Makalah praktik ini disetujui sebagai tugas praktik klinik Fisioterapi Tingkat 3
• VISI
Menjadi Rumah Sakit Syariah terpadu (integrated Sharia Hospital) yang turut
bertanggung jawab guna mewujudkan masyarakat utama yang diridhoi oleh Allah
SWT
• MISI
- Memberikan pelayanan prima secara islami dan holistik dengan
mengutamakan mutu dan keselamatan pasien
- Menyediakan insan RS PKU yang berakhlak mulia, memegang teguh nilai-
nilai syariah, prefesional dan kompeten dengan sistem pendidikan
bekelanjutan
- Berperan aktif dalam dakwah pencerahan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat
- Menciptakan sistem kerja yang inovatif, efektif dan evesien dengan fasilitas
terbarukan berbasis ilmu pengetahuan teknologi informasi dan kumunikasi
- Bersinergi dengan individu, lembaga lain, komunitas maupun organisasi lain
secara harmonis
• MOTTO
”KERAMAHAN SEBENARNYA”
• KEBIJAKAN MUTU
- RESPECT
- Menggambarkan bahwa insan PKU senantiasa berupaya memahami
kastemer sehinggga dapat berkomunikasi , meningkatkan kerjasama,
memberi manfaat dan edukasi ADAPTIVE
Menggambarkan bahwa insan PKU senantiasa membuka
pikiran, sehingga mengutamakan sikap selalu belajar, berpikir tebuka,
dinamis dan adaptif
- MORALITY
ii
Menggambarkan bahwa insan PKU senantiasa menjunjung
tinggi kejujuran, kepatuhan dan panggilan jiwa terhadap profesi
- APPRECIATIVE
Menggambarkan bahwa insan PKU senantiasa melaksanakan
amanah dengan mengedepankan pelayanan yang prefesional, handal,
antusias, sabar, tekun dan bertanggung jawab
- HOSPITALITY
Merupakan janji bahwa insan RS PKU senantiasa melayani
dengan sepenuh hati karena kecintaan kepada Allah, Rasul-nya,
sesama manusia dan alam semesta ciptaan nya.
Petugas yang dlam melakukan pengadaan untuk pelayanan kepada pelanggan
mengutamakan yang baik dan bisa digunakan. Kualitas alat baik dan harga
terjangkau.
* IRIT
Petugas yang tidak melakukan pemborosan (Efisien dan efektif)
* TERAWAT
Setiap sarana dan prasarana selalu dalam kondisi siap pakai dan alat dapat dipakai
dalam waktu yang lama. Dirawat seperti merawat diri sendiri.
iii
PRAKATA
Yura QotrunNada
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
ِْب دَ َوا ُء الدَّا ِء بَ َرأ َ بِإِذْ ِن للا ِ ُ فَإِذَا أ،ِلكُ ِِّل دَا ٍء دَ َوا ٌء
َ صي
“Semua penyakit ada obatnya. Jika cocok antara penyakit dan obatnya, maka
akan sembuh dengan izin Allah.” [HR. Muslim]
Seperti yang disebutkan dalam hadist riwayat muslim tersebut, bahwa semua
penyakit pasti ada obatnya, salah satu bentuk ikhtiar dari pengobatan pada pasien
stroke adalah melalui peran fisioterapi.
Peran fisioterapi pada penderita stroke yaitu dalam hal mengembangkan,
memelihara, dan memulihkan gerak dengan pelatihan motorik yang berdasarkan
pemahaman terhadap patofisiologi, neurofisiologi, proses kontrol gerak, kinetik
dan kinematik dari gerak normal, motor learning serta penanganan dengan
pemanfaatan elektroterapeutis (Irfan, 2010)
berikut:
1. Kekuatan Otot
Penurunan kekuatan otot AGA dan AGB disebabkan oleh adanya kerusakan
2. Spastisitas
tonus.
3. Gangguan keseimbangan
4. Atrofi
Atrofi otot tungkai disebabkan oleh karena immobilisasi yang cukup lama
5. Aktifitas Fungsional
Bagaimana pengaruh NMES, IR, dan Terapi latihan dapat mengurangi nyeri,
meningkatkan lingkup gerak sendi (LGS), meningkatkan kekuatan otot, dan
mengurangi spastik, Aktivitas fungsional pada kondisi Hemiparese sinistra post
SNH?
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan pada kasus Hemiparese sinistra post SNH adalah
untuk memperdalam pengetahuan tentang pelaksanaan fisioterapi pada kasus
Hemiparese sinistra post SNH.
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
2.1.1 Anatomi
Pada vaskularisasi pada otak ini di bagi menjadi 2 jenis arteri dengan
masing-masing 2 buah pada setiap jenisnya yaitu, 2 arteria carotis interna
dan 2 arteria vertebralis (beberapa buku menyebutnya arteria vertebrobasilaris).
Keempat arteri ini terletak di daerah ruang subarachnoid dan cabang-
cabangnya akan beranastomosis pada permukaan inferior brain yang akan
membentuk Circulus Willisi.
Berat otak sekitar 2% dari berat tubuh, namun otak memakai 18% dari dari
total volume darah yang beredar dalam tubuh. Darah merupakan sarana
transportasi oksigen, nutrisi dan bahan-bahan lain yang sangat diperlukan untuk
mempertahankan fungsi penting jaringan otak dan mengangkut sisa metabolit.
Kehilangan kesadaran terjadi bila aliran darah ke otak berhenti 15 detik atau
kurang kerusakan jaringan otak yang permanen terjadi bila aliran darah ke otak
terhenti dalam waktu 5 menit (I.A. Sri Wijayanti, M. Biomed, 2016).
3. Cairan serebrospinal
Cairan serebrospinal (CSS) adalah cairan yang mengelilingi otak dan korda
spinalis. Cairan ini berfungsi sebagai penyerap syok/guncangan dan buffer antara
jaringan lunak otak dan tengkorak, yang secara efektif membentuk kolam cairan
6
tempat otak mengapung. CSS juga meredam neuron sistem saraf pusat dan
membantu transpor hormon yang diaktifasi oleh sistem.
5. Ganglia Basalis
Ganglia basalis terletak di dalam batang otak yang dibungkus oleh korteks
serebral. Fungsi ganglia basalis adalah mengendalikan gerakan tubuh dengan
menghambat talamus. Ganglia basalis juga memproduksi zat neurotransmitter,
yang didominasi oleh dopamine. Kaudat dan putamen menerima input dari
korteks serebral, dengan output menuju globus pallidus dan substansia nigra.
Substansia nigra dan globus pallidus menerima input dari kaudat dan putamen dan
megirimkan informasi ke talamus.
6. Diensefalon
Diensefalon terdiri dari epitalamus, subtalamus, hipotalamus, dan talamus.
Talamus bekerja sebagai sebuah stasiun pemancar untuk alur sensori dan reseptor
dari sensori perifer ke serebellum, ganglia basalis, dan sistem limbik menerima
juga input dari korteks serebral. Epitalamus mengandung kelenjar pineal, yang
menyekresikan neurotrasmiter melatonin dan diduga dikaitkan dengan irama
sirkadian (siklus tidur dan bangun) dan hasrat seksual. Subtalamus mengandung
sebagian substansia nigra dan bekerja seperti sebuah saluran untuk alur sensori di
rute ke arah talamus, serebellum, dan ganglia basalis. Hipotalamus berfungsi
seperti kotak koneksi elektrik utama untuk alur neuronal ke sistem limbik, pusat
motorik dan dan sensorik otak, dan kelenjar hipofisis.
7. Serebellum
Serebellum atau disebut juga dengan otak kecil berfungsi untuk menerima input
saluran vestibular, spinal, dan kortikoserebral serta dari pusat visual dan auditori
otak.Kerusakan pada serebellum menyebabkan deficit motoric yang
mengakibatkan kehilangan koordinasi gerak volunteer seperti gaya berjalan
sempoyongan dengan posisi kaki diregangkan, ataksia (gerakan tak
terkoordinasi), perubahan tonus otot, dismetria (perkiraan jarak yang berlebihan),
disdiadokokinesia (ketidakmampuan untuk melakukan gerakan berganti-ganti
dengan cepat), dan masalah pada otot-otot mulut.
8. Serebrum
Fungsi serebrum terdiri dari bahasa, pikiran abstrak, persepsi, gerakan dan
adaptasi terhadap lingkungan. Serebrum terdiri dari dari dua hemisfer serebral,
8
kanan dan kiri yang dilapisi oleh korteks serebral yang mengandung sekitar 25
milyar neuron, bagian luarnya adalah neokorteks. Secara fungsional, hemisfer kiri
berperan untuk mengendalikan bahasa, kemampuan matematis, dan kemampuan
problem solving secara logis. Hemisfer kanan bertanggung jawab atas orientasi
jarak, kemampuan untuk menghasilkan perbedaan tonus suara, memahami
perubahan tonus pada bahasa orang lain, kemampuan untuk mengenali wajah, dan
kemampuan musikal.
9. Korda/Medula Spinalis
Korda spinalis berada disepanjang kanal spinalis yang dibentuk oleh vertebra.
Korda dibagi menjadi 31 segmen oleh akar-akar saraf spinal, 8 servikal, 12 toraks,
5 lumbal, 5 sakral, dan 1 koksigis. Pada persilangan korda spinalis terdapat
substansia grisea yang terdiri dari sel-sel neuronal dan substansia alba yang terdiri
dari akson neuron sensori asendens dan akson neuro motorik desendens.Traktus
asendens mentransmisikan serabut (akson) neural ke talamus, serebellum, dan
batang otak. Serabut (akson) desendens berlalu korteks serebral dan batang otak
ke neuron motoric substansia grisea spinal.
2.1.2 Etiologi
2.1.3 Patofisiologi
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia
karena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis sering/cenderung sebagai
faktor penting trhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau
9
darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau
terjadi turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh
darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian
dibandingkan dari keseluruhan penyakit 9 cerebrovaskuler. Jika sirkulasi serebral
terhambat, dapat berkembang cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral
dapat revensibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat
anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebtal dapat terjadi oleh karena gangguan
yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.
Tanda dan gejala stroke hemoragik yaitu sakit kepala hebat, kesadaran
menurun atau bingung bahkan pingsan, kejang, mual dan muntah pada saat
serangan, vertigo, biasanya emosional sebelum serangan, paresis salah satu atau
kedua anggota gerak atau wajah, gangguan visual, gangguan bicara dan leher kaku.
Serangan stroke hemoragik biasanya terjadi pada saat penderita sedang beraktivas
(Mitra, 2009; Parmar, 2018).
10
Problematika:
1. Adanya kelemahan
AGA dan AGB kiri
2. Adanya penurunan
tonus otot AGA dan
AGB kiri
3. Adanya penurunan
Alat ukur
aktifitas fungsional
• Skala Asworth
Modalitas fisioterapi • Vas
• Indeks Barthel
Infra Red • Goniometer
NMES • Mmt
• Berg balance scale
Terapi latihan
Hasil
- Penurunan nyeri
- Blm adaBAB IIIBAB
perubahan III
spastik
- Peningkatan ADL
- BAB IVLAPORAN
Peningkatan LGS KASUS
- Peningkatan kekuatan otot
11
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. T
Umur : 60 tahun
JenisKelamin : perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Semayu RT05
1. Anamnesis
a. Keluhan Utama
kelemahan pada sisi tubuh kiri
b. Riwayat Penyakit Sekarang
12
Pasien 3 bulan yang lalu pasien setelah sholat magrib merasakan kelemahan dan
lemas pada sisi tubuh kiri pasien setelah itu pasien di bawa langsung ke RS pku
muhamadiyah wonosobo untuk menjalani rawat inap selama 4 hari dan di diagnosa
stroke non hemorage (SNH) setelah itu pasien kondisi mulai membaik dan pulang
ke rumah kemudian disarankan oleh dokter untuk dilakukan fisioterapi rawat jalan,
faktor memperingan istirahat sedangkan faktor memperberat berjalan mandiri.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
- Diabetes (+) ada
- Hipertensi (+) ada
d. Riwayat Pribadi
Pasien seorang ibu rumah tangga
e. Riwayat Keluarga
Didalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit seperti yang
dikeluhkan pasien.
f. Anamnesa Sistem
1) Kepala dan leher
Tidak ada keluhan pusing, pegal dan sakit leher
2) Sisitem Kardiovaskular
Tidak ada keluhkan adanya nyeri dada dan jantujng berdebar-debar
3) Sistem Respirasi
Tidak ada keluhkan batuk dan sesak nafas
4) Sistem Gastroinstestinal
BAB lancar
5) Sistem Urogenital
BAK tlancar
6) Sistem Muskuloskeletal
Anggota gerak kiri pasien mengalami kelemahan dan kekakuan pada
ektremitas AGA dan AGB
7) Sistem Nervorum
Pasien tidak ada keluhan kesemutasn maupun kebas
13
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda Vital
1) Tekanan Darah : 146/84 mmHg
2) Denyut Nadi : 78 kali permenit
3) Frekuensi Pernafasan : 24 kali permenit
4) Temperatur : 36,0o C
5) Tinggi Badan : 155 cm
6) Berat Badan : 48 kg
b. Inspeksi
Statis : KU baik, Adanya kaki kiri cenderung inversi dan jari kaki kiri fleksi
Dinamis : Menggerakan tangan dan kaki terasa berat, saat jalan kaki memuttar,
lengan kiri dan kaki kiri kaku, bisa duduk mandiri.
c. Palpasi
- Suhu tubuh local normal
- Adanya hipotonus aga dan agb
d. Perkusi
Tidak dilakukan
e. Auskultasi
Tidak dilakukan
14
f. Gerakan Dasar
1) Gerakan Aktif
Tabel 3. 1 Gerakan Aktif AGA
Shoulder Fleksi - - - + - +
Ekstensi
Abduksi - - - + - +
Adduksi - - - + - +
Eksorotasi - - - + - +
Endorotasi - - - + - +
Elbow Fleksi - - - + - +
Ekstensi - - - + - +
Wrist Dorsi - - - + - +
Fleksi
Palmar - - - + - +
Fleksi
Jari-jari Fleksi - - - + - +
Tangan
Ekstensi - - - + - +
15
Hip Fleksi - - - + - +
Ekstensi - - - + - +
Abduksi + - - + - +
Adduksi + - - + - +
Eksorotasi - - - + - +
Endorotasi - - - + - +
Knee Fleksi + - - + - +
Ekstensi + - - + - +
Palmar Fleksi - - - + - +
Jari-jari Fleksi - - - + - +
Kaki
Ekstensi - - - + - +
Ket :
1) Mampu (+) : Mampu menggerakan
(-) : tidak mampu menggerakan
2) Nyeri (+) : Nyeri
(-) : Tidak Nyeri
3) ROM : (+) : Full ROM
(-) : Tidak Full ROM
16
2) Gerakan Pasif
Shoulder Fleksi - - - + - +
Ekstensi
Abduksi - - - + - +
Adduksi - - - + - +
Eksorotasi - - - + - +
Endorotasi - - - + - +
Elbow Fleksi - - - + - +
Ekstensi - - - + - +
Wrist Dorsi - - - + - +
Fleksi
Palmar - - - + - +
Fleksi
Jari-jari Fleksi - - - + - +
Tangan
Ekstensi - - - + - +
17
Hip Fleksi - - - + - +
Ekstensi - - - + - +
Abduksi + - - + - +
Adduksi + - - + - +
Eksorotasi - - - + - +
Endorotasi - - - + - +
Knee Fleksi + - - + - +
Ekstensi + - - + - +
Palmar Fleksi - - - + - +
Jari-jari Fleksi - - - + - +
Kaki
Ekstensi - - - + - +
18
Sinistra
Shoulder Fleksi Terbatas Tidak nyeri Blm mampu mlwn thnn gravitasi
Elbow Fleksi Terbatas Tidak nyeri Blm mampu mlwn thnn gravitasi
Wrist Dorsi Terbatas Tidak nyeri Blm mampu mlwn thnn gravitasi
Fleksi
Jari-jari Fleksi Terbatas Tidak nyeri Blm mampu mlwn thnn gravitasi
Tangan
Ekstensi Terbatas Tidak nyeri Blm mampu mlwn thnn gravitasi
19
Sinistra
Ankle Dorsi Terbatas Tidak nyeri Blm mampu mlwn thnn gravitasi
Fleksi
Jari-jari Fleksi Terbatas Tidak nyeri Blm mampu mlwn thnn gravitasi
Kaki
Ekstensi Terbatas Tidak nyeri Blm mampu mlwn thnn gravitasi
3. Pemeriksaan Spesifik
a. Tes pemeriksaan refleks
Tabel 3. 6 Test pemeriksaan reflek
0 5 10 15
1 Makan
0 = Tidak mampu
5 = Membutuhkan bantuan
10 = Mandiri ✓
2 Mandi
0 = Tidak Mampu
5 = Mandiri ✓
3 Berpakain
0 = Tidak mampu
5 = Membutuhkan bantuan ✓
10 = Mandiri
4 Berias diri
0 = Membutuhkan bantuan ✓
5 = Mandiri
5 Mengontrol BAK
0 = Tidak mampu
5 = Kadang terkendali
10 = Mampu mengendalikan ✓
6 Mengontrol BAB
0 = Tidak mampu
5 = Kadang terkendali ✓
7 Aktifitas toilet
0 = Tidak mampu
5 = Membutuhkan bantuan ✓
10 = Mandiri
8 Berpindah dari ketempat tidur
0 = Tidak mampu
5 = Membutuhkan bantuan 2 orang
10 = membutuhkan bantuan1 orang ✓
9 Berjalan dipermukaan datar
0 = Tidak mampu
5 = Membutuhkan bantuan 2 orang
10 = membutuhkan bantuan1 orang ✓
10 Naik turun tangga
0 = Tidak mampu
5 = Membutuhkan bantuan ✓
10 = Mandiri
Keterangan :
- 0-20 : Ketergantungan penuh
- 21-61 : Ketergantungan berat
- 62-90 : Ketergantungan sedang
23
4. Diagnosa Fisioterapi
a. Impairment
- Adanya nyeri pada bahu kiri saat gerakan fleksi
- Adanya kelemahan otot pada AGA dan AGB pada sisi sinistra
- Adanya spastik pada AGA dan AGB sisi sinistra
- Adanya keterbatsan LGS AGA dan AGB sisi sinistra
b. Functional Limitation
- Pasien belum mampu melakukan ADL seperti naik turun tangga dan
gerakan sholat
c. Functional Limitation
- Pasien belum mampu bersosialisasi dengan ingkungan masyarakat
5. Perenanaan Tindakan Fisioterapi
1) Tujuan Terapi
a. Tujuan Jangka Panjang
- Meneruskan program tujuan jangka pendek
- Meningkatkan aktifitas fungsional
- Mengoptimalkan kembali kemampuan fungsional pasien agar mampu
mandiri
b. Tujuan Jangka Pendek
- Meningkatkan kekauatan otot
- Meningkatkan kemampuan fungsional
- Mengurangi spastik
- Mengurangi nyeri
- Meningkatkan LGS
26
2) Tindakan Fisioterapi
a. Teknologi yang dilaksanakan
- NMES asrus faradic lokasi brachialgia sinistra, tibialis anterior
- IR AGA dan AGB lokasi sisi sinistra
- Terapi latihan
b. Teknologi altenatif
- TENS
- Bobath exercise
c. Edukasi
- Keluarga pasien disarankan untuk selalu memotifasi pasien untuk tetap optmis
dan semangat dalam menjalani terapi
- Pasien disarankan untuk berlatih dengan dibantu keluarga maupun secara
mandiri yang telah diajarkan terapis
d. Perencanaan Evaluasi
- Evaluasi nyeri dengan vas
- Evaluasi spastik dengan skala asworth
- Evaluasi aktifitas fungsional dengan indeks bathel
- Evaluasi LGS dengan goniometer
- Evaluasi nilai kekauatan otot dengan mmt
- Evaluasi keseimbangan dengan berg balance scale
6. Pelaksanaan Terapi
1) Terapi ke 1, 27 april 2023
a. IR ( Infra Red )
Persiapan alat : Cek alat, pastikan alat tersambung dengan arus listrik
Pelaksanaan Terapi :
- Terapis mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien
- Terapis mengatur posisi pasien supaya nyaman dan memastikan kabel terpasang
dengan benar
- Terapis menjelaskan kepada pasien bahwa terapi ini rasanya hangat
27
- Posisi pasien tidur tengkurap dan pada saat penyinaran tidak ada hambatan
(baju, kain)
- Terapis mengatur waktu 11 menit pada tiap area AGA dan AGB, menyalakan
tombol ON
- Terapis melakukan evaluasi pada pasien apakah sinar IR terlalu panas atau tidak
- Setelah selesai terapis membereskan dan merapihkan alat
b. NMES arus faradic
Persiapan alat : Cek alat, ped elektroda dan intensitas
Persiapan pasien : tidur terlentang
Pelaksanaan Terapi : ped elektroda diletakan pada area bachiaradialis sinistra dan
tibialis anterior sinistra lalu nyakan NMES atur frekuensi dan naikan intensitas
sedikit sedikit sampai ada kontraksi otot
Waktu :
c. Terapi latihan
1. Free Aktif Exercise
Posisi pasien: tidur terlentang
Pelaksanaan: Pasien menggerakan AGA dan AGB secara sendiri sesuai dengan
arahan terapis. Gerakan pada AGA terdiri dari fleksi-ekstensi shoulder, abduksi
shoulder, fleksi-ekstensi elbow, fleksi-ekstensi wrist. Gerakan pada AGB terdiri
dari fleksi-ekstensi hip, fleksi-ekstensi knee, dorso fleksi dan plantar fleksi.
Dilakukan sebanyak 2 kali.
2. Pasif streatching
Posisi pasien : tidur terlentang
Pelaksanaan : terapis menggerakan setiap kedua sendi AGA dan AGB
Dosis : tidak boleh kurang dari 6 detik dengan 12 kali repetitif dalam satu sesi
terapi.
3. Stimulasi intrinsic Teknik PNF
Posisi pasien : tidur terlentang
Pelaksanaan : Terapis memberikan stimulasi dengan menekan ujung jari jari
tangan dan kaki pasien. Memobilisasi metacarpal dan metatarsal, kemudian
membuka otot antar MCP dan MTC.
28
Pelaksanaan Terapi :
- Terapis mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien
- Terapis mengatur posisi pasien supaya nyaman dan memastikan kabel terpasang
dengan benar
- Terapis menjelaskan kepada pasien bahwa terapi ini rasanya hangat
- Posisi pasien tidur tengkurap dan pada saat penyinaran tidak ada hambatan
(baju, kain)
- Terapis mengatur waktu 11 menit pada tiap area AGA dan AGB, menyalakan
tombol ON
- Terapis melakukan evaluasi pada pasien apakah sinar IR terlalu panas atau tidak
- Setelah selesai terapis membereskan dan merapihkan alat
e. NMES arus faradic
Persiapan alat : Cek alat, ped elektroda dan intensitas
Persiapan pasien : tidur terlentang
Pelaksanaan Terapi : ped elektroda diletakan pada area bachiaradialis sinistra dan
tibialis anterior sinistra lalu nyakan NMES atur frekuensi dan naikan intensitas
sedikit sedikit sampai ada kontraksi otot
Waktu :
f. Terapi latihan
3. Free Aktif Exercise
T1 T2
- Nyeri diam 1 1
- Nyeri gerak 3 3
- Nyeri tekan 2 2
No Aktifitas Nilai
T1 T2
1 Makan 10 10
2 Mandi 5 5
3 Berpakain 5 5
4 Berias diri 0 0
5 Mengontrol BAK 10 10
6 Mengontrol BAB 5 5
7 Aktifitas toilet 5 5
8 Berpindah dari tempat tidur 10 10
9 Berjalan di permukaan datar 10 10
10 Naik turun tangga 5 5
Jumlah 65 65
Kesimpulan : Dari hasil pasien didapatkan nilai T1 65, T2 65 atau dalam tingkat
ketergantungan sedang.
33
Total skor T1 20 T2 20 didapatkan hasil tetap dan merupakan nilai resiko jatuh
menengah
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien atas nama Ny. T berusia 60 tahun dengan Hemiparese sinistra post SNH
menjalani proses pengobatan di RS PKU muhammadiyah wonosobo. Pasien
mendapatkan penanganan dari Fisioterapi berupa NMES, IR, dan Terapi latihan
dapat mengurangi nyeri, meningkatkan lingkup gerak sendi (LGS),
meningkatkan kekuatan otot, dan mengurangi spastik, Aktivitas fungsional pada
kondisi Hemiparese Et Causa Non Hemoragik Sinistra
36
37
Indeks Barthel
No Aktifitas Nilai
T1 T2
1 Makan 10 10
2 Mandi 5 5
3 Berpakain 5 5
4 Berias diri 0 0
5 Mengontrol BAK 10 10
6 Mengontrol BAB 5 5
7 Aktifitas toilet 5 5
8 Berpindah dari tempat tidur 10 10
9 Berjalan di permukaan datar 10 10
10 Naik turun tangga 5 5
Jumlah 65 65
38
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Pasien dengan nama Ny.T merupakan seorang ibu rumahtangga 60
tahun, pasien dilakukan terapi atas rujukan dari Dokter. Pasien ke RS PKU
MUHAMMADIYAH WONOSOBO untuk melakukan terapi . Terapi yang
dilakukan kepada pasien berupa Infra Red, NMES,Terapi latihan Stimulasi
Intrinsic Teknik PNF, pasif Streching Exercise, repeated contraction Teknik
PNF, fasilitasi duduk dan mobilisasi pola berjalan di pararel bar.
5.2 Saran
1. Untuk pasien
Pasien harus rajin melakukan latihan yang telah diajarkan oleh terapist agar
kondisi cepat pulih. Tidak dianjurkan untuk beraktifitas berat yang dan tidak
dianjurkan untuk duduk terlalu lama dengan posisi yang sama.
2. Untuk Fisioterapi
Fisioterapi seharusnya melakukan penanganan kepada pasien sesuai dengan
SOP (Standar Operasional Prosedur)
3. Untuk Pembaca
Dengan adanya makalah ini penulis dapat menyebarkan dan memberi
informasi kepada masyarakat umum serta memperkenalkan peran
fisioterapi pada kondisi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahim, a. (2015). Penatalaksanaan Propioceptive Neuromuscular Facilitation
(pnf) Pada Kondisi Stroke Non Haemoragik Stadium Recovery.
Dinata, C. A., Safrita, Y. S., & Sastri, S. (2013). Gambaran Faktor Risiko dan Tipe
Stroke pada Pasien Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD Kabupaten
Solok Selatan Periode 1 Januari 2010 - 31 Juni 2012. Jurnal Kesehatan
Andalas. https://doi.org/10.25077/jka.v2i2.119
Irfan. (2010). Fisioterapi bagi Insan Stroke. Journal of Physical Therapy Science.
Yu, S.-H., & Park, S.-D. (2013). The effects of core stability strength exercise on
muscle activity and trunk impairment scale in stroke patients. Journal of
Exercise Rehabilitation. https://doi.org/10.12965/jer.130042
41