Pembimbing:
dr. Lintang Aprilia
Disusun oleh:
dr. Bella Bonita
dr. Irene Novita
dr. Kevin Ponthy
dr. Muhammad Faisal Indrasyah
dr. Nisa Fitriani Daud
dr. Saisabela P. Andina
PROGRAM INTERNSHIP
KOMITE INTERNSIP DOKTER INDONESIA
PUSKESMAS KELURAHAN RAWAMANGUN
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan nikmatnya
yang tidak terhingga karena atas nikmat-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan karya tulis
ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia
(PIDI) dengan judul “Vaksinasi Covid-19 Dosis 1 AstraZeneca Di Puskesmas Kelurahan
Rawamangun Periode Mei – Agustus 2021”. Penyusunan karya tulis ini tidak lepas dari bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya disertai penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada:
1. dr. Lintang Aprilia selaku Kepala Puskesmas Kelurahan Rawamangun dan dokter pendamping,
atas bantuan serta dukungan yang telah diberikan selama masa internsip, atas izin yang telah
diberikan dalam melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Rawamangun.
2. Seluruh staf Puskesmas Kelurahan Rawamangun atas bantuan dan kerjasama dalam kelancaran
penelitian ini.
3. Terima kasih kepada semua pihak, termasuk seluruh responden yang telah bersedia memberikan
informasi yang diperlukan sebagai data penelitian ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis
terbuka kepada saran dan masukan yang membangun untuk menyempurnakan tulisan ini. Semoga
hasil penelitian yang disajikan dalam karya tulis ini dapat berguna bagi ilmu pengetahuan dan
banyak pihak. Semoga semua pihak yang telah membantu penyusunan Mini Project ini diberkati
dan dirahmati oleh Allah SWT.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................4
LAMPIRAN 1...................................................................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN
Angka kesakitan dan kematian COVID-19 di Indonesia semakin meningkat. Menurut data 26 juni
2021, jumlah temuan kasus baru COVID-19 di Indonesia mencapai angka 28.228 kasus baru.
Angka kasus aktif di DKI Jakarta mencapai 3.194.733 kasus dan angka kematian mencapai 84.766
kasus.2
Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah proses penularan yang diharapkan berdampak signifikan
dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit COVID-19. Disamping promosi
upaya gerakan 3M yaitu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak, pemberian vaksinasi
AztraZeneca diharapkan menjadi salah satu upaya yang efektif dalam menurunkan angka
penularannya.3
Presiden Republik Indonesia sudah menetapkan per tanggal 6 Oktober 2020, Peraturan Presiden
tentang pengadaan vaksin dan pelaksanaan program vaksinasi untuk menanggulangi pandemi
COVID-19. Perpres tersebut menetapkan bahwa pemerintah akan mempersiapkan pengadaan dan
distribusi vaksin serta pelaksanaan vaksinasi di Indonesia. Disamping itu, Kementerian Kesehatan
dan UNICEF telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dalam memastikan vaksin tersedia
dengan harga terjangkau. Dengan kesepakatan tersebut secara tidak langsung, lembaga kesehatan
internasional dalam hal ini adalah WHO akan menjamin kelancaran dan pengadaan vaksin
AztraZeneca di Indonesia.3
Program vaksinasi COVID-19 di Indonesia direncanakan berlangsung dari bulan Februari 2021
hingga Maret 2022, tersusun dalam empat tahap. Tahap kedua berlangsung dari Bulan Januari 2021
hingga Bulan April 2021. Target sasaran vaksinasi pada tahap ini adalah kelompok lansia dan
petugas pelayanan publik (TNI, Kepolisian, Aparat publik lain).4 Tahap ke tiga lansia, dan orang
dewasa di atas umur 18 tahun ke atas.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Melakukan evaluasi pelaksanaan vaksinasi AztraZeneca Puskesmas Kelurahan Rawamangun
sampai dengan 28 Juni 2021.
1.2.2 Tujuan Khusus
- Mengidentifikasi persentase kesuksesan program vaksinasi AztraZeneca Kelurahan
Rawamangun
- Mengidentifikasi masalah dalam pelaksanaan vaksinasi AztraZeneca Kelurahan
Rawamangun
- Merumuskan alternatif solusi pemecahan masalah program vaksinasi AztraZeneca
Kelurahan Rawamangun
1.3 Manfaat
- Menyesuaikan target dan realisasi cakupan vaksinasi COVID-19 di wilayah Rawamangun.
- Meningkatkan usaha promotif dan edukasi mengenai vaksinasi COVID-19 AztraZeneca di
Rawamangun.
Menimbulkan gejala ringan hingga berat Menimbulkan efek samping ringan, kemungkinan
timbul efek samping berat kecil
Kekebalan yang terbentuk tidak Kekebalan yang terbentuk berlangsung lebih lama
berlangsung lama
Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Buku Saku Info Vaksin. Komite Penanganan COVID-19
dan Pemulihan Ekonomi Nasional. Jakarta.
Proses pembentukan sistem imun adaptif oleh vaksin mRNA COVID-19 dimulai dari injeksi vaksin
ke dalam tubuh, biasanya melalui intramuskular. Di otot, mRNA yang terbungkus oleh lipid
nanoparticles dari vaksin yang diinjeksikan akan masuk ke dalam miosit melalui endositosis.
mRNA kemudian dilepaskan ke dalam sitoplasma dan menyandi S protein dalam ribosom agar
pembentukan S protein terjadi. S protein kemudian dapat mengalami pemecahan menjadi peptida
atau keluar dari sel melalui aparatus golgi (exogenous).8,9-11
Peptida yang berada dalam sel akan masuk ke dalam major histocompatibility complex(MHC) class
I molecules (MHC I). MHC I ini kemudian akan keluar dari sel. Sedangkan S protein yang telah
keluar dari sel sebelumnya akan masuk ke sel dendritik melalui endositosis dan didegradasi di
dalam endosom menjadi MHC class II molecules (MHC II). Selain itu, S protein tersebut dapat
dipresentasikan menjadi MHC I melalui cross-presentation pada sel dendritik.8,9-11
MHC I dan MHC II dipresentasikan masing-masing sebagai antigen dan menginduksi sel T yang
berbeda. MHC I akan menginduksi sel T CD8 +, sedangkan MHC II akan menginduksi sel T CD4 +.
Aktivasi sel T CD8+ akan menyebabkan terbentuknya sistem imun antigen specific cytotoxic T-cell
mediated. Di sisi lain, aktivasi CD4+ akan menyebabkan naïve B cell menjadi memory B cell. Kedua
kompleks imun ini kemudian akan merusak S protein dan mRNA dari vaksin melalui pembentukan
antibodi. Dengan demikian, sistem imun adaptif terhadap SARS-CoV-2 telah terbentuk.8,9-11
COVID-19 disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang merupakan bagian dari genus
betacoronavirus. Seperti virus genus betacoronavirus lain, SARS-CoV-2 menyandi empat protein
struktur utama, yaitu spike (S) protein, small envelope protein, matrix protein, dan nucleocapsid
protein. S protein merupakan protein yang berperan penting dalam replikasi virus melalui ikatannya
dengan reseptor ACE2 dalam tubuh manusia. Mekanisme inilah yang menjadi dasar pembuatan
vaksin mRNA COVID-19. Vaksin mRNA COVID-19 mengandung mRNA yang menyandi S
protein agar tubuh dapat membentuk sistem imun adaptif terhadap SARS-CoV-2. Vaksin mRNA
dapat berupa vaksin mRNA konvensional berisi mRNA yang serupa dengan molekul mRNA sel
induk maupun vaksin mRNA self-amplifying berisi mRNA yang telah direkayasa.8,9-11
Proses pembentukan sistem imun adaptif oleh vaksin mRNA COVID-19 dimulai dari injeksi vaksin
ke dalam tubuh, biasanya melalui intramuskular. Di otot, mRNA yang terbungkus oleh lipid
nanoparticles dari vaksin yang diinjeksikan akan masuk ke dalam miosit melalui endositosis.
mRNA kemudian dilepaskan ke dalam sitoplasma dan menyandi S protein dalam ribosom agar
pembentukan S protein terjadi. S protein kemudian dapat mengalami pemecahan menjadi peptida
atau keluar dari sel melalui aparatus golgi (exogenous).8,9-11
Peptida yang berada dalam sel akan masuk ke dalam major histocompatibility complex(MHC) class
I molecules (MHC I). MHC I ini kemudian akan keluar dari sel. Sedangkan S protein yang telah
keluar dari sel sebelumnya akan masuk ke sel dendritik melalui endositosis dan didegradasi di
dalam endosom menjadi MHC class II molecules (MHC II). Selain itu, S protein tersebut dapat
dipresentasikan menjadi MHC I melalui cross-presentation pada sel dendritik.8,9-11
MHC I dan MHC II dipresentasikan masing-masing sebagai antigen dan menginduksi sel T yang
berbeda. MHC I akan menginduksi sel T CD8 +, sedangkan MHC II akan menginduksi sel T CD4 +.
Aktivasi sel T CD8+ akan menyebabkan terbentuknya sistem imun antigen specific cytotoxic T-cell
mediated. Di sisi lain, aktivasi CD4+ akan menyebabkan naïve B cell menjadi memory B cell. Kedua
kompleks imun ini kemudian akan merusak S protein dan mRNA dari vaksin melalui pembentukan
antibodi. Dengan demikian, sistem imun adaptif terhadap SARS-CoV-2 telah terbentuk.8,9-11
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) merupakan semua kejadian medik yang terjadi 28 hari
setelah vaksinasi, bisa berhubungan atau tidak berhubungan dengan vaksin. Reaksi ini digolongkan
menjadi reaksi lokal dan reaksi sistemik. Reaksi lokal merupakan reaksi yang timbul di tempat
dilakukan penyuntikan vaksin seperti kemerahan, nyeri di tempat suntikan, dan bengkak. Reaksi
sistemik merupakan reaksi yang dirasakan secara umum oleh tubuh seperti nyeri kepala, demam,
nyeri otot, dan lemas.4
Bentuk reaksi KIPI berat disebut dengan reaksi anafilaksis. Reaksi ini timbul sebagai respon alergi
tubuh terhadap zat vaksin yang disuntikkan, namun gejala yang ditimbulkan bersifat berat dan
mendadak. Reaksi ini bersifat fatal bahkan jika tidak dilakukan penanganan yang tepat dapat
menyebabkan kematian. Insidensi reaksi anafilaksis pada vaksin COVID-19 seperti Sinovac dan
Pfizer, memiliki probabilitas <1 persen.4
2.4 Sasaran Kelompok Penerima Vaksin AstraZeneca
Tabel 2. Sasaran Kelompok Penerima Vaksin AstraZeneca
Perlindungan terhadap COVID-19 dimulai dari sekitar 3 minggu setelah dosis pertama
Vaksin COVID-19 AstraZeneca. Sementara satu dosis dapat memberikan beberapa
perlindungan, mungkin hanya berlangsung untuk jangka pendek hingga sekitar 12 minggu.
Dosis kedua meningkatkan tingkat antibodi dan kemungkinan akan memperpanjang durasi
perlindungan. Dalam uji klinis yang dijelaskan di atas, vaksin tampaknya lebih efektif bila
orang melewati interval yang lebih lama antara 2 dosis. Oleh karena itu lebih baik menerima
2 dosis sekitar 12 minggu terpisah. Tidak ada vaksin yang 100 persen efektif, jadi ada
kemungkinan Anda masih bisa sakit akibat COVID-19 setelah vaksinasi. Kami belum tahu
berapa lama perlindungan dari Vaksin COVID-19 AstraZeneca akan berlangsung setelah
mendapatkan dua dosis. Kami akan belajar lebih banyak tentang ini dari waktu ke waktu.
Saat ini kami belum tahu seberapa efektif vaksin COVID-19 dalam mencegah penyebaran
virus. Ini berarti bahwa SARS-CoV-2 kemungkinan masih dapat menginfeksi orang yang
telah divaksinasi. Bahkan jika mereka tidak mengalami gejala atau hanya mengalami gejala
ringan mereka masih bisa menyebarkannya kepada orang lain. Oleh karena itu penting untuk
melanjutkan tindakan pencegahan lainnya seperti:
• menjaga jarak fisik
• mencuci tangan
• memakai masker wajah
• mendapatkan tes COVID-19 dan mengikuti karantina/isolasi sebagaimana
dipersyaratkan
Apabila telah divaksinasi dengan dua dosis Vaksin COVID-19 AstraZeneca, namun
memiliki gejala (seperti demam, batuk, sakit tenggorokan) maka masih harus menjalankan
tes COVID-19.
Tabel 3. Data sebaran masyarakat umum usia ≥ 18 tahun di wilayah kecamatan Pulogadung
Calon peserta vaksinasi dapat mendaftarkan dirinya dengan mengambil nomor antrian on the spot
yang diadakan sejak pagi hari sebelum acara vaksinasi dimulai. Terdapat kuota harian sebanyak
200-250 orang yang akan divaksin perharinya. Hasil capaian vaksinasi di wilayah kecamatan
Pulogadung yang tervaksinasi dosis 1 per 28 juni 2021 didapatkan sebanyak 79.103 jiwa, yaitu
hanya sekitar 35,7% yang sudah tervaksinasi.12 Vaksin yang digunakan pada evaluasi program kali
ini adalah vaksin AstraZeneca yang izin penggunaannya terbit untuk penyuntikan dosis 1 sejak
tanggal 5 Mei – 28 Juni 2021.
Tabel 4 . Hasil capaian vaksinasi masyarakat umum usia ≥18 tahun hingga 28 Juni di wilayah
Pulogadung
Berdasarkan data rekap pada hingga tanggal 28 Juni 2021, jumlah total masyarakat umum ≥18
tahun yang telah divaksinasi menggunakan AstraZeneca di wilayah Kecamatan. Pulogadung hanya
tercapai 36% dari jumlah sasaran. Untuk wilayah kelurahan Rawamangun sendiri capaiannya hanya
36,5%. Setelah periode pemberian dosis 1 AstraZeneca selesai, dimulai pemberian vaksinasi
Sinovac dosis 1 pada masyarakat umum semenjak tanggal 29 Juni 2021. Apabila dibandingkan
dengan penggunaan vaksin Sinovac pada masyarakat umum, diperhatikan bahwa angka capaian
vaksinasi masyarakat umum ≥18 tahun dengan vaksin AstraZeneca lebih rendah. Oleh karena itu,
penulis ingin melakukan evaluasi penyebab rendahnya cakupan vaksinasi masyarakat umum dengan
vaksin AstraZeneca.
3.2 Proses Pelaksanaan Vaksinasi Masyarakat Umum di Puskesmas Kelurahan
Rawamangun
Pelaksanaan vaksinasi ini perlu dilakukan pencatatan dan pelaporan. Pencatatan hasil pelayanan
vaksinasi dilakukan secara elektronik melalui sistem informasi satu data vaksinasi COVID-19, yaitu
aplikasi Pcare yang dilakukan saat pelayanan vaksinasi COVID-19 berlangsung. Selain Pcare,
pencatatan hasil pelayanan juga dimasukkan ke dalam spreadsheet yang sudah dibuat. Ketentuan
alur pelayanan vaksinasi COVID-19 ini dibagi menjadi dua susunan meja, yaitu:
Meja 2
- Penerima vaksinasi memberikan kertas skrining kepada petugas registrasi di Meja 2 untuk
dilakukan input data di Pcare dan spreadsheet sembari peserta diminta untuk menunggu
selama 15 menit di area observasi
- Petugas memberikan kartu vaksinasi dan penanda kepada sasaran yang telah mendapat
vaksinasi setelah 15 menit observasi selesai serta menginformasikan tanggal vaksinasi untuk
dosis kedua yang berselang 12 minggu dari dosis pertama
- Apabila ditemukan adanya KIPI selama 15 menit setelah vaksinasi dapat menghubungi
petugas kesehatan yang ada di tempat.
Meja 1:
Penyuntikan Ruang Tunggu Observasi
Vaksin
Meja 2:
Meja 1:
Registrasi dan
Skrining
Obervasi
Pada awal program vaksinasi untuk masyarakat umum, vaksin yang digunakan untuk dosis 1 adalah
vaksin AstraZeneca. Masalah yang timbul adalah rendahnya pencapaian vaksinasi karena lebih
sedikit masyarakat yang mau divaksin menggunakan vaksin ini dibandingkan program vaksinasi
lansia, tenaga kesehatan, dan ASN yang sebelumnya karena menggunakan vaksin Sinovac. Oleh
karena itu, masalah yang akan diidentifikasi pada bahasan ini adalah pencapaian target vaksinasi
masyarakat umum menggunakan vaksin AstraZeneca. Berdasarkan data sebelumnya diketahui
bahwa capaian vaksinasi masyarakat umum ≥18 tahun di kelurahan Rawamangun masih berada
pada kategori yang belum memenuhi target.
Cakupan vaksinasi masyarakat umum yang masih dibawah target dapat disebabkan oleh karena
beberapa hal. Berikut adalah penjelasan terkait kemungkinan masalah yang ada di PKL
Rawamangun.
- Man masalah berupa kurangnya SDM di PKL Rawamangun sehingga melibatkan
petugas dari kelurahan dan pihak eksternal untuk membantu proses pelaksanaan vaksinasi.
Hal ini dapat disebabkan karena regulasi dari Kemenkes dan Dinkes yang pada awalnya
menyatakan bahwa vaksinasi hanya boleh dilakukan di PKL.
- Money tidak didapatkan masalah karena seluruh dana dan RAB puskesmas sudah
dianggarkan sejak tahun sebelumnya. Adapun dana untuk melakukan vaksinasi didapatkan
dari alokasi dana yang tidak dibelanjakan selama pandemi, seperti dana konsumsi dan
transport panitia.
- Material tidak ada masalah, sarana dan prasarana sudah cukup memadai.
- Method permasalahan terfokus pada regulasi awal yang mengharuskan vaksinasi hanya di
puskesmas kelurahan sesuai domilisi/alamat KTP.
- Planning tidak ada masalah dalam perencanaan kegiatan vaksinasi karena sudah
direncanakan pelayanan vaksinasi secara statis dan dinamis untuk memaksimalkan peserta
yang dapat divaksin setiap harinya.
- Actuating permasalahan pertama adalah kurangnya media informasi sehingga jumlah
peserta yang datang pada hari-H sempat kurang dari target sasaran yang ditentukan. Hal ini
menyambung pada permasalahan kedua dimana masyarakat umum sudah boleh untuk
divaksin dimana saja sehingga data tidak tercatat sesuai dengan kecamatan masing-masing.
- Organizing tidak ditemukan permasalahan karena jobdesk panitia sudah sesuai dengan
porsinya masing-masing.
- Controlling, juga tidak ditemukan kendala karena SOP dan MoU sudah tersusun dengan
sistematis.
- Permasalahan yang terakhir merupakan permasalahan yang ditemukan dari lingkungan,
yaitu respons dari masyarakat awam mengenai konsep vaksinasi COVID-19, yakni masih
rendahnya kesadaran masyarakat untuk vaksinasi, tingginya stigma dan skeptisme persepsi
vaksin, serta adanya hoax terkait efek samping vaksin yang tersebar meluas di masyarakat.
3 SDM terbatas 3 2 2 12
Dari keempat masalah yang telah dirumuskan, prioritas masalah terpilih adalah kurangnya media
informasi terkait vaksin serta pelayanan vaksinasi di wilayah Kelurahan Rawamangun. Media
informasi berperan penting dalam upaya peningkatan cakupan vaksinasi masyarakat umum ≥18
tahun karena kurangnya media informasi berakibat pada rendahnya pengetahuan masyarakat terkait
pelayanan vaksinasi di wilayah kelurahan Rawamangun. Selain itu, media informasi juga dapat
dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengedukasi masyarakat umum dengan harapan dapat
meningkatkan kesadaran terhadap vaksin, menghilangkan stigma terkait vaksinasi serta meluruskan
fakta dari hoax vaksinasn yang tersebar secara umum.
Laporan dapat
disampaikan secara
virtual meeting
Dari tiga alternatif solusi tersebut, dibuat skala prioritas untuk mendapatkan alternatif yang paling
efisien dan efektif untuk diterapkan dalam mengatasi masalah yang terpilih.
Penentuan prioritas alternatif solusi digunakan dengan perhitungan decision matrix, dengan rumus
MIV/C dengan keterangan Magnitude yang menunjukkan seberapa besar masalah dapat
diselesaikan, Importance mengenai seberapa lama masalah yang dapat diselesaikan tersebut
bertahan, Vulnerability seberapa cepat masalah dapat diselesaikan, dan terakhir Cost yang
menjelaskan seberapa besar biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu program.
No Solusi M I V C Total
- Nilai Magnitude 5 dengan pertimbangan bahwa masalah ini tentunya dapat diselesaikan
secara efektif dan efisien dengan mengadakan media informasi online serta offline dengan
harapan dapat meningkatkan kemauan masyarakat umum ≥18 tahun untuk divaksinasi
- Nilai Importance 3 dengan pertimbangan bahwa promosi online dan offline perlu
diperbaharui secara berkala sesuai pedoman vaksinasi terbaru sehingga penyelesaian
masalah ini kurang dapat bertahan lama untuk dapat menyelesaikan masalah karena.
- Adapun Vulnerability bernilai 4 karena solusi dari masalah ini diharapkan dapat dengan
cepat menyelesaikan masalah, terutama terkait kurangnya informasi vaksin dan pelayanan
vaksinasi. Secara tidak langsung, diharapkan dengan adanya media informasi yang adekuat
terhadap vaksin dapat meluruskan hoax vaksin yang tersebar serta menghilangkan stigma
terkait vaksinasi dengan hasil akhir diharapkan masyarakat lebih mau untuk divaksin
sehingga angka cakupan vaksinasi meningkat.
- Komponen Cost terakhir bernilai 2 karena membutuhkan pengeluaran tambahan selain biaya
dasar operasional di Puskesmas sehari-hari dan kebutuhan vaksin, Alat Pelindung Diri
(APD), Bahan Habis Pakai (BHP) sudah tersedia. Biaya tambahan dibutuhkan saat
pembuatan media informasi serta dalam pengadaan acara sosialisasi kepada kader dan lurah.
Akan tetapi, secara finansial, solusi ini masij lebih bersifat benefisial dan efektif bila
dibandingkan dengan alternatif lainnya.
BAB IV
PEMBAHASAN
Selanjutnya dalam rangka menuntaskan penyebab masalah, yaitu penolakan vaksin pada
pasien, maka direncanakan tiga alternatif solusi. Rancangan alternatif solusi kemudian dinilai dan
dipilih berdasarkan penilaian Magnitude, Immediate, Vulnerability, dan Cost, sbb:
No Solusi M I V C Total
Hasil Intervensi
Setelah dilakukan intervensi didapatkan hasil, jumlah peserta tervaksinasi dosis pertama
Astrazeneca dari tanggal 10 Agustus – 31 Agustus 2021 yang dilaksanakan pada hari kerja
sebanyak 14 hari dan didapatkan 679 orang, dengan target 100 orang perhari yaitu 48.5% dari total
target capaian vaksinasi AstraZeneca dosis pertama di Kelurahan Rawamangun. Jumlah
tervaksinasi Astrazeneca dosis pertama paling banyak pada tanggal 16 Agustus 2021 dengan jumlah
84 orang sedangkan paling sedikit pada tanggal 30 Agustus 2021 dengan jumlah 20 orang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Program Vaksinasi Astrazeneca untuk masyarakat umum di Puskesmas Kelurahan Rawamangun pada
bulan Agustus didapatkan hasil 48.5%, terjadi peningkatan capaian dibandingkan bulan Juni 2021 (36.5%).
Hal ini terjadi karena dilakukan edukasi kepada masyarakat mengenai misinformasi yang mereka dapatkan,
dengan cara menyebarluaskan poster atau leaflet serta melakukan penyuluhan. Selain itu, Puskesmas
mengadakan posko vaksinasi di GOR Pulogadung yang melibatkan berbagai pihak lintas sektor mulai
dari diseminasi informasi intervensi kepada masyarakat setempat hingga pelaksanaan intervensi. Evaluasi
akan dilakukan akhir minggu sebanyak 3 kali. Secara kualitatif evaluasi dilakukan dengan menilai efisiensi
dan efektivitas pengadaan intervensi. Namun capaian belum maksimal dikarenakan masih banyaknya
ketakutan masyarakat tentang vaksin AstraZeneca, dan tersedianya pilihan vaksin lain (Pfizer). Selain itu
banyaknya peserta yang hadir namun belum 3 bulan pasca terkonfirmasi COVID-19 yang mana sesuai
dengan SE Nomor HK.02.02/II/368/2021 tentang pelaksanaan vaksinasi COVID.
4.2 Saran
Menanggapi kesenjangan antara hasil cakupan penerima vaksinasi Kelurahan Rawamangun
dengan target, dapat dilakukan intervensi dengan jangka waktu yang lebih lama dan melakukan
pendekatan edukasi secara perorangan.
LAMPIRAN 1
Proposal Kegiatan
Rumusan Penyebab Kurangnya media informasi terkait vaksin dan pelayanan vaksinasi di
wilayah kelurahan Rawamangun
Tujuan khusus:
Cakupan vaksinasi kurangn serta embentuk kekebalan kelompok,
menurunkan kesakitan dan kematian akibat COVID-19 di wilayah
kelurahan Rawamangun
Rincian Kegiatan Pembuatan media informasi online yang disebarluaskan melalui sosial
media
Pembuatan leaflet sebagai sarana media informasi offline yang dapat
disebarkan kepada setiap masyarakat umum
Pembuatan media informasi untuk meluruskan hoax dan membasmi
stigma terkait vaksinasi yang ada
Estimasi Biaya Estimasi biaya Rp2.000.000,00 untuk biaya berlanggan internet dan
bahan habis pakai serta biaya pembuatan media informasi online dan
offline
Metode Evaluasi Evaluasi berkala tentang pencatatan jumlah peserta yang hadir dan
penghitungan pasien tunda dan yang bisa divaksin
Evaluasi berkala tentang pengetahuan peserta terkait vaksin serta
apakah terdapat perbaikan stigma vaksinasi di msayarakat
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
REFERENSI
1. Siti, S., et al. (2020) 'Covid-19 and Indonesia', Indones J Intern Med, 52(1), pp.1.
2. Johns Hopkins University Center for Systems Science and Engineering. 2021.COVID-19
Data.
3. WHO Indonesia. 2020. Survei Penerimaan Vaksin COVID-19 di Indonesia. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Buku Saku Info Vaksin. Komite
Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional. Jakarta.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 Penyelenggaraan Vaksinasi. 2017.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 84 Tahun 2020 Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka
Penanggulangan Pandemi COVID-19. 2020. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2020 Pelaksanaan Pengadaan Vaksin dalam
rangka Penanggulangan Pandemi COVID-19. 2020. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
8. Zhang C, Maruggi G, Shan H, Li J. Advances in mRNA vaccines for infectious diseases.
Frontiers in Immunology. 2019 Mar 27;10:594.
9. Wang F, Kream RM, Stefano GB. An evidence based perspective on mRNA-SARS-CoV-2
vaccine development. Medical science monitor: international medical journal of
experimental and clinical research. 2020;26:e924700-1.
10. Li Y. Meet the mRNA vaccine rookies aiming to take down COVID-19. American
Chemical Society; 2020.
11. Wadhwa A, Aljabbari A, Lokras A, Foged C, Thakur A. Opportunities and challenges in the
delivery of mRNA-based vaccines. Pharmaceutics. 2020 Feb;12(2):102.
12. COVID-19. Data Vaksinasi COVID-19 (Update per 30 April 2021) - Berita Terkini |
Covid19.go.id. 2021.
13. Chen Y, Klein SL, Garibaldi BT, et al. Aging in COVID-19: Vulnerability, immunity and
intervention. Ageing Res Rev. 2021 Jan; 65: 101205.