Oleh:
Nilang pabisiang, S.Ked
(10542063515)
Pembimbing:
Dr. dr. H. Nasruddin A.M,Sp.OG(K)., MARS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
LEMBAR PENGESAHAN
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat, hidayah, kesehatan dan kesempatan-Nya sehingga referat dengan judul
“profesionalisme performance di bagian obgin”, ini dapat terselesaikan. Salam
dan shalawat senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, sang
pembelajar sejati yang memberikan pedoman hidup yang sesungguhnya.
Pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing Dr. dr. H.
Nasruddin A.M,Sp.OG(K),. MARS, yang telah memberikan petunjuk, arahan dan
nasehat yang sangat berharga dalam penyusunan sampai dengan selesainya referat
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan
kekurangan dalam penyusunan referat ini, baik dari isi maupun penulisannya.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis harapkan demi
penyempurnaan referat ini.
Demikian, semoga referat ini bermanfaat bagi pembaca secara umum dan
penulis secara khususnya.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................3
B. Karakter Seoramg Dokter Islami...........................................................................13
BAB III PENUTUP..............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................28
iii
BAB I
PENDAHULUAN
yang tinggi akan kebiasaan dan perilaku yang tepat. Profesi kedokteran dan kesehatan
profesional menjadi bagian kompetensi yang wajib di kuasai seorang dokter. Oleh
karena itu, usaha pembelajaran sangat tepat jika dimulai sejak dini.1
dan tanggung jawab kepada pasien yang prosesnya dimulai sejak pertama kali masuk
sekolah kedokteran.1
professional dituntut untuk mengenal dan mengetahui segala hal yang berkaitan
dengan manusia, baik manusia sebagai individu maupun manusia sebagai makhluk
sosial.
1
Dengan demikian, seorang calon dokter atau dokter memerlukan pengetahuan
tentang cara menangani manusia tersebut dari segala sudut pandang, sejak mulai
konsepsi, sampai pada masa tua bahkan sampai akhir dari hidupnya.2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Profesional Performance
Profesionalisme berasal dari akar kata “profesi”. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2008), profesionalisme adalah “tindak tanduk yang
merupakan ciri suatu profesi”. Profesi memiliki kekuasaan tersendiri dan karena
itu mempunyai tanggung jawab khusus. Profesi memiliki keahlian yang tertutup
dari orang lain dan disatukan oleh latar belakang pendidikan yang sama serta.
Orang yang bergabung dengan kelompok profesi memiliki pengetahuan dan
keahlian khusus atau yang tidak dimiliki kebanyakan orang lain. Anggota profesi
menyatakan komitmen terhadap kemampuan, integritas dan moral, altruism, dan
dukungan demi kesejahteraan masyarakat, Anggota profesi ini diatur oleh kode
etik.3
3
Gambar 1. Definisi Profesionalisme
Dari bawah ke atas, terlihat bahwa clinical competence (kompetensi klinis),
communication skills (kemampuan berkomunikasi), dan ethical and legal
understanding (pemahaman hukum dan etik) menjadi sebuah dasar
profesionalisme. Sedangkan excellence (keunggulan), humanism (humanisme),
accountability (akuntabilitas), dan altruism (altruisme) merupakan tonggak
profesionalisme.3
Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
profesionalisme merupakan suatu penentu kualitas hubungan dokter yang
digambarkan melalaui seperangkat perilaku dan sangat bergantung dengan
kepercayaan. Hubungan ini tidak terbatas pada dokter dan pasien sebagai
4
individu, tetapi juga hubungan dokter sebagai sebuah kelompok profesi dengan
dengan masyarakat luas.3
Kedokteran merupakan profesi yang membutuhkan penguasaan sejumlah
besar pengetahuan dan keterampilan klinis, termasuk di dalamnya adalah standar
yang tinggi akan kebiasaan dan perilaku yang tepat. Profesi kedokteran dan
kesehatan telah menjalin kontrak kesepakatan tentang profesionalisme, namun
sebagian besar dari komponen profesionalisme merupakan kesepahaman yang
tidak tertulis. Perilaku profesional menjadi bagian kompetensi yang wajib
dikuasai seorang dokter.4
Professionalisme dalam kedokteran merupakan kemampuan seorang dokter
untuk melakukan pertimbangan spesifik serta memiliki sikap perilaku yang
bertanggung jawab dan bertindak berdasarkan kemampuan clinical reasoning.
Profesionalisme dalam kedokteran juga dibentuk dari beberapa komponen
perilaku, antara lain:4
Altruism
Respect, responsibility, accountability
Honor, honesty, integryti
Excellence
Duty
Life long learning and limit of knowledge
Effective communication
Leadership and management
5
Gambar 2. Pembagian Profesionalisme
6
Excellence (Keunggulan)
Dokter senantiasa terus belajar untuk meningkatkan kemampuan dan
pengetahuan.
Accountability (akuntabilitas)
Dokter hendaknya dapat mempertanggungjawabkan tindakan yang telah
Altruism (altruisme)
Dokter hendaknya mendahulukan kepentingan pasien di atas
kepentingan pribadi. Komunikasi yang baik dengan pasien dan
menghormati kebutuhan pasien dari merupakan bagian dari aspek ini.
Humanism (humanisme)
Humanisme merupakan rasa perikemanusiaan yang meliputi rasa hormat
(respect), rasa kasih (compassion), empati, serta kehormatan dan
integritas (honor and integrity).
Sedikit berbeda dengan prinsip yang disebutkan sebelumnya, Physician
Charter mencantumkan tiga prinsip dasar dan sepuluh tanggung jawab
profesional. Prinsip-prinsip ini dapat dikatakan sebuah penjabaran dari empat
prinsip yang dikenalkan oleh Stern. Prinsip-prinsip dasar profesionalisme
berdasarkan Physician Charter adalah sebagai berikut:6
1. Principle of primary of patient welfare
Prinsip ini didasarkan pada dedikasi melayani apa yang menjadi
kebutuhan pasien. Mementingkan kepentingan pasien dapat
mempengaruhi kepercayaan yang menjadi kunci hubungan dokter-
pasien.
7
Keputusan pasien merupakan hal yang penting selama masih tetap
sesuai dengan etik dan prosedur.
3. Principle of social justice
Profesi kedokteran harus memajukan keadilan dalam pelayanan
kesehatan, termasuk persebaran sumber daya kesehatan. Dokter harus
bekerja aktif untuk menghilangkan diskriminasi dalam pelayanan
kesehatan, baik itu ras, jenis kelamin, status sosioekonomi, etnik,
agama, atau kategori sosial lainnya.
Untuk melaksanakan ketiga prinsip tersebut, terdapat sepuluh tanggung
6
jawab profesional berdasarkan Physician Charter yaitu:
8
ini bisa dilanggar pada keadaan tertentu misalnya ketika pasien menjadi
ancaman bagi orang banyak.
d. Commitment to mantain apropriate relations (komitmen untuk menjaga
hubungan yang pantas)
Dokter selayaknya tidak memiliki hubungan dengan pasien hanya untuk
maksud tertentu, seperti memanfaatkan pasien untuk kepentingan
seksual dan memanfaatkan pasien hanya untuk mendapat kepuasan
finansial pribadi.
e. Commitment to improving quality of care (komitmen untuk
meningkatkan kualitas pelayanan)
Dokter harus berdedikasi untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan.
Kompetensi ini tidak hanya menjaga kompetensi klinis, tetapi juga
bekerja sama untuk mengurangi kesalahan medis, menjaga keamanan
pasien, mengurangi penggunaan tenaga kesehatan berlebihan, dan
mengoptimalkan pelayanan.
f. Commitment to improving access to care (komitmen memperbaiki akses
pelayanan)
Profesionalisme kedokteran menuntut pelayanan kesehatan yang
9
i. Commitment to mantaining trust by managing conflicts of interest
(komitmen untuk menjaga kepercayaan dengan mengelola konflik
kepentingan)
Dokter seharusnya tidak memanfaatkan kepercayaan pasien hanya untuk
kepentingan peribadi.
j. Commitment to mantaining trust by managing conflicts of interest
(komitmen untuk menjaga kepercayaan dengan mengelola konflik
kepentingan)
Dokter seharusnya tidak memanfaatkan kepercayaan pasien hanya untuk
kepentingan peribadi.
b. Profesionalisme Kedokteran di Indonesia
Profesionalisme menjadi bagian dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia
pada tahun 2012. Pasal mengenai profesionalisme terdapat pada pasal delapan
Kode Etik Kedokteran Indonesia (2012) dengan bunyi “ Seorang dokter wajib,
dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan secara berkompeten
dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia”. Di dalam Standar
Kompetensi Dokter Indonesia 2012, profesionalisme dokter terdapat pada area
kompetensi satu yaitu “Profesionalitas yang luhur”. Hal tersebut sesuai dengan
amanat yang tersirat di dalam peraturan perudang-undangan, antara lain:7
a. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
b. Undang- U ndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
c. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
d. Undang-undang nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN).
e. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS).
10
Salah satu cara untuk menilai derajat profesionalisme dalam bidang
kedokteran adalah dengan membandingkan persepsi para dokter tentang jati
dirinya dengan persepsi penderita atau masyarakat tentang apa yang telah
diperbuat oleh para dokter dan baik buruknya tindakan tersebut bagi mereka.
Masyarakat akan menganggap profesional bila mereka merasa puas bukan hanya
dari perbaikan fisik saja, tetapi juga puas dalam segi, mental, emosional dan
sosial. Kepuasaan tersebut tidak semuanya dapat diukur secara kuantitatif,
terutama yang berisifat non medis. Inilah salah satu kesukaran yang dihadapi
para dokter.3
Ada tiga paradigma yang selalu harus diingat oleh para dokter yang
adalah:8
kepentingan penderita.
yang terbaik dan ikut serta dalam setiap keputusan klinik dalam
11
3. Bentuk pelayanan harus sesuai dengan jiwa dari definisi Medicine
yaitu:8
Medicine is the Art and Science of the diagnosis and treatment of the
kesehatan)
1. Hak Dokter:
keluarganya
Bersalah/Presumption of Innocence
12
2. Kewajiban Dokter:
berlaku
yang etis
13
4. Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri
dengan baik
kepentingan masyarakat.
14
Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pada penderita
kompleks.
15
B. Karakter Seorang Dokter Islami
16
Persfektif hukum islam tentang dokter kandungan laki-laki, Dokter atau
yang sejenisnya, biasanya dalam melakukan praktik berlaku umum dan
professional, tidak melihat jenis kelamin pasiennya. Apalagi bagi dokter yang
terikat dengan Kode Etik Kedokteran dalam menunaikan tugasnya tidak
dibenarkan membedakan pasien. Masalahnya di sini, dalam praktiknya kadang
dituntut melakukan inspeksi (periksa pandang), palpasi (perabaan), perkusi
(memukulkan jari kebagian tubuh yang diperiksa), bahkan jika diperlukan mesti
melihat atau memegang bagian alat vital pasien, di sinilah masalah yang muncul
dari perspektif hukum Islam. Dokter mengobati secara langsung dengan
menyentuh bagian tubuh pasien hukumnya adalah boleh jika dalam keadaan
darurat.10
17
vital. Sebab hal itu termasuk darurat. Jika tempat yang sakit adalah kemaluan,
maka hendaknya diajari seorang wanita lain untuk mengobatinya. Jika tidak ada
juga sementara keselamatan jiwanya sangat mengkhawatirkan atau
dikhawatirkan tertimpa penyakit yang tidak mampu ia tahan, maka hendaklah
mereka menutup seluruh tubuhnya kecuali tempat yang sakit itu (yakni
kemaluan) lalu dipersilakan dokter mengobatinya dengan tetap menahan
pandangan semampunya kecuali terhadap bagian yang tengah diobati”.11
18
4. Pengobatannya tidak berbau takhayyul, khurafat, atau bid'ah.
5. Hanya dilakukan oleh tenaga medis yang menguasai di bidang
medis.
6. Dokter memiliki sifat-sifat terpuji, tidak pemilik rasa iri, riya,
takabbur, senang merendahkan orang lain, serta sikap hina lainnya.
7. Harus berpenampilan rapih dan bersih.
8. Lembaga-lembaga pelayan kesehatan mesti bersifat simpatik.
9. Menjauhkan dan menjaga diri dari pengaruh atau lambang-lambang
non-islamis.
b) Etika dokter muslim
19
2. Etika Dokter Muslim terhadap pasien
Hubungan antara dokter dengan pasien merupakan hubungan antar manusia
dan manusia. Dalam hubungan ini mungkin timbul pertentangan antara
dokter dan pasien, karena masing-masing mempunyai nilai yang berbeda.
Masalah semacam ini akan dihadapi oleh Dokter yang bekerja di lingkungan
dengan suatu sistem yang berbeda dengan kebudayaan profesinya. Untuk
melaksanakan tugasnya dengan baik, tidak jarang dokter harus berjuang
lebih dulu melawan tradisi yang telah tertanam dengan kuat. Dalam hal ini,
seorang dokter Muslim tidak mungkin memaksakan kebudayaan profesi
yang selama ini dianutnya.
Mengenai etika kedokteran terhadap orang sakit antara lain disebutkan
bahwa seorang dokter muslim wajib:13
Memperlihatkan jenis penyakit, sebab musabab timbulnya
penyakit, kekuatan tubuh orang sakit, keadaan resam tubuh yang tidak
sewajarnya, umur si sakit dan obat yang cocok dengan musim itu,
negeri si sakit dan keadaan buminya, iklim di mana ia sakit, daya
penyembuhan obat itu.
Di samping itu dokter harus memperhatikan mengenai tujuan
pengobatan, obat yang dapat melawan penyakit itu, cara yang mudah
dalam mengobati penyakit.
Selanjutnya seorang dokter hendaknya membuat campuran obat yang
sempurna, mempunyai pengalaman mengenai penyakit jiwa dan
pengobatannya, berlaku lemah lembut, menggunakan cara keagamaan
dan sugesti, tahu tugasnya.
Abu al-Fadl merinci karakteristik dokter Islam atas tiga hal, yaitu:
20
1. Percaya akan adanya kematian yang tidak bisa dihindari seperti telah
ditegaskan dalam Al-Quran dan hadist. Untuk mendukung prinsip ini dikutip
pernyataan Ibnu Sina yang menyatakan bahwa hal yang harus diingat adalah
pengetahuan mengenai pemeliharaan kesehatan itu tidak bisa mernbantu
untuk menghindari kematian maupun membebaskan diri dari penderitaan
lahir, juga tidak memberikan cara-cara untuk memperpanjang usia agar
hidup selamanya. Dengan pemahaman demikian, tidak berarti dokter muslim
menentang teknologi biomedis bila berarti upaya mempertahankan
kehidupan dengan memberikan pasien suatu pernapasan atau alat lain yang
sejenis. Karena berupaya menyelamatkan hidup adalah tugas mulia, siapa
yang menyelamatkan hidup seorang manusia, seolah dia menyelamatkan
hidup seluruh manusia. Ini sejalan dengan penegasan ayat al-Quran:
Terjemahnya. :
21
seolah-olah dia telah memelihara kehidupan seorang manusia semuanya.
3. Pasrah kepada Allah sebagai zat penyembuh. Ini tidak berarti membebaskan
Di era Modern seperti sekarang ini, seorang dokter tidak hanya diliat dari
segi penguasaan materi kedokteran yang dia kuasai tetapi juga bagaimana sikap
dokter tersebut dalam menghadapi pasien dari berbagai status sosial yang ada.
Maka dari itu seorang dokter harus memiliki 10 nilai karakter dokter muslim agar
antara dokter dan pasiennya saling menghargai satu sama lain dan dokter tersebut
dapat dipercaya di lingkungan sekitarnya. 10 nilai karakter antaranya :14
1. Ikhlas
Seorang dokter harus memiliki sifat ikhlas dalam artian seorang dokter
tersebut harus menerima apa adanya atau lapang dada atas kejadian yang
telah di laluinya, seperti saat ada seorang pasien yang mungkin dia memiliki
keterbatasan ekonomi untuk membeli obat, kita harus ikhlas dalam
menghadapi kejadian tersebut karena pada hakekatnya apabila kita bekerja
bukan untuk mencari uang semata tetapi untuk beribadah kepada Allah
SWT dan mendapatkan Ridho-Nya maka dunia dan seisinya akan mengikuti
jalan kita dan kita akan menjalai hidup kita lebih tentram , aman dan damai.
22
Allah berfirman dalam Q.S Az-Zumar ayat 11-14 yang artinya:
Katakanlah, “Sesungguhnya aku diperintahkan untuk menyembah Allah
dengan penuh keikhlasan kepada-Nya dalam menjalankan agama. (11) Dan aku
diperintahkan agar menjadi orang yang pertama-tama berserah diri.” (12)
Katakanlah, “Sesungguhnya aku takut akan azab yang akan ditimpakan pada hari
yang besar jika aku durhaka kepada Tuhanku.” (13) Katakanlah, “Hanya kepada
Allah aku menyembah dengan penuh keikhlasan kepada-Nya dalam menjalankan
agamaku.” (14) – (Q.S Az-Zumar: 11-14)
2. Amanah
Kedua seorang dokter harus mempunyai nilai karakter amanah atau bisa
dipercaya, karena seorang dokter tersebut memeriksa pasien sehingga
dokter perlu memiliki sifat amanah atau bisa dipercaya agar sang pasien
percaya akan kesembuhannya, karena seorang dokter hendaknya mampu
berkomunikasi dengan baik terhadap pasien, memberikan dorongan
kesembuhan, meyakinkan pasien untuk optimis mengahadapi penyakitnya
dan pasien bisa sembuh dari penyakitnya dengan berkomunikasi dengan
dokter atau dalam istilah dunia dikenal dengan efek placebo. Efek placebo
merupakan kekuatan pikiran yang membuat pasien merasa sembuh dari
penyakit, walaupun obatnya sendiri sebenarnya tidak memiliki khasiat yang
tepat. Pikiran positifnya yang memberikan keyakinan kuat bahwa ia akan
sembuh dengan meminum obat itu. Efek placebo ini telah diakui oleh
banyak dokter. Banyak dari pasien, terutama pasien yang menderita nyeri
kronis merasakan kesembuhan setelah diberi obat “semu”, obat yang
sebenarnya tidak ada kandungan kimiawi penahan nyeri, karena pasien
percaya pada kekuatan penyembuhan obat tersebut. Studi yang dilakukan
H.K. Beecher tentang ‘The Powerful Placebo’ pada tahun 1955
menunjukkan bahwa 32 % pasien bisa sembuh karena efek plasebo.
Allah berfirman dalam Q.S An-Nisa ayat 58 :
23
Terjemahnya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-
Nisa’: 58)
3. Mujahid
Dokter yang bersifat mujahid ( berjuang ) adalah dokter yang berjuang
dijalan Allah SWT maksudnya ia berjuang dengan tulus tanpa
mengharapkan tanda jasa dari orang lain dan ingin berbuat kebaikan
terhadap sesama umat manusia tanpa membeda bedakan golongan dan status
sosial dari mereka. Seorang dokter harus mengabdikan ilmunya kepada
masyarakat yang membutuhkan pertolongan dalam hal kesehatan. Ia harus
berani mengambil langkah langkah yang biasanya tidak bisa dilakukan oleh
kebanyakan orang. Seorang pejuang harus berani keluar dari zona nyaman
yang selama ini ia rasakan demi menolong masyarakat yang membutuhkan
bantuan.
Allah berfirman dalam Q.S An-Nisa ayat 95 :
24
Terjemahnya: Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk (tidak
turut berperang) tanpa mempunyai uzur (halangan) dengan orang yang berjihad
di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat orang-orang
yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak
ikut berperan tanpa halangan). Kepada masing-masing, Allah menjanjikan
(pahala) yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad
atas orang-orang yang duduk dengan pahala yang besar”. (Qs. An-Nisa’: 95)
4. Al Adalah ( Adil )
Seorang dokter harus memiliki sifat Al Adalah ( Adil ) karena Dokter
termasuk orang yang paling banyak berurusan dengan masalah manusia dan
kemanusiaan. Kehidupan seseorang, termasuk dokter sangat ditentukan oleh
kualitas hubungan dengan masyarakat itu. Ajaran Islam sangat menekankan
berlaku adil dalam berbagai urusan, tidak berlebihan atau over acting, dalam
gaya hidup, khususnya dalam masalah tarif praktek dan bayaran sehingga
mengurangi dan menodai prinsip-prinsip yang mesti dijunjung tinggi sebagai
pelayan masyarakat.
Allah berfirman dalam Q.S An-Nisa ayat 135 :
25
Terjemahnya: "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang
yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap
dirimu sendiri atau ibu, bapak, dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun
miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu
memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya
Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan." (QS. An-Nisa:
135)
5. Mujtahid
Dokter wajib memiliki sifat Mujtahid, Mujtahid adalah orang yang dengan
ilmunya yang tinggi dan lengkap , telah mampu menggali dan
menyimpulkan hokum-hukum islam dari sumber-sumbernya yang asli
seperti Al Qur’an dan Hadits. Mujtahid inilah yang menjadi bagi orang
awam ( marja’) da kelompok muqallid . Mujtahid bagi seorang dokter berarti
dokter tersebut memiliki kemampuan dan ahli untuk menyembuhkan
pasiennya. Menjadi seorang dokter tidak boleh asal dalam hal urusan
mengobati pasien dan mendiagnosis penyakit pasiennya karena berurusan
dengan nyawa seseorang. Dokter yang memiliki sifat Mujtahid akan lebih
dikenal orang masyarakat umum karena dokter tersebut memiliki
26
kemampuan dan ahli dalam bidangnya ditambah dengan nilai-nilai agama
akan menjadikan seorang dokter menjadi professional dan religius.
6. Musyarakah
Musyarakah merupakan akad kerja sama antara dua belah pihak untuk usaha
tertentu. Dokter yang mempunyai sifat musyarakah tentu akan semakin baik
dan akan dapat dipercaya sama masyarakat. Karena berarti seorang dokter
mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadinya. Dokter
tidaklah selalu bekerja sendiri dalam setiap pekerjaan mereka , tetapi ia akan
bekerja sama dengan beberapa rumah sakit dalam urusan merujuk pasien ,
bekerja sama dengan apoteker untuk urusan pembelian obat pasien dan
tenaga medis yang lain. Apabila seorang dokter tidak bersikap musyarakah
ia akan dianggap sebagai dokter yang sombong oleh rekan kerjanya. Dokter
yang professional dan religious tentu dapat bersikap musyarakah ke teman
sejawatnya ataupun ke orang lain.
Allah berfirman dalam Q.S Ali Imran ayat 159 :
27
telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang bertawakal. – (Q.S Ali Imran: 159)
7. Tawasuth
Tawasuth merupakan sikap yang tidak memihak atau condong ke salah satu
pihak atau netral. Seorang dokter yang religius akan bersikap tawasuth
kepada siapapun baik kepada pasien ataupun ke masyarakat umum. Seorang
dokter tidak akan membedakan bedakan golongan tertentu atau netral kepada
siapapun dan tidak akan bersikap SARA kepada masyarakat. Memiliki sifat
netral bagi seorang dokter tidaklah mudah seorang dokter harus memiliki
pendirian yang kuat dalam mengambil segala keputusannya tanpa
dipengaruhi oleh pihak pihak tertentu untuk mengambil suatu keuntungan.
Apabila seorang dokter tidak memiliki pendirian yang kuat dokter akan
mudah disuap oleh pihak pihak tertentu.
Allah berfirman dalam Q.S al-Baqarah ayat 143:
28
8. Tawazun
Tawazun menurut bahasa merupakan keseimbangan atau seimbang
sedangkan menurut istilah tawazun adalah suatu sikap seseorang untuk
memilih titik yang seimbang atau adil dalam menghadapi suatu persoalan.
Dalam dunia kedokteran seimbang memiliki artian bahwa seorang dokter
harus dapat berbuat seimbang sesuai takaran yang telah dianjurkan tidak
dilebihkan maupun dikurangi takarannya dan berbuat seimbang dalam sisi
keilmuannya maupun agama. Dokter yang professional dan religius tentu
memiliki sifat tawazum. Ia akan menyeimbangkan antara ilmu kedokteran
dan ilmu agama karena tidak mungkin seorang dokter dapat
menyembuhkan pasiennya tanpa campur tangan atau bantuan dari Allah
SWT. Seorang dokter yang memiliki sifat tawazum akan mengajak
pasiennya untuk berdoa kepada Allah SWT untuk diberi kesembuhan baik
sebelum dilakukan pemeriksaan oleh dokter dan sesudah pemeriksaan.
9. Tasamuh
Tasamuh berasal dari bahasa arab yang memiliki arti toleransi yang berarti
bermurah hati, kata lain dari tasamuh adalah “ tasahul “ yang memiliki arti
bermudah-mudahan. Seorang dokter yang memiliki sifat murah hati adalah
ciri ciri dokter yang religius dan rendah hati kepada siapapun. Dokter yang
bermurah hati akan sangat gampang dipercaya oleh masyarakat karena
dokter tersebut akan membantu masyarakat yang sedang tertimpa musibah
atau bencana dimanapun , kapanpun , dan dalam kondisi apapun dan tidak
mengharapkan balasan baik berupa materi ataupun jasa dari pasien yang
ditolongnya tersebut.
10. Tajdid
Tajdid merupakan suatu kata yang berasal dari bahasa arab yang berkata
dasar “jaddada-vujaddidu-tajdiidan’ yang artinya memperbaharui. Seorang
dokter yang professional dan religius harus selalu memperbaharui
keilmuannya dari waktu ke waktu agar dokter tersebut dapat mengetahui
29
penyakit yang diderita oleh pasien dan tidak ketinggalan informasi penting
dari keilmuannya tersebut. Karena kalau seorang dokter tidak selalu
memperbaharui ilmu yang dimilikinya beliau akan ketinggalan informasi
dan terkalahkan oleh dokter yang lain yang notabenenya selalu
memperbaharui ilmu yang ada. Untuk itu dokter perlu memperbaharui
keilmuannya dengan cara mengikuti seminar-seminar yang diadakan oleh
pemerintah maupun pihak swasta atau pelatihan pelatihan demi
meningkatan kompetensi yang telah dimiliki.
BAB III
PENUTUP
30
Profesionalisme berasal dari akar kata “profesi”. Menurut Kamus Besar
merupakan ciri suatu profesi”. Profesi memiliki kekuasaan tersendiri dan karena
itu mempunyai tanggung jawab khusus. Profesi memiliki keahlian yang tertutup
dari orang lain dan disatukan oleh latar belakang pendidikan yang sama serta.
Honor, honesty, integryti, Excellence, Duty, Life long learning and limit of
DAFTAR PUSTAKA
31
2. Nadeak Bernadetha, Jurnal Etika Pendidikan: Keteladanan Dalam
Profesionalisme Vol.8 No.2 Juli, 2015:123-129
3. Cruess R.L & Cruess S.R. 2009. The Cognitive Base of Professionalism.
In:Cruess R.L., Cruess S.R., Steinert Y ed. Teaching Medical
Professionalism. New York: Cambridge University Press, 7-23.
4. Purnamasari CB, Clamramita Mora, Yayi SP, Jurnal Pendidikan Kedokteran
Indonesia Vol 4 No 1 Maret. 2015
5. Arnold, L & Stern, D.T. What is Medical Professionalism. In: Stern D.T ed.
2006. Measuring Medical Professionalism. New York, USA: Oxford
University Press.
6. American Board of Internal Medicine. Medical professionalism in the new
millennium: a physician charter. Ann Intern Med. 2002;136:243-246.
7. Hanafiah, M.J. dan Amir, A. 2008. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.
Edisi 4. Jakarta: EGC.
8. Prof. R Hariadi dr SpOG. Profesionalisme dalam Bidang Kedokteran Masa
kini dan Yang Akan Datang PIT XIV, Juli. 2004
9. Wardhani HA, Profesionalisme Dokter. Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang. 2009
10. Zuhroni, Desertasi, Respon Ulama Indonesia Terhadap Isu-Isu Kedokteran
dan Kesehatan Modern (Jakarta: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, 2007), hlm 95
11. Raddul Mukhtar V/237 dan lihat juga Al-Hidayah Al-'Aladiyah, hlm.245
12. H.R Al-Bukhari VI/80 & X/136, lihat Fathu Bari. Diriwayatkan juga oleh
Imam Muslim dari Anas V/196, Abu Dawud VII/205, lihat 'Aunul Ma'bud,
dan Imam At-Tirmidzi V/301-302, ia berkata: Hadits ini Hasan Shahih
13. https://www.scribd.com/document_downloads/direct/59461743?
extension=docx&ft=1566752681<=1566756291&user_id=365084457&uah
k=wvLcMNaoDBGTmXVbGSjc7_XzUms
14. Utaman,Danar AR. Pentingnya Peranan 10 Nilai Karakter Dokter Muslim
dalamBermasyarakat
https://www.academia.edu/37814012/Pentingnya_Peranan_10_Nilai_Karakter
_Dokter_Muslim_dalam_Bermasyarakat
32