Anda di halaman 1dari 191

PENGELOLAAN RUANGAN RAWAT INAP PAVILIUN FIRDAUS

RSAU Dr. M SALAMUN

Oleh
Kelompok VI

RISELDA PURBA Nim 043205-14901-18077


RIVANI OLIVIA LONDINGKENE Nim 043205-14901-18079
ULAN E. RUHULESSIN Nim 043205-14901-18092
THERESITA F. MANGGENA Nim 043205-14901-18090
VICKY SOURIPET Nim 043205-14901-18094

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XX

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah mengaruniakan

kasih-Nya yang teramat besar bagi kami sehingga dapat menyusun tentang “Makalah

Kepemimpinan Menajemen Kajian Situasi Ruangan Paviliun Virdaus Rsau Dr. M

Salamun ”. Tujuan Membuat ini guna untuk melengkapi salah satu tugas mata kulia modul

menejemn keperawatan di samping itu juga menambah pengetahuan tentang menejemn

keperawatan. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besar nya kepada

1. Direktur RSAU dr. M. Salamun yang menerima kami untuk praktek klinik stase

keperawatan manajemen di RSAU dr. M. Salamun

2. Bapak Budi Aji Santos, S.Kep, Ners Selaku kepala ruangan di ruang rawat inap paviliun

virdausyang memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan laporan manajemen

keperawatan.

3. Bapak Didi Farmadi, S.Kep, Ners Selaku pembimbing klinik yang sangat membantu dalam

memberikan bimbingan dalam pembuatan laporan ini.

4. Bapak Herwinda Sinaga, S.Kep. ,Ners,. M. Kep Selaku pembimbing akademik yang membantu

dalam pembuatan laporan ini

5. Bapak Dr. Blacius Dedi, SKM.,M.Kep. Selaku pembimbing akademik yang membantu

dalam pembuatan laporan ini.

6. Ibu Sari Saurce, S.Kep, Ners, M.pd. Selaku pembimbing akademik yang membantu

dalam pembuatan laporan ini.


Kami menyadari, dalam penulisan makalah ini masih ada kemungkinan kekurangan-kekurangan

karena keterbatasan kemampuan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang

membangun untuk perbaikan selanjutnya.

Bandung, 22 Februari 2019


Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………..

A. Latar Belakang………………………………………………………
B. Rumusan Masalah……………………………………………………
C. Tujuan Masalah………………………………………………………
D. Metode Penulisan………………………………………………..
E. Sistematika Penulisan………………………………………….

BAB II TEORI………………………………………………………………

A. Konsep Kepemimpinan………………………………………………
B. Konsep Manajemen………………………………………………….
C. Konsep Model Asuhan Keperawatan................................................
D. Analisis SWOT.................................................................................
E. Matriks EFE dan IFE......................................................................
F. FISH BONE Analisa.......................................................................
G. Dokumentasi Perawat...............................................................
H. Cuci Tangan.................................................................................
I. Bed Uccupancy Rate (BOR)……………………………………….. .

BAB III KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN…………

A. Profil RSAU dr M. Salamun………………………………………


B. Profil Ruangan Firdaus………………………………………….
C. Kajian Situasi Ruangan Firdaus………………………………….

DAFTRA PUSTAKA …………………………………………………….


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan


pelayanan kesehatan kedalam masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. (Depkes RI, 2010). Rumah sakit
merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat (UU No. 44 Tahun 2009). Rumah sakit mempunyai kewajiban memberikan
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Manajer keperawatan dituntut
untuk merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana
yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien
mungkin bagi individu, keluarga dan masyarakat. Proses manajemen keperawatan sejalan
dengan proses keperawatan sebagai satu metode perlakuan asuhan keperawatan secara
profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang. Sebagaimana proses
keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri dari pengumpulan data, identifikasi
masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasihasil (Nursalam, 2011). Kepemimpinan
adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan
untuk tujuan kelompok. Untuk dapat mengambil keputusan dan bertindak dengan baik maka
seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan, kesadaran diri, kemampuan berkomunikasi
dengan baik, energi, dan tujuan yang jelas. Seorang pemimpin harus menjadi role model
yang baik dalam cara kepemimpinannya, dalam pelaksanaan tugas maupun dalam
membangun kerjasama dan bekerja sama dengan orang lain termasuk dengan
bawahannya(Marquis, 2010).
Pelayanan keperawatan adalah pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan yang mencakup bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang meliputi
peningkatan derajat kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan dan pemulihan kesehatan
dan menggunakan proses keperawatan. Pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah
pelayanan profesional yang diselenggrakan untuk melayani kebutuhan masyarakat,
khususnya dalam bidang keperawatan yang di kelola melalui pelayanan rawat inap(Sitorus,
2011).
Mutu pelayanan keperawatan perlu dikelola secara profesional berdasarkan pada standar
yang telah di tetapkan. Departemen kesehatan telah menyusun standar manajemen pelayanan
keperawatan untuk rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya yang menjadi acuan bagi
manajer keperawatan dalam melakukan pengelolaan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit.
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses mencapai tujuan pelayanan keperawatan
melalui pelaksanaan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengaturan ketenagaan,
pengarahan evaluasi dan pengendalian mutu pelayanan keperawatan (Wahyuni, 2011).
Stase kepemimpinan dan manajemen keperawatan dalam tahapan profesi ners menjadi
tempat belajar bagi mahasiswa yang secara langsung diimplementasikan dengan kemampuan
intelektual yang dimiliki dalam lingkup tatanan pelayanan kesehatan yang nyata khususnya
diruang rawat inap Firdaus RSAU dr. M. Salamun. Dalam konteks belajar ini, mahasiswa
diberikan ruang rawat inap untuk dikelola dengan pendekatan proses manajemen
keperawatan. Seperti diketahui ilmu manajemen berkembang terus hingga saat ini. Ilmu
manajemen memberikan pemahaman kepada kita tentang pendekatan maupun tata cara
penting dalam meneliti, menganalisis dan memecahkan masalah-masalah yang berkaitan
dengan manager. Oleh karena itu, masalah ini berisikan uraian tentang perkembangan
(evolusi), teori manajemen dari masa ke masa. Selain memberikan gambaran bagaimana
aliran pikiran masa lalu diharapkan tulisan ini dapat memberikan sumbangan terhadap ruang
lingkup dan perkembangan ilmu manajemen.
Stase kepemimpinan dan manajemen keperawatan dalamtahapan profesi ners merupakan
suatu kesempatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan teori-teori manajemen yang
dipadukan secara komprehensif dengan kemampuan intelektual, kemampuan teknik
keperawatan dan kemampuan interpersonal dalam lingkup tatanan pelayanan kesehatan
yang nyata, yaitu ruang rawat inap. Dalam konteks belajar inilah mahasiswa diberikan satu
ruang rawat untuk dikelola dengan pendekatan proses manajemen keperawatan, dalam hal
ini PaviliunFirdaus Rumah Sakit TNI AU Dr. M. Salamun Bandung dibawah arahan dan
bimbingan intensif dari pembimbing akademik dan pembimbing klinik. Paviliun Firdaus
merupakan ruang rawat inap VIP dan kelas 1,Paviliun Firdaus saat ini memiliki kapasitas
tempat tidur 34 unit dimana padaRuang Dirgantara1-2(VIP) masing-masingkamarmemiliki
1 unit tempattidurdankelas 1 (Buana 1-16) masing-masing kamar memiliki 2 unit
tempattidur. Jumlah perawat di Paviliun Firdaus berjumlah18 orang , 9 orang dengan
klasifikasi pendidikan S1 Ners, 9 orang dengan klasifikasi pendidikan Diploma (Wawancara
dengan Kepala Ruangan di Ruang pavilion firdaus).

B. RumusanMasalah

Berdasarkan hasil kajian situasi yang dilakukan di Ruang Paviliun Firdaus “Bagaimanakah
pelaksanaan kepemimpinan dan manajemen pelayanan keperawatan di Ruang Paviliun
Firdaus Rumah Sakit TNI AU dr.M. Salamun, Ciumbuleuit Bandung?”

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa memahami dan mampu menerapkan konsep teori dalam aplikasi prinsip-
prinsip manajemen keperawatan dalam pelaksanaan kepemimpinan dan manajemen
pelayanan keperawatan di Ruang Paviliun Firdaus Rumah Sakit TNI AU dr.M. Salamun,
Ciumbuleuit Bandung.

2. TujuanKhusus
a. Mahasiswa mampu menerapkan konsep, teori, dan prisip manajemen keperawatan dalam
tatanan pelayanankeperawatan
b. Mahasiswa mampu menerapkan model-model atau tipe-tipe kepemimpinan dalam unit
pelayanan keperawatan
c. Mahasiswa mampu menerapkan fungsi-fungsi manajemen dalam pengelolaan unit pelayanan
keperawatan
d. Mahasiswa mampu bekerja sama dalam tim keperawatan dan tim kesehatan lainnya
e. Mahasiswa mampu melaksanakan analisis SWOT di ruang Paviliun Firdaus
f. Mahasiswa mampu memprioritaskan masalah
g. Mahasiswa mampu melakukan fish bone
h. Mahasiswa mampu mengaplikasikan rencan kegiatan yang telah di susun berdasarkan
prioritas kegiatan dan rencana kegiatan (POA)
D. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah metode deskripsi
analisa situasiyaitu menjelaskan hasil dari analisa yang sudah didapatkan. Dalam penulisan
makalah ini,kami selaku penulis menggunakan metode pustaka dan literatur melalui media
internet. Mendeskripsikan pelaksanaan Program Profesi Ners XX Mata Ajar Keperawatan
Manajemen dan Kepemimpinan secara naratif dalam bentuk laporan ilmiah.

E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dalam penulisan laporan ini adalaah sebagai berikut ;
Bab 1 Pendahuluan: berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, waktu
pelaksanaan praktik klinik, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab 2 TinjauanTeori: berisi konsep manajemen, konsepa nalisi SWOT, fish bone diagram
analysis, perhitungan BOR dan LOS, cara perhitungan jumlah perawat dan kategori tenaga
keperawatan, konsep ruangintensif, informasi Hak/kewajiban pasien dan tata tertib
Bab 3 Analisis ruangan : profil rumah sakit dr. M. Salamun dan ruang pavilion firdaus,
kapasitas tempat tidur, BOR ruang Firdaus, LOS ruang Firdaus, tenaga kerja, SWOT,
prioritas masalah, skoring, pembobotan, fish bone, planning of action.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KEPEMIMPINAN
1. Pengertian Kepemimpinan
Pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya untuk
mengarahkan orang lain serta bertanggungjawab atas pekerjaaan orang tersebut dalam mencapai
suatu tujuan. Orang mau bekerja adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan yang
disadari (conscious needs) maupun kebutuhan yang tidak disadari (unconscious needs), berbentuk
materi atau non materi, kebutuhan fisik maupun rohani (Hasibuan, 2009).

Menurut Tappen (2004), dalam buku “Essential of Nursing Leadership and


Management”, seorang pemimpin yang baik adalah pandai dalam mengambil keputusan
yang tepat dan berorientasi pada tindakan/action. Untuk dapat mengambil keputusan dan
bertindak dengan baik maka seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan, kesadaran
diri, kemampuan berkomunikasi dengan baik, energi, dan tujuan yang jelas. Seorang
pemimpin harus menjadi role model yang baik dalam cara kepemimpinannya, dalam
pelaksanaan tugas maupun dalam membangun kerja sama dan bekerja sama dengan
orang lain termasuk dengan bawahannya.
Selain itu seorang pemimpin yang efektif harus memiliki kualitas diri dan kualitas
perilaku seperti integritas, berani mengambil resiko, inisiatif, energik, optimis, pantang
menyerah (perseverance), seimbang, kemampuan menghadapi stress, dan kesadaran diri
serta memiliki kualitas perilaku seperti: berpikir kritis, menyelesaikan masalah (solve
problem), menghormati/menghargai orang lain, kemampuan berkomunikasi yang baik,
punya tujuan dan mengkomunikasikan visi dan meningkatkan kemampuan diri dan orang
lain (Wargana, 2010).
2. Gaya Kepeminpinan
Menurut Siagian (2010), Gaya kepemimpinan berkembang menjadi beberapa tipe
kepemimpinan, diantaranya adalah sebagian berikut:
1) Tipe Otokratis
Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri
sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi; Mengidentikkan
tujuan pribadi dengan tujuan organisasi; Menganggap bawahan sebagai alat semata-
mata; Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat; Terlalu tergantung kepada
kekuasaan formalnya; Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan
pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
2) Tipe Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe
militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin
yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut:
Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan; Dalam
menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya, senang
pada formalitas yang berlebih-lebihan, menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari
bawahan, sukar menerima kritikan dari bawahannya, menggemari upacara-upacara
untuk berbagai keadaan.
3) Tipe Paternalistis
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang
yang memiliki ciri sebagai berikut: menganggap bawahannya sebagai manusia yang
tidak dewasa; bersikap terlalu melindungi (overly protective); jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan; jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif, jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya,
dan sering bersikap maha tahu.
4) Tipe Karismatik
Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab-sebab
mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma.Umumnya diketahui bahwa
pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada
umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya yang sangat besar, meskipun para
pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut
pemimpin itu.Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang
menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin
yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supranatural powers).Kekayaan,
umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk
karisma.Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang
yang fisik sehat, John F. Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma
meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika
Serikat.Mengenai profil, Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang
“ganteng”.
5) Tipe Demokratis
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang
demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe
kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut: dalam proses penggerakan
bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang
termulia di dunia; selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan
organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya; senang
menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya; selalu berusaha
mengutamakan kerjasama dan team work dalam usaha mencapai tujuan; ikhlas
memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat
kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan
yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain; selalu berusaha
untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari padanya; dan berusaha
mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
B. KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. Pengertian Manjemen
Manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah. Manajemen
juga merupakan proses pengumpulan dan mengorganisasi sumber–sumber dalam
mencapai tujuan (melalui kerjaan orang lain) yang mencerminkan dinamika suatu
organisasi (Gillies, 1998 dalam Nursalam 2011).
Manajemen didefenisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain, sedangkan menejemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional
(Arwani, 2006).
Berdasarkan pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa manjemen dapat
didefenisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain untuk mencapai
tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah. Menejemen juga merupakan
proses pengumpulan dan mengorganisasi sumber-sumber dalam mencapai tujuan
(melalui pekerjaan orang lain) yang mencerminkan dinamika suatu organisasi.
2. Tujuan dan Sasaran Manajmen
a. Tujuan manajemen
1) Memiliki dan mengembangkan nilai serta sikap pengetahuan, kecerdasan,
keterampilan serta kemampuan sebagai tenaga pembangunan di bidang manajemen.
2) Memiliki, keuletan, kesabaran dan kemandirian dalam bekerja baik secara individu
maupun berkelompok.
3) Mengamati dan menganalisa suatu masalah serta menerapkan ilmu pengetahuannya
untuk melaksanakan praktek dibidang manajemen, baik untuk kepentingan
usahanya ataupun peran sertanya menjadi seorang professional (Nursalam, 2011).

b. Sasaran manajemen
1) Human Resources.
Dalam setiap aktivitas manajemen yang dilakukan seharusnya selalu memperhatikan
tentang potensi-potensi yang ada pada sumber daya manusia.Hal ini disebabkan sumber
daya manusia merupakan faktor yang paling penting dalam kegiatan manajemen.Tanpa
adanya pengelolaan sumber daya manusia yang baik, maka dapat dipastikan kegiatan
manajemen tidak dapat berjalan dengan maksimal. Sasaran terhadap sumber daya
manusia, bentuk kegiatanya dapat berupa memimpin, memotivasi dan mengarahkan
orang-orang agar aktivitasnya mengarah pada tujuan yang akan dicapai.
2) Non Human Resources.
Sasaran manajemen yang kedua adalah non human resources.Segala bentuk fasilitas yang
ada untuk menunjang pencapaian tujuan manajemen.Bentuk kegiatan non human
resources adalah mengadakan dan memelihara serta mengendalilan segala fasilitas yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan misalnya, tempat, alat, metode kerja dan
sebagainya.

c. Prinsip-prinsip yang mendasari manajemen keperawatan


Menurut Nursalam (2011),prinsip-prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah
1) Manajemen keperawatan seharusnya berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi
perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan, pemecahan
masalah yang efektif dan terencana.
2) Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer
keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram
dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
sebelumnya.
3) Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi
maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan
memerlukan pengambilan keputusan di berbagai tingkat manajerial.
4) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan klien merupakan fokus perhatian manajer
perawat dengan mempertimbangkan apa yang klien lihat, pikir, yakini dan ingini.
Kepuasan klien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.
5) Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan
kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
6) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses
pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah
diorganisasikan.
7) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif. Komunikasi yang
efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah,
dan pengertian di antara pegawai.
8) Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat-
perawat pelaksana untuk menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk
meningkatkan pengetahuan karyawan.
9) Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian
tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan
prinsip-prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar
dan memperbaiki kekurangan.
3. Fungsi-Fungsi Manajemen
Swanburg (2005) menyatakan bahwa secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai
berikut:
1) Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan
organisasi sampai dengan menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk
mencapainya, melalui perencanaan yang akan dapat ditetapkan tugas-tugas staf.
Dengan tugas ini seorang pemimpin akan mempunyai pedoman untuk melakukan
supervisi dan evaluasi serta menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh staf
dalam menjalankan tugas- tugasnya.
2) Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua
sumber data yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk
mencapai tujuan organisasi.
3) Actuating (directing, commanding, coordinating)
Penggerakan (actuating) adalah proses memberikan bimbingan kepada staf agar
mereka mampu bekerja secara optimal dan melakukan tugas- tugasnya sesuai dengan
ketrampilan yang mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya yang
tersedia.menggerakkan orang-orang agar mau/suka bekerja. Ciptakan suasana bekerja
bukan hanya karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi
secara interval.
4) Pengendalian/pengawasan (controling)
Pengendalian adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan
rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan
yang terjadi.merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan
rencana, apakah orang-orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga
berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.
5) Penilaian (evaluasi)
Merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil-hasil pekerjaan yang
seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu setelah selesai
kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi organik
administrasi dan manajemen.
4. Proses Manajemen
Swanburg (2005) menyatakan bahwa, proses manajemen keperawatan sesuai dengan
pendekatan sistem terbuka dimana masing-masing komponen saling berhubungan dan
berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan suatu sistem maka akan
terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik.
1) Input
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personel, peralatan
dan fasilitas.
2) Proses
Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat
pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas
dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Untuk melaksanakan proses
manajemen diperlukan keterampilan teknik, keterampilan hubungan antar manusia,
dan keterampilan konseptual.
3) Output
Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset.
4) Kontrol
Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget dari
bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang standar dan
akreditasi.
5) Mekanisme timbal balik
Berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan
kerja perawat. Berdasarkan prinsip-prinsip diatas maka para manajer dan
administrator seyogyanya bekerja bersama-sama dalam perencanaan dan
pengorganisasian serta fungsi-fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
5. Intervensi Manajemen Keperawatan
a. DESIMINASI
a) Pengertian
Diseminasi (Bahasa Inggris: Dissemination) adalah suatu kegiatan yang ditujukan kepada
kelompok target atau individu agar mereka memperoleh informasi, timbul kesadaran,
menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Diseminasi merupakan tindak
inovasi yang disusun dan disebarannya berdasarkan sebuah perencanaan yang matang
dengan pandangan jauh ke depan baik melalui diskusi atau forum lainnnya yang sengaja
diprogramkan, sehingga terdapat kesepakatan untuk melaksanakan inovasi (Ibrahim,
2008).Adapun Tujuan diseminasi adalah tercapainya suatu pemahaman bersama (mutual
understanding) di dalam individu maupun suatu kelompok.
b) Proses Tahapan
Menurut Rogers dan Floyed Shoemaker (1987), proses keputusan inovasi terdiri dari 5
tahap yaitu, tahap pengetahuan,tahap bujukan, tahap keputusan,tahap implementasi dan
tahap konfirmasi.
1) Tahap Pengetahuan (Knowledge), yaitu proses keputusan inovasi dimulai dengan
tahap pengetahuan yaitu tahap pada saat seseorang menyadari adanya suatu inovasi
dan ingin tahu bagaimana fungsi inovasi tersebut. Pengertian menyadari dalam hal ini
bukan memahami tetapi membuka diri untuk mengetahui inovasi. Seseorang
menyadari atau membuka diri terhadap suatu inovasi tentu dilakukan secara aktif
bukan secara pasif.
2) Tahap Bujukan (Persuation),pada tahap ini proses keputusan inovasi seseorang
membentuk sikap menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi. Jika pada
tahap pengetahuan proses kegiatan mental yang utama bidang kognitif, maka pada
tahap persuasi yang berperan utama bidang afektif atau perasaan. Seseorang tidak
dapat menyenangi inovasi sebelum ia tahu lebih dulu tentang inovasi.
Dalam tahap persuasi ini lebih banyak keaktifan mental yang memegang peran.
Seseorang akan berusaha mengetahui lebih banyak tentang inovasi dan menafsirkan
informasi yang diterimanya. Pada tahap ini berlangsung seleksi informasi disesuaikan
dengan kondisi dan sifat pribadinya. Di sinilah peranan karakteristik inovasi dalam
mempengaruhi proses keputusan inovasi.
3) Tahap Keputusan (Decision), yaitu tahap keputusan dariproses inovasi berlangsung
jika seseorang melakukan kegiatan yang mengarah untuk menetapkan menerima atau
menolak inovasi. Menerima inovasi berarti sepenuhnya akan menerapkan inovasi.
Menolak inovasi berarti tidak akan menerapkan inovasi. Sering terjadi seseorang akan
menerima inovasi setelah ia mencoba lebih dahulu, bahkan jika mungkin mencoba
sebagian kecil lebih dahulu, baru kemudian dilanjutkan secara keseluruhan jika sudah
terbukti berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Tetapi tidak semua inovasi dapat
dicoba dengan dipecah menjadi beberapa bagian. Inovasi yang dapat dicoba bagian
demi bagian akan lebih cepat diterima.
4) Tahap Implementasi (Implementation), yaitu dari proses keputusan inovasi terjadi
apabila seseorang menerapkan inovasi, dalam tahap impelemntasi ini berlangsung
keaktifan baik mental maupun perbuatan. Keputusan penerima gagasan atau ide baru
dibuktikan dalam praktek. Pada umumnya impelementasi tentu mengikuti hasil
keputusan inovasi, tetapi dapat juga terjadi karena sesuatu hal sudah memutuskan
menerima inovasi tidak diikuti implementasi. Biasanya hal ini terjadi karena fasilitas
penerapan yang tidak tersedia. Tahap ini berlangsung dalam waktu yang sangat lama,
tergantung dari keadaan inovasi itu sendiri.
5) Tahap Konfirmasi (Confirmation), dalam tahap konfirmasi ini seseorang mencari
penguatan terhadap keputusan yang telah diambilnya, dan ia dapat menarik kembali
keputusannya jika memang diperoleh informasi yang bertentangan dengan informasi
semula. Tahap konfirmasi ini sebenarnya berlangsung secara berkelanjutan sejak
terjadi keputusan menerima atau menolak inovasi yang berlangsung dalam waktu yang
tak terbatas. Selama dalam konfirmasi seseorang berusaha menghindari terjadinya
disonansi paling tidak berusaha menguranginya.
c) Strategi Pelaksanaan
Dalam konteks strategi penerapan diseminasiprinsip komunikasi efektif penting untuk
tercapai common interest, untuk itu ada beberapa langkah yang harus diperhatikan, yaitu:
 Menentukan dan memahami tujuan.
 Mengidentifikasi pesan inti atau kunci (key messages) yang akan dikomunikasikan.
 Mehamami target audience: siapa saja yang terlibat, siapa yang dipengaruhi, siapa
yang tertarik? Informasi apa yang mereka butuhkan? Bagaimana reaksi mereka? Apa
konsern atau minat mereka.
 Menentukan media yang paling efektif.
 Memotivasi audiens untuk memberi tanggapan atau masukan.
 Frekuensi penyampaian pesan.
 Memperhitungkan dampakbaik negatif atupun positif,dalam hal ini ukuran sukses
sebuah program komunikasi yaitu pesan yang sampai saja, tidak cukup. Perlu evaluasi,
sejauh mana audiens memahami dengan baik pesan kunci dan menganalisis apakah
semua strategi sesuai dengan persoalan yang dihadapi atau alasan komunikasi (Cees
Leeuwis, 2006).
d) Media
Media secara garis besar dapat dibagi ke dalam tiga kelas utama:
 Media massa konvensional
 Media interpersonal, dan
 Media hibrida baru (new media)
Masing-masing memiliki karakteristik dasar sebagai berikut:
1. Pertama, media massa konvensional (koran, radio, televisi), bahwa seorang pengirim
dapat mencapai banyak orang dengan media tersebut tanpa terlibat dalam interaksi
langsung dengan audiens.
2. Kedua, pada media interpersonal, pertukaran berlangsung lebih langsung, dan pengirim
dan penerima dapat dengan mudah berubah peran. Kebanyakan komunikasi interpersonal
terjadi tanpa media artifisial (misalnya tanpa alat teknologi) dan melibatkan kehadiran
fisik orang.
3. Ketiga, media hibrida baru (new media) yang muncul karena perkembangan teknologi
komputer dan telekomunikasi mengkombinasikan potensi yang ditawarkan media massa
dan komunikasi interpersonal. Misalnya internet merupakan media yang secara potensial
mencapai audiens luas yang membiarkan aktivitas antara penerima dan pengirim sampai
taraf tertentu.
b. RESOSIALISASI
a) Pengertian
Menrut David A. Goslin berpendapat “Sosialisasi adalah proses belajar yang di alami
seseorang untuk memperoleh pengetahuan ketrampilan, nilai-nilai dan norma-norma agar
ia dapat berpartisipasi sebagai anggota dalam kelompok masyarakatnya (Marquis,
2010).Jadi resosialisasi adalah mengulangi kembali suatu proses pembelajaran kepada
seseorang untuk memperoleh pengetahuan ketrampilan, nilai-nilai dan norma-norma agar
ia dapat berpartisipasi sebagai anggota dalam suatu kelompok.
b) Tujuan (Marquis, 2010)
 Mengembangkan keahlian/kemampuan seseorang di dalam kehidupan untuk
berkomunikasi dengan sesama secara baik dan efektif
 Memberikan suatu ketrampilan yang diperlukan oleh seseorang yang memiliki tugas
pokok didalam masyarakat
 Menanamkan nilai-nilai kepercayaan kepada seseorang yang memiliki tugas pokok di
dalam masyarakat
 Membentuk suatu karakter dan juga kepribadian seseorang.
c) Proses Tahapan
Dalam hal ini, Charles H. Cooley menekankan peranan interaksi dalam proses sosialisasi.
Menurutnya konsep diri (self concept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan
orang lain atau dikenal dengan istilah looking-glass self.
Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain terbentuk melalui tiga tahap,
yaitu sebagai berikut:
 Tahap memahami diri kita dari pandangan orang lain
 Tahap merasakan adanya penilaian dari orang lain
 Tahap dampak dari penilaian tersebut terhadap dirinya
d) Strategi Pelaksanaan
 Melakukan kegiatan sosialisasi kepada kelompok
 Melakukan pelatihan di dalam kelompok
c. REDEMONSTRASI
a) Pengertian
Demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda
sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami
oleh suatu kelompok secara nyata atau tiruannya (Syaiful, 2008).
Demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukan
kepada orang lain tentangsuatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari
baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang
dipertujukan.Redemonstrasi adalah mempertunjukan kembali proses terjadinya suatu
peristiwa dan dicontohkan agar dapat dipahami oleh suatukelompok secara nyata.
b) Tujuan
 Untuk memudahkan penjelasan sebab penggunaan bahasa lebih terbatas
 Untuk membantu anak dalam memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan
penuh perhatian
 Untuk menghindari verbalisme
 Cocok digunakan apabila akan memberikan ketrampilan tertentu
c) Proses Tahapan
1. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:
 Rumuskan tujuan yang harus dicapai
 Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan
 Lakukan uji coba demonstrasi
2. Tahap Pelaksana
 Langkah pembukaan
 Langkah pelaksanaan demonstrasi
 Langkah mengakhiri demonstrasi
d) Strategi Pelaksanaan
a. Langkah Pembukaan
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya:
 Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua dapat memperhatikan dengan jelas
apa yang didemonstrasikan
 Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai
 Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan
b. Langkah Pelaksanaan Demonstrasi
1) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan yang merangsang peserta untuk berpikir
2) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan.
3) Yakinkan bahwa semua yang mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi
seluruh peserta.
4) Berikan kesempatan kepada peserta untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan
apa yang dilihat dari proses demonstrasi.
5) Langkah mengakhiri demonstrasi.
6) Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan
memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan
proses pencapaian tujuan pembelajaran.

d. RESIMULASI
a) Pengertian
Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2005) simulasi adalah satu metode pelatihan yang
memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang
sesungguhnya; simulasi: penggambaran suatu sistem atau proses dengan peragaan
memakai model statistik atau pemeran.Simulasi adalah suatu peniruan sesuatu yang
nyata, keadaan sekelilingnya (step of affairs), atau proses.Aksi melakukan simulasi
sesuatu secara umum mewakilkan suatu karakteristik kunci atau kelakuan dari
sistem-sistem fisik atau abstrak (Marquis, 2010).Resimulasi adalah memperagakan
kembali suatu sistem pelatihan dalambentuktiruan yang miripatausecara nyata seperti
sesungguhnya.
b) Tujuan
 Membantu dalam menerapkan keterampilan untuk membuat keputusan dan
dalam menyelesaikan masalah.
 Membantu untuk mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi antar sesama
manusia.
 Memberikan kesempatan untuk menerapkan tentang berbagai prinsip dan teori.
c) Proses Tahapan
Sri Anitah, W. DKK (2007) prosedur yang harus ditempuh dalam penggunaan
metode simulasi adalah:
 Menetapkan topik simulasi yang diarahkan
 Menetapkan kelompok dan topik-topik yang akan dibahas
 Simulasi diawali dengan petunjuk dari guru tentang prosedur, teknik, dan peran
yang dimainkan
 Proses pengamatan pelaksanaan simulasi dapat dilakukan dengan diskusi
 Mengadakan kesimpulan dan saran dari hasil kegiatan simulas
d) Strategi Pelaksanaan
a. Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.
b. Para peserta lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
c. Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan.
d. Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk
mendorong peserta berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang
disimulasikan
e. SEMINAR
a) Pengertian
Seminar adalah pertemuan untuk membahas suatu masalah yang dilakukan secara
ilmiah.Pada seminar biasanya menampilkan satu atau kertas kerja yang sebelumnya
telah dipersiapkan.Dalam seminar biasanya pembahasan berpangkal pada makalah
atau kertas kerja yang sudah disiapkan dan disususun sebelumnya oleh para
pembicara, dan tema pembahasan harus sesuai dengan permintaan panitia
penyelenggaraan.
b) Tujuan
Tujuan diadakannya seminar yaitu menyampaikan suatu pendapat atau sesuatu yang
baru kepada pendengarnya, dengan harapan penerima informasi memperoleh sesuatu
yang baru untuk dikembang tumbuhkan menjadi sesuatu yang lebih luas lagi kepada
yang lainnya.
c) Proses Tahapan
a. Persiapan
 Bentuk panitia seminar.
 Tentukan topik bahasan sekaligus tujuannya. Formulasikan dalam beberapa
kalimat.
 Tentukan jumlah peserta yang akan di undang dan gaung kegiatan yang akan
dibuat.
 Tentukan pemateri/pembicara atau pemakalahnya untuk seminar ini dan
bagaimana mendapatkannya.
 Tentukan tanggal yang tepat untuk pembuatannya.
 Kalau diseminar tersebut membutuhkan dana, darimana saudara mendapatkan.
 Apa saudara akan membuat sertifikat, apa bunyinya dan siapa yang akan tanda
tangan.
 Kalau saudara menyiapkan makanan ringan, siapa yang mengurus dan bagaimana.
 Bagaimana saudara memberitau peserta seminar dan pemakalah bahwa seminar
jadi dilaksanakan. Darimana saudara tau kalau mereka akan datang.
 Menurut saudara apa perlu diwartakan dalam koran atau TV, kalau perlu
bagaimana.
b. Pelaksanaan
 Buat list (check list) apa saja yang dibutuhkan agar seminar pada hari tersebut
berhasil.
 Siapkan agenda seminar untuk hari tersebut; MC, waktu, pembicara, dsb.
 Pikirkan apa lagi yang saudara butuhkan untuk hari seminar tersebut (contoh:
absen hadir, makalah yang di copy, laptop, dsb)
 Bagaimana saudara susun bangku diruang seminar.
 Pikirkan seandainya listrik mati tiba-tiba.
 Siapa yang mengurus dan menata tempat, siapa yang menerima peserta, dsb.
c. Evaluasi
 Saudara perlu siapkan instrumen evaluasi untuk melihat bagaimana mutu dari
seminar yang saudara lakukan.
 Perlu saudara siapkan model (format pelaporan) dan kapan anda melapor hasil
seminar tersebut.
 Kepada siapa saudara akan melapor setelah seminar.
d) Strategi Pelaksanaan
a. Buat list (check list) apa saja yang dibutuhkan agar seminar pada hari tersebut
berhasil.
b. Siapkan agenda seminar untuk hari tersebut; MC, waktu, pembicara, dsb.
c. Pikirkan apa lagi yang saudara butuhkan untuk hari seminar tersebut (contoh:
absen hadir, makalah yang di copy, laptop, dsb)
d. Bagaimana saudara susun bangku diruang seminar.
e. Pikirkan seandainya listrik mati tiba-tiba.
f. Siapa yang mengurus dan menata tempat, siapa yang menerima peserta, dsb.
f. COACHING
a. Pengertian
Coaching adalah proses seseorang yang berperan untuk memperbaiki kehidupan atau
kinerja orang lain. Dalam dunia industri atau bisnis, khususnya pada fungsi
manajemen SDM, coaching sangat diperlukan sebagai salah satu teknik dalam proses
training & development karyawan.Kelebihan coaching adalah peran coach yang
secara intensif melatih dan memantau kehidupan dan kinerja coachee (yang di
coach), sehingga dapat menguasai keterampilan atau keahliannya. Secara lebih luas,
teknik coaching tidak hanya terbatas pada level-level eksekutif atau top manajemen,
tetapi juga pada level manajer lini yang memiliki hubungan secara langsung dengan
bawahan dan sering kali berhubungan secara horizontal dengan rekan kerja. Manajer
lini memiliki posisi yang strategis yang bisa berhubungan dengan siapa saja dan pada
level apa saja. Oleh karenanya, pada level ini perlu menguasai teknik coaching
sebagai alat untuk dapat membantu dan mempengaruhi SDM yang ada (Tracy, 2006).
Menurut Whitmore (2008) Coaching adalah pembinaan yang membuka potensi
seseorang untuk memaksimalkan kinerja mereka sendiri, yang membantu mereka
untuk belajar dari pada mengajar mereka. Menurutnya, coaching berarti:

 Mengakses potensial
 Memfasilitasiindividuuntuk membuat perubahan yangdiperlukan
 Memaksimalkankinerja
 Membantu orangmemperoleh keterampilandan mengembangkan
 Menggunakanteknik komunikasikhusus
Menurut Stone (2007:11) Coaching adalah proses dimana individu mendapatkan
keterampilan, kemampuan, dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk
mengembangkan diri secara profesional dan menjadi lebih efektif dalam pekerjaan
mereka. Ketika individu mendapatkan coaching dari atasan, mereka dapat
meningkatkan kinerja mereka baik dalam saat ini, dan juga meningkatkan potensi
mereka untuk berbuat lebih banyak di masa depan.
b. Tujuan
Tujuan yang umum diperoleh dari coaching adalah dapat meningkatkan kinerja
individu dan organisasi, keseimbangan yang lebih baik antara pekerjaan dengan
kehidupan, motivasi yang lebih tinggi, pemahaman diri yang lebih baik, pengambilan
keputusan yang lebih baik dan peningkatan pelaksanaan manajemen perubahan.
Beberapa tujuan coaching:
 Menstimulan pengembangan keterampilan peserta secara individual
 Membantu peserta menggunakan pekerjaan sebagai pengalaman pembelajaran
dengan bimbingan dan mengembangkan profesional peserta.
 Memberi kesempatan kepada peserta untuk melengkapi pekerjaan yang diberikan
fasilitator dan pada saat yang sama mempersiapkan keterampilan peserta dalam
mengambil tanggung jawab dan pekerjaan mendatang.
 Meningkatkan kemampuan kemandirian belajar dari peserta dan mengatasi
permasalahan yang dihadapi mereka
c. Proses Tahapan
Proses coaching adalah untuk menetapkan dan menjelaskan arah dan tujuan serta
untuk mengembangkan rencana-rencana kerja untuk mencapai tujuan.Selain itu
dijelaskan juga satu pengertian mengenai hal-hal yang penting dalam kehidupan
bahwa kita diberikan kemampuan untuk mengambil dan melaksanakan tanggung
jawab yang telah diberikan dan membangun serta melakukan setiap rencana kerja.
Secara sederhana proses coachingakan membantu untuk menciptakan visi yang
terbaik dan terbaru yang dimiliki dalam rangka mencapai suatu keberhasilan. Dimana
keberhasilan adalah saat kita dapat mencapai tujuan secara kontinyu.
Tahapan Coaching:
a. Tahap Orientasi
Tahap ini merupakan tahap perkenalan dan tahap pengkondisian agar tercipta
suasana yang saling mempercayai.
b. Tahap Klarifikasi
Pada tahap ini dilakukan analisis permasalahan. Masalah yang akan dipecahkan
diuraikan sehingga jelas mana permasalahan utama dan juga permasalahan mana
yang akan dipecahkan terlebih dahulu.
c. Tahap Pemecahan (Perubahan)
Pada tahap ini coachee dengan bantuan coach berusaha mencari solusi terhadap
permasalahan yang dihadapi. Coachberusaha memberikan saran dan alternatif-
alternatif, namun coachee sendirilah yang harus mengembangkan solusi
permasalahan yang dihadapi.
d. Tahap Penutup
Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap apa yang telah dicapai coachee dari
proses coaching. Hal-hal yang pada tahap pendahuluan disepakati untuk diubah
atau diperbaiki akan dinilai apakah tujuan tersebut telah tercapai atau belum.
d. Strategi Pelaksanaan
a. Tantangan
Penerapan coaching dalam upaya menjadikan manajemen sumber daya manusia lebih
strategis dan mampu melaksanakan best practice nya memerlukan komitmen dari
manajemen perusahaan. Kenapa demikian? Karena proses coaching memerlukan
waktu yang intensif dan pelaksanaan proses yang melibatkan seseorang yang ahli
atau kompeten dibidangnya yang akan mentransfer keterampilan dan kompetensinya.
Pengambilan coach bisa dari dalam perusahaan maupun luar perusahaan, namun
yang terpenting dalam menjalankan teknik ini adalah penguasaan coach pada bidang
keahlian khusus yang apabila menggunakan teknik training biasanya tidak akan
maksimal karena memerlukan bimbingan dan arahan secara langsung.
Apabila semua manajer mengerti dan menguasai teknik-teknik coaching dengan baik,
maka akan dapat meningkatkan kinerja secara efisien dan efektif sebab manajer di
masing-masing departemen telah berfungsi menjadi manajer HR secara lebih luas.
Sebagai manajer tidak mesti bergulat dibidang pekerjaannya secara teknikal atau hard
skill saja, melainkan mampu membimbing dan mengarahkan secara soft skill baik
pada diri sendiri maupun kepada bawahan dan rekan kerja.
b. Peluang
Apabila membicarakan peluang penerapan coaching bagi manajemen SDM, maka
hal tersebut perlu support dari manajemen perusahaan. Apalagi persaingan terhadap
SDM saat ini sangat ketat antar perusahaan.Mempertahankan talent-talent yang
berkemampuan dan berpotensi tinggi menjadi program utama dalam suatu
perusahaan.Oleh karenanya, talent-talent ini perlu dicoaching supaya mereka merasa
diperhatikan dan mendapatkan peningkatan baik secara pengetahuan, pengalaman,
kemampuan maupun kompetensinya secara profesional.
Saat ini program coaching dari pihak eksternal perusahaan atau konsultan-konsultan
sudah banyak ditemukan.Berbagai program coaching seperti life coaching, business
coaching dan family coaching banyak ditawarkan untuk mengisi ruang-ruang kosong
dalam mengisi kompetensi, kemampuan maupun keterampilan.Dalam area
perusahaan khususnya untuk manajemen SDM, coaching biasanya diadakan untuk
memenuhi kebutuhan perusahaan kepada karyawannya untuk mampu menghadapi
tuntutan dan tantangan baik dari internal maupun eksternal perusahaan.
Kebutuhan perusahaan supaya tetap kompetitif mengharuskan karyawannya untuk
bisa update baik secara personal maupun professional dalam menghadapi tuntutan
bisnis yang semakin berkembang dan maju. Maka, coaching datang untuk menjawab
kebutuhan manajemen SDM yang dapat memenuhi tujuan jangka panjang dan praktis
dalam melaksanakan pengembangan karyawan secara menyeluruh.Dan inilah inti
dari fungsi HR secara fundamental.
e. Tata Kelola
 Menjadi Contoh (Lead by Example)
Artinya secara sederhana adalah lakukan apa yang kau katakan. Coach tidak bisa
meminta coachee untuk datang tepat waktu, apabila dia sendiri selalu datang
terlambat. Orang-orang akan mengikuti instruksi kita atau rekomendasi kita jika
kita telah menjadi contoh yang baik.
 Pendengar yang Aktif (Active Listening)
Orang-orang pada umumnya sangat senang untuk berbicara. Mereka akan
membicarakan permasalahan mereka, tentang kehidupan, tentang karir mereka,
tentang anak-anak mereka dan mereka akan membicarakan mengenai semua
yang ada dalam kehidupan mereka. Seorang coach akan bisa membangun suatu
kepercayaan dengan coachee dengan menjadi seorang pendengar yang aktif yang
mau memberikan perhatian pada saat mereka berbicara. Dengan perlakuan ini
orang-orang akan merasa dihargai. Namun begitu, harus dipastikan coach tahu
mengendalikan pembicaraan-pembicaraan yang tidak relevan sehingga
pembicaraan menjadi produktif.
 Alat-alat Peraga (Visual Aids)
Dapatkah kita mengikuti penjelasan mengenai langkah-langkah yang cukup
banyak yang harus dikerjakan dengan hanya mendengarkan instruksi saja?Kalau
saya terus terang tidak bisa. Seseorang akan lebih cepat proses pembelajarannya
dengan memberikan penjelasan dengan menggunakan alat-alat peraga yang bisa
langsung dilihat seperti ilustrasi, gambar, data-data statistik dan lain sebagainya.
 Dibuat Sederhana (Keep it Simple)
Pada suatu program coaching, tidak perlu dijelaskan segala hal secara panjang
lebar. Untuk mempercepat proses pembelajaran harus digunakan bagian yang
sederhana dimana coachee dapat dengan mudah mengerti.
 Langsung Kepada Sasaran (Get Straight to the Point)
Bagian ini sangat membantu pada saat proses coaching dilakukan dengan adanya
keterbatasan waktu. Daripada memberikan pendahuluan yang terlalu panjang
dan membosankan, lebih baik langsung menuju sasaran sehingga dapat
menghemat waktu.

6. Lingkup manajemen keperawatan


Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan
berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang paling
mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan
membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang
memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat
didalamnya.
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis.Manajer keperawatan yang efektif
memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan perawat
pelaksana meliputi: menetapkan penggunakan proses keperawatan, melaksanakan
intervensi keperawatan berdasarkan diagnose, menerima akuntabilitas kegiatan
keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat, menerima akuntabilitas untuk hasil-hasil
keperawatan,mengendalikanlingkungan praktek keperawatan.
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan
melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para
perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran di atas maka lingkup manajemen keperawatan
terdiri dari:
1) Manajemen operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang terdiri
dari tiga tingkatan manajerial, yaitu: manajemen puncak, manajemen menengah dan
manajemen bawah.Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil
dalam kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang-orang tersebut
agar penatalaksanaannya berhasil.Faktor-faktor tersebut adalah kemampuan
menerapkan pengetahuan, ketrampilan kepemimpinan, kemampuan menjalankan peran
sebagai pemimpin, kemampuan melaksanakan fungsi manajemen.
2) Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang menggunakan
konsep-konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian atau evaluasi.

C. KONSEP MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL


1. MAKP (Model Asuhan Keperawatan Profesional)
a. Pengertian
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah suatu sistem (struktur, proses,
dan nilai-nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Nursalam,
2011).
b. Dasar pertimbangan pemilihan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP).
Menurut Nursalam (2011) mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan keperawatan,
tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit adalah Keperawatan Tim dan
Keperawatan Primer. Karena setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress,
maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode
pemberian asuhan keperawatan yaitu :
1) Sesuai dengan visi dan misi institusi
2) Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
3) Efisien dan efektif penggunaan biaya.
4) Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
5) Kepuasan kinerja perawat.
Unsur struktur yang harus disiapkan untuk dapat melaksanakan MAKP, yaitu :
1) Menetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat
ketergantungan klien. Penetapan jumlah tenaga keperawatan menjadi penting karena
bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan , maka tidak
ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan yang seharusnya
dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan. Akibatnya perawat hanya melakukan
tindakan kolaboratif dan tidak sempat melakukan tindakan terapi keperawatan,
observasi, dan pemberian pendidikan kesehatan.
2) Menetapkan jenis tenaga keperawatan di ruang rawat, yaitu kepala ruang, perawat
primer dan perawat asosiate, sehingga peran dan fungsi masing masing tenaga sesuai
dengan kemampuannya dan terdapat tanggungjawab yang jelas dalam sistem pemberian
asuhan keperawatan.
3) Menyusun standar rencana keperawatan. Dengan standar renpra, maka PP hanya me
lakukan validasi terhadap ketepatan penentuan diagnosis berdasarkan pengkajian yang
sudah dilakukan, sehingga waktu tidak tersita untuk membuat penulisan renpra yang
tidak diperlukan.
2. MPKP (Model Praktik Keperawatan Profesional)
a. Pengertian
MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses, dan nilai-nilai profesional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Sitorus& Panjaitan,
2011).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses
dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan.
Unsur struktur yang harus disiapkan untuk dapat melaksanakan MPKP, yaitu:
1) Menetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan
derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah tenaga keperawatan menjadi penting
karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan,
maka tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan yang
seharusnya dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan. Akibatnya perawat hanya
melakukan tindakan kolaboratif dan tidak sempat melakukan tindakan terapi
keperawatan, observasi, dan pemberian pendidikan kesehatan.
2) Menetapkan jenis tenaga keperawatan di ruang rawat, yaitu Kepala Ruang, Perawat
Primer dan perawat Asosiate, sehingga peran dan fungsi masing-masing tenaga
sesuai dengan kemampuannya dan terdapat tanggungjawab yang jelas dalam sistem
pemberian asuhan keperawatan.
3) Menyusun standar rencana keperawatan. Dengan standar renpra, maka PP hanya
melakukan validasi terhadap ketepatan penentuan diagnosis berdasarkan pengkajian
yang sudah dilakukan, sehingga waktu tidak tersita untuk membuat penulisan renpra
yang tidak diperlukan.
b. Jenis-jenis MPKP
1) MPKP Transisi
MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada berlatar belakang pendidikan D3,
namun kepala ruangan dan ketua timnya dari D3 keperawatan.
2) MPKP Pemula
MPKP dasar yang semua tenaga perawatnya minimal D3 Keperawatan.
3) MPKP Profesional
MPKP Profesional dibagi 3 tingkatan yaitu:
a) MPKP I
MPKP yang tenaga perawat pelaksananya minimal D3 Keperawatan, tetapi kepala
ruangan (karu) dan ketua tim (katim) mempunyai pendidikan minimal S1
Keperawatan.
b) MPKP II
MPKP intermediate dengan tenaga minimal D3 Keperawatan dan mayoritas
Sarjana Ners Keperawatan, sudah memiliki tenanga spesialis Keperawatan Jiwa.
c) MPKP III
MPKP advance yang semua tenaga minimal Sarjana Ners Keperawatan, sudah
memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa dan dokter keperawatan yang bekerja
di area keperawatan jiwa (Nursalam, 2011).
c. Peran dan Tanggung Jawab MPKP
1) Peran Kepala Ruangan (Karu)
a) Sebelum melakukan sharing dan operan pagi, karu melakukan ronde keperawatan
kepada pasien yang dirawat, meliputi : menanyakan keadaan pasien dan
kebutuhannya serta mengobservasi keadaan infuse, tetesan infus dan bila ada obat
yang belum diminum oleh pasien segera diberikan dengan memberikan motivasi
kepada pasien tentang kegunaan obat.
b) Memimpin sharing pagi
c) Memimpin operanpagi
d) Memastikan pembagian tugas perawat yang telah dibuat oleh kepala tim dalam
pemberian asuhan keperawatan pada hari itu.
e) Memastikan seluruh pelayanan pasien terpenuhi dengan baik, meliputi: pengisian
askep, visite dokter (advise), pemeriksaan penunjang (hasil lab), dll
f) Memastikan ketersediaan fasilitas dan sarana sesuai dengan kebutuhan.
g) Mengelola dan menjelaskan komplain dan konflik yang terjadi di area tanggung
jawabnya.
h) Melaporkan kejadian luar biasa kepada manajer.
2) Peran penanggung jawab shif (PJ Shif)
a) Tugas Utama: Menggantikan fungsi pengatur pada saat shift sore/malam dan hari
libur.
b) Memimpin kegiatan operan shift sore-malam.
c) Memastikan PP melaksanakan follow up pasien tanggung jawabnya.
d) Memastikan seluruh PA melaksanakan Askep sesuai rencana yang telah dibuat
PP.
e) Mengatasi permasalahan yang terjadi diruang perawatan.
f) Membuat laporan kejadian kepada pengatur ruangan.
3) Peran Perawat Pelaksana (PP) & Perawat Asosiet (PA)
a) Tugas Utama:Mengidentifikasi seluruh kebutuhan perawatan pasien yang menjadi
tanggung jawabnya, merencanakan asuhan keperawatan, melaksanakan tindakan
keperawatan dan melakukan evaluasi (follow up) perkembangan pasien.
b) Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh PA.
c) Memastikan seluruh tindakan keperawatan sesuai dengan rencana.
d. Macam-macamMetode MPKP
1) Metode Fungsional
Sistem tugas di sini mengacu pada ilmu managemen yang diterapkan pada bidang
administrasi bisnis, yang berfokus pada tugas/pekerjaan yang harus diselesaikan.
Dalam pendekatan yang berorientasi pada tugas ini, tenaga dengan latar belakang
pendidikan kurang melakukan tugas yang lebih ringan atau tidak kompleks
dibandingkan dengan perawat profesional. Model ini dibutuhkan pembagian tugas
(job descriptions), prosedur, kebijakan dan alur komunikasi yang jelas. Metode ini
cukup ekonomis dan efisien serta mengarahkan pemusatan pengendalian. Kelemahan
dari metode ini adalah munculnya fragmentasi keperawatan di mana pasien
menerima perawatan dari berbagai kategori tenaga keperawatan (Nursalam,
2012).Merupakan pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan
kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Setiap perawat
hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya merawat luka dan injeksi) untuk
semua klien yang ada pada unit perawatan tersebut. Kepala ruangan bertanggung
jawab dalam pembagian tugas tersebut dan menerima laporan tentang semua klien
dan menjawab semua pertanyaan tentang klien (Nursalam, 2012).
Contoh : Perawat A tugasnya menyuntik, perawat B tugasnyamengukur suhu badan
klien. Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua klien
yang ada di unit tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas
tersebut dan menerima laporan tentang semua klien serta menjawab semua
pertanyaan tentang klien.
a. Kelebihan:
1) Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu,
2) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas,
3) Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk suatu tugas yang sederhana.
4) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang
praktek untuk keterampilan tertentu.
5) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas, dan
pengawasan yang baik.
b. Kekurangan:
1) Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau tidak total sehingga proses keperawatan
sulit dilakukan.
2) Apabila pekerjaaan selesai cederung perawat meninggalkan klien dan melakukan
tugas non keperawatan.
3) Tidak memberikan kepuasan pada klien maupun perawat.
4) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja.
5) Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai dan sulit diidentifikasikan kontribusinya
terhadap pelayanan klien.

Pembagian Tugas Metode Fungsional

Kepala Ruangan

Perawat: Perawat: Perawat: Perawat:


Pengobatan Perawatan luka Pengobatan Perawatan luka

Pasien
(Sumber: Marquis & Huston, 1998 dalam Nursalam 2011)

2) Metode Tim (Nursalam, 2012)


Metode ini dirancang oleh Eleanor Lambertson pada tahun 1950-an yang digunakan
untuk mengatasi fragmentasi dari metode orientasi pada tugas dan memenuhi
peningkatan tuntutan kebutuhan perawat profesional yang muncul karena kemajuan
teknologi kesehatan dan perawat. Tim keperawatanmerupakan pemberian asuhan
keperawatan pada setiap klien oleh tim keperawatan yang dipimpin oleh perawat
profesional.
a) Tim keperawatan terdiri dari perawat profesional (registered nurses), perawat
praktis yang mendapat ijin, dan sering pembantu perawat. Indonesia suatu tim
keperawatan dapat disusun dan terdiri dari perawat sarjana atau perawat diploma
sebagai ketua tim, perawat lulusan D3 sebagai anggota dan dibantu pekerja
kesehatan atau pembantu perawat. Tim bertanggung jawab dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada sejumlah pasien selama 8 atau 12 jam. Metode ini
lebih menekankan segi manusiawi pasien dan para perawat anggota dimotivasi
untuk belajar. Hal pokok yang harus ada pada metode tim keperawatan adalah
konferensi tim yang dipimpin ketua tim, rencana keperawatan dan ketera
Keuntungan
1) Menungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3) Memungkinkan antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi
kepuasan kepada anggota tim.
b) Kelemahan
Komunikasi antara anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim,
yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada
waktu-waktu sibuk.
c) Konsep Metode Tim
1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan.
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana terjamin.
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
4) Peran kepala ruangan penting dalam metode ini.
d) Tanggung Jawab Ketua Tim
1) Membuat perencanaan.
2) Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi.
3) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan
pasien.
e) Tanggung Jawab Anggota Tim
1) Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dibawah tanggung jawabnya.
2) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim.
3) Memberikan laporan.
4) Mengembangkan kemampuan anggota.
5) Menyelenggarakan konferensi.
f) Tanggung Jawab Kepala Ruangan
1) Perencanaan
a) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas diruangan masing-masing.
b) Mengikuti serah terima pasien pada waktu penggantian shift.
c) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan bersama ketua tim.
d) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
e) Mengikuti visite dokter.
f) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan.
g) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.
h) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah.
i) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan pelatihan diri.
j) Membantu membimbing peserta didik keperawatan.
k) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.
2) Pengorganisasian
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b) Merumuskan tujuan metode penugasan.
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas.
d) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan,
e) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek.
f) Mendelegasikan tugas kepada ketua tim saat kepala ruangan tidak berada di
tempat.
g) Memberikan wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi
pasien.
h) Mengidentifikasi masalah dan cara penyelesaiannya.
3) Pengarahan
a) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
b) Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan
baik.
c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap.
d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan
asuhan keperawatan pasien.
e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya.
g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
4) Pengawasan
a) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua
tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien.
b) Melalui supervisi: pengawasan langsung melalui inspeksi dan pengawasan
tidak langsung dengan mengecek daftar hadir ketua tim.
5) Evaluasi
a) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.
b) Audit keperawatan.
Pembagian Tugas Metode Tim

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Anggota Tim Anggota Tim Anggota Tim

Pasien Pasien Pasien

(Sumber: Marquis dan Huston, 1998 dalam Nursalam 2011)

3) Metode Kasus
Juga disebut sebagai perawatan total (total care) yang merupakan modal paling awal.
Ini merupakan metode client centered, di mana seorang perawat bertanggung jawab
untuk memberikan perawatan pada sejumlah pasien dalam waktu 8 atau 12 jam
setiap shift. Pegawai tersebut mengkaji, menyusun diagnosa, membuat rencana,
melakukan tindakan dan evaluasi pada setiap pasien. Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda pada setiap pergantian shift (jaga). Metode ini banyak dipakai
pada keadaan kurang tenaga perawat. Untuk memenuhi kekurangan perawat, para
manager sering merekrut lebih banyak perawat dengan latar belakang persiapan
pendidikan kurang daripada perawat professional(Nursalam, 2012).
a) Keuntungan
1) Perawat lebih memahami kasus perkasus.
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
b) Kerugian
1) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab.
2) Selanjutnya perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan
dasar yang sama.

Pembagian Tugas Manejemen Kasus

Kepala Ruangan

Staf Perawat Staf perawat


Staf perawat

Pasien Pasien
Pasien

(Sumber: Marquis dan Huston, 1998 dalam Nursalam 2011)

4) Metode Perawat Primer


Metode ini pertama kali diperkenalkan di Inggris oleh Lydia Hall (1963). Ini
merupakan sistem di mana seorang perawat bertanggung jawab selama 24 jam sehari,
7 hari per minggu. Ini merupakan metode yang memberikan perawatan secara
komprehensif, individual dan konsisten. Metode keperawatan primer membutuhkan
pengetahuan keperawatan dan ketrampilan manajemen(Nursalam, 2012).
Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan
pasien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana keperawat-
an, dan mengevaluasi keefektivitasan perawatan. Sementara perawat yang lain
menjalankan tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasi perawatan dan
menginformasikan tentang kesehatan pasien kepada perawat atau tenaga kesehatan
lainnya. Keperawatan primer melibatkan semua aspek peran profesional, termasuk
pendidikan kesehatan, advokasi, pembuatan keputusan, dan kesinambungan
perawatan. Perawat primer merupakan manager garis terdepan bagi perawatan pasien
dengan segala akuntabilitas dan tanggung jawab yangmenyertainya(Nursalam, 2012).
a) Keuntungan
1) Model praktek profesional dapat dilakukan atau diterapkan.
2) Memungkinkan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan
kontinuitas.
3) Memungkinkan penerapan asuhan keperawatan.
4) Memberi kepuasan pada klien dan keluarga dalam menerima asuhan
keperawatan.
5) Perawat mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan
pengembangan diri.
6) Klien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu.
7) Asuhan yang diberikan bermutu dan tercapai pelayanan yang efektif
terhadappengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.
b) Kerugian
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
2) Biaya relatif lebih tinggi dibanding dengan metode lain.
c) Konsep Dasar Metode Primer
1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
2) Ada otonomi.
3) Ketertiban klien dan keluarga
Pembagian Tugas Metode Primer

Tim medis Karu Sarana RS

Perawat Primer

Pasien/Klien

Perawat Perawat Pelaksana


Pelaksana Perawat Jika Diperlukan
Evening Pelaksana Days
Night

(Sumber: Marquis dan Huston, 1998 dalam Nursalam 2011)

5) Model Modular (Arwani, 2012)


Model modular adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat profesional dan non profesional (terampil) untuk sekelompok
klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang disebut tanggung jawab total atau
keseluruhan. Metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan, terampil dan
memiliki kemampuan kepemimpinan. Idealnya 2-3 perawat untuk 8-12 klien.
Keunggulan dan kekurangan metode ini sampai dengan gabungan antara metode tim
dan metode perawatan primer. Metode keperawatan moduler adalah suatu variasi
dari metode keperawatan primer. Metode ini merupakan gabungan antara metode tim
dengan metode primer. Metode ini sama dengan metode tim karena baik perawat
profesional maupun non-profesional bekerja bersama dalam memberikan asuhan
keperawatan dibawah kepemimpinan seorang perawat profesional. Disamping itu,
dikatakan memiliki kesamaan dengan metode keperawatan primer karena dua atau
tiga orang perawat bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien sejak masuk
dalam perawatan hingga pulang, bahkan sampai dengan waktufollow up care. Dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode keperawatan
moduler, satu tim yang terdiri dari 2 hingga 3 perawat memiliki tanggung jawab
penuh pada sekelompok pasien berkisar 8-12 orang. Hal ini tentu saja dengan suatu
persyaratan peralatan yang dibutuhkan dalam perawatan cukup memadai. Sekalipun
di dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode ini
dilakukan oleh dua hingga tiga perawat, tanggung jawab yang paling besar tetap ada
pada perawat profesional. Perawat profesional juga memiliki kewajiban untuk
membimbing dan melatih non-profesional. Apabila perawat profesional sebagai
ketua tim dalam keperawatan modular ini tidak masuk, tugas dan tanggung jawab
dapat digantikan oleh perawat profesional lainnya yang berperan sebagai ketua tim.
Peran perawat kepala ruang diarahkan dalam hal membuat jadwal dinas dengan
mempertimbangkan kecocokan untuk bekerja sama, dan berperan sebagai fasilitator,
pembimbing serta memotivator. Keuntungan Model Modular diantaranya
memfasilitasi pelayanan keperawtan yang komprehensif dan holistic dengan
pertanggung jawaban yang jelas, memungkinkan pencapaian proses keperawatan,
konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat ditekan melalui rapat tim, cara ini
efektif untuk belajar, memberi kepuasaan anggota tim dalam hubungan interpersonal,
memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda dengan
aman dan efektif, produktif karena kerjasama, komunikasi dan moral, model praktek
keperawatan professional dapat dilakukan atau diterapkan, memberikan kepuasan
kerja bagi perawat, memberikan kepuasan bagi pasien dan keluarga yang menerima
asuhan keperawatan, lebih mencerminkan otonomi, menurunkan dana perawat.
Tabel 2.1 Peran dari Pembagian Tugas Modifikasi Tim Primer
Kepala Perawat Perawat primer Perawat Associate
1. Menerima klien. 1. Membuat perencanaan 1. Memberikan asuhan
2. Memimpin rapat. asuhan keperawatan. keperawatan.
3. Evaluasi kinerja 2. Mengadakan tindakan 2. Mengikuti timbang
perawat. kolaborasi. terima.
4. Membuat daftar 3. Memimpin timbang terima. 3. Melaksanakan tugas
dinas. 4. Mendelegasikan tugas. yang didelegasikan.
5. Menyediakan 5. Memimpin ronde 4. Mendokumentasikan
material. keperawatan. tindakan.
6. Perencanaan, 6. Evaluasi pemberian asuhan 5. Melaporkan asuhan
pengawasan, dan keperawatan. keperawatan yang
pengarahan. 7. Bertanggung jawab terhadap dilaksanakan.
klien
8. Memberi petunjuk jika klien
akan pulang
9. Mengisi resume keperawatan

Pembagian Tugas Modifikasi Tim Primer


Kepala Ruangan

Perawat Primer Perawat Primer Perawat Primer

3 Perawat Associate 3 Perawat Associate 3 Perawat


Associate

7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien

(Sumber: Marquis dan Huston, 1998 dalam Nursalam 2011)

D. SWOT Analisis
1. Pengertian analisis SWOT
Analisis SWOT adalah indentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi perusahaan. Analisisi ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(strength) dan peluang (oppurtunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). SWOT merupakan singkatan dari strength
(kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang) dan threats (ancaman). Pendekatan
ini mencoba menyeimbangkan kekuatan dan kelemahan internal organisasi dengan peluang
dan ancaman lingkungan eksternal organisasi. Pendekatan ini mencoba menyeimbangkan
kekuatan dankelemahan internal organisasidengan peluang dan ancaman lingkungan eksternal
organisasi (Nursalam 2011).
a. Kekuatan (strength) adalah suatu kondisi di mana organisasi mampu melakukan semua
tugasnya secara sangat baik (diatas rata-rata industri).
b. Kelemahan (weakness) adalah kondisi di mana organisasi kurang mampu melaksanakan
tugasnya dengan baik di karenakan sarana dan prasarananya kurang mencukupi.
c. Peluang (opportunity) adalah suatu potensi bisnis menguntungkan yang dapat diraih oleh
organisasi yang masih belum di kuasai oleh pihak pesaing dan masih belum tersentuh oleh
pihak manapun.
d. Ancaman (threats) adalah suatu potensi yang datang dari luar yang dapat menjadi ancaman
bagi suatu oranisasi.

2. Tujuan Analisis SWOT


Analisis SWOT dapat pula digunakan untuk berbagai keperluan. Analisis SWOT dapat
digunakan untuk berbagai tujuan antara lain :
a. Apabila analisis tersebut dimaksudkan untuk menilai data dan informasi guna keperluan
penyusunan rencana strategi untuk keseluruhan perusahaan (corporate level strategic
planning) maka data dan informasi yang dinilai adalah data dan informasi yang mencakup
keseluruhan perusahaan. Demikian pula halnya dengan asumsi-asumsi yang disusun. Hasil
analisis SWOT untuk tujuan ini adalah memberikan gambaran posisi suatu perusahaan
yang menggambarkan strengths dan weaknesess perusahaan secara keseluruhan atau
SWOT overal (analisis SWOT dengan tujuan inilah yang dapat digunakan sebagai tools di
dalam melakukan audit pemasaran).
b. Sedangkan apabila analisis SWOT dimaksudkan untuk tujuan menilai data dan informasi
suatu Strategi Business Unit (SBU) (strengths dan weaknesess SBU) maka analisis SWOT
dimaksudkan sebagai analisis dalam rangka penyusunan rencana strategis suatu SBU.
c. Analisis SWOT dapat juga ditujukan untuk penyusunan rencana operasional atau program
kerja fungsional. Karenanya, analisis untuk tujuan ini disebut pula dengan analisis SWOT
fungsional. Dalam analisis SWOT fungsional, data dan informasi intern yang dianalisis
adalah data dan informasi yang berasal dari suatu bidang kegiatan tertentu atau bidang unit
kerja tertentu. Sedangkan data eksteren adalah data yang relevan dengan bidang kerja yang
bersangkutan. Bidang-bidang tersebut dapat berupa bidang pemasaran, keuangan, logistik,
dan lain sebagainya. Tentunya hasil analisis SWOT ini dapat pula menghasilkan rencana
tujuan-tujuan, sasaran-sasaran serta strategi bidang kerja yang bersangkutan.
3. Matriks SWOT
Matriks SWOT memerlukan key success factordari lingkungan eksternal dan internal dengan
jadgementyang baik. Ada 4 strategi SO, Strategi SO, Strategi WO, Srtategi ST, dan Strategi
WT dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Strategi SO (Strengths-Oppotunies) adalah menggunakan kekuatan internal perusahaan
untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar perusahaan.
b. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities) adalah strategi yang bertujuan untuk
memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang-
peluang eksternal.
c. Strategi ST (Strength-Threats) adalah strategi perusahaan untuk menghindari atau
mengurangi dampak dari ancaman-ancama eksternal.
d. Strategi WT (Weaknesses-Threats) adalah strategi untuk bertahan dengan cara mengurangi
kelemahan internal serta menghidari ancaman
Tabel 2.2 Matriks SWOT
Internal Streghts-S Weakness –W
Catatalah kekuatan- Catatlah kelemahan-
kekuatan internal kelemahan internal
Eksternal perusahaan perusahaan
Opportunities-O Strategi SO Strategi WO
Catatlah peluang- Daftar kekuatan untuk Daftar untuk
peluang eksternal meraih keuntungan dari memperkecil kelemahan
yang ada peluang yang ada dengan memanfaatkan
keuntungan dari peluang
yang ada

Threats-T Straregi ST Strategi WT


Catatlah ancaman- Daftar kekuatan untuk Daftar untuk
ancaman ekternal menghindari ancaman memperkecil kelemahan
yang ada dan menghindari
ancaman.

4. Diagram kartesius
Diagram Kartesius adalah suatu bangunan yang terdiri atas 4 bagian yang dibatasi oleh dua
garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik X dan Y. Titik X merupakan rata-rata dari
skor tingkat pelaksanaan/kinerja, sedangkan titik Y merupakan rata-rata skor tingkat
harapan/kepentingan.
Pada bidang koordinat, biasanya disepakati aturan sebagai berikut:
a. Sumbu-sumbu koordinat diambil yang tegak lurus satu sama lain
b. Sumbu x adalah garis mendatar (horisontal) dengan koordinat positif arah kanan dari titik
pusat, dan sumbu y adalah garis vertikal dengan koordinat positif ke arah atas dari titik
pusat koordinat.
c. Digunakan skala yang sama pada kedua sumbu koordinat.
Sumbu-sumbu koordinat memisahkan bidang ke dalam empat daerah, yang disebut
kuadran.Biasanya kuadran diidentifikasi dengan angka romawi sebagaimana ditunjukkan
dalam gambar. Titik-titik pada sumbu-sumbu koordinat tidak masuk pada sembarang
kuadran. Urutan tanda dari absis dan ordinat (x, y) ditunjukkan dalam gambar.

Kuadran II Kuadran I

Kuadran III Kuadran IV


E. Matriks EFE dan IFE
a. Matriks EFE
Untuk menyimpulkan dan mengevaluasi hal-hal yang menyangkut peluang dan ancaman
yang ada dalam lingkungan eksternal, digunakan matriks External Faktor Evaluation
(EFE). Tahapan kerja dari matriks EFE adalah sebagai berikut:
1) Identifikasi faktor eksternal (critical success faktor) yang mempunyai dampak penting
pada kesuksesan dan kegagalan usaha yang mencakup perihal peluang dan tantangan.
2) Buat pembobotan (weight) untuk setiap faktor antara 0,0 bila tidak penting dan 1,0 bila
semua penting. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0.
3) Buat nilai atau rating setiap critical success faktor antara 1 samapai 4, dengan arti nilai
sebagai berikut:
1 = Di bawah rata-rata
2 = Rata-rata
3 = Di atas rata-rata
4 = Sangat bagus
Rating ditentukan berdasarkan efektivitas strategi perusahaan, dengan demikian nilainya
didasarkan pada kondisi perusahaan.
1) Kalikan bobot dan rating untuk menentukan skor bobot setiap faktor.
2) Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi perusahaan yang dinilai.
Skor total 4,0 mengindikasikan bahwa perusahaan merespons dengan cara yang luar
biasa terhadap peluang-peluang yang ada dan menghindari ancaman-ancaman
dipasar industrinya. Sementara skor total sebesar 1,0 menunjukkan bahwa
perusahaan tidak memanfaatkan peluang-peluang yang ada atau tidak menghindari
ancaman-ancaman eksternal.
b. Matriks IFE
Untuk mengevaluasi faktor-faktor internal perusahaan yang berkaitan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dianggap penting, digunakan matriks Internal Factor Evaluation (IPE).
Penilaian intuitif diperlukan dalam mengembangkan matriks IIFE, jadi penampilan dari
pendekatan ilmiah tidak harus diinterpretasikan, berarti ini merupakan teknik yang amat
ampuh, pemahaman mendalam mengenai faktor-faktor yang dimasukkan lebih penting dari
pada angkanya sendiri.Tahapan kerja matriks IFE pada prinsipnya sama dengan matriks
EFE, tahapan kerja matriks IFE adalah sebagai berikut :
1) Buatlah daftar critical success factor untuk aspek internal kekuatan (strengths) dan
kelemahan (weaknesses).
2) Tentukan bobot (weight) dari critical success factor tadi dengan skala yang lebih tinggi
untuk yang berprestasi tinggi dan begitu pula sebaliknya. Jumlah seluruh bobot harus
sebesar 1,0. Nilai bobot dicari dan dihitung berdasarkan rata-rata industrinya.
3) Beri rating (nilai) 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor yang memiliki arti:
1 = Kelemahan utama (major weaknesses)
2 = Kelemahan kecil (minor weaknesses)
3 = Kekuatan kecil (minor strengths)
4= Kekuatan utama (major strengths)
Rating ditentukan berdasarkan efektivitas strategi perusahaan, dengan demikian nilainya
didasarkan pada kondisi perusahaan.
1) Kalikan antara bobot dan rating dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai
skornya.
2) Jumlahnya semua skor untuk mendapatkan skor total bagi perusahaan yang dinilai.
Nilai rata-rata adalah 2,5. Jika nilainya dibawah 2,5 menandakan bahwa secara
internal, perusahaan adalah lemah. Sedangkan nilai yang berada diatas 2,5
menunjukkan posisi internal yang kuat. Jumlah faktor-faktor tidak berdampak pada
jumlah bobot karena ia selalu berjumlah 1,0.
F. Fish Bone Analisa
1. Pengertian Fish Bone
Fishbone diagram atau yang disebut sebagai “diagram tulang ikan” adalah alat yang
sistematis menampilkan keadaan dengan melihat efek dan sebab-sebabnya yang
membuat/berkontribusi pada efek tersebut. Melihat dari definisi tersebut biasanya fishbone
diagram disebut juga sebagai cause-and-effect diagram. Secara umum gambar diagram
tersebut terlihat sama seperti kerangka dari seekor ikan. Analisa tulang ikan dipakai jika ada
perlu untuk mengkategorikan berbagai sebab potensial dari satu masalah atau pokok persoalan
dengan cara yang mudah dimengerti dan rapi. Juga alat ini membantu kita dalam menganalisis
apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses, yaitu dengan cara memecah proses menjadi
sejumlah kategori yang berkaitan dengan proses, mencakup manusia, material, mesin,
prosedur, kebijakan dan sebagainya.
Manfaat yang didapat dari penggunaan Fishbone Diagram :
a. Untuk mempelajari masalah/ issue dan menentukan akar penyebabnya
b. Menemukan semua kemungkinan alasan mengapa suatu proses mulai mengalami kesulitan,
masalah, bahkan kegagalan
c. Mengidentifikasi area dalam pengumpulan data
d. Mengetahui mengapa sebuah proses tidak bekerja dengan baik atau hasil produksi yang
diinginkan.
2. Langkah-Langkah Penerapan
Langkah-langkah penerapan pada diagram fishbone(Marquis, L. Bessie dan Carol J. Huston,
2009)yaitu :
a. Langkah 1: Menyiapkan sesi Analisa Tulang Ikan
1) Analisa Tulang Ikan kemungkinan akan menghabiskan waktu 50-60 menit.
2) Peserta dibagi dalam kelompok, maksimum 6 orang per kelompok.
3) Dengan menggunakan alat curah pendapat memilih pelayanan atau komponen
pelayanan yang akan dianalisa.
4) Siapkan kartu dan kertas flipchart untuk setiap kelompok.
5) Buatlah gambar pada flipchart berdasarkan contoh dibawah ini.
6) Tentukan seorang Pencatat. Tugas Pencatat adalah mengisi diagram tulang ikan.
b. Langkah 2: Mengidentifikasi akibat atau masalah
Akibat atau masalah yang akan ditangani tulislah pada kotak sebelah paling kanan diagram
tulang ikan. Misalnya Laporan Anggaran Akhir bulan terlambat.
c. Langkah 3: Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama
1) Dari garis horizontal utama, ada empat garis diagonal yang menjadi "cabang". Setiap
cabang mewakili "sebab utama" dari masalah yang ditulis.
2) Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga masuk akal
dengan situasi. Kategori-kategori ini bisa diringkas seperti :
a) Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia, Mesin, Materi, Pengukuran.
b) Metode, Mesin, Material, Manusia (4M)
c) Tempat (Place), Prosedur (Procedure), Manusia (People), Kebijakan (Policy) - (4P)
d) Lingkungan (Surrounding), Pemasok (Supplier), Sistem (System), Keterampilan
(Skill) - (4S).
Kategori tersebut hanya sebagai saran; bisa menggunakan kategori lain yang dapat
membantu mengatur gagasan-gagasan. Sebaiknya tidak ada lebih dari 6 kotak.
d. Langkah 4: Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran
1) Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan dengan menggunakan
curah pendapat.
2) Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama dimana sebab tersebut harus
ditempatkan dalam Diagram tulang ikan. (yaitu, tentukan di bawah kategori yang mana
gagasan tersebut harus ditempatkan. Misalnya di kategori mesin).
3) Sebab-sebab ditulis pada garis horizontal sehingga banyak "tulang" kecil keluar dari
garis horizontal utama.
4) Suatu sebab bisa ditulis dibawah lebih dari satu kategori sebab utama (misalnya,
menerima data yang terlambat bisa diletakkan dibawah manusia dan sistem).
e. Langkah 5: Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama
Setelah setiap kategori diisi carilah sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu kategori.
Sebab - sebab inilah yang merupakan petunjuk "sebab yang tampaknya paling mungkin "
lingkarilah sebab yang tampaknya paling memungkin pada diagram. Catat jawabannya
pada kertas flipchart terpisah.
f. Langkah 6: Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin
1) Diantara semua sebab-sebab, harus dicari sebab yang paling mungkin.
2) Kaji kembali sebab-sebab yang telah didaftarkan (sebab yang tampaknya paling
memungkinkan) dan tanyakan , "Mengapa ini sebabnya?"
3) Pertanyaan "Mengapa?" akan membantu Anda sampai pada sebab pokok dari
permasalahan teridentifikasi.
4) Tanyakan "Mengapa?" sampai saat pertanyaan itu tidak bisa dijawab lagi. Kalau sudah
sampai kesitu sebab pokok telah teridentifikasi.
G. Dokumentasi Keperawatan
1. Pengertian
Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang memuat seluruh data yang dibutuhkan untuk
menentukan diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan, dan
penilaian keperawatan yang disusun secara sistematis, valid, dan dapat dipertanggungjawabkan
secara moral dan hukum (Ali, 2009).Menurut Asmadi (2008) dokumentasi merupakan pernyataan
tentang kejadian atau aktivitas yang otentik dengan membuat catatan tertulis.Dokumentasi
keperawatan berisi hasil aktivitas keperawatan yang dilakukan perawat terhadap klien, mulai dari
pengkajian hingga evaluasi.
2. Tujuan Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Menurut Ali (2010)ada beberapa tujuan dokumentasi asuhan keperawatan yaitu:
 Menghindari kesalahan, tumpang tindih, dan ketidaklengkapan informasi dalam asuhan
keperawatan.
 Terbinanya koordinasi yang baik dan dinamis antara sesama atau dengan pihak lain melalui
dokumentasi keperawatan yang efektif.
 Meningkatkan efisiensi dan efektivitas tenaga keperawatan.
 Terjaminnya kualitas asuhan keperawatan.
 Tersedianya perawat dari suatu keadaan yang memerlukan penanganan secara hukum.
 Tersedianya data-data dalam penyelenggaraan penelitian karya ilmiah, pendidikan, dan
penyusun/penyempurnaan standar asuhan keperawatan.
 Melindungi klien dari tindakan malpraktek.

3. Model Dokumentasi Keperawatan


Dokumentasi keperawatan merupakan dokumentasi yang legal bagi profesi keperawatan.Oleh
karena itu, dokumentasi keperawatan harus memenuhi standar yang telah ditentukan (Ali, 2009).
Komisi Gabungan Akreditasi Organisasi Pelayanan Kesehatan (JCAHO) merekomendasikan
standar dokumentasi keperawatan yang meliputi:
 Pengkajian awal dan pengkajian ulang.
 Diagnosis keperawatan dan kebutuhan asuhan keperawatan klien.
 Rencana tindakan asuhan keperawatan
 Tindakan asuhan keperawatan yang diberikan atas respon klien.
 Hasil dari asuhan keperawatan dan kemampuan untuk tindak lanjut asuhan keperawatan
setelah klien dipulangkan.
4. Standar Asuhan Keperawatan
Standar asuhan keperawatan adalah pedoman terperinci yang menunjukan perawatan yang
diprediksi dan diidentifikasi dalam situasi yang spesifik.Standar asuhan keperawatan harus
menunjukan asuhan yang menjadi tanggung jawab perawat dalam pemberiannya, dan bukan
tingkat ideal asuhan. Standar asuhan keperawatan mengacu kepada tahapan proses keperawatan
yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Ali,
2009).
Ali (2009) menjelaskan tentang standar asuhan keperawatan dari Departemen Kesehatan RI
dengan SK Dirjen Pelayanan Medik No. YM.00.03.2.6.7637 tentang pemberlakuan standar
asuhan keperawatan di rumah sakit, yaitu:
a. Standar I: Pengkajian Keperawatan
Tahapan pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh,
akurat, singkat dan berkesinambungan.Data dapat diperoleh melalui anamnesa, observasi, dan
pemeriksaan penunjang dan kemudian didokumetasikan.
b. Standar II: Diagnosis Keperawatan
Tahapan ini perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa keperawatan,
adapun kriteria proses yaitu:
a) Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah, perumusan
diagnosa keperawatan
b) Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (p), penyebab (E), dan tanda/gejala (S), atau
terdiri dari masalah dan penyebab (P, E).
c) Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya untuk memvalidasi diagnosa
keperawatan.
d) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru.

c. Standar III: Perencanaan Keperawatan


Tahapan ini perawat merencanakan suatu tindakan keperawatan agar dalam melakukan
perawatan terhadap pasien efektif dan efisien
d. Standar IV: Implementasi
Tahapan ini perawat mencari inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik.Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan pada
nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup
peningkatankesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
e. Standar V: Evaluasi
Tahapan ini perawat melakukan tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai.
5. Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Dokumentasi merupakan komunikasi secara tertulis sehingga perawat dituntut untuk dapat
mendokumentasikan secara benar (Handayaningsih, 2007).Perawat memerlukan standar
dokumentasi sebagai petunjuk dan arah dalam pemeliharaan pencatatan/dokumentasi kegiatan
serta petunjuk dalam membuat pola/format pencatatan yang tepat.Dokumentasi yang baik harus
mengikuti karakteristik standar keperawatan (Ali, 2009).Standar dokumentasi adalah suatu
pernyataan tentang kualitas dan kuantitas dokumentasi yang dipertimbangkan secara adekuat
dalam suatu situasi tertentu.Dengan adanya standar bahwa adanya suatu ukuran terhadap kualitas
dokumentasi keperawatan (Martini, 2007).
North American Nursing Diagnosis Association(NANDA) juga merupakan salah satu sistem
klasifikasi keperawatan yang terstandarisasi, sebagai sistem klasifikasi untuk proses analisis
dan penyajian akhir data pengkajian dan identifikasi masalah pasien. Penggunaan sistem
klasifikasi akan memudahkan perencanaan dan intervensi untuk membantu pasien mengatasi
masalah penyakitnya dan memperoleh kembali status kesehatan dan aktivitasnya yang
normal. Sistem klasifikasi yang juga telah dikembangkan dalam keperawatan adalah Nursing
Intervention Classification (NIC) dan Nursing Outcome Classification (NOC) (Aprisunadi, 2011).
Nursing Outcome Classification (NOC) adalah standarisasi penggolongan kriteria hasil dari
pasien yang menyeluruh untuk mengevaluasi efek dari intervensi keperawatan. Hasil NOC
merupakan konsep netral yang merefleksikan pernyataan atau perilaku pasien (ingatan atau
memori, koping,dan istirahat) (Wilkinson, 2011). NOC merupakan salah satu bahasa standar
yang diakui oleh America Nursing Association (ANA). Sebagai bahasa yang diakui memenuhi
standar pedoman yang ditetapkan oleh bahasa Informasi Keperawatan ANA dan Data Set
Evaluasi Pusat (NIDSEC) untuk vendor sistem informasi. NOC termasuk dalam Perpustakaan
Nasional Metathesaurus Kedokteran Ahli Bahasa Medis Bersatu dan Indeks Kumulatif untuk
Sastra Keperawatan (CINAHL) dan telah disetujui untuk digunakan oleh Kesehatan Tingkat 7
Terminologi (HL7) (Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2013). Manfaat standarisasi bahasa
NOC dalam Keperawatan menurut (Moorhead, 2013) adalah:
a) Memberikan label-label dan ukuran-ukuran untuk kriteria hasil yang komprehensif. Sebagai
hasil dari intervensi keperawatan.
b) Mendefenisikan kriteria hasil yang berfokus pada pasien dan dapat digunakan perawat-
perawat dan disiplin ilmu lain.
c) Memberikan informasi kriteria hasil yang lebih spesifik dari status kesehatan yang umum. Ini
memberikan secara langsung untuk mengidentifikasi masalah ketika ukuran status kesehatan
umum diluar rentang yang dapat diterima.
d) Memberikan kriteria hasil yang cepat penerimaan sepanjang rentang kriteria hasil yang
memberikan informasi kuantitatif tentang kriteria hasil pasien yang diterima dalam organisasi
atau sistem manajemen.
e) Memfasilitasi identifikasi pernyataan faktor risiko untuk kelompok populasi. Ini merupakan
langkah yang dibutuhkan dalam pengkajian variasi kriteria hasil.
f) Menggunkan skala untuk mengukur kriteria hasil yang memberikan informasi kuantitatif
tentang kriteria hasil pasien yang diterima dalam organisasi atau sistem manajemen. NIC
adalah suatu standar klasifikasi keperawatan untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari
pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.NIC adalah suatu daftar list
intervensi perawatan menyeluruh, yang dikelompokan berdasarkan label yang diuraikan
pada aktivitas. Aktivitas adalah tindakan atau perlakuan spesifik yang dilakukan untuk
menerapkan suatu intervensi, membantu pasien untuk bergerak kearah aktivitas hasil
(Inayatullah, 2014).
6. Teknik Pencacatan Dokumentasi Keperawatan
a. Naratif
1. Pengertian Naratif
Bentuk naratif adalah pencatatan tradisonal dan masih sering digunakan serta merupakan
sistem pencatatan yang fleksibel.Catatan naratif merupakan dokumentasi berorientasi pada
sumber. Sumber dokumentasi dapat di peroleh dari siapa saja (petugas kesehatan yang
bertanggung jawab untuk memberikan informasi ataupun keluarga pasien sendiri).Setiap
narasumber memberikan hasil observasinya, menggambarkan aktivitas dan evaluasinya yang
berbeda.Cara penulisan ini menggunakan urutan kronologisnya.
2. Kelebihan Naratif
 Pencatatan secara kronologis memudahkan penafsiran secara berurutan dari kejadian
hingga asuhan / tindakan yang dilakukan.
 Memberi kebebasan kepada perawat untuk mencatat menurut gaya yang disukainya.
 Format sederhana dalam mencatat masalah, kejadian perubahan, intervensi, reaksi pasien
dan outcomes.
3. Kelemeahan Naratif
 Cenderung untuk menjadi kumpulan data yang terputus-putus, tumpang tindih dan
sebenarnya catatannya kurang berarti.
 Kadang-kadang sulit mencari informasi tanpa membaca seluruh catatan atau sebagian
besar catatan tersebut.
 Perlu meninjau ulang catatan dari seluruh sumber untuk mengetahui gambaran klinis
pasien secara menyeluruh.
 Dapat membuang waktu karena format yang polos menuntun pertimbangan hati-hati
untuk menentukan informasi yang perlu dicatat setiap pasien.
 Kronologis urutan peristiwa dapat mempersulit interpretasi karena informasi yang
bersangkutan mungkin tidak tercatat pada tempat yang sama.
 Mengikuti perkembangan pasien bisa menyita banyak waktu

b. Flowsheet (Bentuk Grafik)


Flowsheet memungkinkan perawat untuk mencatat hasil observasi atau pengukuran yang
dilakukan secara berkala, termasuk data klinik klien tentang TTV (tekanan darah, nadi,
pernafasan, suhu), berta badan, jumlah intake dan output cairan selama 24 jam serta
pemberian obat. Flowsheet merupakan cara tercepat dan paling efisien untuk mencatat
informasi. Selain itu, tenaga kesehatan akan dengan mudah mengetahui keadaan klien hanya
dengan melihat grafik yang terdapat pada flowsheet. Oleh karena itu, flowsheet lebih sering
digunakan di unit gawat darurat, terutama data fisiologis. Flowsheet sendiri berisi hasil
observasi dan tindakan tertentu.
H. Cuci Tangan
Menurut Perry & Potter (2005), mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling
penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi. Mencuci tangan adalah membasahi tangan
dengan air mengalir untuk menghindari penyakit, agar kuman yang menempel pada tangan
benar-benar hilang. Cuci tangan harus dilakukan dengan baik dan benar sebelum dan sesudah
melakukan tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat pelindung lain. Hal
ini dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan
sehingga penyebaran penyakit dapat dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi.Tangan harus
di cuci sebelum dan sesudah memakai sarung tangan. Cuci tangan tidak dapat digantikan oleh
pemakaian sarung tangan.
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat oleh penderita, ketika penderita dalam
proses asuhan keperawatan di rumah sakit (Darmadi, 2008). Di rumah sakit cuci tangan petugas
merupakan perilaku yang mendasar sekali dalam upaya mencegah cross infection (infeksi
silang), mengingat RS sebagai tempat berkumpulnya segala macam penyakit, baik menular
maupun tidak menular (Utji, 2005). Transmisi penyakit melalui tangan dapat diminimalisasi
dengan menjaga hygiene dari tangan. Pelaksanaan cuci tangan sebagai aplikasi bentuk perilaku
menurut Notoatmodjo (2003) terdiri dari 3 domain yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses didasari oleh pengetahuan,
kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti tanggal 20 Juli 2011 di Ruang
Flamboyan RSUD Ibu Sina Gresik terhadap 9 perawat didapatkan bahwa 6 perawat mempunyai
pengetahuan dan sikap yang baik terhadap pencegahan infeksi nosokomial, sedangkan
pelaksanaan cuci tangan melalui observasi didapatkan 4 perawat melaksanakan cuci tangan
dengan baik. Pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial sangat berpengaruh terhadap
sikap yang ditunjukkan perawat dalam upaya pencegahan secara menyeluruh, sedangkan sikap
tidak mendukung perawat sering ditunjukkan dengan sikap cuek dan mengesampingkan cuci
tangan setelah melaksanakan tindakan keperawatan, karena menganggap tangan tidak kotor
(Martono, 2007)
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien saat proses pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Salah satu cara untuk mencegah infeksi nosokomial dengan
mencuci tangan. Mencuci tangan adalah proses secara mekanis melepaskan kotoran dari
kulit/ tangan menggunakan sabun dan air bersih. Menurut Rita Rahmawati*, Mey
Susanti* dalam penelitiannya tentang “PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT
PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DALAM PELAKSANAAN CUCI TANGAN”
menjelaskan hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat tentang pencegahan infeksi
nosokomial dengan pelaksanaan mencuci tangan. Penelitian ini menggunakan desain cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat di ruang Flamboyan, Gardena, dan
Wijaya Kusuma di RSUD Ibnu Sina Gresik, dengan menggunakan purposive sampling,
diambil 36 responden berdasarkan kriteria inklusi. Data penelitian ini diambil dengan
menggunakan kuesioner dan observasi. Setelah data yang ada ditabulasi kemudiandianalisis
dengan menggunakan uji korelasi rank spearman dengan nilai signifikan α < 0,05.Hasil
penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang
pencegahan infeksi nosokomial dengan mencuci tangan, dengan tingkat signifikan 0,246 (α) >
0,05. Sikap menunjukkan tidak ada hubungan antara sikap perawat tentang pencegahan
infeksi nosokomial dengan mencuci tangan, tingkat signifikan 0,285 (α)> 0,05. Pengetahuan dan
sikap positif perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial diperlukan untuk meningkatkan
pelaksanaan mencuci tangan di ruangan. Jika tujuan itu tercapai, itu bisa mengurangi infeksi
nosokomial di rumah sakit

Tujuan cuci tangan


Menurut Susanti (2008), tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu untuk:
 Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan
 Mencegah infeksi silang
 Menjaga kondisi steril
 Melindungi diri dan pasien dari infeksi
 Memberikan perasaan segar dan bersih
Indikasi cuci tangan
Menurut WHO, ada lima moment cuci tangan, yakni:
 Sebelum kontak dengan pasien
 Sebelum tindakakan aseptik
 Setelah terkena cairan tubuh pasien
 Setelah kontak dengan pasien
 Setelah kontak dengan lingkungan pasien
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan cuci tangan perawat
 Tidak tersedianya tempat cuci tangan, waktu yang digunakan untuk cuci tangan, kondisi
pasien, efek bahan cuci tangan terhadap kulit dan kurangnya standar. (Lankford, Zembover,
Trick, Hacek, Noskin, & Peterson, 2003).
 Faktor individu (jenis kelamin, jenis pekerjaan, profesi, lama kerja,dan tingkat pendidikan),
faktor psikososial (sikap terhadap HIV dan virus hepatitis B, ketegangan dalam suasana kerja,
rasa takut dan presepsi terhadap resiko), dan faktor organisasi managemen (adanya
kesempatan untuk membuat suasana lingkungan kerja yang aman, adanya dukungan dari
rekan kerja yang aman, adanya dukungan dari rekan kerja dan adanya pelatihan) (Saiffudin,
et.al, 2006).
 Prosedur, dengan kebijakan :
 Lepaskan jam tangan, cincin dan lengan pakaian panjang ditarik ke atas
 Inspeksi kuku dan permukaan kulit apakah ada luka
 Berdiri di depan westafel jaga agar tangan dan seragam tidak menyentuh westafel, jika
menyentuh ulangi prosedur mencuci tangan. Jika menggunakan tissu gulung pastikan
menggantung ke bawah, jika tissu kotak pastikan tissu ada pada permukaan kotak
 Nyalakan keran air dengan menggunakan pedal kaki atau siku tangan sampai air mengalir
tetapi tidak sampai memancar, hingga percikan air membasahi seragam
 Basahi kedua belah tangan sampai benar-benar merata
 Gunakan sabun cair atau cairan disinfektan.
 Basahi kedua belah tangan anda dengan menggunakan teknik pembasuhan tangan
menurut Ayliffe:
 Telapak tangan dengan telapak tangan
 Telapak tangan kanan dengan punggung tangan kiri dan telapak tangan kiri dengan
punggung telapak tangan kanan
 Telapak tangan dengan telapak tangan dan jari-jari kedua belah tangan saling terjalin
 Punggung jari-jari tangan dengan telapak tangan yang berlawanan dan jari-jari kedua
belah tangan saling terjalin
 Gerakan menggosok secara berputar dengan ibu jari tangan kanan berada dalam
genggaman telapak tangan kiri dan ibu jari tangan kiri berada dalam genggaman telapak
tangan kanan
 Gerakan menggosok secara berputar ke belakang dan kedepan dengan jari-jari tangan
kanan yang dikepalkan dalam telapak tangan kiri dan jari-jari tangan kiri yang dikepalkan
dalam telapak tangan kanan
 Bilas kedua belah tangan sampai benar-benar bersih
 Matikan keran air dengan siku anda
 Keringkan kedua belah tangan anda dengan handuk kertas dan buang handuk tersebut
kedalam tempat sampah yang tutupnya bisa dibuka dengan kaki; ingat, gunakan kaki
anda untuk menekan pedal tempat sampah dan jangan gunakan tangan andayang sudah
bersih!
I. Perhitungan BOR dan LOS
1. BOR (Bed Occupancy Ratio)
BOR atau angka penggunaan tempat tiduradalah “the ratio of patient service days toinpatient bed
count days in a period under consideration”(Arwani, 2006).BOR adalah presentase pemakaian
tempat tidur pada satuan waktu tertentu (Depkes RI, 2005). Indikator ini memberikan gambaran
tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.Nilai parameter BOR yang ideal
adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2006).
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐻𝑎𝑟𝑖
𝐵𝑂𝑅 = × 100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑇𝑖𝑑𝑢𝑟
2. LOS
LOS adalah the average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under
consideration (Huffman, 1994).LOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien (Depkes RI.
2005).Indikator ini selain memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang
perlu pengamatan yang lebih lanjut.Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari
(Depkes RI. 2005).

Rumus AVLOS = Jumlah lama dirawat /


Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

3. PENATAPAN JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN


Penetapan jumlah tenaga keperawatan adalah proses membuat perencanaan untuk menentukan
berapa banyak dan dengan kriteria tenaga yang seperti apa pada suatu ruangan tiap shiftnya.
Berbagai cara perhtungan kebutuhan tenaga perawat diruang rawat inap yang dapat menjadi
acuan, seperti:
a. Formula Gillies
𝐴 × 𝐵 × 365
𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 =
(365 − 𝐶) × 𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎⁄𝐻𝑎𝑟𝑖
Keterangan:
A: Jam perawatan/24 jam (waktu perawatan yang dibutuhkan klien)
B: Sensus harian (BOR x jumlah tempat tidur)

C: Jumlah hari libur 78 hari (libur hari minggu= 52 hari, cuti tahunan= 12 hari, libur
Nasional= 14 hari)365= Jumlah hari kerja setahun, jam kerja perhari= 6 jam.
b. Loos Day

𝐽𝑚𝑙 𝐻𝑎𝑟𝑖 𝑀𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 + 𝐶𝑢𝑡𝑖 + 𝐻𝑎𝑟𝑖 𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟


𝐿𝑜𝑠𝑠 𝐷𝑎𝑦 = × 𝐽𝑚𝑙 𝑃𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐻𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓
c. Douglas (Nursalam, 2011)
Penghitungan jumlah tenaga keperawatan menurut Douglas (Nursalam, 2011) dihitung
berdasarkan tingkat ketergantungan untuk setiap shift pasien dan hasil keseluruhan ditambah
sepertiga (1/3). Klasifikasi derajat ketergantungan pasien terhadap keperawatan menurut
Douglas berdasarkan kriteria sebagai berikut:

2) Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24 jam, dengan kriteria:
 Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
 Makan dan minum dilakukan sendiri
 Ambulasi dengan pengawasan
 Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift
 Pengobatan minimal, status psikologi stabil
 Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
3) Perawatan intermediet memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan kriteria:
 Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
 Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
 Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
 Folley catheter/intake output dicatat
 klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan prosedur
4) Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam dengan kriteria:
 Segalanya diberikan/dibantu
 Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
 Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
 Pemakaian suction
BAB III

KAJIAN SITUASI

A. Profil Rumah Sakit TNI AU dr. M. Salamun


Rumah Sakit TNI AU dr. Salamun adalah rumah sakit militer tingkat II yang berada di kota
bandung, Jawa Barat. RSAU dr. M. Salamun mempunyai visi menyelenggarakan dukungan kesehatan
yang diperlukan dalam setiap operasi dan latihan TNI/TNI AU, menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang bermutu terhadap anggota TNI/TNI AU berikut keluarganya serta masyarakat umum dan
meningkatkan kemampuan profesionalisme personil secara berkesinambungan. Rumah Sakit TNI AU dr.
M. Salamun bandung berada di Jalan Ciumbuleuit No. 203 Cidadap Bandung (40142), Indonesia.
Gagasan untuk membangun suatu Rumah Sakit TNI AU tercetus dengan alasan bahwa TNI Au
harus mempunyai tepat penampungan penderitanya sendiri dengan kegiatan-kegiatan yang meliputi
kesehatan umum adalah dalam arti merawat dan mengobati para anggota TNI AU beserta keluarganya.
Sedangkan kesehatan khusus yaitu rangkain kegiatan bidang kesehatan penerbangan, dengan mengadakan
medical check up, kegiatan penelitian dan pengembangan melalui tim kesehatan khusus, serta kegiatan
dukungan operasi khusus tingkat angkatan (TNI) maupun nasional,. Selain kegiatan-kegiatan tersebut
diatas rumah sakit mengadakan pula Civic Mission dengan melayani masyarakat disekitarnya.
Pembinaan Lanud Husein Satranegara Berdasarkan Keputusan Staf TNI Angkatan Udara
No.Kep/25/VII/1985 11 maret 1985 Status RUSPAU Dr. M. Salamun mengalami perubahan alih kelola
dari pembinaan dari Direktorat Kesehatan beralih kebawah pembinaaan Lanut Husein Sastranegara,
sehingga menjadi Rumah Sakit Dr. M. Salamun Lanud Husein SastranegaraSanatorium Paru Pacet.
Bedasarkan Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara No.Kep/24/XII/1988 20 Desember 1988,
adanya perubahan status sanatorium Paru Pacet dari bagian penyakit paru Rumah Sakit Dr. M. Salamun
Lanud Husein Sastranegara menjadi pusat pemulihan kesehatan awak pesawat udara TNI Angkatan Udara
Dibawah Lakespra Sarianto Ditkes AU. Sejalan dengan tuntutan organisasi, Rumah Sakit TNI Angkatan
Udara tingkat II Dr. M. Salamun yang semangkin berkembang dan semangkin komplek dalam
permasalahan, maka diperlukan adanya kendali dan pembinaan oleh Mabes TNI AU sehingga
permasalahan Rumah Sakit dapat teratasi. Berdasarkan keputusan Kasau Nomor : Kep/03/II/1998 3
Februari 1998 tentang pokok-pokok organisasi dan prosedur oselon pelaksana pusat tingkat Mabes AU,
status Rumah Sakit TNI AU Tk: II Dr.M. Salamun Lanud Husein Satranegara kembali dibawah kendali
pusat sebagai Badan Pelaksana Teknis Diskes TNI AU dengan tugas pokok sebagai berikut:
Melaksanakan Dukungan Kesehatan Bagi Setiap Operasi TNI AU, Melaksanakan Pelayanan Kesehatan
Bagi Anggota TNI Atau Keluarga, Sebagai Rumah Sakit Rujukan Bagi Rumah Sakit TNI AU Wilayah
Jawa Barat.
B. Sejarah berdirinya Rumah Sakit
Pengembangan tahap pertama dimulai pada tanggal 19 Agustus 1961 dengan dibentuknya Depot
Kesehatan 002 yang berkedudukan di Pangkalan Udara Husein Sastranegara, dipimpin oleh seorang
Komandan yaitu Letnan Kolonel dr. Malikoel Saleh. Pada tanggal 18 September 1962, dilakukan
pemindahan kegiatan ke Ciumbuleuit dengan personel dan peralatan kesehatan yang sangat terbatas
dengan kapasitas rawat mondok dari 20 buah tempat tidur menjadi 96 buah tempat tidur.
Pada tanggal 2 Mei 1966, berdasarkan keputusan Menteri/Panglima Angkatan Udara Nomor : 45
Tahun 1966, ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara. Setelah menjadi Rumah Sakit Pusat
Angkatan Udara (RUSPAU), kegiatan dukungan kesehatan dan pelayanan kesehatan semakin meningkat
pula. Berdasarkan Surat Keputusan Kasau Nomor Skep/2/II/1976, maka terhitung tahun 1976 nama
RUSPAU disempurnakan menjadi Rumah Sakit Pusat TNI AU dokter Mohammad Salamun, mengingat
jasa-jasa Marsekal Muda dokter Mohammad Salamun (Alm) pada bidang kesehatan Penerbangan dan
beliau pernah bertugas di Lanud Husein Sastranegara tahun 1951 sampai 1954 sehingga nama beliau
diabadikan menjadi nama Rumah Sakit Angkatan Udara yang berlokasi di Jln. Ciumbuleuit No. 203
Kecamatan Cidadap Kota Bandung Kode Pos 40142 Nomor Telepon 022-2032090 Nomor Fax 022-
2031624, email : rsausalamun@gmail.com. (Pedoman Pengorganisasian Ruang Gelatik, 2015).
C. VISI, MISI, FALSAFAH, LANDASAN NILAI DAN TUJUAN RSAU dr. M. SALAMUN
1. Visi
“Menjadi Rumah Sakit rujukan Terbaik di Jawa Barat”
2. Misi
a. Menyelenggarakan dukungan kesehatan yang diperlukan dalam setiap operasi dan latihan
TNI/TNI AU.
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu terhadap anggota TNI/TNI AU berikut
keluarganya serta masyarakat umum.
c. Meningkatkan kemampuan profesionalisme personil secara berkesinambungan.
3. Falsafah
“Jiwa dan Semangat Pengabdian TNI adalah Landasan Dalam Melaksanakan Pelayanan
Kesehatan”
4. Landasan Nilai
Landasan nilai yang ingin dicapai oleh RSAU dr. M. Salamun adalah “HEBRING”
HEBRING yang artinya :
H : Handal
E : Efesien
B : Besih
R : Ramah
I : Indah
N : Nyaman
G : Gemilang

Landasan nilai dalam mencapai Visi dan Misi Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M.
Salamun Bandung adalah “3S”, yaitu:
1. S1 - Senyum, yaitu memberikan pelayanan dengan ikhlas dan sabar yang ditunjukkan
dengan ekspresi wajah yang selalu senyum dan ramah kepada semua orang.
2. S2 – Sapa, yaitu komunikasi verbal yang menunjukkan sikap perhatian dalam rangka
mendukung kesembuhan pasien.
3. S3 – Salam, yaitu bentuk silaturahmi dan doa terhadap kesembuhan pasien
.
5. Tujuan
Tujuan Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M. Salamun Bandung adalah:

a. Tercapainya pelayanan yang bermutu tinggi yang berorientasi pada kepuasan pelanggan
b. Pelayanan kesehatan Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M. Salamun Bandung terus
meningkat dan berkembang
c. Tercapainya produktifitas pelayanan Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M. Salamun
Bandung
d. Terbentuknya sumber daya manusia yang memiliki kompetensi tinggi, memiliki
integritas, komitmen yang kuat melalui pendidikan dan pelatihan sebagai upaya
peningkatan kualitas pelayanan.

D. Profil Ruangan Paviliun Firdaus


Ruang Paviliun Firdaus merupakan ruangan pelayanan multi/kompleks (bedah, interne, jantung dan
neurologi). Pelayanan rawat inap VIP dan kelas I terdiri dari pasien laki-laki dan perempuan. Dengan
kapasitas tempat tidur di ruangan tersebut adalah 34 tempat tidur.

E. Pengkajian Situasi Ruangan Paviliun Firdaus


Kapasitas tempat tidur di ruang Paviliun Firdaus berkapasitas 34 unit dibagi dalam 2 Ruang
Dirgantara dan 16 Ruang Buana. Ruang Dirgantara 1 - 2 (VIP) masing-masing kamar memiliki 1 unit
tempat tidur dan kelas 1 Buana (1 – 16) masing-masing kamar memiliki 2 unit tempat tidur. Kapasitas 34
unit bed dan 18 kamar terdapat 4 kamar pada Ruang Buana dan 8 bed yang tidak digunakan karena
kerusakan pada kamar tesebut. Jumlah perawat di Pavilium Firdaus berjumlah 18 orang, sudah termasuk
kepala ruangan. Tingkat pendidikan lulusan Ners berjumlah 9 orang, D III keperawatan berjumlah 9
orang.

1. SDM
Tabel 3.1
Distribusi Perawat Berdasarkan Jabatan, Pendidikan Terakhir, Lama Bekerja Di Paviliun
Firdaus

No. Nama Jabatan Pendidikan Pelatihan Lama Kerja


1. Budi Aji Santosa Kepala Ners BHD 20 Tahun
ruangan

2. Fitri Wahyuni Ketua Tim Ners BHD 10 tahun

3. Bimantari Putri Ketua Tim Ners BHD 7 tahun


4. Nunik Nur CI Ners BHD 5 tahun
Akmalia

5. Didi Farmadi CI Ners BHD 7 tahun

6. Titin Supriatini PJ Ners BHD 9 tahun

7. Riska Irnawati PJ D3 BHD 7 tahun

8. Ade Irwan PJ D3 BHD 6 tahun

9. Panji Nur PJ D3 BHD 7 tahun


Rachman

10. Ida Nura’hida PP D3 BHD 2 tahun

11. Arif Yanuar PP D3 BHD 2 tahun

12. Sinta Setiawati PP D3 BHD 2 tahun

13. Neira Nautika PP D3 BHD 2 tahun

14. Gita Gustina PP D3 BHD 2 tahun

15. Ibrahim PP Ners BHD 2 tahun

16. Iis Hermawati PP D3 BHD 2 tahun

17. M Nur M Lahami PP D3 BHD

18. Gingin Ginanjar PP D3 BHD

(Data Kepegawaian Ruang Paviliun Firdaus, 2018)


2. Fasilitas Paviliun Firdaus
Tabel 3.3
Sarana Dan Prasarana
NO. Fasilitas JUMLAH ALAT

1. Kantor Kepala Ruangan 1


2. Nurse Station 1

3. Kamar Mandi Perawat 1

4. Washtaffel Perawat 1

5. Jam dinding 1

6. Perangkat Komputer 1

7. Telepon 1

8. Tempat Sampah kecil 34

9 Tempat sampah besar 36

10. Ruang Tindakan 1

10 Tempat Tidur 16

11 Gudang 1

12 Set Sofa 2

13. Lemari Obat 1

14. Tempat Sampah Pasien 17

15. Lemari pasien 18

16. Lemari alat tenun 2

17. Lemari loker 1

18. Lemari persediaan barang 1

19. Lemari ALKES 1

20. Lemari arsip-arsip 1

21. Kursi pasien 18


Tabel 3.4 Alat Kesehatan

NO NAMA ALAT JUMLAH ALAT KONDISI


1 Ambu Bag 1 buah Bagus
2 Klem 3 buah Bagus
3 Autoclave 1 buah Bagus
4 Bak injeksi 3 buah Bagus
5 Bak instrumen besar 1 buah Bagus
6 Bak instrumen sedang 2 buah Bagus
7 Bengkok stainless 2 buah Bagus
8 Gunting jaringan 3 buah Bagus
9 Gunting verban 1 buah Bagus
10 Irigator 1 buah Bagus
11 Trolley injeksi 3 buah Bagus
12 Kom alcohol 2 buah Bagus
13 Kom kecil 4 Buah Bagus
14 Kursi roda 4 Buah Bagus
15 Lampu emergensi 1 Buah Bagus
18 Pinset anatomis 2 Buah Bagus
19. Pinset sirurgis 5 buah Bagus
20. Regulator central 2 Buah Bagus
21. Regulator set 25 Buah 23 Bagus
2 Rusak
22. Standard infus 22 Buah Bagus
23. Stetoskop 3 Buah 2 Bagus
1 Rusak
24. Tensi meter duduk 1 buah Rusak
25 Termometer digital 1 Buah Bagus
26 Termometer rektal 1 Buah Bagus
27 Tromol Besar 1 Buah Bagus
28 Tromol Kecil 1 Buah Bagus
29 Win Ring 1 Buah Bagus
30 Tongue Spatel 2 buah Bagus
31 Tensi mobile 1 buah Rusak
32 Mesin EKG 1 buah Bagus
33 Syringe Pump 2 buah Bagus
34 Infus Pump 1 buah Bagus
35 Senter 5 buah Bagus
36 Nebulizer 2 buah Bagus
37 Oxymetri 2 buah Bagus
38 Hubdic temperature 1 buah Bagus
39 Urinal 38 buah Bagus
40 Pispot sodok 20 buah Bagus
41 Botol WSD 7 Buah Bagus
42 Baki Plastik 2 Buah Bagus
43 Branchart 3 Buah Bagus
44 Suction 1 Buah Bagus

3. Prosedural
Paviliun Firdaus terdiri dari SPO sebanyak 311 buah, dengan rincian sebagai berikut :
a. SPO Tindakan : 82 buah
b. SPO PPK (Pendidikan Klien dan Keluarga) : 34 buah
c. SPO PPI ( Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) : 43 buah
d. SPO SKP (Sasaran Keselamatan Pasien) : 49 buah
e. SPO APK : 65 buah
f. SPO PMKP (Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien) : 38 buah

4. 5 Besar Penyakit periode september 2018 s/d januari 2019


Tabel 3.5
Distribusi 10 Besar Penyakit yang ada di Paviliun Firdaus
No Nama Penyakit Jumlah

1. Stroke 135

2. Impaksi 87

3. Gea 69

4. CHF 60

5. DHF 48

5. Fungsi Manajemen paviliun firdaus


a. Perencanaan
Paviliun firdaus belum memiliki Visi, Misi, Filosofi, dan Tujuan Keperawatan secara mandiri.
b. Pengorganisasian
Struktur Organisasi (Terlampir)
c. Ketenagaan
Perhitungan jumlah tenaga perawat

1) Perhitungan BOR

Jumlah hari perawatan


𝐵𝑂𝑅 = x 100%
jumlah tempat tidur x periode
BOR = 61%
Berdasarkan data rekam medis dari November 2018 hingga januari 2019 didapatkan BOR (Bed
Occupation Ratio) di paviliun firdaus sebesar 61%. Menurut depkes RI (2005) nilai BOR yang
ideal adalah 60 -85 %.

2) Perhitungan tenaga kerja


a. Perhitungan Tenaga Perawat Metode Douglas
Tabel 3.6 Distribusi Fungsi Ketenagaan manajemen Metode Douglas Diruangan Firdaus
pada tanggal 15 Januari 2019

Tingkat Jumlah Kebutuhan Tenaga


ketergantungan

Klasifikasi Jumlah Pasien PAGI SORE MALAM


Pasien

Minimal Care 14 14x 0,17 = 2,38 14x 0,14 = 14 x 0,07 = 0,98


1,96

Partial care 4 4x 0,27 = 1,08 4 x 0,15 = 0,6 4 x 0,10 = 0,4

Total care 3 3x 0,36 = 1,08 3 x 0,3 = 0,9 3 x 0,20 = 0,60

Jumlah 21 4,54 3,46 1,98

Pembulatan 5 3 2

Secara teori jumlah perawat yang dinas :

Dinas pagi : 5 orang

Dinas siang : 3 orang

Dinas malam : 2 orang

Jumlah : 10 orang

Jumlah tenaga lepas dinas perhari :

jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar x jumlah perawat
Jumlah hari kerja efektif

52 + 12 + 21x 10 85 x 10
= =
282 282
= 3,01 (3 Perawat)

Non nursing job = (jumlah perawat + lost day) x 25 %

= (10+ 3) x 25% = 3
Factor koreksi = loss day + non nursing job

=3+3=6

Jumlah tenaga yang dibutuhkan = 10 + 6 = 16 orang perawat

b. Perhitungan tenaga perawat menurut Gillies


𝐴 𝑥 𝐵 𝑥 365
Tenaga Perawat (TP) =
(365−𝐶)𝑥𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/ℎ𝑎𝑟𝑖

Keterangan :

A= Jam perawatan/24 jam (waktu yang dibutuhkan pasien)

B= Sensus harian (BORxjumlah tempat tidur)

C=jumlah hari libur ( libur resmi yang di tentukanpemerintah dan cuti tahunan
personal
𝐴 𝑥 𝐵 𝑥 365
Tenaga Perawat (TP) =
(365−𝐶)𝑥𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/ℎ𝑎𝑟𝑖

7 𝑥 (0,71 𝑥 26)𝑥 365


= (365−85) 𝑥 7

= 24.06 (24 Perawat)

c. Pedoman perhitungan kebutuhan tenaga hasil lokakarya PPNI


(A X 52 MG) X 7 HR(TT X BOR) X 125%
Tenaga Perawat (TP) =
41 MG X 40 JAM
(A X 52 MG) X 7 HR(TT X BOR) X 125%
Tenaga Perawat (TP) =
41 MG X 40 JAM

(4 X 52) X 7(26 X 0,71) X 125%


=
41 X 40
= 20,5 (21 Perawat)

Berdasarkan perhitungan jumlah tenaga perawat dengan menggunakan metode


Douglas sebanyak 16 perawat, metode Gillies sebanyak 24 perawat, dan hasil lokakarya
PPNI sebanyak 21 perawat dengan jumlah tenaga perawat diruangan Gelatik sebanyak 18
orang (termasuk kepala ruangan), berarti jumlah perawat diruangan Gelatik secara teori
menurut Douglas sudah tercukupi tapi menurut Gillies dan PPNI belum tercukupi.

F. Metode Pengumpulan Data


Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara dan evaluasi menggunakan lembar
observasi ceklist. Observasi merupakan kegiatan pemuatan penelitian terhadap suatu objek
(Sugiyono,2015). Observasi menggunakan lembar observasi ceklist dilakukan pada tanggal 19 sampai 21
februari 2019 di ruang Paviliun Firdaus RSAU dr. M SALAMUN.

G. Analisa Swot
Pada tahap ini dilakukan analisis SWOT mengenai kekuatan dan kelemahan (faktor internal) yang
dimiliki oleh ruang Firdaus sekaligus juga menganalisis peluang dan ancaman (faktor eksternal) yang
dihadapi oleh ruang Firdaus adalah sebagai berikut :

a. Kekuatan (Strength)
1. Rumah Sakit TNI Angkatan Udara dr. M. Salamun adalah Rumah Sakit yang terakreditasi
Paripurna
2. Kepala ruangan Firdaus berlatar belakang pendidikan S.Kep Ners dengan pengalaman kerja
20 tahun.
3. Ruang Firdaus memiliki tenaga kerja dengan kualifikasi pendidikan Ners 9 orang, D-III
Keperawatan 9 orang dan sudah menerapkan metode TIM
4. BOR 3 bulan terakhir ruangan Firdaus adalah 61%
5. Ruang Firdaus memiliki 1 orang pelaksana administrasi, 4 orang bagian gizi dan 3 orang
tenaga kebersihan
6. Ruang Firdaus memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) sejumlah 311
7. Ruang Firdaus memiliki peralatan yang sesuai dengan daftar peralatan ruangan dan dapat
menunjang kebutuhan pasien.
8. Ruang Firdaus memiliki tenaga perawat yang telah mengikuti pelatihan yang diprogramkan
dari rumah sakit (BHD).
9. Terdapat buku operan dinas dan daftar injeksi untuk memudahkan perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas.
10. Terdapat 1 emergency troli
11. Lingkungan ruang Firdaus terlihat bersih, rapi, lingkungan sangat kondusif bagi klien,
pengunjung dan saat melakukan pelayanan kesehatan
12. Ruangan memiliki persediaan alat tenun sendiri.
13. Ruangan dilengkapi dengan computer untuk membantu system informasi manajemen di
ruangan
14. Ruang Firdaus memiliki tempat penyimpanan obat yang sesuai dengan identitas masing-
masing pasien.
15. Terdapat 2 buah APAR diruang keperawatan
16. Adanya mahasiswa Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel yang
praktek di ruang Firdaus.

b. Kelemahan (Weakness)
1. Belum optimalnya pelaksanaan waktu kunjungan pasien
2. Belum optimalnya keluarga pasien dalam melaksanakan cuci tangan sesuai SOP yang
berlaku
3. Belum optimalnya penerapan pendokumentasian SOAP
c. Peluang (opportunities)
1. Telah disahkannya UU Keperawatan no 38 Tahun 2014, mengenai profesionalisme perawat
2. Telah disahkannya UU Akreditasi Rumah Sakit no 34 Tahun 2017. Mengenai Peningkatan
pelayanan kesehatan profesionalisme rumah sakit Indonesia.
3. Adanya UU Pasal 32 No. 44 tahun 2009 tentang perlindungan hak pasien
d. Ancaman (Threats)
1. Adanya undang-undang perlindungan konsumen terdapat dalam UU No. 8 tahun
2009 tentang perlindungan konsumen.
2. Persaingan antar rumah sakit seperti RS Rotinsulu, RS Advent, RS Boromeus yang
semakin ketat didalam hal sarana dan prasarana serta pelayanan yang prima.
3. Adanya peningkatan teknologi informasi yang membuat masyarakat semakin kritis
dalam menilai pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
4. Tingginya tuntutan masyarakat terkait pelayanan kesehatan profesional dan
berkualitas.
L. Analisa Swot

Internal Strengths (S) : Weakness (W) :


1. Rumah Sakit TNI Angkatan Udara dr. M. 1. Belum optimalnya optimalnya pelaksanaan
Salamun adalah Rumah Sakit yang terakreditasi waktu kunjungan pasien
Paripurna 2. Belum optimalnya keluarga pasien dalam
2. Kepala ruangan Firdaus berlatar belakang melaksanakan cuci tangan sesuai SOP yang
pendidikan S.Kep Ners dengan pengalaman kerja berlaku
20 tahun. 3. Belum optimalnya penerapan
3. Ruang Firdaus memiliki tenaga kerja dengan pendokumentasian S0AP
kualifikasi pendidikan Ners 9 orang, D-III
Keperawatan 9 orang dan sudah menerapkan
metode TIM
4. BOR 3 bulan terakhir ruangan Firdaus 61%
5. Ruang Firdaus memiliki 1 orang pelaksana
administrasi, 4 orang bagian gizi dan 3 orang
tenaga kebersihan
6. Ruang Firdaus memiliki Standar Operasional
Prosedur (SOP) sejumlah 311
7. Ruang Firdaus memiliki peralatan yang sesuai
dengan daftar peralatan ruangan dan dapat
menunjang kebutuhan pasien.
8. Ruang Firdaus memiliki tenaga perawat yang
telah mengikuti pelatihan yang diprogramkan dari
rumah sakit (BHD).
9. Terdapat buku operan dinas dan daftar injeksi
untuk memudahkan perawat dalam pemberian
Eksternal
asuhan keperawatan yang berkualitas.
10. Terdapat 1 emergency troli
11. Lingkungan ruang Firdaus terlihat bersih, rapi,
lingkungan sangat kondusif bagi klien,
pengunjung dan saat melakukan pelayanan
kesehatan
12. Ruangan memiliki persediaan alat tenun sendiri.
13. Ruangan dilengkapi dengan computer untuk
membantu system informasi manajemen di
ruangan
14. Ruang Firdaus memiliki tempat penyimpanan
obat yang sesuai dengan identitas masing-masing
pasien.
15. Terdapat 2 buah APAR diruang keperawatan
16. Adanya mahasiswa Program Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel yang
praktek di ruang Firdaus.
Opportunities (O) : SO Strategi: WO Strategi :
1. Pemanfaatan tenaga keperawatan yang efisien. 1.Menambah tenaga keperawatan pada ruangan
1. Telah disahkannya UU 2. Pemanfaatan sistem pendukung sesuai dengan Pavilum Firdaus.
Keperawatan no 38 Tahun 2014, fungsinya untuk meningkatkan kualitas pelayanan. 2. mengikut sertakan perawat dalam pelatihan-
mengenai profesionalisme 3. Pelaksanaan pelayanan keperawatan yang sesuai pelatihan
perawat dengan visi misi
2. Telah disahkannya UU 4. Peningkatan pelayanan yang sesuai dengan
Akreditasi Rumah Sakit no 34 standar prosedur operasional
Tahun 2017. Mengenai 5. Dapat meningkatkan pelayanan dengan adanya
Peningkatan pelayanan kesehatan protap dan standar asuhan keperawatan serta
profesionalisme rumah sakit sarana dan prasarana yg memadai
Indonesia. 6. Ruang perawatan yang banyak, dapat menampung
3. Adanya UU Pasal 32 No. 44 pasien dalam jumlah yang banyak pula
tahun 2009 tentang perlindungan
hak pasien

Threats (T) : ST Strategi: WT Strategi :


1. RSAU.M. Salamun adalah salah satu Rumah 1. Mengkoordinasikan dengan manajer
1. Adanya undang-undang
sakit rujukan di wilayah bandung yang keperawatan, terkait dengan peningkatan mutu
perlindungan konsumen
terdapat dalam UU No. 8 tahun merupakan rumah sakit milik TNI AU yang pelayanan keperawatan
2009 tentang perlindungan memiliki kerja sama dengan instansi 2. Meningkatkan pengawasan dan penjagaan

konsumen. pendidikan. kepada pasien agar tidak terjadi kejadian tidak


2. Perawat di Ruangan Firdaus telah mengikuti diharapkan di ruangan.
2. Persaingan antar rumah sakit
pelatihan seperti BHD, Sehingga adanya
seperti RS Rotinsulu, RS
pelayanan kesehatan yang optimal terhadap
Advent, RS Boromeus yang
kebutuhan dan permintaan masyarakat.
semakin ketat didalam hal
sarana dan prasarana serta
pelayanan yang prima.
3. Adanya peningkatan teknologi
informasi yang membuat
masyarakat semakin kritis dalam
menilai pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit.
4. Tingginya tuntutan masyarakat
terkait pelayanan kesehatan
profesional dan berkualitas
K. POA (Planning of action)
NO MASALAH TUJUAN STRATEGI INTERVENSI IMPLEMENTASI SASARAN WAKTU PENANGGUNG
JAWAB

1. Belum optimalnya - menjaga - Melakukan - Desiminasi -Melakukan keluarga pasien 19-21 Kelompok VI
pelaksanaan waktu ketenangan dan Edukasi -Edukasi desiminasi kepada february
kepada
berkunjung meningkatkan perawat 2019
keluarga
Kenyamanan pasien terkait
-melakukan edukasi
pasien jam besuk
pada pasien dan
- mengurangi keluarga
penyebaran
mikroorganism
e

- melindungi
hak dan
kewajiban
pasien

2 Belum optimalnya - Untuk -Melakukan - Desiminasi -Melakukan Pasien dan 19-21 Kelompok VI
keluarga pasien dalam menerapkan 6 sosialisasi - Edukasi Edukasi kepada keluarga di February
penerapan cuci
melaksanakan cuci SKP pasien dan keluarga ruangan firdaus 2019
tangan
- lakukan
tangan sesuai SOP - mengurangi diskusi dengan
resiko infeksi perawat firdaus
untuk
mengoptimalkan
cuci tangan pada
keluarga
3 Belum optimalnya -Untuk -Melakukan -Desiminasi -Melakukan Perawat di 19-21 Kelompok VI
penerapan menerapkan 6 diskusi dengan desiminasi pada ruangan firdaus, February
kepala ruangan
pendokumentasi SOAP SKP perawat 2019
dalam
penerapan
- Meningkatkan
pendokumentasi
mutu pelayanan an SOAP secara
keperawatan tepat kepada
perawat
- memperbaiki
atau
meningkatkan
komunikasi
perawat secara
efektif

- dokter percaya
pada analisa
perawat karena
menunjukan
perawat paham
akan kondisi
pasien
L. Pembobotan Matriks IFE

Faktor Bobot Rating Skor

Kekuatan (Strenght)
1. Rumah Sakit TNI Angkatan Udara dr. M. 0,24
4
Salamun adalah Rumah Sakit yang
0,06
terakreditasi Paripurna
2. Terdapat visi,misi dan falsafah rumah sakit
sebagai target-target yang akan di capai 0,24
3. Rumah sakit dr M. SALAMUN adalah 0,06
rumah sakit yang sudah lama memberikan 4
pelayanan kesehatan selama tahun 0,12
4. Memiliki tenaga keperawatan yang 0,04
berpengalaman diatas 3 Tahun 3
5. Kepala ruangan Firdaus berlatar belakang 0,12
pendidikan S.Kep Ners dengan pengalaman
0,04
kerja 20 tahun.
6. Rumah Sakit dr M. SALAMUN 3 0,24
0,06
bekerjasama dengan bpjs kesehatan dalam
pendanaan pengobatan pasien
4
7. Ruang Firdaus memiliki tenaga kerja 0,12
dengan kualifikasi pendidikan Ners 9 orang, 0,04
D-III Keperawatan 9 orang dan sudah
menerapkan metode TIM 0,12
3
8. BOR 3 bulan terakhir ruangan Firdaus 61% 0,04
9. ruang Firdaus memiliki Standar
Operasional Prosedur (SOP) sejumlah 311
10. Ruang Firdaus memiliki peralatan yang 0,18
sesuai dengan daftar peralatan ruangan dan 3
0,06
dapat menunjang kebutuhan pasien.
11. Ruang Firdaus memiliki tenaga perawat 0,16
yang telah mengikuti pelatihan yang
diprogramkan dari rumah sakit (BHD). 0,04 0,12
12. Terdapat buku operan dinas dan daftar 3
injeksi untuk memudahkan perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan yang 0,04
berkualitas. 4 0,12
13. Terdapat 1 emergency troli
14. Lingkungan ruang Firdaus terlihat bersih, 0,12
3
rapi, lingkungan sangat kondusif bagi klien,
0,04
pengunjung dan saat melakukan pelayanan
kesehatan 0,12
15. Ruangan dilengkapi dengan computer untuk 0,04
3
membantu system informasi manajemen di
ruangan 0,16
16. Ruang Firdaus memiliki tempat 0,04
3
penyimpanan obat yang sesuai dengan
identitas masing-masing pasien. 0,12
17. Terdapat 2 buah APAR diruang
0,04
keperawatan
3
18. Adanya mahasiswa Program Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel 0,24
0,04
yang praktek di ruang Firdaus.

4 0,16

0.06

0,04 3 0,6

0,02
4
3
Kelemahan (Weakness/CA)
1. Belum optimalnya pelaksanaan waktu 0,06 2 0,12
kunjungan
2. Belum optimalnya keluarga pasien dalam 0,06 0,12
2
melaksanakan cuci tangan sesuai SOP
3. Belum optimalnya penerapan pendokumentasian
SOAP 0,08 0,16

Jumlah 1 3,16

Keterangan :

Rating (nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor yang memiliki nilai 1 = sangat lemah,
2 = tidak begitu lemah, 3 = cukup kuat, 4 = sangat kuat.
M. PEMBOBOTAN MATRIKS EFE
No Faktor Bobot Rating Skor

1. Peluang
a. Telah disahkannya UU Keperawatan no 0,144 4 0,576
38 Tahun 2014, mengenai
profesionalisme perawat
b. Telah disahkannya UU Akreditasi 0,142 4 0,568
Rumah Sakit no 34 Tahun 2017.
Mengenai Peningkatan pelayanan
kesehatan profesionalisme rumah sakit
Indonesia.
c. Adanya UU Pasal 32 No. 44 tahun 2009 0,144 4 0,576
tentang perlindungan hak pasien

2 Ancaman
0,142 4 0,568
a. Adanya undang-undang perlindungan
konsumen terdapat dalam UU No. 8
tahun 2009 tentang perlindungan
konsumen. 0,144 4 0,576
b. Persaingan antar rumah sakit seperti
RS Rotinsulu, RS Advent, RS
Boromeus yang semakin ketat
didalam hal sarana dan prasarana
0,142 3 0,426
serta pelayanan yang prima.
c. Adanya peningkatan teknologi
informasi yang membuat masyarakat
semakin kritis dalam menilai 0,142 3 0,426
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
d. Tingginya tuntutan masyarakat terkait
pelayanan kesehatan profesional dan
berkualitas
Jumlah 1 3,7

Keterangan :

Rating setiap critical succes factors antara 1 sampai 4, dimana 1 = dibawah rata-rata, 2 = rata-
rata, 3 = diatas rata-rata, 4 = sangat bagus.

Diagram Cartesius Matrix Space

Diagram 3.1

Yaksis = T + O = 3,7 XAksis = S + W = 3,16


Opportunities

Strategi agresif

Strategi pembenahan

Weakness Strength

Strategi bertahan Strategi diverivikasi

Threats
Prioritas Masalah
Scoring Prioritas Masalah dengan Metode CARL Ruang Firdaus

No MASALAH C A R L SKOR KET

1 belum optimalnya pelaksanaan


waktu kunjungan pasien 5 3 4 4 240 I

2 Belum obtimalnya keluarga


pasien melaksankan cuci tangan 5 5 4 4 400 II
sesuai SOP

3 Belum obtimalnya penerapan


pendokumentasian SOAP 5 5 4 4 400 III

a) Proses untuk mendapatkan masalah di atas dengan menggunakan metode pembobotan yang
memperhatikan aspek :
C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan)
A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak. Kemudahaan
dapat didasarkan pada ketersediaan metode / cara / teknologi serta penunjang pelaksanaan
seperti peraturan atau juklak.
R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti keahlian
atau kemampuan dan motivasi.
L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam
pemecahan masalah yang dibahas.
Rumus: C x A x R x L
b) Rentang nilai yang digunakan adalah 1- 5 :
1. Sangat penting :5
2. Penting :4
3. Cukup penting :3
4. Kurang penting :2
5. Sangat kurang penting :1

c) Perumusan Masalah
Belum optimalnya pelaksanaan waktu kunjungan pasien
Belum obtimalnya keluarga pasien melaksanakan cuci tangan sesuai SOP
Belum obtimalnya penerapan pendokumentasian SOAP
H. Analisis Fish Bone

1. Belum optimalnya keluarga dalam melaksanakan cuci tangan sesuai SPO yang berlaku

MAN MATERIAL
- Kurang motivasi keluarga MONEY
handscrub tersedia disetiap
dalam melakukan cuci (-) ruangan pasien dan diluar
tangan pintu masuk kamar pasien
- Merasa tidak kotor dan posisi tepat
PR

Belum optimalny
dalam melaksana
SPO yang berlak

METODE MACHINE ENVIRONMENT

- Keluarga tidak (-) handscrub tertempel di


melakukan cuci tembok ruangan tetapi ada 1
tangan dengan atau 2 yang kosong
1.10.1.1Bel
benar sesuai SPO
- Kurang optimalnya
edukasi mengenai
cuci tantgan sesuai
SOP ruangan
2. Belum optimalnya pelaksannaan waktu kunjungan pasien
MAN

- Kurang pengetahuan
MONEY MATERIAL
keluarga pasien tentang
pentingnya mematuhi (-) Ketersediaan peraturan
aturan jam kunjungan jam kunjungan pasien
pasien
- Kesadaran yang kurang
dari pengunjung pasien Belum optim
waktu kunju

METODE MACHINE ENVIRONMENT

- Jadwal kunjungan (-) Kurangnya pengawasan


pasien dari petugas keamanan
- Keluarga
1.10.1.2 Bel tidak
melakukan
pelaksanaan
kunjungan pasien
tidak sesuai dengan
peraturan yang
berlaku
3. Belum optimalnya pelaksanaan pendokumentasian SOAP

MONEY MATERIAL
MAN
(-) Lembar
Perawat pendokumentasian SOAP

Belum op
pendokum

METODE MACHINE ENVIRONMENT

Jurnal pelaksanaan (-) Kurangnya


dokumentasian pengawasan dari
asasuhan kepala ruangan
keperawatan tahun
2014
BAB III

KAJIAN SITUASI

I. Profil Rumah Sakit TNI AU dr. M. Salamun


Rumah Sakit TNI AU dr. Salamun adalah rumah sakit militer tingkat II yang berada di kota
bandung, Jawa Barat. RSAU dr. M. Salamun mempunyai visi menyelenggarakan dukungan kesehatan
yang diperlukan dalam setiap operasi dan latihan TNI/TNI AU, menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang bermutu terhadap anggota TNI/TNI AU berikut keluarganya serta masyarakat umum dan
meningkatkan kemampuan profesionalisme personil secara berkesinambungan. Rumah Sakit TNI AU dr.
M. Salamun bandung berada di Jalan Ciumbuleuit No. 203 Cidadap Bandung (40142), Indonesia.
Gagasan untuk membangun suatu Rumah Sakit TNI AU tercetus dengan alasan bahwa TNI Au
harus mempunyai tepat penampungan penderitanya sendiri dengan kegiatan-kegiatan yang meliputi
kesehatan umum adalah dalam arti merawat dan mengobati para anggota TNI AU beserta keluarganya.
Sedangkan kesehatan khusus yaitu rangkain kegiatan bidang kesehatan penerbangan, dengan mengadakan
medical check up, kegiatan penelitian dan pengembangan melalui tim kesehatan khusus, serta kegiatan
dukungan operasi khusus tingkat angkatan (TNI) maupun nasional,. Selain kegiatan-kegiatan tersebut
diatas rumah sakit mengadakan pula Civic Mission dengan melayani masyarakat disekitarnya.
Pembinaan Lanud Husein Satranegara Berdasarkan Keputusan Staf TNI Angkatan Udara
No.Kep/25/VII/1985 11 maret 1985 Status RUSPAU Dr. M. Salamun mengalami perubahan alih kelola
dari pembinaan dari Direktorat Kesehatan beralih kebawah pembinaaan Lanut Husein Sastranegara,
sehingga menjadi Rumah Sakit Dr. M. Salamun Lanud Husein SastranegaraSanatorium Paru Pacet.
Bedasarkan Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara No.Kep/24/XII/1988 20 Desember 1988,
adanya perubahan status sanatorium Paru Pacet dari bagian penyakit paru Rumah Sakit Dr. M. Salamun
Lanud Husein Sastranegara menjadi pusat pemulihan kesehatan awak pesawat udara TNI Angkatan Udara
Dibawah Lakespra Sarianto Ditkes AU. Sejalan dengan tuntutan organisasi, Rumah Sakit TNI Angkatan
Udara tingkat II Dr. M. Salamun yang semangkin berkembang dan semangkin komplek dalam
permasalahan, maka diperlukan adanya kendali dan pembinaan oleh Mabes TNI AU sehingga
permasalahan Rumah Sakit dapat teratasi. Berdasarkan keputusan Kasau Nomor : Kep/03/II/1998 3
Februari 1998 tentang pokok-pokok organisasi dan prosedur oselon pelaksana pusat tingkat Mabes AU,
status Rumah Sakit TNI AU Tk: II Dr.M. Salamun Lanud Husein Satranegara kembali dibawah kendali
pusat sebagai Badan Pelaksana Teknis Diskes TNI AU dengan tugas pokok sebagai berikut:
Melaksanakan Dukungan Kesehatan Bagi Setiap Operasi TNI AU, Melaksanakan Pelayanan Kesehatan
Bagi Anggota TNI Atau Keluarga, Sebagai Rumah Sakit Rujukan Bagi Rumah Sakit TNI AU Wilayah
Jawa Barat.
J. Sejarah berdirinya Rumah Sakit
Pengembangan tahap pertama dimulai pada tanggal 19 Agustus 1961 dengan dibentuknya Depot
Kesehatan 002 yang berkedudukan di Pangkalan Udara Husein Sastranegara, dipimpin oleh seorang
Komandan yaitu Letnan Kolonel dr. Malikoel Saleh. Pada tanggal 18 September 1962, dilakukan
pemindahan kegiatan ke Ciumbuleuit dengan personel dan peralatan kesehatan yang sangat terbatas
dengan kapasitas rawat mondok dari 20 buah tempat tidur menjadi 96 buah tempat tidur.
Pada tanggal 2 Mei 1966, berdasarkan keputusan Menteri/Panglima Angkatan Udara Nomor : 45
Tahun 1966, ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara. Setelah menjadi Rumah Sakit Pusat
Angkatan Udara (RUSPAU), kegiatan dukungan kesehatan dan pelayanan kesehatan semakin meningkat
pula. Berdasarkan Surat Keputusan Kasau Nomor Skep/2/II/1976, maka terhitung tahun 1976 nama
RUSPAU disempurnakan menjadi Rumah Sakit Pusat TNI AU dokter Mohammad Salamun, mengingat
jasa-jasa Marsekal Muda dokter Mohammad Salamun (Alm) pada bidang kesehatan Penerbangan dan
beliau pernah bertugas di Lanud Husein Sastranegara tahun 1951 sampai 1954 sehingga nama beliau
diabadikan menjadi nama Rumah Sakit Angkatan Udara yang berlokasi di Jln. Ciumbuleuit No. 203
Kecamatan Cidadap Kota Bandung Kode Pos 40142 Nomor Telepon 022-2032090 Nomor Fax 022-
2031624, email : rsausalamun@gmail.com. (Pedoman Pengorganisasian Ruang Gelatik, 2015).
K. VISI, MISI, FALSAFAH, LANDASAN NILAI DAN TUJUAN RSAU dr. M. SALAMUN
6. Visi
“Menjadi Rumah Sakit rujukan Terbaik di Jawa Barat”
7. Misi
d. Menyelenggarakan dukungan kesehatan yang diperlukan dalam setiap operasi dan latihan
TNI/TNI AU.
e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu terhadap anggota TNI/TNI AU berikut
keluarganya serta masyarakat umum.
f. Meningkatkan kemampuan profesionalisme personil secara berkesinambungan.
8. Falsafah
“Jiwa dan Semangat Pengabdian TNI adalah Landasan Dalam Melaksanakan Pelayanan
Kesehatan”
9. Landasan Nilai
Landasan nilai yang ingin dicapai oleh RSAU dr. M. Salamun adalah “HEBRING”
HEBRING yang artinya :
H : Handal
E : Efesien
B : Besih
R : Ramah
I : Indah
N : Nyaman
G : Gemilang

Landasan nilai dalam mencapai Visi dan Misi Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M.
Salamun Bandung adalah “3S”, yaitu:
4. S1 - Senyum, yaitu memberikan pelayanan dengan ikhlas dan sabar yang ditunjukkan
dengan ekspresi wajah yang selalu senyum dan ramah kepada semua orang.
5. S2 – Sapa, yaitu komunikasi verbal yang menunjukkan sikap perhatian dalam rangka
mendukung kesembuhan pasien.
6. S3 – Salam, yaitu bentuk silaturahmi dan doa terhadap kesembuhan pasien
.
10.Tujuan
Tujuan Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M. Salamun Bandung adalah:

e. Tercapainya pelayanan yang bermutu tinggi yang berorientasi pada kepuasan pelanggan
f. Pelayanan kesehatan Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M. Salamun Bandung terus
meningkat dan berkembang
g. Tercapainya produktifitas pelayanan Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M. Salamun
Bandung
h. Terbentuknya sumber daya manusia yang memiliki kompetensi tinggi, memiliki
integritas, komitmen yang kuat melalui pendidikan dan pelatihan sebagai upaya
peningkatan kualitas pelayanan.

L. Profil Ruangan Paviliun Firdaus


Ruang Paviliun Firdaus merupakan ruangan pelayanan multi/kompleks (bedah, interne, jantung dan
neurologi). Pelayanan rawat inap VIP dan kelas I terdiri dari pasien laki-laki dan perempuan. Dengan
kapasitas tempat tidur di ruangan tersebut adalah 34 tempat tidur.

M. Pengkajian Situasi Ruangan Paviliun Firdaus


Kapasitas tempat tidur di ruang Paviliun Firdaus berkapasitas 34 unit dibagi dalam 2 Ruang
Dirgantara dan 16 Ruang Buana. Ruang Dirgantara 1 - 2 (VIP) masing-masing kamar memiliki 1 unit
tempat tidur dan kelas 1 Buana (1 – 16) masing-masing kamar memiliki 2 unit tempat tidur. Kapasitas 34
unit bed dan 18 kamar terdapat 4 kamar pada Ruang Buana dan 8 bed yang tidak digunakan karena
kerusakan pada kamar tesebut. Jumlah perawat di Pavilium Firdaus berjumlah 18 orang, sudah termasuk
kepala ruangan. Tingkat pendidikan lulusan Ners berjumlah 9 orang, D III keperawatan berjumlah 9
orang.

6. SDM
Tabel 3.1
Distribusi Perawat Berdasarkan Jabatan, Pendidikan Terakhir, Lama Bekerja Di Paviliun
Firdaus

No. Nama Jabatan Pendidikan Pelatihan Lama Kerja


1. Budi Aji Santosa Kepala Ners BHD 20 Tahun
ruangan

2. Fitri Wahyuni Ketua Tim Ners BHD 10 tahun

3. Bimantari Putri Ketua Tim Ners BHD 7 tahun


4. Nunik Nur CI Ners BHD 5 tahun
Akmalia

5. Didi Farmadi CI Ners BHD 7 tahun

6. Titin Supriatini PJ Ners BHD 9 tahun

7. Riska Irnawati PJ D3 BHD 7 tahun

8. Ade Irwan PJ D3 BHD 6 tahun

9. Panji Nur PJ D3 BHD 7 tahun


Rachman

10. Ida Nura’hida PP D3 BHD 2 tahun

11. Arif Yanuar PP D3 BHD 2 tahun

12. Sinta Setiawati PP D3 BHD 2 tahun

13. Neira Nautika PP D3 BHD 2 tahun

14. Gita Gustina PP D3 BHD 2 tahun

15. Ibrahim PP Ners BHD 2 tahun

16. Iis Hermawati PP D3 BHD 2 tahun

17. M Nur M Lahami PP D3 BHD

18. Gingin Ginanjar PP D3 BHD

(Data Kepegawaian Ruang Paviliun Firdaus, 2018)


7. Fasilitas Paviliun Firdaus
Tabel 3.3
Sarana Dan Prasarana
NO. Fasilitas JUMLAH ALAT

1. Kantor Kepala Ruangan 1


2. Nurse Station 1

3. Kamar Mandi Perawat 1

4. Washtaffel Perawat 1

5. Jam dinding 1

6. Perangkat Komputer 1

7. Telepon 1

8. Tempat Sampah kecil 34

9 Tempat sampah besar 36

10. Ruang Tindakan 1

10 Tempat Tidur 16

11 Gudang 1

12 Set Sofa 2

13. Lemari Obat 1

14. Tempat Sampah Pasien 17

15. Lemari pasien 18

16. Lemari alat tenun 2

17. Lemari loker 1

18. Lemari persediaan barang 1

19. Lemari ALKES 1

20. Lemari arsip-arsip 1

21. Kursi pasien 18


Tabel 3.4 Alat Kesehatan

NO NAMA ALAT JUMLAH ALAT KONDISI


1 Ambu Bag 1 buah Bagus
2 Klem 3 buah Bagus
3 Autoclave 1 buah Bagus
4 Bak injeksi 3 buah Bagus
5 Bak instrumen besar 1 buah Bagus
6 Bak instrumen sedang 2 buah Bagus
7 Bengkok stainless 2 buah Bagus
8 Gunting jaringan 3 buah Bagus
9 Gunting verban 1 buah Bagus
10 Irigator 1 buah Bagus
11 Trolley injeksi 3 buah Bagus
12 Kom alkohol 2 buah Bagus
13 Kom kecil 4 Buah Bagus
14 Kursi roda 4 Buah Bagus
15 Lampu emergensi 1 Buah Bagus
18 Pinset anatomis 2 Buah Bagus
19. Pinset sirurgis 5 buah Bagus
20. Regulator central 2 Buah Bagus
21. Regulator set 25 Buah 23 Bagus
2 Rusak
22. Standard infus 22 Buah Bagus
23. Stetoskop 3 Buah 2 Bagus
1 Rusak
24. Tensi meter duduk 1 buah Rusak
25 Termometer digital 1 Buah Bagus
26 Termometer rektal 1 Buah Bagus
27 Tromol Besar 1 Buah Bagus
28 Tromol Kecil 1 Buah Bagus
29 Win Ring 1 Buah Bagus
30 Tongue Spatel 2 buah Bagus
31 Tensi mobile 1 buah Rusak
32 Mesin EKG 1 buah Bagus
33 Syringe Pump 2 buah Bagus
34 Infus Pump 1 buah Bagus
35 Senter 5 buah Bagus
36 Nebulizer 2 buah Bagus
37 Oxymetri 2 buah Bagus
38 Hubdic temperature 1 buah Bagus
39 Urinal 38 buah Bagus
40 Pispot sodok 20 buah Bagus
41 Botol WSD 7 Buah Bagus
42 Baki Plastik 2 Buah Bagus
43 Branchart 3 Buah Bagus
44 Suction 1 Buah Bagus

8. Prosedural
Paviliun Firdaus terdiri dari SPO sebanyak 311 buah, dengan rincian sebagai berikut :
g. SPO Tindakan : 82 buah
h. SPO PPK (Pendidikan Klien dan Keluarga) : 34 buah
i. SPO PPI ( Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) : 43 buah
j. SPO SKP (Sasaran Keselamatan Pasien) : 49 buah
k. SPO APK : 65 buah
l. SPO PMKP (Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien) : 38 buah

9. 5 Besar Penyakit periode september 2018 s/d januari 2019


Tabel 3.5
Distribusi 10 Besar Penyakit yang ada di Paviliun Firdaus
No Nama Penyakit Jumlah

1. Stroke 135

2. Impaksi 87

3. Gea 69

4. CHF 60

5. DHF 48

10. Fungsi Manajemen paviliun firdaus


d. Perencanaan
Paviliun firdaus belum memiliki Visi, Misi, Filosofi, dan Tujuan Keperawatan secara mandiri.
e. Pengorganisasian
Struktur Organisasi (Terlampir)
f. Ketenagaan
Perhitungan jumlah tenaga perawat

3) Perhitungan BOR

Jumlah hari perawatan


𝐵𝑂𝑅 = x 100%
jumlah tempat tidur x periode
BOR = 61%
Berdasarkan data rekam medis dari November 2018 hingga januari 2019 didapatkan BOR (Bed
Occupation Ratio) di paviliun firdaus sebesar 61%. Menurut depkes RI (2005) nilai BOR yang
ideal adalah 60 -85 %.

4) Perhitungan tenaga kerja


a. Perhitungan Tenaga Perawat Metode Douglas
Tabel 3.6 Distribusi Fungsi Ketenagaan manajemen Metode Douglas Diruangan Firdaus
pada tanggal 15 Januari 2019

Tingkat Jumlah Kebutuhan Tenaga


ketergantungan

Klasifikasi Jumlah Pasien PAGI SORE MALAM


Pasien

Minimal Care 14 14x 0,17 = 2,38 14x 0,14 = 14 x 0,07 = 0,98


1,96

Partial care 4 4x 0,27 = 1,08 4 x 0,15 = 0,6 4 x 0,10 = 0,4

Total care 3 3x 0,36 = 1,08 3 x 0,3 = 0,9 3 x 0,20 = 0,60

Jumlah 21 4,54 3,46 1,98

Pembulatan 5 3 2

Secara teori jumlah perawat yang dinas :

Dinas pagi : 5 orang

Dinas siang : 3 orang

Dinas malam : 2 orang

Jumlah : 10 orang

Jumlah tenaga lepas dinas perhari :

jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar x jumlah perawat
Jumlah hari kerja efektif

52 + 12 + 21x 10 85 x 10
= =
282 282
= 3,01 (3 Perawat)

Non nursing job = (jumlah perawat + lost day) x 25 %

= (10+ 3) x 25% = 3
Factor koreksi = loss day + non nursing job

=3+3=6

Jumlah tenaga yang dibutuhkan = 10 + 6 = 16 orang perawat

b. Perhitungan tenaga perawat menurut Gillies


𝐴 𝑥 𝐵 𝑥 365
Tenaga Perawat (TP) =
(365−𝐶)𝑥𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/ℎ𝑎𝑟𝑖

Keterangan :

A= Jam perawatan/24 jam (waktu yang dibutuhkan pasien)

B= Sensus harian (BORxjumlah tempat tidur)

C=jumlah hari libur ( libur resmi yang di tentukanpemerintah dan cuti tahunan
personal
𝐴 𝑥 𝐵 𝑥 365
Tenaga Perawat (TP) =
(365−𝐶)𝑥𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/ℎ𝑎𝑟𝑖

7 𝑥 (0,71 𝑥 26)𝑥 365


= (365−85) 𝑥 7

= 24.06 (24 Perawat)

c. Pedoman perhitungan kebutuhan tenaga hasil lokakarya PPNI


(A X 52 MG) X 7 HR(TT X BOR) X 125%
Tenaga Perawat (TP) =
41 MG X 40 JAM
(A X 52 MG) X 7 HR(TT X BOR) X 125%
Tenaga Perawat (TP) =
41 MG X 40 JAM

(4 X 52) X 7(26 X 0,71) X 125%


=
41 X 40
= 20,5 (21 Perawat)

Berdasarkan perhitungan jumlah tenaga perawat dengan menggunakan metode


Douglas sebanyak 16 perawat, metode Gillies sebanyak 24 perawat, dan hasil lokakarya
PPNI sebanyak 21 perawat dengan jumlah tenaga perawat diruangan Gelatik sebanyak 18
orang (termasuk kepala ruangan), berarti jumlah perawat diruangan Gelatik secara teori
menurut Douglas sudah tercukupi tapi menurut Gillies dan PPNI belum tercukupi.

N. Metode Pengumpulan Data


Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara dan evaluasi menggunakan lembar
observasi ceklist. Observasi merupakan kegiatan pemuatan penelitian terhadap suatu objek
(Sugiyono,2015). Observasi menggunakan lembar observasi ceklist dilakukan pada tanggal 19 sampai 21
februari 2019 di ruang Paviliun Firdaus RSAU dr. M SALAMUN.

O. Analisa Swot
Pada tahap ini dilakukan analisis SWOT mengenai kekuatan dan kelemahan (faktor internal) yang
dimiliki oleh ruang Firdaus sekaligus juga menganalisis peluang dan ancaman (faktor eksternal) yang
dihadapi oleh ruang Firdaus adalah sebagai berikut :

e. Kekuatan (Strength)
17. Rumah Sakit TNI Angkatan Udara dr. M. Salamun adalah Rumah Sakit yang terakreditasi
Paripurna
18. Kepala ruangan Firdaus berlatar belakang pendidikan S.Kep Ners dengan pengalaman kerja
20 tahun.
19. Ruang Firdaus memiliki tenaga kerja dengan kualifikasi pendidikan Ners 9 orang, D-III
Keperawatan 9 orang dan sudah menerapkan metode TIM
20. BOR 3 bulan terakhir ruangan Firdaus adalah 61%
21. Ruang Firdaus memiliki 1 orang pelaksana administrasi, 4 orang bagian gizi dan 3 orang
tenaga kebersihan
22. Ruang Firdaus memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) sejumlah 311
23. Ruang Firdaus memiliki peralatan yang sesuai dengan daftar peralatan ruangan dan dapat
menunjang kebutuhan pasien.
24. Ruang Firdaus memiliki tenaga perawat yang telah mengikuti pelatihan yang diprogramkan
dari rumah sakit (BHD).
25. Terdapat buku operan dinas dan daftar injeksi untuk memudahkan perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas.
26. Terdapat 1 emergency troli
27. Lingkungan ruang Firdaus terlihat bersih, rapi, lingkungan sangat kondusif bagi klien,
pengunjung dan saat melakukan pelayanan kesehatan
28. Ruangan memiliki persediaan alat tenun sendiri.
29. Ruangan dilengkapi dengan computer untuk membantu system informasi manajemen di
ruangan
30. Ruang Firdaus memiliki tempat penyimpanan obat yang sesuai dengan identitas masing-
masing pasien.
31. Terdapat 2 buah APAR diruang keperawatan
32. Adanya mahasiswa Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel yang
praktek di ruang Firdaus.

f. Kelemahan (Weakness)
1. Belum optimalnya pelaksanaan waktu kunjungan pasien
2. Belum optimalnya keluarga pasien dalam melaksanakan cuci tangan sesuai SOP yang
berlaku
3. Belum optimalnya penerapan pendokumentasian SOAP
g. Peluang (opportunities)
4. Telah disahkannya UU Keperawatan no 38 Tahun 2014, mengenai profesionalisme perawat
5. Telah disahkannya UU Akreditasi Rumah Sakit no 34 Tahun 2017. Mengenai Peningkatan
pelayanan kesehatan profesionalisme rumah sakit Indonesia.
6. Adanya UU Pasal 32 No. 44 tahun 2009 tentang perlindungan hak pasien
h. Ancaman (Threats)
1. Adanya undang-undang perlindungan konsumen terdapat dalam UU No. 8 tahun
2009 tentang perlindungan konsumen.
2. Persaingan antar rumah sakit seperti RS Rotinsulu, RS Advent, RS Boromeus yang
semakin ketat didalam hal sarana dan prasarana serta pelayanan yang prima.
3. Adanya peningkatan teknologi informasi yang membuat masyarakat semakin kritis
dalam menilai pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
4. Tingginya tuntutan masyarakat terkait pelayanan kesehatan profesional dan
berkualitas.
M. Analisa Swot

Internal Strengths (S) : Weakness (W) :


17. Rumah Sakit TNI Angkatan Udara dr. M. 1. Belum optimalnya optimalnya pelaksanaan
Salamun adalah Rumah Sakit yang terakreditasi waktu kunjungan pasien
Paripurna 2. Belum optimalnya keluarga pasien dalam
18. Kepala ruangan Firdaus berlatar belakang melaksanakan cuci tangan sesuai SOP yang
pendidikan S.Kep Ners dengan pengalaman kerja berlaku
20 tahun. 3. Belum optimalnya penerapan
19. Ruang Firdaus memiliki tenaga kerja dengan pendokumentasian S0AP
kualifikasi pendidikan Ners 9 orang, D-III
Keperawatan 9 orang dan sudah menerapkan
metode TIM
20. BOR 3 bulan terakhir ruangan Firdaus 61%
21. Ruang Firdaus memiliki 1 orang pelaksana
administrasi, 4 orang bagian gizi dan 3 orang
tenaga kebersihan
22. Ruang Firdaus memiliki Standar Operasional
Prosedur (SOP) sejumlah 311
23. Ruang Firdaus memiliki peralatan yang sesuai
dengan daftar peralatan ruangan dan dapat
menunjang kebutuhan pasien.
24. Ruang Firdaus memiliki tenaga perawat yang
telah mengikuti pelatihan yang diprogramkan dari
rumah sakit (BHD).
25. Terdapat buku operan dinas dan daftar injeksi
untuk memudahkan perawat dalam pemberian
Eksternal
asuhan keperawatan yang berkualitas.
26. Terdapat 1 emergency troli
27. Lingkungan ruang Firdaus terlihat bersih, rapi,
lingkungan sangat kondusif bagi klien,
pengunjung dan saat melakukan pelayanan
kesehatan
28. Ruangan memiliki persediaan alat tenun sendiri.
29. Ruangan dilengkapi dengan computer untuk
membantu system informasi manajemen di
ruangan
30. Ruang Firdaus memiliki tempat penyimpanan
obat yang sesuai dengan identitas masing-masing
pasien.
31. Terdapat 2 buah APAR diruang keperawatan
32. Adanya mahasiswa Program Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel yang
praktek di ruang Firdaus.
Opportunities (O) : SO Strategi: WO Strategi :
7. Pemanfaatan tenaga keperawatan yang efisien. 1.Menambah tenaga keperawatan pada ruangan
4. Telah disahkannya UU 8. Pemanfaatan sistem pendukung sesuai dengan Pavilum Firdaus.
Keperawatan no 38 Tahun 2014, fungsinya untuk meningkatkan kualitas pelayanan. 2. mengikut sertakan perawat dalam pelatihan-
mengenai profesionalisme 9. Pelaksanaan pelayanan keperawatan yang sesuai pelatihan
perawat dengan visi misi
5. Telah disahkannya UU 10. Peningkatan pelayanan yang sesuai dengan
Akreditasi Rumah Sakit no 34 standar prosedur operasional
Tahun 2017. Mengenai 11. Dapat meningkatkan pelayanan dengan adanya
Peningkatan pelayanan kesehatan protap dan standar asuhan keperawatan serta
profesionalisme rumah sakit sarana dan prasarana yg memadai
Indonesia. 12. Ruang perawatan yang banyak, dapat menampung
6. Adanya UU Pasal 32 No. 44 pasien dalam jumlah yang banyak pula
tahun 2009 tentang perlindungan
hak pasien

Threats (T) : ST Strategi: WT Strategi :


3. RSAU.M. Salamun adalah salah satu Rumah 3. Mengkoordinasikan dengan manajer
5. Adanya undang-undang
sakit rujukan di wilayah bandung yang keperawatan, terkait dengan peningkatan mutu
perlindungan konsumen
terdapat dalam UU No. 8 tahun merupakan rumah sakit milik TNI AU yang pelayanan keperawatan
2009 tentang perlindungan memiliki kerja sama dengan instansi 4. Meningkatkan pengawasan dan penjagaan

konsumen. pendidikan. kepada pasien agar tidak terjadi kejadian tidak


4. Perawat di Ruangan Firdaus telah mengikuti diharapkan di ruangan.
6. Persaingan antar rumah sakit
pelatihan seperti BHD, Sehingga adanya
seperti RS Rotinsulu, RS
pelayanan kesehatan yang optimal terhadap
Advent, RS Boromeus yang
kebutuhan dan permintaan masyarakat.
semakin ketat didalam hal
sarana dan prasarana serta
pelayanan yang prima.
7. Adanya peningkatan teknologi
informasi yang membuat
masyarakat semakin kritis dalam
menilai pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit.
8. Tingginya tuntutan masyarakat
terkait pelayanan kesehatan
profesional dan berkualitas
N. POA (Planning of action)
NO MASALAH TUJUAN STRATEGI INTERVENSI IMPLEMENTASI SASARAN WAKTU PENANGGUNG
JAWAB

1. Belum optimalnya - menjaga - Melakukan - Desiminasi -Melakukan keluarga pasien 19-21 Kelompok VI
pelaksanaan waktu ketenangan dan Edukasi -Edukasi desiminasi kepada february
kepada
berkunjung meningkatkan perawat 2019
keluarga
Kenyamanan pasien terkait
-melakukan edukasi
pasien jam besuk
pada pasien dan
- mengurangi keluarga
penyebaran
mikroorganism
e

- melindungi
hak dan
kewajiban
pasien

2 Belum optimalnya - Untuk -Melakukan - Desiminasi -Melakukan Pasien dan 19-21 Kelompok VI
keluarga pasien dalam menerapkan 6 sosialisasi - Edukasi Edukasi kepada keluarga di February
penerapan cuci
melaksanakan cuci SKP pasien dan keluarga ruangan firdaus 2019
tangan
- lakukan
tangan sesuai SOP - mengurangi diskusi dengan
resiko infeksi perawat firdaus
untuk
mengoptimalkan
cuci tangan pada
keluarga
3 Belum optimalnya -Untuk -Melakukan -Desiminasi -Melakukan Perawat di 19-21 Kelompok VI
penerapan menerapkan 6 diskusi dengan desiminasi pada ruangan firdaus, February
kepala ruangan
pendokumentasi SOAP SKP perawat 2019
dalam
penerapan
- Meningkatkan
pendokumentasi
mutu pelayanan an SOAP secara
keperawatan tepat kepada
perawat
- memperbaiki
atau
meningkatkan
komunikasi
perawat secara
efektif

- dokter percaya
pada analisa
perawat karena
menunjukan
perawat paham
akan kondisi
pasien
O. Pembobotan Matriks IFE

Faktor Bobot Rating Skor

Kekuatan (Strenght)
19. Rumah Sakit TNI Angkatan Udara dr. M. 0,24
4
Salamun adalah Rumah Sakit yang
0,06
terakreditasi Paripurna
20. Terdapat visi,misi dan falsafah rumah sakit
sebagai target-target yang akan di capai 0,24
21. Rumah sakit dr M. SALAMUN adalah 0,06
rumah sakit yang sudah lama memberikan 4
pelayanan kesehatan selama tahun 0,12
22. Memiliki tenaga keperawatan yang 0,04
berpengalaman diatas 3 Tahun 3
23. Kepala ruangan Firdaus berlatar belakang 0,12
pendidikan S.Kep Ners dengan pengalaman
0,04
kerja 20 tahun.
24. Rumah Sakit dr M. SALAMUN 3 0,24
0,06
bekerjasama dengan bpjs kesehatan dalam
pendanaan pengobatan pasien
4
25. Ruang Firdaus memiliki tenaga kerja 0,12
dengan kualifikasi pendidikan Ners 9 orang, 0,04
D-III Keperawatan 9 orang dan sudah
menerapkan metode TIM 0,12
3
26. BOR 3 bulan terakhir ruangan Firdaus 61% 0,04
27. ruang Firdaus memiliki Standar
Operasional Prosedur (SOP) sejumlah 311
28. Ruang Firdaus memiliki peralatan yang 0,18
sesuai dengan daftar peralatan ruangan dan 3
0,06
dapat menunjang kebutuhan pasien.
29. Ruang Firdaus memiliki tenaga perawat 0,16
yang telah mengikuti pelatihan yang
diprogramkan dari rumah sakit (BHD). 0,04 0,12
30. Terdapat buku operan dinas dan daftar 3
injeksi untuk memudahkan perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan yang 0,04
berkualitas. 4 0,12
31. Terdapat 1 emergency troli
32. Lingkungan ruang Firdaus terlihat bersih, 0,12
3
rapi, lingkungan sangat kondusif bagi klien,
0,04
pengunjung dan saat melakukan pelayanan
kesehatan 0,12
33. Ruangan dilengkapi dengan computer untuk 0,04
3
membantu system informasi manajemen di
ruangan 0,16
34. Ruang Firdaus memiliki tempat 0,04
3
penyimpanan obat yang sesuai dengan
identitas masing-masing pasien. 0,12
35. Terdapat 2 buah APAR diruang
0,04
keperawatan
3
36. Adanya mahasiswa Program Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel 0,24
0,04
yang praktek di ruang Firdaus.

4 0,16

0.06

0,04 3 0,6

0,02
4
3
Kelemahan (Weakness/CA)
1. Belum optimalnya pelaksanaan waktu 0,06 2 0,12
kunjungan
2. Belum optimalnya keluarga pasien dalam 0,06 0,12
2
melaksanakan cuci tangan sesuai SOP
3. Belum optimalnya penerapan pendokumentasian
SOAP 0,08 0,16

Jumlah 1 3,16

Keterangan :

Rating (nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor yang memiliki nilai 1 = sangat lemah,
2 = tidak begitu lemah, 3 = cukup kuat, 4 = sangat kuat.
P. PEMBOBOTAN MATRIKS EFE
No Faktor Bobot Rating Skor

1. Peluang
d. Telah disahkannya UU Keperawatan no 0,144 4 0,576
38 Tahun 2014, mengenai
profesionalisme perawat
e. Telah disahkannya UU Akreditasi 0,142 4 0,568
Rumah Sakit no 34 Tahun 2017.
Mengenai Peningkatan pelayanan
kesehatan profesionalisme rumah sakit
Indonesia.
f. Adanya UU Pasal 32 No. 44 tahun 2009 0,144 4 0,576
tentang perlindungan hak pasien

2 Ancaman
0,142 4 0,568
a. Adanya undang-undang perlindungan
konsumen terdapat dalam UU No. 8
tahun 2009 tentang perlindungan
konsumen. 0,144 4 0,576
b. Persaingan antar rumah sakit seperti
RS Rotinsulu, RS Advent, RS
Boromeus yang semakin ketat
didalam hal sarana dan prasarana
0,142 3 0,426
serta pelayanan yang prima.
c. Adanya peningkatan teknologi
informasi yang membuat masyarakat
semakin kritis dalam menilai 0,142 3 0,426
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
d. Tingginya tuntutan masyarakat terkait
pelayanan kesehatan profesional dan
berkualitas
Jumlah 1 3,7

Keterangan :

Rating setiap critical succes factors antara 1 sampai 4, dimana 1 = dibawah rata-rata, 2 = rata-
rata, 3 = diatas rata-rata, 4 = sangat bagus.

Diagram Cartesius Matrix Space

Diagram 3.1

Yaksis = T + O = 3,7 XAksis = S + W = 3,16


Opportunities

Strategi agresif

Strategi pembenahan

Weakness Strength

Strategi bertahan Strategi diverivikasi

Threats
Prioritas Masalah
Scoring Prioritas Masalah dengan Metode CARL Ruang Firdaus

No MASALAH C A R L SKOR KET

1 belum optimalnya pelaksanaan


waktu kunjungan pasien 5 3 4 4 240 I

2 Belum obtimalnya keluarga


pasien melaksankan cuci tangan 5 5 4 4 400 II
sesuai SOP

3 Belum obtimalnya penerapan


pendokumentasian SOAP 5 5 4 4 400 III

d) Proses untuk mendapatkan masalah di atas dengan menggunakan metode pembobotan yang
memperhatikan aspek :
C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan)
A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak. Kemudahaan
dapat didasarkan pada ketersediaan metode / cara / teknologi serta penunjang pelaksanaan
seperti peraturan atau juklak.
R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti keahlian
atau kemampuan dan motivasi.
L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam
pemecahan masalah yang dibahas.
Rumus: C x A x R x L
e) Rentang nilai yang digunakan adalah 1- 5 :
6. Sangat penting :5
7. Penting :4
8. Cukup penting :3
9. Kurang penting :2
10. Sangat kurang penting :1

f) Perumusan Masalah
Belum optimalnya pelaksanaan waktu kunjungan pasien
Belum obtimalnya keluarga pasien melaksanakan cuci tangan sesuai SOP
Belum obtimalnya penerapan pendokumentasian SOAP
P. Analisis Fish Bone

2. Belum optimalnya keluarga dalam melaksanakan cuci tangan sesuai SPO yang berlaku

MAN MATERIAL
- Kurang motivasi keluarga MONEY
handscrub tersedia disetiap
dalam melakukan cuci (-) ruangan pasien dan diluar
tangan pintu masuk kamar pasien
- Merasa tidak kotor dan posisi tepat
PR

Belum optimalny
dalam melaksana
SPO yang berlak

METODE MACHINE ENVIRONMENT

- Keluarga tidak (-) handscrub tertempel di


melakukan cuci tembok ruangan tetapi ada 1
tangan dengan atau 2 yang kosong
1.10.1.3Bel
benar sesuai SPO
- Kurang optimalnya
edukasi mengenai
cuci tantgan sesuai
SOP ruangan
4. Belum optimalnya pelaksannaan waktu kunjungan pasien
MAN

- Kurang pengetahuan
MONEY MATERIAL
keluarga pasien tentang
pentingnya mematuhi (-) Ketersediaan peraturan
aturan jam kunjungan jam kunjungan pasien
pasien
- Kesadaran yang kurang
dari pengunjung pasien Belum optim
waktu kunju

METODE MACHINE ENVIRONMENT

- Jadwal kunjungan (-) Kurangnya pengawasan


pasien dari petugas keamanan
- Keluarga
1.10.1.4 Bel tidak
melakukan
pelaksanaan
kunjungan pasien
tidak sesuai dengan
peraturan yang
berlaku
5. Belum optimalnya pelaksanaan pendokumentasian SOAP

MONEY MATERIAL
MAN
(-) Lembar
Perawat pendokumentasian SOAP

Belum op
pendokum

METODE MACHINE ENVIRONMENT

Jurnal pelaksanaan (-) Kurangnya


dokumentasian pengawasan dari
asasuhan kepala ruangan
keperawatan tahun
2014
BAB III

KAJIAN SITUASI

Q. Profil Rumah Sakit TNI AU dr. M. Salamun


Rumah Sakit TNI AU dr. Salamun adalah rumah sakit militer tingkat II yang berada di kota
bandung, Jawa Barat. RSAU dr. M. Salamun mempunyai visi menyelenggarakan dukungan kesehatan
yang diperlukan dalam setiap operasi dan latihan TNI/TNI AU, menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang bermutu terhadap anggota TNI/TNI AU berikut keluarganya serta masyarakat umum dan
meningkatkan kemampuan profesionalisme personil secara berkesinambungan. Rumah Sakit TNI AU dr.
M. Salamun bandung berada di Jalan Ciumbuleuit No. 203 Cidadap Bandung (40142), Indonesia.
Gagasan untuk membangun suatu Rumah Sakit TNI AU tercetus dengan alasan bahwa TNI Au
harus mempunyai tepat penampungan penderitanya sendiri dengan kegiatan-kegiatan yang meliputi
kesehatan umum adalah dalam arti merawat dan mengobati para anggota TNI AU beserta keluarganya.
Sedangkan kesehatan khusus yaitu rangkain kegiatan bidang kesehatan penerbangan, dengan mengadakan
medical check up, kegiatan penelitian dan pengembangan melalui tim kesehatan khusus, serta kegiatan
dukungan operasi khusus tingkat angkatan (TNI) maupun nasional,. Selain kegiatan-kegiatan tersebut
diatas rumah sakit mengadakan pula Civic Mission dengan melayani masyarakat disekitarnya.
Pembinaan Lanud Husein Satranegara Berdasarkan Keputusan Staf TNI Angkatan Udara
No.Kep/25/VII/1985 11 maret 1985 Status RUSPAU Dr. M. Salamun mengalami perubahan alih kelola
dari pembinaan dari Direktorat Kesehatan beralih kebawah pembinaaan Lanut Husein Sastranegara,
sehingga menjadi Rumah Sakit Dr. M. Salamun Lanud Husein SastranegaraSanatorium Paru Pacet.
Bedasarkan Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara No.Kep/24/XII/1988 20 Desember 1988,
adanya perubahan status sanatorium Paru Pacet dari bagian penyakit paru Rumah Sakit Dr. M. Salamun
Lanud Husein Sastranegara menjadi pusat pemulihan kesehatan awak pesawat udara TNI Angkatan Udara
Dibawah Lakespra Sarianto Ditkes AU. Sejalan dengan tuntutan organisasi, Rumah Sakit TNI Angkatan
Udara tingkat II Dr. M. Salamun yang semangkin berkembang dan semangkin komplek dalam
permasalahan, maka diperlukan adanya kendali dan pembinaan oleh Mabes TNI AU sehingga
permasalahan Rumah Sakit dapat teratasi. Berdasarkan keputusan Kasau Nomor : Kep/03/II/1998 3
Februari 1998 tentang pokok-pokok organisasi dan prosedur oselon pelaksana pusat tingkat Mabes AU,
status Rumah Sakit TNI AU Tk: II Dr.M. Salamun Lanud Husein Satranegara kembali dibawah kendali
pusat sebagai Badan Pelaksana Teknis Diskes TNI AU dengan tugas pokok sebagai berikut:
Melaksanakan Dukungan Kesehatan Bagi Setiap Operasi TNI AU, Melaksanakan Pelayanan Kesehatan
Bagi Anggota TNI Atau Keluarga, Sebagai Rumah Sakit Rujukan Bagi Rumah Sakit TNI AU Wilayah
Jawa Barat.
R. Sejarah berdirinya Rumah Sakit
Pengembangan tahap pertama dimulai pada tanggal 19 Agustus 1961 dengan dibentuknya Depot
Kesehatan 002 yang berkedudukan di Pangkalan Udara Husein Sastranegara, dipimpin oleh seorang
Komandan yaitu Letnan Kolonel dr. Malikoel Saleh. Pada tanggal 18 September 1962, dilakukan
pemindahan kegiatan ke Ciumbuleuit dengan personel dan peralatan kesehatan yang sangat terbatas
dengan kapasitas rawat mondok dari 20 buah tempat tidur menjadi 96 buah tempat tidur.
Pada tanggal 2 Mei 1966, berdasarkan keputusan Menteri/Panglima Angkatan Udara Nomor : 45
Tahun 1966, ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara. Setelah menjadi Rumah Sakit Pusat
Angkatan Udara (RUSPAU), kegiatan dukungan kesehatan dan pelayanan kesehatan semakin meningkat
pula. Berdasarkan Surat Keputusan Kasau Nomor Skep/2/II/1976, maka terhitung tahun 1976 nama
RUSPAU disempurnakan menjadi Rumah Sakit Pusat TNI AU dokter Mohammad Salamun, mengingat
jasa-jasa Marsekal Muda dokter Mohammad Salamun (Alm) pada bidang kesehatan Penerbangan dan
beliau pernah bertugas di Lanud Husein Sastranegara tahun 1951 sampai 1954 sehingga nama beliau
diabadikan menjadi nama Rumah Sakit Angkatan Udara yang berlokasi di Jln. Ciumbuleuit No. 203
Kecamatan Cidadap Kota Bandung Kode Pos 40142 Nomor Telepon 022-2032090 Nomor Fax 022-
2031624, email : rsausalamun@gmail.com. (Pedoman Pengorganisasian Ruang Gelatik, 2015).
S. VISI, MISI, FALSAFAH, LANDASAN NILAI DAN TUJUAN RSAU dr. M. SALAMUN
11.Visi
“Menjadi Rumah Sakit rujukan Terbaik di Jawa Barat”
12.Misi
g. Menyelenggarakan dukungan kesehatan yang diperlukan dalam setiap operasi dan latihan
TNI/TNI AU.
h. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu terhadap anggota TNI/TNI AU berikut
keluarganya serta masyarakat umum.
i. Meningkatkan kemampuan profesionalisme personil secara berkesinambungan.
13.Falsafah
“Jiwa dan Semangat Pengabdian TNI adalah Landasan Dalam Melaksanakan Pelayanan
Kesehatan”
14.Landasan Nilai
Landasan nilai yang ingin dicapai oleh RSAU dr. M. Salamun adalah “HEBRING”
HEBRING yang artinya :
H : Handal
E : Efesien
B : Besih
R : Ramah
I : Indah
N : Nyaman
G : Gemilang

Landasan nilai dalam mencapai Visi dan Misi Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M.
Salamun Bandung adalah “3S”, yaitu:
7. S1 - Senyum, yaitu memberikan pelayanan dengan ikhlas dan sabar yang ditunjukkan
dengan ekspresi wajah yang selalu senyum dan ramah kepada semua orang.
8. S2 – Sapa, yaitu komunikasi verbal yang menunjukkan sikap perhatian dalam rangka
mendukung kesembuhan pasien.
9. S3 – Salam, yaitu bentuk silaturahmi dan doa terhadap kesembuhan pasien
.
15.Tujuan
Tujuan Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M. Salamun Bandung adalah:

i. Tercapainya pelayanan yang bermutu tinggi yang berorientasi pada kepuasan pelanggan
j. Pelayanan kesehatan Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M. Salamun Bandung terus
meningkat dan berkembang
k. Tercapainya produktifitas pelayanan Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M. Salamun
Bandung
l. Terbentuknya sumber daya manusia yang memiliki kompetensi tinggi, memiliki
integritas, komitmen yang kuat melalui pendidikan dan pelatihan sebagai upaya
peningkatan kualitas pelayanan.

T. Profil Ruangan Paviliun Firdaus


Ruang Paviliun Firdaus merupakan ruangan pelayanan multi/kompleks (bedah, interne, jantung dan
neurologi). Pelayanan rawat inap VIP dan kelas I terdiri dari pasien laki-laki dan perempuan. Dengan
kapasitas tempat tidur di ruangan tersebut adalah 34 tempat tidur.

U. Pengkajian Situasi Ruangan Paviliun Firdaus


Kapasitas tempat tidur di ruang Paviliun Firdaus berkapasitas 34 unit dibagi dalam 2 Ruang
Dirgantara dan 16 Ruang Buana. Ruang Dirgantara 1 - 2 (VIP) masing-masing kamar memiliki 1 unit
tempat tidur dan kelas 1 Buana (1 – 16) masing-masing kamar memiliki 2 unit tempat tidur. Kapasitas 34
unit bed dan 18 kamar terdapat 4 kamar pada Ruang Buana dan 8 bed yang tidak digunakan karena
kerusakan pada kamar tesebut. Jumlah perawat di Pavilium Firdaus berjumlah 18 orang, sudah termasuk
kepala ruangan. Tingkat pendidikan lulusan Ners berjumlah 9 orang, D III keperawatan berjumlah 9
orang.

11.SDM
Tabel 3.1
Distribusi Perawat Berdasarkan Jabatan, Pendidikan Terakhir, Lama Bekerja Di Paviliun
Firdaus

No. Nama Jabatan Pendidikan Pelatihan Lama Kerja


1. Budi Aji Santosa Kepala Ners BHD 20 Tahun
ruangan

2. Fitri Wahyuni Ketua Tim Ners BHD 10 tahun

3. Bimantari Putri Ketua Tim Ners BHD 7 tahun


4. Nunik Nur CI Ners BHD 5 tahun
Akmalia

5. Didi Farmadi CI Ners BHD 7 tahun

6. Titin Supriatini PJ Ners BHD 9 tahun

7. Riska Irnawati PJ D3 BHD 7 tahun

8. Ade Irwan PJ D3 BHD 6 tahun

9. Panji Nur PJ D3 BHD 7 tahun


Rachman

10. Ida Nura’hida PP D3 BHD 2 tahun

11. Arif Yanuar PP D3 BHD 2 tahun

12. Sinta Setiawati PP D3 BHD 2 tahun

13. Neira Nautika PP D3 BHD 2 tahun

14. Gita Gustina PP D3 BHD 2 tahun

15. Ibrahim PP Ners BHD 2 tahun

16. Iis Hermawati PP D3 BHD 2 tahun

17. M Nur M Lahami PP D3 BHD

18. Gingin Ginanjar PP D3 BHD

(Data Kepegawaian Ruang Paviliun Firdaus, 2018)


12. Fasilitas Paviliun Firdaus
Tabel 3.3
Sarana Dan Prasarana
NO. Fasilitas JUMLAH ALAT

1. Kantor Kepala Ruangan 1


2. Nurse Station 1

3. Kamar Mandi Perawat 1

4. Washtaffel Perawat 1

5. Jam dinding 1

6. Perangkat Komputer 1

7. Telepon 1

8. Tempat Sampah kecil 34

9 Tempat sampah besar 36

10. Ruang Tindakan 1

10 Tempat Tidur 16

11 Gudang 1

12 Set Sofa 2

13. Lemari Obat 1

14. Tempat Sampah Pasien 17

15. Lemari pasien 18

16. Lemari alat tenun 2

17. Lemari loker 1

18. Lemari persediaan barang 1

19. Lemari ALKES 1

20. Lemari arsip-arsip 1

21. Kursi pasien 18


Tabel 3.4 Alat Kesehatan

NO NAMA ALAT JUMLAH ALAT KONDISI


1 Ambu Bag 1 buah Bagus
2 Klem 3 buah Bagus
3 Autoclave 1 buah Bagus
4 Bak injeksi 3 buah Bagus
5 Bak instrumen besar 1 buah Bagus
6 Bak instrumen sedang 2 buah Bagus
7 Bengkok stainless 2 buah Bagus
8 Gunting jaringan 3 buah Bagus
9 Gunting verban 1 buah Bagus
10 Irigator 1 buah Bagus
11 Trolley injeksi 3 buah Bagus
12 Kom alkohol 2 buah Bagus
13 Kom kecil 4 Buah Bagus
14 Kursi roda 4 Buah Bagus
15 Lampu emergensi 1 Buah Bagus
18 Pinset anatomis 2 Buah Bagus
19. Pinset sirurgis 5 buah Bagus
20. Regulator central 2 Buah Bagus
21. Regulator set 25 Buah 23 Bagus
2 Rusak
22. Standard infus 22 Buah Bagus
23. Stetoskop 3 Buah 2 Bagus
1 Rusak
24. Tensi meter duduk 1 buah Rusak
25 Termometer digital 1 Buah Bagus
26 Termometer rektal 1 Buah Bagus
27 Tromol Besar 1 Buah Bagus
28 Tromol Kecil 1 Buah Bagus
29 Win Ring 1 Buah Bagus
30 Tongue Spatel 2 buah Bagus
31 Tensi mobile 1 buah Rusak
32 Mesin EKG 1 buah Bagus
33 Syringe Pump 2 buah Bagus
34 Infus Pump 1 buah Bagus
35 Senter 5 buah Bagus
36 Nebulizer 2 buah Bagus
37 Oxymetri 2 buah Bagus
38 Hubdic temperature 1 buah Bagus
39 Urinal 38 buah Bagus
40 Pispot sodok 20 buah Bagus
41 Botol WSD 7 Buah Bagus
42 Baki Plastik 2 Buah Bagus
43 Branchart 3 Buah Bagus
44 Suction 1 Buah Bagus

13. Prosedural
Paviliun Firdaus terdiri dari SPO sebanyak 311 buah, dengan rincian sebagai berikut :
m. SPO Tindakan : 82 buah
n. SPO PPK (Pendidikan Klien dan Keluarga) : 34 buah
o. SPO PPI ( Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) : 43 buah
p. SPO SKP (Sasaran Keselamatan Pasien) : 49 buah
q. SPO APK : 65 buah
r. SPO PMKP (Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien) : 38 buah

14.5 Besar Penyakit periode september 2018 s/d januari 2019


Tabel 3.5
Distribusi 10 Besar Penyakit yang ada di Paviliun Firdaus
No Nama Penyakit Jumlah

1. Stroke 135

2. Impaksi 87

3. Gea 69

4. CHF 60

5. DHF 48

15. Fungsi Manajemen paviliun firdaus


g. Perencanaan
Paviliun firdaus belum memiliki Visi, Misi, Filosofi, dan Tujuan Keperawatan secara mandiri.
h. Pengorganisasian
Struktur Organisasi (Terlampir)
i. Ketenagaan
Perhitungan jumlah tenaga perawat

5) Perhitungan BOR

Jumlah hari perawatan


𝐵𝑂𝑅 = x 100%
jumlah tempat tidur x periode
BOR = 61%
Berdasarkan data rekam medis dari November 2018 hingga januari 2019 didapatkan BOR (Bed
Occupation Ratio) di paviliun firdaus sebesar 61%. Menurut depkes RI (2005) nilai BOR yang
ideal adalah 60 -85 %.

6) Perhitungan tenaga kerja


a. Perhitungan Tenaga Perawat Metode Douglas
Tabel 3.6 Distribusi Fungsi Ketenagaan manajemen Metode Douglas Diruangan Firdaus
pada tanggal 15 Januari 2019

Tingkat Jumlah Kebutuhan Tenaga


ketergantungan

Klasifikasi Jumlah Pasien PAGI SORE MALAM


Pasien

Minimal Care 14 14x 0,17 = 2,38 14x 0,14 = 14 x 0,07 = 0,98


1,96

Partial care 4 4x 0,27 = 1,08 4 x 0,15 = 0,6 4 x 0,10 = 0,4

Total care 3 3x 0,36 = 1,08 3 x 0,3 = 0,9 3 x 0,20 = 0,60

Jumlah 21 4,54 3,46 1,98

Pembulatan 5 3 2

Secara teori jumlah perawat yang dinas :

Dinas pagi : 5 orang

Dinas siang : 3 orang

Dinas malam : 2 orang

Jumlah : 10 orang

Jumlah tenaga lepas dinas perhari :

jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar x jumlah perawat
Jumlah hari kerja efektif

52 + 12 + 21x 10 85 x 10
= =
282 282
= 3,01 (3 Perawat)

Non nursing job = (jumlah perawat + lost day) x 25 %

= (10+ 3) x 25% = 3
Factor koreksi = loss day + non nursing job

=3+3=6

Jumlah tenaga yang dibutuhkan = 10 + 6 = 16 orang perawat

b. Perhitungan tenaga perawat menurut Gillies


𝐴 𝑥 𝐵 𝑥 365
Tenaga Perawat (TP) =
(365−𝐶)𝑥𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/ℎ𝑎𝑟𝑖

Keterangan :

A= Jam perawatan/24 jam (waktu yang dibutuhkan pasien)

B= Sensus harian (BORxjumlah tempat tidur)

C=jumlah hari libur ( libur resmi yang di tentukanpemerintah dan cuti tahunan
personal
𝐴 𝑥 𝐵 𝑥 365
Tenaga Perawat (TP) =
(365−𝐶)𝑥𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/ℎ𝑎𝑟𝑖

7 𝑥 (0,71 𝑥 26)𝑥 365


= (365−85) 𝑥 7

= 24.06 (24 Perawat)

c. Pedoman perhitungan kebutuhan tenaga hasil lokakarya PPNI


(A X 52 MG) X 7 HR(TT X BOR) X 125%
Tenaga Perawat (TP) =
41 MG X 40 JAM
(A X 52 MG) X 7 HR(TT X BOR) X 125%
Tenaga Perawat (TP) =
41 MG X 40 JAM

(4 X 52) X 7(26 X 0,71) X 125%


=
41 X 40
= 20,5 (21 Perawat)

Berdasarkan perhitungan jumlah tenaga perawat dengan menggunakan metode


Douglas sebanyak 16 perawat, metode Gillies sebanyak 24 perawat, dan hasil lokakarya
PPNI sebanyak 21 perawat dengan jumlah tenaga perawat diruangan Gelatik sebanyak 18
orang (termasuk kepala ruangan), berarti jumlah perawat diruangan Gelatik secara teori
menurut Douglas sudah tercukupi tapi menurut Gillies dan PPNI belum tercukupi.

V. Metode Pengumpulan Data


Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara dan evaluasi menggunakan lembar
observasi ceklist. Observasi merupakan kegiatan pemuatan penelitian terhadap suatu objek
(Sugiyono,2015). Observasi menggunakan lembar observasi ceklist dilakukan pada tanggal 19 sampai 21
februari 2019 di ruang Paviliun Firdaus RSAU dr. M SALAMUN.

W. Analisa Swot
Pada tahap ini dilakukan analisis SWOT mengenai kekuatan dan kelemahan (faktor internal) yang
dimiliki oleh ruang Firdaus sekaligus juga menganalisis peluang dan ancaman (faktor eksternal) yang
dihadapi oleh ruang Firdaus adalah sebagai berikut :

i. Kekuatan (Strength)
33. Rumah Sakit TNI Angkatan Udara dr. M. Salamun adalah Rumah Sakit yang terakreditasi
Paripurna
34. Kepala ruangan Firdaus berlatar belakang pendidikan S.Kep Ners dengan pengalaman kerja
20 tahun.
35. Ruang Firdaus memiliki tenaga kerja dengan kualifikasi pendidikan Ners 9 orang, D-III
Keperawatan 9 orang dan sudah menerapkan metode TIM
36. BOR 3 bulan terakhir ruangan Firdaus adalah 61%
37. Ruang Firdaus memiliki 1 orang pelaksana administrasi, 4 orang bagian gizi dan 3 orang
tenaga kebersihan
38. Ruang Firdaus memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) sejumlah 311
39. Ruang Firdaus memiliki peralatan yang sesuai dengan daftar peralatan ruangan dan dapat
menunjang kebutuhan pasien.
40. Ruang Firdaus memiliki tenaga perawat yang telah mengikuti pelatihan yang diprogramkan
dari rumah sakit (BHD).
41. Terdapat buku operan dinas dan daftar injeksi untuk memudahkan perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas.
42. Terdapat 1 emergency troli
43. Lingkungan ruang Firdaus terlihat bersih, rapi, lingkungan sangat kondusif bagi klien,
pengunjung dan saat melakukan pelayanan kesehatan
44. Ruangan memiliki persediaan alat tenun sendiri.
45. Ruangan dilengkapi dengan computer untuk membantu system informasi manajemen di
ruangan
46. Ruang Firdaus memiliki tempat penyimpanan obat yang sesuai dengan identitas masing-
masing pasien.
47. Terdapat 2 buah APAR diruang keperawatan
48. Adanya mahasiswa Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel yang
praktek di ruang Firdaus.

j. Kelemahan (Weakness)
1. Belum optimalnya pelaksanaan waktu kunjungan pasien
2. Belum optimalnya keluarga pasien dalam melaksanakan cuci tangan sesuai SOP yang
berlaku
3. Belum optimalnya penerapan pendokumentasian SOAP
k. Peluang (opportunities)
7. Telah disahkannya UU Keperawatan no 38 Tahun 2014, mengenai profesionalisme perawat
8. Telah disahkannya UU Akreditasi Rumah Sakit no 34 Tahun 2017. Mengenai Peningkatan
pelayanan kesehatan profesionalisme rumah sakit Indonesia.
9. Adanya UU Pasal 32 No. 44 tahun 2009 tentang perlindungan hak pasien
l. Ancaman (Threats)
1. Adanya undang-undang perlindungan konsumen terdapat dalam UU No. 8 tahun
2009 tentang perlindungan konsumen.
2. Persaingan antar rumah sakit seperti RS Rotinsulu, RS Advent, RS Boromeus yang
semakin ketat didalam hal sarana dan prasarana serta pelayanan yang prima.
3. Adanya peningkatan teknologi informasi yang membuat masyarakat semakin kritis
dalam menilai pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
4. Tingginya tuntutan masyarakat terkait pelayanan kesehatan profesional dan
berkualitas.
N. Analisa Swot

Internal Strengths (S) : Weakness (W) :


33. Rumah Sakit TNI Angkatan Udara dr. M. 1. Belum optimalnya optimalnya pelaksanaan
Salamun adalah Rumah Sakit yang terakreditasi waktu kunjungan pasien
Paripurna 2. Belum optimalnya keluarga pasien dalam
34. Kepala ruangan Firdaus berlatar belakang melaksanakan cuci tangan sesuai SOP yang
pendidikan S.Kep Ners dengan pengalaman kerja berlaku
20 tahun. 3. Belum optimalnya penerapan
35. Ruang Firdaus memiliki tenaga kerja dengan pendokumentasian S0AP
kualifikasi pendidikan Ners 9 orang, D-III
Keperawatan 9 orang dan sudah menerapkan
metode TIM
36. BOR 3 bulan terakhir ruangan Firdaus 61%
37. Ruang Firdaus memiliki 1 orang pelaksana
administrasi, 4 orang bagian gizi dan 3 orang
tenaga kebersihan
38. Ruang Firdaus memiliki Standar Operasional
Prosedur (SOP) sejumlah 311
39. Ruang Firdaus memiliki peralatan yang sesuai
dengan daftar peralatan ruangan dan dapat
menunjang kebutuhan pasien.
40. Ruang Firdaus memiliki tenaga perawat yang
telah mengikuti pelatihan yang diprogramkan dari
rumah sakit (BHD).
41. Terdapat buku operan dinas dan daftar injeksi
untuk memudahkan perawat dalam pemberian
Eksternal
asuhan keperawatan yang berkualitas.
42. Terdapat 1 emergency troli
43. Lingkungan ruang Firdaus terlihat bersih, rapi,
lingkungan sangat kondusif bagi klien,
pengunjung dan saat melakukan pelayanan
kesehatan
44. Ruangan memiliki persediaan alat tenun sendiri.
45. Ruangan dilengkapi dengan computer untuk
membantu system informasi manajemen di
ruangan
46. Ruang Firdaus memiliki tempat penyimpanan
obat yang sesuai dengan identitas masing-masing
pasien.
47. Terdapat 2 buah APAR diruang keperawatan
48. Adanya mahasiswa Program Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel yang
praktek di ruang Firdaus.
Opportunities (O) : SO Strategi: WO Strategi :
13. Pemanfaatan tenaga keperawatan yang efisien. 1.Menambah tenaga keperawatan pada ruangan
7. Telah disahkannya UU 14. Pemanfaatan sistem pendukung sesuai dengan Pavilum Firdaus.
Keperawatan no 38 Tahun 2014, fungsinya untuk meningkatkan kualitas pelayanan. 2. mengikut sertakan perawat dalam pelatihan-
mengenai profesionalisme 15. Pelaksanaan pelayanan keperawatan yang sesuai pelatihan
perawat dengan visi misi
8. Telah disahkannya UU 16. Peningkatan pelayanan yang sesuai dengan
Akreditasi Rumah Sakit no 34 standar prosedur operasional
Tahun 2017. Mengenai 17. Dapat meningkatkan pelayanan dengan adanya
Peningkatan pelayanan kesehatan protap dan standar asuhan keperawatan serta
profesionalisme rumah sakit sarana dan prasarana yg memadai
Indonesia. 18. Ruang perawatan yang banyak, dapat menampung
9. Adanya UU Pasal 32 No. 44 pasien dalam jumlah yang banyak pula
tahun 2009 tentang perlindungan
hak pasien

Threats (T) : ST Strategi: WT Strategi :


5. RSAU.M. Salamun adalah salah satu Rumah 5. Mengkoordinasikan dengan manajer
9. Adanya undang-undang
sakit rujukan di wilayah bandung yang keperawatan, terkait dengan peningkatan mutu
perlindungan konsumen
terdapat dalam UU No. 8 tahun merupakan rumah sakit milik TNI AU yang pelayanan keperawatan
2009 tentang perlindungan memiliki kerja sama dengan instansi 6. Meningkatkan pengawasan dan penjagaan

konsumen. pendidikan. kepada pasien agar tidak terjadi kejadian tidak


6. Perawat di Ruangan Firdaus telah mengikuti diharapkan di ruangan.
10. Persaingan antar rumah sakit
pelatihan seperti BHD, Sehingga adanya
seperti RS Rotinsulu, RS
pelayanan kesehatan yang optimal terhadap
Advent, RS Boromeus yang
kebutuhan dan permintaan masyarakat.
semakin ketat didalam hal
sarana dan prasarana serta
pelayanan yang prima.
11. Adanya peningkatan teknologi
informasi yang membuat
masyarakat semakin kritis dalam
menilai pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit.
12. Tingginya tuntutan masyarakat
terkait pelayanan kesehatan
profesional dan berkualitas
Q. POA (Planning of action)
NO MASALAH TUJUAN STRATEGI INTERVENSI IMPLEMENTASI SASARAN WAKTU PENANGGUNG
JAWAB

1. Belum optimalnya - menjaga - Melakukan - Desiminasi -Melakukan keluarga pasien 19-21 Kelompok VI
pelaksanaan waktu ketenangan dan Edukasi -Edukasi desiminasi kepada february
kepada
berkunjung meningkatkan perawat 2019
keluarga
Kenyamanan pasien terkait
-melakukan edukasi
pasien jam besuk
pada pasien dan
- mengurangi keluarga
penyebaran
mikroorganism
e

- melindungi
hak dan
kewajiban
pasien

2 Belum optimalnya - Untuk -Melakukan - Desiminasi -Melakukan Pasien dan 19-21 Kelompok VI
keluarga pasien dalam menerapkan 6 sosialisasi - Edukasi Edukasi kepada keluarga di February
penerapan cuci
melaksanakan cuci SKP pasien dan keluarga ruangan firdaus 2019
tangan
- lakukan
tangan sesuai SOP - mengurangi diskusi dengan
resiko infeksi perawat firdaus
untuk
mengoptimalkan
cuci tangan pada
keluarga
3 Belum optimalnya -Untuk -Melakukan -Desiminasi -Melakukan Perawat di 19-21 Kelompok VI
penerapan menerapkan 6 diskusi dengan desiminasi pada ruangan firdaus, February
kepala ruangan
pendokumentasi SOAP SKP perawat 2019
dalam
penerapan
- Meningkatkan
pendokumentasi
mutu pelayanan an SOAP secara
keperawatan tepat kepada
perawat
- memperbaiki
atau
meningkatkan
komunikasi
perawat secara
efektif

- dokter percaya
pada analisa
perawat karena
menunjukan
perawat paham
akan kondisi
pasien
R. Pembobotan Matriks IFE

Faktor Bobot Rating Skor

Kekuatan (Strenght)
37. Rumah Sakit TNI Angkatan Udara dr. M. 0,24
4
Salamun adalah Rumah Sakit yang
0,06
terakreditasi Paripurna
38. Terdapat visi,misi dan falsafah rumah sakit
sebagai target-target yang akan di capai 0,24
39. Rumah sakit dr M. SALAMUN adalah 0,06
rumah sakit yang sudah lama memberikan 4
pelayanan kesehatan selama tahun 0,12
40. Memiliki tenaga keperawatan yang 0,04
berpengalaman diatas 3 Tahun 3
41. Kepala ruangan Firdaus berlatar belakang 0,12
pendidikan S.Kep Ners dengan pengalaman
0,04
kerja 20 tahun.
42. Rumah Sakit dr M. SALAMUN 3 0,24
0,06
bekerjasama dengan bpjs kesehatan dalam
pendanaan pengobatan pasien
4
43. Ruang Firdaus memiliki tenaga kerja 0,12
dengan kualifikasi pendidikan Ners 9 orang, 0,04
D-III Keperawatan 9 orang dan sudah
menerapkan metode TIM 0,12
3
44. BOR 3 bulan terakhir ruangan Firdaus 61% 0,04
45. ruang Firdaus memiliki Standar
Operasional Prosedur (SOP) sejumlah 311
46. Ruang Firdaus memiliki peralatan yang 0,18
sesuai dengan daftar peralatan ruangan dan 3
0,06
dapat menunjang kebutuhan pasien.
47. Ruang Firdaus memiliki tenaga perawat 0,16
yang telah mengikuti pelatihan yang
diprogramkan dari rumah sakit (BHD). 0,04 0,12
48. Terdapat buku operan dinas dan daftar 3
injeksi untuk memudahkan perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan yang 0,04
berkualitas. 4 0,12
49. Terdapat 1 emergency troli
50. Lingkungan ruang Firdaus terlihat bersih, 0,12
3
rapi, lingkungan sangat kondusif bagi klien,
0,04
pengunjung dan saat melakukan pelayanan
kesehatan 0,12
51. Ruangan dilengkapi dengan computer untuk 0,04
3
membantu system informasi manajemen di
ruangan 0,16
52. Ruang Firdaus memiliki tempat 0,04
3
penyimpanan obat yang sesuai dengan
identitas masing-masing pasien. 0,12
53. Terdapat 2 buah APAR diruang
0,04
keperawatan
3
54. Adanya mahasiswa Program Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel 0,24
0,04
yang praktek di ruang Firdaus.

4 0,16

0.06

0,04 3 0,6

0,02
4
3
Kelemahan (Weakness/CA)
1. Belum optimalnya pelaksanaan waktu 0,06 2 0,12
kunjungan
2. Belum optimalnya keluarga pasien dalam 0,06 0,12
2
melaksanakan cuci tangan sesuai SOP
3. Belum optimalnya penerapan pendokumentasian
SOAP 0,08 0,16

Jumlah 1 3,16

Keterangan :

Rating (nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor yang memiliki nilai 1 = sangat lemah,
2 = tidak begitu lemah, 3 = cukup kuat, 4 = sangat kuat.
S. PEMBOBOTAN MATRIKS EFE
No Faktor Bobot Rating Skor

1. Peluang
g. Telah disahkannya UU Keperawatan no 0,144 4 0,576
38 Tahun 2014, mengenai
profesionalisme perawat
h. Telah disahkannya UU Akreditasi 0,142 4 0,568
Rumah Sakit no 34 Tahun 2017.
Mengenai Peningkatan pelayanan
kesehatan profesionalisme rumah sakit
Indonesia.
i. Adanya UU Pasal 32 No. 44 tahun 2009 0,144 4 0,576
tentang perlindungan hak pasien

2 Ancaman
0,142 4 0,568
a. Adanya undang-undang perlindungan
konsumen terdapat dalam UU No. 8
tahun 2009 tentang perlindungan
konsumen. 0,144 4 0,576
b. Persaingan antar rumah sakit seperti
RS Rotinsulu, RS Advent, RS
Boromeus yang semakin ketat
didalam hal sarana dan prasarana
0,142 3 0,426
serta pelayanan yang prima.
c. Adanya peningkatan teknologi
informasi yang membuat masyarakat
semakin kritis dalam menilai 0,142 3 0,426
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
d. Tingginya tuntutan masyarakat terkait
pelayanan kesehatan profesional dan
berkualitas
Jumlah 1 3,7

Keterangan :

Rating setiap critical succes factors antara 1 sampai 4, dimana 1 = dibawah rata-rata, 2 = rata-
rata, 3 = diatas rata-rata, 4 = sangat bagus.

Diagram Cartesius Matrix Space

Diagram 3.1

Yaksis = T + O = 3,7 XAksis = S + W = 3,16


Opportunities

Strategi agresif

Strategi pembenahan

Weakness Strength

Strategi bertahan Strategi diverivikasi

Threats
Prioritas Masalah
Scoring Prioritas Masalah dengan Metode CARL Ruang Firdaus

No MASALAH C A R L SKOR KET

1 belum optimalnya pelaksanaan


waktu kunjungan pasien 5 3 4 4 240 I

2 Belum obtimalnya keluarga


pasien melaksankan cuci tangan 5 5 4 4 400 II
sesuai SOP

3 Belum obtimalnya penerapan


pendokumentasian SOAP 5 5 4 4 400 III

g) Proses untuk mendapatkan masalah di atas dengan menggunakan metode pembobotan yang
memperhatikan aspek :
C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan)
A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak. Kemudahaan
dapat didasarkan pada ketersediaan metode / cara / teknologi serta penunjang pelaksanaan
seperti peraturan atau juklak.
R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti keahlian
atau kemampuan dan motivasi.
L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam
pemecahan masalah yang dibahas.
Rumus: C x A x R x L
h) Rentang nilai yang digunakan adalah 1- 5 :
11. Sangat penting :5
12. Penting :4
13. Cukup penting :3
14. Kurang penting :2
15. Sangat kurang penting :1

i) Perumusan Masalah
Belum optimalnya pelaksanaan waktu kunjungan pasien
Belum obtimalnya keluarga pasien melaksanakan cuci tangan sesuai SOP
Belum obtimalnya penerapan pendokumentasian SOAP
X. Analisis Fish Bone

3. Belum optimalnya keluarga dalam melaksanakan cuci tangan sesuai SPO yang berlaku

MAN MATERIAL
- Kurang motivasi keluarga MONEY
handscrub tersedia disetiap
dalam melakukan cuci (-) ruangan pasien dan diluar
tangan pintu masuk kamar pasien
- Merasa tidak kotor dan posisi tepat
PR

Belum optimalny
dalam melaksana
SPO yang berlak

METODE MACHINE ENVIRONMENT

- Keluarga tidak (-) handscrub tertempel di


melakukan cuci tembok ruangan tetapi ada 1
tangan dengan atau 2 yang kosong
1.10.1.5Bel
benar sesuai SPO
- Kurang optimalnya
edukasi mengenai
cuci tantgan sesuai
SOP ruangan
6. Belum optimalnya pelaksannaan waktu kunjungan pasien
MAN

- Kurang pengetahuan
MONEY MATERIAL
keluarga pasien tentang
pentingnya mematuhi (-) Ketersediaan peraturan
aturan jam kunjungan jam kunjungan pasien
pasien
- Kesadaran yang kurang
dari pengunjung pasien Belum optim
waktu kunju

METODE MACHINE ENVIRONMENT

- Jadwal kunjungan (-) Kurangnya pengawasan


pasien dari petugas keamanan
- Keluarga
1.10.1.6 Bel tidak
melakukan
pelaksanaan
kunjungan pasien
tidak sesuai dengan
peraturan yang
berlaku
7. Belum optimalnya pelaksanaan pendokumentasian SOAP

MONEY MATERIAL
MAN
(-) Lembar
Perawat pendokumentasian SOAP

Belum op
pendokum

METODE MACHINE ENVIRONMENT

Jurnal pelaksanaan (-) Kurangnya


dokumentasian pengawasan dari
asasuhan kepala ruangan
keperawatan tahun
2014
BAB III

KAJIAN SITUASI

Y. Profil Rumah Sakit TNI AU dr. M. Salamun


Rumah Sakit TNI AU dr. Salamun adalah rumah sakit militer tingkat II yang berada di kota
bandung, Jawa Barat. RSAU dr. M. Salamun mempunyai visi menyelenggarakan dukungan kesehatan
yang diperlukan dalam setiap operasi dan latihan TNI/TNI AU, menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang bermutu terhadap anggota TNI/TNI AU berikut keluarganya serta masyarakat umum dan
meningkatkan kemampuan profesionalisme personil secara berkesinambungan. Rumah Sakit TNI AU dr.
M. Salamun bandung berada di Jalan Ciumbuleuit No. 203 Cidadap Bandung (40142), Indonesia.
Gagasan untuk membangun suatu Rumah Sakit TNI AU tercetus dengan alasan bahwa TNI Au
harus mempunyai tepat penampungan penderitanya sendiri dengan kegiatan-kegiatan yang meliputi
kesehatan umum adalah dalam arti merawat dan mengobati para anggota TNI AU beserta keluarganya.
Sedangkan kesehatan khusus yaitu rangkain kegiatan bidang kesehatan penerbangan, dengan mengadakan
medical check up, kegiatan penelitian dan pengembangan melalui tim kesehatan khusus, serta kegiatan
dukungan operasi khusus tingkat angkatan (TNI) maupun nasional,. Selain kegiatan-kegiatan tersebut
diatas rumah sakit mengadakan pula Civic Mission dengan melayani masyarakat disekitarnya.
Pembinaan Lanud Husein Satranegara Berdasarkan Keputusan Staf TNI Angkatan Udara
No.Kep/25/VII/1985 11 maret 1985 Status RUSPAU Dr. M. Salamun mengalami perubahan alih kelola
dari pembinaan dari Direktorat Kesehatan beralih kebawah pembinaaan Lanut Husein Sastranegara,
sehingga menjadi Rumah Sakit Dr. M. Salamun Lanud Husein SastranegaraSanatorium Paru Pacet.
Bedasarkan Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara No.Kep/24/XII/1988 20 Desember 1988,
adanya perubahan status sanatorium Paru Pacet dari bagian penyakit paru Rumah Sakit Dr. M. Salamun
Lanud Husein Sastranegara menjadi pusat pemulihan kesehatan awak pesawat udara TNI Angkatan Udara
Dibawah Lakespra Sarianto Ditkes AU. Sejalan dengan tuntutan organisasi, Rumah Sakit TNI Angkatan
Udara tingkat II Dr. M. Salamun yang semangkin berkembang dan semangkin komplek dalam
permasalahan, maka diperlukan adanya kendali dan pembinaan oleh Mabes TNI AU sehingga
permasalahan Rumah Sakit dapat teratasi. Berdasarkan keputusan Kasau Nomor : Kep/03/II/1998 3
Februari 1998 tentang pokok-pokok organisasi dan prosedur oselon pelaksana pusat tingkat Mabes AU,
status Rumah Sakit TNI AU Tk: II Dr.M. Salamun Lanud Husein Satranegara kembali dibawah kendali
pusat sebagai Badan Pelaksana Teknis Diskes TNI AU dengan tugas pokok sebagai berikut:
Melaksanakan Dukungan Kesehatan Bagi Setiap Operasi TNI AU, Melaksanakan Pelayanan Kesehatan
Bagi Anggota TNI Atau Keluarga, Sebagai Rumah Sakit Rujukan Bagi Rumah Sakit TNI AU Wilayah
Jawa Barat.
Z. Sejarah berdirinya Rumah Sakit
Pengembangan tahap pertama dimulai pada tanggal 19 Agustus 1961 dengan dibentuknya Depot
Kesehatan 002 yang berkedudukan di Pangkalan Udara Husein Sastranegara, dipimpin oleh seorang
Komandan yaitu Letnan Kolonel dr. Malikoel Saleh. Pada tanggal 18 September 1962, dilakukan
pemindahan kegiatan ke Ciumbuleuit dengan personel dan peralatan kesehatan yang sangat terbatas
dengan kapasitas rawat mondok dari 20 buah tempat tidur menjadi 96 buah tempat tidur.
Pada tanggal 2 Mei 1966, berdasarkan keputusan Menteri/Panglima Angkatan Udara Nomor : 45
Tahun 1966, ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara. Setelah menjadi Rumah Sakit Pusat
Angkatan Udara (RUSPAU), kegiatan dukungan kesehatan dan pelayanan kesehatan semakin meningkat
pula. Berdasarkan Surat Keputusan Kasau Nomor Skep/2/II/1976, maka terhitung tahun 1976 nama
RUSPAU disempurnakan menjadi Rumah Sakit Pusat TNI AU dokter Mohammad Salamun, mengingat
jasa-jasa Marsekal Muda dokter Mohammad Salamun (Alm) pada bidang kesehatan Penerbangan dan
beliau pernah bertugas di Lanud Husein Sastranegara tahun 1951 sampai 1954 sehingga nama beliau
diabadikan menjadi nama Rumah Sakit Angkatan Udara yang berlokasi di Jln. Ciumbuleuit No. 203
Kecamatan Cidadap Kota Bandung Kode Pos 40142 Nomor Telepon 022-2032090 Nomor Fax 022-
2031624, email : rsausalamun@gmail.com. (Pedoman Pengorganisasian Ruang Gelatik, 2015).
AA. VISI, MISI, FALSAFAH, LANDASAN NILAI DAN TUJUAN RSAU dr. M. SALAMUN
16.Visi
“Menjadi Rumah Sakit rujukan Terbaik di Jawa Barat”
17.Misi
j. Menyelenggarakan dukungan kesehatan yang diperlukan dalam setiap operasi dan latihan
TNI/TNI AU.
k. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu terhadap anggota TNI/TNI AU berikut
keluarganya serta masyarakat umum.
l. Meningkatkan kemampuan profesionalisme personil secara berkesinambungan.
18.Falsafah
“Jiwa dan Semangat Pengabdian TNI adalah Landasan Dalam Melaksanakan Pelayanan
Kesehatan”
19.Landasan Nilai
Landasan nilai yang ingin dicapai oleh RSAU dr. M. Salamun adalah “HEBRING”
HEBRING yang artinya :
H : Handal
E : Efesien
B : Besih
R : Ramah
I : Indah
N : Nyaman
G : Gemilang

Landasan nilai dalam mencapai Visi dan Misi Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M.
Salamun Bandung adalah “3S”, yaitu:
10. S1 - Senyum, yaitu memberikan pelayanan dengan ikhlas dan sabar yang
ditunjukkan dengan ekspresi wajah yang selalu senyum dan ramah kepada semua
orang.
11. S2 – Sapa, yaitu komunikasi verbal yang menunjukkan sikap perhatian dalam
rangka mendukung kesembuhan pasien.
12. S3 – Salam, yaitu bentuk silaturahmi dan doa terhadap kesembuhan pasien
.
20.Tujuan
Tujuan Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M. Salamun Bandung adalah:

m. Tercapainya pelayanan yang bermutu tinggi yang berorientasi pada kepuasan


pelanggan
n. Pelayanan kesehatan Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M. Salamun Bandung terus
meningkat dan berkembang
o. Tercapainya produktifitas pelayanan Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M. Salamun
Bandung
p. Terbentuknya sumber daya manusia yang memiliki kompetensi tinggi, memiliki
integritas, komitmen yang kuat melalui pendidikan dan pelatihan sebagai upaya
peningkatan kualitas pelayanan.

BB. Profil Ruangan Paviliun Firdaus


Ruang Paviliun Firdaus merupakan ruangan pelayanan multi/kompleks (bedah, interne, jantung dan
neurologi). Pelayanan rawat inap VIP dan kelas I terdiri dari pasien laki-laki dan perempuan. Dengan
kapasitas tempat tidur di ruangan tersebut adalah 34 tempat tidur.
CC. Pengkajian Situasi Ruangan Paviliun Firdaus
Kapasitas tempat tidur di ruang Paviliun Firdaus berkapasitas 34 unit dibagi dalam 2 Ruang
Dirgantara dan 16 Ruang Buana. Ruang Dirgantara 1 - 2 (VIP) masing-masing kamar memiliki 1 unit
tempat tidur dan kelas 1 Buana (1 – 16) masing-masing kamar memiliki 2 unit tempat tidur. Kapasitas 34
unit bed dan 18 kamar terdapat 4 kamar pada Ruang Buana dan 8 bed yang tidak digunakan karena
kerusakan pada kamar tesebut. Jumlah perawat di Pavilium Firdaus berjumlah 18 orang, sudah termasuk
kepala ruangan. Tingkat pendidikan lulusan Ners berjumlah 9 orang, D III keperawatan berjumlah 9
orang.

16.SDM
Tabel 3.1
Distribusi Perawat Berdasarkan Jabatan, Pendidikan Terakhir, Lama Bekerja Di Paviliun
Firdaus

No. Nama Jabatan Pendidikan Pelatihan Lama Kerja


1. Budi Aji Santosa Kepala Ners BHD 20 Tahun
ruangan

2. Fitri Wahyuni Ketua Tim Ners BHD 10 tahun

3. Bimantari Putri Ketua Tim Ners BHD 7 tahun


4. Nunik Nur CI Ners BHD 5 tahun
Akmalia

5. Didi Farmadi CI Ners BHD 7 tahun

6. Titin Supriatini PJ Ners BHD 9 tahun

7. Riska Irnawati PJ D3 BHD 7 tahun

8. Ade Irwan PJ D3 BHD 6 tahun

9. Panji Nur PJ D3 BHD 7 tahun


Rachman

10. Ida Nura’hida PP D3 BHD 2 tahun

11. Arif Yanuar PP D3 BHD 2 tahun

12. Sinta Setiawati PP D3 BHD 2 tahun

13. Neira Nautika PP D3 BHD 2 tahun

14. Gita Gustina PP D3 BHD 2 tahun

15. Ibrahim PP Ners BHD 2 tahun

16. Iis Hermawati PP D3 BHD 2 tahun

17. M Nur M Lahami PP D3 BHD

18. Gingin Ginanjar PP D3 BHD

(Data Kepegawaian Ruang Paviliun Firdaus, 2018)


17. Fasilitas Paviliun Firdaus
Tabel 3.3
Sarana Dan Prasarana
NO. Fasilitas JUMLAH ALAT

1. Kantor Kepala Ruangan 1


2. Nurse Station 1

3. Kamar Mandi Perawat 1

4. Washtaffel Perawat 1

5. Jam dinding 1

6. Perangkat Komputer 1

7. Telepon 1

8. Tempat Sampah kecil 34

9 Tempat sampah besar 36

10. Ruang Tindakan 1

10 Tempat Tidur 16

11 Gudang 1

12 Set Sofa 2

13. Lemari Obat 1

14. Tempat Sampah Pasien 17

15. Lemari pasien 18

16. Lemari alat tenun 2

17. Lemari loker 1

18. Lemari persediaan barang 1

19. Lemari ALKES 1

20. Lemari arsip-arsip 1

21. Kursi pasien 18


Tabel 3.4 Alat Kesehatan

NO NAMA ALAT JUMLAH ALAT KONDISI


1 Ambu Bag 1 buah Bagus
2 Klem 3 buah Bagus
3 Autoclave 1 buah Bagus
4 Bak injeksi 3 buah Bagus
5 Bak instrumen besar 1 buah Bagus
6 Bak instrumen sedang 2 buah Bagus
7 Bengkok stainless 2 buah Bagus
8 Gunting jaringan 3 buah Bagus
9 Gunting verban 1 buah Bagus
10 Irigator 1 buah Bagus
11 Trolley injeksi 3 buah Bagus
12 Kom alkohol 2 buah Bagus
13 Kom kecil 4 Buah Bagus
14 Kursi roda 4 Buah Bagus
15 Lampu emergensi 1 Buah Bagus
18 Pinset anatomis 2 Buah Bagus
19. Pinset sirurgis 5 buah Bagus
20. Regulator central 2 Buah Bagus
21. Regulator set 25 Buah 23 Bagus
2 Rusak
22. Standard infus 22 Buah Bagus
23. Stetoskop 3 Buah 2 Bagus
1 Rusak
24. Tensi meter duduk 1 buah Rusak
25 Termometer digital 1 Buah Bagus
26 Termometer rektal 1 Buah Bagus
27 Tromol Besar 1 Buah Bagus
28 Tromol Kecil 1 Buah Bagus
29 Win Ring 1 Buah Bagus
30 Tongue Spatel 2 buah Bagus
31 Tensi mobile 1 buah Rusak
32 Mesin EKG 1 buah Bagus
33 Syringe Pump 2 buah Bagus
34 Infus Pump 1 buah Bagus
35 Senter 5 buah Bagus
36 Nebulizer 2 buah Bagus
37 Oxymetri 2 buah Bagus
38 Hubdic temperature 1 buah Bagus
39 Urinal 38 buah Bagus
40 Pispot sodok 20 buah Bagus
41 Botol WSD 7 Buah Bagus
42 Baki Plastik 2 Buah Bagus
43 Branchart 3 Buah Bagus
44 Suction 1 Buah Bagus

18. Prosedural
Paviliun Firdaus terdiri dari SPO sebanyak 311 buah, dengan rincian sebagai berikut :
s. SPO Tindakan : 82 buah
t. SPO PPK (Pendidikan Klien dan Keluarga) : 34 buah
u. SPO PPI ( Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) : 43 buah
v. SPO SKP (Sasaran Keselamatan Pasien) : 49 buah
w. SPO APK : 65 buah
x. SPO PMKP (Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien) : 38 buah

19.5 Besar Penyakit periode september 2018 s/d januari 2019


Tabel 3.5
Distribusi 10 Besar Penyakit yang ada di Paviliun Firdaus
No Nama Penyakit Jumlah

1. Stroke 135

2. Impaksi 87

3. Gea 69

4. CHF 60

5. DHF 48

20. Fungsi Manajemen paviliun firdaus


j. Perencanaan
Paviliun firdaus belum memiliki Visi, Misi, Filosofi, dan Tujuan Keperawatan secara mandiri.
k. Pengorganisasian
Struktur Organisasi (Terlampir)
l. Ketenagaan
Perhitungan jumlah tenaga perawat

7) Perhitungan BOR

Jumlah hari perawatan


𝐵𝑂𝑅 = x 100%
jumlah tempat tidur x periode
BOR = 61%
Berdasarkan data rekam medis dari November 2018 hingga januari 2019 didapatkan BOR (Bed
Occupation Ratio) di paviliun firdaus sebesar 61%. Menurut depkes RI (2005) nilai BOR yang
ideal adalah 60 -85 %.

8) Perhitungan tenaga kerja


a. Perhitungan Tenaga Perawat Metode Douglas
Tabel 3.6 Distribusi Fungsi Ketenagaan manajemen Metode Douglas Diruangan Firdaus
pada tanggal 15 Januari 2019

Tingkat Jumlah Kebutuhan Tenaga


ketergantungan

Klasifikasi Jumlah Pasien PAGI SORE MALAM


Pasien

Minimal Care 14 14x 0,17 = 2,38 14x 0,14 = 14 x 0,07 = 0,98


1,96

Partial care 4 4x 0,27 = 1,08 4 x 0,15 = 0,6 4 x 0,10 = 0,4

Total care 3 3x 0,36 = 1,08 3 x 0,3 = 0,9 3 x 0,20 = 0,60

Jumlah 21 4,54 3,46 1,98

Pembulatan 5 3 2

Secara teori jumlah perawat yang dinas :

Dinas pagi : 5 orang

Dinas siang : 3 orang

Dinas malam : 2 orang

Jumlah : 10 orang

Jumlah tenaga lepas dinas perhari :

jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar x jumlah perawat
Jumlah hari kerja efektif

52 + 12 + 21x 10 85 x 10
= =
282 282
= 3,01 (3 Perawat)

Non nursing job = (jumlah perawat + lost day) x 25 %

= (10+ 3) x 25% = 3
Factor koreksi = loss day + non nursing job

=3+3=6

Jumlah tenaga yang dibutuhkan = 10 + 6 = 16 orang perawat

b. Perhitungan tenaga perawat menurut Gillies


𝐴 𝑥 𝐵 𝑥 365
Tenaga Perawat (TP) =
(365−𝐶)𝑥𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/ℎ𝑎𝑟𝑖

Keterangan :

A= Jam perawatan/24 jam (waktu yang dibutuhkan pasien)

B= Sensus harian (BORxjumlah tempat tidur)

C=jumlah hari libur ( libur resmi yang di tentukanpemerintah dan cuti tahunan
personal
𝐴 𝑥 𝐵 𝑥 365
Tenaga Perawat (TP) =
(365−𝐶)𝑥𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/ℎ𝑎𝑟𝑖

7 𝑥 (0,71 𝑥 26)𝑥 365


= (365−85) 𝑥 7

= 24.06 (24 Perawat)

c. Pedoman perhitungan kebutuhan tenaga hasil lokakarya PPNI


(A X 52 MG) X 7 HR(TT X BOR) X 125%
Tenaga Perawat (TP) =
41 MG X 40 JAM
(A X 52 MG) X 7 HR(TT X BOR) X 125%
Tenaga Perawat (TP) =
41 MG X 40 JAM

(4 X 52) X 7(26 X 0,71) X 125%


=
41 X 40
= 20,5 (21 Perawat)

Berdasarkan perhitungan jumlah tenaga perawat dengan menggunakan metode


Douglas sebanyak 16 perawat, metode Gillies sebanyak 24 perawat, dan hasil lokakarya
PPNI sebanyak 21 perawat dengan jumlah tenaga perawat diruangan Gelatik sebanyak 18
orang (termasuk kepala ruangan), berarti jumlah perawat diruangan Gelatik secara teori
menurut Douglas sudah tercukupi tapi menurut Gillies dan PPNI belum tercukupi.

DD. Metode Pengumpulan Data


Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara dan evaluasi menggunakan lembar
observasi ceklist. Observasi merupakan kegiatan pemuatan penelitian terhadap suatu objek
(Sugiyono,2015). Observasi menggunakan lembar observasi ceklist dilakukan pada tanggal 19 sampai 21
februari 2019 di ruang Paviliun Firdaus RSAU dr. M SALAMUN.

EE. Analisa Swot


Pada tahap ini dilakukan analisis SWOT mengenai kekuatan dan kelemahan (faktor internal) yang
dimiliki oleh ruang Firdaus sekaligus juga menganalisis peluang dan ancaman (faktor eksternal) yang
dihadapi oleh ruang Firdaus adalah sebagai berikut :

m. Kekuatan (Strength)
49. Rumah Sakit TNI Angkatan Udara dr. M. Salamun adalah Rumah Sakit yang terakreditasi
Paripurna
50. Kepala ruangan Firdaus berlatar belakang pendidikan S.Kep Ners dengan pengalaman kerja
20 tahun.
51. Ruang Firdaus memiliki tenaga kerja dengan kualifikasi pendidikan Ners 9 orang, D-III
Keperawatan 9 orang dan sudah menerapkan metode TIM
52. BOR 3 bulan terakhir ruangan Firdaus adalah 61%
53. Ruang Firdaus memiliki 1 orang pelaksana administrasi, 4 orang bagian gizi dan 3 orang
tenaga kebersihan
54. Ruang Firdaus memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) sejumlah 311
55. Ruang Firdaus memiliki peralatan yang sesuai dengan daftar peralatan ruangan dan dapat
menunjang kebutuhan pasien.
56. Ruang Firdaus memiliki tenaga perawat yang telah mengikuti pelatihan yang diprogramkan
dari rumah sakit (BHD).
57. Terdapat buku operan dinas dan daftar injeksi untuk memudahkan perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas.
58. Terdapat 1 emergency troli
59. Lingkungan ruang Firdaus terlihat bersih, rapi, lingkungan sangat kondusif bagi klien,
pengunjung dan saat melakukan pelayanan kesehatan
60. Ruangan memiliki persediaan alat tenun sendiri.
61. Ruangan dilengkapi dengan computer untuk membantu system informasi manajemen di
ruangan
62. Ruang Firdaus memiliki tempat penyimpanan obat yang sesuai dengan identitas masing-
masing pasien.
63. Terdapat 2 buah APAR diruang keperawatan
64. Adanya mahasiswa Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel yang
praktek di ruang Firdaus.

n. Kelemahan (Weakness)
1. Belum optimalnya pelaksanaan waktu kunjungan pasien
2. Belum optimalnya keluarga pasien dalam melaksanakan cuci tangan sesuai SOP yang
berlaku
3. Belum optimalnya penerapan pendokumentasian SOAP
o. Peluang (opportunities)
10. Telah disahkannya UU Keperawatan no 38 Tahun 2014, mengenai profesionalisme perawat
11. Telah disahkannya UU Akreditasi Rumah Sakit no 34 Tahun 2017. Mengenai Peningkatan
pelayanan kesehatan profesionalisme rumah sakit Indonesia.
12. Adanya UU Pasal 32 No. 44 tahun 2009 tentang perlindungan hak pasien
p. Ancaman (Threats)
1. Adanya undang-undang perlindungan konsumen terdapat dalam UU No. 8 tahun
2009 tentang perlindungan konsumen.
2. Persaingan antar rumah sakit seperti RS Rotinsulu, RS Advent, RS Boromeus yang
semakin ketat didalam hal sarana dan prasarana serta pelayanan yang prima.
3. Adanya peningkatan teknologi informasi yang membuat masyarakat semakin kritis
dalam menilai pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
4. Tingginya tuntutan masyarakat terkait pelayanan kesehatan profesional dan
berkualitas.
O. Analisa Swot

Internal Strengths (S) : Weakness (W) :


49. Rumah Sakit TNI Angkatan Udara dr. M. 1. Belum optimalnya optimalnya pelaksanaan
Salamun adalah Rumah Sakit yang terakreditasi waktu kunjungan pasien
Paripurna 2. Belum optimalnya keluarga pasien dalam
50. Kepala ruangan Firdaus berlatar belakang melaksanakan cuci tangan sesuai SOP yang
pendidikan S.Kep Ners dengan pengalaman kerja berlaku
20 tahun. 3. Belum optimalnya penerapan
51. Ruang Firdaus memiliki tenaga kerja dengan pendokumentasian S0AP
kualifikasi pendidikan Ners 9 orang, D-III
Keperawatan 9 orang dan sudah menerapkan
metode TIM
52. BOR 3 bulan terakhir ruangan Firdaus 61%
53. Ruang Firdaus memiliki 1 orang pelaksana
administrasi, 4 orang bagian gizi dan 3 orang
tenaga kebersihan
54. Ruang Firdaus memiliki Standar Operasional
Prosedur (SOP) sejumlah 311
55. Ruang Firdaus memiliki peralatan yang sesuai
dengan daftar peralatan ruangan dan dapat
menunjang kebutuhan pasien.
56. Ruang Firdaus memiliki tenaga perawat yang
telah mengikuti pelatihan yang diprogramkan dari
rumah sakit (BHD).
57. Terdapat buku operan dinas dan daftar injeksi
untuk memudahkan perawat dalam pemberian
Eksternal
asuhan keperawatan yang berkualitas.
58. Terdapat 1 emergency troli
59. Lingkungan ruang Firdaus terlihat bersih, rapi,
lingkungan sangat kondusif bagi klien,
pengunjung dan saat melakukan pelayanan
kesehatan
60. Ruangan memiliki persediaan alat tenun sendiri.
61. Ruangan dilengkapi dengan computer untuk
membantu system informasi manajemen di
ruangan
62. Ruang Firdaus memiliki tempat penyimpanan
obat yang sesuai dengan identitas masing-masing
pasien.
63. Terdapat 2 buah APAR diruang keperawatan
64. Adanya mahasiswa Program Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel yang
praktek di ruang Firdaus.
Opportunities (O) : SO Strategi: WO Strategi :
19. Pemanfaatan tenaga keperawatan yang efisien. 1.Menambah tenaga keperawatan pada ruangan
10. Telah disahkannya UU 20. Pemanfaatan sistem pendukung sesuai dengan Pavilum Firdaus.
Keperawatan no 38 Tahun 2014, fungsinya untuk meningkatkan kualitas pelayanan. 2. mengikut sertakan perawat dalam pelatihan-
mengenai profesionalisme 21. Pelaksanaan pelayanan keperawatan yang sesuai pelatihan
perawat dengan visi misi
11. Telah disahkannya UU 22. Peningkatan pelayanan yang sesuai dengan
Akreditasi Rumah Sakit no 34 standar prosedur operasional
Tahun 2017. Mengenai 23. Dapat meningkatkan pelayanan dengan adanya
Peningkatan pelayanan kesehatan protap dan standar asuhan keperawatan serta
profesionalisme rumah sakit sarana dan prasarana yg memadai
Indonesia. 24. Ruang perawatan yang banyak, dapat menampung
12. Adanya UU Pasal 32 No. 44 pasien dalam jumlah yang banyak pula
tahun 2009 tentang perlindungan
hak pasien

Threats (T) : ST Strategi: WT Strategi :


7. RSAU.M. Salamun adalah salah satu Rumah 7. Mengkoordinasikan dengan manajer
13. Adanya undang-undang
sakit rujukan di wilayah bandung yang keperawatan, terkait dengan peningkatan mutu
perlindungan konsumen
terdapat dalam UU No. 8 tahun merupakan rumah sakit milik TNI AU yang pelayanan keperawatan
2009 tentang perlindungan memiliki kerja sama dengan instansi 8. Meningkatkan pengawasan dan penjagaan

konsumen. pendidikan. kepada pasien agar tidak terjadi kejadian tidak


8. Perawat di Ruangan Firdaus telah mengikuti diharapkan di ruangan.
14. Persaingan antar rumah sakit
pelatihan seperti BHD, Sehingga adanya
seperti RS Rotinsulu, RS
pelayanan kesehatan yang optimal terhadap
Advent, RS Boromeus yang
kebutuhan dan permintaan masyarakat.
semakin ketat didalam hal
sarana dan prasarana serta
pelayanan yang prima.
15. Adanya peningkatan teknologi
informasi yang membuat
masyarakat semakin kritis dalam
menilai pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit.
16. Tingginya tuntutan masyarakat
terkait pelayanan kesehatan
profesional dan berkualitas
T. POA (Planning of action)
NO MASALAH TUJUAN STRATEGI INTERVENSI IMPLEMENTASI SASARAN WAKTU PENANGGUNG
JAWAB

1. Belum optimalnya - menjaga - Melakukan - Desiminasi -Melakukan keluarga pasien 19-21 Kelompok VI
pelaksanaan waktu ketenangan dan Edukasi -Edukasi desiminasi kepada february
kepada
berkunjung meningkatkan perawat 2019
keluarga
Kenyamanan pasien terkait
-melakukan edukasi
pasien jam besuk
pada pasien dan
- mengurangi keluarga
penyebaran
mikroorganism
e

- melindungi
hak dan
kewajiban
pasien

2 Belum optimalnya - Untuk -Melakukan - Desiminasi -Melakukan Pasien dan 19-21 Kelompok VI
keluarga pasien dalam menerapkan 6 sosialisasi - Edukasi Edukasi kepada keluarga di February
penerapan cuci
melaksanakan cuci SKP pasien dan keluarga ruangan firdaus 2019
tangan
- lakukan
tangan sesuai SOP - mengurangi diskusi dengan
resiko infeksi perawat firdaus
untuk
mengoptimalkan
cuci tangan pada
keluarga
3 Belum optimalnya -Untuk -Melakukan -Desiminasi -Melakukan Perawat di 19-21 Kelompok VI
penerapan menerapkan 6 diskusi dengan desiminasi pada ruangan firdaus, February
kepala ruangan
pendokumentasi SOAP SKP perawat 2019
dalam
penerapan
- Meningkatkan
pendokumentasi
mutu pelayanan an SOAP secara
keperawatan tepat kepada
perawat
- memperbaiki
atau
meningkatkan
komunikasi
perawat secara
efektif

- dokter percaya
pada analisa
perawat karena
menunjukan
perawat paham
akan kondisi
pasien
U. Pembobotan Matriks IFE

Faktor Bobot Rating Skor

Kekuatan (Strenght)
55. Rumah Sakit TNI Angkatan Udara dr. M. 0,24
4
Salamun adalah Rumah Sakit yang
0,06
terakreditasi Paripurna
56. Terdapat visi,misi dan falsafah rumah sakit
sebagai target-target yang akan di capai 0,24
57. Rumah sakit dr M. SALAMUN adalah 0,06
rumah sakit yang sudah lama memberikan 4
pelayanan kesehatan selama tahun 0,12
58. Memiliki tenaga keperawatan yang 0,04
berpengalaman diatas 3 Tahun 3
59. Kepala ruangan Firdaus berlatar belakang 0,12
pendidikan S.Kep Ners dengan pengalaman
0,04
kerja 20 tahun.
60. Rumah Sakit dr M. SALAMUN 3 0,24
0,06
bekerjasama dengan bpjs kesehatan dalam
pendanaan pengobatan pasien
4
61. Ruang Firdaus memiliki tenaga kerja 0,12
dengan kualifikasi pendidikan Ners 9 orang, 0,04
D-III Keperawatan 9 orang dan sudah
menerapkan metode TIM 0,12
3
62. BOR 3 bulan terakhir ruangan Firdaus 61% 0,04
63. ruang Firdaus memiliki Standar
Operasional Prosedur (SOP) sejumlah 311
64. Ruang Firdaus memiliki peralatan yang 0,18
sesuai dengan daftar peralatan ruangan dan 3
0,06
dapat menunjang kebutuhan pasien.
65. Ruang Firdaus memiliki tenaga perawat 0,16
yang telah mengikuti pelatihan yang
diprogramkan dari rumah sakit (BHD). 0,04 0,12
66. Terdapat buku operan dinas dan daftar 3
injeksi untuk memudahkan perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan yang 0,04
berkualitas. 4 0,12
67. Terdapat 1 emergency troli
68. Lingkungan ruang Firdaus terlihat bersih, 0,12
3
rapi, lingkungan sangat kondusif bagi klien,
0,04
pengunjung dan saat melakukan pelayanan
kesehatan 0,12
69. Ruangan dilengkapi dengan computer untuk 0,04
3
membantu system informasi manajemen di
ruangan 0,16
70. Ruang Firdaus memiliki tempat 0,04
3
penyimpanan obat yang sesuai dengan
identitas masing-masing pasien. 0,12
71. Terdapat 2 buah APAR diruang
0,04
keperawatan
3
72. Adanya mahasiswa Program Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel 0,24
0,04
yang praktek di ruang Firdaus.

4 0,16

0.06

0,04 3 0,6

0,02
4
3
Kelemahan (Weakness/CA)
1. Belum optimalnya pelaksanaan waktu 0,06 2 0,12
kunjungan
2. Belum optimalnya keluarga pasien dalam 0,06 0,12
2
melaksanakan cuci tangan sesuai SOP
3. Belum optimalnya penerapan pendokumentasian
SOAP 0,08 0,16

Jumlah 1 3,16

Keterangan :

Rating (nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor yang memiliki nilai 1 = sangat lemah,
2 = tidak begitu lemah, 3 = cukup kuat, 4 = sangat kuat.
V. PEMBOBOTAN MATRIKS EFE
No Faktor Bobot Rating Skor

1. Peluang
j. Telah disahkannya UU Keperawatan no 0,144 4 0,576
38 Tahun 2014, mengenai
profesionalisme perawat
k. Telah disahkannya UU Akreditasi 0,142 4 0,568
Rumah Sakit no 34 Tahun 2017.
Mengenai Peningkatan pelayanan
kesehatan profesionalisme rumah sakit
Indonesia.
l. Adanya UU Pasal 32 No. 44 tahun 2009 0,144 4 0,576
tentang perlindungan hak pasien

2 Ancaman
0,142 4 0,568
a. Adanya undang-undang perlindungan
konsumen terdapat dalam UU No. 8
tahun 2009 tentang perlindungan
konsumen. 0,144 4 0,576
b. Persaingan antar rumah sakit seperti
RS Rotinsulu, RS Advent, RS
Boromeus yang semakin ketat
didalam hal sarana dan prasarana
0,142 3 0,426
serta pelayanan yang prima.
c. Adanya peningkatan teknologi
informasi yang membuat masyarakat
semakin kritis dalam menilai 0,142 3 0,426
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
d. Tingginya tuntutan masyarakat terkait
pelayanan kesehatan profesional dan
berkualitas
Jumlah 1 3,7

Keterangan :

Rating setiap critical succes factors antara 1 sampai 4, dimana 1 = dibawah rata-rata, 2 = rata-
rata, 3 = diatas rata-rata, 4 = sangat bagus.

Diagram Cartesius Matrix Space

Diagram 3.1

Yaksis = T + O = 3,7 XAksis = S + W = 3,16


Opportunities

Strategi agresif

Strategi pembenahan

Weakness Strength

Strategi bertahan Strategi diverivikasi

Threats
Prioritas Masalah
Scoring Prioritas Masalah dengan Metode CARL Ruang Firdaus

No MASALAH C A R L SKOR KET

1 belum optimalnya pelaksanaan


waktu kunjungan pasien 5 3 4 4 240 I

2 Belum obtimalnya keluarga


pasien melaksankan cuci tangan 5 5 4 4 400 II
sesuai SOP

3 Belum obtimalnya penerapan


pendokumentasian SOAP 5 5 4 4 400 III

j) Proses untuk mendapatkan masalah di atas dengan menggunakan metode pembobotan yang
memperhatikan aspek :
C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan)
A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak. Kemudahaan
dapat didasarkan pada ketersediaan metode / cara / teknologi serta penunjang pelaksanaan
seperti peraturan atau juklak.
R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti keahlian
atau kemampuan dan motivasi.
L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam
pemecahan masalah yang dibahas.
Rumus: C x A x R x L
k) Rentang nilai yang digunakan adalah 1- 5 :
16. Sangat penting :5
17. Penting :4
18. Cukup penting :3
19. Kurang penting :2
20. Sangat kurang penting :1

l) Perumusan Masalah
Belum optimalnya pelaksanaan waktu kunjungan pasien
Belum obtimalnya keluarga pasien melaksanakan cuci tangan sesuai SOP
Belum obtimalnya penerapan pendokumentasian SOAP
FF. Analisis Fish Bone

4. Belum optimalnya keluarga dalam melaksanakan cuci tangan sesuai SPO yang berlaku

MAN MATERIAL
- Kurang motivasi keluarga MONEY
handscrub tersedia disetiap
dalam melakukan cuci (-) ruangan pasien dan diluar
tangan pintu masuk kamar pasien
- Merasa tidak kotor dan posisi tepat
PR

Belum optimalny
dalam melaksana
SPO yang berlak

METODE MACHINE ENVIRONMENT

- Keluarga tidak (-) handscrub tertempel di


melakukan cuci tembok ruangan tetapi ada 1
tangan dengan atau 2 yang kosong
1.10.1.7Bel
benar sesuai SPO
- Kurang optimalnya
edukasi mengenai
cuci tantgan sesuai
SOP ruangan
8. Belum optimalnya pelaksannaan waktu kunjungan pasien
MAN

- Kurang pengetahuan
MONEY MATERIAL
keluarga pasien tentang
pentingnya mematuhi (-) Ketersediaan peraturan
aturan jam kunjungan jam kunjungan pasien
pasien
- Kesadaran yang kurang
dari pengunjung pasien Belum optim
waktu kunju

METODE MACHINE ENVIRONMENT

- Jadwal kunjungan (-) Kurangnya pengawasan


pasien dari petugas keamanan
- Keluarga
1.10.1.8 Bel tidak
melakukan
pelaksanaan
kunjungan pasien
tidak sesuai dengan
peraturan yang
berlaku
9. Belum optimalnya pelaksanaan pendokumentasian SOAP

MONEY MATERIAL
MAN
(-) Lembar
Perawat pendokumentasian SOAP

Belum op
pendokum

METODE MACHINE ENVIRONMENT

Jurnal pelaksanaan (-) Kurangnya


dokumentasian pengawasan dari
asasuhan kepala ruangan
keperawatan tahun
2014

Anda mungkin juga menyukai