Anda di halaman 1dari 137

LAPORAN STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANGAN PERAWATAN BEDAH


RSUD dr. Hj. HASRI AINUN HABIBIE PROVINSI GORONTALO

OLEH :

KELOMPOK I & 2

1. MIS HARIYATI, S.Kep


2. AGUSTIAR DARMAWAN BAGU, S.Kep
3. CICI R.MOKOAGOW, S.Kep
4. RAHMAWATI IBRAHIM, S.Kep
5. TIARA NURBAITI NUSA, S.Kep
6. RIAN ARBI, S.Kep
7. MUSLIM HEMETO, S.Kep
8. ROSALINDA PAKAYA, S.Kep
9. RESPI YOLANDA MAGARIBU, S.Kep
10. SITTI FADHILLAH MAWADDAH SOLEMAN, S.Kep
11. YUSUF K. SULEMAN, S.Kep
12. HARTATI PULUBUHU

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2022
LAPORAN LENGKAP
STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Wajib Dalam


Menyelesaikan Stase Manajemen Keperawatan

OLEH :
KELOMPOK I & II

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN LENGKAP STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANGAN PERAWATAN BEDAH
RSUD dr.Hj. HASRI AINUN HABIBIE
PROVINSI GORONTALO

TELAH DISETUJUI OLEH PRESEPTOR KLINIK DAN AKADEMIK UNTUK


DAPAT DIPERTAHANKAN DAN TELAH DIPERBAIKI SESUAI DENGAN
SARAN DAN MASUKAN YANG DIBERIKAN

SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK DAPAT LULUS PADA STASE


MANAJEMEN KEPERAWATAN

DISETUJUI OLEH :

PRESEPTOR AKADEMIK Preseptor Klinik

Ns. Sabirin B. Syukur, M.Kep Ns. Arifandi Pelealu, S.Kep

MENGETAHUI :

Ketua Program Studi Profesi Ners

Ns. Andi Akifah Sudirman, M. Kep


NIDN : 91310880
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunian-Nya
kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan akhir
Stase Manajemen Keperawatan di Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
Penulis selama menjalani program Profesi Ners khususnya Stase Manajemen
Keperawatan ini banyak mendapat bantuan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh
karena iu melalui kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr.H.Abd Kadim Masaong.,M.Pd selaku Rektor Universitas


Muhammadiyah Gorontalo;
2. Dr. Salahudin Pakaya,S.Ag.,MH, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
3. Ns. Andi Akifa Sudirman,M.Kep selaku Ketua Program Studi Profesi Ners
4. Ns. Firmawati,S.Kep, M.Kep selaku Sekretaris Prodi Profesi Ners
5. Ns. Sabrin B Syuku, M. Kep selaku Koordinator stase dan Preseptor Akademik
Stase Manajemen di Ruangan bedah RSUD dr Hasri Ainun Habibie
6. Ns. Pipin Yunus, M.Kep selaku Koordinator Stase Manajemen Keperawatan dan
preseptor akademik Ruang perawatan bedah RSUD dr Hasri Ainun Habibie
7. Ns. Arifandi Pelealu, M.Kep selaku preseptor Klinik Ruang perawatan Interna.
8. Kepada teman-teman Ners Angkatan XIV yang telah banyak memberikan
dukungan dan motivasi dalam penyusunan laporan ini
Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan,
oleh sebab itu kritik dan saran penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini
selanjutnya.

Gorontalo, September 2022

Kelompok I & II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
1.1 Latar Belakang.............................................................................................
1.2 Tujuan Penulisan..........................................................................................
1.3 Manfaat Penelitian.......................................................................................
BAB II ANALISA SITUASI.................................................................................
2.1 Gambaran Umum Rumah Sakit dan Ruangan Praktek................................
2.2 Pengumpulan Data ......................................................................................
2.3 Analisis SWOT............................................................................................
BAB III TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
3.1 Konsep Manajemen Keperawatan...............................................................
3.2 Konsep Kepemimpinan ...............................................................................
3.3 Prinsip Manajemen Keperawatan ...............................................................
3.4 Indikator Pelayanan Manajerial...................................................................
BAB IV PRIORITAS MASALAH, ALTERNATIF PENYELESAIAN
MASALAH DAN POA PENYELESAIAN MASALAH MANAJEMEN
KEPERAWATAN
.................................................................................................................................
4.1 Penetuan Prioritas Masalah..........................................................................
4.2 Tujuan dan Alternatif Pemecahan Masalah.................................................
4.3 Seleksi Terhadap Penyelesaian Masalah......................................................
BAB V LAPORAN KEGIATAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI..........
5.1 Implementasi................................................................................................
5.2 Evaluasi........................................................................................................
BAB VI PEMBHASAN........................................................................................
6.1 M2 Material ( Bangunan, Sarana Dan Prasarana).......................................
6.2 M3 Metode ( Metode Pemberian Asuhan Keperawatan)............................
6.3 M5 ( Marketing Mutu Pelayanan dan pasien safety)...................................
BAB VII PENUTUP..............................................................................................
7.1 Kesimpulan.................................................................................................
7.2 Saran...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit menurut Munandar, 2022 adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang dilakukan oleh tenaga
medis professional yang terorganisir baik dari sarana prasarana ke dokteran,
asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan
penyakit yang di derita pasien. Rumah sakit merupakan suatu fasilitas
pelayanan kesehatan yang melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya
guna dan berhasil guna pada upaya penyembuhan dan pemulihan yang terpada
dalam upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.
Tuntunan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di
Rumah Sakit dirasakan suatu fenomena yang harus di respon oleh perawat.
Oleh karena itu pelayana keperawatan perlu mendapat prioritas utama dalam
pengembang kemasa depan. Perawat harus mau mengembangankan ilmu
pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan masyarakat, dan menjadi tenaga
perawat yang professional. Pengembangan dari berbagai aspek keperawatan
bersifat saling berhubungan, saling bergantung, saling mempengaruhi, dan
saling berkepentingan oleh karena itu inovasi dalam pendidikan keperawatan,
praktek keperawatan, ilmu keperawatan, dan kehidupan keprofesian
merupakan fokus utama keperawatan Indonesia dalam proses profesionalitas.
Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang
dirasakan, dinilai dan diterima secara sepontan oleh masyarakat, maka
dituntut untuk mengembangkan dirinya dalam system peleyanan kesehatan.
Oleh karena itu perlu adanya manajemen keperawatan ( Priharjo, 2017 ).
Manajemen merupakan suatu pendekatakan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen tersebut
mencakup kegiatan planning, organizing, actuating, controlling (POAC)
terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional.
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai
suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional, sehingga
di dapatkak keduanya dapat saling mendukung. Proses keperawatan sebagai
manajemen keperawatan terdiri atas pengumpulan data, identifikasi masalah,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil (Supinganto, dkk, 2020).
RSUD dr Hasri Ainun Habibie terletak diwilayah Kabupaten Gorontalo.
Dengan alamat Jalan Kusno Tongkodu Kelurahan Dutulanaa Kecamatan
Limboto Kabupaten Gorontalo, RSUD dr Hasri Ainun Habibie berdiri diatas
lahan seluas 6,4 Ha yang nantinya akan di bangun 6 bangunan dengan total
luas bangunan 6.192,52 M2 sehingga masih terdapat sisa lahan seluas 5 Ha.
Adapun batas – batas lahan sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan jalan Achmad Al Wahab Limboto
b. Sebelah Timur berbatasan dengan jalan Kusno Tongkodu Limboto
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Mbui Bungale
Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Hepuhulawa Limboto
Berdasarkan uraian di atas maka mahasiswa melaksanakan praktek
profesi manajemen keperawatan di ruangan Perawatan Bedah RSUD dr. Hasri
Ainun Habibie sehingga dapat memberikan pengalaman pengelolaan pada
salah satu unit pelayanan kesehatan, sekaligus berkontribusi meningkatkan
kualitas pelayanan di rumah sakit.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran, mahasiswa mampu
menerapkan konsep, teori, dan prinsip kepemimpinan dan manajemen
keperawatan dalam pengelolaan pelayanan keperawatan dan pengelolaan
asuhan keperawatan secara profesional pada unit layanan kesehatan nyata
dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di Rumah sakit.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Terindentifikasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan yang
terkait dengan manajemen keperawatan berdasarkan analisis situasi
nyata di Rumah Sakit tempat praktek.
2. Ditetapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan
bersama pihak Rumah sakit tempat praktek terkait dengan masalah
baru yang mungkin teridentifikasi maupun masalah lama yang akan
dievaluasi
3. Tersusunya tujuan dan rencana alternatif pemenuhan kebutuhan dan
penyelesaian masalah yang telah ditetapkan
4. Diusulkannya alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian
masalah yang bersifat teknis operasional bagi Rumah sakit
5. Dilaksanakannya evaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek masukan,
proses, hasil dan dampak pada manjemen keperawatan
6. Tersusunnya rencana tindak lanjut dan hasil yang akan dicapai berupa
upaya mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerja sama
dengan unit terkait Rumah sakit.
1.3 Manfaat Penelitian
Dengan diadakannya praktek manajemen keperawatan ini diharapkan akan
memberikan manfaat kepada:
1.3.1 Mahasiswa
1. Mahasiswa lebih terampil dalam penerapan aplikasi prinsip – prinsip
manajemen keperawatan di lapangan
2. Mahasiswa mendapat pengalaman baru di lapangan dalam hal
penerapan manajemen keperawatan
1.3.2 Perawat
1. Membantu meringankan beban kerja perawat selama praktek
berlangsung di
2. Ruang Perawatan Bedah Rumah Sakit RSUD. DR. Hasri Ainun
Habibie
3. Menambah pengetahuan tenaga perawat tentang manajemen pelayanan
dan manajemen asuhan keperawatan melalui bermain peran oleh
mahasiswa (role play) dan penyegaran yang diberikan sesuai dengan
masalah yang ditemukan.
1.3.3 Rumah Sakit
Data yang diperoleh dari hasil pengkajian akan membantu sebagai
bahan masukan bagi Rumah Sakit, dalam upaya peningkatan mutu
manajerial pelayanan rumah sakit.
BAB II
ANALISA SITUASI

2.1 Gambaran Umum Rumah Sakit dan Ruangan Praktek


2.1.1 Sejarah Singkat
RSUD dr Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo diresmikan pada
tahun 2013 oleh Gubernur Provinsi Gorontalo bapak RUSLI HABIBIE,
beralamat di jalan Kusno Tongkodu Kelurahan Dutulanaa Kecamatan
Limboto Kabupaten Gorontalo. Adapun penamaan Rumah Sakit sesuai
dengan Peraturan daerah Provinsi Gorontalo No 8 Tahun 2013 Tentang
Penamaan Tipe RSUD dr. Hasri Ainun Habibie ditetapkan Melalui SK
Bupati Gorontalo Nomor : 42/05/1/2019 Tentang Izin Operasional Tipe C.
Pada awal berdirinya, RSUD dr Hasri Ainun Habibie Provinsi
Gorontalo adalah salah satu SKPD dalam Struktur Organisasi Tata Kerja
Pemerintah Provinsi Gorontalo, namun setelah dalam perkembangannya dan
dengan adanya perubahan Struktur Organisasi Tata Kerja di lingkungan
Provinsi Gorontalo maka pada tahun 2016 RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
berubah status menjadi UPTD Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo dan pada
tahun 2020 RSUD dr Hasri Ainun Habibie Menjadi BLUD RSUD dr. Hasri
Ainun Habibie.
2.1.2 Falsafah, Motto, Visi, Misi dan Tujuan
A. Falsafah
Sesuai dengan kedudukan tugas pokok dan fungsi serta struktur
organisasi yang ada, RSUD dr Hasri Ainun Habibie Unggul di Provinsi
Gorontalo telah merumuskan perencanaan strategi dengan menetapkan
visi, misi, tujuan dan kebijakan yang akan dicapai sebagai acuan
operasional kegiatan dalam pencapaian tujuan akhir organisasi.
B. Motto
“Mitra Sejati dan Terpercaya Menuju Sehat”
C. Visi
“RSUD DR HASRI AINUN HABIBIE UNGGUL DI PROVINSI
GORONTALO”
D. Misi
1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sesuai standar,
terjangkau adil dan merata.
2. Menciptakan dan meningkatkan mutu pelayanan menjadi
pelayanan unggulan.
3. Mewujudkan RSUD dr. Hasri Ainun Habibie sebagai entity bisnis
yang sehat.
E. Tujuan
1. Untuk memperoleh gambaran pelayanan kesehatan dan cakupan
kinerja pelayanan
yang telah dilaksanakan oleh RSUD dr Hasri Ainun Habibie Tahun
2022.
2. Untuk menjadi sarana dan sumber informasi, data serta bahan evaluasi
dalam
pengembangan RSUD dr Hasri Ainun Habibie di tahun-tahun
mendatang.
3. Untuk menjadi referensi sebagai sumber data perbandingan pada tahun
– tahun sebelumnya sehingga evaluasi kinerja bisa terus menerus di
tingkatkan.
2.1.3 Kedudukan, Tugas dan Fungsi
A. Kedudukan
1. RSUD dr. Hasri Ainun Habibieadalah unit pelaksana pemerintah
Provinsi Gorontalo di Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
B. Tugas dan Fungsi
Berdasarkan mandat Pemerintah Provinsi Gorontalo yang tertuang
dalam Peraturan Gubernur No 64 Tahun 2019 tentang tugas pokok dan
fungsi RSUD dr. Hasri Ainun Habibie yaitu :
1. Membantu Gubernur dalam penyelenggaraan pemerintah daerah
dibidang
pelayanan kesehatan.
2. Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dengan
mengutamakan
upaya penyembuhan, pemulihan yang dilakukan secara serasi, terpadu
dengan upaya peningkatan pelayanan kesehatan serta melaksanakan
upaya rujukan.
3. Melaksanakan pelayanan yang bermutu sesuai standar pelayanan
rumah sakit.
4. Melaksanakan pengawasan fungsional, Pembinaan operasional sesuai
kebijakan kepala daerah.
5. Pemantauan dan evaluasi program dibidang kesehatan.
6. Pemberian perizinan yang berhubungan dengan bidang kesehatan
sesuai batas kewenanagan provinsi
2.1.4 Jenis-jenis Pelayanan Kesehatan
A. Jenis Pelayanan
Pelayanan administrasi
Pelayanan administrasi rumah sakit terdiri dari dua sub bagian yakni:
1. Sub bagian administrasi umum melayani :
a. Pengurusan surat keterangan berbadan sehat/sakit
b. Pengurusan surat sementara di rawat.
2. Rekam medis merupakan sub bagian yang bertugas :
a. pengurusan surat rujukan antar rumah sakit
b. Pengurusan visum
c. Mencatat semua kegiatan pelayanan rumah sakit baik terhadap
pasien rawat inap maupun jalan
d. Menyediakan data yang otentik dan valid sehingga menjadi
gambaran umum rumah sakit secara keseluruhan
B. Pelayanan Medis
1. Poliklinik/rawat Jalan
a. Instalasi rawat jalan dilayani oleh 12 poliklinik yang buka setiap
hari kerja.
Tabel 1. Instalasi Rawat Jalan RSUD dr. Hasri Ainun Habibie

NAMA HARI WAKTU


POLIKLINIK / PELAYANAN PELAYANAN
RAWAT JALAN
Poliklinik Penyakit Senin-Sabtu 08.00-13.00
Dalam
Poliklinik Penyakit Senin-Sabtu 08.00-13.00
Anak
Poliklinik Penyakit Senin-Sabtu 08.00-13.00
Bedah
Poliklinik Kebidanan Senin-Sabtu 08.00-13.00
dan Kandungan
Poliklinik Mata Senin-Sabtu 08.00-13.00
Poliklinik Jiwa Senin & Jumat 08.00-13.00
Poliklinik Rehabilitasi Selasa & Jumat 08.00-13.00
Medik
Poliklinik Jantung Kamis 08.00-13.00
Poliklinik Orthopedi Selasa-Jumat 08.00-14.00
Poliklinik Bedah Mulut Senin-Sabtu 08.00-13.00
Poliklinik Gigi Senin-Sabtu 08.00-13.00
Poliklinik Neuro Selasa, Rabu, 08.00-13.00
Sabtu

Sumber Data : Poliklinik Rawat Jalan RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
2. Instalasi Rawat Inap dengan Kapasitas 228 TT terdiri dari

Jumlah Perincian Tempat Tidur Per-


Kelas
N Jenis Pelayanan TT I II II Kelas
O Khusus
1. Interna 44 4 12 18 10
2. Anak 20 1 2 16 1
3. Bedah 13 0 2 11 0
4. Obgsyn 16 2 6 5 3
5. Neuro 11 2 2 7 0
6. Picu 8 0 0 0 8
7. Nicu 2 0 0 0 2
8. HCU 4 0 0 0 4
9. IRDM 9 0 0 0 9
10. IRDB 2 0 0 0 2
11. IRDO 1 0 0 0 1
12. IRDA 3 0 0 0 3
13. ISOLASI A 10 0 0 0 10
14. ISOLASI B 70 0 0 0 70
15. RESPI 12 0 0 0 12
16 TENDA 3 0 0 0 3
Total 228 9 24 57 138
Sumber Data : Rawat Inap RSUD dr. Hasri Ainun Habibie.
3. Perawatan Intensif
a. PICU
b. NICU
c. HCU
d. Instalasi Penunjang
Instalasi Penunjang Medik Terdiri Dari :
a. Farmasi
b. Laboratorium
c. Radiologi

Instalasi Penunjang Pelayanan Terdiri Dari :


a. IPRS & IPM
b. Laundry
c. CSSD
Penunjang Diagnostik
a. Instalasi Gizi
b. Instalasi Farmasi
c. Instalasi Laboratorium
d. Instalasi Radiologi
e. Indikator Pelayanan
Tabel 3. Indikator Pelayanan di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Tahun
2016-2020
NO NAMA JUMLAH
INDIKATOR 2016 2017 2018 2019 2020
1. BOR 27.2 27.6 74.40 45.4 24
2. BTO 25.7 31.9 64.26 3.9 19
3. TOI 10.3 8.24 2.50 51 16
4. LOS 3.84 3.1 3.17 3.3 4
Sumber Data : Indikator Pelayanan RSUD dr. Hasri Ainun Habibie.
2.2 Pengumpulan Data
A. Data Umum Ruangam Praktek
1. Tenaga dan Pasien (M1- Man)
Struktur Organisasi Ruang Rawat Inap Bedah RSUD dr.Hj. HASRI AINUN HABIBIE
DIREKTUR
dr. Fitriyanto Rajak
NIP. 19830712 201101 1 001

KABID PELAYANAN KABID KEPERAWATAN


dr. Irma Cahyani Ranti Arifandi Pelealu, S.Kep, Ns, M.Kep
NIP. 19811013 200901 2 004 NIP. 19810404 200501 1 016

KEPALA INSTALASI
Ns. Novita Hamzah, S.Kep
NIP. 19850117 200901 2 001

KEPALA RUANGAN
Asmawati Assagaf, A.Md. Kep.,CBWCN
NIP. 19860805 200901 2 001

KETUA TIM I KETUA TIM II KETUA TIM III


Fatlia Alhasni, A.Md.Kep.,CBWC Akmal Nisar, A.Md. Kep., CWCCA Eka Putri Handayani, S.Kep. Ns, CBWC
ANGGOTA ANGGOTA
ANGGOTA
1. Wika Mujiastuty Rahim, A.Md.Kep.Ns.,CBWC 1. Yayun A. Hulopi, A.Md. Kep
1. Dwi Aftika Pratiwi, S.Kep.Ns.,CBWC
2. Hedwayati Is Pahrun, S.Kep.Ns.,CBWC 2. Selviyanti M. Djua, S.Kep.Ns 2. Rahmat Djubu, A.Md. Kep
3. Vitariany Pakaya, S.Kep.Ns.,CBCCA 3. Nurain Olviana Hasan, S.Kep.Ns 3. Moh. Budi Herdianto Tanaim, S.Kep.Ns
4. Siska Purnama Kai, S.Kep.Ns.,CBWC 4. Satrina Hala, A.Md.Kep 4. Ilyas Saleh, S.Kep. Ns

EVAKUASI ADMINISTRASI
Mikdar Kadir Chyntia Ninggrum Muchsin, S.KM
Daftar Tenaga Kerja Di Ruang Bedah

BEDAH
NO NAMA PERAWAT J RG NO HP PD G

1. Asmawati Assagaf, S.Kep.,CBWCN KARU BEDAH - DIII III-C


2. Fatlia Alhasni, A.Md.Kep.,CBWC KATIM 1 BEDAH - DIII III-B
3. Eka Putri Handayani, S.Kep.,Ns.,CBWC KATIM 2 BEDAH - NS Honor
4. Akmal Nisar, A.Md Kep., CWCCA PA BEDAH - DIII Honor
5. Wika Mujiastuty Rahim, A.Md Kep PA BEDAH - DIII Honor
CBWC
6. Dwi Al Aftikah Pratiwi. S.Kep.Ns., PA BEDAH - NS Honor
CBWCN
7. Hediyawati Is Pahrun. S.Kep.,Ns CBWC LEADER BEDAH - NS Honor
8. Satrina Hala. A.Md.Kep PA BEDAH - DIII Honor
9. Siska Purnama Kai. S.Kep.,Ns.,CBWC LEADER BEDAH - NS Honor
10. Selviyanti M Djua. S.Kep.,Ns PA BEDAH - NS Honor
11. Ilyas Saleh. S.Kep.,Ns LEADER BEDAH - NS Honor
12. Vitariyani Pakaya, S.Kep.,Ns.,CWCCA PA BEDAH - NS Honor
BEDAH-ONKOLOGI UNIT KEMOTERAPI
NO NAMA PERAWAT J RG NO HP PD G
1. Yayun A.Hulopi. A.Md.,Kep Pg jwb KEMO/ - DIII III-D
BDH
2. Rahmat Djubu. A.Md. Kep.,BCWCN PA KEMO/ - DIII II-D
BDH
3. Moh.Budi Herdiyanto Tanaim. PA KEMO/ - NS Honor
S.Kep.,Ns BDH
4. Nurain Olviana Hasan. S.Kep.,Ns PA KEMO/ - NS Honor
BDH
Sumber : Data Primer 2022
1) Karakteristik Ketenagaan Berdasarkan Spesifik Pekerjaan
Jumlah tenaga di ruang bedah Dan Bedah Onkologi Unit Kemoterapi
RSUD dr.Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo

Diagram 2.1 Distribusi Berdasarkan Ketenagaan Tingkat Pekerjaan


Diruangan Bedah Dan Bedah Onkologi Unit Kemoterapi RSUD dr.Hasri
Ainun Habibie

KARAKTERISTIK KETENAGAAN BERDASARKAN TINGKAT PEKERJAAN DI


RUANGAN BEDAH DAN BEDAH ONKOLOGI RSUD dr.HASRI AINUN HABIBIE
BEDAH PNS
HONOR
BEDAH ONKOLOGI UNIT KEMOTERAPI PNS
HONOR
13% 13%
13%

63%

Sumber : data primer 2022

Berdasarkan Diagram 2.1 Ketenagaan diruangan bedah adalah Tenaga PNS Sebanyak
2 orang dengan presentasi 12% dan Honor sebanyak 10 orang dengan presentasi 62%,
Dan ketenagaan diruangan bedah onkologi unit kemoterapi adalah Tenaga PNS
Sebanyak 2 orang dengan presentasi 13% dan Honor Sebanyak 2 orang dengan
presentasi 13%.
3) Karakteristik Tenaga Keperawatan Berdasarkan Pendidikan diruangan
Bedah Dan Bedah Onkologi Unit Kemoterapi RSUD dr.Hasri Ainun Habibie

Diagram 2.2 Distribusi Berdasarkan Pendidikan Perawat Diruangan Bedah Dan


Bedah Onkologi Unit Kemoterapi

TENAGA KERJA BERDASARKAN PENDIDIKAN DI RUANGAN BE-


DAH DAN BEDAH ONKOLOGI UNIT KEMOTERAPI RSUD dr.HASRI
AINUN HABIBIE

BEDAH DIII
SI NERS BEDAH ONKOLOGI UNIT KEMOTERAPI
DIII SI NERS

13%

31%
13%

44%

Sumber : data primer 2022

Berdasarkan Diagram 2.2 Pendidikan perawat di ruangan Bedah RSUD dr.Hasri


Ainun Habibie 2022 Yaitu Tenaga keperawatan DIII Sebanyak 5 orang (31%), SI
Ners sebanyak 7 orang (44%), Dan Bedah Onkologi Unit Kemoterapi Yaitu Tenaga
keperawatan DIII Sebanyak 2 orang (12%), SI Ners sebanyak 2 orang (13%).
4. Karakteristik Tenaga Keperawatan Berdasarkan Masa Kerja

Diagram 2.3 Distribusi Berdasarkan Masa Kerja di ruangan Bedah RSUD


Dr.Hasri Ainun Habibie

TENAGA KEPERAWATAN BERDASARKAN MASA KERJA DI


RUANG BEDAH RSUD.Dr.HASRI AINUN HABIBIE
12 TAHUN
6%

3 TAHUN 9 TAHUN
13% 25%

6 TAHUN
6%

5 TAHUN
6%
1 TAHUN
13%

4 TAHUN
31%

Sumber: data primer 2022

Berdasarkan Diagram 2.3 Masa Kerja Perawat Diruang Bedah RSUD Dr.Hasri
Ainun Habibie Yaitu lama kerja selama 9 tahun sebanyak 4 orang dengan presentasi
25%, lama kerja selama 1 tahun sebanyak 2 orang dengan presentasi 13%, lama kerja
selama 4 tahun sebanyak 5 orang dengan presentasi 31%, lama kerja selama 5 tahun
sebanyak 1 orang dengan presentasi 6%, lama kerja selama 6 tahun sebanyak 1 orang
dengan presentasi 6%, lama kerja selama3 tahun sebanyak 2 orang dengan
presentasi 13%, lama kerja selama 12 tahun sebanyak 1 orang dengan presentasi 6%.

5. Karakteristik Tenaga Keperawatan Berdasarkan Pelatihan Perawat

Diagram 2.4 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Pelatihan Perawat


Diruang Bedah RSUD.Dr.Hasri Ainun Habibie.

TENAGA KEPERAWATAN BERDASARKAN PELATIHAN PERAWAT


DI RUANG BEDAH RSUD DR.HASRI AINUN HABIBIE

P.LUKA BTCLS
36% 36%

ACLS
CWCCA 4%
11%
KEMOTERAPI
11% PPGD
2%

Sumber: data primer 2022


Berdasarkan Diagram 2.4 Pelatihan Perawat diruang Bedah RSUD Dr.Hasri Ainun
Habibie Yaitu Jumlah perawat di ruang bedah sebanyak 16 orang. Yang mengikuti
pelatihan BTCLS sebanyak 16 Orang dengan presentasi 36%, yang mengikuti
pelatihan ACLS sebanyak 2 orang dengan presentasi 4%, yang mengikuti pelatihan
PPGD sebanyak 1 orang dengan presentasi 2%, yang mengikuti pelatihan kemoterapi
sebanyak 5 orang dengan presentasi 11%, yang mengikuti pelatihan CWCCA
sebanyak 5 orang dengan presentasi 11%, dan yang mengikuti pelatihan perawatan
luka dasar sebanyak 16 orang dengan presentasi 36%.

 Semua perawat di ruang bedah RSUD Dr.Hasri Ainun Habibie Sudah mengikuti
pelatihan BTCLS
 Semua perawat di ruang bedah RSUD Dr.Hasri Ainun Habibie Sudah mengikuti
pelatihan perawatan luka/bedah
6. Manajemen pelayanan keperawatan untuk perawatan pelaksana di ruang
bedah
2.5 Distribusi penilaian perawat

PENILAIAN PERAWAT

ORIENTASI RUANGAN YA TIDAK KETENAGAAN YA TIDAK

SUPERV ISI YA TIDAK OPERAN YA TIDAK

P.PASIEN BARU YA TIDAK RONDE KEPERAWATAN YA TIDAK

SENTRALISASI OBAT YA TIDAK TINDAKAN KEPERAWATAN YA TIDAK

PERENCANAAN PULANG YA TIDAK PRECONFRENCE YA TIDAK

POSTCONFRENCE YA TIDAK

9% 9%

9% 9%

9% 9%

9% 9%

1% 9%
8%
7%
2%
Berdasarkan diagram 2.5 Penilaian perawat. jumlah perawat sebanyak 16 orang di
dapatkan yang mengatakan (ya) dalam melakukan orientasi ruangan sebanyak 16
orang dengan presentasi 9%, Yang mengatakan (ya) dalam ketenagaan sebanyak 16
orang dengan presentasi 9%, Yang mengatakan (ya) dalam supervise sebanyak 16
orang dengan presentasi 9%, Yang mengatakan (ya) dalam melakukan operan
sebanyak 16 orang dengan presentasi 9%, Yang mengatakan (ya) dalam penerimaan
pasien baru sebanyak 16 orang dengan presentasi 9%, Yang mengatakan (ya) dalam
melakukan ronde keperawatan sebanyak sebanyak 13 orang dengan presentasi 7%,
dan yang mengatakan (tidak) sebanyak 3 orang dengan presentasi 2%, Yang
mengatakan (ya) dalam sentralisasi obat sebanyak 14 orang dengan presentasi 8%,
dan yang mengatakan (tidak) sebanyak 2 orang dengan presentasi 1%, Yang
mengatakan (ya) dalam tindakan asuhan keperawatan sebanyak 16 orang dengan
presentasi 9%, Yang mengatakan (ya) dalam melakukan perencanaan pulang
sebanyak 16 orang dengan presentasi 9%, Yang mengatakan (ya) dalam
preconference sebanyak 16 orang dengan presentasi 9%, Dan yang mengatakan (ya)
dalam post conference sebanyak 16 orang dengan presentasi 9%.

7. Analisa Kebutuhan Tenaga Perawat Diruang Bedah RSUD DR.HASRI


AINUN HABIBIE

a. Rumus Gillies

Analisa Kebutuhan Tenaga Perawat Diruang Bedah berdasarkan Gillies menggunkan


Rumus :

AX BXC F
= =H
( C−D ) X E G
Keterangan :

A : Rata-rata jumlah jam perawata pasien/hari

B : Rata-rata jumlah pasien/hari (BOR X Jlh TT)

C : Jumlah hari/tahun

D : Hari libur masing-masing perawat

E : Jumlah jam kerja masing-masing perawat

F : Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan pertahun

G : Jumlah jam perawatan yang di berikan perawat pertahun

H : Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut

Diketahui :

1. Kebutuhan perawatan langsung setiap pasien adalah : 4 jam perhari, sedangkan


untuk partial care dibutuhkan ¾ jam x 4 jam = 3 jam

2. Jumlah pertahun yaitu 365 hari

3. Hari libur masing-masing peawat pertahun :

 Hari minggu : 52 hari


 Cuti/izin/sakit : 10 hari
 Hari libur nasional : 12 hari
 Cuti tahunan : 12 hari
Total : 86 hari
4. Untuk hari kerja efektif 6 hari maka jumlah jam kerja : 40/6 = 6.6 jam
Men ghitung BOR (AGUSTUS)
Jumlah hari perawatan rumah sakit
BOR = X 100 %
jumlah TT X Periode
495
BOR = X 100
24 X 31
495
BOR = X 100
744
BOR = 66,5 %
Dari hasil perhitungan BOR di ruangan bedah di dapatkan 66,5 % dimana itu sudah
ideal Menurut Depkes 2020

b. Rumus Depkes

- BOR Ruang (Bulan Juni, juli, agustus ) : 62,22%

- Rata-rata jam perawat/pasien.hari (intensive care unit) : 6

- Jumlah Tempat Tidur : 24

- Rata-rata jumlah pasien/hari : 15

- Jam Kerja Perawatan/hari : 7 jam

Kebutuhan Perawat

Rata−rata pasien/hari x rata−rata jam perawatan /hari


n=
jam kerja efektif

15 x 6
n=
7

90
= =12 , 8 dibulatkan jadi 13
7
Jumlah Lost day

jumlah hariminggu dalam1 tahun+ cuti+hari nasional x kebutuhan tenaga


Ld=
jumlah hari kerja efektif

52+ 10+12 x 13
Ld =
279

962
Ld =
279

= 3,448 di bulatkan jadi 3

Jumlah tenaga keperawatan = ( jumlah tenaga perawat + lost day)

= 13 + 3

= 16

Jadi total perawat di ruang bedah RSUD Dr.Hasri Ainun Habibie adalah 16 perawat .
sementara di ruang bedah RSUD Dr.Hasri Ainun Habibie adalah 16 perawat dengan
pembagian jadwal dinas pagi, sore, malam dan lepas dinas atau libur. Dengan jumlah
16 perawat di ruang bedah dapat di artikan bahwa tenaga perawat diruang bedah
adalah standar ideal perhitungan DEPKES.

M1: Tidak Terdapat Masalah di M1


2. Bangunan, Sarana dan Prasaran ( M2 –Material )
a. Bangunan
Pintu

Nursestation

Tempat Obat/lemari alat medis

Ruang Rawat Inap perempuan

Ruangan Rawat Inat Laki-Laki

Loker Pasien

Bed

Wastafel

Toilet

Sumber Data : Indikator Pelayanan RSUD dr. Hasri Ainun Habibie.

Menurut permenkes no 24 tahun 2016 bangunan ruang perawatan


intensif strukturnya harus direncanakan kuat/kokoh, dan stabil serta
diperhitungkan dapat menahan beban yang timbul akibat gempa dan
angin. Untuk lantainya menggunakan bahan yang kuat, kedap air, tidak
licin, warna terang dan mudah dibersihkan. Lapisan penutup dinding harus
bersifat nonporosif (tidak mengandung pori-pori ) sehingga dinding tidak
menyimpan debu, mudah dibersihkan, tahan cuaca dan tidak berjamur.
Untuk komponen langit-langit harus mudah dibersihkan tahan terhadap
segala cuaca, tahan terhadap air, tidak mengandung unsur yang dapat
membahyakan pasien, serta tidak berjamur. Toilet pasien harus aksesibel,
pintu toilet membuka keluar, pintu keluar/masuk utama memiliki lebar
minimal atau dapat dilalui brankar pasien dan di daerah sekitar pintu
masuk sedapat mungkin dihindari adanya perbedaan ketinggian lantai,
pintu darurat setiap bangunan rumah sakit yang bertingkat lebih dari tiga
lantai harus dilengkapi dengan pintu darurat, pintu khusus untuk kamar
mandi dirawat inap dan pintu toilet untuk aksesibel harus tebuka keluar.
Rumah sakit harus mampu secara structural stabil selama
kebakaran, alat pemadam api ringan atau (APAR) harus ditunjukkan
untuk menyediakan sarana bagi pemadam api tahap awal. Konstruksi
APAR dapat dari jenis portable (dinding atau Beroda), system deteksi dan
alarm kebakaran berfungsi untuk mendeteksi secara dini terjadinya
kebakaran baik secara otomatis maupun manual, system pencahayaan
darurat diperlakukan khususnya pada keadaan darurat misalnya tidak
berfungsinya pencahayaan normal pada PLN atau tidak dapat
beroperasinya dengan siaga dari sel generator.
Bedasarkan hasil wawancara dengan KATIM ruangan bedah
tanggal 30 Agustus 2022 didapatkan hasil bahwa bangunan ruangan bedah
baru ditempati pada bulan Mei 2022. Di ruangan bedah terdapat tempat
tidur pasien lengkap dengan set meja pasien, oksigen menggunakan
tabung oksigen.
Berdasarkan Observasi terhadap situasi lingkungan Ruangan
Bedah dapat disampaikan bahwa :
1) Pencahayaan Diruangan Bedah :
a) Pencahayaan diruangan Bedah perempuan : Cukup terang untuk
melakukan Obsevasi klinis dengan jumlah lampu besar 17,
dibagian tengah berjejer memanjang dari depan 5 buah, disamping
kiri dan kanan terdapat 12 buah. Sedangkan Lampu kecil terdiri
dari 23 buah yang berjejer memanjang dari depan ke belakang,
setiap bed pasien terdapat lampu.

b) Pencahayaan diruangan bedah laki-laki : Cukup terang untuk


melakukan observasi klinis dengan jumlah lampu besar 17 buah,
dibagian tengah berjejer 6 buah, di samping kiri dan kanan terdapat
9 buah, 2 buah di ruangan vip, sedangkan lampu kecil terdiri dari
43 buah.yang berjejer memanjang dari depan ke belakang, setiap
bed pasien terdapat lampu.
2) Ventilasi : Ventilasi di ruangan bedah pria tertutup karena terpasang
AC dengan jumlah AC 7 buah, dan ventilasi di ruangan wanita tertutup
karena terpasang AC, dengan Jumlah Ac ada 3 buah
3) Privasi Pasien : di ruangan pria terdapat 2 sampiran, dan di ruangan
wanita terdapat 5 sampiran
4) Lantai dan Atap : Lantai Keramik bersih dan kering, serta Atap tidak
bocor dan aman
5) Dinding : Dinding ruangan Bedah cukup kuat dan bersih.
6) Sarana dan air bersih : terdapat satu wastafel dibagian nursestation
dengan sabun dan tidak terdapat petunjuk cuci tangan enam langkah
dan fivemoment, terdapat wastafel untuk pasien atau keluarga pasien
tetapi tidak bisa digunakan. Pada bagian kamar inap Pria terdapat 7
toilet, akan tetapi 4 tidak bisa di gunakan, dan pada kamar rawat inap
wanita terdapat 4 toilet, akan tetapi 2 tidak bisa di gunakan. Dan pada
ruangan perawat terdapat 3 toilet.
7) Pembuangan Air Limbah : Pembuangan air limbah lancar di setiap
kamar mandi yang bisa digunakan.
8) Tempat sampah : terdapat tempat sampah medis, pada tempat sampah
terdapat, label penanda antara tempat sampah infeksius dan non –
infeksius, terdapat safetybox.
9) Bed di ruangan Bedah: Bed di ruangan pria terdapat 12 buah, meja
pasien 12 buah, Lemari 12 buah, dan Bed di ruangan wanita terdapat
12 buah, Meja pasien 12 buah, Lemari pasien 12 buah, Tiang infus
terdapat 24 buah.
10) Di ruangan pria Terdapat 5 buah bak cok dan setiap bakcok terdapat 3
colokan, dan diruangan wanita terdapat 5 buah bakcok dan setiap
colokan terdapat 3 colokan, Tiap bed memiliki label penanda nomor
bed.
11) Tidak Terdapat handcrub disetiap bed pasien
12) Di ruangan Bedah terdapat dua meja ,satu meja admind, dan dan satu
meja nursetation
13) Tidak terdapat keset di setiap ruangan
14) Terdapat tempat rak untuk meletakkan pengalas kaki bagi perawat
15) Terdapat 2 APART di ruangan pria dan 2 APART di ruangan wanita,
dan 1 apart di bagian nursetation.
b. Fasilitas dan Peralatan Bahan
Berikut daftar fasilitas kesehatan untuk pasien yang ada diruangan
Bedah berdasarkan hasil Observasi yang dilakukan pada tanggal 30
Agustus 2022 di ruangan Bedah .
1) Fasilitas
a) Fasilitas untuk tenaga kesehatan
Tabel 2.1 Fasilitas untuk Tenaga Kesehatan Kesehatan di Ruangan
Bedah RSUD dr Hasri Ainun Habibie.

No Hasil Pengkajian Standar Ruangan Bedah

1. Kepala Ruangan memiliki Kepala ruangan memiliki ruang kerja


ruangan kerja tersendiri sendiri, ruang kerja dan istirhat kepala
ruangan dilengkapi sofa, meja dan kursi
kerja

2. Dokter memiliki ruangan kerja Ruangan kerja dan istirahat dokter


dan ruangan istirahat tersendiri dilengkapi dengan sofa,wastafel, dan
toilet.
3. Ruangan istirahat perawat Ruang istirahat petugas medic harus
berada di depan ruangan berada dekat dengan ruang pasien
nursestation dan tidak memiliki bedah, ruang istirahat juga harus
system komunikasi internal dan dilengkapi dengan system komunikasi
system alaram internal dan system alaram

4. Terdapat pantry Pantry merupakan daerah untuk


menyipkan makanan dan minuman untuk
perawat/petugas ruangan, dilengkapi
dengan meja untuk menyiapkan
makanan, freezer, bak cuci dengan kran
air dingin dan panas, microwave dan atau
kompor dan lemari pendingin.

5. Tidak tersedia ruangan Terdapat tempat penyimpangan alat


penyimpangan alat medic medic (lemari) di samping meja
nursetation, tetapi tidak terdapat ruangan
Tersendiri untuk tempat penyimpanan
alat medic

6 Terdapat wastafel atau tempat Terdapat wastafel atau tempat cuci tangan
cuci tangan bagi pengunjung bagi pengunjung tetapi tidak bisa
pasien digunakan karena tidak ada air

7 Tidak tersedia ruangan diskusi Tidak terdapat ruangan diskusi medis,


medis ( diskusi anatara RS) tempat ruangan diskusi medis berada di
meja di nursetatation

8 Tidak tersedia ruang Isolasi di Tidak terdapat ruangan isolasi bagi


ruangan Bedah pasien yang mempunyai penykit menular
di ruangan Bedah.

9 Terdapat Alat pemadam api Terdapat Apar tergantung di dinding


ringan (APAR) ruangan Bedah wanita dan Pria.

10 Tidak tersedia ruangan untuk Terdapat ruangan administrasi tersendiri


administrasi dirunagan Bedah

Sumber Data : Indikator Fasilitas untuk tenaga kesehatan RSUD dr. Hasri
Ainun Habibie.
c) Fasilitas Untuk Pasien
Fasilitas Untuk Pasien diruangan Bedah
No Nama Barang Jumlah Kebutuhan Kondisi Usulan
Baik Buruk
1 Tensi Manual 2 - 2 - -
2. Akrilik resiko 6 24 6 - 18
jatuh
Tensi Digital 1 1 1 - 1
3 Oximeter 1 2 1 - 1
4 Syring Pump - 1 - - Sementara di
usulkan
5 Infus Pump - 1 - - Sementara di
usulkan
6 Monitor - 1 - - Perlu di
adakan
7 X-Ray - 1 - - Perlu di
Portable adakan
8 Lampu - 1 - - Perlu di
Tindakan adakan
9 3 set Sementara di
perawatan luka usulkan
yang terdiri tambahan alat
dari 3 6 3 - perawatan
- Pinset 3 6 3 - luka untuk 1
anatomis set heacting
- Pinset 3 6 3 - dan 4 set
sirugis 1 6 1 - dressing
perawatan
- Gunting
luka
jaringan
- Gunting
plester

10 EKG 1 1 - - Perlu
( pinjam diadakan
poli)
11 Alat Suction - 1 - - Perlu di
adakan
12 Troly 1 1 - - 1
Emergency ( dipinja
m
isolasi )
13 Lemari Pasien 24 - 24 - -
14 Nebulizer - - - - Perlu di
adakan
15 Penlite 1 1 - - -
15 Kursi roda 2 - 2 - -
16 Sampiran 7 12 7 5
17 Pispot - 2 - - Perlu di
adakan
18 Timbangan 1 1 - - -
19 Bed pasien 24 - 24 - -
Sumber Data : Indikator Fasilitas Untuk Pasien RSUD dr. Hasri
Ainun Habibie.

d) Sarana Lain
No Nama Jumlah Kebutuhan Kondisi Usulan

Barang Baik Buruk


1 Tempat sampah
infeksius 2 - 2 - -
2 Tempat Sampah Non
Infeksius 3 - 3 - 3
3 Tempat sampah
farmasi - 2 1 - 1
4 Wastafel di
nusetation 2 - 2 - -
5 Wastafel ruangan
pria 1 - 1 - -
6 Wastafel ruangan
wanita 1 - 1 - -
7 Wastafel toilet
belakang 1 - 1 1 -
8 Handrap/Antiseptis 26 PCS
di tiap bed pasien - 26 - sudah di
usulkan
Sumber Data : Indikator sarana lain RSUD dr. Hasri Ainun Habibie.
e) Peralatan dan Bahan Medis
Peralatan dan bahan di Ruangan Bedah di RSUD dr. Hasri Ainun
Habibie
No Nama Barang Keterangan Idel
1 Handscon Ada, Sesuai kebutuhan Ada, Diruangan
2 Masker Ada, sesuai Kebutuhan Ada diruangan
3 Spuit Ada, sesuai Kebutuhan Ada diruangan
4 Kapas Alkohol Ada sesuai kebutuhan Ada di rungan
5 Kasa Rol Ada sesuai Kebutuhan Ada diruangan
7 Kasa Steril Ada, sesuai Kebutuhan Ada diruangan
8 Obat Oral Ada, Sesuai Kebutuhan Ada diruangan
9 Obat Injeksi Ada, Sesuai kebutuhan Ada diruangan
10 Kanul O2 Ada, Sesuai Kebutuhan Ada, Diruangan
11 Selang Kateter Ada, Sesuai Kebutuhan Ada, Diruangan
12 Selang Infus Ada, Sesuai kebutuhan Ada, Diruangan
13 NGT Ada, sesuai Kebutuhan Ada, Diruangan
14 Urine Bag Ada, Sesuai Kebutuhan Ada, Diruangan
15 IV Chat Ada, Sesuai kebutuhan Ada, diruangan
16 Handrap/Antiseptik Ada, Sesuai kebutuhan Ada, Diruangan
Sumber Data : Indikator Peralatan dan Bahan Medis RSUD dr.
Hasri Ainun Habibie.

Berdasarkan Hasil wawancara dengan kepala ruangan dan hasil


yang di dapatkan bahwa terdapat 3 set perawatan luka lengkap dan
sementara diusulkan tambahan alat perawatan luka, 1 satu set dan
4 set Dresing perawatan Luka, Akrilik resiko jatuh tidak sesusi
kebutuhan, Tidak terdapat alat suction, Kurangnya tempat sampah
non Infeksius, tidak terdapat lemari troly emergency, dan
Dirunagan bedah tidak terdapat ruang Isolasi mandiri.
Masalah pada M2 yaitu :
1. Belum tersedia ruangan admininistrasi dirungan bedah
2. Belum tesedia pembatas penanda antara tim1, tim 2 dan tim 3
3. Belum Tesedia ruangan Isolasi pasien Infeksi
4. Belum tersedia ruangan Diskusi medis
5. Belum tesedia paduan SOP untuk tindakan yang dilakukan
untuk pasien
6. Belum tersedia troly emergency umtuk obat Haigh Alert
7. Kurangnya tempat Non Infeksius
8. Belum Tersedia tempat sampah farmasi
3. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3- Methode)

KEPALA RUANGAN
KETUA TIM I KETUA TIM II KETUA TIM III

PERAWAT PERAWAT PERAWAT

Di ruangan perawat Bedah menerapkan model Asuhan Keperawatan


dengan metode
PASIEN TIM PASIEN PASIEN

a. Berdasarkan hasil wawancara ketua tim yang berada di ruangan Bedah


mengatakan saat melaksanakan metode tim, ketua tim menerima informasi
dari perawat pelaksana mengenai perkembangan keadaan pasien di ruangan
Bedah
b. Dari hasil observasi di dapatkan masing-masing perawat atau anggota tim
sudah melaksanakan tugas yang diberikan oleh katim.

Masalah : Tidak ada masalah

1. Timbang terima
Metode timbang terima (handover) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima semua laporan berkaitan dengan keadaan
pasien.
Jadi dapat di simpulkan, timbang terima adalah suatu cara penyampaian
dan penerimaan informasi yang berkaitan dengan keadaan pasien dilakukan
saat pergantian shift
a. Dari hasil wawancara dari ketua tim di ruangan Bedah mengatakan jika
timbang terima di laksanakan di ruangan yaitu di nurse station dan
kemudian di lanjutkan di hadapan pasien, operan shift di lakukan
sebanyak 3 kali sehari : pada shift pagi ke shift sore, shift sore ke shift
malam, shift malam ke shift pagi tetapi tidak maksimal di lakukan karena
tidak menggunakan format SBAR.
b. Dari hasil observasi di dapatkan timbang terima di lakukan sesuai format
SBAR dan di lakukan 3 kali sehari : shift pagi ke shift sore, shift sore ke
shift malam, shift malam ke shift pagi.

Masalah : Pelaksanaan timbang terima belum maksimal

2. Pre dan post conference


Pre conference merupakan pertemuan tim yang di lakukan setiap dan
merupakan langkah awal kegiatan shift perawat. Pre conference di lakukan di
awal jaga setelah melakukan operan dinas, baik dinas pagi, sore atau malam
sesuai dengan jadwal dinas perawat pelaksana. Post conference adalah
komunikasi katim dan perawat pelaksanaan tentang hasil kegiatan sepanjang
shift dan sebelum operan pada shift beriikut dan isi post conference yaitu
hasil asuhan keperawatan setiap perawatan dan hasil penting untuk operan
(tidak lanjut)
a. Dari hasil wawancara dari ketua tim di ruangan Bedah mengatakan jika
pre dan post conference di lakukan secara optimal setiap timbang terima.
b. Dari hasil observasi pada tanggal 30 agustus 2022 pre dan post conference
dilakukan di nurse station oleh ketua tim dan perawat pelaksana
3. Penerimaan pasien baru
Penerimaan pasien baru merupakan metode dalam menerima kedatangan
pasien baru di ruangan pelayanan keperawatan, khususnya pada ruang
intensif. Dalam penerimaan pasien baru di sampaikan beberapa hal mengenai
orientasi ruangan, pengenalan tata tertib ruangan serta penyakit.
a. Dari hasil wawancara dengan ketua tim di ruangan Bedah mengatakan
bahwa penerimaan pasien baru menggunakan lembar transfer dan ada
format penerimaan pasien baru.
b. Dari hasil observasi di dapatkan bahwa dalam penerimaan pasien baru
sudah menggunakan format penerimaan pasien baru.

Masalah : Tidak terdapat masalah

4. Discharge planning
Perencanaan pulang (discharge planning) adalah suatu proses yang
sistematis dari penilaian, persiapan, koordinasi yang di lakukan untuk
memberikan kemudian pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan social
sebelum dan sesudah pulang.
Dari hasil wawancara dengan ketua tim di ruangan Bedah mengatakan
bahwa discharge planning dilakukan pada saat pasien pulang, dan perawat
pelaksana memberikan edukasi pada keluarga pasien berdasarkan penyakit
yang di derita
Dari hasil observasi di dapatkan bahwa perawat pelaksana melakukan
edukasi pada pasien atau keluarga tentang penyakit yang di derita, edukasi
tentangn tindakan yang harus dilakukan selama dirumah dan obat-obat apa
yang harus di konsumsi. Kemudian perawat pelaksana mendokumentasikan
hasil discharge planning pada rekam medis pasien.

Masalah : tidak terdapat masalah

5. Sentralisasi obat
Sentralisasi obat merupakan pengelolaan obat dimana seluruh obat yang
akan diberikankepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh
perawat.
a. Tujuan pengelolaan obat
Tujuan pengelolaan obat merupakan obat secara bijaksana sehingga
kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi. Hal beberapa alas
an paling sering mengapa obat disentralisasi.
1) Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien
2) Menggunakan obat yabg mahal, bermerek, obat standar lebih murah
dengan mutu terjamin memiliki efektifitas dan keamanan obat.
3) Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat
4) Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang diperlukan
5) Memesan obat lebih dari pada yang dibutuhkan sehingga banyak yang
tersisa sesudah batas kadaluwarsa
6) Tidak menyediakan lemari es sehingga vaksin obat menjadi tidak aktif
7) Meletakkan obat di tempat yang lembab terkena cahaya atau panas
8) Mengeluarkan obat dari penyimpangan terlalu banyak pada suatu
waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri

b. Tehnik pengelolaan obat (sentralisasi)


Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat:
1) Penanggung jawab pengelolaan obat injeksi dilakukan perawat
pelaksana dan pemberian obat oral diberikan oleh apoteker
2) Keluarga wajib mengetahui dan ikut mengontrol penggunaan obat
c. Penerimaan obat
1) Obat telah di resepkan dan di tunjukan kepada perawat , obat yang
telah di ambil oleh keluarga diserahkan kepada keluarga kemudian di
serahkan kepada perawat pelaksana
2) Perawat pelaksana menuliskan nama pasien, registrasi, jenis obat,
jumlah, dan sediaan dalam kartu kontorl yang diketahui oleh keluarga
atau pasien dan mendapatkan edukasi kapan atau bila obat yang akan
habis. Dilakukan dengan cara 6 benar yaitu jenis, dosis, waktu, pasien,
cara, pemberiandan dokumentasi.
3) Pasien atau keluarga mendapatkan salinan obat yang diminum dan
kartu control obat
4) Obat yang telah diserahkan selanjutnya di simpan oleh perawat dalam
kotak obat
d. Pembagian obat
1) Obat yang diserahkan oleh keluarga kepada perawat pelaksana
selanjutnya ditulis ke buku daftar pemberian obat
2) Obat yang telah di simpan untuk selanjutnya di berikan oleh perawat
pelaksana dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku
daftar pemberian obat kemudian di cocokkan dengan instruksi dokter
dan kartu pemberian obat yang ada pada pasien
3) Pada saat pemberian obat perawat pelaksana menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat, dan efek samping, dan di usahakan
tempat obat atau wadah obat kembali ke perawat setelah obat
dikonsumsi, dan pantau efek samping pada pasien
4) Sediaan obat yang ada, selanjutnya di periksa setiap pagi oleh ketua
tim atau petugas yang di tunjuk dan di dokumentasikan dalam buku
masuk obat
e. Penambah obat baru
1) Bila terdapat penambahan obat atau perubahan jenis, dosis atau
perubahan alurpemberian obat, maka informasi tersebut akan di
masukkan dalam buku masuk obat sekaligus dilakukan perubahan
dalam kartu sediaan obat
2) Pada saat pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja) maka
dokumentasinya hanya di lakukan pada buku masuk obat dan
selanjutnya diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat
f. Obat khusus
1) Obat yang dikategorikan khusus apabila memiliki harga yang cukup
mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup sulit, memiliki efek
sampingnya cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu
atau sewaktu
2) Pemberian obat khusus dilakukan mengggunakan kartu khusus obat
dilaksanakan oleh perawat pelaksana
3) Informasikan yang diberikan kepada pasien atau keluarga : nama obat,
kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab
pemberian.
Dari hasil wawancara : pada tanggal 30 angustus 2022 ketua tim
mengatakan bahwa sentralisasi obat sudah dijalankan dimana obat
sudah dipisahkan sesuai jenis obat, dimana terdapat label nama obat
disetiap kotak obat tapi tidak sesuai nama pasien
Dari hasil observasi : di dapatkan obat di letakkan sesuai jenis obat
bukan sesuai nama pasien, dan pemberian obat oral diberikan langsung
oleh pihak apoteker setelah keluarga pasien diberikan edukasi tentang
waktu pemberian obat tersebut.
Masalah : Pelaksanaan sentralisasi Obat belum optimal
6. Dokumentasi keperawatan
Tujuan dokumentasi keperawatan merupakan melakukan evaluasi dan
perencanaan terhadap proses dokumentasi keprrawatan yang telah ada di
ruangan agar terlaksana lebiih optimal sesuai standar yang berlaku.
Dari hasil wawancara ketua tim ruangan bedah mengatakan perawat
pelaksana dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan
menggunakan format asuhan keperawatan meliputi: pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi dan evaluasi. Pendokumentasian dilakukan
setiap shift yang mengacu pada standar diagnosa keperawatan
Indonesia(SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Dari hasil observasi yang terdapat pada rekam medis pasien terdapat
format pendokumentasian Asuhan Keperawatan yang dilakukan oleh
perawat pelaksana pada shift pagi, shift siang, shift malam yang mengacu
pada SDKI, SLKI, SIKI. dan kurang efisien terkait mengidentifikasi
pasien dengan bukti dimana perawat pelaksana hanya memanggil nama
pasien .
4. Pembiayaan (M4 –Money)
Sumber pembiayaan ruangan perawatan Bedah berasal dari rumah
sakit dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo, sesuai peraturan
pemerintah provinsi gorontalo untuk pengajian pegawai ruangan yang PNS
dibayarkan berdasarkan golongan dan di berikan tunjangan beserta jasa,
sedangkan untuk pegawai honor daerah/ kontrak memperoleh gaji beserta
jasa dari rumah sakit.
Untuk sistem pembayaran pasien dikelola oleh pihak rumah sakit,
berdasarkan jaminan yang digunakan oleh pasien antara lain : pasien
BPJS/JKN biaya perawatannya ditanggung oleh jaminan tersebut,
mengikuti aturan yang telah ditetapkan dan batas waktu pengurusan selama
3 hari, jika melewati batas yang ditentukan maka dihitung sebagai pasien
umum. Pasien umum seluruh biaya perawatannya ditanggung oleh pasien
dan keluarga. Biaya perawatan disesuaikan dengan jaminan kelas yang
ditentukan oleh BPJS/JKN.
Tabel rincian pelayanan di ruangan perawatan bedah tahun 2022

No. Jenis Pembiayaan Kelas I Kelas Keterangan


III
1 Rawat Inap 25.000 20.000 Perhari
2 Tindakan Medik
1) NGT 60.000 50.000 Pertindakan
2) Nebulizer 60.000 50.000 Pertindakan
3) Heacting 60.000 50.000 Pertindakan
4) Perawatan Luka 50.000 50.000 Pertindakan
5) EKG 75.000 65.000 Pertindakan
6) Kateter 60.000 50.000 Pertindakan
3 Pemeriksaan laboraturium
Darah lengkap 55.000 55.000 Pertindakan
HB, WBC, RBC, Trombosit 55.000 55.000 Pertindakan
Urine lengkap 35.000 35.000 Pertindakan
GDP, GDPP 23.000 23.000 Pertindakan
GDS 23.000 23.000 Pertindakan
Ureum, kreatine 23.000 23.000 Pertindakan
Albumin 23.000 23.000 Pertindakan
SGOT, SPGT 27.000 27.000 Pertindakan
HDL, LDL 35.000 35.000 Pertindakan
Widal 40.000 40.000 Pertindakan
HBSAG 80.000 80.000 Pertindakan
NAK 215.460 215.460 Pertindakan
Kolestrol total 32.000 32.000 Pertindakan
TG 23.000 23.000 Pertindakan
HBS1C 135.000 135.000 Pertindakan
ADT 275.000 160.000 Pertindakan

Sumber : Data Primer 2022

No Golongan Gaji/Bulan
1. PNS Sesuai Golongan
2. Honorer S1 Ners Rp. 2.990.000
3. Honorer DIII Rp. 2.860.000
4. Jasa perbulan untuk perawat Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000
Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan data table diatas jumlah gaji PNS tetap disesuaikan dengan
golongan, untuk ganji honorer S1 Ners perbulan Rp. 2.990.000, Gaji Honorer
DIII perbulan Rp. 2.860.000, Gaji Jasa Perbulan untuk perawatn perbulan
untuk perawat Rp. 50.000- Rp. 1.000.000

System pembayaran pasien juga dikelola langsung oleh bagian keuangan


rumah sakit dan jenis pembayaran tergantung pada jaminan kesehatan yang
digunakan oleh pasien.

Masalah : Tidak terdapat masalah

5. Pemasaran (M5 – Marketing)


Rumah sakit Umum daerah dr. Hasri Ainun Habibie sebagai badan layanan
umu menerima dan memberikan pelayanan bagi peserta asuransi kesehatan
seperti BPJS dan jaminan asuransi lainnya serta melayani pasien umum. Ruang
bedah adalah ruang perawatan bedah untuk pasien bedah yang terdiri dari
ruang kelas, kelas 1 dan kelas 3 dengan kapasitas 24 tempat tidur dengan
rekapitulasi kunjungan rawat inap sebagai berikut :
Tabel Rekapitulasi Kunjungan perawatan di Ruang Bedah Periode Bulan juni, juli,
dan agustus 2022.
Bulan
No Uraian Total
juni Juli Agustus

1 Jumlah pasien 532 340 397 1.269

2 Jumlah hari rawat 440 439 495 1.374

3. Jumlah lama rawat 371 374 209 954

4. Pasien keluar 83 93 90 266

Mati 1 - - 1

Hidup 82 93 90 265

Jumlah 1.427 1.246 1.191 4.150

1) Patient Safety
1) Identifikasi pasien dengan benar
a) Observasi
Dari hasil observasi didapatkan bahwa pasien di ruang perawatan bedah
dalam mengidentifikasi pasien sudah menggunakan gelang identifikasi
pasien.
b) Wawancara
Dari hasil wawancara dengan katim dan perawat ruangan bahwa sudah
ada penerapan pengidentifikasian pasien di ruang perawatan. Berdasarkan
wawancara dengan kepala ruangan, penerapan gelang identitas sudah
dilaksananakan.
Masalah : Tidak ada masalah
b) Meningkatkan komunikasi yang efektif
a) Observasi dan wawancara
Dari hasil wawancara dengan perawat di ruangan bahwa di ruang
perawatan bedah belum menggunakan metode SBAR saat melapor, dan
pada saat dilakukan observasi tidak menggunakan dokumentasi SBAR.
Masalah : ada masalah
c) Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai
a) Observasi dan wawancara
Dari hasil observasi dan wawancara dengan perawat di ruangan bahwa di
ruangan perawatan bedah belum memiliki daftar obat high alert dan
LASA
Masalah : Belum tersedianya daftar obat high alert dan LASA (Look
alike sound alike).
d) Mengurangi resiko infeksi akibat perawatan kesehatan
a) Observasi
Berdasarkan hasil observasi, perawat dan petugas kesehatan lainnya
bahwa penerapan cuci tangan 6 langkah belum optimal dan belum
mencakup 5 moment, terutama momen setelah terpapar lingkungan area
pasien.
b) Wawancara
Dari hasil wawancara dengan katim dan kepala ruangan didapatkan
bahwa perawat dan petugas kesehatan lainnya selalu mencuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan, namun belum
mencakup 5 moment
Masalah : Belum optimalnya penerapan five moment cuci tangan
5) Mengurangi resiko cedera pasien akibat terjatuh
a) Observasi dan wawancara
Dari hasil observasi dan wawancara dengan kepala ruangan didapatkan
bahwa di ruangan perawatan bedah sudah ada penanda tentang pasien
resiko jatuh. Tetapi belum optimal karena kurangnya penanda berupa
bahan karilit resiko jatuh.
Masalah : Belum optimalnya jumlah bahan akrilit resiko jatuh.

a. Indikator mutu
1) Tingkat kepuasan klien
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatkan bahwa ada lembar
kepuasan klien yang di isi tiap bulan.
2) Keamanan pasien
Dari hasil observasi dan wawancara, didapatkan data bahwa tidak ada
kesalahan dalam pemberian obat, tidak ada kejadian pasien jatuh.
3) Survey kepuasan
Dari hasil kuesioner tentang kepuasan pasien terhadap pelayanan perawat
yang dibagikan kepada 8 pasien secara umum menyatakan bahwa pelayanan
perawat di Ruang bedah Hasil kuesioner didapatkan dari 8 orang pasien
mengatakan ‘’puas’’ ada 57% atas sikap perawat yang sesuai dengan SOP,
29% yang mengatakan ’’kadang-kadang’’ atas sikap perawat yang tidak
sesuai dan 14% yang mengatakan ‘’tidak puas’’ atas sikap perawat. 89%
klien yang mengatakanya dan merasa nyaman dengan lingkungan rumah
sakit dan11% klien yang mengatakan tidak nyaman dengan lingkungan
rumah sakit.

2) Mutu Pelayanan Keperawatan pada Perawat


1) Berdasarkan dari hasil wawancara pada perawat ruangan bedah.
Pengetahuan perawat tentang patient safety sudah baik. namun belum
optimalnya untuk penanda bagi pasien yang terjadi resiko jatuh.
2) Sikap perawat tentang patient safety sudah baik. Berdasarkan hasil
wawancara yang sudah dilakukan.
3) SKP 1: Ketepatan identifikasi pasien rata-rata sudah dilakukan dengan
baik oleh perawat ruang bedah. Hal yang bermasalah pada identifikasi
pasien adalah pengidentifikasian pasien yang beresiko dari warna gelang
identitas. Hal ini disebabkan pasien beresiko jarang ditemukan di
ruangan.
4) SKP 2: Peningkatan komunikasi yang efektif oleh perawat di ruang
bedah sudah dilakukan dengan baik. Rata-rata perawat sudah baik dalam
menjalin komunikasi baik dengan pasien maupun dengan keluarga
pasien. Dalam hal pencatatan instruksi belum menggunakan tehnik
SBAR (Situations, Background, Assessment, Recommendation).
5) SKP 3: Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu diwaspadai oleh
perawat di ruang bedah belum optimal. Pada hasil observasi ditemukan
di ruang bedah untuk penempatan obat di tempatkan di satu tempat.
Serta belum optimalnya pada 6 benar pemberian obat
6) SKP 4: Untuk Pengurangan Resiko infeksi di RS, perawat sudah
melakukan hand hygiene, Perawat telah melakukan hand hygiene namun
belum mencakup 5 moment sesuai dengan panduan 6 langkah menurut
WHO.
7) Pengurangan resiko jatuh untuk di ruangan perawatan bedah belum
optimal karena kurangnya bahan penanda bagi paien resiko jatuh.
3) Mutu Pelayanan Keperawatan pada Pasien
Rumah Sakit Ainun telah menerapkan upaya penjaminan mutu
perawatan pasien, dimana perawat ruang interna telah melakukan perbaikan
diberbagai aspek yaitu perbaikan bangunan dan fasilitas, dan peningkatan
mutu sumber daya manusia dari tingkat pengetahuan dan soft skill. terdapat
beberapa aspek penilaian penting yang terdapat didalamnya, diantaranya:
1) Kepuasan Pasien
Berikut akan dipaparkan mengenai kepuasan pasien terhadap kinerja
perawat. Pelaksanaan evaluasi menggunakan kuesioner yang berisi 20
pertanyaan berbentuk pertanyaan pilihan (Nursalam, 2002). Pertanyaan
pilihan mencakup pemberian penjelasan setiap prosedur tindakan dan sikap
perawat selama memberikan asuhan keperawatan. Dari hasil kuesioner
tentang kepuasan pasien terhadap pelayanan perawat yang dibagikan kepada
8 pasien secara umum menyatakan bahwa pelayanan perawat di Ruang
bedah Hasil kuesioner didapatkan dari 8 orang pasien mengatakan ‘’puas’’
ada 57% atas sikap perawat yang sesuai dengan SOP, 29% yang
mengatakan ’’kadang-kadang’’ atas sikap perawat yang tidak sesuai dan
14% yang mengatakan ‘’tidak puas’’ atas sikap perawat. 89% klien yang
mengatakanya dan merasa nyaman dengan lingkungan rumah sakit dan11%
klien yang mengatakan tidak nyaman dengan lingkungan rumah sakit.
2) Pengetahuan/perilaku pasien
Berdasarkan hasil pengkajian terhadap 8 responden didapatkan hasil
bahwa keluarga responden dan responden telah memahami tentang
penyakit yang diderita responden dan memahami tentang cara penyebaran
penyakit tersebut. Dan berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa
keluarga dan responden telah menggunakan masker untuk mencegah
penularan penyakit.

BOR (Bed Occupancy Rate)

Distribusi BOR Pasien Ruang perawatan Bedah

Jumlah Jumlah
No Periode BOR
Hari Rawat Bed

1 Juni 440 24 440/(24x30)x100 % = 61,1%

2 Juli 439 24 439/24x31)x100 % = 59,01%

3 Agustus 495 24 495/(24x31)x100 % = 66,53%

Total 1374 24 1374/(24x92)x100 %=62.22%


Berdasarkan hasil pengkajian BOR pasien diruangan dalam 3 periode pada
bulan juni – Agustus 2022 di RSUD Ainun adalah. Gambaran kapasitas tempat
tidur ruang perawatan bedah yaitu 24 tempat tidur dengan rincian berikut :
BOR = Jumlah hari rawat
Jumlah tempat tidur x periode
juni : 440x 100% = 61.1%

24x30

Juli : 439x 100% = 59,01 %

24x31
agustus : 495x 100% = 66,53 %
24x31

Sehingga dapat di simpulkan untuk periode juni – agustus 2022

BOR = 1374x 100 % = 62.22 %


24x92
BOR = 62 %

Sehingga dapat di simpulkan untuk 3 periode pada bulan juni- agustus 2022
BOR di dapatkan adalah 62% dan menurut (DEPKES RI 2005) ideal untuk bor
adalah 60-85%, dengan kategori jika kurang dari 60% tempat tidur belum
dimanfaatkan sebagaimana mestinya atau kurangya pemanfaatan fasilitas
perawatan rumah sakit oleh masyarakat, sedangkan jika lebih 85%
kemungkinan terjadi infeksi nosokomial tinggi atau menunjukan tingkat
pemanfaatan tempat tidur yang tinggi dengan demikian BOR untuk ruang bedah
dalam kategori ideal dan tidak beresiko terjadinya INO

ALOS
ALOS menurut Hufman (1994) adalah “ The Average Hospitalization Stay of
Inpatient Discharged During The Periode Under Consideration ”. ALOS
menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator
ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat
dijadikan hal yang perlu pegamatan lebih lanjut, secara umum nilai ALOS yang
ideal antara 6-9 hari (Depkes RI 2020).

Distribusi ALOS Pasien Ruang perawatan Bedah Tahun 2022

Jumlah Lama Jumlah


No Periode ALOS
Rawat Pasien keluar

1 Juni 371 83 371/83=4,46= 4hari

2 Juli 374 93 374/93= 4,02= 4 hari


3 Agustus 209 90 209/90=2,3 = 2 hari

Total 954 266 954/266= 3,5= 3 hari

Rumus :

Jumlah lama rawat dalam 3 bulan terakhir [juni –agustus 2022]


Jumlah pasien (Hidup + Mati)

371 + 374+ 209


83 + 93 + 90

954 = 3,5 = 3 hari


266
Jadi, ALOS (Rata-rata lama rawat pasien) di ruang bedah RS Hasri Ainun Habibie
dengan point 3,5 untuk 3 bulan terakhir atau rata-rata 3 hari.
TOI
TOI (Turn Over Internal) menurut Depkes RI (2020) adalah rata-rata hari dimana
tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini
memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat
tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari (Depkes RI 2020).
Tabel Distribusi TOI Pasien Ruang Bedah

Jumlah Jumlah Jumlah pasien


No Periode TOI
Tempat Tidur hari Rawat keluar (H+M)

1 Juni ((24x30) -
24 440 83 440)/83= 3,3
= 3hari

2 Juli ((24x31) - 439/93


24 = 3,2
439 93
= 3 hari

3 Agustus ((24x31) -
24 495 90 495/90= 2,7
= 3 hari

Total ((24x92)-
24 1,374 266 1.374/266 = 3,1=
3 hari

Rumus :

(Jumlah tempat tidur x periode 3 bulan terakhir)– Hari perawatan


Jumlah pasien keluar

((24 x 92) – 1.374)


266
2,208 – 92 = 3 hari
266

Jadi, tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur dalam 3 bulan terakhir diruang bedah
RS Hasri Ainun Habibie adalah 3 hari (Ideal 1-3 hari).

BTO

BTO (Bed Turn Over atau angka perputaran tempat tidur). BTO menurut Hufman
(1994) adalah “ The Net Effect Changed in Occupancy Rate and Length of Stay “.
BTO menurut Depkes RI (2020) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada suatu
periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya
dalam 1 tahun, 1 tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.

Tabel Distribusi BTO Pasien Ruang Bedah

Jumlah JumlahPasien keluar


No Periode BTO
TT (Hidup + Mati)

1 Desember 24 83 83/24 = 3,4 = 3 Kali

2 Januari 24 93 93/24 = 3,8 = 4 Kali

3 Februari 24 90 90/24 = 3,7 = 4 Kali

Total 24 266 266/24=11 = 11 Kali

Rumus : Jumlah pasien yang dirawat (Hidup + Mati)

Jumlah tempat tidur


266 = 11,0 = 11 kali
24

Jadi, rata-rata ideal pemakaian tempat tidur diruang bedah RS Hasri Ainun Habibie
adalah 11 kali pemakaian (Ideal 40-50 kali)

Masalah yang muncul :

a. Dari hasil yang diperoleh diruangan perawatan Bedah didapatkan rata-rata ideal
jumlah hari perawatan selama 3 hari. Dimana hal ini tidak sesuai dengan
DEPKES 2020 yang mengatakan ideal untuk Alos yaitu (6-9).
b. Dari hasil yang diperoleh di ruangan perawatan bedah didapatkan rata-rata idel
jumlah pemakaian tempat tidur di ruangan bedah RS Hasri Ainun adalah 11 kali
pemakaian. Dimana hal ini tidak sesuai dengan Depkes RI (2020) idealnya yaitu
(40-50).

Data Khusus Ruangan (Fungsi Manajemen Keperawatan di Ruangan)

a. Fungsi Perencanaan
a) Visi ruangan :
Visi ruangan perawatan bedah masi memakai visi dari rumah sakit yakni “
Rumah sakit unggul di provinsi gorontalo”.
b) Misi ruangan :
a) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sesuai standar, terjangkau, adil
dan merata.
b) Menciptakan dan meningkatkan mutu pelayanan menjadi pelayanan
unggulan.
c) Mewujudkan RSUD dr. Hasri Ainun Habibie sebagai entity bisnis yang
sehat.
c) Standar Operasional Prosedur (SOP)
Ruangan perawatan bedah memiliki buku kumpulan standar prosedur
kompetensi (SPO) namun sudah dalam wacana penyusunan dan akan
diterapkan.
b. Fungsi Pengorganisasian
1) Struktur organisasi Ruang Rawat Inap Bedah RSUD dr.Hj. HASRI AINUN HABIBIE
1. Kepala Ruangan
Seorang perawat profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab dan
mengelola kegiatan pelayanan perawatan di satu ruang rawat. Tugas Pokok :
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan di ruang rawat
yang berada di wilayah tanggung jawabnya.
Uraian Tugas :
1) Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi :
a. Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain
sesuai kebutuhan.
b. Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan sesuai
kebutuhan.
c. Merencanakan dan menetukan jenis kegiatan/asuhan keperawatan yang
akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
2) Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan, meliputi :
a. Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan ruang
rawat.
b. Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain
sesuai kebutuhan dan ketentuan atau peraturan yang berlaku.
c. Melaksanakan program orientasi kepada tenaga perawatan baru atau
tenaga lain yang akan bekerja diruang rawat.
d. Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai ketentuan/standar.
e. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja sama
dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan di ruang rawat.
3) Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian meliputi :
a. Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah
ditentukan.
b. Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan di bidang perawatan.
c. Mengawasi dan mengendalaikan pendayagunaan peralatan perawatan
serta obat-obatan secara efektif dan efisien.
2. Ketua tim (perawat primer)
a. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan
c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat
d. Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan
e. Membuat jadwal perjanjian klinik
f. Mengikuti timbang terima
g. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
h. Menerima dan menyesuaikan rencana
i. Melaksanakan sentralisasi obat
j. Mendampingi visite
k. Melaksanakan ronde keperawatan bersama dengan kepala ruangan dan perawat
assosiate
l. Melaporkan perkembangan pasien kepada kepala ruangan
3. Perawat assosiate
a) Memberikan perawatan secara langsung berdasarkan proses keperawatan
dengan sentuhan kasih sayang
b) Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab
c) Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, dan spiritual dari klien
d) Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan
perawatan dan pengobatan serta diagnostik
e) Memberi pertolongan segera pada klien gawat atau sakaratul maut
f) Membantu kepala ruangan dalam penatalaksanaan ruangan secara administratif
g) Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada di ruangan
h) Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan
keindahan ruangan
i) Melaksankan tugas dinas pagi/sore/malam secara bergantian
j) Memberi penyuluhan kesehatan kepada klien sehubungan dengan penyakitnya
k) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik lisan maupun tertulis
l) Membuat laporan harian
m)Mengikuti timbang terima
n) Mengikuti kegiatan ronde keperawatan
o) Melaksanakan rencana keperawatan yang dibuat oleh perawat primer
4) Pengaturan jadwal dinas
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatkan pengaturan jadwal
dinas dibagi menjadi 3 shift yaitu shift pagi, shift sore dan shift malam. Untuk
shift pagi 7 orang, shift sore 4 orang, shift malam 4 orang.
5) Pengaturan daftar pasien
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatkan menurut standar
akreditasi pengaturan daftar pasien tidak lagi diperbolehkan.
6) Pengorganisasian perawatan klien
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatkan bahwa perawatan
klien dibagi menjadi 6 ruangan yaitu ruang kelas 2 dan kelas 3.
7) Sistem penghitungan tenaga
Persepsi kepala ruangan dan perawat menunjukkan kategori cukup baik
dalam bekerja berdasarkan metode modifikasi tim primer.

c. Fungsi Pengarahan

1) Operan
Berdasarkan hasil wawancara dengan KARU dan beberapa perawat di ruangan
didapatkan bahwa di ruangan bedah timbang trima dilakukan 3x/hari yaitu shift
pagi dari jam 08.00-14.00 WITA, shift sore dari jam 14.00-21.00 WITA dan
shift malam dari 20.00-08.00 WITA yang dipimpin oleh katim atau
penanggung jawab tim dihadiri oleh perawat shift sebelumnya dan perawat shift
selanjutnya. Serta operan dilakukan di nurse station dan untuk operan
pergantian shift dilakukan didepan pasien, sehingga untuk operan di ruangan
perawatan bedah sudah dilakukan secara optimal.
2) Pre dan post conference
Dari hasil wawancara dengan KARU dan perawat di ruangan serta observasi
selama 3 hari di ruangan didapatkan bahwa pre dan post confrence sudah
dilakukan, Tetapi masih belum optimal karena dalam pelaksananna pre dan post
conference tidak menggunakan format SBAR dalam hal ini sesuai dengan
( Nursalam, 2014) yaitu : menentukan waktu pre conference, mendiskusikan
persiapan yang diperlukan, pengenalan / penentuan masalah klien, rencana
tindakan keperawatan, dan mendiskusiskan cara dan strategi pelaksanaan
tindakan keperawatan.
3) Motivasi kepada perawat
Dari hasil wawancara dengan perawat di ruangan bahwa motivasi kepada
perawat dilakukan oleh kepala ruangan. Motivasi yang diberikan kepada
perawat terbagi atas dua yaitu memberikan reward kepada staf yang berprestasi
berupa penembahan poin jasa dan memberikan punisment kepada staf yang
kurang disiplin berupa pengurangan poin jasa.
4) Pendelegasian
Dari hasil wawancara dengan perawat di ruangan bahwa pendelegasian oleh
kepala ruangan sudah dilakukan dengan alasan untuk mempermudah proses
pelayanan di ruangan bedah.
5) Supervisi
Dari hasil wawancara dengan perawat di ruangan didapatkan bahwa perawat
telah memahami tentang supervisi dan pelaksanaan supervisi di ruangan
perawatan bedah sudah dilakukan. Supervisi yang dilakukan pada perawat
pelaksana tentang dokumentasi asuhan keperawatan.
6) Ronde keperwatan
Dari hasil observasi dan wawancara dengan kepala ruangan dan perawat di
ruang bedah didapatkan bahwa di ruangan perawatan bedah ronde keperawatan
belum dilakukan. Hal ini dikarenakan rentang lama rawat pasien berkisar (1-3
hari).
d. Pengendalian
1) Indikator mutu
a) Audit dokumentasi asuhan keperawatan
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatkan bahwa ada audit
dokumentasi asuhan keperawatan rutin dilakukan.
b) Survey kepuasan dan survey masalah pasien
Hasil kuesioner didapatkan 57 % dari 8 orang klien merasa puas dengan
pelayanan yang diberikan diruang perawatan. Dan 89% merasa nyaman
dengan lingkungan rumah sakit
e. Data Khusus Ruangan (Fungsi Manajemen Keperawatan di Ruangan)
Fungsi Perencanaan
Visi ruangan :
Visi ruangan perawatan bedah masi memakai visi dari rumah sakit yakni “
Rumah sakit unggul di provinsi gorontalo”.
2. Misi ruangan :
d) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sesuai standar, terjangkau, adil
dan merata.
e) Menciptakan dan meningkatkan mutu pelayanan menjadi pelayanan
unggulan.
f) Mewujudkan RSUD dr. Hasri Ainun Habibie sebagai entity bisnis yang
sehat.
3. Standar Operasional Prosedur (SOP)
Ruangan perawatan bedah memiliki buku kumpulan standar prosedur
kompetensi (SPO) namun sudah dalam wacana penyusunan dan akan
diterapkan.
B. Data Khusus Ruangan ( Fungsi Manajemen Keperawatan Di Ruangan)
1. fungsi perencanaan
a. Visi Ruangan
Visi adalah suatu rangkaian kata yang memuat impian,cita-cita, nilai masa
dapan dari suatu ruangan serta visi juga merupakan sebuah tujuan
organisasi dalam bekerja.
Masalah : berdasarkan hasil wawancara dengan ketua tim ruangan
Bedah memiliki visi yang sama dengan rumah sakit
b. Misi Ruangan
Misi adalah bagaimana sebuah ruangan dapat mewujudkan cita-citanya
tersebut dimasa depan. Misi adalah sekumpulan rencana atau cara yang
ditentukan untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan.
Masalah : berdasarkan hasil wawancara dengan ketua tim ruangan
Bedah memiliki misi yang sama dengan rumah sakit
c. Standar Prosedur Operasional
Standar Prosedur Operasional keperawatan merupakan suatu perangkat
instruksi atau langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan proses
kerja rutin yang dikerjakan oleh perawat yang dibuat oleh fasilitas
pelayanan keperawatan atau kesehatan berdasarkan standar profesi.
Masalah : standar prosedur operasional di ruangan Bedah hanya
perawatan Luka
d. Standar Asuhan Keperawatan
Standar Asuhan Keperawatan yaitu mengacu pada tiga buku yaitu, buku
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) untuk menegakkan
diagnosis keperawatan, buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) untuk menegakkan Intervensi Keperawatan, buku Standar Luaran
Keperawatan Idonesia (SLKI) untuk menegakkan luaran keperawatan.
Ketiga buku tersebut sangat penting buat profesi perawat di indonesia
dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan perawat
kepada pasien.
1) Standar I : pengkajian keperawatan meliputi
a) Pengunpulan data dilakukan secara anamnesis, Observasi,
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.
b) Sumber data adalah dari klien, keluarga, dan orang terkait, tim
kesehatan, rekam medis, dan catatan lainnya. 3)
c) Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengedentifikasi
a) Status kesehatan masa lalu
b) Status saat ini
c) Status Ideologis, Psikologis, Sosial dan Spritual
d) Respon terhadap terapi
e) Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
f) Resiko tinggi masalah
g) Kelengkapan data dasar mengandung unsur LARB ( lengkap
Akurasi Relevan Baru)
2) Standar II : Diagnosa Keperawatan
perawat yang menganalisa data pengkajian untuk merumuskan
diagnose keperawatan :
a) Proses Diagnosa terdiri dari analisa, interpretasi data, identifikasi
masalah, perumusan diagnose
b) Diagnosa Keperawatan terdiri dari (P) Penyebab (E), dan
tanda/gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P,E)
c) Bekerja sama dengan klien atau petugas kesehatan lainnya untuk
memvalidasi diagnosa keperawatan
d) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan
data tersebut
3) Standar III : Perencanaan Keperawatan
perencanaan keperawatan meliputi :
a) Perencanaan terdiri dari penetapan masalah, tujuan dan rencana
tindakan
b) Bekerja sama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan
c) Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan klien
d) Mendokumentasikan rencana keperawatan
4) Standar IV : Implementasi Keperawatan
kriteria Implementasi meliputi
a) Bekerja sama dengan klien melaksanakan tindakan keperawatan
b) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
c) Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien
d) Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga
mengenai konsep dan keterampilan asuhan diri, serta membantu
klien memodifikasi lingkungan yang digunakan
e) Mengkaji ulang dan merevisi tindakan keperawatan berdasarkan
respon klien
5) Standar V Evaluasi Keperawatan
kriteria evaluasi keperawatan adlah :
a) Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara
kompherensif, tepat waktu dan terus menerus
b) Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur ke
arah pencapaian tujuan
c) Memvalidasi dan menganalisa data terbaru dengna teman sejawat
d) Bekerja sama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi
rencana asuhan keperawatan
e) Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi
perencanaan. Melalui aplikasi standar asuhan keperawatan tersebut
diharapkan mutu pelayanan keperawatan akan menjadi lebih baik.
e. Standar Kinerja
Standar kinerja merupakan salah satu perangkat yang diperlukan oleh
setiap tenaga professional, tidak terkecuali profesi keperawatan. Yang
mana hal ini penting sekali untuk diketahui dan dilaksanakan demi
terciptanya pemberian pelayanan asuhan keperawatan yang profesional.
2. Fungsi Pengorganisasian
a. Struktur Organisasi
Dalam institusi pendidikan, struktur organisasi dalam keperawatan
meliputi pendidik perawat dan administrator atau dekan. Dengan
membawa sejumlah pengalaman dan keahlian, pendidik perawat adalah
anggota fakultas sekolah keperawatan yang melatih dan mempersiapkan
perawat masa depan. Dianggap sebagai pemimpin dalam profesi
keperawatan, pendidik perawat adalah perawat terdaftar yang memiliki
gelar master atau dokter dalam keperawatan.
a) kepala ruangan bertanggung jawab kepada seksi keperawatan
b) kepala ruangan dibantu oleh dua ketua tim dan 16 perawat
Struktur Organisasi Ruang Rawat Inap Bedah RSUD dr.Hj. HASRI AINUN HABIBIE
DIREKTUR
dr. Fitriyanto Rajak
NIP. 19830712 201101 1 001

KABID PELAYANAN KABID KEPERAWATAN


dr. Irma Cahyani Ranti Arifandi Pelealu, S.Kep, Ns, M.Kep
NIP. 19811013 200901 2 004 NIP. 19810404 200501 1 016

KEPALA INSTALASI
Ns. Novita Hamzah, S.Kep
NIP. 19850117 200901 2 001

KEPALA RUANGAN
Asmawati Assagaf, A.Md. Kep.,CBWCN
NIP. 19860805 200901 2 001

KETUA TIM I KETUA TIM II KETUA TIM III


Fatlia Alhasni, A.Md.Kep.,CBWC Akmal Nisar, A.Md. Kep., CWCCA Eka Putri Handayani, S.Kep. Ns, CBWC
ANGGOTA ANGGOTA
ANGGOTA 1. Yayun A. Hulopi, A.Md. Kep
1. Dwi Aftika Pratiwi, S.Kep.Ns.,CBWC 1. Wika Mujiastuty Rahim, A.Md.Kep.Ns.,CBWC
2. Selviyanti M. Djua, S.Kep.Ns 2. Rahmat Djubu, A.Md. Kep
2. Hedwayati Is Pahrun, S.Kep.Ns.,CBWC
3. Vitariany Pakaya, S.Kep.Ns.,CBCCA 3. Nurain Olviana Hasan, S.Kep.Ns 3. Moh. Budi Herdianto Tanaim, S.Kep.Ns
4. Siska Purnama Kai, S.Kep.Ns.,CBWC 4. Satrina Hala, A.Md.Kep 4. Ilyas Saleh, S.Kep. Ns

EVAKUASI
ADMINISTRASI
Mikdar Kadir
Chyntia Ninggrum Muchsin, S.KM
Hasil Wawancara dengan ketua TIM mengatakan bahwa struktur
organisasi baru di perbaharui
Hasil Observasi sudah di perbahurui menggunakan strutur organisasi
yang baru melainkan masih di ruangan lama
Masalah tidak terdapat masalah pada struktur organisasi.
b. Uraian Tugas
Dari hasil wawancara oleh ketua TIM didapatkan uraian tugas di ruangan
Bedah
a. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi :
a) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga
lain sesuai kebutuhan.
b) Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan
sesuai kebutuhan.
c) Merencanakan dan menetukan jenis kegiatan/asuhan keperawatan
yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
2) Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan, meliputi :
a) Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan
ruang rawat.
b) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga
lain sesuai kebutuhan dan ketentuan atau peraturan yang berlaku.
c) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga perawatan baru
atau tenaga lain yang akan bekerja diruang rawat.
d) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai ketentuan/standar.
e) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja
sama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan di
ruang rawat.
3) Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian meliputi:
a) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah
ditentukan.
b) Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan pengetahuan
dan ketrampilan di bidang perawatan.
c) Mengawasi dan mengendalaikan pendayagunaan peralatan
perawatan serta obat-obatan secara efektif dan efisien.
4) Ketua tim (perawat primer)
a) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensif
b) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
c) Melaksanakan rencana yang telah dibuat
d) Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan
e) Membuat jadwal perjanjian klinik
f) Mengikuti timbang terima
g) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
h) Menerima dan menyesuaikan rencana
i) Melaksanakan sentralisasi obat
j) Mendampingi visite
k) Melaksanakan ronde keperawatan bersama dengan kepala ruangan
dan perawat assosiate
l) Melaporkan perkembangan pasien kepada kepala ruangan
5) Perawat assosiate
a) Memberikan perawatan secara langsung berdasarkan proses
keperawatan dengan sentuhan kasih sayang
b) Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab
c) Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, dan spiritual
dari klien
d) Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi
tindakan perawatan dan pengobatan serta diagnostik
e) Memberi pertolongan segera pada klien gawat atau sakaratul maut
f) Membantu kepala ruangan dalam penatalaksanaan ruangan secara
administratif
g) Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada di ruangan
h) Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan
dan keindahan ruangan
i) Melaksankan tugas dinas pagi/sore/malam secara bergantian
j) Memberi penyuluhan kesehatan kepada klien sehubungan dengan
penyakitnya
k) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik lisan
maupun tertulis
l) Membuat laporan harian
m)Mengikuti timbang terima
n) Mengikuti kegiatan ronde keperawatan
o) Melaksanakan rencana keperawatan yang dibuat oleh perawat primer
c. Pengaturan Jadwal Dinas
Dari hasil wawancara dengan ketua tim bahwa pengaturan jadwal dinas
dibagi menjadi 3 shift yaitu shift pagi, sore dan malam. Untuk shift pagi
dibagi menjadi 7 orang perawat, shift sore dibagi menjadi 3 orang perawat
(1 leader 2 perawat pelaksana) ddan shift malam dibagi menjadi 3 orang
perawat (1 leader 2 perawat pelaksana)
d. Pengaturan Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisis nama pasie, tanggal lahir, nama
dokter, rekam medik pasien
e. Pengorganisasian Perawatan Klien
Pembentukan organisasi perawat di ruangan bedah menggunakan metode
TIM
f. Sistem Penghitungan
Dari hasil observasi didapatkan ketenagaan perawat di ruang bedah
sebanyak 16 perawat
3. Fungsi pengarahan
a. Operan
Dari hasil wawancara dengan perawat yang diruang didapatkan bahwa
timbang terima dilakukan 3 kali sehari. Shift pagi pukul 08.00 – shift sore
pukul 14.00 – shift malam pukul 21.00 pelaksanaan timbang terima
dilakukan di nurse station. Dalam timbang terima perawat menyampaikan
permasalahan yang belum teratasi, keluhan pasien, intervensi yang
dilakukan, vital sign mengguanakan catatan data pasien. Dan timbang
trima di lakukan di ruangan pasien untuk memberi tahukan kepada pasien
bahwa perawat telah berganti shift dan jika butuh bantuan serta ada
keluhan yang dialami oleh pasien sesegera mungkin melapor ke perawat
yang ada dinurse station.
b. Pre dan Post Conference
Dari hasil wawancara dengan perawat yang diruangan bahwa pre dan post
converence rutin dilakukan setiap hari
c. Motifasi kepada perawat
Dari hasil wawancara dengan perawat diruangan bahwa kepala ruangan
selalu memberikan motifasi kepada perawat melalui pujian secara lisan
dan juga memberikan reward
d. Pendelegasian
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat diruangan bahwa
pendelegasian diberikan kepada katim ketika kepala ruangan sedang ada
kegiatan tertentu, pendelegasian diberitahukan secara langsung atau
melalui via telepon.
e. Supervisi
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat pelaksana diruangan bahwa
supervisi dilakakan secara berstruktur dimana kepala bidang keperawatan
melakukanan supervisi kepada instalasi, setelah itu kepala instalasi
melakukan supervisi kepada kepala ruangan bedah, serta kepala ruangan
melakukan supervise ke ketua TIM dan ketua TIM melakukan supervis
setiap hari kepada leader dan perawat pelaksana. Supervise yang
dilakukan pada perawat pelaksana tentang dokumentasi asuhan
keperawatan.
f. Ronde keperawatan
Dari hasil observasi dan wawancara dengan KATIM dan perawat di
ruangan bedaha ronde keperawatan belum dilaksanakan. Hal ini kurang
optimalnya waktu dalam dinas sebab terdapat banyak kegiatan waktu
dinas pagi.
4. Pengendalian
a. Indikator mutu
Mendefinisikan mutu perawatan adalah aplikasi pengetahuan medis
yang tepat bagi perawatan pasien menyeimbangkan resiko yang melekat
pada intervensi keperawatan dan keuntungan yang diharapkan dari
intervensi keperawatan. mutu pelayanan keperawatan adalah pelayanan
keperawatan sesuai standar, melebihi harapan dan menimbulkan kepuasan,
kenyamanan serta keselamatan pasien.
Hasil wawancara dengan perawat diruangan bahwa untuk indicator
mutu yang berada pada ruangan Bedah didapatkan bahwa Indikator mutu
pelayanan keperawatan meliputi :
1) Tingkat kepuasan pasien, dimana terdapat lembar kepuasan pasien
yang diisi setiap pasien pulang
2) Kejadian kesalahan pemberian obat : Dari hasil observasi dan
wawancara dengan perawat. Perawat mengatakan bahwa tidak pernah
terjadi kesalahan dalam pemberian obat pada pasien
3) Kejadian jatuh : Dari hasil observasi dan wawancara dengan perawat,
perawat ruangan mengatakan bahwa tidak pernah terjadi pasien jatuh
dari tempat tidur
b. Audit Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat Bedah didapatkan bahwa
terdapat format dokumentasi tetapi tidak dilakukan pengisian
c. Survey Kepuasan & Survey Masalah Pasien
Hasil kuesioner di dapatakan bahwa dari 8 pasien yang di rawat di ruang
bedah, yang mengatakan puas ada 57%, Yang mengatakan Kadang-
kadang ada 29%, dan yang mengatakan tidak puas ada 14%. Dan di
dapatakan bahwa dari 8 pasien yang di rawat di ruang bedah, yang
mengatakan puas dengan lingkungan rumah sakit ada 89%, dan yang
mengatakan tidak puas dengan lingkungan rumah sakit ada 11%.

Klasifikasi masalah
1. Masalah M1
Tidak terdapat masalah
2. Masalah M2
1) Belum tersedia pembatas antara tim 1, tim 2, dan tim 3.
2) Belum tersedia ruangan isolasi pasien infeksi
3) Belum tersedia ruangan diskusi medis.
4) Belum tersedia troly emergency untuk obat haigh alert.
5) Kurangnya sampah non infeksius.
6) Belum tersedia tempat sampah Farmasi.
7) Belum sesuainya struktur ruangan, slogan visi misi, filosofi dan
memperbaharui penandaan ruangan bedah.
3. Masalah M3
1) Pelaksanaan sentralisasi obat belum optimal.
2) Pelaksanaan Pre dan Post conference belum optimal.
3) Pelaksanaan timbang terima belun optimal
4) Belum optimalnya ronde keperawatan
4. Masalah M4
Tidak terdapat masalah
5. Masalah M5
1) Mengidentifikasi pasien dengan benar
2) Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pada
pasien yang benar. (perawat anastesi tidak pernah datang di ruangan untuk
memastikan).
3) Mengurangi resiko infeksi akibat perawat kesehatan
4) Mengurangi resiko cedera pasien akibat terjatuh. (misalnya gagang
disetiap dinding terutama menuju toilet).
5) Belum optimalnya jumlah bahan akrilit pada pasien resiko jatuh.
6) Belum optimalnya penerapan five moment cuci tangan.
2.3 Analisis SWOT

No Masalah Pokok Uraian Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Penanggung Orang


Kegiatan Pelaksanaan Jawab Terkait
M2 (Mate
rial)
1 Sarana dan prasarana
1. 1) Belum tersedia pembatas Observasi dan Diadakan dalam Agar dapat di Perawat 05 September Kepala
antara tim 1, tim 2, dan tim 3 Prose bentuk plakat idenfikasi masing- 2022 Mis Hariyati ruangan dan
pembuatan masing tim pearawat di
setiap ruangan
perencanaan
2) belum tersedia ruangan Observasi dan Merekomendasikan Agar tidak Kepala 05 september Agustiar Kepala
isolasi pasien infeksi Proses terjadinya infeksi ruangan 2022 Darmawan ruangan dan
pembuatan nosokomial pada dan Bagu perawat di
setiap pasien lain peraawat ruangan
perencanaan di bedah
ruangan
3) belum tersedia ruangan Observasi dan Merekomendasikan Agar lebih leluasa Kepala 05 september Cici Kepala
diskusi medis Prose membahas serta ruangan 2022 R.Mokoagow ruangan dan
pembuatan menjga privasi dan perawat di
setiap terkait kondisi peraawat ruangan
perencanaan pasien di bedah
ruangan
4) belum tersedia troly Observasi dan Merekomendasikan Agar penempatan Kepala 06 september Rahmawati Kepala
emergency untuk haigh alert Prose obat sesuai ruangan 2022 Ibrahim ruangan dan
pembuatan dan perawat di
setiap peraawat ruangan
perencanaan di bedah
ruangan
5) kurangnya sampah non Observasi dan Merekomendasikan Agar tidak Kepala 06 september Tiara Nurbaiti Kepala
infeksius Prose tercampur antara ruangan 2022 Nusa ruangan dan
pembuatan sampah medis dan dan perawat
setiap sampah non peraawat ruangan
perencanaan infeksi di bedah
ruangan
6) belum tersedia tempat Observasi dan Merekomendasikan Agar tidak Kepala 07 september Rian Arbi Kepala
sampah farmasi Prose tercampur antara ruangan 2022 ruangan dan
pembuatan sampah medis dan dan perwat
setiap sampah farmasi peraawat ruang bedah
perencanaan di
ruangan
7) belum sesuainya struktur Observasi dan Di adakan struktur Sebagai identitas Perawat 07 september Muslim Hemeto Mahasiswa
ruangan, slogan visi, misi, Prose ruang perawatan dan 2022 profesi ners,
filosofi dan memperbaharui pembuatan bedah ruangan kepala
penandaan ruangan bedah setiap ruangan dan
perencanaan perawat
diruangan
M3 (Metode Pemberian Asuhan Keperawatan )
2 1) Pelaksanaan sentralisasi Observasi dan Diadakan kegiatan In Untuk mencegah Kepala 08 september Rosalinda Kepala
obat belum optimal Prose house traning terjadinya ruangan 2022 Pakaya ruangan dan
pembuatan kesalahan dalam dan perawat
setiap pemberian obat perawat ruangan
perencanaan ruangan bedah

2) Pelaksanaan pre dan post Observasi dan Dilakukan oleh Metngatasi Mahasis 08 september Respi Yolanda Kepala
conference belum optimal Prose mahasiswa profesi masalah wa 2022 Magaribu ruangan dan
pembuatan ners dan perawat keperawatan profesi dan perawat
setiap ruangan pasien yang ners dan di ruangan
perencanaan dilaksanakan oleh perawat
perawat ruangan
3) Pelaksanaan timbang Observasi dan Dilakukan oleh Agar mengetahui Perawat 08 september Siti Fadillah Kepala
terima belum optimal Prose mahasiswa profesi masalah dan 2022 Mawadah ruangan,
pembuatan ners dan perawat perkembangan Soleman perawat di
setiap ruangan pasien ruangan,
perencanaan mahasisaw
profesi ners
4) Belum optimalnya ronde Observasi dan Dilakukan oleh Mengatasi Dokter, 09 september Yusuf Kepala
keperawatan Prose mahasiswa profesi masalah kepala 2022 K.Suleman ruangan dan
pembuatan ners dan perawat keperawatan ruangan, perawat
setiap ruangan pasien yang perawat diruangan
perencanaan dilkasanakan oleh ruangan,
perawat yang ahli gizi
melibatkan pasien
dan tim medis lain
M5 (Marketing, Mutu Pelayanan dan Patient Safety)
3 1) Mengidentifikasi pasien Observasi dan Diadakan kegiatan In Untuk mencegah Perawat 09 september Hartati Kepala
dengan benar Prose house traning terjadinya ruangan 2022 Pulubuhu ruangan dan
pembuatan kesalahan dalam bedah perawat di
setiap pemberian asuhan ruangan
perencanaan keperawatan bedah
2) memastikan lokasi Observasi dan Merekomendasikan Agar tidak Perawat 09 september Mis Hariyati Kepala
pembedahan yang benar, Prose terjadinya ruangan 2022 ruangan dan
pada pasien yang benar, pembuatan kesalahan dalam bedah perawat
(perawat anastesi tidak setiap pembedahan ruang bedah
pernah dating di ruangan perencanaan
untuk memastikan)
3) mengurangi resiko infeksi Observasi dan Di adakan kegiatan In Untuk Perawat 10 september Agustiar Kepala
akibat perawat kesehatan Prose House Training terkait keselamatan baik dan 2022 Darmawan ruangan dan
pembuatan keselamatan pasien perawat, pasien pasien Bagu perawatan
setiap (Patient Safety) dan keluarga ruangan
perencanaan pasien bedah
4) mengurangi resiko cedera Observasi dan Di adakan kegiatan In Untuk Perawat 10 september Cici Kepala
pasien akibat Prose House Training terkait keselamatan baik dan 2022 R.Mokoagow ruangan dan
terjatuh (misalmyagagang di pembuatan keselamatan pasien perawat, pasien pasien perawat
setiap dinding terutama setiap (Patient Safety) dan keluarga ruang bedah
menuju toilet) perencanaan pasien
5) belum optimalnya jumlah Observasi dan Merekomendasikan Agar dapat Kepala 10 september Rahmawati Kepala
bahan akrilit pada pasien Prose mengidentifikasi ruangan 2022 Ibrahim ruangan dan
resiko jatuh pembuatan pasien resiko dan perawat di
setiap jatuh perawat ruang bedah
perencanaan di
ruangan
6) belum optimalnya Observasi dan Di adakan dalam Untuk pasien Pasien 10 september Rosalinda Pasien dan
penerapan five moment cuci Prose bentuk stiker dan di safety dan 2022 Pakaya keluarga
tangan pembuatan temple di depan keluarga pasien
setiap wastafel pasien
perencanaan
BAB III
TINJAUN PUSTAKA

3.1 Konsep Manajemen Keperawatan


A. Definisi Manajemen Keperawatan
Manajemen biasanya diidentikkan dengan cara untuk mengatur
beberapa hal secara baik dan sesuai dengan tujuan. Pengaturan dilakukan agar
hal hal yang diatur berjalan seimbang, lancar, dan mencapai tujuan yang
diharapkan. Berikut ini akan diuraikan beberapa pengertian manajemen secara
umum dari beberapa ahli. (Kemkes:2016)
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang
lain (Gillies,1989). Menurut Siagian (1999), manajemen berfungsi untuk
melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka mencapai
tujuan dalam batas – batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi.
Sedangkan Liang Lie mengatakan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan
seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengontrolan dari benda
dan manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Selanjutnya Swanburg (2000) mendefinisikan manajemen sebagai ilmu atau
seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan
rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
(Kemkes:2016)
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota
staf keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap
para pasien (Gillies, 1989). Pekerjaan keperawatan harus diatur sedemikian
rupa sehingga tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan dapat tercapai. Siapa
yang diatur? Untuk apa? Apa tujuan pengaturan? Dalam memberikan
pelayanan keperawatan kepada pasien, perawat menerapkan manajemen
keperawatan dalam bentuk manajemen asuhan keperawatan. (Kemkes:2016)
B. Prinsip-Prinsip Yang Mendasari Manajemen Keperawatan
Prinsip-prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :
1) Manajemen keperawatan seyogianya berlandaskan perencanaan karena
melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko
pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang afektif dan terencana.
2) Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang
efektif. Manajer keperawatan menghargai waktu akan menyusun
perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
3) Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan berbagai
situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan
keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbagai tingkat
manajerial.
4) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian manajer keperawatan dengan mempertimbangkan apa yang
pasien lihat, fikir, yakini dan ingini . Kepuasan pasien merupakan point
utama dari seluruh tujuan keperawatan.
5) Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan
sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
6) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang
meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian
pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
7) Manejer keperawatan yang baik adalah manajer yang dapat memotivasi
staf untuk memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
8) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan
memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian diantara bawahan.
9) Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya
mempersiapkan perawat pelaksana untuk menduduki posisi yang lebih
tinggi ataupun upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
10) Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi
penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian
instruksi dan menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar,
membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan.
C. Fungsi Dasar Manajemen
Secara umum, fungsi dari manajemen dapat dikatakan sebagai
serangkaian kegiatankegiatan yang dilakukan oleh Manajemen didalam hal
untuk mencapai tujuannya. Fungsi dari Manajemen juga dikenal dengan
Istilah POAC:
1) Perencanaan (Planning) Perencanaan adalah salah satu fungsi yang
digunakan untuk merencanakan segala sesuatu dengan sebaik mungkin
dalam upaya untuk mencapai tujuannya. Hal tersebut akan berjalan
dengan lancar apabila kita memiliki gambaran mengenai hal apa saja
yang akan digunakan atau dijalani, oleh sebab itu hal ini harus melibatkan
perencanaan.
2) Pengorganisasian (Organizing) Setelah kita melakukan sebuah
perencanaan dengan matang, maka hal berikutnya yang akan kita lakukan
adalah Pengorganisasian. Sebab pengorganisasian ini sangat penting
untuk dilakukan agar mempermudah manajer melakukan sebuah
pengewasan yang lebih efektif.
3) Pengarahan (Actuacting) Fungsi dari manajemen yang ketiga adalah
Pengarahan, pengarahan ini sangat penting dilakukan agar segala sesuatu
yang sudah direncanakan dapat berjalan dengan lancar sesuai denga
perencanaan yang dibuat. Seorang manajer akan melakukan pengarahan
kepada setiap karyawannya, apabila didalam perusahaan tersebut sedang
mengalami suatu permasalahan atau apa yang sedang dikerjakan tidak
sesuai dengan apa yang sudah direncanakan.
4) Pengawasan (Controlling) Fungsi yang terakhir dari Manajemen adalah
melakukan pengawasan. Dari serangkaian rencana atau pekerjaan yang
sudah dilaksanakan, maka hal ini sangat memerlukan yang namanya
pengawasan.
Namun, manajer juga harus memperhatikan beberapa hal yang harus
dipenuhi untuk melakukan sebuah pengawasan terhadap suatu pekerjaan, yaitu
diantaranya adalah :
a) Jalur (routing) : Seorang manajer harus terlebih dahulu menentukan
sebuah jalur yang bertujuan untuk memperkecil sebuah resiko kesalahan
apabila suatu saat terjadi.
b) Penetapan waktu (scheduling) : Seorang manajer juga harus mempunyai
waktu yang rutin untuk melakukan sebuah pengawasan, misalnya selama
satu bulan manajer harus memiliki waktu untuk melakukan seuah
pengawasan sebanyak satu atau dua kali.
c) Perintah pelaksanaan (dispatching) : Seorang manajer harus memiliki
sikap untuk mendorong dan juga memerintah karyawannya agar dapat
menyelesaikan semua pekerjaannya sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
d) Tindak lanjut (follow up) : Seorang manajer harus melakukan evaluasi
dan juga memberikan solusi terhadap semua permasalahan yang sedang
terjadi selama proses dalam mencapai tujuannya untuk mengurangi
terjadinya kesalahan yang sama.
D. Peran Manajer
Peran manajer dapat mempengaruhi faktor motivasi dan lingkungan. Tetapi
faktor lain yang mungkin mempengaruhi tergantungnya tugas, khususnya
bagaimana manajer bekerja dalam suatu organisasi. Secara umum peran
manajer dapat dinilai dai kemampuannya dalam peran manajer dapat dinilai
dari kemampuanya dalam motivasi dan meningkatkan kepuasan staf. Kepuasan
kerja dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan fisik, psikis, dimana kebutuhan
psikis tersebut dapat terpenuhi melalui peran manajer dalam memperlakuan
stafnya. Hal ini dapat ditanamkan kepada manajer agar diciptakan suasana
keterbukaan dan memberikan kesempatan kepada staf untuk melaksanakan
tugas dengan sebaik-baiknya. Manajer mempunyai lima dampak terhadap
faktor lingkungan dalam tugas profesional sebagaimana dibahas sebelumnya :
1) Komunikasi
2) Potensial perkembangan
3) Kebijaksanaan
4) Gaji dan upah
5) Kondisi kerja
E. Peran Kepala Ruangan
Kepala ruangan disebuah ruangan keperawatan, perlu melakukan
kegiatan koordinasi kegiatan unit yang menjadi tanggung jawabnya dan
melakukan kegiatan evaluasi kegiatan penampilan kerja staf dalam upaya
mempertahankan kualitas pelayanan pemberian asuhan keperawatan. Berbagai
metode pemberian asuhan keperawatan dapat dipilih disesuaikan dengan
kondisi dan jumlah pasien, dan kategori pendidikan serta pengalaman staf
diunit yang bersangkutan.
F. Fungsi Kepala Ruangan
Fungsi kepala ruangan adapun fungsi kepala sebagai berikut :
1) Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosifi, tujuan, sasaran,
kebijaksanaan dan peraturan-peraturan : membuat perencanaan jangka
pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi
menetapkan biaya-biayauntuk setiap kegiatan serta merencanakan dan
pengelola rencana perubahan.
2) Pengorganisasian : meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan
perencanaan, menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien yang paling tepat, mengelompokan kegiatan untuk mencapai tujuan
unit serta melakukan peran dan fungsi dalam organisasi dan menggunakan
power serta wewenang dengan tepat.
3) Ketenagaan : pengaturan ketegangan dimulai dari rekrutmen, interview,
mencari dan orientasi dari staf baru, pemjadwalan, pengembangan staf, dan
sosialisasi staf.
4) Pengarahan : mencakup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya
manusia seperti motivasi untuk semangat, manajemen konflik,
pendelegasian, komunikasi dan memfasilitasi kolaborasi
5) Pengawasan meliputi penampilan kerja, pengawasan umum, pengawasan
umum, pengawasan etika aspek legas, dan pengawasan profesional.
Seorang manajer dalam mengerjakan kelima fungsinya tersebut sehari-
hari akan bergerak dalam berbagai perawat penjualan, pembelian, produksi,
keuangan, personalia dan lain-lain
G. Kepala Ruangan Sebagai Manager Keperawatan
Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan menurut
depkes adalah sebagai berikut:
1) Melaksanakan fungi perencanaan, meliputi:
a. Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain
sesuai kebutuhan
b. Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan
c. Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/asuhan keperawatan yang
akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
2) Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan, meliputi:
a. Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di ruangan
rawat
b. Menyusun dan mengatur daftar dinas perawatan dan tenaga lain sesuai
dengan kebutuhan dan ketentuan / peraturan yang berlaku (bulanan,
mingguan, harian)
c. Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan satu atau
tenaga lain yang bekerja di ruang rawat
d. Memberi pengarahandan motivasi kepada tenaga perawat untuk
melakukan asuhan keperawata sesuai standart
e. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja
sama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan ruang
perawat
f. Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta mengusahakan
pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar tercapainya pelayanan
optimal
g. Menyususn permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, da bahan
lain yang diperlukan di ruang rawat
h. Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu
dalam keadaan siap pakai
i. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris peralatan
j. Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya
meliputi tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan, fasilitas yang
ada dan cara penggunaanya
k. Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk memeriksa
pasien dan mencatat program
l. Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat
untuk tingkat kegawatan, injeksi dan non injeksi, untuk memudahkan
pemberian asuhan keperawatan
m. Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk
megetahui keadaan dan menampung keluhan serta membantu
memecahkan masalah berlangsung
n. Menjaga perasaaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama
pelaksanakan pelayanan berlangsung
o. Memberikan pernyuluhan kesehatan terhadap pasien / keluarga dalam
batas wewenangnya
p. Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan berlangsung
q. Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data pelayanan
asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakukan secara tepat dan
benar
r. Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruangan rawat inap
lain, seluruh kepala seksi, kepala perawat, kepala instalasi, dan kepala
UPF di rumah sakit
s. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas,
pasien dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan
t. Memberi motivasi tenaga non keperawatan dalam memelihara
kebersihan ruangan dan lingkungan
u. Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien di ruangan
v. Memeriksa dan meneliti pengisis daftar permintaan makanan
berdasarkan macam dan jenis makanan pasien kemudian memeriksa /
meneliti ulang saat pengkajian
w. Memelihara buku register dan bekas catatan medis
x. Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan
keperawatan serta kgiatan lain di ruangan rawat
3.2 Konsep Kepemimpinan
A. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan membuat seseorang mengerjakan apa
yang tidak ingin mereka lakukan dan menyukainya (Truman dalam Gillies,
1996). Kepemimpinan merupakan penggunaan keterampilan mempengaruhi
orang lain untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
kemampuannya (Sullivan & Decleur, 1989). Kepemimpinan adalah
serangkaian kegiatan untuk mempengaruhi anggota kelompok bergerak
menuju pencapaian tujuan yang ditentukan (Baily, Lancoster & Lancoster,
1989). Kepemimpinan adalah sebuah hubungan dimana satu pihak memiliki
kemampuan yang lebih besar untuk mempengaruhi perilaku pihak lain yang
didasarkan pada perbedaan kekuasaan antara pihak-pihak tersebut (Gillies,
1996). Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1993: 26). "Kepemimpinan
sebagai suatu bentuk persuasi, suatu seni pembinaan kelompok orangorang
tertentu, biasanya melalui 'human relations' dan motivasi yang tepat, sehingga
tanpa adanya rasa takut mereka mau bekerja sama dan membanting tulang
memahami dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan-tujuan organisasi".
B. Pentingnya kepemimpinan dalam organisasi
Pemimpin merupakan faktor penentu dalam sukses atau gagalnya
suatu organisasi. Pengarahan terhadap pekerjaan yang dilakukan pimpinan
dalam mencapai tujuan organisasi perusahaan maupun lembaga-lembaga
harus di berikan oleh pemimpin sehingga kepemimpinan tersebut dapat
menjadi efektif.
Kepemimpinan merupakan aktivitas untuk mempengaruhi perilaku
orang lain agar merekamau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.
Kepemimpinan yang terdapat dalam suatu organisasi memainkan peranan
yang sangat dominan dalam keberhasilan organisasi tersebut dalam
menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlibat dalam kinerja para
karyawannya. Keberhasilan pemimpin dalam mencapai tujuan tidak lepas dari
bagaimana pemimpin berinteraksi dengan bawahannya.
C. Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan cara seseorang memanfaatkan kekuatan
yang tersedia untuk memimpin orang lain. Setiap pemimpin memiliki gaya
kepemimpinan yang berbeda. Ada 3 faktor yang menjadi kunci gaya
kepemimpinan seseorang yang merupakan faktor yang saling melengkapi dan
mempengaruhi satu sama lainnya, yaitu: pemimpin itu sendiri, orang yang
dipimpin dan situasi.
Gaya Kepemimpinan Bisa disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan
seseorang merupakan fungsi dari ke tiga variabel di atas. Marilah kita pelajari
bersama penjelasan dari masing-masing variabel tersebut melalui pemahaman
teori –teori gaya kepemimpinan. Bila dilihat dari Pemimpin itu sendiri, Anda
bisa pelajari teori bakat, bila dilihat Pemimpin itu sendiri dan orang yang
dipimpin, maka bisa Anda cocokkan dengan Teori perilaku dan bila dilihat
Situasinya, maka bisa kita gunakan Teori Situasional. Beikut ini adalah uraian
dari masing-masing teori tersebut:
1) Teori bakat Teori bakat dikenal dengan “Great Man Theory”. Teori bakat
muncul karena adanya keyakinan bahwa kemampuan memimpin hanya
dimiliki oleh orang yang dilahirkan dengan bakat tersebut. Teori ini tidak
sepenuhnya benar sebab setiap orang bisa menjadi pemimpin, dan
mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinannya.
2) Teori Perilaku, yang biasa digunakan Kurt Lewin (1960)
a. Otokratik : Pada gaya otokratik pemimpin melakukan kontrol
maksimal terhadap staf, membuat keputusan sendiri dalam
menentukan tujuan kelompok. Lebih menekankan pada penyelesaian
tugas dari pada hubungan interpersonal. Gaya ini cenderung
menyebabkan permusuhan dan agresif atau apatis sampai
menurunnya inisiatif. Contoh Kepala Ruang menetapkan jadwal
dinas, sanksi sesuai aturan, tanpa mempertimbangkan alasan staf
perawat yang mengajukan ijin
b. Demokratik : Pemimpin mengikutsertakan bawahan dalam proses
pengambilan keputusan. Lebih menekankan pada hubungan
interpersonal dan kerja kelompok. Orang yang dipimpin Situasi
Pemimpin : Manajemen Kepemimpinan dalam Praktek Keperawatan.
12 Pemimpin menggunakan posisinya untuk mendapatkan pandangan
dan pemikiran bawahan serta memotivasi mereka untuk menentukan
tujuan dan mengembangkan rencana. Hal ini cenderung
meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja. Contoh Kepala
Bidang Keperawatan selalu meminta Kepala Ruang memberikan
masukan untuk sebuah perubahan kebijakan
c. Laissez Fair : Pemimpin memberikan kebebasan bertindak,
menyerahkan perannya sebagai pemimpin kepada bawahan tanpa
diberi petunjuk atau bimbingan serta pengawasan. Pemimpin sangat
sedikit merencanakan dan membuat keputusan. Gaya kepemimpinan
ini efektif bila bawahan mempunyai kemampuan dan tanggung jawab
yang tinggi. Bila kemampuan dan tanggung jawab bawahan kurang
cenderung menimbulkan keresahan dan frustasi. Contoh Kepala
Ruang tidak pernah mau tahu apa yang sedang terjadi di ruangan, staf
perawat yang tidak disiplin tidak mendapat teguran yang penting
aman
3) Teori Situasional Pemimpin berubah dari satu gaya ke gaya lainnya
sesuai dengan perubahan situasi yang terjadi. Jadi seseorang pemimpin
yang efektif pada situasi tertentu belum tentu mampu bersikap dan
bertindak efektif pada situasi lain.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepemimpinan
Ada empat sifat umum mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan
kepemimpinan adalah sebagai berikut:
1) Kecerdasan bahwa pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan yang di pimpin
2) Kedewasaaan dan keleluasaan. Hubungan sosial kepemimpinan
cenderung menjadi matang dan mempunyai emosi yang stabil serta
mempunyai perhatian yang luas terhadap aktivitas sosial
3) Motivasi diri dan dorongan berprestasi para pemimpin secara relatif
mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi
4) Sikap-sikap hubungan kemanusiaan seorang pemimpinan yang berhasil
mau mengakui harga diri dan kehormatan para pengikutnya dan mampu
berpihak kepadanya.
E. Dimensi Kepemimpinan
Menurut Hasibuan (2016:171), ada tiga dimensi kepemimpinan ditinjau dari
gaya kepemimpinannya, adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1) Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan otoriter atau bisa di sebut kepemimpinan otokratis
atau kepemimpinan diktator adalah suatu kepemimpinan dimana seorang
pemimpin ber tindak sebagai diktator, pemimpin adalah penguasa, semua
kendali ada di tangan pemimpin.
2) Kepemimpinan Delegatif
Gaya Kepemimpinan delegatif dicirikan dengan jarangnya
pemimpin memberikan arahan, keputusan diserahkan kepada bawahan,
dan diharapkan anggota organisasi dapat menyelesaikan permasalahannya
sendiri
3) Kepemimpinan Partisipatif
Kepemimpinan partisipatif didefinisikan sebagai persamaan
kekuatan dan sharing dalam pemecahan masalah dengan bawahan dengan
melakukan konsultasi dengan bawahan sebelum membuat keputusan.
F. Fungsi Kepemimpinan
Fungsi kepemimpinan :
1) Memandu, menuntun, membimbing, memotivasi
2) Menjalin komunikasi yang baik
3) Mengorganisasi, mengawasi dan membawa organisasinya pada tujuan
yang telah ditetapkan
Lebih tepatnya seorang pemimpin harus mampu menjadi contoh peran
bagi yang lainnya dan mampu menempatkan dirinya seperti sosok Ki Hajar
Dewantoro. Fungsi kepemimpinan yang bisa kita contoh dari Ki Hajar
Dewantoro
1) Ing Ngarso sung Tulodho ketika di depan memberikan contoh
2) Ing Madyo Mbangun Karso ketika berada di tengah bersama sama
menyelesaikan tugas
3) Tut Wuri Handayani ketika berada dibelakang mampu memberikan
dorongan dan motivas
3.3 Prinsip Manajemen Keperawatan
A. Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan
Prinsip-Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan Prinsip –
prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :
a. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena
melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko
pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan terencana.
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang
efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun
perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan.
Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan
kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbergai
tingkat manajerial.
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan focus
perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien
lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari
seluruh tujuan keperawatan.
e. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan
sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang
meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian
pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
g. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan
penampilan kerja yang baik.
h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif.
Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan
memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara pegawai.
i. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan
perawat – perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau
upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
j. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi
penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian
instruksi dan menetapkan prinsip – prinsip melalui penetapan standar,
membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan.
3.4 Indikator Pelayanan Manajerial
A. Indikator pelayanan manjerial :
1. Pre dan Post Konferens
Pre konferens merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mempersiapkan aktifitas pelayanan pada awal shift dinas. kegiatan
berfokus pada pembahasan dari tindakan yang telah dilaksanakan serta
rencana program selanjutnya. Umumnya kegiatan ini dilakukan sebelum
kegiatan timbang terima pada shif berikutnya. Kegiatan ini diikuti oleh
seluruh perawat dan kepala ruangan sebagai penanggung jawab.
1) Jenis conference
Conference terdiri dari pre conference dan post conference yaitu:
Pre conference
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana
setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang
dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas
pada tim tersebut hanya sau orang, maka pre conference ditiadakan. Isi
pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan
tambahan rencana dari katim dan PJ tim
Waktu : setelah operan
Tempat : Meja masing-masing tim
Penanggung jawab : Ketua tim atau PJ tim
Kegiatan :
1) Ketua tim atau PJ tim membuka acara
2) Ketua tim atau PJ tim menanyakan rencana harian masing-masing
perawat pelaksanaan
3) Ketua tim atau PJ tim memberikan masukan dan tindakan lanjut
terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu
4) Ketua tim atau PJ tim memberikan reinforcement
5) Ketua tim PJ menutup acara

Post conference
Post conference adalah komunikasi tim dan perawat pelaksana tentang
hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut.
Isi post conference adalah hasil askep
Tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post
conference dipimpin oleh katim atau PJ tim.
Kegiatan:
1) Ketua tim atau PJ tim membuka acara
2) Ketua tim atau PJ tim menanyakan kendala dalam asuhan yang
telah diberikan
3) Ketua tim atau PJ tim yang menanyakan tindakan lanjut asuhan
klien yang harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya
4) Ketua tim atau PJ menutup acara

Tujuan Pre dan Post Conference


Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa
masalah-masalah secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian
masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat
menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat
meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan
merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan non
kognitif.
Pre dan Post Conference juga membantu koordinasi dalam
rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi
pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan.
1) Tujuan pre conference adalah:
a. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien,
merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
b. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
c. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan
pasien
2) Tujuan post conference adalah:
Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian
masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai.
3) Syarat pre dan post conference
a. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan
keperawatan dan post conference dilakukan sesudah pemberian
asuhan keperawatan
b. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
c. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang
keadaan pasien, perencanaan tindakan rencana dan data-data
yang perlu ditambahkan
d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim
dan anggota tim
4) Pedoman pelaksanaan conference
a. Sebelum dimulai, tujuan conference harus dijelaskan
b. Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok
c. Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga fokus diskusi
tanpa mendominasi
d. Pemimpin harus merencanakan topik yang penting secara
periode
e. Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta,
keinginan mengambil tanggung jawab dan menerima
pendekatan serta pendapatan yang berbeda
f. Ruang diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat
diskusi
g. Pada saat menyimpulkan conference, ringkasan diberikan oleh
pemimpin dan kesesuaiannya dengan situasi lapangan
5) Panduan perawat pelaksanaan dalam melaksanakan konferensi
Adapun panduan bagi PP dalam melakukan konferensi adalah
sebagai berikut:
a. Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan
pergantian dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal perawatan
pelaksana.
b. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam
timnya masing – masing.
c. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan
hasil evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh
dinas malam.
Hal hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi :
1) Keadaan klien
2) Keluhan klien
3) TTV
4) Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru.
5) Masalah keperawatan
6) Rencana keperawatan hari ini.
7) Perubahan keadaan terapi medis.
8) Rencana medis.
d. Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat
asosiet tentang masalah yang terkait dengan perawatan klien
yang meliputi :
1) Klien yang terkait dengan pelayanan seperti :
keterlambatan, kesalahan pemberian makan, kebisikan
pengunjung lain, kehadiran dokter yang dikonsulkan.
2) Ketepatan pemberian infuse
3) Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan.
4) Ketepatan pemberian obat / injeksi.
5) Ketepatan pelaksanaan tindakan lain,
6) Ketepatan dokumentasi.

e. Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.


f. Mengiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran
dan kemajuan masing–masing perawatan asosiet.
g. Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalah yang
tidak dapat diselesaikan.

B. Handover
1. Definisi
Beberapa istilah itu diantaranya handover, handoffs, shift report,
signout, signover dan cross coverage. Handover adalah komunikasi oral
dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat pada
pergantian shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari
handover adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggungjawab dan
tanggunggugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang
mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang
pasien. Handoffs juga meliputi mekanisme transfer informasi yang
dilakukan, tanggungjawab utama dan kewenangan perawat dari perawat
sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya perawatan.
2. Tujuan Timbang Terima
a. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam
asuhan keperawatan kepada klien.
c. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh
dinas berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
3. Manfaat timbang terima
Bagi perawat:
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar pasien
c. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna bagi
pasien: klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada
yang belum terungkap
4. Prosedur timbang terima
Tahap Persiapan
Waktu : 5 menit
Tempat : Nurse Station
Pelaksana : perawat primer dan perawat assosiet
a. Operan dilakukan setiap pergantian shift
b. Prinsip overan, terutama pada semua pasien baru masuk & pasien
yang memiliki permasalahan yang belum / dapat teratasi serta yang
membutuhkan observasi lebih lanjut
c. Hal yang perlu disampaikan oleh perawat dalam timbang terima
yaitu: jumlah pasien, keluhan, identitas pasien & diagnosis medis,
masalah keperawatan yang masih muncul, intervensi keperawatan
yang sudah dan belum dilaksanakan (secara umum), intervensi
kolaborasi, rencana umum & persiapan operasi, pemeriksanaan
penunjang, dll.
Tahap pelaksana
Waktu : 20 menit
Tempat : Nurse station
Pelaksana : KARU, perawat pelaksana dan perawat assosiet
a. Kedua kelompok dinas sudah siap (sifht jaga)
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
c. Kepala ruangan membuka acara timbang terima
d. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klasifikasi
tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah
diserah terimakan dan berhak menanyakan menganai hal-hal yang
kurang jelas
e. Kepala ruangan menanyakan kebutuhan dasar pasien
f. Penyampaian yang jelas, sigkat dan padat
g. Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh
terhadap masalh keperawatan, kebutuhan dan tindakan yang telah /
belum di laksanakan serta hal-hal penting lainnya selama masa
perawatan
h. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerluka perincian yang matang
sebaiknya di catat secara khusus untuk kemudian di serah terimakan
kepada petugas berikutnya.
i. Lama timbang terima untuk tiap pasien tidak lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang rumit
Post timbang terima
Waktu : 5 menit
Tempat : Nurse Station
Pelaksana : KARU, Perawat Pelaksana dan Perawat Assiet
a. Diskusi
b. Pelaporan untuk timbang terima di tuliskan secara langsung pada
format timbang terima yang di tandatangani oleh perawat
pelaksanaan yang jaga saat itu dan perawat pelaksana yang jaga
berikutnya diketahui oleh kepala ruangan
C. Ronde Keperawatan
1. Definisi
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, melibatkan klien
dan keluarga untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan
akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer
atau konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga
melibatkan seluruh anggota tim
2. Tujuan Ronde
a. Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
b. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berasal dari masalah klien.
c. Meningkatkan validitas data klien.
d. Menilai kemampuan justifikasi.
e. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
f. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
perawatan.
g. Meningkatkan kemampuan dalam IPE dan IPC
3. Manfaat Ronde Keperawatan
a) Masalah pasien dapat teratasi
b) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
c) Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
d) Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan
e) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan
tepat dan benar
4. Kriteria Pasien
a) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun
sudah dilakukan tindakan keperawatan
b) Pasien dnegan kasus baru dan langka
5. Peran dalam Ronde Keperawatan
Peran Ketua Tim Lain dan/Konselor
a) Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
b) Menjelaskan masalah keperawatan utama
c) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
d) Menjelaskan tindakan selanjtunya
e) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
Peran perawat primer (ketua tim) lain dan atau konsuler
a) Memberikan justifikasi
b) Memberikan reinforcement
c) Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan
serta tindakan yang rasional
d) Mengarahkan dan koreksi
e) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
6. Prosedur
Pra Ronde
a) Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan
masalah yang langka)
b) Menentukan tim ronde
c) Mencari sumber atau literature
d) Membuat proposal
e) Mempersiapkan pasien: informed consent dan pengkajian
f) Diskusi: apa diagnosis keperawatan?, apa data yang
mendukung?, bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?, dan
apa hambatan yang ditemukan selama perawatan?
Pelaksanaan ronde
a) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan
pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan
dilaksanakan dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas
yang perlu didiskusikan.
b) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
c) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau
kepala ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan
yang akan dilakukan.
Pasca-ronde
1) Evaluasi, revisi dan perbaikan
2) Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis, intervensi
keperawatan selanjutnya.

7. Langkah-langkah kegiatan Ronde Keperawatan

Tahap Pra BP

Penerapan pasien

Persiapan pasien:

-Informed consent
-Hasil pengkajian / validasi data

tahap pelaksanaan
di midwife station Penyajian masalah

- Apa diagnosis keperawatan?


- Apa data yang mendukung?
- Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?
- Apa hambatan yang ditemukan?

tahap pelaksanaan di
kamar pasien Validasi data

BP, Konselor, KARU


Lanjutan – Diskusi di Nurse Station

Pasca Ronde Kesimpulan & rekomendasi solusi masalah

D. Perencanaan pulang (Discharge Planning)


1. Definisi
Discharge planning merupakan suatu proses terintegrasi yang
terdiri dari fase-fase yang ditujukan untuk memberikan asuhan
keperawatan yang berkesinambungan. Perencanaan pasien pulang
bertujuan untuk memandirikan pasien di rumah sehingga
pelaksanaan dan pendokumentasian perencanaan pulang
diperlukan komunikasi yang efektif dan tepat yang diharapkan
tercapainya tujuan.
2. Tujuan perencanaan pulang
Perencanaan pulang bertujuab membantu pasien dan keluarga
untuk dapat memahami permasalahan dan upaya pencegahan yang
harus ditempuh sehingga dapat mengurangi risiko kambuh, serta
menukar infomasi antara pasien sebagai penerima pelayanan
dengan perawat dari pasien masuk keluar rumah sakit.
Adapun prinsip-prinsip dalam perencanaan pulang antara lain:
a) Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang sehingga
nilai keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan
dievaluasi.
b) Kebutuhan dari pasien diidentifikasi lalu dikaitkan dengan
masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti,
sehingga kemungkinan masalah yang timbul dirumah dapat
segera diantisipasi
c) Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif karena
merupakan pelayanan mutidisiplin dan setiap tim harus saling
bekerja sama
d) Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang
disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga / sumber daya
maupun fasilitasi yang tersedia dimasyarakat
e) Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem atau tatanan
pelayanan kesehatan
3. Komponen perencanaan pulang
Komponen perencanaan pulang terdiri atas:
a) Perawatan dirumah meliputi pemberian pengajaran atau
pendidikan kesehatan mengenai diet, mobilisasi, waktu control
dan tempat control, pemberian pelajaran disesuaikan dengan
tingkat pemahaman dan keluarga mengenai perawatan selama
pasien dirumah nanti
b) Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya, meliputi
dosis, cara pemberian dan waktu yang tepat minum obat.
c) Obat-obatan yang dihentikan, karena meskipun ada obat-obat
tersebut sudah tidak diminum lagi oleh pasien, obat-obat
tersebut tetap dibawa pulang pasien
d) Hasil pemeriksaan, termasuk hasil pemeriksaan luar sebelum
masuk rumah sakit dan hasil pemeriksaan selama masuk rumah
sakit, semua diberikan ke pasien saat pulang
e) Surat-surat seperti surat keterangan sakit, surat kontrol.
4. Faktor-faktor yang perlu dikaji dalam perencanaan pulang
a) Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit, terapi dan
perawatan yang diperlukan
b) Kebutuhan psikologis dan hubungan interpersonal di dalam
keluarga
c) Keinginan keluarga dan pasien menerima bantuan dan
kemampuan mereka memberi asuhan.
d) Bantuan yang diperlukan pasien
e) Pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari seperti
makan, minum, eliminasi, istirahat dan tidur, berpakaian,
kebersihan diri, keamanan dari bahaya komunikasi,
keagamaan, rekreasi da sekolah
f) Sumber dan sistem pendukung yang ada di masyarakat
g) Sumber financial dan pekerjaan
h) Fasilitas yang ada di rumah dan harapan pasien setelah dirawat
i) Kebutuhan perawatan dan supervisi dirumah
E. Sentralisasi Obat
1. Definisi
Pengelolaan obat dimana seluruh obat yang diberikan kepada
pasien, diserahkan sepenuhnya kepada perawat
2. Tujuan
a. Meningkatkan mutu pelayanan pada pasien, terutama dalam
memberikan obat
b. Sebagai tangggung jawab dan tanggangung gugat secara
hukum maupun secara moral
c. Mempermudah pengelolaan obat secara efektif dan efisien
3. Teknik pengelolaan obat
a. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah karu
b. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol
penggunaan obat
c. Penerimaan obat
1) Obat yang diresepkan dan telah diambil oleh keluarga
diserahkan kepada perawat yang menerima lembar serah
terima obat
2) Perawat menulis nama pasien, register, jenis obat, jumlah
dan persediaan dalam kartu control yang di ketahui oleh
pasien atau keluaga dalam buku masuk obat
3) Keluarga atau klien mendapatkan kapan atau bilamana obat
tersebut habis
d. Pembagian Obat
1) Obat yang diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku
daftar pemberian
2) Obat yang telah disimpan diberikan oleh perawat dengan
memperhatikan oleh alur yang tercantum dalam buku
pemberian obat tapi dicocokkan dulu dengan instruksi
dokter dan kartu obat pasien
3) Saat pemberian obat jelaskan macam obat, jumlah obat,
penggunaan obat, efek samping, tempat dikembalikan dan
pantau efek obat
e. Penambahan obat
1) Dimasukkan dalam bukku obat dan dilakukan perubahan
dalam kartu persediaan obat
2) Pemberian obat yang tidak rutin dokumentasi hanya
dilakukanpada buku obat masuk dna informasikan kepada
keluarga dengan kartu khusu obat
f. Obat Khusus
1) Harga mahal, rute sulit, efek samping besar, waktu
pemberian tertentu
2) Diberikan dengan kartu khusus oleh PP
3) Informasi yang diberikan ke klien : nama obat, kegunaan
obat, waktu pemberian, wadah obat di tunjukkan ke
keluarga, usahakan ada saksi dari keluarga saat pemberian
obat.

BAB IV
PRIORITAS MASALAH, ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH DAN
POA PENYELESAIAN MASALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN DI
RUANGAN PERAWATAN BEDAH RSUD dr.Hj. HASRI AINUN
HABIBIE PROVINSI GORONTALO

4.1 Penetuan Prioritas Masalah


Dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu, sumberdaya, dan kemampuan
untuk mengatasi masalah yang ada, maka dalam identifikasi masalah tersebut
akan diselesaikan berdasarkab prioritas masalah. Tehnik yang digunakan untuk
memprioritaskan masalah adalah dengan menggunakan pembobotan dengan
memperhatikan aspek.
1. Magnitude (Mg) : Kecenderungan besar dan seringnya masalah
2. Severity (Sv) : Besarnya kerugian yang ditimbulkan
3. Manageability (Mn) : Dapat diselesaikan dikelola
4. Nursing Concern (Nc) : Berfokus pada keperawatan
5. Affordability (Af) : Ketersedian sumber daya.
Rentang nilai yang digunakan adalah 1 sampai 5, dengan criteria : Nilai 1 sangat
kurang penting, Nilau 2 : Kurang penting, Nilai 3 : Cukup penting, Nilai 4 :
Penting, Nilai 5 : Sangat penting. Masalah yang paling prioritas mendapat skor
yang paling penting.
Tabel 4.1 Skrong Prioritas Masalah
M2 – Material.
No. Masalah Aspek yang dinilai Total
MG SV MN NE AF Skor RKG
1. Belum tersedia pembatas antara tim 1, 3 3 3 3 3 15
tim 2, dan tim 3.
2. Belum tersedia ruangan isolasi pasien 4 4 4 4 4 20
infeksi.
3. Belum tersedia ruangan diskusi medis. 4 4 4 4 4 20
4. Belum tersedia troly emergency untuk 4 4 4 4 4 20
obat haigh alert.
5. Kurangnya sampah non infeksius. 4 4 4 4 4 20
6. Belum tersedia tempat sampah 1 1 1 1 1 5
Farmasi.
7. Belum sesuainya struktur ruangan, 3 3 3 3 3 15
slogan visi misi, filosofi dan
memperbaharui penandaan ruangan
bedah.
Jumlah Total 115

M3 – Metode pemberian Asuhan Keperawatan.


Aspek yang dinilai
No. Masalah Total RKG
MG SV MN NE AF Skor
1. Pelaksanaan sentralisasi obat 1 1 1 1 1 5
belum optimal.
2. Pelaksanaan Pre dan Post 4 4 4 4 4 20
conference belum optimal.
3. Pelaksanaan timbang terima belun 3 3 3 3 3 15
optimal
4. Belum optimalnya ronde 5 5 5 5 5 25
keperawatan
Jumlah total 65

M5 – Marketing, mutu pelayanan dan patient Safety


Aspek yang dinilai
No. Masalah Total RKG
MG SV MN NE AF Skor
1. Mengidentifikasi pasien dengan `3 3 3 3 3 15
benar
2. Memastikan lokasi pembedahan 5 5 5 5 5 25
yang benar, prosedur yang benar,
pada pasien yang benar. (perawat
anastesi tidak pernah datang di
ruangan untuk memastikan).
3. Mengurangi resiko infeksi akibat 5 5 5 5 5 25
perawat kesehatan
4. Mengurangi resiko cedera pasien 5 5 5 5 5 25
akibat terjatuh. (misalnya gagang
disetiap dinding terutama menuju
toilet).
5. Belum optimalnya jumlah bahan 5 5 5 5 5 25
akrilit pada pasien resiko jatuh.
6. Belum optimalnya penerapan five 5 5 5 5 5 25
moment cuci tangan.
Jumlah Total 140

4.2 Tujuan dan Alternatif Pemecahan Masalah


Dari masalah-masalah yang berhasil diidentifikasi dengan mempertimbangkan
sumber daya, waktu, kewenangan dan kemampuan untuk mengatasi masalah yang
ada, maka masalah yang di atasi 18 masalah antara lain :
1. Penerapan pasien safety belum optimal
2. Belum optimalnya sentralisasi obat
3. Belum optimalnya fasilitas di ruangan perawatan bedah
4. Belum optimalnya sarana dan prasaran di ruangan perawatan bedah
5. Pre dan Post Conference belum pernah dilakukan
6. Ronde keperawatan belum dilakukan
7. Discharge planning belum optimal

4.3 Seleksi Terhadap Penyelesaian Masalah


Prioritas Alternatif pemecahan masalah diseleksi dengan menggunakan
Pembobotan berdasarkan metode CARL, meliputi aspek-aspek (Nursalam,2016) :
a. Copability (C) adalah kemampuan melaksanakan alternative;
b. Accesabily (A) adalah kemudahan dalam melaksanakan alternative;
c. Readiness (R) adalah kemudahan dalam melaksanakan alternative;
d. Levarage (L) adalah daya ungkit alternative dalam menyelesaikan masalah
Masing-Masing aspek diberikan penilaian dengan 1 sampai dengan 4 dengan
pemaknaan
Nilai 1 = Tidak mampu
Nilai 2 = Cukup Mampu
Nilai 3 = mampu dan
Nilai 4 = sangat mampu
Tabel 4.3 Alternatif Pemecahan Masalah

No Masalah Alternatif Penilaian Skor


C A R L
1. Belum tersedia pembatas Pembuatan penanda 4 4 4 3 192
antara tim 1, tim 2, dan tim 3. Tim 1, Tim 2, Tim 3
dan Nurse station
2. Belum tersedia ruangan isolasi Merekomendasikan 3 3 4 3 108
pasien infeksi.
3. Belum tersedia ruangan diskusi Merekomendasikan 3 4 4 3 144
medis.
4. Belum tersedia troly Merekomendasikan 4 3 3 3 108
emergency untuk obat haigh
alert.
5. Kurangnya sampah non Merekomendasikan 4 3 4 2 96
infeksius.
6. Belum tersedia tempat sampah Merekomendasikan 4 3 4 3 144
Farmasi.
7. Belum sesuainya struktur Memperbaharui 4 4 4 4 256
ruangan, slogan visi misi, Struktur dan mencetak
filosofi dan memperbaharui slogan visi misi, filosofi
penandaan ruangan bedah. dan memperbarui
penanda ruangan bedah
8. Pelaksanaan sentralisasi obat Sosialisasi mengenai 3 3 3 3 81
belum optimal. penyegaran materi, SOP
dan Juknis sentralisasi
obat
9. Pelaksanaan Pre dan Post Sebagai role model 4 4 4 3 192
conference belum optimal. untuk pre dan post
conference
10. Pelaksanaan timbang terima Sebagai role model 4 3 3 3 108
belun optimal untuk timbang terima
11. Belum optimalnya ronde sebagai role model 3 2 3 3 54
keperawatan ronde
12. Mengidentifikasi pasien Sebagai role model 4 3 4 3 144
dengan benar untuk mengidentifikasi
pasie dengan benar

13. Memastikan lokasi Merekomendasikan 4 2 3 3 72


pembedahan yang benar,
prosedur yang benar, pada
pasien yang benar. (perawat
anastesi tidak pernah datang di
ruangan untuk memastikan).
14. Mengurangi resiko infeksi Melakukan In House 4 4 4 3 192
akibat perawat kesehatan Training terkait
keselamatan pasien
(patient safety)
15. Mengurangi resiko cedera Melakukan In House 4 4 4 3 192
pasien akibat terjatuh. Training terkait
(misalnya gagang disetiap keselamatan pasien
dinding terutama menuju (patient safety)
toilet).
16. Belum optimalnya jumlah Merekomendasikan 3 3 4 3 108
bahan akrilit pada pasien
resiko jatuh.
17. Belum optimalnya penerapan Melakukan In House 4 3 3 3 108
five moment cuci tangan. Training terkait
keselamatan pasien
(patient safety)
4.4 POA Penyelesaian Masalah

No Masalah Pokok Kegiatan Uraian Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Penanggung Orang
Pelaksanaan Jawab Terkait
M2 (
Material)
1 Sarana dan pra
sarana
1. 1) Belum Observasi dan Diadakan dalam Agar dapat di Perawat 05 Kepala
tersedia Prose pembuatan bentuk plakat idenfikasi September Mis Hariyati ruangan
pembatas antara setiap masing-masing 2022 dan
tim 1, tim 2, dan perencanaan tim pearawat
tim 3 di ruangan
2) belum tersedia Observasi dan Merekomendasik Agar tidak Kepala 05 september Agustiar Kepala
ruangan isolasi Proses pembuatan an terjadinya ruangan 2022 Darmawan ruangan
pasien infeksi setiap infeksi dan Bagu dan
perencanaan nosokomial peraawat perawat di
pada pasien di ruangan
lain ruangan bedah
3) belum tersedia Observasi dan Merekomendasik Agar lebih Kepala 05 september Cici Kepala
ruangan diskusi Prose pembuatan an leluasa ruangan 2022 R.Mokoagow ruangan
medis setiap membahas dan dan
perencanaan serta menjga peraawat perawat di
privasi terkait di ruangan
kondisi pasien ruangan bedah
4) belum tersedia Observasi dan Merekomendasik Agar Kepala 06 september Rahmawati Kepala
troly emergency Prose pembuatan an penempatan ruangan 2022 Ibrahim ruangan
untuk haigh alert setiap obat sesuai dan dan
perencanaan peraawat perawat di
di ruangan
ruangan bedah
5) kurangnya Observasi dan Merekomendasik Agar tidak Kepala 06 september Tiara Kepala
sampah non Prose pembuatan an tercampur ruangan 2022 Nurbaiti ruangan
infeksius setiap antara sampah dan Nusa dan
perencanaan medis dan peraawat perawat
sampah non di ruangan
infeksi ruangan bedah
6) belum tersedia Observasi dan Merekomendasik Agar tidak Kepala 07 september Rian Arbi Kepala
tempat sampah Prose pembuatan an tercampur ruangan 2022 ruangan
farmasi setiap antara sampah dan dan
perencanaan medis dan peraawat perwat
sampah di ruang
farmasi ruangan bedah
7) belum Observasi dan Di adakan Sebagai Perawat 07 september Muslim Mahasisw
sesuainya Prose pembuatan struktur identitas ruang dan 2022 Hemeto a profesi
struktur ruangan, setiap perawatan ruangan ners,
slogan visi, misi, perencanaan bedah kepala
filosofi dan ruangan
memperbaharui dan
penandaan perawat
ruangan bedah diruangan

M3 (Metode Pemberian Asuhan Keperawatan )


2 1) Pelaksanaan Observasi dan Diadakan Untuk Kepala 08 september Rosalinda Kepala
sentralisasi obat Prose pembuatan kegiatan In house mencegah ruangan 2022 Pakaya ruangan
belum optimal setiap traning terjadinya dan dan
perencanaan kesalahan perawat perawat
dalam ruangan ruangan
pemberian bedah
obat
2) Pelaksanaan Observasi dan Dilakukan oleh Metngatasi Mahasisw 08 september Respi Kepala
pre dan post Prose pembuatan mahasiswa masalah a profesi 2022 Yolanda ruangan
conference setiap profesi ners dan keperawatan ners dan Magaribu dan dan
belum optimal perencanaan perawat ruangan pasien yang perawat perawat di
dilaksanakan ruangan ruangan
oleh perawat
3) Pelaksanaan Observasi dan Dilakukan oleh Agar Perawat 08 september Siti Fadillah Kepala
timbang terima Prose pembuatan mahasiswa mengetahui 2022 Mawadah ruangan,
belum optimal setiap profesi ners dan masalah dan Soleman perawat di
perencanaan perawat ruangan perkembangan ruangan,
pasien mahasisa
w profesi
ners
4) Belum Observasi dan Dilakukan oleh Mengatasi Dokter, 09 september Yusuf Kepala
optimalnya Prose pembuatan mahasiswa masalah kepala 2022 K.Suleman ruangan
ronde setiap profesi ners dankeperawatan ruangan, dan
keperawatan perencanaan perawat ruangan pasien yang perawat perawat
dilkasanakan ruangan, diruangan
oleh perawat ahli gizi
yang
melibatkan
pasien dan tim
medis lain
M5 (Marketing, Mutu Pelayanan dan Patient Safety)
3 1) Observasi dan Diadakan Untuk Perawat 09 september Hartati Kepala
Mengidentifikasi Prose pembuatan kegiatan In house mencegah ruangan 2022 Pulubuhu ruangan
pasien dengan setiap traning terjadinya bedah dan
benar perencanaan kesalahan perawat di
dalam ruangan
pemberian bedah
asuhan
keperawatan
2) memastikan Observasi dan Merekomendasik Agar tidak Perawat 09 september Mis Hariyati Kepala
lokasi Prose pembuatan an terjadinya ruangan 2022 ruangan
pembedahan setiap kesalahan bedah dan
yang benar, pada perencanaan dalam perawat
pasien yang pembedahan ruang
benar, (perawat bedah
anastesi tidak
pernah dating di
ruangan untuk
memastikan)
3) mengurangi Observasi dan Di adakan Untuk Perawat 10 september Agustiar Kepala
resiko infeksi Prose pembuatan kegiatan In House keselamatan dan 2022 Darmawan ruangan
akibat perawat setiap Training terkait baik perawat, pasien Bagu dan
kesehatan perencanaan keselamatan pasien dan perawatan
pasien (Patient keluarga ruangan
Safety) pasien bedah
4) mengurangi Observasi dan Di adakan Untuk Perawat 10 september Cici Kepala
resiko cedera Prose pembuatan kegiatan In House keselamatan dan 2022 R.Mokoagow ruangan
pasien akibat setiap Training terkait baik perawat, pasien dan
terjatuh (misalm perencanaan keselamatan pasien dan perawat
yagagang di pasien (Patient keluarga ruang
setiap dinding Safety) pasien bedah
terutama menuju
toilet)
5) belum Observasi dan Merekomendasik Agar dapatKepala 10 september Rahmawati Kepala
optimalnya Prose pembuatan an mengidentifika ruangan 2022 Ibrahim ruangan
jumlah bahan setiap si pasien resikodan dan
akrilit pada perencanaan jatuh perawat perawat di
pasien resiko di ruang
jatuh ruangan bedah
6) belum Observasi dan Di adakan dalam Untuk pasien Pasien 10 september Rosalinda Pasien dan
optimalnya Prose pembuatan bentuk stiker dan safety dan 2022 Pakaya keluarga
penerapan five setiap di temple di keluarga pasien
moment cuci perencanaan depan wastafel pasien
tangan
BAB V
LAPORAN KEGIATAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
5.1 Implementasi

No Masalah Pokok Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Penanggung Orang Terkait


Jawab
05 06 07 08 09 10
A. M 5 ( Marketing, Mutu Pelayanan dan Patient Safety)
1). Mengidentifikasi pasien dengan benar
2). Memastikan lokasi pembedahan yang
benar, prosedur yang benar, pada pasien
yang benar. (perawat anastesi tidak
pernah datang di ruangan untuk
memastikan).
3). Mengurangi resiko infeksi akibat
Mahasiswa
perawat kesehatan Observasi dan
profesi ners, Katim dan
4). Mengurangi resiko cedera pasien proses Pasien dan
Untuk pasien safety. Katim dan Perawat di
akibat terjatuh. (misalnya gagang disetiap pembuatan setiap perawat.
Perawat ruangan
dinding terutama menuju toilet). perencanaan.
pelaksanan.
5). Belum optimalnya jumlah bahan
akrilit pada pasien resiko jatuh.
6). Belum optimalnya penerapan five
moment cuci tangan.
B. M2 ( Material )
1). Belum tersedia pembatas antara tim 1, Agar dapat di Perawat
tim 2, dan tim 3. identifikasi masing-
masing TIM.
2). Belum tersedia ruangan isolasi pasien Untuk mengurangi Perawat dan
infeksi. risiko penularan pasien.
orang yang bertugas
atau berkunjung ke
ruangan isolasi.
3). Belum tersedia ruangan diskusi medis. Agar tim medis Perawat
Dilakukan dalam bentuk
dapat mendiskusikan
masalah pasien yang Draf
Observasi dan bersifat privasi.
4). Belum tersedia troly emergency untuk proses Agar penempatan Perawat Katim dan
obat haigh alert. pembuatan setiap obat sesuai Perawat di
5). Kurangnya sampah non infeksius. perencanaan. Untuk menampung Perawat ruangan
sampah non medis
sesuai kebutuhan.
Mahasiswa
6). Belum tersedia tempat sampah Untuk menampung Perawat profesi ners
Farmasi. sampah farmasi
sesuai kebutuhan.
7). Belum sesuainya struktur ruangan, Sebagai identitas Perawat Karu, Katim
slogan visi misi dan memperbaharui ruangan perawatan dan perawat
penandaan ruangan bedah. bedah. pelaksanan.
C. M3 ( METODE PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN )

1). Pelaksanaan sentralisasi obat belum Observasi dan Agar penempatan Perawat dan
optimal. proses obat sesuai dengan pasien
pembuatan setiap nama pasien.
perencanaan
2). Pelaksanaan Pre dan Post conference Untuk menganalisa Perawat
belum optimal. masalah-masalah
secara kritis dan
menjabar alternatif
penyelesaian Karu, Katim,
masalah. perawat Katim dan
3). Pelaksanaan timbang trima belum Sebagai acuan untuk Perawat pelaksanan dan Perawat di
optimal. Observasi dan melakukan alur mahasiswa ruangan
sebagai role timbang trima pada profesi
mode pasien.
4). Belum optimalnya ronde keperawatan Mengatasi masalah Perawat dan
keperawatan pasien pasien
yang dilaksanakan
oleh perawat yang
melibatkan pasien
dan tim medis
lainnya.

Keterangan : : Perencanaan : Implementasi


5.2. Evaluasi
Berdasarkan hasil implementasi yang diadakan berdasrkan dari tanggal 11
september sampai 17 september 2022, didapatkan hasil sebagai berikut:
1. M5 (Marketing, Mutu Pelayanan dan Patient Safety)
Setelah dilakukan implementasi In House Training traterkait pasien
safety yaitu mengidentifikasi pasien dengan benar, memastikan lokasi
pembedahan yang benar, mengurangi risiko infeksi, mengurangi risiko
cedera pasien akibat terjatuh dan penerapan five moment cuci tangan 6
langkah, di dapatkan bahwa sudah sebagian besar sudah di terapkan sesuai
dengan yang diharapkan namun untuk pengadaan penanda pasien resiko
jatuh bahan akrilit hanya dalam bentuk draf sebagai bahan pertimbangan.
2. M2 ( Material )
Setelah dilakukan implementasi terkait dengan fasilitas untuk pasien
maupun perawat, sarana dan prasarana didapatkan bahwa sudah sebagian
besar telah terlaksana namun untuk fasilitas perawat seperti belum belum
tersedianya ruangan isolasipasien infeksi, belum tersedianya ruangan
diskusi medik, belum tersedianya troly emergency untuk obat haigh alert,
kurangnya sampah non infeksius, dan belum tersedianya tempat sampah
farmasi, belum terlaksanakan namun hanya dalam bentuk draf sebagai
bahan pertimbangan atau masukan baik kepada perawat yang ada di
ruangan perawatan bedah dan kepada pihak rumah sakit.
3. M3 ( Metode Pemberian Asuhan Keperawatan )
Setelah dilakukan implementasi dimana kami menjadi relo model
dengan melibatkan perawat yang ada di ruangan, di dapatkan bahwa ronde
keperawatan di ruangan perawatan bedah belum dapat dilakukan, hal ini
dikarenakan kurangnya jumlah pasien dan minimnya jumlah hari
perawatan perawatan pasien yang ada di ruangan sehingga untuk
melakukan ronde keperawatan belum dapat dilaksanakan. Untuk
sentralisasi obat belum terlaksana karena masih dalam pertimbangan atau
masukan baik kepada perawat yang ada diruangan perawatan bedah dan
kepada pihak rumah sakit.
BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 M2 Material ( Bangunan, Sarana Dan Prasarana)


Fasilitas kesehatan Adalah fasilitas pelayanan Kesehata yang
digunakan untuk menyelengggarakan upya pelayanan kesehatan
perorangan,baik promotif, pereventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat
(PERPRES RI, 2016). Sedangkan menurut Premenkes No.24 Tahun 2016
Prasarana Rumah Sakit adalah Utilitas yang terdiri atas alat, jaringan dan
system yang membuat suatu bangunan rumah sakit berfungsi.
Hasil Observasi terhadap situasi lingkungan ruangan perawatan
Bedah didapatkan ketersediaan fasilitas yang masih belum optimal, ada
beberapa fasilitas yang perlu ditambah ataupun disesuaikan dengan standar
Rumah Sakit Tipe C. Untuk menyelesaikan masalah tersebut Mahasiswa
telah melakukan implementasi pengadaan beberapa fasilitas Misalnya
stiker Five Moment, Petunjuk 6 Langkah Cuci Tangan, pemasangan
slogan pasien safety, pemasangan slogan indikator pasien jatuh,
pemasangan bingkai struktur organisasi, pemasangan bingkai visi misi dan
filosofi, pelabelan di setiap tempat tidur pasien, penanda untuk setiap
kamar pasien (laki-laki/perempuan).
6.2 M3 Metode ( Metode Pemberian Asuhan Keperawatan)
a. Pre Post Conference
Pre Post Conference diruang inap bedah adalah suatu pembelajaran
keperawatan klnik yang mengutamakan dan menekankan pada teknik
conference dalam dalam rangka meningkatkan dan mempertahankan
kualitas asuhan pasien selama 24 jam terus menerus.
Pre Conference (Konferensi Awal) Merupakan kegiatan diskusi
kelompok untuk persiapan pemberian asuhan keperawatan yang
meliputi masalah pasien, membuat rencana serta pembagian tugas pada
perawat pelaksana pre conference dapat dilakukan secara individual
atau group sesuai jumlah perawat pelaksana bertugas. Sedangkan post
conference (konferensi akhir) Merupakan kegiatan diskusi kelompok
untuk mengevaluasi pemberian asuhan keperawatan yang meliputi
perkembangan pasien,pencapaian tujuan asuhan, kendala yang
dihadapi dan cara mengatasinya serta kejadian-kejadian lain yang
ditemukan selama memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Hasil
Post Conference sebagai dasar untuk operan tugas pada shift jaga
berikutnya (Novuluri,2017)
Dari hasil pengkajian yang dilakukan diperoleh bahwa pre dan post
conference keperawtan di ruanga perawatan bedah belum pernah
dilakukan. Berbagai alasan yang terungkap diantaranya adalah belum
resminya Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Jumlah pasien yang
kurang dikarenakan ruang instalasi Bedah Sentral belum beroprasi,
sehingga Pelaksanaan pre dan post conference belum diterapkan
diruang perawatan bedah.
Implementasi yang dilakukan oleh mahasiswa adalah menjadi role
model untuk pelaksanaan pre post conference serta melibatkan perawat
diruang perawatan bedah.
b. Ronde Keperawatan
Ronde keperawataan (Nursing rounds) adalah salah satu kegiatan
untuk mengatasi masalah keperawatan klien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan
oleh perawat primer atau katim, kepala ruangan, perawat asosiet yang
perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan( Nursalam,2017).
Menurut Nursalam (2017) dalam standar pelaksanaan ronde
keperawatan tidak memiliki ketepatan untuk berapa kali harus ronde
keperawatan dilakukan, akan tetapi ronde keperawatan dapat dilakukan
dengan apabila klien di temukan mempunyai masalah keperawatan
yang belem teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan
pada pasien dengan kasus-kasus baru atau langka. Adapun manfaat dari
ronde keperawatan yaitu masalah pasien dapat teratasi, kebutuhan pasien
dapat terpenuhi, terciptanya komunitas perawatan yang professional,
terjadinya kerjasama antara tim kesehatan, perawat dapat melaksanakan
model keperawatan dengan cepat dan benar.
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh mahasiswa Profesi Ners
universitas Muhammadiyah gorontalo, perawat diruang Perawatan
Bedah belum pernah melakukan ronde keperawatan selama ini. Maka
dari itu, mahasiswa profesi ners UMGo Menyelenggerakan ronde
keperawatan pada tanggal 09 September 2022 yang diikuti oleh Dokter,
Ahli Gizi, perawat pelaksana, dosen. Kasus yang di bahas untuk
dilakukan ronde keperawatan adalah pasien dengan diagnosa medis,
Ulkus gluteus sinistra, CKD, Anemia, dan Gout Atritis
Pada kegiatan ini mahasiswa mencoba untuk melakukan ronde
keperawatan bersama perawat ruangan berdasarkan SOP RSUD dr.
Hasri Ainun Habibie. Mahasiswa keperawatan juga dalam hal ini
bermain peran, membagi tugas dirinya sebagai kepala ruangan, ketua
Tim, dan Perawat pelaksana. Kegiatan dimulai dari pre ronde
keperawatan yakni menjelaskan tujuan pelaksanaan ronde keperawatan
kepada pasien dan keluarga serta meminta lembar persetujuan untuk
dilakukan ronde keperawatan kepada pasien tersebut. Kemudian
dilanjutkan dengan salam pembuka oleh kepala ruangan,
memperkenalkan tim ronde keperawatan, kemudian penyajian masalah
oleh ketua tim/perawat pelaksana dan dilanjutkan dengan validasi data
diruangan pasien dengan mencocokkan dan menjelaskan kembali apa
yang telah disampaikan oleh oleh perawat, diskusi antara anggota tim
dan pasien tentang masalah keperawatan pasien, pemberian justifikasi
oleh perawat primer atau kepala ruangan tentang masalah pasien serta
rencana tindakan yang akan dilakukan dan menentukan tindakan
keperawatan masalah prioritas yang telah ditetapkan dan dilanjutkan
dengan evaluasi, kesimpulan serta rekomendasi penegakan diagnosis
dan intervensi keperawatan selanjutnya. Hasilnya ronde keperawatan
berjalan dengan lancer. Namun belum maksimal dimana tidak
menjelaskan diagnosa keperawatan yang ada di pasien. Dari sini dapat di
ambil kesimpulan bahwa kegiatan ronde keperawatan memang sangat di
butuhkan oleh perawat ruangan untuk memecahkan masalah pasien yang
belum teratasi dengan sama-sama berdiskusi.
c. Timbang Terima
Menurut Nursalam (2017) definisi timbang terima adalah suatu cara
dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan
dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus
dilakukan sebelum pergantian dinas. Selain laporan antar dinas, dapat
disampaikan juga informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan
yang telah atau belum dilaksanakan.
Timbang terima merupakan sistem kompleks yang didasarkan pada
perkembangan sosio-teknologi dan nilai-nilai yang dimiliki perawat
dalam berkomunikasi. Timbang terima dinas berperan penting dalam
menjaga kesinambungan layanan keperawatan selama 24 jam (Kerr,
2018). Menurut Australian Medical Association/AMA (2017), timbang
terima merupakan pengalihan tanggung jawab profesional dan
akuntabilitas untuk beberapa atau semua aspek perawatan pasien, atau
kelompok pasien, kepada orang lain atau kelompok profesional secara
sementara atau permanen.
Timbang terima merupakan komunikasi yang terjadi pada saat
perawat melakukan pergantian dinas, dan memiliki tujuan yang spesifik
yaitu mengomunikasikan informasi tentang keadaan pasien pada asuhan
keperawatan sebelumnya.
Perawat Diruangan Bedah sudah Melakukan timbang terima disetiap
pergantian shift dimana timbang terimah diruangan Bedah sudah
berjalan dengan baik akan tetapi belum optimal dimana tidak
mnggunakan metode SBAR, dikarenakan banyak pasien dan banyaknya
tindakan keperawatan yang dilakukan, maka masih ada beberapa tim
yang melakukan timbang terimah belum sesuai dengan SPO .
Setelah dilakukan Implementasi Berupa demonstrasi timbang
terimah oleh mahasiswa profesi Ners UMGo diruangan bedah dengan
melakukan timbang terima bersama perawat ruangan pada tanggal 05-
08 September 2022, Timbang Terima sudah dilakukan oleh mahasiswa
dan perawat sampai saat ini sudah melakukan timbang terima sesuai
SOP baik perawat shift pagi, sore, dan shit malam, dimana timbang
terimah dilakukan di nurse station, diruangan atau depan pasien dan
dilkukan kembali di nurse station.
d. Sentralisasi Obat
Sentralisasi Obat Adalah pengolaan Obat dimana seleruh obat yang
akan diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam 2017), Tujuan pengolaan obat adalah menggunakan obat
secara bijaksana dan menghindarkan pemborosan, sehingga kebutuhan
asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi.
Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering
mengapa obat perlu disentralisasi yaitu:

1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien


2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standar
yang lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektivitas dan
keamanan yang sama
3. Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat hanya untuk
mencoba
4. Menggunakan dosis yang lebih besar daripada yang diperlukan
5. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan
yang akan membuang atau lupa untuk minum
6. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak yang
tersisa sesudah batas kadaluarsa
7. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak
efektif
8. Meletakkan obat di tempat yang lembab, terkena cahaya dan panas
9. Mengeluarkan obat dari tempat penyimpanan terlalu banyak pada
suatu waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri (Nursalam,
20017).
Berdasarkan hasil pengkjian dengan metode observasi dan
wawancara pada minggu pertama, sentralisasi obat diruangan bedah sudah
di lakukan tetapi belum optimal. Obat-obatan untuk pasien ditempatkan di
Troli yang berada di dekat meja perawat, obat tidak dipisahkan sesuai
nama pasien.di ruangan dan tidak terdapat troli emergency untuk obat high
alert.
Setelah dilakukan Implementasi berupa sosialisasi tentang In house
training tentang pasien safety. Pada tanggal 10 september 2022 Terdapat
pembahasan mengenai peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
kepada kepala ruangan dan Ketua Tim dan perawat ruangan sudah bisa
memahami tentang sentralisasi abat

6.3 M5 ( Marketing Mutu Pelayanan dan pasien safety)


1) Definisi Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien merupakan suatu upaya dalam mencegah
terjadinya kesalahan dan kejadian yang tidak diharapkan terhadap
pasien yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan (Panesar, Carson-
Stevens, Salvilla, & Sheikh, 2017). Menurut (WHO, 2019) keselamatan
pasien merupakan pengurangan risiko bahaya yang tidak perlu terkait
dengan perawatan kesehatan seminimal mungkin.
International of Medicine (IOM) mengartikan konsep keselamatan
pasien (patient safety) sebagai freedom from accidental injury. Accidental injury
disebabkan karena error yang terdiri dari kegagalan dalam suatu
perencanaan ketika ingin mencapai tujuan, melakukan tindakan yang salah
(commission) dan/atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission) (Hadi, 2017). Sejalan dengan pernyataan tersebut, Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS) menjelaskan tentang
keselamatan pasien yang bebas dari cedera yang seharusnya tidak terjadi
atau potensial cedera akibat dari pelayanan kesehatan yang disebabkan
oleh error (Wardhani, 2017).
Dapat simpulkan bahwa keselamatan pasien merupakan bagian yang
penting dari sistem pelayanan kesehatan, jika tidak diterapkan keselamatan
yang baik maka pelayanan tersebut dianggap kurang bermutu. Maka dari
itu untuk mendapatkan pelayanan bermutu perlu diterapkan sistem
keselamatan pasien yang mampu mengurangi hasil dari kejadian tidak
diharapkan dalam proses pelayanan kesehatan.
2) Tujuan Keselamatan pasien
Keselamatan pasien bertujuan dalam terciptanya budaya
keselamatan pasien, meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap
pasien dan masyarakat, menurunnya angka insiden keselamatan pasien
di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan
sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan
(Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Menurut Institute of Medicine (2008), tujuan keselamatan pasien
terdiri dari meningkatnya keamanan pasien dari cedera, meningkatnya
pelayanan yang efektif yang disesuaikan dengan kebutuhan terapi pasien,
mengurangi waktu tunggu pasien dalam menerima pelayanan dan
meningkatnya efisiensi dalam penggunaan sumber-sumber yang ada
(Hadi, 2017).
Dapat disimpulkan keselamatan pasien bertujuan untuk mencegah
dan mengurangi resiko pada kesalahan dan bahaya yang terjadi pada
pasien selama pemberian pelayanan kesehatan.
3) Sasaran Keselamatan Pasien
Setiap rumah sakit wajib melakukan upaya pemenuhan sasaran
keselamatan pasien. Menurut (Joint Commission, 2020) sasaran
keselamatan pasien terdiri dari:
1. Identifikasi pasien dengan benar
Menggunakan setidaknya dua cara untuk mengidentifikasi pasien.
Misalnya, gunakan nama pasien dan tanggal lahir. Hal ini dilakukan
untuk memastikan setiap pasien mendapatkan obat dan pengobatan
yang tepat.
2. Meningkatkan komunikasi staf
Meningkatkan komunikasi efektif antar staf untuk menghindari
miscommunication dan kesalahan tindakan.
3. Gunakan obat-obatan dengan aman
a) Sebelum prosedur, beri label obat yang tidak berlabel. Misalnya,
obat- obatan di spuit, gelas, dan baskom. Lakukan ini di area
tempat obat- obatan dan persediaan yang telah disiapkan.
b) Berhati-hatilah dengan pasien yang minum obat untuk mengencerkan
darah.
c) Mencatat dan menyampaikan informasi yang benar tentang obat-
obatan pasien, mencari tahu obat apa yang diminum pasien,
membandingkan obat tersebut dengan obat yang baru diberikan
pasien, memberikan informasi tertulis kepada pasien tentang obat-
obatan yang perlu mereka minum dan memberi tahu pasien bahwa
penting untuk membawa daftar obat terbaru mereka setiap kali
mengunjungi dokter.
4. Menggunakan alarm dengan aman
Melakukan perbaikan untuk memastikan bahwa alarm pada peralatan
medis terdengar dan direspon tepat wakt
5. Identifikasi risiko keselamatan pasien
Mengurangi risiko bunuh diri dengan mengidentifikasi setiap pasien yang
berisiko.
6. Mencegah kesalahan dalam pembedahan
a) Memastikan bahwa pembedahan yang benar dilakukan pada pasien
yang benar dan di tempat yang benar pada tubuh pasien.
b) Tandai tempat yang benar pada tubuh pasien pada lokasi pembedahan
yang akan dilakukan.
c) Jeda sebelum operasi untuk memastikan bahwa kesalahan tidak
dilakukan.
International Patient Safety Goals 6th (IPSGs) (JCI, 2017) menjelaskan
sasaran keselamatan pasien meliputi:
1. Identifikasi Pasien dengan Benar
Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan proses untuk
meningkatkan akurasi identifikasi pasien. Identifikasi dilakukan
dengan menggunakan dua tanda pengenal pasien.
2. Meningkatkan Komunikasi yang Efektif
a) Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan proses untuk
meningkatkan efektivitas komunikasi verbal dan/atau telepon di
antara para perawat.
b) Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan proses untuk
melaporkan hasil kritis dari tes diagnostik.
c) Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan proses
komunikasi serah terima.
3. Meningkatkan Keamanan Pengobatan dengan Waspada Tinggi
a) Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan proses untuk
meningkatkan keamanan pengobatan dengan kewaspadaan tinggi.
b) Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan proses untuk
mengelola penggunaan elektrolit pekat yang aman.
4. Pastikan Operasi Aman
a) Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan proses untuk
verifikasi pra operasi dan penandaan lokasi prosedur
bedah/invasif.
b) Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan proses untuk
waktu istirahat yang dilakukan segera sebelum dimulainya
prosedur pembedahan/invasif dan penandatanganan yang
dilakukan setelah prosedur.

5. Mengurangi Risiko Infeksi Terkait Perawatan Kesehatan


Rumah sakit mengadopsi dan menerapkan pedoman kebersihan
tangan berbasis bukti untuk mengurangi risiko infeksi terkait
perawatan kesehatan.
6. Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh
Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan proses untuk
mengurangi risiko cedera pasien akibat jatuh pada populasi pasien
rawat inap.
Setelah dilakukan implementasi berupa kegiatan In House
Training terkait Pasien Safety pada kepala ruangan, KATIM dan
perawat pelaksana di ruangan bedah RSUD. Dr. Hasri Ainun
Habibie pada tanggal 10 september 2022 serta dilakukannya
pengadaan slogan pasien safety dan slogan Indikator Resiko jatuh,
maka perawat pelaksana sudah bisa melakukan tindakan prosedur
mengenai pasien safety khususnya di ruangan bedah sudah lebih
optimal dan lebih baik lagi
BAB VII
PENUTUP
7.1 SIMPULAN
1. setelah melaksanakan prakttik keperawatan manajemen keperawatan di
ruangan perawatan bedah RSUD dr.Hj. Hasri Ainun Habibie Provinsi
Gorontalo pada tanggal 29 Agustus – 17 September 2022, mahasiswa
telah menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan dengan
menggunakan system pemberian pelayanan keperawatan professional.
Hal ini dapat dilihat dengan dilaksanakannya fungsi-fungsi manajemen
secara umum dari mulai perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
evaluasi manajemen keperawatan.
2. Selama praktek stase manajemen mahasiswa profesi Ners telah :
a. Melaksanakan pengkajian di ruang perawatan bedah
b. Melaksanakan identifikasi kebutuhan dan pelayanan kesehatan yang
terkait dengan manajemen keperawatan berdasarkan analisis situasi
nyata
c. Melakukan kegiatan manajemen keperawatan di ruangan dalam
bentuk :
1) Membuat fungsi perencanaan di ruangan perawatan bedah
2) Melaksanakan fungsi pengorganisasian di ruangan perawatan
bedah
3) Melaksanakan fungsi pengarahan di ruangan perawatan bedah
4) Melaksanakan fungsi pengendelaian dalam bentuk audit hasil di
ruangan perawatan bedah
7.2 SARAN
1. Bagi Pihak Rumah Sakit
Kiranya hasil pengkajian, implementasi dan evaluasi dapat
dijadikan sebagai salah satu acuan guna dalam pengaplikasian model
MPKP dan sistem manajemen keperawatan di rumah sakit dan juga
sebagai salah acuan untuk peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.

2. Bagi Ruangan
Kiranya hasil pengkajian, implementasi dan evaluasi dapat
dijadikan sebagai salah satu acuan guna dalam penerapan pilar-pilar
metode MPKP terutama dalam pengaplikasian pre-post conference,
timbang terima misalnya memperkenalkan atau menjelaskan pada pasien
tentang pergantian shift, serta pengaplikasian ronde keperawatan
3. Bagi Kepala Ruangan
Memberikan motivasi kepada perawat dalam pelaksanaan
penerapan MPKP dan senantiasa melakukan koordinasi dengan bidang
keperawatan tentang segala kebutuhan dan permasalahan yang ditemukan
di ruangan.
4. Bagi Bidang Keperawatan
Kiranya hasil pengkajian, implementasi dan evaluasi ini dapat
dijadikan sebagai salah satu referensi dalam melakukan penilaian tenaga
keperawatan guna meningkatkan kinerja keperawatan.
5. Bagi Perawat Ruangan
Diharapkan perawat ruangan menerapkan konsep MPKP dalam
upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang
berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

Erita, (2019). Buku Materi Pembelajara Manajemen Keperawatan.


UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA :JAKARTA
Gillies. 2019. Managemen Keperawatan suatu pendekatan Sistem. EGC.
Jakarta
Gillies (2019). Nursing management: A system approach. (third
edition).Philadelphia: WB.Saunders.
Hariyati, RT (2017). Perencanaan, utilisasi, dan pengembangan tenaga
keperawatan. Jakarta: RajaGrafindo
Huber, D. (2017).Leadership & Nursing Care Management. 5 th
edition.Saunders: Elsevier Inc.
Huston, C.J.(2018).Leadership roles & management function innursing:
theory And application. (3rd ed).Philadelphia: Lippincott
Nursalam. 2018. Manajemen keperawatan. salemba medika. Jakarta
Tappen, R., Weiss, S. And Whitehead,
Potter, P.A, Perry, A.G. (2018). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep,. Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC
Sari Candra Dewi, (2019). Modul Praktek Manajemen dan
Kepemimpinan dalam Keperawatan. Poltekkes Jogja Press
Sri Mugianti, (2016). Manajemen dan Kepemimpinan dalam Praktek
Kepemimpinan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Sullivan, J. E., et. all. (2017). Effective leadership and management in
nursing. NewJersey: Prentice-Hall
Tappen, R., Weiss, S. andWhitehead, D. (2018).Essential of Nursing
Leadership an Management, Philadelphia: WB. Saunders
Company.

Anda mungkin juga menyukai