P
DENGAN TUBERCULOSIS PARU DI PAVILIUN MATAHARI DUA
RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
03 - 05 JUNI-2016
DISUSUN OLEH :
Fathi Muhammad
2013750019
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ini dengan judul
“Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Nn.P Dengan Tuberculosis Paru dari tanggal 03
sampai 05 Juni 2016. Karya tulis ini di susun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari seluruh
pembaca karya tulis ini sehingga dapat menjadi bahan perbaikan untuk penyusunan
karya tulis selanjutnya.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ns. Idriani,M.Kep.,Sp.Mat selaku Ka.Prodi DIII Keperawatan FIK-UMJ.
2. Ns. Fitrian Rayasari,M.Kep.,Sp.KMB selaku dosen pembimbing dan penguji dari
DIII Keperawatan Rumah Sakit Islam Jakarta FIK-UMJ.
3. Ns. Nurhayati,M.Kep.,Sp.Kep.Kom selaku wali tingkat angkatan 31
4. Ns. Siti Fathimah Zahroh ,S.Kep selaku pembimbing ruangan dan penguji dari DIII
Keperawatan Rumah Sakit Islam Jakarta FIK-UMJ.
5. Orang tua, kakak dan adik-adik saya tercinta yang selalu mendoakan dan
memberikan dukungan baik moril maupun materil serta do’a yang tulus sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
6. Kepala Ruangan & tim perawatan paviliun Matahari Dua Rumah Sakit Islam Jakarta
7. Teman-teman mahasiswa-mahasiswi DIII Keperawatan Rumah Sakit Islam Jakarta
FIK-UMJ. Yang telah banyak memberikan perhatian, dukungan, serta, do’a yang
tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi angkatan 31 program DIII Keperawatan
Rumah Sakit Islam Jakarta FIK-UMJ.
9. Perpustakaan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang
sudah menyediakan fasilitas dan buku-buku yang dibutuhkan penulis untuk
terwujudnya karya tulis ilmiah ini.
10. Universitas Muhammadiyah Jakarta dan semua pihak terkait yang telah
membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari makalah ini masih
belum sempurna. Oleh karena itu, kritik yang diberikan, penulis akan terima dengan
kelapangan hati guna perbaikan pada masa yang akan datang. Semoga karya tulis ilmiah
ini dapat bermanfaat bagi tenaga keperawatan pada umumnya dan bagi penulis
khususnya, sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan di
bidang keperawatan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Penulis
DAFTAR ISI
Tabel 2.1 Kisaran Dosis OAT lini pertama bagi klien dewasa. .................................................. 18
Tabel 2.2 OAT yang digunakan dalam pengobatan TB MDR......................................... 19
Tabel 2.3 Dosis Paduan OAT KDT Kategori 1: 2(HRZE) / 4(HR)3 ............................... 21
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah
kesehatan dalam masyarakat kita. Penyakit tuberculosis paru dimulai dari tuberculosis,
yang berarti suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk (basil) yang
dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis. Penularan penyakit ini melalui
perantaraan ludah atau dahak penderita yang mengandung basil tuberculosis paru. Saat
penderita batuk, butir-butir dahak bertebangan di udara dan terhisap oleh orang sehat,
sehingga masuk kedalam paru-parunya, yang kemudian menyebabkan penyakit
tuberculosis paru. (Naga,2014)
Seorang yang telah terjangkit bakteri penyebab tuberculosis, akan berakibat buruk,
seperti menurunkan daya kerja atau produktivitas kerja, menularkan kepada orang lain
terutama pada keluarga yang tinggal serumah, dan dapat menyebabkan kematian. Pada
penyakit tuberculosis, jaringan yang paling sering diserang adalah paru-paru
(Naga,2014).
WHO memperkirakan pada tahun 2012 ada 8,7 juta kasus baru tuberkulosis (13%
merupakan koinfeksi dengan HIV) dan 1,4 juta orang meninggal karena tuberkulosis
(WHO, 2012). Penderita tuberkulosis paru yang tertinggi berada pada kelompok usia
produktif (15-50 tahun) yaitu berkisar 75%. Seorang pasien tuberkulosis dewasa
diperkirakan akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3-4 bulan sehingga berakibat
pada kehilangan pendapatan rumah tangganya yaitu sekitar 20-30%. Jika seseorang
meninggal akibat tuberkulosis, maka dia akan kehilangan pendapatannya sekitar 15
tahun. Selain merugikan secara ekonomis, tuberkulosis juga memberikan dampak buruk
lainnya, yaitu dikucilkan oleh masyarakat (stigma) (WHO, 2012)
(www.pps.unud.ac.id/2012).
Di Indonesia setiap tahunnya kasus tuberkulosis paru bertambah seperempat juta kasus
baru dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya. Indonesia termasuk 10 negara
tertinggi penderita kasus tuberkulosis paru di dunia. Menurut WHO dalam laporan
Global Report prevalensi TB di Indonesia pada 2013 ialah 297 per 100.000 penduduk
dengan kasus baru setiap tahun mencapai 460.000 kasus. Dengan demikian, total kasus
hingga 2013 mencapai sekitar 800.000-900.000 kasus dan angka kematian sebesar 27
kasus per 100.000 penduduk (www.health.kompas.com/2013). Berdasarkan data yang
diperoleh dari Riskesdas, Pravalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis TB paru oleh
tenaga kesehatan tahun 2013 adalah 0,4 %, tidak berbeda dengan 2007, lima provinsi
dengan TB paru tertinggi adalah Jawa Barat (0,7%), papua (0,6%), DKI Jakarta (0,6%),
Gorontalo (0,5%), Banten (0,4%) dan Papua barat (0,4%). Proporsi penduduk dengan
gejala TB paru batuk > 2 minggu sebesar 3.9% dan batuk darah 2,8 %. Berdasarkan
karakteristik penduduk, prevalensi TB paru cenderung meningkat dengan bertambahnya
umur, pada pendidikan rendah, tidak bekerja. Dari seluruh penduduk yang didiagnosis
TB paru oleh tenaga kesehatan, hanya 44,4 % diobati dengan obat program. Lima
provinsi terbanyak yang mengobati TB dengan obat program adalah DKI Jakarta
(68,9%). Di Yogyakarta (67,3%), Jawa Barat (56,2%), Silawesi Barat (54,2%) dan Jawa
Tengah (50,4%) (Buku Riskesdas 2013 dalam angka).
Berdasarkan data yang diperoleh dari data di Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta
Pusat, didapatkan data klien yang terkena TB Paru khususnya di Paviliun Matahari Dua
tahun 2016 di 5 bulan terakhir (Januari – Mei) sebanyak 27 kasus penderita TB Paru.
Penyakit TB paru jika tidak di lakukan pengobatan secara tuntas, akan terjadi komplikasi
yang berdampak semakin parah terhadap penderita. komplikasi TB paru di
klasifikasikan menjadi dua yaitu komplikasi dini dan komplikasi lanjut. Komplikasi dini
meliputi Pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus, poncet’s arthopathy.
Komplikasi lanjut meliputi obstruksi jalan nafas, kerusakan parenkim berat menjadi
fibrosis paru, kuch pulmonal, amyloidosis, karsinoma paru, sidrom gagal nafas dewasa
(ARDS) sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB (Amin & Bahar, 2009)
Berdasarkan data di atas, jumlah kasus TB paru masih sangat tinggi serta komplikasi
yang di timbulkan, sehingga perawat berperan penting dalam upaya kesembuhan dengan
melakukan asuhan keperawatan. Upaya yang dilakukan meliputi: promotif yaitu dengan
cara melakukan penyuluhan, pendidikan kesehatan dengan kasus TB paru, kemudan
melakukan upaya preventif (pencegahan) agar penyakit TB paru tidak menularkan
kepada orang lain, upaya kuratif (pengobatan) yaitu berkolaborasi dalam pemberian
terapi obat, fisioterapi, radiology, pemeriksaan laboratorium dan lain lain yang diberikan
oleh tindakan medis kepada pasien TB paru sedangkan upaya rahabilitatif yaitu
(pemulihan) mengembalikan pasien yang menderita TB paru ke kondisi seperti semula
sebelum sakit dengan nutrisi yang adekuat, menjaga lingkunga yang sehat dan bersih,
menjaga pola hidup yang lebih sehat.
Pentingnya perawat melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan TB, penulis
sebagai bagian dari calon tenaga perawat ingin mempunyai pengalaman yang nyata
dalam melakukan asuhan keperawatan tersebut. Sehingga melalui studi kasus penulis
ingin menguraikan hasil studi kasus dalam penulisan karya tulis ilmiah dengan judul
Pemenuhan Kebutuhan Dasar kepada Nn.P dengan Tuberculosis Paru di Paviliun
Matahari Dua RSIJ Cempaka Putih.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh wawasan serta menambah pengetahuan yang secara langsung
dalam rangka memberikan asuhan keperawatan secara efektif dengan melalui proses
pendekatan asuhan keperawatan kepada pasien dengan gangguan sistem pernafasan
khususnya TB paru.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian kebutuhan dasar klien dengan TB paru
khususnya pada klien Nn.P di Rumah sakit islam Jakarta cempaka putih di
paviliun matahari dua
b. Mampu mendeskripsikan masalah keperawatan kebutuhan dasar klien dengan
TB paru khususnya pada klien Nn.P di Rumah sakit islam Jakarta cempaka putih
di paviliun matahari dua
c. Mampu mendeskripsikan rencana tindakan keperawatan khususnya pada klien
Nn.P di Rumah sakit islam Jakarta cempaka putih di paviliun matahari dua
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan kebutuhan dasar klien dengan
TB paru khususnya pada klien Nn.P di Rumah sakit islam Jakarta cempaka putih
di paviliun matahari dua
e. Mampu mendeskripsikan hasil evaluasi kebutuhan dasar klien dengan TB paru
khususnya pada klien Nn.P di Rumah sakit islam Jakarta cempaka putih di
paviliun matahari dua
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus
g. Mampu mengidentifikasi factor-factor pendukung, penghambat serta dapat
mencari solusi
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup laporan kasus ini penulis melakukan asuhan keperawatan pemenuhan
kebutuhan dasar pada klien Nn.P dengan Tuberculosis Paru di Paviliun Matahari Dua
Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta dari tanggal 03-05 juni 2016
D. METODE PENULISAN
Dalam penulisan karya ilmiah penulis menggunakan metode deskriptif dan study
kepustakaan.
1. Study kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari dari buku-buku sumber, internet, serta literatur yang
berkaitan dengan judul karya tulis ilmiah ini.
2. Metode deskriptif
Yaitu dengan menjabarkan hasil asuhan keperawatan melalui pengkajian, menentukan
diagnosa, mencatat perencanaan, pelaksanaan, dan melakukan evaluasi.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Karya ilmiah ini di susun secara sistematis yang terdiri dari 5 bab:
BAB I : Pendahuluan
Yang terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan,
ruang lingkup dan sistematika penulisan.
BAB III : Membuat laporan secara langsung pada pasien dengan cara memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan dasar dengan
Tuberculosis Paru yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
BAB IV : Pembahasan
Pembahasan merupakan pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi
BAB V : Penutup
Kesimpulan : merupakan tulisan singkat mengenai asuhan keperawatan dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan dasar system pernafasan khususnya masalah
TB paru.
Saran : merupakan suatu masukan yang positif yang bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya di bidang keperawatan yaitu
asuhan keperawatan pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan dasar dengan
Tuberculosis Paru
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
BAB II
LANDASAN TEORITIS
Pada bab ini sebagai landasan teoriis penulis akan menjelaskan apa yang akan di sajikan
yang di mulai dari konsep dasar dan Asuhan Keperawatan.
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
Mikrobakterium tuberculosis. Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit
saluran pernapasan bagian bawah. (Hood dan Abdul, 2010)
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang paling sering mengenai
parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. TB dapat
menyebar hampir ke setiap bagian tubuh, termasuk meninges, ginjal, tulang, dan
nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi dalam 2 sampai 10 minggu setelah
pajanan. TB ditularkan ketika seorang penderita penyakit paru aktif
mengeluarkan organisme. Individu yang rentan menghirup droplet dan menjadi
terinfeksi. Bakteria di transmisikan ke alveoli dan memperbanyak diri. Reaksi
inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumonia, granuloma,
dan jaringan fibrosa. Awitan biasanya mendadak. (Smeltzer & Bare, 2014)
2. Klasifikasi
a. Menurut Naga (2014) Bentuk penyakit tuberculosis ini dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu tuberculosis paru dan tuberculosis ekstra paru.
1) Tuberkulosis Paru
Penyakit ini merupakan bentuk yang paling sering dijumpai, yaitu sekitar
80% dari semua penderita. Tuberculosis yang menyerang jaringan paru –
paru ini merupakan satu – satunya bentuk dari TB yang mudah tertular
kepada manusia lain, yang berasal kuman keluar dari si penderita.
2) Tuberkulosis Ekstra Paru
Penyakit ini merupakan bentuk penyakit TBC yang menyerang organ
tubuh lain, selain paru – paru. Seperti pleura, kelenjar limfe, persendian
tulang belakang, salurang kencing, dan susunan saraf pusat. Oleh karena
itu, penyakit TBC ini kemudian dinamakan penyakit yang tidak pandang
bulu, karena dapat menyerang seluruh organ dalam tubuh manusia secara
bertahap. Dengan kondisi organ tubuh yang telah rusak, tentu saja dapat
menyebabkan kematian bagi penderitanya.
b. Berdasarkan TB nasional 2014, di klasifikasikan menjadi dua yaitu
berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dan berdasarkan hasil
pemeriksaan uji kepekaan obat
1) Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
a) Pasien baru TB: adalah pasien yang belum pernah mendapatkan
pengobatan sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT namun
kurang dari 1 bulan (< dari 28 dosis).
b) Pasien yang pernah diobati TB: adalah pasien yang sebelumnya pernah
menelan OAT selama 1 bulan atau lebih (> dari 28 dosis).
Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan
TB terakhir yaitu:
Pasien kambuh: adalah pasien TB yang pernah dinyatakan
sembuh atau pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosis TB
berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis (baik
karena benar-benar kambuh atau karena reinfeksi).
Pasien yang di obati kembail setelah gagal: adalah pasien TB
yang pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan
terakhir
Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-
up): adalah pasien yang pernah diobati dan dinyatakan lost to
follow up (klasifikasi ini sebelumnya dikenal sebagai pengobatan
pasien setelah putus berobat/default).
Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil
akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui
2) .Berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat
Pengelompokan pasien disini berdasarkan hasil uji kepekaan contoh uji
dari Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT dan dapat berupa:
a) Mono resistan (TB MR): resisten terhadap salah satu jenis OAT lini
pertama saja
b) Poli resistan (TB PR): Resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT
lini pertama selain isoniazid (H) dan rifampisin (R) secara
bersamaan
c) Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap isoniazid (H) dan
rifampisin (R) secara bersamaan
d) Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus
juga resistan terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan
minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin,
Kapreomisin dan Amikasin)
e) Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap rifampisin dengan
atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang tedeteksi menggunakan
metode genotip (tes cepat) atau metode fenotip (konvensional).
3. Etiologi
Agen infeksius utama, Mycobacterium tuberculosis. Dan Sifat dari kuman
Mycobacterium tuberculosis menurut Arif Muttaqin, 2009; Andra S.F & Yessie
M.P, 2012; TB Nasional 2014 adalah :
2) Kebutuhan Nutrisi
Nutrisi adalah elemen yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh.
Kebutuhan energy didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti: karbonhidrat,
protein, lemak, air, dan mineral. Zat gizi tersebut di metabolisme untuk
menghasilkan energy kimiawi dan untuk mempertahankan keseimbangan
antara anabolisme (membangun) dan katabolisme (Pemecah). Beberapa
zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh disimpan dalam jaringan. Pada kasus
TB Paru akan muncul keluhan mual dan muntah dan tidak nafsu makan di
karenakan efek dari obat OAT karena efek samping yang disebabkan oleh
metabolisme obat yang terjadi di hati.
3) Kebutuhan rasa aman nyaman
Kenyamanan/ rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu
kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan
(kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang
melebihi masalah dan nyeri). Pada klien yang menderita TB paru akan
mengeluh nyeri pada dada sebelah kiri, hal itu dikarenakan terjadi
peradangan pada pleura, sewaktu klien inspirasi dan ekspirasi terjadi
gesekan kedua pleura maka akan menimbulkan rasa nyeri di dada
sehingga mengganggu kebutuhan aktivitas sehari-hari untuk kebutuhan
rasa nyaman.
5. Manifestasi Klinik
a. Gejala umum TB paru batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa
mengeluarkan sputum, malaise, demam ringan , nyeri dada, batuk darah.
Gejala lain yaitu kelelahan, anorexia dan penurunan berat badan. Sedangkan
gejala khusus antara lain tergantung dari organ tubuh yang terkena bila
terjadi sumbatan sebagaian bronkus atau saluran yang menuju ke paru-paru
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar akan menimbulkan
suara wheezing, suara napas melemah yang disertai sesak. ( Soemantri, 2009
)
1) Demam : subfebris, febris (40-41° C) hilang timbul.
2) Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkis, sebagai reaksi tubuh
untuk membuangatau mengeluarkan sekret produksi dari reaksi
inflamasi, baik dimulai dengan batuk kering sampai dengan batuk
purulen (menghasilkan sputum) timbul dalam jangka waktu lama (kurang
lebih 3 minggu).
3) Sesak napas : timbul pada tahap lanjut ketika infiltrasi radang sampai
setengah paru.
4) Nyeri dada : nyeri jarang timbul, hanya jika infiltrasi radang sampai ke
pleura
5) Malaise : ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit
kepala, nyeri otot, serta berkeringat pada malam hari tanpa sebab.
6) Suara khas pada perkusi dada abnormal
7) Pada atelektasis terhadap gejala paru-paru : sianosis, sesak napas, dan
kolaps. Bagian dada klien tidak bergerak pada saat bernapas.
8) Peningkatan sel darah limfosit yang menandakan terjadinya proses
infeksi
9) Pada anak, berkurangnya BB dua bulan berturut-turut tanpa sebab yang
jelas atau gagal dalam masa pertumbuhan, demam berlanjut hingga dua
minggu, demam dan batuk tidak respons terhadap terapi.
6. Komplikasi
Penyakit tuberculosis apabila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
7. Penatalaksanaan
Penderita yang dirawat dengan diagnosis praduga TB Paru harus di anggap dan
di rawat sebagai penderita TB Paru yang secara gari besar ada 3 bagian.
a. Perawatan
Penderita TB Paru perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi serta
pengobatan, penderita harus istirahat 5-7, tetapi tidak harus tirah baring
sempurna. Mobilisasi dilakukan sewajarnya, sesuai dengna situasi dan
kondisi pnderita. Pada penderita dengan kesadaran yang menurus harus di
observasi agar tidak terjadi obstruksi jalan nafas. Tanda komplikasi TB Paru
yang lain termasuk status pernafasan dan aktifitas juga perlu mendapatkan
perhatian.
b. Diet
Diet TB Paru adalah diet yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan makan
penderita TB Paru dalam bentuk makanan lunak tinggi kalori tinggi protein,
tujuan utamanya adalah memenuhi kebutuhan nutrisi penderita dalam
mencegah penurunan daya tahan tubuh dan infeksi yang meluas. Antara lain
adalah makanan yang cukup cairan, kalori, protein, vitamin
c. Terapi
Menurut Darmanto (2013). Penderita TB harus diobati, dan pengobatannya
harus adekuat. Pengobatan TB memakan waktu minimal 6 bulan. Dalam
memberantas penyakit tuberculosis, negara mempunyai pedoman dalam
pengobatan TB yang disebut Program Pemberantasan TB (National
Tuberculosis Programme). Prinsip pengobatan TB adalah menggunaka
multidrugs regimen; hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya resistensi
hasi TB terhadap obat. Obat anti tuberculosis di bagi dalam dua golongan
besar, yaitu obat lini pertama dan obat lini kedua.
Yang termasuk obat anti TB lini pertama adalah: isoniazid (H), etambutol
(E), streptomisin (S). pirazinamid (Z), rifampisin (R). dan tioasetazon (T);
sedangkan yang termasuk obat lini kedua adalah: etionamide, sikloaserin,,
PAS, amikasin, kanamisin, kapreomisin, siprofloksasin,, ofloksasin,
klofazimin, dan rifabutin.
Tabel 2.1 Kisaran Dosis OAT lini pertama bagi pasien dewasa
Dosis
OAT
Harian 3x/ minggu
Catatan:
Pemberian streptomisin untuk klien yang berumur >60 tahun atau klien
dengan berat badan <50 kg mungkin tidak dapat mentoleransi dosis
>500mg/hari, beberapa buku rujukan menganjurkan penurunan dosis
menjadi 10 mg/kg/BB/hari.
Tabel 2.2 OAT yang digunakan dalam pengobatan TB MDR
Levofloksasin (Lfx)
Bakterisidal Mual, muntah, sakit kepala, pusing,
sulit tidur, rupture tendon (jarang)
Para-aminosalicylin acid
(PAS) Bakterisidal Gangguan gastrointestinal, gangguan
fungsi hati dan pembekuan darah
(jarang), hipotiroidisme yang reversible
Cycloserine (Cs) Bakterisidal Gangguan system saraf pusat: sulit
konsetrasi dan lemah, deperesi, bunuh
diri, psikosis. Gangguan lain adalah
neuropati perifer, stevens Johnson
syndrome
Intensif 2 Bulan 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 Bulan 2 1 - - 48
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Pasien
Menurut Arif Muttaqin, (2009). Konsep keperawatan tuberculosis paru meliputi:
a. Anamnesis
1) Keluhan utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB paru meminta
pertolongan pada tenaga medis dibagi menjadi 2 keluhan yaitu:
a) Batuk
Keluhan batuk timbul paling awal dan paling sering dikeluhkan,
apakah batuk bersifat produktif/nonproduktif, sputum bercampur
darah
b) Batuk darah
Seberapa banyak darah yang keluar atau hanya blood streak, berupa
garis, atau bercak-bercak darah
c) Sesak nafas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena atau ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,
pneumotoraks, anemia dll.
d) Nyeri dada
Gejala ini timbul apabila system persarafan di pleural terkena TB
2) Keluhan sistematis
a) Demam
Keluhan ini sering dijumpai yang biasanya timbul pada sore hari atau
pada malam hari mirip dengan influenza
b) Keluhan sistematis lain
Keluhan yang timbul antara lain: keringat malam, anoreksia,
penuruna berat badan, dan malaise
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Keadaan pernapasan (napas pendek)
b) Nyeri dada
c) Batuk, dan
d) Sputum
2) Kesehatan dahulu:
Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cidera, dan
pembedahan
3) Kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita empisema, asama, alergi, dan
TB
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital klien biasanya didapatkan
peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat
disertai sesak napas, denyut nadi meningkat seirama dengan peningkatan
suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan tekanan darah biasanya sesuasi
dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi
2) Breathing
a) Inspeksi
Bentuk dada dan gerakan pernapasan
Klien dengan Tb paru biasanya terlihat kurus sehingga pada
bentuk dada terlihat adanya penurun proposi anterior-posterior
bading prosporsi diameter lateral
Batuk dan sputum
Batuk produktif disertai adanya peningkatan produksi secret dan
sekresi sputum yang purulent
b) Palpasi:
Gerakan dindin toraks anterior/ekskursi pernapasan. Tb paru tanpa
komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada biasanya
normal dan seimbang bagian kiri dan kanan. Adanya penurun gerakan
dinding pernapasan biasanya ditemukan pada klien Tb paru dengan
kerusakan parenkim paru yang luas.
Takti fremitus
Adanya penurunan taktil fremitus pada klien TB paru biasanya
ditemukan pada klien yang disertai komplikasi efusi pleural massif,
sehingga hantaran suara menurun.
c) Perkusi:
Pada klien Tb paru tanpa komplikasi biasanya ditemukan resonan
atau sonor pada seluruh lapang paru. Pada klien dengan komplikasi
efusi pleura didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang
sakit sesuai dengan akumulasi cairan.
d) Auskultasi:
Pada klien Tb paru bunyi nafas tambahan ronki pada sisi yang sakit.
3) Brain
Kesadaran biasanya composmentis, ditemukan adanya sianosis perifer
apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif, klien
tampak wajah meringis, menangis, merintih. Pada saat dilakukan
pengkajian pada mata, biasanya didapatkan konjungtiva anemis pada Tb
paru yang hemaptu, dan ikhterik pada pasien Tb paru dengna gangguan
fungsi hati
4) Bledder
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan.
Memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal
syok.
5) Bowel
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan
penurunan berat badan
6) Bone
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien Tb paru. Gejala yang
muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap
d. Pemeriksaan penunjang
Pemenriksaan penunjang menurut Andra S.F & Yessie M.P, (2013)
a. LED
Indicator stabilitas biologic penderita,
respon terhadap pengobatan dan prediksi
b. Limfosit tingkat penyembuhan. Sering meningkat
pada proses aktif.
Menggambarkan status imunitas penderita
(normal atau supresi)
c. Elektrolit
Hipotermia dapat terjadi akibat retensi
cairan pada TB paru kronis luas.
d. Analisa gas darah
Hasil bervariasi tergantung lokasi dan
beratnya kerusakan paru.
b. Integritas Ego
Gejala : Adanya/factor sters lama.
Masalah keunganan, rumah.
Perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
Populasi budaya/etnik: Amerika Asli atau imigran dari Amerika Tengah,
Asia Tenggara, Indian anak benua.
Tanda ; Menyangkal (khususnya selama tahap dini)
Ansietas, ketakutan, mudah terangsang.
c. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan napsu makan.
Tak dapat mencerna.
Penurunan berat badan.
Tanda : turgor kulit buruk, keringat/kulit bersisik.
Kehilangan otot/hilang lemak subkutan.
d. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Berhati-hati pada area yang sakit.
Perilaku distraksi, gelisah.
e. Pernafasan
Gejala : batuk, produktif atau tak produktif.
Napas pendek.
Riwayat tuberculosis/terpajan pada individu terinfeksi
Tanda : peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas atau fibrosis
parenkim paru dan pleura).
f. Keamanan
Gejala : adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker.
Tanda : Demam tendah atau sakit panas akut.
g. Interaksi Sosial
Gejala : perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular.
Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanaka peran.
h. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga TB.
Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk .
Gagal untuk membaik/kambuhnya TB.
Tidak berpartisipasi dalam terapi.
Pertimbangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 6,6 hari
Rencana Pemulangan: memerlukan bantuan dengan/gangguan dalam terapi
obat dan bantuan perawatan diri dan pemeliharaan/perawatan rumah.
i. Pemeriksaan Diagnostik:
11) Biopsy jarum pada jaringan paru Positif untuk granuloma TB, adanya giant
cell menunjukkan nekrosis
12) Darah
2. Diagnosa keperawatan
Menurut NicNoc (2015)
a. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi mucus yang kental,
hemopitisis, kelemahan, upaya batuk buruk, edema tracheal/faringeal.
b. Ketidakefektifan pola pernapasan b.d menurunnya ekspansi paru sekunder
terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura
c. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas b.d penurunan jaringan efektif paru,
atelaktasis, kerusakan membrane alveolar kapiler, dan edema bronchial
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d keletihan, anoreksia, dan
atau dipsnea, dan peningkatan metabolisme tubuh
e. Kurang informasi dan pengetahuan mengenal kondisi, aturan pengobatan,
proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan dirumah
f. Cemas b.d adanya ancaman kematian yang dibayangkan (ketidakmampuan
untuk bernapas) dan prognosis penyakit yang belum jelas
3. Intervensi keperawatan
1) Diagnosa 1
Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi mucus yang
kental, hemopitisis, kelemahan, upaya batuk buruk, edema tracheal/faringeal.
Tujuan:
Kretieria evaluasi:
Intervensi:
c. Berikan posisi fowler/semi fowler dan bantu klien berlatih napas dalam dan
batuk efektif
d. Pertahankan volume cairan sedikitnya 2500 ml/ hari anjurkan minum dalam
kondisi hangat jika tidak ada kontraindikasi
e. Bersihkan secret dari mulut dan trakea bila perlu lakukan pengisapan
(suction)
a. OAT
b. Agen mukolitik
c. Bronkodilator
d. Kortikosteroid
2) Diagnosa 2
Tujuan:
kriteria evaluasi:
Intervensi:
g. Bila dipasang WSD periksa pengontrol pengisap dan jumlah isapan yang
benar
h. Periksa batas cairan pada botol penghisap dan pertahankan pada batas
yang ditentukan
j. Setelah WSD di lepas, tutup sisi lubang masuk dengan kasa streil dan
observasi tanda yang dapat menunjukan berulangnya pneumotoraks
seperti napas pendek, keluhan nyeri
3) Diagnose 3
Tujuan:
Kriteria hasil:
Intervensi:
e. Kolaborasi:
a. Pemeriksaan AGD
c. Kortikosteriod
4) Diagnosa 4
Tujuan:
Kriteria hasil:
a. Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, derajat penurunan berat
badan, integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat
mual/muntah, dan diare
b. Fasilitasi klien untuk memperoleh diet biasa yang disukai klien (sesuai
indikasi)
c. Pantau intake dan output, timbang berat badan secara periodic (sekali
seminggu)
e. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis diet
yang tepat
5) Diagnosa 5
Tujuan:
Kriteria hasil:
Intervensi:
a. Kaji kemampuan klien untuk mengikuti pembelajaran (tingkat
kecemasan, kelelahan umum, pengetahuan klien sebelumnya, dan
suasana yang tepat)
5. Diagnosa 6
Tujuan:
Kriteria evaluasi:
klien terlihat mampu bernapas secara normal dan mampu beradaptasi dengna
keadaannya sehingga tidak terjadi kecemasan.
Intervensi:
4. Impementasi keperawatan
Impementasi keperawatan merupakan langkah keempat dalam tahap proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan yang telah
di rencanakan dalam intervensi keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus
mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan
pada klien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan,
pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat
perkembangan pasien. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terdapat
dua jenis tindakan yaitu tindakan keperawatan mandiri atau yang dikenal
dengna tindakan independent dan tindakan kolaborasi atau dikenal dengan
tindakan interdependent. Sebagai profesi, perawat mempunyai kewenangan
dan tanggung jawab dalam menentukan asuhan keperawatan. (A.Aziz Alimul
Hidayat, 2009)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan indentifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki
pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi
keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang
ingin dicapai serta kemampuan dalam menhubungankan tindakan
keperawatan pada kriteria hasil. (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009)
BAB III
TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini penulisan akan menyelesaikan laporan kasus asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan sistem pernafasan : TB Paru di paviliun matahari dua Rumah
Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. Proses pelaksanaan pemenuhan kebutuhan dasar
selama tiga hari dari tanggal 03 Juni sampai 05 Juni 2016 dalam melengkapi data ini
penulis mengadakan wawancara dengan keluarga, TIM perawat di ruangan, selain itu
juga memperoleh data-data catatan medis dan catatan keperawatan serta didapatkan hasil
dari observasi langsung dan pemeriksaan fisik.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian pada klien dilakukan pada tanggal 03 juni 2016 di pavilion matahari
dua Rumah Sakit Islam Jakarta
1. Identitas
Klien berinisial Nn. P, usia 19 th, jenis kelamin perempuan, agama Islam,
suku bangsa Jawa, warga negara Indonesia, pendidikan terakhir sekolah
SMA, status perkawinan belum menikah, pekerjaan sebagai mahasiswa,
alamat Jl. Kebun kelapa no.02 RT 09 RW 09 kel. Utan kayu, Jakarta Timur,
sumber biaya jaminan BPJS non PBI, sumber informasi diperoleh dari klien,
keluarga, TIM perawat di ruangan dan status Klien
2. Resume Keperawatan
Klien masuk dari IGD tgl 01 Juni 2016 jam 17:00 WIB, dibawa oleh
keluarga, Saat datang ke IGD, kesadaran compos mentis. Hasil TTV TD:
110/70 mmHg, N: 79x/menit, RR: 24x/menit, S; 36,5 °C. keluarga klien
mengatakan klien batuk sudah tiga minggu tidak sembuh-sembuh, batuk
darah sudah 2 hari, serta sesak nafas. Di IGD, dilakukan pemasangan infus
dengan cairan Assering 500 cc, kemudian dilakukan pemeriksaan lab dengan
hasil:
Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 01 Juni 2016
Hematologi
Hasil Satuan Nilai rujukan
Lengkap
HB 14,5 G/dl 11.7-15.5
Leukosit H 16,63 Ribu/µl 3.60-11.0
Hematokrit 43% % 35-47
Trombosit H 416 Ribu/µl 154-386
Eritrosit H 5,47 10^6/ µl 3.80-5.20
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil L1 % 2-4
Netrofil batang 5 % 3-5
Netrofil segmen H 78 % 50-70
Limfosit L 10 % 25-40
Monosit 6 % 2-8
Laju endap darah H 98 Mm 0-20
Jumlah Retikolosit
Absolut H 110 25 - 75
Persen H 2.01 3.80 – 5.20
MCV/VER L 78 Fl 80-100
MCH/HER 27 Pg 26-34
MCHC/AHER 34 G/dl 32-36
Kemudian pada hari itu juga dilakukan rontgen thorak tgl 01 Juni 2016
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan saat ini adalah batuk sudah 3 minggu tidak sembuh, batuk darah
sudah 2 hari, sesak nafas, klien batuk terdapat sekret berwarna hijau
kental, lemas karena klien nafsu makan nya kurang, klien mengeluh
mual, klien mengatakan berat badan turun 4 kg sejak 3 minggu ini, klien
mengatakan sering membuang dahaknya di sembarang tempat, klien
mengatakan ketika batuk tidak di tutup dengan tangan ataupun tisu, klien
mengatakan lingkungan rumah padat penduduk dan ventilasi minim.
b. Riwayat Kesehatan masa lalu
Menurut klien dan keluarga, klien tidak memiliki riwayat masa lalu yg
berkaitan kesehatan sekarang seperti TB Paru
c. Riwayat kesehatan keluarga
Klien anak pertama dan dua bersaudara. orang tua dan adik klien tidak
mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan kesehatan klien
sekarang. Klien tinggal serumah dengan ayah ibu dan adik klien.
KETERANGAN:
: Laki-laki : Menikah
: Perempuan : Keturunan
: Meninggal dunia
: Tinggal serumah
: Klien
d. Riwayat psikososial dan spiritual
Saat ini klien tinggal bersama ibu ayah dan adik nya. Komunikasi dan
interaksi dengan keluarga dan orang lain baik, setiap ada permasalahan
selalu di diskusikan dengna keluarga (bersama-sama), dan selalu
diputuskan bersama keluarga. Masalah yang mempengaruhi klien yaitu
klien merasa terbebani karena aktivitasnya terbatas dan ingin lekas
sembuh walaupun tidak maksimal dan ingin cepat kembali pulang dan
kumpul dengan keluarga dan teman-teman.
2) Pola Eliminasi
Sebelum dirawat
Sebelum sakit klien biasa buang air besar satu kali dalam sehari,
konsistensi nya lembek, warna feses kuning, sedangkan untuk buang
air kecilnya lebih dari lima kali dalam sehari, warnanya kuning
bening.
Saat di Rawat
Saat di rawat klien mengatakan buang air besarnya masih sama yaitu
satu kali dalam sehari, konsistensinya lembek, warna kuning.
Sedangkan buang air kecilnya juga masih sama yaitu lebih dari lima
kali dalam sehari, warnanya kuning bening
4. Pengkajian Fisik
Keadaan umum klien sakit sedang, kesadaran klien compos mentis, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening, berat badan klien 47 kg, tinggi badan 160
cm, tekanan darah klien 110/80 mmHg, nadi 88 x/menit, RR 26 x/menit,
Suhu 35,9°C.
a. Sistem pengliatan
Sistem penglihatan klien baik, tidak terdapat tanda–tanda radang, tidak
ada kelainan otot-otot mata, pupil bereaksi terhadap rangsang cahaya,
posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal,
konjungtiva ananemis, kornea normal, sklera ikterik, pupil isokor.
b. Sistem pendengaran
Fungsi pendengaran klien normal, klien tidak menggunakan alat bantu
dengar dan tidak mempunyai gangguan keseimbangan, daun telinga
normal, tidak ada serumen, dan tidak ada perasaan di telinga.
c. Sistem wicara
Klien mampu mengungkapkan komunikasi dengan baik, jelas dan sesuai,
klien mampu menanggapi lawa bicara dengan sesuai
d. Sistem pernafasan
Jalan nafas klien terdapat sekret, klien merasa sesak, menggunakan otot
bantu nafas, frekuensi nafas klien 26 x/menit, irama teratur, nafas
dangkal, ada batuk di sertai darah, ada seputum berwarna hijau kental,
suara nafas terdapat ronchi, tidak ada nyeri saat bernafas, batuk produktif.
e. Sistem kardio vascular
Nadi 88 x/menit dengan irama teratur,tekanan darah klien 110/80 mmHg,
tidak ada distensi vena jugularis, temperatur kulit klien hangat, warna
kulit klien pucat, pengisian kapirelirevil < 3 detik, tidak ada odem.
f. Sistem hematologi
Batuk klien terdapat darah ± 1cc setiap klien batuk
g. Sistem pencernaan
Gigi tidak ada karies, tidak menggunakan gigi palsu,tidak ada stomatitis
lidah bersih, bibir lembab, klien merasa mual. Klien tidak nafsu makan
h. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak ada
luka gangren.
i. Sistem urologi
Balance cairan selama 24 jam. Intake: 1750 – 750+705 (output + IWL) =
+295 ml, tidak ada perubahan pola kemih, BAK kuning pekat,tidak ada
ketegangan kandung kemih, tidak ada keluhan sakit pinggang, tidak ada
odem.
j. Sistem muskuluskeletal
Tidak ada kesulitan dalam pergerakan, klien tidak merasa sakit pada
tulang sendi dan kulit, tidak ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk dan
struktur tulang belakang, kekuatan otot:
5555 5555
5555 5555
5. Pemeriksaan Penunjang
Hematologi
Hasil Satuan Nilai rujukan
Lengkap
HB 14,5 G/dl 11.7-15.5
Leukosit H 16,63 Ribu/µl 3.60-11.0
Hematokrit 43% % 35-47
Trombosit H 416 Ribu/µl 154-386
Eritrosit H 5,47 10^6/ µl 3.80-5.20
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil L1 % 2-4
Netrofil batang 5 % 3-5
Netrofil segmen H 78 % 50-70
Limfosit L 10 % 25-40
Monosit 6 % 2-8
Laju endap darah H 98 Mm 0-20
Jumlah Retikolosit
Absolut H 110 25 - 75
Persen H 2.01 3.80 – 5.20
MCV/VER L 78 Fl 80-100
MCH/HER 27 Pg 26-34
MCHC/AHER 34 G/dl 32-36
Hematologi
Hasil Satuan Nilai rujukan
Lengkap
HB 14,4 G/dl 11.7-15.5
Leukosit H 13.10 Ribu/µl 3.60-11.00
Hematokrit 44% % 35-47
Trombosit H 506 Ribu/µl 154-386
Eritrosit H 5.54 10^6/ µl 3.80-5.20
MCV/VER L 79 % 80-100
MCH/HER 26 % 26-34
MCHC/KHER 33 % 32-36
Penatalaksanaan terapi :
1. Terapi Oral
1) Ambroxol 30mg ( 3 x 1 ) 1 tablet jam 6, 12, 18
2) INH 300mg ( 1 x 1 ) 1 tablet jam 6
3) Rifampicin 450mg ( 1 x 1 ) 1 tablet jam 6
4) Etambutol 500mg ( 1 x 1 ) 2 tablet jam 18
5) Pyrazinamide 500mg ( 1 x 1 ) 1 tablet jam 21
2. Terapi injeksi
1) Levofloxacin drip 1 x 750 mg jam 6
2) Ranitidine 2 x 1 25 mg jam 6, 17
3) Methyuprednisolon 2 x 0,3cc 125mg jam 6, 17
4) Infus Assering 12tpm /12 jam jam 9, 21
5) O2 3 liter/menit nasal kanul
6. DATA FOKUS
Data subyektif : klien mengatakan…
Batuk sudah 3 minggu tidak sembuh-sembuh
Batuk terdapat secret hijau kentel
Batuk darah sudah 2 hari
Sesak nafas
Mual
Tidak nafsu makan
Klien mengatakan makan hanya ½ porsi
Klien mengatakan bb turun 4 kg sejak 3minggu ini
Klien mengatakan sering membuang dahaknya sembarangan
Klien mengatakan kalo batuk tidak pernah ditutup dengan tangan atau
tisu
Data Obyektif :
Keadaan umum klien sakit sedang
Kesadaran compos mentis
Kulit lembab
Kapilaryrevil < 3 detik
GCS : (E : 4, V : 5, M : 6) = 15
TTV : TD : 100/80 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 26 x/menit
S : 35.9 °C
Aktifitas hanya di tempat tidur dan kursi
BB : 47 kg
Tinggi badan : 160 cm
Klien tampak tidak nafsu makan
Klien tampak makan hanya ½ porsi
A:
- TB: 160 cm
- BB: 47 kg
- BBI: 51-69 kg
- IMT: 18,3
- Kehilangan BB: 7,8%
B:
- HB: 14,5
C:
- Rambut tampak kusam dan sedikit rontok
- Konjungtiva tidak anemis
- Mulut tidak ada sariawan
D:
- Klien tampak makan hanya ½ porsi
Minum 6-7 gelas/hari
Lab Hb : 14,5 G/dl, , Leokosit: H 16,63 Ribu/µl
Hasil Rontgen Thorak tgl 01-06-2016 :
- kesan: Kp duplex
Hasil Pemeriksaan BTA gen expert tgl 03-06-2016:
- MTB: Terdeteksi sedang
- Rifampicin Resisten: tidak terdeteksi
- Spesies: sputum 1
- Hasil: BTA (1+) positif
7. ANALISA DATA
Do:
Klien tampak batuk
disertai secret berwarna
hijau kental
Klien tampak sesak
Klien tampak
menggunakan otot
bantu nafas
Auskultasi terdapat
suara ronchi
TTV:
TD: 100/80 mmHg
N: 88 x/menit
S: 35,9 °C
RR: 26 x/menit
2. Ds: Reiko ketidak Intake yang tidak
Klien mengatakan mual seimbangan nutrisi adekuat
Klien mengatakan tidak kurang dari
nafsu makan kebutuhan tubuh
Klien mengatakan
makan hanya ½ porsi
Klien mengatakan BB
turun 4 kg sejak 3
minggu ini
Do:
Klien tampak tidak
nafsu makan
Klien tampak makan
hanya ½ porsi
A:
TB: 160 cm
BB: 47 kg
BBI: 51-69 kg
IMT: 18,3
Kehilangan BB:
7,8%
- B:
HB: 14,5
- C:
Rambut tampak kusam
dan sedikit rontok
Konjungtiva ananemis
Mulut tidak ada
sariawan
- D:
Klien tampak makan
hanya ½ porsi
B. Diagnosa Keperawatan
Dari analisis data diatas maka diagnosa keperawatan yang muncul sebagai
berikut:
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan Mukus dalam
jumlah berlebihan.
Ds:
Klien mengatakan batuk sudah 3 minggu.
Klien mengatakan sesak nafas
Klien mengatakan batuk terdapat secret hijau kentel
Do:
Klien tampak batuk disertai secret berwarna hijau kental
Klien tampak sesak
Klien tampak menggunakan otot bantu nafas
Auskultasi terdapat suara ronchi
TTV:
TD: 100/80 mmHg
N: 88 x/menit
S: 36,5 °C
RR: 26 x/menit
Do:
Ds:
- Klien mengatakan sering membuat dahaknya sembarangan
- Klien mengatakan kalo batuk di tutup dengan tangan atau tisu
- Klien mengatakan lingkungan rumah padat penduduk dan ventilasi rumah yang
minim.
Do:
C. Perencanaan Keperawatan
Tabel 3.5 Perencanaan Keperawatan
D. Pelaksanaan keperawatan
- B: HB: 14.5
- C: Rambut tampak kusam dna rontok,
konjungtiva tidak anemis, mulut tidak ada
sariawan
- D: klien tampak makan ½ porsi
- B: HB: 14.5
- C: Rambut tampak kusam dna rontok,
konjungtiva ananemis, mulut tidak ada sariawan
- D: klien tampak makan ½ porsi
- B: HB: 14.5
- C: Rambut tampak kusam dna rontok,
konjungtiva ananemis, mulut tidak ada sariawan
- D: klien tampak makan 1 porsi
E. Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan dari tgl 03 – 05 juni 2016 maka
evaluasi di ambil pada hari terakhir yaitu:
P: lanjutkan intervensi:
1. Monitor status pernafasan
2. Berikan posisi yang nyaman
(semi fowler)
3. Anjurkan klien untuk banyak
minum air hangat
4. Lanjutkan pemberian terapi obat:
- Ambroxol 30mg: 3x1 1 tablet
jam 06, 12, 18
- INH 300mg: 1x1 1tablet jam
06
- Rifampicin 450mg 1x1
1tablet jam 06
- Etambutol 500mg 1x1 2tablet
jam 18
- Pyrazinamide 500mg 1x1
2tablet jam 21
05/06/2016 2 S: Fathi.M
- Klien mengatakan mual sudah
berkurang
- Klien mengatakan makan sudah 1
porsi
O:
- Klien tampak nafsu makan
bertambah
- Klien tampak makan habis 1
porsi
- A: TB: 160 cm, BB 47kg, BBI:
51-69 kg, IMT: 18.3
- B: HB: 14.4
- C: rambut tampak kusam dan
sedikit rontok, konjungtiva tidak
anemis, mulut tidak sariawan.
- D: klien tampak makan 1 porsi
P: Lanjutkan intervensi:
1. Monitor status nutrisi A, B, C, D
2. Anjurkan klien untuk makan dikit
tapi sering
3. Timbang BB 2 kali seminggu
4. Anjurkan klien makan tinggi
kalori tinggi protein
5. Catat jumlah makanan yang di
habiskan setiap hari
6. Berikan pemberian terapi obat:
Ranitidine 25mg 2x1 jam 06 dan
17
05/06/2016 3 S: Fathi.M
- Klien mengatakan sudah tidak
membuang dahaknya sembarang
- Klien mengatakan kalo batuk
menerapkan etika batuk
- Klien mengatakan tidak ada
keluarga yang batuk batuk dan
sesak nafas
O:
- Klien tampak sudah tidak
membuang dahaknya
sembarangan
- Klien tampak sudah mengerti dan
bias menerapkan etika batuk
dengan benar
- Klien tampak memakai masker
- Tampak masih terdapat darah
pada secret klien
- tampak pada keluarga klien
tidak ada tanda dan gejala
yang muncul seperti klien
P: Lanjutkan intervensi:
1. Anjurkan klien untuk memakai
masker
2. Anjurkan untuk mencuci tangan
sesudah melakukan etika batuk
3. Lanjutkan pemberian terapi obat:
- Levofloxacin: drip 1x750mg
jam 05
- Methyupredmisolon: 125mg
2x0,03 cc jam 05, 17
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas berbagai kesenjangan yang terjadi antara tinjauan
teoritis (Bab II) dengan tinjauan kasus (Bab III) pada klien Nn.P dengan pemenuhan
kebutuhan dasar dengan Tuberculosis Paru di Paviliun Matahari Dua Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka putih yang di laksanakan dari tanggal 03 – 05 juni 2016.
A. Pengkajian
Pada pengkajian, penulis mengacu dalam tinjauan teoritis, tersedianya format
pengkajian, catatan keperawatan di ruangan, catatan medis, serta keluarga pasien
yang kooperatif terhadap tindakan keperawatan sehingga mempermudah dalam
menentukan masalah.
Kebutuhan dasar yang terganggu pada Nn.P adalah gangguan kebutuhan oksigenasi:
klien muncul keluhan batuk dan terdapat secret yang berlebih lalu jalan nafas
menjadi tidak efektif sehingga klien menjadi sesak dengan irama nafas cepat dan
ventilasi terganggu.
Gangguan kebutuhan Nutrisi: klien mucul keluhan mual tidak nafsu makan di
karenakan efek dari obat OAT karena efek samping yang disebabkan oleh
metabolisme obat yang terjadi di hati.
Pada pemeriksaan diagnostic tidak semua di lakukan, yang di lakukan hanya darah
lengkap, tes BTA, dan rontgen thorax. Karena hanya dengan dilakukan pemeriksaan
tersebut, sudah cukup untuk menegakkan diagnosa medis TB paru. Dengan
penatalaksanaan terapi oral (OAT: INH ( 1 x 1 ) 1 tablet jam 6, Rifampicin ( 1 x 1 ) 1
tablet jam 6, Etambutol ( 1 x 1 ) 2 tablet jam 18, Pyrazinamide ( 1 x 1 ) 1 tablet jam
21), Ambroxol (3 x 1) 1 tablet jam 06, 12, 18, dan terapi injeksi Levofloxacin drip 1
x 750 mg jam 06, Ranitidine 2 x 1 25 mg jam 06, Methyuprednisolon 2 x 0,3cc
125mg jam 06, 17.
Adapun faktor pendukung yang penulis temukan dalam melakukan pengkajian yaitu
tersedianya alat-alat pemeriksan fisik yan memadai, adanya status klien yang
lengkap, sehingga memudakan penulis dalam mengumpulkan data, terjalin
kerjasama yang baik dengan klien, perawat, serta tim kesehatan lainnya seperti
dokter, petugas laboratorium serta tim gizi. Selain itu sudah tersedianya format
pengkajian yang lengkap dan sistematis, sehingga data yang terkumpul dapat mudah
di kelompokkan berdasarkan hal tersebut, maka penulis tidak menemukan factor
penghambat.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus dalam jumlah
berlebihan. Diagnosa ini di temukan pada tinjauan kasus Nn.P dan pada tinjauan
teori sudah menjadi aktual, hal ini terjadi karena pada pengkajian didapatkan
data Nn.P dengan klien mengalami batuk kurang lebih sudah 3 minggu , batuk
berdahak dengan dahak berwarna hijau kental, sesak nafas.
Diagnosa keperawatan yang ada di kasus namun tidak ada pada tinjauan teori,
yaitu:
Diagnosa keperawatan yang tidak ada pada tinjauan kasus namun ada di teori,
yaitu:
1. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas b.d penurunan jaringan efektif paru.
Diagnosa ini tidak ditemukan di kasus karena klien menunjukan perbaikan
ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat, hasil laboratorium pun menunjukan
dalam nilai normal.
C. Perencanaan
Pada tahap perencanaan yang perlu di perhatikan yaitu kondisi atau kebutuhan dasar
klien sesuai dengan kebutuhan maslow yaitu dari yang mengancam kehidupan klien
serta harus memperhatikan sarana dan prasarana yang ada diruangan.
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus dalam jumlah
berlebihan. intervensi yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus yaitu:
bersihkan secret dari mulut dan trakea bila perlu lakukan pengisapan (suction),
karena klien dapat melakukannya sendiri. Dan di berikan obat mukolitik.
Adapun factor pendukung yang penulis temukan yaitu banyaknya sumber atau
literature yang didapatkan melalui studi kepustakaan sebagai bahan acuan,
sehingga penulis tidak menemukan hambatan yang berarti dalam menyusun
intervensi keperawatan.
D. Pelaksanaan
Dalam masalah asuhan keperawatan pada Nn.P pada dasarnya telah dilakukan sesuai
dengan rencana tindakan yang telah dibuat dengan memperhatikan kondisi dan
fasilitas yang ada di ruangan, dalam pelaksanaan penulis berkolaborasi dengan
perawat yang ada di ruangan, dokter, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lain untuk
mengatasi masalah keperawatan.
2. Untuk diagnosa Resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. Penulis berkolaborasi dengan
ahli gizi untuk diit yang di dapatkan klien sesuai kebutuhan, dan penulis juga
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemeriksaan (HHTL) terutama
hemoglobin, dan untuk pelaksanaan mandiri penulis melakukan monitor status
nutrisi klien dengan A, B, C, D. rasionalisasi untuk mendefinisikan
derajat/luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat.
E. Evaluasi
Evaluasi dinilai berdasarkan yang terjadi pada klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan yang mengacu pada tujuan dan kriteria hasil berdasarkan kontrak waktu
yang telah di tentukan pada rencana tindakan. Adapun dalam mengevaluasi penulis
menggunakan teknik SOAP sehingga masalah terlihat apakah sudah teratasi, teratasi
sebagian, masalah tidak teratasi.
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus dalam jumlah
berlebihan. Masalah teratasi sebagian karena frekuensi nafas klien normal 20
x/menit, irama teratur, kedalaman dangkal, sudah tidak menggunakan otot bantu
nafas, bunyi nafas terdengar ronchi, batuk–batuk sudah berkurang, sudah tidak
sesak nafas.
Untuk diagnosa yang belum teratasi akan di lanjutkan planingnya oleh perawat
ruangan dengan cara mendiskusikan perkembangan klien saat ini dan
melanjutkan planingnya sesuai dengan dokumentasi yang ada di ruangan
sehingga mempermudah dalam melakukan evaluasi dan penulis tidak
menemukan hambatan yang berarti dalam menyusun implementasi keperawatan.
BAB V
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Nn.P dengan TB Paru dari segi
tinjauan teoritis dan tinjauan kasus, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Pada saat dilakukan pengkajian pada Nn.P di dapatkan data yang sesusai dengan
konsep yaitu batuk kurang lebih sudah 3 minggu , batuk berdahak, dengan dahak
berwarna hijau kental, Hemoptisis, sesak nafas, dan berat badan menurun. Klien
mengalami mual dan tidak nafsu makan.
Diagnosa keperawatan yang di munculkan penulis yang sesuai dengan tinjauan teori
ada 2, yaitu: Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus
dalam jumlah berlebihan, Resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, sedangkan diagnosa
keperawatan secara tinjauan teoritis yang tidak muncul pada tinjauan kasus ada 1,
yaitu: Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pengetahuan yang tidak
cukup untuk menghindari pemajanan pathogen.
Pada tahanp perencanaan penulis mengacu pada perencanaan yang di dapat dari
tinjauan teoritis. Pada kasus, penulis mengalami keseulitan dalam membuat
intervensi yang harus memperhatikan kondisi fisik klien dan fasilitas yang ada di
ruangan.
Pada tahap pelaksanaan dalam masalah asuhan keperawatan pada Nn.P pada
dasarnya telah dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat dengan
memperhatikan kondisi dan fasilitas yang ada di ruangan, dalam pelaksanaan penulis
berkolaborasi dengan perawat yang ada diruangan untuk mengatasi masalah
keperawatan.
Diagnosa Resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan Resiko penyebaran infeksi
berhubungan dengan pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemajanan
pathogen tidak terjadi, namun pendokumentasian yang dilakukan perawat ruangan
hanya secara umum, dan tidak di cantumkan respon klien sehingga penulis
melakukan validasi kembali tentang kebutuhan klien yang terkait dalam tindakan
keperawatan yang di lakukan.
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah penulis buat di atas, maka penulis sangat mengharapkan
dari asuhan keperawatan dapat membantu klien untuk meningkatkan dan
mempertahankan derajat kesehatan secara optimal, penulis memberikan saran yang
di harapkan dapat membantu dalam memberikan asuhan keperawatan yang di rawat,
khususnya dengan penyakit TB Paru,
Yaitu:
1. Untuk perawat ruangan
Untuk melakukan tindakan haruslah didokumentasikan secara lengkap dari
respon subjektif dan objektif, agar asuhan keperawatan yang diberikan dapat
terlaksana secara optimal dan perkembangan klien dapat selalu termonitor .
2. Pelayanan Kesehatan
TB paru merupakan penyakit yang menular. Upaya promotive untuk mencegah
penularan dapat dilakukan melalui edukasi dengan berbagai media. Lieflet yang
telah tersedia di ruangan hendaknya mudah diakses oleh pasien, keluarga
maupun pengunjung.
DAFTAR PUSTAKA
Andra F.S & Yessie M.P 2013, Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Nuha Medika,
Yogyakarta
Hood.H & Abdul.M, 2010, Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru, Penrbit Airlangga
University Press, Surabaya
Naga S. Sholeh 2014, Paduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam, Penerbit Diva Press,
yogyakarta
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi Jilid 2. Jogjakarta:
Mediaction.
Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 12. Alih bahasa: Devi Yulianti, Amelia Kimin. Jakarta: EGC
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Zulkifli, Amin & Asril Bahar, 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
No Telp : 081289110910
Email : fathimhmmd@gmail.com
Riwayat Pendidikan :