Pembimbing :
dr. Meivy Isnoviana, S.H, M.H
1
UNIVERISTAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
Jl. Dukuh Kupang XXV, No. 54, Kec. Dukuh Pakis, Surabaya
LEMBAR PENGESAHAN
KEPANITERAAN KLINIK FK-UWKS RSUD DR. SOETOMO
KOTA SURABAYA
Mengetahui,
Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berbagai kemudahan kepada penulis untuk menyelesaikan referat
dengan judul “Profesionalisme Dokter Terhadap Pasien” tepat pada waktunya.
Referat ini disusun dalam rangka mengikuti Kepanitraan Klinik di Bagian/SMF
Kedokteran Forensik dan Medikolegal dalam menempuh profesi dokter di FK
UWKS/RSUD Kabupaten Kediri.
Selain itu penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Kuntaman, dr., MS., Sp.MK (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
2. dr. H. Agus Moch. Algozi, Sp.F (K) DFM, S.H selaku Kepala Bagian
Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal di Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan
sasaran yang sangat membangun saya hargai guna penyempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................ 3
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 3
A. Definisi ................................................................................................................... 3
B. Kualitas Prasyarat Profesionalisme .................................................................... 4
C. Etika Medis ............................................................................................................ 5
Tabel 1. Etika Kedokteran dan Praktek Klinis .......................................................... 7
D. Tantangan Hubungan Dokter dengan Pasien .................................................... 7
E. Cara Mengatasi Tantangan Hubungan Dokter dengan Pasien ...................... 10
BAB III............................................................................................................................. 11
KASUS DAN PEMBAHASAN ...................................................................................... 11
A. Skenario Kasus .................................................................................................... 11
B. Sanksi Kasus ........................................................................................................ 11
C. Pembahasan ......................................................................................................... 12
BAB IV ............................................................................................................................. 15
KESIMPULAN ............................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hubungan antara dokter dan pasien memiliki peran yang sangat penting
dalam praktik medis, dan hal ini menjadi krusial dalam menjaga profesionalisme
dalam bidang kesehatan. Ada beberapa faktor latar belakang yang berkontribusi
terhadap profesionalisme dokter dalam berinteraksi dengan pasien.
Selain itu, kode etik medis yang ada dalam organisasi medis mengatur
perilaku dokter dalam interaksi dengan pasien, menekankan mengutamakan
kepentingan pasien, menghormati privasi, dan menjaga kerahasiaan informasi
medis. Komunikasi efektif menjadi landasan penting dalam hubungan dokter-
pasien, termasuk kemampuan mendengarkan, menjelaskan diagnosis, serta
merespons pertanyaan dan kekhawatiran pasien.
Hubungan yang baik antara dokter dan pasien juga berdampak pada kualitas
asuhan kesehatan yang diberikan. Pasien yang merasa nyaman dan percaya
terhadap dokternya cenderung lebih kooperatif dalam mengikuti pengobatan dan
anjuran medis. Terakhir, pemahaman terhadap latar belakang budaya dan nilai
pasien membantu dokter memberikan perawatan yang lebih relevan dan efektif.
4
Pentingnya profesionalisme dalam hubungan dokter-pasien tidak dapat
diabaikan. Dokter yang menjunjung tinggi nilai-nilai profesionalisme membantu
menciptakan lingkungan perawatan kesehatan yang aman, hormat, dan efektif bagi
semua pasien.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
❖ Trustworthy
Memperoleh kepercayaan dari pelajar dan pasien, seorang profesional harus
menunjukkan integritas, kejujuran, dan akuntabilitas secara konsisten dalam
jangka waktu tertentu. Selain itu, penting bagi mereka untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan sebagai komitmen serta mengelola konflik kepentingan
dengan menunjukkan keandalan dan dedikasi. Mempertahankan hubungan
yang tepat dengan pelajar dan pasien merupakan kualitas yang diharapkan
dari seorang profesional, karena hal ini membangun kepercayaan dan rasa
hormat. Seorang profesional di bidang kesehatan harus selalu menjadikan
kepentingan pasien sebagai prioritas utama, dan tidak boleh membiarkan
kepentingan pribadi menggantikan kepentingan pasien atau praktik klinis.
❖ Soft Skills
Berinteraksi dengan pasien dan siswa secara sopan, santun, dan menghormati
membantu menjaga kelancaran fungsi, menghindari konflik, serta
mendapatkan rasa hormat dari pasien dan teman sebaya. Selain itu, kesabaran
dan kemampuan mendengarkan dengan aktif terhadap masalah pasien tanpa
gangguan adalah kualitas yang sangat diinginkan dalam seorang profesional
medis. Seorang profesional yang memiliki atribut-atribut ini menunjukkan
kecerdasan emosional yang luar biasa.
❖ Ethics
Menjunjung tinggi standar perilaku dan praktik yang diatur oleh Kode Etik
8
Kedokteran sangatlah penting bagi lulusan di India yang harus patuh terhadap
Peraturan Perilaku Profesional, Etiket, dan Etika 2002, yang kemudian
diamandemen pada tahun 2009 oleh Dewan Kedokteran India (MCI) sebagai
tanggung jawab profesional.
C. Etika Medis
Desai & Kadpadia (2022) menjelaskan etika dapat disebut sebagai standar
perilaku, berasal dari prinsip-prinsip benar atau salah. Sudut pandang untuk
memutuskan bagaimana bertindak dalam situasi tertentu atau menganalisis masalah
yang kompleks. Etika kedokteran berfokus pada perilaku moral dan prinsip-prinsip
untuk diterapkan terhadap pasien, hubungan dokter-pasien, dan komunikasi dalam
praktik kedokteran. Namun, rentang etika kedokteran lebih luas dan mencakup
etika penelitian dan etika publikasi. Prinsip-prinsip dasar Etika Kedokteran adalah
otonomi, beneficence, non maleficence, dan keadilan. Penerapan prinsip-prinsip
tersebut dalam praktik kedokteran meliputi respect for the desire of the person,
informed consent, protection of privacy and confidentiality, facilitation of decision-
making, giving maximum benefit, and first do no harm, fairness, and equal
distribution of health care resources, (Desai & Kadpadia, 2022). Berikut adalah
tabel Etika Kedokteran dalam Praktek Klinis, (Desai & Kadpadia, 2022)
9
Prinsip Etika Kedokteran Aplikasi dalam Praktek Medis
10
fisik, psikologis, atau sosial
- Kompetensi medis, perawatan maksimal,
dan keamanan
- Mengevaluasi risiko terhadap pasien
❖ Ketidakcocokan Komunikasi
Dokter dan pasien mungkin memiliki gaya komunikasi yang berbeda, yang
dapat menyulitkan pemahaman dan pertukaran informasi yang efektif.
Misinterpretasi atau ketidakjelasan dalam komunikasi dapat menghambat
pengambilan keputusan yang baik tentang perawatan.
❖ Keterbatasan Waktu
Pasien dari latar belakang budaya atau bahasa yang berbeda mungkin
menghadapi hambatan dalam berkomunikasi dengan dokter. Perbedaan
budaya dan bahasa ini dapat menyulitkan dokter untuk memahami
sepenuhnya masalah kesehatan pasien dan memberikan perawatan yang
relevan.
Pasien dan dokter tidak selalu setuju tentang rencana pengobatan yang
diusulkan. Tantangan ini dapat muncul ketika pasien memiliki preferensi
atau keyakinan tertentu yang berbeda dengan pandangan medis dokter.
❖ Ketidakpastian Diagnosis
12
❖ Privasi dan Keamanan Informasi
Dalam era digital, mengelola privasi dan keamanan informasi medis pasien
menjadi tantangan, terutama ketika berurusan dengan rekaman medis
elektronik dan pertukaran informasi melalui platform online.
A. Skenario Kasus
Kasus pelanggaran profesionalisme dokter dilakukan oleh salah satu dokter
muda atas nama Kevin Samuel. Kejadian tersebut terjadi pada 17 April 2021, Kevin
Samuel telah mengunggah konten video di platform sosial media pribadinya
(TikTok), melalui akunnya yakni @dr.kevinsamuelmpg, ia mengunggah video
berdurasi 15 detik, yang mengilustrasikan “pemeriksaan dalam” pada seorang
pasien perempuan menjelang melahirkan.
Unggahan itu berpotensi menimbulkan persepsi bagi sebagian orang karena
menunjukkan reka adegan bernuansa di luar kepatutan ketika seorang dokter
memeriksa pasiennya. Video itu dinilai telah merendahkan martabat perempuan
sehingga menimbulkan protes dari masyarakat terutama kaum hawa.
Penggagas Gerakan Dokter Tanpa Stigma, Sandra Suryadana mengatakan ia
termasuk diantara mereka yang terpukul dengan perbuatan Kevin Samuel. Menurut
Sandra, video itu juga membuat citra baik tenaga medis yang selama ini telah susah
payah dibangun bisa menjadi hancur. Dia pun tak menampik selama ini ada sekat
antara tenaga medis dengan masyarakat. Namun, dengan adanya video itu dinilai
bisa memperburuk stigma tenaga medis di kalangan masyarakat luas.
B. Sanksi Kasus
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Pusat Ikatan Dokter Indonesia (MKEK
IDI) hari Kamis (22/4) menjatuhkan sanksi terhadap Kevin Samuel, dokter muda
yang dinilai telah melakukan pelanggaran etika profesi kedokteran kategori sedang,
setelah mengunggah video reka adegan persalinan dan vaginal touche di akun
TikTok miliknya. Sontak video itu menimbulkan kemarahan banyak orang,
terutama kaum perempuan. Mereka menilai dokter yang memiliki sekitar 110 ribu
follower di Instagram itu telah melanggar privasi dan melecehkan perempuan.
Ketua IDI Cabang Jakarta Selatan M.Yadi Permana mengatakan pihaknya
telah melakukan sidang tertutup selama tiga hari sejak Sabtu lalu (17/4), dilanjutkan
dengan penyelidikan dan pemanggilan Kevin Samuel. Selama proses persidangan
14
berlangsung, Kevin telah mengakui perbuatan tersebut dan berjanji untuk tidak
mengulangi perbuatan yang sejenis, serta kedepannya akan berhati-hati.
Berdasarkan hasil sidang tersebut yang bersangkutan dikenai sanksi kategori
satu, antara lain membuat refleksi diri secara tertulis, mengikuti workshop etika
yang ditentukan MKEK, dan juga mengikuti modul etik yang sedang berjalan di
Fakultas Kedokteran yang ditunjuk oleh MKEK. Ia juga diharuskan mengikuti
program magang bersama panutan selama tiga bulan dan kerja sosial pengabdian
profesi di institusi kesehatan yang ditunjuk MKEK tidak lebih dari tiga bulan.
Sedangkan sanksi kategori dua yang juga dijatuhkan terhadapnya adalah
rekomendasi pemberhentian jabatan tertentu, pemberhentian dari jabatan,
organisasi, dan larangan menjabat di IDI untuk satu periode kepengurusan. Lalu,
kerja sosial pengabdian yang ditunjuk MKEK dalam kurun waktu 6-12 bulan, dan
mengikuti program magang bersama panutan selama 6 sampai 12 bulan.
C. Pembahasan
Pada kasus yang disampaikan, terdapat pelanggaran profesionalisme yang
dilakukan oleh seorang dokter muda bernama Kevin Samuel. Kevin mengunggah
konten video di platform media sosial TikTok yang menunjukkan adegan
pemeriksaan dalam pada seorang pasien perempuan menjelang melahirkan. Video
tersebut dianggap tidak pantas dan merendahkan martabat perempuan, sehingga
menimbulkan protes dari masyarakat, terutama kaum perempuan.
Kasus ini menimbulkan konsekuensi serius bagi Kevin Samuel. Majelis
Kehormatan Etik Kedokteran Pusat Ikatan Dokter Indonesia (MKEK IDI)
menjatuhkan sanksi terhadapnya karena dianggap melanggar etika profesi
kedokteran. Sanksi yang diberikan termasuk refleksi diri secara tertulis, mengikuti
workshop etika, dan mengikuti modul etik di Fakultas Kedokteran yang ditentukan
oleh MKEK. Kevin juga diharuskan menjalani program magang dan kerja sosial
pengabdian profesi di institusi kesehatan yang ditunjuk oleh MKEK.
Selain itu, Kevin juga dikenai sanksi kategori dua, seperti rekomendasi
pemberhentian jabatan tertentu, pemberhentian dari jabatan, organisasi, dan
larangan menjabat di IDI untuk satu periode kepengurusan. Ia juga diharuskan
menjalani kerja sosial pengabdian dan program magang bersama panutan dalam
15
kurun waktu 6-12 bulan.
Dalam kasus ini, terdapat kaitan antara kasus, sanksi, dan teori
profesionalisme medis serta etika kedokteran. Kasus ini mencerminkan
pelanggaran terhadap prinsip etika medis, terutama dalam hal menghormati privasi
pasien dan menjaga martabat serta menghindari pelecehan terhadap pasien.
Pelanggaran ini dianggap sebagai pelanggaran etika yang serius, yang
mempengaruhi citra baik tenaga medis dan masyarakat luas.
Dalam teori profesionalisme medis, salah satu prasyarat profesionalisme
adalah kompetensi profesional. Dokter harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai dalam menjalankan praktik kedokteran. Selain itu,
komunikasi yang baik, kepercayaan, keterampilan interpersonal, dan etika juga
merupakan aspek-aspek penting dalam profesionalisme medis.
Dalam hal ini, Kevin Samuel melanggar prinsip etika kedokteran dengan
mengunggah video yang tidak pantas dan merendahkan martabat pasien. Tindakan
ini tidak hanya melanggar privasi pasien, tetapi juga menodai reputasi profesi
medis. Oleh karena itu, sanksi yang dijatuhkan oleh MKEK IDI bertujuan untuk
memperbaiki perilaku Kevin dan memastikan bahwa ia tidak mengulangi perbuatan
serupa di masa depan.
Tantangan dalam menjaga profesionalisme medis juga menjadi perhatian
dalam kasus ini. Salah satu tantangan tersebut adalah perubahan ekspektasi
masyarakat terhadap dokter dan perubahan ekspektasi dokter terhadap kondisi kerja
mereka sendiri. Untuk mengatasi tantangan ini, dokter perlu mengadopsi
pendekatan baru dan bekerja sama dengan pemangku kepentingan lainnya untuk
menentukan standar dan nilai profesionalisme yang diharapkan dari profesi medis.
Pemimpin institusi medis juga memiliki peran penting dalam menerjemahkan
standar tersebut menjadi praktik sehari-hari dan memberikan informasi yang jelas
kepada publik mengenai peran dan batasan dokter.
Dalam kesimpulannya, kasus pelanggaran profesionalisme dokter yang
dilakukan oleh Kevin Samuel memperlihatkan pelanggaran terhadap prinsip etika
kedokteran dan merusak citra profesi medis. Sanksi yang dijatuhkan bertujuan
untuk memperbaiki perilaku dan mengingatkan pentingnya menjaga
16
profesionalisme dalam praktik kedokteran. Tantangan dalam menjaga
profesionalisme medis perlu diatasi dengan kerjasama antara dokter, pemangku
kepentingan, dan pemimpin institusi medis.
17
BAB IV
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
Cooper-Moss, N., Hooper, H., Choong, K. A., & Chauhan, U. (2022). Medical
professionalism: Navigating modern challenges. InnovAiT, Vol. 15(1), 7–
13.
Desai, M. K., & Kadpadia, J. D. (2022). Medical professionalism and ethics.
Journal of Pharmacology and pharmacotherapeutics 13(2) 113–118.
Passi, V., Doug, M., Piele, E., Thistlethwaite, J., & Johnson, N. (2010). Developing
medical professionalism in future doctors: a systematic review.
International Journal of Medical Education; 1:19-29.
Purnamasari, C. B., Claramita, M., & Prabandari, Y. S. (2015). Pembelajaran
profesionalisme kedokteran dalam persepsi instruktur dan mahasiswa.
Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia Vol. 4, No. 1.
Rosen, R., & Dewar, S. (2004). On being a Doctor. London: King's Fund.
19