SEPTEMBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN
DEMAM TIPHOID
Disusun Oleh :
10542 0603 15
Pembimbing :
Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya serta segala kemudahan yang diberikan dalam setiap kesulitan
hamba-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Laporan Kasus dengan judul
Demam Tiphoid. Tugas ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Anak.
Penulis menyadari bahwa Laporan Kasus ini masih jauh dari yang
diharapkan oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis akan senang menerima
kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan tugas ini. Semoga Laporan
Kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis secara khusus.
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................60
iii
BAB I
PENDAHULUAN
yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas
sel fagosit mononuclear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus, dan Peyer’s
patch.1
sedang berkembang didaerah tropis. Penyakit ini telah ada sejak beberapa abad
lalu. Sebagai gambaran dapat kita simak kejadian di Jamestown Virginia USA,
dimana dilaporkan lebih 6000 kematian akibat wabah tifoid pada periode 1607
s/d 1624. Demikian juga pada peperangan di Afrika Selatan akhir abad XIX,
dimana pihak inggris telah kehilangan 13.000 serdadu akibat tifoid. Pada hal
kematian akibat peperangan itu sendiri hanya 8000 serdadu. Sampai awal abad
XXI ini tifoid masih eksis, diperkirakan 17 juta kasus pertahun, dengan
kematian sekitar 600.000 kasus. Case Fatelity Rates berkisar 10% dan
juta kasus dengan 216.500 kematian pada tahun 2000. Insidens demam tifoid
1
tinggi (>100 kasus per 100.000 populasi per tahun) dicatat di Asia Tengah dan
sedang (10-100 kasus per 100.000 populasi per tahun) di Asia lainnya, Afrika,
Amerika Latin, dan Oceania (kecuali Australia dan Selandia Baru); serta yang
termasuk rendah (<10 kasus per 100.000 populasi per tahun) di bagian dunia
lainnya.1
berhari-hari di air tanah, air kolam, atau air laut dan selama berbulan-bulan
dalam telur yang sudah terkontaminasi atau tiram yang dibekukan.Pada daerah
endemik, infeksi paling banyak terjadi pada musim kemarau atau permulaan
biasanya berumur di atas satu tahun. Sebagian besar penderita (80%) yang
2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Muh. Fajri
Tangga Lahir : 11/02/2002
Umur : 17 Tahun 6 Bulan 19 Hari
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Jaminan : JKN
Alamat : Jln. Maccini Pasar Malam
Status : Perawatan Dahlia Ruang RPK
Anamnesis Terpimpin :
3
Nafsu makan : Menurun
Nafsu minum : Menurun
Buang Air Besar : Sedikit dan keras dan terakhir 2 hari yang lalu
Buang Air Kecil : Lancar
Riwayat alergi :-
Riwayat Persalinan
Anak Laki-laki lahir secara spontan di Rumah Sakit,
anak lahir langsung menangis, warna kulit kemerahan, berat badan lahir
2700 gram. Tidak terdapat riwayat kuning, kebiruan, sesak, kejang, dan
pucat pada saat lahir. Kesan : Bayi Tunggal, Cukup Bulan, Sesuai Masa
Kehamilan, Riwayat IMD (+) dan Vit K (+).
Riwayat Imunisasi
BOOSTER
Status Belum
1 2 3 4 18 BLN – 2 BIAS
Imunisasi Pernah
TAHUN
BCG √
Hep B √ √ √ √
Polio √ √ √ √
DPT √ √ √ √
HPV
Campak √ √
HiB √ √ √ √
PCV
4
Influenza
MMR
Tifoid
Hep. A
Varisela
Lain-lain
D. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum :Sakit Sedang
Kesadaran :Compos Mentis
Umur : 17 Tahun 6 Bulan 19 Hari
BB : 53 kg
TB : 163 cm
Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi :96 x/menit
Pernapasan :24 x/menit
Suhu :37,2 oC
Rumplee Leede (-)
E. STATUS GIZI
BB : 53 kg
TB : 163 cm
Status Gizi : Gizi baik
F. STATUS GENERALIS
5
Turgor : baik Lidah : Kotor (+)
Busung (-) Sel. Mulut : Stomatitis (+)
Kepala : Normochepal Leher : Kaku kuduk (-)
Muka : Simetris kiri dan kanan Kulit : Tidak ada kelainan
Rambut : Hitam halus, tidak mudah Tenggorok : Hiperemis (-)
dicabut Tonsil : Tidak dievaluasi
Ubun ubun besar: Menutup (-)
Thorax Jantung
Inspeksi Inspeksi:
Simetris kiri dan kanan Ictus cordis tidak tampak
Retraksi dinding dada (-) Palpasi :
Perkusi: Ictus cordistidak teraba
Sonor kiri dan kanan Perkusi :
Auskultasi : Batas kiri :
Bunyi Pernapasan : Linea midclavicularis
bronkovesikuler sinistra
Bunyi tambahan: Rh -/- Wh Batas kanan :
-/- Linea parasternalis dextra
Batas atas :ICS III sinistra
Auskultasi :
Bunyi Jantung I dan II
regular, bising jantung (-)
Abdomen
Inspeksi : Alat kelamin :
Perut datar, ikut gerak napas Dalam batas normal
Massa tumor (-) Anggota gerak :
Palpasi : Dalam batas normal
Limpa : tidak teraba Tasbeh (-)
Hati : Hepatomegali (-) Col. Vertebralis : Skoliosis (-)
6
Hipertympani (-) BPR : +/+ kesan normal
Auskultasi
Peristaltik(+)kesan meningkat
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hasil Lab DR ( 31-08-2019 )
-LED : 15 mm (meningkat)
Imunologi
H. DIAGNOSA KERJA
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan
penunjang, pasien mengalami :
Diagnosis Masuk : Hiperpireksia
7
I. TERAPI
Non-farmakologis:
1. Istirahat yang cukup
2. Memperbaiki hygiene
3. Diet Lunak
Farmakologis:
- IVFD RL 20 tpm
- PCT 550mg/8j/drips
- Ranitidin amp/12j/iv
8
DATA FOLLOWUP
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 37,2 oC
A : Demam Tifoid
P:
- IVFD RL 20 tpm
- Ranitidin amp/12j/iv
9
- Coviplex tab 1xI
kuning.
BAK : lancar
O : KU : Compos mentis
TD :120/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu :37,5 oC
Bibir kering (+)
Lidah kotor (+)
stomatitis (+)
A : Demam Tiphoid
P:
- IVFD RL 20 tpm
- Ranitidin amp/12j/iv
10
batuk (-), sariawan (+).
BAK : lancar
O : KU : Compos mentis
TD : 120/80 mmHg
N : 95 x/m
P : 20 x/m
S : 37 °C
P:
- IVFD RL 20 tpm
- Ranitidin amp/12j/iv
11
BAK : lancar
O : KU : Compos mentis
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/m
P : 20 x/m
S : 37,5°C
P:
- IVFD RL 20 tpm
- Ranitidin amp/12j/iv
BAK : lancar
O : KU : Compos mentis
TD : 110/70 mmHg
12
N : 100 x/m
P : 24 x/m
S : 38,1°C
P:
- IVFD RL 20 tpm
- Ranitidin amp/12j/iv
perut (-)
BAK : lancar
O : KU : Compos mentis
TD : 90/60 mmHg
N : 88 x/mnt
P : 24x/mnt
S : 37°C
13
A : Demam typhoid + Stomatitis
P:
- IVFD RL 20 tpm
- Ranitidin amp/12j/iv
BAK : lancar
O : KU : Compos mentis
TD : 110/70 mmHg
N : 90 x/mnt
P : 24x/mnt
S : 36,8°C
P:
- IVFD RL 20 tpm
14
- Drips sanmol 550mg/8 jam/iv
- Ranitidin amp/12j/iv
15
RESUME
demam. Hal ini dialami pasien sejak ±4 hari sebelum masuk rumah sakit,
dimana demam bersifat naik turun. Demam terutama dirasakan pada malam
hari dan turun pada pagi hari. Demam turun dengan obat penurun panas dan
kemudian demam kembali lagi. Demam diseratai mual (+), muntah (-), nyeri
menelan (+), Nyeri ulu hati (+), Heart burn(+), Regurgitasi (-), nyeri perut (-).
Nafsu makan menurun, nafsu minum menurun, BAB encer (+) ampas (+)
lender (-) darah(-), BAK kesan lancar. Tidak ada anggota keluarga pasien yang
menderita hal yang serupa seperti pasien. Riwayat lingkungan, pasien sering
jajan sembarang tempat dan ada anggota keluarga yang merokok. Riwayat
suhu 37,2 0C, pernapasan 24 x/menit. Pada pasien ini didapatkan lemas (+),
bibir kering (+), bau mulut (+), lidah kotor (+), Sariawan (+), rumple leed test
(-).
positif pada titer salmonella typhi O:1/320 dan salmonella typhi H: 1/320.
16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEMAM TIPHOID
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
sel fagosit mononuclear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus, dan Peyer’s
patch.1
menular ini merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang
17
Epidemiologi
dunia, secara luas di daerah tropis dan subtropis terutama di daerah dengan
kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar higienis dan sanitasi
diakui sebagai penyebab utama morbiditas global dengan lebih dari 12,6 juta
Hampir 80% kasus dan kematian terjadi di Asia. Tingkat serangan setinggi
berkembang.4
18
Di Indonesia, tifoid jarang dijumpai secara epidemis tapi bersifat
endemis dan banyak dijumpai dikota-kota besar. Tidak ada perbedaan yang
nyata insidensi tifoid pada pria dan wanita. Insiden tertinggi didapatkan pada
penduduk. Demikian juga dari telaah kasus demam tifoid di rumah sakit besar
biaya pengobatan.2
Etiologi
gram negatif, tidak membentuk spora, motil, berkapsul dan mempunyai flagela
(bergerak dengan rambut getar). Kuman ini tahan terhadap selenit dan natrium
typhi mampu bertahan hidup selama beberapa bulan sampai setahun jika
19
perjalanan penyakit,biasanya sesudah demam yang lama, bakteremia dan
yang buruk.
1. Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh
juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak
2. Antigen H (Antigen flagela), yang terletak pada flagela, fimbriae atau pili
dari kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan
terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol yang
3. Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat
aglutinin.
20
Gambar 2.1. KumanSalmonella typii secara skematik
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan
berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa IgA usus kurang baik
maka kuman akan menembus sel-sel epitel dan selanjutnya ke lamina propia.
Di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit
terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam
makrofag dan selanjutnya dibawa ke plaque Peyeri ileum distal dan kemudian
kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah
21
ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak di luar
sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi
tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik, seperti demam, malaise, mialgia,
immunoglobulin (Ig). Yang terbentuk pertama kali pada infeksi primer adalah
22
(IgG). IgM akan muncul 48 jam setelah terpapar antigen, namun ada pustaka
lain yang menyatakan bahwa IgM akan muncul pada hari ke 3-4 demam.1,2
Gejala Klinis
bervariasi pada populasi yang berbeda. Sebagian besar pasien yang dirawat di
rumah sakit (RS) dengan demam tifoid berusia 5-25 tahun. Namun, beberapa
padausia kurang dari 5 tahun dengan gejala non-spesifik yang secara klinis
Gejala klinis demam tifoid seringkali tidak khas dan sangat bervariasi
yang sesuai dengan patogenesis demam tifoid. Spektrum klinis demam tifoid
tidak khas dan sangat lebar, dari asimtomatik atau yang ringan berupa panas
disertai diare yang mudah disembuhkan sampai dengan bentuk klinis yang
berat baik berupa gejala sistemik panas tinggi, gejala septik yang lain,
23
ensefalopati atau timbul komplikasi gastrointestinal berupa perforasi usus atau
klinisnya saja.8
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika
Setelah masa inkubasi maka ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak
enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat. Gejala-gejala
klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari
kematian.1
pada semua penderita demam tifoid. Demam dapat muncul secara tiba-tiba,
dalam 1-2 hari menjadi parah dengan gejala yang menyerupai septikemia oleh
menggigil tidak biasa didapatkan pada demam tifoid tetapi pada penderita yang
malaria.1,2
Demam tifoid dan malaria dapat timbul secara bersamaan pada satu
penderita. Sakit kepala hebat yang menyertai demam tinggi dapat menyerupai
gejala meningitis, di sisi lain Salmonella typhi juga dapat menembus sawar
mendominasi gambaran klinis, yaitu konfusi, stupor, psikotik atau koma. Nyeri
24
perut kadang tak dapat dibedakan dengan apendisitis. Penderita pada tahap
1. Demam
remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh
dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua,
secara progresif dan pada minggu kedua, demam seringkali tinggi dan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-
pecah (ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung
akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare. Bradikardia
relative dan konstipasi dapat ditemukan pada demam tifoid, namun bukan
Beberapa rose spot, lesi maculopapular dengan diameter sekitar 2-4 mm,
25
dilaporkan pada 5%-30% kasus yang tampak terutama pada abdomen dan
dada.
3. Gangguan kesadaran
yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.
terjadi komplikasi.6
Perjalanan Penyakit
1. Masa Inkubasi
adalah 10-12 hari. Pada awal penyakit keluhan dangejala penyakit tidaklah
khas, berupa anoreksia, rasa malas, sakit kepala bagian depan, nyeri otot,
26
2. Minggu pertama (awal infeksi)
Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada
awalnya sama dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi
yang berpanjangan yaitu setinggi 39ºc hingga 40ºc, sakit kepala, pusing,
bronkitis kataral, perut kembung dan merasa tak enak, sedangkan diare dan
sembelit silih berganti. Pada akhir minggu pertama, diare lebih sering
terjadi. Khas lidah pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung
merah serta bergetar atau tremor. Epistaksis dapat dialami oleh penderita
gejala di atas yang bisa saja terjadi pada penyakit-penyakit lain juga. Ruam
kulit (rash) umumnya terjadi pada hari ketujuh dan terbatas pada abdomen
disalah satu sisi dan tidak merata, bercak-bercak ros (roseola) berlangsung
3-5 hari, kemudian hilang dengan sempurna. Roseola terjadi terutama pada
penderita golongan kulit putih yaitu berupa makula merah tua ukuran 2-4
mm, berkelompok, timbul paling sering pada kulit perut, lengan atas atau
dada bagian bawah, kelihatan memucat bila ditekan. Pada infeksi yang
berat, purpura kulit yang difus dapat dijumpai. Limpa menjadi teraba dan
3. Minggu kedua
27
Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap
hari, yang biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore
atau malam hari. Karena itu, pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus
menerus dalam keadaan tinggi (demam). Suhu badan yang tinggi, dengan
4. Minggu Ketiga
Hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan
28
bergerak terus, inkontinensia alvi dan inkontinensia urin. Meteorisme dan
nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis lokal maupun umum, maka
dingin, gelisah, sukar bernapas dan kolaps dari nadi yang teraba denyutnya
5. Minggu Keempat
Pemeriksaan Penunjang
Sampai saat ini, baku emas diagnosis demam tifoid adalah pemeriksaan
biakan empedu walaupun hanya 40%-60% kasus biakan positif, terutama pada
awal perjalanan penyakit. Biakan spesimen tinja dan urin menjadi positif
29
negara berkembang, ketersediaan dan penggunaan antibiotik secara luas,
lebih sensitif, namun sulit dilakukan dalam praktek, invasif, dan kurang
1. Pemeriksaan Hematologi
namun kisaran jumlah leukosit bisa lebar. Pada anak yang lebih muda
2. Pemeriksaan Widal
S.typhi dan sudah digunakan lebih dari 100 tahun. Pemeriksaan Widal
penyakit.9
30
Interpretasi pemeriksaan Widal harus dilakukan secara hati-hati karena
nilai prediksi positif 80%. Hasil pemeriksaan Widal positif palsu dapat
penting untuk demam tifoid. Titer aglutinin O yang positif dapat berbeda
Pemeriksaan Widal pada serum akut satu kali saja tidak mempunyai
arti penting dan sebaiknya dihindari oleh karena beberapa alasan, yaitu
31
silang terhadap non-Salmonella lain, dan kurangnya kemampuan
Pemeriksaan diagnostik baru saat ini tersedia, seperti Typhidot atau Tubex
typhi. Dalam dua dekade ini, pemeriksaan antibodi IgM dan IgG spesifik
outer membrane protein (OMP), flagella (d-H), dan kapsul (virulence [Vi]
ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas hampir 100% pada pasien demam
32
IgGsampai 6 bulan.6Tes IgM Anti Salmonella memiliki beberapa
kelebihan:9
- Deteksi infeksi akut lebih dini dan sensitive, karena antibodi IgM
sekedar hasil positif dan negatif saja, tetapi juga dapat menentukan
diberikan.
4. Pemeriksaan PCR
33
digunakan untuk mengamplifikasi gen spesifik Salmonella typhi dari darah
Pemeriksaan nested PCR terhadap gen flagelin (fliC) dari Salmonella typhi
dapat dideteksi dari spesimen urin 21/22 (95.5%), dikuti dari specimen
pada 9 kasus (100%), O9 pada 4 kasus (44%) dan d-H pada 4kasus (44%).
Spesifisitas untuk Vi lebih dari 90% sehingga deteksi antigen Vi pada urin
34
6. Pemeriksaan antibodi IgA dari spesimen saliva
positif pada 33/37 (89,2%) kasus demam tifoid. Pemeriksaan ELISA ini
tifoid.9
35
Diagnosis
typhi dari darah, sumsum tulang atau lesi anatomi tertentu. Adanya gejala
klinis dari karakteristik demam tifoid atau deteksi dari respon antibodi spesifik
adalah sugestif demam tifoid tetapi tidak definitif. Kultur darah adalah gold
1. Biakan tinja dilakukan pada minggu kedua dan ketiga serta biakan urin
limfositosis yang relatif pada hari kesepuluh dari demam, maka arah
penyakit itu tidak selalu khas seperti di atas. Bisa ditemukan gejala- gejala
yang tidak khas. Ada orang yang setelah terpapar dengan kuman S typhi,
hanya mengalami demam sedikit kemudian sembuh tanpa diberi obat. Hal
itu bisa terjadi karena tidak semua penderita yang secara tidak sengaja
36
apakah sudah imun atau kebal. Bila jumlah kuman hanya sedikit yang
2. Kultur Gal
kemungkinan untuk positif menjadi 20-25% and minggu ke-4 hanya 10-
15%.
3. Tes Widal
(antigen O muncul pada hari ke 6-8, dan antibodi H muncul pada hari ke
sampel biakan positif penyakit tifus, sehingga hasil tes Widal negatif bukan
tifoid dengan tes Widal kurang baik karena akan memberikan hasil positif
penyakit tifus sebelumnya, dan infeksi lainnya seperti malaria dan lain-lain.
37
Pemeriksaan Anti Salmonella typhi IgM dengan reagen TubexRTF
Penatalaksanaan
Tatalaksana demam tifoid pada anak dibagi atas dua bagian besar,
tifoid.9,10
1. Tatalaksana Umum
pemberian nutrisi yang adekuat serta transfusi darah bila ada indikasi,
penderita demam tifoid. Gejala demam tifoid pada anak lebih ringan
dibanding orang dewasa, karena itu 90% pasien demam tifoid anak tanpa
komplikasi, tidak perlu dirawat di rumah sakit dan dengan pengobatan oral
38
serta istirahat baring di rumah sudah cukup untuk mengembalikan kondisi
Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam
atau kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk
hipostatik dan dekubitus. Defekasi dan buang air kecil harus diperhatikan
bila lebih dari 3 hari perlu dibantu dengan paraffin atau lavase dengan
glistering. Obat bentuk laksan ataupun enema tidak dianjurkan karena dapat
2. Tatalaksana Khusus
Pemilihan obat antibiotik lini pertama pengobatan demam tifoid pada anak
berkembang. Hal ini berbeda dengan dewasa, dimana obat antibiotik lini
demam tifoid saat ini adalah timbulnya resistensi terhadap beberapa obat
39
antibiotik yang sering digunakan dalam pengobatan demam tifoid atau yang
resisten terhadap kloramfenikol, yang pertama kali timbul pada tahun 1970,
demam tifoid, yang dibagi atas pengobatan untuk demam tifoid tanpa
komplikasi, baik sebagai terapi utama maupun alternatif dan terapi untuk
demam tifoid pada anak dan sampai sekarang masih digunakan, terutama di
40
pertama kali pada tahun 1947, diisolasi dari bakteri Streptomyces
diproduksi dalam skala besar. Pada tahun 1950, para ahli menemukan
bahwa obat ini dapat menyebabkan anemia aplastik yang serius dan
pertamakasus demam tifoid pada anak, walaupun menurut WHO obat ini
dimasukkan sebagai obat alternatif atau obat pilihan atau lini kedua karena
kelebihan sebagai obat demam tifoid yaitu efikasinya yang baik (demam
turun rata-rata hari ke 4-5 setelah pengobatan dimulai), mudah didapat dan
41
harganya yang murah. Dibandingkan dengan antibiotik yang lain,
oleh masing-masing obat antibiotik pada kasus demam tifoid pada anak.
tingginya angka relaps bila diberikan sebagai terapi demam tifoid dan tidak
42
kloramfenikol. Umumnya digunakan pada penderita demam tifoid dengan
demam tifoid tanpa komplikasi. Obat ini hanya digunakan pada kasus
(MDR), dan sebagai terapi lini kedua atau alternatif terhadap sefalosporin
generasi ke tiga lainnya, yaitu seftriakson. Kelebihan obat ini selain sebagai
terapi alternatif untuk kasus demam tifoid yang MDR juga angka
43
Azitromisin dengan dosis 10 mg/kg BB diberikan sekali sehari
selama 7 hari terbukti efektif mengobati demam tifoid baik pada orang
dewasa maupun pada anak dengan waktu penurunan demam yang hampir
Dengan pemberian singkat selama 7 hari, obat ini dinilai cukup efektif
kloramfenikol dan obat antibiotik untuk demam tifoid lainnya. Strain yang
seftriakson dianggap masih sensitif dan membawa hasil yang baik bila
yang tinggi serta efek sampingnya yang rendah, membuat obat ini banyak
44
telah banyak ditemukan kasus demam tifoid yang resisten terhadap
kuinolon.9
ini yang dapat merusak pertumbuhan tulang rawan pada anak, sehingga
disebagian besar negara di dunia, obat ini tidak digunakan sebagai obat
sebagian negara lainnya menganggap obat ini tetap bisa digunakan dengan
45
Pada demam tifoid kasus berat seperti delirium, obtundasi, stupor,
dalam 30 menit untuk dosis awal, dilanjutkan dengan 1mg/kg tiap 6 jam
angka mortalitas dari 35-55% menjadi 10%. Demam tifoid dengan penyulit
apabila diduga terjadi perforasi, adanya cairan pada peritoneum dan udara
bedah.9
1. Komplikasi Intestinal
a. Perdarahan Usus
46
darurat bedah ditegakkan bila terdapat perdarahan sebanyak 5
ml/kgBB/jam.
b. Perforasi Usus
pada minggu ketiga namun dapat pula terjadi pada minggu pertama.
2. Komplikasi Ekstraintestinal
Prognosis
47
dengan terapi antibiotik yang adekuat, angka mortalitas <1%. Di negara
menjadi karier pada anak-anak rendah dan meningkat sesuai usia. Karier
kronik terjadi pada 1-5% dari seluruh pasien demam tifoid. Insidens penyakit
traktus biliaris lebih tinggi pada karier kronis dibandingkan dengan populasi
umum. Walaupun karier urin kronis juga dapat terjadi, hal ini jarang dan
1. Vaksin Vi Polysaccharide
48
tahun dan direkomendasikanuntuk revaksinasi setiap 3tahun. Vaksin ini
2. Vaksin Ty21a
Vaksin oral ini tersedia dalam sediaan salutenterik dan cair yang diberikan
efikasiperlindungan 67-82%.
3. Vaksin Vi-conjugate
Vaksin ini diberikan pada anak usia 2-5 tahundi Vietnam dan memberikan
vaksin ini menetap selama 46 bulan dengan efi kasi perlindungan sebesar
89%.
B. STOMATITIS
Definisi
pada mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan. Bercak ini
dapat menyerang selaput lendir pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah,
gusi serta langit– langit dalam rongga mulut. Munculnya radang mukosa mulut
ini disertai rasa sakit dan merupakan penyakit mulut yang paling sering
49
ditemukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10% dari populasi
menderita penyakit ini, dan wanita lebih mudah terserang dibandingkan pria.
Etiologi
50
Etiologi radang mukosa mulut masih belum diketahui secara pasti dari seluruh
kasus yang ada, faktor penyebab baru dapat teridentifikasi sekitar 30%.
Menurut Cawson dan Odell, bahwa faktor penyebab radang mukosa mulut
antara lain:
1. Trauma
Adanya riwayat trauma pada penderita sebagai gejala awal misalnya tergigit,
trauma sikat gigi, pemakaian peralatan gigi, sehingga terjadi ulser pada mukosa
mulut.
2. Infeksi
Belum adanya bukti bahwa radang mukosa mulut secara langsung disebabkan
oleh mikroba, diduga yang berperan penting untuk terjadinya radang mukosa
mulut adalah adanya reaksi silang antigen dari streptococcus. Hipotesis lain,
3. Gangguan Imunologik
Sampai saat ini etiologi radang mukosa mulut belum diketahui, radang mukosa
supressor.
4. Gangguan Pencernaan
51
Radang mukosa mulut sebelumnya dikenal dengan nama dyspeptic ulcer
vitamin B12 atau asam folat yang terjadi secara sekunder akibat malabsorbsi.
5. Defisiensi Nutrisi
Defisiensi zat besi, vitamin B12 dan asam folat, telah dilaporkan pada lebih
dari 20% penderita dengan radang mukosa mulut. Pemberian vitamin B12 atau
6. Kelainan Hormonal
Pada beberapa wanita, radang mukosa mulut berkaitan erat dengan fase luteal
peneliti.
7. Infeksi HIV
Radang mukosa mulut dapat dijumpai sebagai salah satu kelainan dari infeksi
8. Faktor Genetik
52
Terdapat sejumlah bukti tentang adanya pengaruh faktor genetik. Riwayat
radang mukosa mulut dan kelainan ini tampaknya lebih banyak mempengaruhi
Pendapat lain mengatakan bahwa bila kedua oran gtua terserang radang
Klasifikasi
1. Bentuk minor
Sebagian besar pasien (85%) menderita ulser bentuk minor, yang ditandai
dengan ulser bentuk bulat atau oval, disertai rasa nyeri dengan diameter antara
2−4 mm, kurang dari 1 cm dan dikelilingi oleh pinggiran yang eritematous.
Ulser ini cenderung mengenai daerah non keratin, seperti mukosa labial,
mukosa bukal, dan dasar mulut. Ulsernya bisa tunggal atau merupakan
kelompok yang terdiri dari empat sampai lima dan menyembuh dalam waktu
2. Bentuk mayor
Radang mukosa mulut tipe mayor dijumpai pada kira-kira 10% penderita, ulser
bentuk mayor ini lebih besar dari bentuk minor. Ulsernya berdiameter 1−3 cm,
53
sangat sakit dan disertai dengan demam ringan, terlihat adanya limfadenopati
submandibula. Ulser ini dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa
3. Bentuk Herpetiformis
Bentuk Herpetiformis mirip dengan ulser yang terlihat pada infeksi herpes
adalah adanya ulser kecil berjumlah banyak dari 9 puluhan hingga ratusan
dengan ukuran mulai sebesar kepala jarum (1−2 mm) sampai gabungan ulser
kecil menjadi ulser besar yang tidak terbatas jelas sehingga bentuknya tidak
teratur.
Sindrom behcet merupakan sindrom yang mempunyai tiga gejala yaitu aphthae
dalam mulut, ulser pada genital dan radang mata. aphthae dalam mulut dari
sindrom behcet mirip dengan radang mukosa mulut dan biasanya merupakan
54
Diagnosis Banding
kemiripan dengan lesi lain di dalam rongga mulut. Gambaran lesi ini secara
klinis mirip dengan lesi intra oral pada ulkus traumatikus, gingivitis herpetika
akut, eritema multiformis, dan ulserasi dari penyakit sistemik seperti Crohn’s
disease. Radang mukosa mulut dapat dibedakan dari lesi lain di dalam rongga
mulut berdasarkan gambaran klinis yaitu ulser yang berbentuk bulat atau oval,
lainnya.
Tatalaksana
kemunculan lesi.
larutan tetrasiklin 2%), anti inflamasi dan anti udema (sodium hyaluronat),
obat muko-adhesive dan anti inflamasi (bentuk kumur atau gel), kortikosteroid
yang dapat membuatnya melekat pada mukosa mulut yang selalu basah. Jika
55
pengolesan obat ini dilakukan dengan tepat, maka orabase akan menyerap
cairan dan membentuk gel adesif yang dapat bertahan melekat pada mukosa
mulut selama satu jam atau lebih. Namun, pengolesan pada erosi/ulser agak
sedikit sulit untuk dilakukan. Gel yang terjadi akan membentuk lapisan
Kortikosteroid akan dilepaskan secara perlahan. Selain itu obat ini juga
keparahan stomatitis aftosa. Isi kapsul tetrasiklin (250 mg) dilarutkan dalam 15
mL air matang, ditahan selama 2 – 3 menit dalam mulut, dikumur tiga kali
adalah tiga kali sehari sesudah makan, ditahan dalam mulut selama minimal 1
menit .
Kadang pemberian vitamin B-12 atau asam folat sudah cukup untuk
56
BAB IV
PEMBAHASAN
dalam demam enterik. Pada daerah endemik, sekitar 90% dari demam
enterik adalah demam tifoid. Demam tifoid juga masih menjadi topik yang
sering diperbincangkan.1
pasien sejak ±4 hari sebelum masuk rumah sakit, dimana demam bersifat
naik turun. Demam terutama dirasakan pada malam hari dan turun pada
pagi hari. Demam turun dengan obat penurun panas dan kemudian
demam kembali lagi. Demam diseratai mual (+), muntah (-), nyeri
menelan (+), Nyeri ulu hati (+), Heart burn(+), Regurgitasi (-), nyeri
perut (-).Nafsu makan menurun, nafsu minum menurun, BAB encer (-)
meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat
lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus
57
dan pada minggu kedua, demam seringkali tinggi dan menetap (39-40
didapatkan lemas, sering mau tidur (+), bibir kering (+), bau mulut (+),
gangguan pada saluran cerna berupa , pada mulut terdapat nafas berbau
selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang
dapat ditemukan pada demam tifoid, namun bukan gejala yang konsisten
terjadi sopor, koma atau gelisah. Mengantuk terus menerus, mulai kacau
58
jika berkomunikasi dan lain-lain. Hal ini disebabkan karena Salmonella
- LED : 15 mm (meningkat)
59
Pada tatalaksana pasien diberikan :
- Diet Lunak
- IVFD RL 20 tpm
- Ranitidin amp/12j/iv
- Tirah baring
60
DAFTAR PUSTAKA
61
12. Nurdian, M. 2011. Penatalaksanaan stomatitis aftosa rekuren mayor
dengan infeksi sekunder. Vol 10. Dentofasial.
62