yang lebih lama dan melakukan
pendekatan edukasi secara perorangan.
LAMPIRAN 1

Proposal Kegiatan

Judul Cek Fakta Vaksinasi Sebelum Berkata, Ayo Kita Vaksin

Rumusan Masalah Cakupan vaksinasi masyarakat umum yang rendah

Rumusan Penyebab Kurangnya media informasi terkait vaksin dan pelayanan vaksinasi di
wilayah kelurahan Rawamangun

Rumusan Tujuan Tujuan umum:


Meningkatkan pengetahuan terkait vaksin COVID-19 yang digunakan
Membentuk kekebalan kelompok, menurunkan kesakitan dan kematian
akibat COVID-19 di Kecamatan Pulogadung

Tujuan khusus:
Cakupan vaksinasi kurangn serta embentuk kekebalan kelompok,
menurunkan kesakitan dan kematian akibat COVID-19 di wilayah
kelurahan Rawamangun

Rincian Kegiatan Pembuatan media informasi online yang disebarluaskan melalui sosial
media
Pembuatan leaflet sebagai sarana media informasi offline yang dapat
disebarkan kepada setiap masyarakat umum
Pembuatan media informasi untuk meluruskan hoax dan membasmi
stigma terkait vaksinasi yang ada

Waktu Dilakukan sepanjang tahun dengan evaluasi per 6 bulan

Estimasi Biaya Estimasi biaya Rp2.000.000,00 untuk biaya berlanggan internet dan
bahan habis pakai serta biaya pembuatan media informasi online dan
offline

Metode Evaluasi Evaluasi berkala tentang pencatatan jumlah peserta yang hadir dan
penghitungan pasien tunda dan yang bisa divaksin
Evaluasi berkala tentang pengetahuan peserta terkait vaksin serta
apakah terdapat perbaikan stigma vaksinasi di msayarakat

Indikator Keberhasilan 1. SDM, sarana, dan prasarana terpenuhi


2. Media informasi online tersebar pada media sosial, termasuk WA
grup, puskesmas kelurahan Rawamangun dengan bantuan
penyebaran di media sosial tenaga kesehatan di puskesmas serta
kader di wilayah Rawamangun
3. Sebanyak >50% kader memahami jenis vaksin COVID-19 dan
perbedaannya hingga dapat meluruskan hoax yang beredar
4. Sosialisasi jadwal dan tempat pengadaan vaksin dinamis yang
disampaikan oleh kader atau petugas kelurahan.
5. Peserta bersedia divaksin COVID-19 setelah teredukasi dengan
baik

LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
REFERENSI

1. Siti, S., et al. (2020) 'Covid-19 and Indonesia', Indones J Intern Med, 52(1), pp.1.
2. Johns Hopkins University Center for Systems Science and Engineering. 2021.COVID-19
Data.
3. WHO Indonesia. 2020. Survei Penerimaan Vaksin COVID-19 di Indonesia. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Buku Saku Info Vaksin. Komite
Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional. Jakarta.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 Penyelenggaraan Vaksinasi. 2017.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 84 Tahun 2020 Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka
Penanggulangan Pandemi COVID-19. 2020. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2020 Pelaksanaan Pengadaan Vaksin dalam
rangka Penanggulangan Pandemi COVID-19. 2020. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
8. Zhang C, Maruggi G, Shan H, Li J. Advances in mRNA vaccines for infectious diseases.
Frontiers in Immunology. 2019 Mar 27;10:594.
9. Wang F, Kream RM, Stefano GB. An evidence based perspective on mRNA-SARS-CoV-2
vaccine development. Medical science monitor: international medical journal of
experimental and clinical research. 2020;26:e924700-1.
10. Li Y. Meet the mRNA vaccine rookies aiming to take down COVID-19. American
Chemical Society; 2020.
11. Wadhwa A, Aljabbari A, Lokras A, Foged C, Thakur A. Opportunities and challenges in the
delivery of mRNA-based vaccines. Pharmaceutics. 2020 Feb;12(2):102.
12. COVID-19. Data Vaksinasi COVID-19 (Update per 30 April 2021) - Berita Terkini |
Covid19.go.id. 2021.
13. Chen Y, Klein SL, Garibaldi BT, et al. Aging in COVID-19: Vulnerability, immunity and
intervention. Ageing Res Rev. 2021 Jan; 65: 101205.

Anda mungkin juga menyukai