Anda di halaman 1dari 20

RESPONSI DOKTER MUDA

PROFESIONALISME DOKTER TERHADAP PASIEN

Disusun Oleh: Adiya


Elsa Regita Cahyani
21710142

Pembimbing :
dr. Meivy Isnoviana, S.H, M.H

KEPANITRAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN


FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.SOETOMO
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA
2023

1
UNIVERISTAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
Jl. Dukuh Kupang XXV, No. 54, Kec. Dukuh Pakis, Surabaya

LEMBAR PENGESAHAN
KEPANITERAAN KLINIK FK-UWKS RSUD DR. SOETOMO
KOTA SURABAYA

Telah dipresentasikan di:


Surabaya, ........................................ 2023
Stase Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

Mengetahui,
Pembimbing

Dr. Meivy Isnoviana, S.H, M.H

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berbagai kemudahan kepada penulis untuk menyelesaikan referat
dengan judul “Profesionalisme Dokter Terhadap Pasien” tepat pada waktunya.
Referat ini disusun dalam rangka mengikuti Kepanitraan Klinik di Bagian/SMF
Kedokteran Forensik dan Medikolegal dalam menempuh profesi dokter di FK
UWKS/RSUD Kabupaten Kediri.

Selain itu penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Kuntaman, dr., MS., Sp.MK (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

2. dr. H. Agus Moch. Algozi, Sp.F (K) DFM, S.H selaku Kepala Bagian
Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal di Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

3. dr. Meivy Isnoviana S.H, M.H selaku pembimbing di Bagian Ilmu


Kedokteran Forensik Dan Medikolegal di Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

4. dr. Bambang Rudy Utantio, Sp. JP selaku pembimbing di Bagian Ilmu


Kedokteran Forensik Dan Medikolegal di Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan
sasaran yang sangat membangun saya hargai guna penyempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 10 Agstus 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................ 3
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 3
A. Definisi ................................................................................................................... 3
B. Kualitas Prasyarat Profesionalisme .................................................................... 4
C. Etika Medis ............................................................................................................ 5
Tabel 1. Etika Kedokteran dan Praktek Klinis .......................................................... 7
D. Tantangan Hubungan Dokter dengan Pasien .................................................... 7
E. Cara Mengatasi Tantangan Hubungan Dokter dengan Pasien ...................... 10
BAB III............................................................................................................................. 11
KASUS DAN PEMBAHASAN ...................................................................................... 11
A. Skenario Kasus .................................................................................................... 11
B. Sanksi Kasus ........................................................................................................ 11
C. Pembahasan ......................................................................................................... 12
BAB IV ............................................................................................................................. 15
KESIMPULAN ............................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hubungan antara dokter dan pasien memiliki peran yang sangat penting
dalam praktik medis, dan hal ini menjadi krusial dalam menjaga profesionalisme
dalam bidang kesehatan. Ada beberapa faktor latar belakang yang berkontribusi
terhadap profesionalisme dokter dalam berinteraksi dengan pasien.

Pertama, dokter diharapkan mengikuti standar etika dan nilai-nilai


profesionalisme yang mencakup pelayanan berkualitas, kejujuran, integritas, dan
rasa hormat terhadap pasien. Selanjutnya, pendidikan medis dan pelatihan
profesional yang ketat membantu dokter mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, serta sikap yang diperlukan untuk merawat pasien dengan cermat.
Aspek komunikasi, empati, dan keterampilan interpersonal juga ditekankan dalam
pelatihan ini.

Selain itu, kode etik medis yang ada dalam organisasi medis mengatur
perilaku dokter dalam interaksi dengan pasien, menekankan mengutamakan
kepentingan pasien, menghormati privasi, dan menjaga kerahasiaan informasi
medis. Komunikasi efektif menjadi landasan penting dalam hubungan dokter-
pasien, termasuk kemampuan mendengarkan, menjelaskan diagnosis, serta
merespons pertanyaan dan kekhawatiran pasien.

Empati dan kecermatan adalah kualitas penting bagi dokter profesional,


karena ini memungkinkan mereka untuk memahami dan merasakan perasaan serta
pengalaman pasien. Kemampuan untuk berkolaborasi dalam pengambilan
keputusan perawatan medis juga menjadi tanda profesionalisme, dengan
menghormati preferensi pasien dan memberikan informasi yang diperlukan.

Hubungan yang baik antara dokter dan pasien juga berdampak pada kualitas
asuhan kesehatan yang diberikan. Pasien yang merasa nyaman dan percaya
terhadap dokternya cenderung lebih kooperatif dalam mengikuti pengobatan dan
anjuran medis. Terakhir, pemahaman terhadap latar belakang budaya dan nilai
pasien membantu dokter memberikan perawatan yang lebih relevan dan efektif.

4
Pentingnya profesionalisme dalam hubungan dokter-pasien tidak dapat
diabaikan. Dokter yang menjunjung tinggi nilai-nilai profesionalisme membantu
menciptakan lingkungan perawatan kesehatan yang aman, hormat, dan efektif bagi
semua pasien.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Hubungan Dokter dan Pasien


Hubungan dokter dan pasien adalah interaksi yang terjadi antara seorang
dokter yang memberikan pelayanan medis dan seorang pasien yang mencari
perawatan atau nasihat kesehatan. Hubungan ini melibatkan komunikasi, interaksi,
dan kolaborasi antara dokter dan pasien dalam rangka menjaga, mendiagnosis,
merawat, dan mencegah masalah kesehatan. Pada dasarnya, hubungan dokter dan
pasien melibatkan sejumlah aspek, termasuk komunikasi efektif, saling pengertian,
empati, dan kerjasama dalam mengambil keputusan terkait perawatan medis.
Tujuan utama hubungan ini adalah untuk memastikan pasien mendapatkan
perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhannya, dengan mempertimbangkan
nilai-nilai etika, norma-norma medis, dan preferensi pasien. (Desai & Kadpadia,
2022)

Selain memberikan perawatan medis yang kompeten, hubungan dokter dan


pasien juga melibatkan aspek psikologis dan sosial, di mana pasien merasa
didengar, dihormati, dan terlibat dalam proses perawatan mereka. Dalam hubungan
ini, dokter bertindak sebagai penasihat medis dan sumber informasi yang dapat
membantu pasien membuat keputusan yang tepat mengenai kesehatan mereka.
Hubungan dokter dan pasien sangat penting dalam menciptakan lingkungan
perawatan yang positif dan efektif, di mana pasien merasa aman untuk berbicara
tentang masalah kesehatan mereka dan dokter dapat memberikan perawatan dengan
penuh tanggung jawab dan perhatian terhadap kebutuhan pasien. (Desai &
Kadpadia, 2022)
Hubungan dokter dan pasien adalah interaksi yang didasarkan pada etika,
integritas, dan standar profesionalisme dalam praktik medis. Ini mencakup
hubungan yang penuh hormat, saling percaya, dan berdasarkan komunikasi
terbuka antara dokter yang memberikan perawatan medis dan pasien yang mencari
perawatan atau nasihat kesehatan. Dalam hubungan ini, dokter berkomitmen
untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas, menjaga privasi dan
kerahasiaan informasi pasien, serta mengutamakan kepentingan kesehatan pasien
di atas segalanya. Dokter secara etis dan profesional menjalankan praktik medis
6
dengan mempertimbangkan pengetahuan medis terkini, norma-norma medis, dan
panduan klinis yang relevan.
Pasien, di sisi lain, memiliki hak untuk mendapatkan informasi yang jujur
dan akurat tentang kondisi kesehatan mereka, serta hak untuk terlibat dalam
pengambilan keputusan tentang perawatan medis. Hubungan profesional antara
dokter dan pasien mendorong komunikasi dua arah, di mana pasien dapat
mengajukan pertanyaan, mengungkapkan kekhawatiran, dan memberikan
masukan mengenai perawatan yang diusulkan.
Integritas dan etika profesional dokter juga tercermin dalam cara dokter
berinteraksi dengan pasien, menjaga hubungan bebas dari diskriminasi,
prasangka, atau perilaku tidak etis lainnya. Dokter diharapkan memperlakukan
semua pasien dengan rasa hormat tanpa memandang latar belakang budaya, sosial,
atau ekonomi mereka.
Dalam esensinya, hubungan dokter dan pasien secara profesional adalah
fondasi dalam memberikan perawatan kesehatan yang aman, bermutu, dan
beretika. Dengan menjaga hubungan ini dengan penuh integritas dan komitmen
terhadap profesionalisme, dokter dapat memberikan perawatan yang sesuai, serta
mendukung pasien dalam pengelolaan kesehatan mereka. (Cooper-Moss, Hooper,
Choong, & Chauhan, 2022).
B. Kualitas Prasyarat Profesionalisme
Berikut adalah beberapa kualitas prasyarat profesionalisme seorang dokter,
menurut (Desai & Kadpadia, 2022)
❖ Professional Competence
Kompetensi profesional adalah sikap untuk melakukan yang terbaik dan
mencapai keunggulan dalam segala aspek. Penggabungan dari pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku perlu terus ditingkatkan secara konsisten. Sikap
ini membantu para profesional untuk terus berkembang melalui
pengembangan diri, pembelajaran mandiri, dan pendidikan seumur hidup.
Sikap yang dimiliki oleh seorang profesional memiliki kepentingan dan
relevansi yang lebih tinggi bagi masyarakat daripada hanya memiliki
pengetahuan. Namun, disayangkan bahwa sikap ini sulit diajarkan dan dinilai
dalam pendidikan kedokteran konvensional. Selain itu, kompetensi tidak
dapat dicapai dalam waktu singkat; oleh karena itu, memiliki dorongan kuat
untuk mencapai dan mewujudkan potensi diri sangatlah penting.
7
❖ Good Communication Skill
Kemampuan berkomunikasi secara lisan maupun tertulis yang efektif menjadi
kunci untuk membangun hubungan yang kuat dan sukses antara dokter dan
pasien, serta antara guru dan murid. Memberikan waktu yang cukup saat
melakukan anamnesis dan dalam diskusi mengenai rencana pengelolaan telah
terbukti memiliki pengaruh terhadap hasil kesehatan pasien. Terdapat
hubungan yang jelas antara komunikasi dokter-pasien yang efektif dan
peningkatan hasil kesehatan pasien. Tantangan terbesar dalam mencapai
komunikasi yang efektif di tempat kerja di India meliputi departemen rawat
jalan yang ramai, dokter yang bekerja dengan intensitas tinggi namun terbatas
waktu, serta keterbatasan sumber daya. Sebagian besar kesalahan profesional
dan kesalahan medis berasal dari masalah komunikasi.

❖ Trustworthy
Memperoleh kepercayaan dari pelajar dan pasien, seorang profesional harus
menunjukkan integritas, kejujuran, dan akuntabilitas secara konsisten dalam
jangka waktu tertentu. Selain itu, penting bagi mereka untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan sebagai komitmen serta mengelola konflik kepentingan
dengan menunjukkan keandalan dan dedikasi. Mempertahankan hubungan
yang tepat dengan pelajar dan pasien merupakan kualitas yang diharapkan
dari seorang profesional, karena hal ini membangun kepercayaan dan rasa
hormat. Seorang profesional di bidang kesehatan harus selalu menjadikan
kepentingan pasien sebagai prioritas utama, dan tidak boleh membiarkan
kepentingan pribadi menggantikan kepentingan pasien atau praktik klinis.
❖ Soft Skills
Berinteraksi dengan pasien dan siswa secara sopan, santun, dan menghormati
membantu menjaga kelancaran fungsi, menghindari konflik, serta
mendapatkan rasa hormat dari pasien dan teman sebaya. Selain itu, kesabaran
dan kemampuan mendengarkan dengan aktif terhadap masalah pasien tanpa
gangguan adalah kualitas yang sangat diinginkan dalam seorang profesional
medis. Seorang profesional yang memiliki atribut-atribut ini menunjukkan
kecerdasan emosional yang luar biasa.
❖ Ethics
Menjunjung tinggi standar perilaku dan praktik yang diatur oleh Kode Etik

8
Kedokteran sangatlah penting bagi lulusan di India yang harus patuh terhadap
Peraturan Perilaku Profesional, Etiket, dan Etika 2002, yang kemudian
diamandemen pada tahun 2009 oleh Dewan Kedokteran India (MCI) sebagai
tanggung jawab profesional.

C. Etika Medis
Desai & Kadpadia (2022) menjelaskan etika dapat disebut sebagai standar
perilaku, berasal dari prinsip-prinsip benar atau salah. Sudut pandang untuk
memutuskan bagaimana bertindak dalam situasi tertentu atau menganalisis masalah
yang kompleks. Etika kedokteran berfokus pada perilaku moral dan prinsip-prinsip
untuk diterapkan terhadap pasien, hubungan dokter-pasien, dan komunikasi dalam
praktik kedokteran. Namun, rentang etika kedokteran lebih luas dan mencakup
etika penelitian dan etika publikasi. Prinsip-prinsip dasar Etika Kedokteran adalah
otonomi, beneficence, non maleficence, dan keadilan. Penerapan prinsip-prinsip
tersebut dalam praktik kedokteran meliputi respect for the desire of the person,
informed consent, protection of privacy and confidentiality, facilitation of decision-
making, giving maximum benefit, and first do no harm, fairness, and equal
distribution of health care resources, (Desai & Kadpadia, 2022). Berikut adalah
tabel Etika Kedokteran dalam Praktek Klinis, (Desai & Kadpadia, 2022)

9
Prinsip Etika Kedokteran Aplikasi dalam Praktek Medis

Autonomy - Menghormati orang dalam kelompok


sasaran (dokter-pasien),(guru–siswa)
- Menghargai pilihan pasien, kebebasan
memilih tanpa paksaan/ancaman
- Komunikasikan semua detail tentang
penyakit
- Memfasilitasi pengambilan keputusan yang
terinformasi
- Penjelasan dan persetujuan
- Menjaga kerahasiaan dan privasi

Beneficence - Komitmen untuk berbuat baik kepada


pasien dan masyarakat
- Keputusan dokter demi kepentingan terbaik
pasien. Atribut welas asih, tanggap,
kepekaan, dan komitmen untuk unggul
dapat membantu mencapai tujuan

Nonmaleficence - Lindungi pasien yang rentan dari bahaya

10
fisik, psikologis, atau sosial
- Kompetensi medis, perawatan maksimal,
dan keamanan
- Mengevaluasi risiko terhadap pasien

Justice - Keadilan dan nondiskriminasi dalam


praktek medis
- Bagikan sumber daya kesehatan yang
terbatas

Tabel 1. Etika Kedokteran dan Praktek Klinis

D. Tantangan Pada Hubungan Dokter dan Pasien

Terdapat beberapa tantangan dalam Hubungan Dokter dan Pasien . Berikut


adalah tantangan tantangan dalam Hubungan Dokter dan Pasien, (Rosen & Dewar,
2004).

❖ Ketidakcocokan Komunikasi

Dokter dan pasien mungkin memiliki gaya komunikasi yang berbeda, yang
dapat menyulitkan pemahaman dan pertukaran informasi yang efektif.
Misinterpretasi atau ketidakjelasan dalam komunikasi dapat menghambat
pengambilan keputusan yang baik tentang perawatan.

❖ Keterbatasan Waktu

Dokter sering menghadapi keterbatasan waktu dalam berkonsultasi dengan


pasien karena tekanan jadwal yang padat. Hal ini dapat membatasi
kemampuan dokter untuk mendengarkan dengan seksama atau memberikan
penjelasan yang cukup kepada pasien.

❖ Kekhawatiran Terhadap Privasi

Pasien mungkin merasa tidak nyaman untuk berbicara terbuka tentang


masalah kesehatan yang sensitif karena kekhawatiran terhadap privasi. Ini
bisa menghambat dokter dalam meresepkan perawatan yang tepat jika
11
informasi yang relevan tidak diungkapkan.

❖ Kekhawatiran Terhadap Biaya

Pasien mungkin memiliki kekhawatiran terhadap biaya perawatan, terutama


dalam sistem kesehatan yang berbiaya tinggi. Kekhawatiran ini dapat
mempengaruhi keputusan pasien tentang tindakan medis yang dianjurkan
oleh dokter.

❖ Perbedaan Budaya dan Bahasa

Pasien dari latar belakang budaya atau bahasa yang berbeda mungkin
menghadapi hambatan dalam berkomunikasi dengan dokter. Perbedaan
budaya dan bahasa ini dapat menyulitkan dokter untuk memahami
sepenuhnya masalah kesehatan pasien dan memberikan perawatan yang
relevan.

❖ Kurangnya Empati dan Kecermatan

Beberapa dokter mungkin kurang dalam menunjukkan empati atau


kecermatan terhadap perasaan dan kebutuhan pasien. Kurangnya aspek ini
dalam hubungan dapat mengurangi kepercayaan pasien dan kualitas
perawatan yang diberikan.

❖ Ketidaksetujuan tentang Pengobatan

Pasien dan dokter tidak selalu setuju tentang rencana pengobatan yang
diusulkan. Tantangan ini dapat muncul ketika pasien memiliki preferensi
atau keyakinan tertentu yang berbeda dengan pandangan medis dokter.

❖ Penggunaan Teknologi dan Catatan Medis Elektronik

Meskipun teknologi memiliki manfaat, penggunaan catatan medis


elektronik atau teknologi komunikasi dalam hubungan dokter-pasien dapat
mengubah dinamika interaksi dan menyebabkan kehilangan aspek personal.

❖ Ketidakpastian Diagnosis

Terkadang, diagnosis medis tidak langsung jelas, dan pasien mungkin


merasa frustasi atau cemas karena ketidakpastian ini.

12
❖ Privasi dan Keamanan Informasi

Dalam era digital, mengelola privasi dan keamanan informasi medis pasien
menjadi tantangan, terutama ketika berurusan dengan rekaman medis
elektronik dan pertukaran informasi melalui platform online.

Mengatasi tantangan-tantangan ini memerlukan upaya bersama dari kedua


belah pihak, dengan komunikasi yang terbuka, pengertian, dan kerjasama untuk
mencapai tujuan perawatan yang optimal.
Untuk memfasilitasi perkembangan profesionalisme medis modern, kami
merekomendasikan bahwa dokter mengadopsi pendekatan baru. Pemimpin profesi
medis perlu:
- Untuk memfasilitasi perkembangan profesionalisme medis modern, dokter
harus mengadopsi pendekatan baru. Hal ini melibatkan pengakuan bahwa
berbagai pemangku kepentingan sekarang memiliki kepentingan yang sah
dalam mendefinisikan profesionalisme, meskipun mereka mungkin
mengejar kepentingan yang berbeda.
- Penting bagi dokter untuk memahami betapa pentingnya profesionalisme
modern dalam memperkuat kepercayaan pada profesi medis. Ini melibatkan
mengembangkan hubungan yang solid antara dokter dan pemangku
kepentingan lainnya sebagai dasar yang efektif untuk menegosiasikan ulang
standar dan nilai yang diharapkan dari profesi medis.
- Para pemimpin institusi medis juga harus memainkan peran penting dalam
menerjemahkan standar yang diharapkan ini menjadi praktik sehari-hari.
Selain itu, penting untuk memberitahu publik dan pemangku kepentingan
lainnya tentang apa yang dapat diharapkan dari dokter dan batasan peran
mereka.
- Kepatuhan terhadap privasi dan keamanan informasi pasien adalah krusial
dalam hubungan dokter dan pasien serta praktik medis secara keseluruhan.
Dokter bertanggung jawab untuk memastikan informasi medis pasien tetap
aman dan rahasia. Ini dapat dicapai melalui serangkaian langkah, seperti
mengikuti pedoman keamanan dalam pengelolaan catatan medis elektronik,
memberikan pelatihan kepada staf tentang privasi dan keamanan,
memastikan akses terbatas hanya pada personel yang berwenang, serta
melindungi data dengan enkripsi.
13
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Skenario Kasus
Kasus pelanggaran profesionalisme dokter dilakukan oleh salah satu dokter
muda atas nama Kevin Samuel. Kejadian tersebut terjadi pada 17 April 2021, Kevin
Samuel telah mengunggah konten video di platform sosial media pribadinya
(TikTok), melalui akunnya yakni @dr.kevinsamuelmpg, ia mengunggah video
berdurasi 15 detik, yang mengilustrasikan “pemeriksaan dalam” pada seorang
pasien perempuan menjelang melahirkan.
Unggahan itu berpotensi menimbulkan persepsi bagi sebagian orang karena
menunjukkan reka adegan bernuansa di luar kepatutan ketika seorang dokter
memeriksa pasiennya. Video itu dinilai telah merendahkan martabat perempuan
sehingga menimbulkan protes dari masyarakat terutama kaum hawa.
Penggagas Gerakan Dokter Tanpa Stigma, Sandra Suryadana mengatakan ia
termasuk diantara mereka yang terpukul dengan perbuatan Kevin Samuel. Menurut
Sandra, video itu juga membuat citra baik tenaga medis yang selama ini telah susah
payah dibangun bisa menjadi hancur. Dia pun tak menampik selama ini ada sekat
antara tenaga medis dengan masyarakat. Namun, dengan adanya video itu dinilai
bisa memperburuk stigma tenaga medis di kalangan masyarakat luas.
B. Sanksi Kasus
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Pusat Ikatan Dokter Indonesia (MKEK
IDI) hari Kamis (22/4) menjatuhkan sanksi terhadap Kevin Samuel, dokter muda
yang dinilai telah melakukan pelanggaran etika profesi kedokteran kategori sedang,
setelah mengunggah video reka adegan persalinan dan vaginal touche di akun
TikTok miliknya. Sontak video itu menimbulkan kemarahan banyak orang,
terutama kaum perempuan. Mereka menilai dokter yang memiliki sekitar 110 ribu
follower di Instagram itu telah melanggar privasi dan melecehkan perempuan.
Ketua IDI Cabang Jakarta Selatan M.Yadi Permana mengatakan pihaknya
telah melakukan sidang tertutup selama tiga hari sejak Sabtu lalu (17/4), dilanjutkan
dengan penyelidikan dan pemanggilan Kevin Samuel. Selama proses persidangan

14
berlangsung, Kevin telah mengakui perbuatan tersebut dan berjanji untuk tidak
mengulangi perbuatan yang sejenis, serta kedepannya akan berhati-hati.
Berdasarkan hasil sidang tersebut yang bersangkutan dikenai sanksi kategori
satu, antara lain membuat refleksi diri secara tertulis, mengikuti workshop etika
yang ditentukan MKEK, dan juga mengikuti modul etik yang sedang berjalan di
Fakultas Kedokteran yang ditunjuk oleh MKEK. Ia juga diharuskan mengikuti
program magang bersama panutan selama tiga bulan dan kerja sosial pengabdian
profesi di institusi kesehatan yang ditunjuk MKEK tidak lebih dari tiga bulan.
Sedangkan sanksi kategori dua yang juga dijatuhkan terhadapnya adalah
rekomendasi pemberhentian jabatan tertentu, pemberhentian dari jabatan,
organisasi, dan larangan menjabat di IDI untuk satu periode kepengurusan. Lalu,
kerja sosial pengabdian yang ditunjuk MKEK dalam kurun waktu 6-12 bulan, dan
mengikuti program magang bersama panutan selama 6 sampai 12 bulan.
C. Pembahasan
Pada kasus yang disampaikan, terdapat pelanggaran profesionalisme yang
dilakukan oleh seorang dokter muda bernama Kevin Samuel. Kevin mengunggah
konten video di platform media sosial TikTok yang menunjukkan adegan
pemeriksaan dalam pada seorang pasien perempuan menjelang melahirkan. Video
tersebut dianggap tidak pantas dan merendahkan martabat perempuan, sehingga
menimbulkan protes dari masyarakat, terutama kaum perempuan.
Kasus ini menimbulkan konsekuensi serius bagi Kevin Samuel. Majelis
Kehormatan Etik Kedokteran Pusat Ikatan Dokter Indonesia (MKEK IDI)
menjatuhkan sanksi terhadapnya karena dianggap melanggar etika profesi
kedokteran. Sanksi yang diberikan termasuk refleksi diri secara tertulis, mengikuti
workshop etika, dan mengikuti modul etik di Fakultas Kedokteran yang ditentukan
oleh MKEK. Kevin juga diharuskan menjalani program magang dan kerja sosial
pengabdian profesi di institusi kesehatan yang ditunjuk oleh MKEK.
Selain itu, Kevin juga dikenai sanksi kategori dua, seperti rekomendasi
pemberhentian jabatan tertentu, pemberhentian dari jabatan, organisasi, dan
larangan menjabat di IDI untuk satu periode kepengurusan. Ia juga diharuskan
menjalani kerja sosial pengabdian dan program magang bersama panutan dalam

15
kurun waktu 6-12 bulan.
Dalam kasus ini, terdapat kaitan antara kasus, sanksi, dan teori
profesionalisme medis serta etika kedokteran. Kasus ini mencerminkan
pelanggaran terhadap prinsip etika medis, terutama dalam hal menghormati privasi
pasien dan menjaga martabat serta menghindari pelecehan terhadap pasien.
Pelanggaran ini dianggap sebagai pelanggaran etika yang serius, yang
mempengaruhi citra baik tenaga medis dan masyarakat luas.
Dalam teori profesionalisme medis, salah satu prasyarat profesionalisme
adalah kompetensi profesional. Dokter harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai dalam menjalankan praktik kedokteran. Selain itu,
komunikasi yang baik, kepercayaan, keterampilan interpersonal, dan etika juga
merupakan aspek-aspek penting dalam profesionalisme medis.
Dalam hal ini, Kevin Samuel melanggar prinsip etika kedokteran dengan
mengunggah video yang tidak pantas dan merendahkan martabat pasien. Tindakan
ini tidak hanya melanggar privasi pasien, tetapi juga menodai reputasi profesi
medis. Oleh karena itu, sanksi yang dijatuhkan oleh MKEK IDI bertujuan untuk
memperbaiki perilaku Kevin dan memastikan bahwa ia tidak mengulangi perbuatan
serupa di masa depan.
Tantangan dalam menjaga profesionalisme medis juga menjadi perhatian
dalam kasus ini. Salah satu tantangan tersebut adalah perubahan ekspektasi
masyarakat terhadap dokter dan perubahan ekspektasi dokter terhadap kondisi kerja
mereka sendiri. Untuk mengatasi tantangan ini, dokter perlu mengadopsi
pendekatan baru dan bekerja sama dengan pemangku kepentingan lainnya untuk
menentukan standar dan nilai profesionalisme yang diharapkan dari profesi medis.
Pemimpin institusi medis juga memiliki peran penting dalam menerjemahkan
standar tersebut menjadi praktik sehari-hari dan memberikan informasi yang jelas
kepada publik mengenai peran dan batasan dokter.
Dalam kesimpulannya, kasus pelanggaran profesionalisme dokter yang
dilakukan oleh Kevin Samuel memperlihatkan pelanggaran terhadap prinsip etika
kedokteran dan merusak citra profesi medis. Sanksi yang dijatuhkan bertujuan
untuk memperbaiki perilaku dan mengingatkan pentingnya menjaga

16
profesionalisme dalam praktik kedokteran. Tantangan dalam menjaga
profesionalisme medis perlu diatasi dengan kerjasama antara dokter, pemangku
kepentingan, dan pemimpin institusi medis.

17
BAB IV
KESIMPULAN

Kasus pelanggaran Hubungan Dokter dan Pasien tentang profesionalisme


dan etika oleh dokter Kevin Samuel menyoroti pentingnya menjaga prinsip etika
medis seperti menghormati privasipasien dan menjaga martabat mereka. Kevin
dikenai sanksi oleh MKEK IDI yang termasuk refleksi diri, workshop etika,
program magang, dan kerja sosial pengabdian profesi.
Pelanggaran seperti ini merusak citra profesi medis dan menuntut tindakan
tegas. Tantangan dalam menjaga profesionalisme medis melibatkan perubahan
ekspektasi masyarakat terhadap dokter dan perubahan kondisi kerja dokter.
Kolaborasi antara dokter, pemangku kepentingan, dan pemimpin institusi medis
diperlukan untuk menetapkan standar dan nilai profesionalisme serta
menginformasikan publik tentang peran dan batasan dokter.
Kesimpulannya, kasus ini menyoroti pentingnya menjaga Hubungan Dokter
dan Pasien srta etika kedokteran. Sanksi yang dijatuhkan bertujuan memperbaiki
perilaku dan mengingatkan pentingnya prinsip-prinsip ini. Kolaborasi antara
dokter, pemangku kepentingan, dan pemimpin institusi medis dapat mengatasi
tantangan dalam menjaga profesionalisme medis demi menjaga citra positif
profesi kedokteran.

18
DAFTAR PUSTAKA
Cooper-Moss, N., Hooper, H., Choong, K. A., & Chauhan, U. (2022). Medical
professionalism: Navigating modern challenges. InnovAiT, Vol. 15(1), 7–
13.
Desai, M. K., & Kadpadia, J. D. (2022). Medical professionalism and ethics.
Journal of Pharmacology and pharmacotherapeutics 13(2) 113–118.
Passi, V., Doug, M., Piele, E., Thistlethwaite, J., & Johnson, N. (2010). Developing
medical professionalism in future doctors: a systematic review.
International Journal of Medical Education; 1:19-29.
Purnamasari, C. B., Claramita, M., & Prabandari, Y. S. (2015). Pembelajaran
profesionalisme kedokteran dalam persepsi instruktur dan mahasiswa.
Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia Vol. 4, No. 1.
Rosen, R., & Dewar, S. (2004). On being a Doctor. London: King's Fund.

19

Anda mungkin juga menyukai