A. Defenisi
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah penyakit
kronik akibat desakan darah yang berlebihan dan hampir tidak konstan pada arteri.
Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah. Hipertensi berkaitan
dengan meningkatnya tekanan pada arterial sistemik baik diastolik maupun sistolik atau
kedua-duanya secara terus-menerus (Sutanto,2010).
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistoliknya sama dengan atau lebih
dari 140 mmHg, atau tekanan darah diastoliknya sama dengan atau lebih dari 90 mmHg
(WHO, 2014).
B. Etiology
Menurut NHLBI (2015) penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan-perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
C. Faktor Resiko
Faktor resiko pada penyakit hipertensi terbagi menjadi 2 yaitu
1. Faktor resiko yang tidak dapat diubah
a. Faktor keturunan
b. Umur jika umur bertambah maka TD meningkat
c. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
d. Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
2. Faktor resiko yang dapat ubah
a. Obesitas/Kegemukan
b. Kebiasaan merokok
c. Kebiasaan minum alcohol
d. Konsumsi garam yang tinggi
D. Klasifikasi
Menurut Herbert Benson, dkk, berdasarkan etiologinya hipertensi dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a. Hipertensi esensial (hipertensi primer atau idiopatik) adalah hipertensi yang tidak
jelas penyebabnya. Hal ini ditandai dengan terjadinya peningkatan kerja jantung
akibat penyempitan pembuluh darah tepi. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk
dalam kelompok ini. Penyebabnya adalah multifaktor, terdiri dari faktor genetik,
gaya hidup, dan lingkungan.
b. Hipertensi sekunder, merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit sistemik
lain yaitu, seperti renal arteri stenosis, hyperldosteronism, hyperthyroidism,
pheochromocytoma, gangguan hormon dan penyakit sistemik lainnya (Herbert
Benson, dkk, 2012).
WHO (World Health Organization) dan ISH (International Society of Hypertension)
mengelompokan hipertensi sebagai berikut:
Tabel 1.1. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO – ISH
Kategori Tekanan darah Tekanan darah
sistol (mmHg) diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Grade 1 (hipertensi 140-149 90-99
ringan)
Sub group (perbatasan) 150-159 90-94
Grade 2 (hipertensi 160-179 100-109
sedang)
Grade 3 (hipertensi berat) >180 >110
Hipertensi sistolik ≥140 <90
terisolasi
Sub-group (perbatasan) 140-149 <90
Sumber: (Suparto, 2010)
E. Patofisiology
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Huda Nurarif & Kusuma
H., (2015)
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi Huda Nurarif & Kusuma H., (2015)
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan
curang jantung dan peningkatan tahanan perifer Huda Nurarif & Kusuma H., (2015)
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer Huda Nurarif & Kusuma H., (2015)
Patway
F. Tanda dan gejala
Gejala-gejala hipertensi, yaitu: sakit kepala, mimisan, jantung berdebar-debar, sering
buang air kecil di malam hari, sulit bernafas, mudah lelah, wajah memerah, telinga
berdenging, vertigo, pandangan kabur. Pada orang yang mempunyai riwayat hipertensi
kontrol tekanan darah melalui barorefleks tidak adekuat ataupun kecenderungan yang
berlebihan akan terjadi vasokonstriksi perifer yang akan menyebabkan terjadinya
hipertensi temporer (Kaplan N.M, 2010).
G. Diagnostik Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viscositas)
dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia
b. BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.
c. Glukosa: hiperglikemi ( DM adalah pencetus hipertensi) dapat di akibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa: darah, protein, glucosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan adanya DM.