RSUD SIDIKALANG.
DOSEN PEMBIMBING :
CLINICAL INSTRUKTUR:
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
ANITA SIGALINGGING
DEBORA SIHOMBING
NATALIA SIBARANI
RONITA SIMBOLON
TAHUN 2022/2023
1
HALAMAN PENGESAHAN
Judul PKKD : Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Dan Nyeri Pada
Rsud Sidikalang.
Nama Anggota :
1. Debora Sihombing
2. Natalia Sibarani
3. Ronita Simbolon
Kegiatan :
2
Kata Pengantar
Puji dan syukur Kehadirat Tuhan YME, dimana atas segala rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugan kelompok ini tepat pada waktunya. Tidak
lupa kami mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari seluruh komponen tang
telah membantu dalam penyelesaian makalah yang berjudul: ini dengan baik dan tanpa ada
halangan.
Tak lupa pula kami ucapkan banyak terimakasih kepada ibu Risdiana M. Naibaho
SST,M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah praktek klinik keperawatan dasar yang
telah bersedia mengampu kami dan kepada ibu Deborawaty Sianturi S.Kep.Ns Selaku CI
Harapan kami semoga Asuhan Keperawatan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, serta seluruh masyarakat Indonesia khususnya para
mahasiswa untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi askep ini
pembuatan Asuhan Keperawatan ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh karena itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
Demikian kami ucapkan , atas perhatian dan kerjasama yang baik, akhir kata kami
Penulis
3
DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………………………………1
Halaman Pngesahan………………………………………………………………….2
Kata Pengantar……………………………………………………………………….3
Daftar Isi……………………………………………………………………………..4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………5
B. Tujuan Penulis…………………………………………………………………….7
1. Tujuan Umum………………………………………………………………...7
2. Tujuan Khusus………………………………………………………………..7
A. Definisi…………………………………………………………………………………8
B. Etiologi…………………………………………………………………………………9
C.
Patofisiologi…………………………………………………………………………….10
E. Asuhan Keperawatan…………………………………………………………………10
F. Analisa Data…………………………………………………………………………….15
G. Diagnosa Keperawatan…………………………………………………………………16
H. Intervensi Keperawatan………………………………………………………………...17
4
I. Implementasi Keperawatan…………………………………………………………..…17
J. Evaluasi Keperawatan…………………………………………………………………..17
A. Pengkajian………………………………………………………………………...……19
B. Analisa Data………………………………………………………………………...….29
D. Intervensi Keperawatan………………………………………………………..………31
E. Implementasi Keperawatan……………………………………………………...……..33
F. Catatan Keperawatan/Evaluasi………………………………………………...……….38
BAB IV PENUTUP
Daftar Pustaka……………………………………………………………………..………48
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
menjadi ukuran yang lebih kecil dan halus, serta memecah molekul makanan yang
kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan menggunakan enzim dan organ-
organ pencernaan (Syaifuddin, 2016). Sistem pencernaan manusia terdiri dari beberapa
organ berturut- turut dimulai dari mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar dan
rektum. Salah satu organ yang termasuk kedalam sistem pencernaan adalah appendiks.
Appendiks berfungsi menyerap air dan garam yang masih tersisa setelah proses
pencernaan di usus selesai dan berperan aktif dalam sistem imunoglobin yang memiliki
melindungi tubuh dari kerusakan akibat zat asing yang masuk ke dalam tubuh.
akut dan appendiksitis kronik. Appendiksitis akut sering tampil dengan gejala khas yang
didasari oleh radang mendadak pada appendiks yang memberikan tanda setempat,
disertai maupun tidak disertai rangsang peritoneum lokal. Gejala Appendiksitis akut
ialah nyeri samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium
disekitar umbilikus. Appendiksitis kronik baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya
riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik appendiks secara
fibrosis
menyeluruh dinding appendiks, sumbatan parsial atau total lumen appendiks, adanya
6
jaringan parut dan ulkus lama di mukosa dan adanya sel inflamasi kronik.
appendiktomi. Appendiksitis jika tidak ditangani dengan segera akan terjadi infeksi
berat yang bisa menyebabkan pecahnya lumen usus yang dinamakan appendiks
perforasi (Williams & Wilkins, 2011). Appendiks perforasi merupakan pecahnya organ
pembedahan perut sampai membuka selaput perut. Laparatomi dilakukan apabila terjadi
masalah kesehatan yang berat pada area abdomen, diantaranya appendiksitis perforasi.
Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan kepada
Masalah yang biasanya muncul pada klien post operasi laparatomi adalah resiko infeksi,
kekurangan volume cairan, nyeri akut dan kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)
tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan. Dari 4 masalah yang mungkin
muncul, masalah yang paling sering didapatkan pada klien post operasi laparatomi
Nyeri post operasi sering menjadi masalah bagi pasien dan merupakan hal yang
paling mengganggu. Nyeri pada post operasi laparatomi sering dirasakan setelah
tindakan operasi selesai karena efek obat anestesi yang digunakan selama operasi mulai
menghilang. Meskipun nyeri akut merupakan respon normal akibat adanya kerusakan
jaringan, namun dapat menimbulkan gangguan fisik, psikologis, maupun emosional dan
tanpa manajemen yang adekuat dapat berkembang menjadi nyeri kronik. Oleh karena
itu, perawat diharapkan mampu mengelola setiap masalah yang timbul secara
komprehensif yang terdiri dari biologis, psikologis, sosial, dan spiritual melalui proses
7
implementasi dan evaluasi.
B. TUJUAN PENULIS
1. Tujuan Umum
Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Dan Nyeri Pada Tn.P Dengan Post
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penyusunan tugas kelompok ini adalah
sebagai berikut :
a) Melakukan Pengkajian pada Klien dengan Gangguan Rasa Nyaman Dan Nyeri Pada
b) Menetapkan Diagnosa pada Klien dengan Gangguan Rasa Nyaman Dan Nyeri
Sidikalang.
c) Menyusun Intervensi pada Klien dengan Gangguan Rasa Nyaman Dan Nyeri Pada
Nyeri Pada Tn.P Dengan Post Laparatomy Apendisitis Di Ruangan Dahlia RSUD
Sidikalang.
e) Melakukan Evaluasi pada Klien dengan Gangguan Rasa Nyaman Dan Nyeri Pada
8
BAB II
A. DEFINISI
(lakaman,2011)
B. ETIOLOGI
Penyebab dari apendiksitis adalah adanya obstruksi pada lumen appendiceal oleh
debris fekal ) atau parasite. Kondisi obstruksi akan meningkatkan tekanan intra luminal
dan perkembangan bakteri. Hal ini akan terjadi peningkatan kongesti dan penurunan
perfusi pada dinding appendiks yang berlanjut pada nekrosis dan inflamasi appendiks.
Pada fase ini, klien akan mengalami nyeri pada area periumbilical.Dengan berlanjutnya
proses imflamasi, maka pembentukan eksudat akan terjadi serosa appendiks. Ketika
9
eksudat ini berhubungan dengan parietal peritoneum, maka intensitas nyeri yang khas akan
terjadi ( arif dan sari,2011). laparatomi dilakukan karena disebabkan oleh beberapa hal :
C. PATOFISIOLOGI
hyperplasia folikel infoit, fekalit, benda asing, struktur akibat peradangan sebelumnya atau
bendungan. Makin lama mucus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding
yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema.
Diaforesis bakteri dan ulserasi mukosa pada saat ini lah terjadi appendicitis akut fokal
yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Sekresi mucus terus berlanjut, tekanan akan terus
meningkat hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bkteri
akan menembus dinding appendiks. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai
di sebut dengan Aappendiksitis sufuratif akut. Aliran alteri terganggu akan terjadi infark
dinding appendiks yang di ikuti dengan gangren stadium di sebut dengan appendiksitis
gengrenosa. Bila dinding yang rapuh ini telah pecah akan terjadi appendiksitis perforasi
1
0
Area nyeri : Daerah perut kana bawah atau perut tengah.
Seluruh tubuh : Demam, kehilangan selera makan, malaise atau panas dingin
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
1. Pemeriksaan fisik
Inspeksi: tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut dimana dinding perut
tampak mengencang.
Palpasi: di daerah perut kanan bawah jika ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan
dilepas juga akan terasa nyeri yang mana merupakan kunci dari appendik akut.
Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat atau tungkai diangkat tinggi-
tinggi, maka terasa nyeri perut semakin parah. Pada appendiksitis terletak pada retro
sekal maka uji psoas akan positif dan tanda perangsangan peritonium tidak begituh jelas,
sedangkan bila appendik terletak di rongga pelvis maka obturator sign akan positif dan
2.Pemeriksaan laboratorium
Kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000- 18.000/mm3. Jika
terjadih peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan appendiks sudah
Tampak distensi sekum pada appendiksitis akut, USG: menunjukan densitas kuadran
kanan bawah atau kadar aliran udara terlokalisasi. Kasus kronik dapat dilakukan rontgen
Penatalaksanaan Medis
Laparatomy adalah salah satu jenis operasi yang dilakukan pada daerah abdomen.
Operasi laparatomy dilakukan apabila terjadi masalah kesehatan yang berat pada area
a. Pascaoperasi
di dalam, syok, hipertermia, atau gangguan pernapasan. Angkat sonde lambung bila
pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Baringkan klien
dalam posisi-posisi fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi
gangguan. Selama itu pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya
padaperforas Atau peritonitis umum, puasakan diteruskan sampai fungsi usus kembali
normal.
a. Pemasangan NGT.
c. Transfusi untuk mengatasi anemia dan penanganan syok septik secara intensif (Deden
E. ASUHAN KEPERAWATAN
terorgananisis dan sistematis,berfokus pada respon yang unik dari individu terhadap
1
2
masalah keperawatan yang adekuat yang actual dan potensial. Dalam proses keperawatan
januar , 2013)
1. Pengkajian
a. Biodata
Identitas klien
Terdiri dari : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku atau bangsa, Pendidikan,
b. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan Appendiksitis adalah nyeri pada perut
kanan bawah.
Merupakan sumber data yang subjektif tentang status kesehatan pasien yang memberikan
kondisi klien. Penuntun pengkajian fisik yang berkaitan infromasi tentang keadaan
fisiologis, psikologis, budaya dan psikososial untuk membantu pasien dalam mengutarakan
1
3
P: Palliative merupakan faktor yang mencetus terjadinya penyakit hal yang
meringankan atau memperberat gejala, biasanya pada klien post op laparatomy akan
mengeluh nyeri.
Q: Qualiative yaitu bagaimana keluhan nyeri dirasakan, sejauh mana klien merasakan
atau tidak
T: Time (waktu). Kapan nyeri mulai timbul, seberapa sering nyeri dirasakan, apakah
Mengkaji penyakit yang ada hubungannya dengan penyakit yang sekarang. Pengkajian
yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah mengalami
pembedahan, obat-obatan yang biasa dikonsumsi apakah ada riwayat alergi obat
tertentu.
Mengkaji apakah ada yang menderita penyakit serupa dengan klien dan penyakit
diturunkantetapi perawat perlu menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh
1
4
1. Pola Aktivitas sehari-hari.
a. Pola Nutrisi
Diisi dengan menggambarkan konsumsi relatif terhadap kebutuhan metabolik dan suplai
gizi: meliputi pola konsumsi makanan dan cairan, tuliskan sebelum masuk rumah sakit dan
b. Pola makan
Frekuensi, diisi berapa kali klien makan dalam sehari. Jenis, diisi dengan jenis makan
klien. Porsi, diisi seberapa banyak klien dapat menghabiskan porsi makannya. Keluhan,
apakah klien sulit menelan atau tidak, cek apakah nafsu makan klien normal atau tidak.
c. Pola minum
Frekuensi diisi dengan berapa gelas klien minum dalam waktu 24 jam. Jenis, diisi dengan
jenis minum apa yang klien minum. Jumlah, diisi dengan satuan mililiter/24 jam, dengan
asumsi satu gelas kurang lebih 220-250 ml. Pantangan, apakah klien berpantang terhadap
minuman tertentu
d. Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi ( usus besar, kandung kemih, dan kulit)
Frekuensi, diisi berapa kali buang air besar dalam waktu 24 jam. Konsistensi, diisi
konsistensi feses, apakah lembek, padat atau encer dengan atau tanpa ampas. Warna, diisi
warna feses, apakah kuning coklat, kehitaman, atau bercampur darah. Masalah dirumah
sakit, diisi permasalahan yang dialami klien, apakah konstipasi, inkontinesia atau diare.
Frekuensi, diisi berapa kali klien buang air kecil dalam waktu 24 jam. Jumlah, diisi
jumlah urin dalam satuan cc. Warna, diisi warna rin klien, apakah kuning, jernih, kuning
1
5
pekat, seperti teh dan lain lain. Masalah dirumah sakit, diisi permasalahan yang dialami
klien, apakah nyeri saat berkemih (disuria), sering kencing malam hari (nokturia). Alat
bantu, diisi apakah klien menggnakan alat bantu kateter atau pempers dalam berkemih
atau tidak
3. Istirahat tidur Diisi dengan menggambarkan pola tidur, istirahat, dan relaksasi
dan setiap bantuan untuk merubah pola tersebut sebelum dan selama klien masuk
rumah sakit.
1. Personal Hygiene
Kemampuan perawatan dan kebersihan diri, diisi sebelum dan selama masuk
rumah sakit.
dan faktor yang mempengaruhi pola aktivitas dirumah dan selama dirumah sakit
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda- tanda vital, berat
badan, dan nilai GCS (Glasgow Coma Scale). (Setiadi, 2012). Pada pemeriksaan
mencapai kesadaran penuh setelah beberapa jam kembali dari meja operasi,
periode akut rasa nyeri. Tanda vital pada umumnya stabil kecuali akan
Menilai dan melaporkan inspeksi dada dalam keadaan statis (bentuk dada, kelainan
dinding dada) dan dinamis (keterlambatan gerak, retraksi). Adanya gangguan respirasi
klien post laparatomy explorasi atas indikasi appendiksitis perforasi akan mengalami
penurunan atau peningkatan frekuensi nafas (takipneu) serta pernapasan dangkal, sesuai
B. Sistem kardiovaskuler
Umumnya klien mengalami takikardi (sebagai respon terhadap stres dan hipovolemia),
mengalami hipertensi (sebagai respon terhadap nyeri), hipotensi (keadaan dan tirah
baring). Pengisian kapiler biasanya normal, dikaji pula keadaan konjungtiva, adanya
C. Sistem pencernaan
Pada pengkajian abdominal, hal yang mendasar adalah mengklarifikasi keluhan nyeri pada
regio kanan bawah atau pada titik Mc Burney. Pada inspeksi perut tidak ditemukan
gambaran spesifik. Kembung sering terlihat pada pasien dengan komplikasi perforasi.
Penonjolan perut kanan bawah dapat dilihat pada masa atau abses periapendikular. Palpasi
didapatkan peningkatan respon nyeri. Nyeri pada palpasi terbatas pada regio iliaka
kanan, dapat disertai nyeri lepas. Kontraksi otot menunjukan adanya rangsangan
peritoneal parietale. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri diperut
kanan bawah yang disebut tanda rovsing. Pada appendiksitis retrosekal atau retroileal
D. Sistem Genitourinaria
Awal post operasi klien akan mengalami penurunan jumlah output urine, hal ini terjadi
1
7
karena adanya pembatasan intake oral selama periode awal post laparatomy explorasi
atas indikasi appendiksitis perforasi. Output urine akan berangsur normal seiring dengan
E. Sistem persyarafan
Pengkajian fungsi serebral meliputi tingkat kesadaran klien, perilaku dan penampilan,
bahasa dan fungsi intelektual. Gunakan skala koma glasgow untuk menilai tingkat
kesadaran.
Kaji tingkat kesadaran, penurunan sensori, nyeri, reflek, fungsi syaraf kranial dengan
fungsi syaraf serebral. Umumnya klien dengan post laparatomy explorasi atas indikasi
Pengkajian fungsi persyarafan meliputi : tingkat kesadaran, saraf kranial dan reflek.
a. Sistem Integumen
Akan tampak adanya luka operasi di abdomen diatas umbilikal karena insisi bedah
disertai kemerahan. Turgor kulit akan membaik seiring dengan peningkatan intake oral.
b.Sistem muskuloskeletal
Secara umum, klien dapat mengalami kelemahan karena tirah baring post operasi dan
aktifitas.
1. Data Psikososial
a. Status Emosi
Pengendalian emosi mood yang dominan, mood yang dirasakan saat ini, pengarruh atas
b. Konsep Diri
Dikaji pola konsep diri yang meliputi gambaran diri, ideal diri, identitas diri
dan peran. Konsep diri menggambarkan bagamana seseorang memandang dirinya sendiri,
Cara klien bicara, cara memberi informasi, penolakan untuk berespon, komunikasi non
d. Pola Interaksi
Kepada siapa klien menceritakan tentang dirinya, hal yang menyebabkan klien merespon
pembicaraan, kecocokan ucapan dan perilaku, anggaran terhadap orang lain, hubungan
e. Pola Koping
Pola koping umum dan keefektifan keterampilan dalam mentoleransi stress dan apa yang
dilakukan klien dalam mengatasi masalah, kepada siapa klien mengadukan masalah.
f. Data Spiritual
Data yang harus dikaji meliputi arti kehidupan yang penting dalam kehidupan klien,
pelaksanaan ibadah, keyakinan bantuan Tuhan dalam proses kesembuhan yang diyakini
g. Data Penunjang
AGD, data penunjang untuk klien dengan Appendiksitis yaitu (Setiadi, 2012) :
h. Laboratorium
i. Photo
Tuliskan jenis pemeriksaan photo thorax, BOF, USG yang telah dilakukan klien.sertakan
j. Terapi
Tulis terapi yang didapatkan pada saat pengkajian dapat berbentuk infus, injeksi, obat oral
1
9
atau topikal, tulis tanggal ketika doker memberikan terapi tersebut, satuan obat seperti
F. Analisa data
konsep, teori dan prinsip relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan
G. Diagnosa Keperawatan
respon komunitas terhadap suatu yang berpotensi sebagai masalah kesehatan dan
Patofisiologi : Semua proses penyakit yang dapat menimbulkan tanda /gejala yang
2
0
Medication/Treatment : Pengobatan atau tindakan yang diberikan yang
pascaoperasi.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entree luka pasca bedah.
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan adanya luka post
operasi.
H. Intervensi
I. Implementasi
2
1
b. Mencegah komplikasi.
J. Evaluasi Keperawatan
S : Data Subjektif
O : Data Objektif
A : Analisis
P : Planning
I : Implementasi
E : Evaluasi
2
2
Respon pasien terhadap tindakan keperawatan.
R : Reassesment
BAB III
PENGKAJIAN
Ruangan : Dahlia
Laporan Minggu Ke :I
I. BIODATA
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. P
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Petani
No.Reg : 493
Ruangan : Dahlia
B. PENANGGUNG JAWAB
Hubungan : Istri
Pekerjaan : Petani
Apa penyebabnya : Klien tidak tahu apa awal mula penyebab dari
penyakitnya
Quantity/Quality
Region
Apakah menyebar : Ya, nyeri menyebar hingga pada daerah perut bagian
bawah (suprapubic)
Klien mengatakan bahwa klien merasakan nyeri sejak 3 bulan yang lalu, tetapi 4 hari yang
lalu nyeri yang dirasakan semakin sakit dan skala nyerinya meningkat.
V. RIWAYAT KELUARGA
2
5
VI. RIWAYAT KESEHATAN PSIKOSOSIAL
Bahasa pakpak
c. Konsep diri
Personal identity : Selama sakit sebagian besar aktivitas dibantu oleh istri dan
anak
d. Keadaan emosi
2
6
Klien memiliki hubungan yang baik dengan orang lain baik dari segi
lingkungan/social
h.Kegemaran
Mendengarkan musik
i. Daya adaptasi
a. Keadaan umum
(E:4,V:5,M:6)
b. Tanda-tanda Vital
Suhu :36,3
TB/BB :
HR : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
a. Kepala
2
7
Bentuk : Simentris
Kebersihan : Bersih
b. Rambut
Kebersihan : Bersih
c. Wajah
2. Mata
Bentuk : Simetris
Palpebra : Normal
Konjungtiva : Anemis
3. Hidung
2
8
Lubang hidung : Normal (simetris kiri dan kanan)
4. Telinga
6. Leher
Kelenjar limfe :-
2
9
7. Pemeriksaan Integumen
Kebersihan : Bersih
Warna : Putih
Turgor : Baik/ ketika dicubit kulit akan kembali kurang dari 2 detik
keposisi semula
Kelembaban : Baik
Kelainan pada kulit : Lembab namun sedikit kering dikarenakan faktor usia
8. Pemeriksaan dada
Inspeksi toraks
sama
Tanda /kesulitan bernapas : Tidak terdengarnya suara-suara aneh dari dada saat
bernafas
Pernapasan paru
Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : Normal
Mumur :Normal
Frekuensi : Normal
9. Pemeriksaan Abdomen
1. Inspeksi
2. Auskultasi
3. Palpasi
abdomen
Lien :-
TitiK mc Burney :-
4. Perkusi
1. Genetalia
2. Anus perineum
3
2
2. Meningeal sign : Baik
3. Status mental
b. Orientasi : Baik
d. Motivasi : Baik
e. Persepsi : Baik
3
3
Cara berjalan : Harus menggunakan alat bantu/ dipapah
Test Jari hidung : Pasien dapat menyentuh bagian hidung saat kita
Identifikasi :-
Sentuhan : Normal
Ringan : Normal
15. Refleks
hingga 45o
dibagian siku
Refleks bronchio radialis tangan (Fleksi elbow) : Terjadi kontraksi ketika dipukul
diarea pergelangan
3
4
Refleks patellar : Kontraksi otot patella ketika dipukul
dibagian lutut
Refleks tendon achiles dan kebawah : plantar fleksi anide, menggerakkan telapak
kaki keatas
a. Pola tidur
Waktu tidur
Waktu bangun
Masalah tidur
b. Pola Eliminasi
1. BAB
3
5
Karakter feces : Lunak
2. BAK
Nyeri : Ada
1. Diagnosa Medis
2. Laboratorium
16,9
3
6
1. IVFD. RI 20 gtt/i
- ranitidine 50 mg / 12 jam
Sudah di lakukan operasi sebanyak satu kali yaitu pada tanggal 20 November 2022
ANALISA DATA
3
7
Skala nyeri 7 pada organ dalam
T : 36,5 0C
HR : 86X/Menit ↓
RR : 20X/ Menit
Skala nyeri 7
T : 36,5 0C
HR : 86X/Menit ↓
RR : 20X/ Menit
Spo2 : 96%
Gangguan
imobilisasiberhubungan
dengan penurunan
kekuatan otot
3
8
3 DS : Pasien mengatakan nyeri Terputusnya Resiko infeksi
adekuat
tubuh
Resiko infeksi
3
9
NO Diagnosa keperawatan Tanggal perumusan
(faktor insisi)
insisi
4
0
41
INTERVENSI KEPERAWATAN
keperawatan hasil
1 21 November 2022 Nyeri akut 1. Mengkaji skala nyeri Pasien, catat lokasi dan karakteristik
Setelah
berhubungan nyeri (skala 0 -10)
dilakukan
dengan adanya 2. Pertahankan istirahat dengan posisi semi-fowler
tindakan
insisi bedah 3. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
keperawatan
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik
selama 3x24
sesuai indikasi
jam maka
kriteria hasil
yang
diharapkan :
42
Klien
tampak
rileks dan
skala nyeri
berkurang
menjadi
skala 0-3
43
yang diharapkan :
4. Tutup luka dengan kasa steril secara
44
menyeluruh
Tidak terjadi infeksi
5. Kolaborasi penggunaan antibiotik dengan
dan peradangan pada
dokter
luka bekas
pembendahan,
batas normal
45
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
KEP (HASIL/RESPON)
S : Skala nyeri 5
T : Saat bergerak
2. Memberikan lingkungan yang tenang dengan
2. Pasien mengatakan suka dengan suasana
membatasi pengunjung
tenangpaham
HR : 86X/Menit
4. Memonitoring tekanan darah, nadi, suhu, RR : 20X/ Menit
pernafasan, saturasi oksigen Spo2 : 96%
6. IVFD. RI 20 gtt/i
2022 2. Bantu klien dalam melakukan kegiatan secara mandiri untuk dalam posisi sim kiri maupun
3. Ajarkan klien bagaimana mengubah posisi untuk membantu 2. Pasien dapat melakukan aktivitas
4. Libatkan keluarga dalam aktifitas klien untuk memudahkan 3. Pasien memahami bagaimana
oksigen
keluarga
3 3 21 November 1. Merawat luka dengan kondisi balutan dalam kondisi bersih 1. Pasien merasa nyaman setelah
mikroorganisme
49
KEP (HASIL/RESPON)
1 1 23 November 2022 Mengkaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi 1. Pasien mengatakan :
Q : Seperti di tusuk
S : Skala nyeri 7
T : Saat bergerak
5. TD : 110/70 mmhg
Mengajarkan teknik nonfarmakologi relaksasi, untuk
T : 36,5 0C
50
RR : 20X/ Menit
- ranitidine 50 mg / 12 jam
2022 Bantu klien dalam melakukan kegiatan secara mandiri untuk dalam posisi sim kiri maupun
Ajarkan klien bagaimana mengubah posisi untuk membantu 6. Pasien dapat melakukan aktivitas
memaksimalkan ventilasi, sehingga kebutuhan oksigen terpenuhi secara mandiri dengan instruksi
Libatkan keluarga dalam aktifitas klien untuk memudahkan klien perawat/ keluarga
oksigen
keluarga
3 3 23 November Merawat luka dengan kondisi balutan dalam kondisi bersih dan 5. Pasien merasa nyaman setelah
mikroorganisme
53
Skala nyeri 7
P : Luka insisi
Q : Seperti di tusuk
S : Skala nyeri 7
T : Saat bergerak
TTV
TD : 110/70 mmhg
T : 36,5 0C
HR : 86X/Menit
RR : 20X/ Menit
Spo2 : 96%
P : Intervensi dilanjutkan
Skala nyeri 7
TTV
TD : 110/70 mmhg
T : 36,5 0C
55
HR : 86X/Menit
RR : 20X/ Menit
Spo2 : 96%
P : Intervensi dilanjutkan
2022 DO : Luka bersih,lembab,dan tidak ada pengeluaran cairan maupun pus,luka di tutup
dengan kasa steril,tidak ada tanda tanda infeksi,tidak ada kemerahan,bengkak dan panas.
TTV
TD : 110/70 mmhg
T : 36,5 0C
HR : 86X/Menit
RR : 20X/ Menit
Spo2 : 96%
P : Intervensi dilanjutkan
56
Skala nyeri 7
P : Luka insisi
Q : Seperti di tusuk
S : Skala nyeri 7
T : Saat bergerak
TTV
TD : 110/70 mmhg
T : 36,5 0C
HR : 86X/Menit
RR : 20X/ Menit
Spo2 : 96%
P : Intervensi dilanjutkan
Skala nyeri 7
TTV
TD : 110/70 mmhg
T : 36,5 0C
HR : 86X/Menit
RR : 20X/ Menit
Spo2 : 96%
P : Intervensi dilanjutkan
2022
58
DO : Luka bersih,lembab,dan tidak ada pengeluaran cairan maupun pus,luka di tutup dengan
kasa steril,tidak ada tanda tanda infeksi,tidak ada kemerahan,bengkak dan panas.
TTV
TD : 110/70 mmhg
T : 36,5 0C
HR : 86X/Menit
RR : 20X/ Menit
Spo2 : 96%
P : Intervensi dilanjutkan
59
Skala nyeri 7
P : Luka insisi
Q : Seperti di tusuk
S : Skala nyeri 7
T : Saat bergerak
TTV
TD : 110/70 mmhg
T : 36,5 0C
60
HR : 86X/Menit
RR : 20X/ Menit
Spo2 : 96%
P : Intervensi dilanjutkan
Skala nyeri 7
TTV
TD : 110/70 mmhg
T : 36,5 0C
HR : 86X/Menit
RR : 20X/ Menit
Spo2 : 96%
P : Intervensi dilanjutkan
61
2022 DO : Luka bersih,lembab,dan tidak ada pengeluaran cairan maupun pus,luka di tutup dengan
kasa steril,tidak ada tanda tanda infeksi,tidak ada kemerahan,bengkak dan panas.
TTV
TD : 110/70 mmhg
T : 36,5 0C
HR : 86X/Menit
RR : 20X/ Menit
Spo2 : 96%
P : Intervensi dilanjutkan
Skala nyeri 5
62
P : Luka insisi
Q : Seperti di tusuk
S : Skala nyeri 7
T : Saat bergerak
TTV
TD : 110/70 mmhg
T : 36,5 0C
HR : 86X/Menit
RR : 20X/ Menit
Spo2 : 96%
P : Intervensi dilanjutkan
Skala nyeri 5
63
TTV
TD : 110/70 mmhg
T : 36,5 0C
HR : 86X/Menit
RR : 20X/ Menit
Spo2 : 96%
P : Intervensi dilanjutkan
6 23 November 3 DS : Pasien mengatakan nyeri pada luka isisi berkurang dan tidak terasa panas
2022 DO : Luka bersih,lembab,dan tidak ada pengeluaran cairan maupun pus,luka di tutup dengan
kasa steril,tidak ada tanda tanda infeksi,tidak ada kemerahan,bengkak dan panas.
TTV
TD : 110/70 mmhg
T : 36,5 0C
HR : 86X/Menit
RR : 20X/ Menit
64
Spo2 : 96%
P : Intervensi dihentikan (pasien pulang dengan izin dokter dan konsul kembali ke poli setelah
3 hari).
DESKRIPSI TERAPI
No Jenis Terapi Farmakodinamik dan Dosis Rute Indikasi dan Efek samping Implikasi
bersamaan dengan :
- ceftriaxone karena
dapat menimbulkan
darah.
- Transfusi darah
karena dapat
meningkatkan resiko
koagulasi karena
kalsium
2. Injeksi Mencegah infeksi pada 1 gr IV Indikasi : Mengatasi infeksi Mual, muntah, pusing Kolaborasi untuk
Ceftriakxone saat operasi /12 bakteri seperti infeksi saluran dan sakit kepala serta mengobati
Kontraindikasi :pasien
alergi
3. Injeksi ketorolac Meredakan peradangan 30 IV Indikasi : Pereda peradangan Pusing. Mual muntah, Kolaborasi untuk
cerna
4. Injeksi ranitidine Mengurangi asam 50 mg IV Indikasi : Penderita maag, Sakit kepala, sulit Kolaborasi
jam luka pada lambung dan mual nyeri perut, gatal-gatal ranitidin untuk
pernafasan untuk
Kontraindikasi : menghambat
kerusakan ginjal
DAFTAR PUSTAKA
68
Alimun Aziz. 2016. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta; Selemba Medika.
Andarmoyo. 2013. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta; Ar-ruzz Media
http://www.academia.edu/37081658/laporan_pendahuluan_post_Op_Laparatomi