Anda di halaman 1dari 68

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA NYAMAN DAN NYERI PADA

TN.P DENGAN POST LAPARATOMY APENDISITIS DI RUANGAN DAHLIA DI

RSUD SIDIKALANG.

DOSEN PEMBIMBING :

RISDIANA M. NAIBAHO,SST. M.Kes

CLINICAL INSTRUKTUR:

DEBORAWATY SIANTURI, S.Kep.Ns

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

ANITA SIGALINGGING

DEBORA SIHOMBING

NATALIA SIBARANI

RONITA SIMBOLON

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN

PRODI D III KEPERAWATAN DAIRI

TAHUN 2022/2023
1
HALAMAN PENGESAHAN

PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DASAR

Judul PKKD : Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Dan Nyeri Pada

Tn.P Dengan Post Laparatomy Apendisitis Di Ruangan Dahlia Di

Rsud Sidikalang.

Dosen Pembimbing : Risdiana Melinda Naibaho,SST,M.Kes dan Tim

Ketua Kelompok : Anita Sigalingging

Nama Anggota :

1. Debora Sihombing

2. Natalia Sibarani

3. Ronita Simbolon

Kegiatan :

1. Wilayah RSUD Sidikalang

2
Kata Pengantar

Puji dan syukur Kehadirat Tuhan YME, dimana atas segala rahmat-Nya sehingga

kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugan kelompok ini tepat pada waktunya. Tidak

lupa kami mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari seluruh komponen tang

telah membantu dalam penyelesaian makalah yang berjudul: ini dengan baik dan tanpa ada

halangan.

Tak lupa pula kami ucapkan banyak terimakasih kepada ibu Risdiana M. Naibaho

SST,M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah praktek klinik keperawatan dasar yang

telah bersedia mengampu kami dan kepada ibu Deborawaty Sianturi S.Kep.Ns Selaku CI

pembimbing kami di RSUD Sidikalang yang telah meluangkan waktunya untuk

membimbing kami selama di rumah sakit.

Harapan kami semoga Asuhan Keperawatan ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, serta seluruh masyarakat Indonesia khususnya para

mahasiswa untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi askep ini

agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin dalam

pembuatan Asuhan Keperawatan ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh karena itu

kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini.

Demikian kami ucapkan , atas perhatian dan kerjasama yang baik, akhir kata kami

dari kelompok 4 mengucapkan terimakasih.

Sidikalang, 28 November 2022

Penulis

3
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………………1

Halaman Pngesahan………………………………………………………………….2

Kata Pengantar……………………………………………………………………….3

Daftar Isi……………………………………………………………………………..4

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………………5

B. Tujuan Penulis…………………………………………………………………….7

1. Tujuan Umum………………………………………………………………...7

2. Tujuan Khusus………………………………………………………………..7

BAB II KONSEP TEORITIS MEDIS

A. Definisi…………………………………………………………………………………8

B. Etiologi…………………………………………………………………………………9

C.

Patofisiologi…………………………………………………………………………….10

D. Tanda dan Gejala……………………………………………………………………….10

E. Asuhan Keperawatan…………………………………………………………………10

F. Analisa Data…………………………………………………………………………….15

G. Diagnosa Keperawatan…………………………………………………………………16

H. Intervensi Keperawatan………………………………………………………………...17

4
I. Implementasi Keperawatan…………………………………………………………..…17

J. Evaluasi Keperawatan…………………………………………………………………..17

BAB III FORMAT LAPORAN KASUS

A. Pengkajian………………………………………………………………………...……19

B. Analisa Data………………………………………………………………………...….29

C. Rumusan Diagnosa Keperawatan………………………………………………..…….30

D. Intervensi Keperawatan………………………………………………………..………31

E. Implementasi Keperawatan……………………………………………………...……..33

F. Catatan Keperawatan/Evaluasi………………………………………………...……….38

BAB IV PENUTUP

Daftar Pustaka……………………………………………………………………..………48

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sistem pencernaan merupakan proses mengubah makanan dari ukuran besar

menjadi ukuran yang lebih kecil dan halus, serta memecah molekul makanan yang

kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan menggunakan enzim dan organ-

organ pencernaan (Syaifuddin, 2016). Sistem pencernaan manusia terdiri dari beberapa

organ berturut- turut dimulai dari mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar dan

rektum. Salah satu organ yang termasuk kedalam sistem pencernaan adalah appendiks.

Appendiks berfungsi menyerap air dan garam yang masih tersisa setelah proses

pencernaan di usus selesai dan berperan aktif dalam sistem imunoglobin yang memiliki

kelenjar limfoid di dalamnya. Kelenjar limfoid bekerja dengan kemampuannya

melindungi tubuh dari kerusakan akibat zat asing yang masuk ke dalam tubuh.

Keadaan yang disebabkan oleh peradangan yang mendadak pada appendiks

disebut dengan appendiksitis. Appendiksitis terbagi menjadi dua yaitu, appendiksitis

akut dan appendiksitis kronik. Appendiksitis akut sering tampil dengan gejala khas yang

didasari oleh radang mendadak pada appendiks yang memberikan tanda setempat,

disertai maupun tidak disertai rangsang peritoneum lokal. Gejala Appendiksitis akut

ialah nyeri samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium

disekitar umbilikus. Appendiksitis kronik baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya

riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik appendiks secara

makroskopik dan mikroskopik. Kriteria mikroskopik appendiksitis kronik adalah

fibrosis

menyeluruh dinding appendiks, sumbatan parsial atau total lumen appendiks, adanya
6
jaringan parut dan ulkus lama di mukosa dan adanya sel inflamasi kronik.

Appendiksitis termasuk ke dalam kasus bedah abdomen yang disebut dengan

appendiktomi. Appendiksitis jika tidak ditangani dengan segera akan terjadi infeksi

berat yang bisa menyebabkan pecahnya lumen usus yang dinamakan appendiks

perforasi (Williams & Wilkins, 2011). Appendiks perforasi merupakan pecahnya organ

appendiks, apendiks perforasi sendiri merupakan salah satu komplikasi dari

appendiksitis yang mengindikasikan pembedahan laparatomi. Laparatomi merupakan

pembedahan perut sampai membuka selaput perut. Laparatomi dilakukan apabila terjadi

masalah kesehatan yang berat pada area abdomen, diantaranya appendiksitis perforasi.

Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan kepada

pasien-pasien yang telah menjalani operasi pembedahan perut (Jitowiyono 2010).

Masalah yang biasanya muncul pada klien post operasi laparatomi adalah resiko infeksi,

kekurangan volume cairan, nyeri akut dan kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)

tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan. Dari 4 masalah yang mungkin

muncul, masalah yang paling sering didapatkan pada klien post operasi laparatomi

adalah nyeri akut (Doenges, 2014).

Nyeri post operasi sering menjadi masalah bagi pasien dan merupakan hal yang

paling mengganggu. Nyeri pada post operasi laparatomi sering dirasakan setelah

tindakan operasi selesai karena efek obat anestesi yang digunakan selama operasi mulai

menghilang. Meskipun nyeri akut merupakan respon normal akibat adanya kerusakan

jaringan, namun dapat menimbulkan gangguan fisik, psikologis, maupun emosional dan

tanpa manajemen yang adekuat dapat berkembang menjadi nyeri kronik. Oleh karena

itu, perawat diharapkan mampu mengelola setiap masalah yang timbul secara

komprehensif yang terdiri dari biologis, psikologis, sosial, dan spiritual melalui proses

asuhan keperawatan meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa, intervensi,

7
implementasi dan evaluasi.

B. TUJUAN PENULIS

1. Tujuan Umum

Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Dan Nyeri Pada Tn.P Dengan Post

Laparatomy Apendisitis Di Ruangan Dahlia RSUD Sidikalang.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penyusunan tugas kelompok ini adalah

sebagai berikut :

a) Melakukan Pengkajian pada Klien dengan Gangguan Rasa Nyaman Dan Nyeri Pada

Tn.P Dengan Post Laparatomy Apendisitis Di Ruangan Dahlia RSUD Sidikalang.

b) Menetapkan Diagnosa pada Klien dengan Gangguan Rasa Nyaman Dan Nyeri

Pada Tn.P Dengan Post Laparatomy Apendisitis Di Ruangan Dahlia RSUD

Sidikalang.

c) Menyusun Intervensi pada Klien dengan Gangguan Rasa Nyaman Dan Nyeri Pada

Tn.P Dengan Post Laparatomy Apendisitis Di Ruangan Dahlia RSUD Sidikalang.

d) Melaksanakan Implementasi pada Klien dengan Gangguan Rasa Nyaman Dan

Nyeri Pada Tn.P Dengan Post Laparatomy Apendisitis Di Ruangan Dahlia RSUD

Sidikalang.

e) Melakukan Evaluasi pada Klien dengan Gangguan Rasa Nyaman Dan Nyeri Pada

Tn.P Dengan Post Laparatomy Apendisitis Di Ruangan Dahlia RSUD Sidikalang.

8
BAB II

KONSEP TEORITIS MEDIS

A. DEFINISI

Apendiks adalah peradangan dari apendik yang menyebabkan peradangan yang

mendadak pada suatu apendik (Dede dan rahayuningsing,2010)

Laparatomy adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya

perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus(arif mansjoer,2010)

Laparatomy adalah pembedahan perut membuka selaput perut dengan operasi

(lakaman,2011)

B. ETIOLOGI

Penyebab dari apendiksitis adalah adanya obstruksi pada lumen appendiceal oleh

appendicolith,hyperplasia, folikel limfoit submucosa, fekalit ( material garam kalsium,

debris fekal ) atau parasite. Kondisi obstruksi akan meningkatkan tekanan intra luminal

dan perkembangan bakteri. Hal ini akan terjadi peningkatan kongesti dan penurunan

perfusi pada dinding appendiks yang berlanjut pada nekrosis dan inflamasi appendiks.

Pada fase ini, klien akan mengalami nyeri pada area periumbilical.Dengan berlanjutnya

proses imflamasi, maka pembentukan eksudat akan terjadi serosa appendiks. Ketika

9
eksudat ini berhubungan dengan parietal peritoneum, maka intensitas nyeri yang khas akan

terjadi ( arif dan sari,2011). laparatomi dilakukan karena disebabkan oleh beberapa hal :

1. Sumbatan pada usus halus dan usus besar

2. Usus tersumbat oleh feses

3. Cidera di bagian perut

4. Pembesaran kelenjar getah bening di dinding saluran cerna

C. PATOFISIOLOGI

Appendiksitis biasanya di sebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks oleh

hyperplasia folikel infoit, fekalit, benda asing, struktur akibat peradangan sebelumnya atau

neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mucus diproduksi mukosa mengalami

bendungan. Makin lama mucus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding

appendoks mempunyai keterbatasan sehingga meningkatkan tekanan intralumen, tekanan

yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema.

Diaforesis bakteri dan ulserasi mukosa pada saat ini lah terjadi appendicitis akut fokal

yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Sekresi mucus terus berlanjut, tekanan akan terus

meningkat hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bkteri

akan menembus dinding appendiks. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai

peritonium setempat sehingga menimbulakn nyeri di abdomen kanan bawah.Keadaan ini

di sebut dengan Aappendiksitis sufuratif akut. Aliran alteri terganggu akan terjadi infark

dinding appendiks yang di ikuti dengan gangren stadium di sebut dengan appendiksitis

gengrenosa. Bila dinding yang rapuh ini telah pecah akan terjadi appendiksitis perforasi

( Deden dan Rahayuningsing, 2010).

D. TANDA DAN GEJALA

1
0
Area nyeri : Daerah perut kana bawah atau perut tengah.

Seluruh tubuh : Demam, kehilangan selera makan, malaise atau panas dingin

Gastrointestinal : Diare, mual atau muntah

Keadaan umum : Sakit perut yang berpindah – pindah

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG

1. Pemeriksaan fisik

Inspeksi: tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut dimana dinding perut

tampak mengencang.

Palpasi: di daerah perut kanan bawah jika ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan

dilepas juga akan terasa nyeri yang mana merupakan kunci dari appendik akut.

Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat atau tungkai diangkat tinggi-

tinggi, maka terasa nyeri perut semakin parah. Pada appendiksitis terletak pada retro

sekal maka uji psoas akan positif dan tanda perangsangan peritonium tidak begituh jelas,

sedangkan bila appendik terletak di rongga pelvis maka obturator sign akan positif dan

tanda perangsangan peritonium akan lebih menonjol.

2.Pemeriksaan laboratorium

Kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000- 18.000/mm3. Jika

terjadih peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan appendiks sudah

mengalami perforasi (pecah)


1
1
3. Pemeriksaan radiologi

Tampak distensi sekum pada appendiksitis akut, USG: menunjukan densitas kuadran

kanan bawah atau kadar aliran udara terlokalisasi. Kasus kronik dapat dilakukan rontgen

foto abdomen dan appendikogram (Nurarif, 2015).

Penatalaksanaan Medis

1. Pembedahan: Laparatomy adalah pembedahan perut sampai membuka selaput perut.

Laparatomy adalah salah satu jenis operasi yang dilakukan pada daerah abdomen.

Operasi laparatomy dilakukan apabila terjadi masalah kesehatan yang berat pada area

abdomen, misalnya appendiks perforasi.

a. Pascaoperasi

Perlu dilakuakn observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdaharahan

di dalam, syok, hipertermia, atau gangguan pernapasan. Angkat sonde lambung bila

pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Baringkan klien

dalam posisi-posisi fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi

gangguan. Selama itu pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya

padaperforas Atau peritonitis umum, puasakan diteruskan sampai fungsi usus kembali

normal.

a. Pemasangan NGT.

b. Pemberian antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur.

c. Transfusi untuk mengatasi anemia dan penanganan syok septik secara intensif (Deden

& Rahayuningsih, 2010)

E. ASUHAN KEPERAWATAN

Proses keperawatan adalah metode pemberian asuhan keperawatan yang

terorgananisis dan sistematis,berfokus pada respon yang unik dari individu terhadap

1
2
masalah keperawatan yang adekuat yang actual dan potensial. Dalam proses keperawatan

terdapat empat tahap yaitu :

Pengkajian, diagnose keperawatan, intervesi, implementasi dan evaluasi. ( taqiyyah dan

januar , 2013)

1. Pengkajian

a. Biodata

 Identitas klien

Terdiri dari : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku atau bangsa, Pendidikan,

perkerjaan status pernikahan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian

diagnose medis, dan alamat

 Identitas penanggung jawab :

Terdiri dari : Nama, umur, jenis kelamin, Pendidikan, pekerjaan, hu Bungan

keliarga dengan klien, alamat.

b. Riwayat Kesehatan

a. Kesehatan utama

Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan Appendiksitis adalah nyeri pada perut

kanan bawah.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Merupakan sumber data yang subjektif tentang status kesehatan pasien yang memberikan

gambaran tentang masalah kesehatan aktual maupun potensial. Riwayat merupakan

kondisi klien. Penuntun pengkajian fisik yang berkaitan infromasi tentang keadaan

fisiologis, psikologis, budaya dan psikososial untuk membantu pasien dalam mengutarakan

masalah-masalah atau keluhan secara lengkap, maka perawat dianjurkan menggunkan

analisa simptom PQRST.

1
3
P: Palliative merupakan faktor yang mencetus terjadinya penyakit hal yang

meringankan atau memperberat gejala, biasanya pada klien post op laparatomy akan

mengeluh nyeri.

Q: Qualiative yaitu bagaimana keluhan nyeri dirasakan, sejauh mana klien merasakan

sekarang dan seberapa sering gejala yang dirasakan oleh klien.

R: Region sejauh mana lokasi penyebaran nyeri yang dikeluhkan.

S: Severity/Skala. Seberapa beratkah nyeri yang dirasakan klien, mengganggu aktivitas

atau tidak

T: Time (waktu). Kapan nyeri mulai timbul, seberapa sering nyeri dirasakan, apakah

tiba-tiba atau bertahap.

a. Riwayat kesehatan dahulu

Mengkaji penyakit yang ada hubungannya dengan penyakit yang sekarang. Pengkajian

yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah mengalami

pembedahan, obat-obatan yang biasa dikonsumsi apakah ada riwayat alergi obat

tertentu.

b.Riwayat kesehatan keluarga

Mengkaji apakah ada yang menderita penyakit serupa dengan klien dan penyakit

menular lain serta penyakit keturunan. Secara patologi Appendiksitis tidak

diturunkantetapi perawat perlu menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh

anggota keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi dirumah.

1
4
1. Pola Aktivitas sehari-hari.

a. Pola Nutrisi

Diisi dengan menggambarkan konsumsi relatif terhadap kebutuhan metabolik dan suplai

gizi: meliputi pola konsumsi makanan dan cairan, tuliskan sebelum masuk rumah sakit dan

selama masuk rumah sakit (Setiadi, 2012).

b. Pola makan

Frekuensi, diisi berapa kali klien makan dalam sehari. Jenis, diisi dengan jenis makan

klien. Porsi, diisi seberapa banyak klien dapat menghabiskan porsi makannya. Keluhan,

apakah klien sulit menelan atau tidak, cek apakah nafsu makan klien normal atau tidak.

c. Pola minum

Frekuensi diisi dengan berapa gelas klien minum dalam waktu 24 jam. Jenis, diisi dengan

jenis minum apa yang klien minum. Jumlah, diisi dengan satuan mililiter/24 jam, dengan

asumsi satu gelas kurang lebih 220-250 ml. Pantangan, apakah klien berpantang terhadap

minuman tertentu

d. Pola eliminasi

Menggambarkan pola fungsi ekskresi ( usus besar, kandung kemih, dan kulit)

1. Buang Air Besar

Frekuensi, diisi berapa kali buang air besar dalam waktu 24 jam. Konsistensi, diisi

konsistensi feses, apakah lembek, padat atau encer dengan atau tanpa ampas. Warna, diisi

warna feses, apakah kuning coklat, kehitaman, atau bercampur darah. Masalah dirumah

sakit, diisi permasalahan yang dialami klien, apakah konstipasi, inkontinesia atau diare.

2. Buang Air Kecil

Frekuensi, diisi berapa kali klien buang air kecil dalam waktu 24 jam. Jumlah, diisi

jumlah urin dalam satuan cc. Warna, diisi warna rin klien, apakah kuning, jernih, kuning

1
5
pekat, seperti teh dan lain lain. Masalah dirumah sakit, diisi permasalahan yang dialami

klien, apakah nyeri saat berkemih (disuria), sering kencing malam hari (nokturia). Alat

bantu, diisi apakah klien menggnakan alat bantu kateter atau pempers dalam berkemih

atau tidak

3. Istirahat tidur Diisi dengan menggambarkan pola tidur, istirahat, dan relaksasi

dan setiap bantuan untuk merubah pola tersebut sebelum dan selama klien masuk

rumah sakit.

1. Personal Hygiene

Kemampuan perawatan dan kebersihan diri, diisi sebelum dan selama masuk

rumah sakit.

a. Aktivitas dan latihan

Diisi dengan menggambarkan pola olaraga, aktivitas, pengisian waktu senggang

dan faktor yang mempengaruhi pola aktivitas dirumah dan selama dirumah sakit

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda- tanda vital, berat

badan, dan nilai GCS (Glasgow Coma Scale). (Setiadi, 2012). Pada pemeriksaan

fisik ditemukan hal-hal sebagai berikut :

1. Keadaan Umum dan Tanda-tanda Vital

umum klien post laparatomy explorasi atas indikasi appendiksitis perforasi

mencapai kesadaran penuh setelah beberapa jam kembali dari meja operasi,

penampilan menunjukan keadaan sakit ringan ampai berat tergantung pada

periode akut rasa nyeri. Tanda vital pada umumnya stabil kecuali akan

mengalami ketidakstabilan pada klien yang mengalami perforasi appendiks.


1
6
A. Sistem Pernafasan

Menilai dan melaporkan inspeksi dada dalam keadaan statis (bentuk dada, kelainan

dinding dada) dan dinamis (keterlambatan gerak, retraksi). Adanya gangguan respirasi

ditandai dengan peningkatan frekuensi nafas.

klien post laparatomy explorasi atas indikasi appendiksitis perforasi akan mengalami

penurunan atau peningkatan frekuensi nafas (takipneu) serta pernapasan dangkal, sesuai

rentang yang dapat ditoleransi oleh klien.

B. Sistem kardiovaskuler

Umumnya klien mengalami takikardi (sebagai respon terhadap stres dan hipovolemia),

mengalami hipertensi (sebagai respon terhadap nyeri), hipotensi (keadaan dan tirah

baring). Pengisian kapiler biasanya normal, dikaji pula keadaan konjungtiva, adanya

sianosis dan auskultasi bunyi jantung.

C. Sistem pencernaan

Pada pengkajian abdominal, hal yang mendasar adalah mengklarifikasi keluhan nyeri pada

regio kanan bawah atau pada titik Mc Burney. Pada inspeksi perut tidak ditemukan

gambaran spesifik. Kembung sering terlihat pada pasien dengan komplikasi perforasi.

Penonjolan perut kanan bawah dapat dilihat pada masa atau abses periapendikular. Palpasi

abdomen kanan bawah akan

didapatkan peningkatan respon nyeri. Nyeri pada palpasi terbatas pada regio iliaka

kanan, dapat disertai nyeri lepas. Kontraksi otot menunjukan adanya rangsangan

peritoneal parietale. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri diperut

kanan bawah yang disebut tanda rovsing. Pada appendiksitis retrosekal atau retroileal

diperlukan palpasi dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri.

D. Sistem Genitourinaria

Awal post operasi klien akan mengalami penurunan jumlah output urine, hal ini terjadi

1
7
karena adanya pembatasan intake oral selama periode awal post laparatomy explorasi

atas indikasi appendiksitis perforasi. Output urine akan berangsur normal seiring dengan

peningkatan intake oral.

E. Sistem persyarafan

Pengkajian fungsi serebral meliputi tingkat kesadaran klien, perilaku dan penampilan,

bahasa dan fungsi intelektual. Gunakan skala koma glasgow untuk menilai tingkat

kesadaran.

Kaji tingkat kesadaran, penurunan sensori, nyeri, reflek, fungsi syaraf kranial dengan

fungsi syaraf serebral. Umumnya klien dengan post laparatomy explorasi atas indikasi

appendiksitis perforasi tidak mengalami penyimpangan dalam fungsi persyarafan.

Pengkajian fungsi persyarafan meliputi : tingkat kesadaran, saraf kranial dan reflek.

a. Sistem Integumen

Akan tampak adanya luka operasi di abdomen diatas umbilikal karena insisi bedah

disertai kemerahan. Turgor kulit akan membaik seiring dengan peningkatan intake oral.

b.Sistem muskuloskeletal

Secara umum, klien dapat mengalami kelemahan karena tirah baring post operasi dan

kekauan. Kekakuan otot berangsur membaik seiring dengan peningkatan toleransi

aktifitas.

1. Data Psikososial

a. Status Emosi

Pengendalian emosi mood yang dominan, mood yang dirasakan saat ini, pengarruh atas

pembicaraan orang lain, dan kesetabilan emosi (Setiadi, 2012).

b. Konsep Diri

Dikaji pola konsep diri yang meliputi gambaran diri, ideal diri, identitas diri

dan peran. Konsep diri menggambarkan bagamana seseorang memandang dirinya sendiri,

kemampuan dan perasaan klien


1
8
c. Gaya Komunikasi

Cara klien bicara, cara memberi informasi, penolakan untuk berespon, komunikasi non

verbal, kecocokan bahasa verbal dan nonverbal.

d. Pola Interaksi

Kepada siapa klien menceritakan tentang dirinya, hal yang menyebabkan klien merespon

pembicaraan, kecocokan ucapan dan perilaku, anggaran terhadap orang lain, hubungan

dengan lawan jenis

e. Pola Koping

Pola koping umum dan keefektifan keterampilan dalam mentoleransi stress dan apa yang

dilakukan klien dalam mengatasi masalah, kepada siapa klien mengadukan masalah.

f. Data Spiritual

Data yang harus dikaji meliputi arti kehidupan yang penting dalam kehidupan klien,

keyakinan tentang penyakit dan kesembuhan, hubungan kepercayaan dengan Tuhan,

pelaksanaan ibadah, keyakinan bantuan Tuhan dalam proses kesembuhan yang diyakini

tentang kehidupan dan kematian (Setiadi, 2012).

g. Data Penunjang

Tuliskan pemeriksaan laboratorium, darah yaitu HB, leukosit, trombosit, hematokrit,

AGD, data penunjang untuk klien dengan Appendiksitis yaitu (Setiadi, 2012) :

h. Laboratorium

Peningkatan leukosit dapat mengidentifikasikan adanya infeksi.

i. Photo

Tuliskan jenis pemeriksaan photo thorax, BOF, USG yang telah dilakukan klien.sertakan

tanggal pemeriksaan dan hasil yang didapat dari pemeriksaan tersebut.

j. Terapi

Tulis terapi yang didapatkan pada saat pengkajian dapat berbentuk infus, injeksi, obat oral

1
9
atau topikal, tulis tanggal ketika doker memberikan terapi tersebut, satuan obat seperti

infus (ml), tablet, ampul, gram dan lain-lain (Setiadi, 2012).

F. Analisa data

Analisa data adalah kemampuan menghubungkan data tersebut dengan

konsep, teori dan prinsip relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan

masalah kesehatan dan keperawatan klien (Setiadi, 2012).

G. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu respon individu pada masalah

kesehatan yang aktual maupun potensial. The North American Nursing

Diagnosis Association (Nurarif, 2015) mengidentifikasikan diagnosa

keperawatan semacam keputusan klinik yang mencakup klien, keluarga, dan

respon komunitas terhadap suatu yang berpotensi sebagai masalah kesehatan dan

dalam proses kehidupan.

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang repon individu, keluarga,

atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan aktual

maupun potensial sebagai dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk

mencapai hasil tempat perawat bertanggung jawab (Setiadi, 2012). Pernyataan

diagnosis keperawatan menggunakan PES, sebagai berikut :

P : Problem/Masalah : menjelaskan status kesehatan dengan singkat dan jelas.

E : Etiologi/penyebab : penyebab masalah yang meliputi factor penunjang dan

faktor resiko yang terdiri dari :

Patofisiologi : Semua proses penyakit yang dapat menimbulkan tanda /gejala yang

menadi penyebab timbulnya masalah keperawatan . Situasional : Situasional personal

(berhubungan dengan klien sebagai individu), dan environmrnt (berhubungan dengan

lingkungan yang berinteraksi dengan klien).

2
0
Medication/Treatment : Pengobatan atau tindakan yang diberikan yang

memungkinkan terjadi efek yang tidak menyenangkan yang dapat di antisipasi

atau dicegah dengan tindakan keperawatan.

Maturasioonal : Tingkat kematangan atau kedewasaan klien, dalam hal ini

berhubungan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan.

S : Simtomp/Tanda : Definisi karakteristik tentang data subjektik atau objektif

sebagai pendukung diagnosis aktual.

Diagnosa keperawatan Appendiksitis menurut Doenges, 2014:

a. Nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi bedah.

b.Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya muntah

pascaoperasi.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entree luka pasca bedah.

d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan adanya luka post

operasi.

H. Intervensi

Intervensi/Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam

proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperwatan dalam

usaha untuk membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi

kebutuhan klien (Setiadi, 2012).

I. Implementasi

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. (Setiadi,2012). Fokus

dari intervensi keperawatan adalah:

a. Mempertahankan daya tahan tubuh.

2
1
b. Mencegah komplikasi.

c. Menemukan perubahan system.

d. Memantapkan hubungan klien dengan lingkungan.

e. Implementasi pesan dokter.

J. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses-proses

keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan,

intervensi (perencanaan), dan implementasinya. Tahap evaluasi memungkinkan

perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian,

analisis, perencanaan, dan implementasi intervensi (Nursalam 2008). Untuk

memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau perkembangan klien,

digunakan komponen SOAP/SOAPIE/SOAPIER.

Pengertian SOAPIER adalah sebagai berikut :

S : Data Subjektif

Data subjektif adalah pernyataan atau keluhan pasien.

O : Data Objektif

Objektif adalah data yang di observasi.

A : Analisis

Analisis adalah kesimpulan berdasarkan data objektif dan subjektif.

P : Planning

Planing yaitu rencana apa yang dilakukan terhadap masalah.

I : Implementasi

Yaitu pelaksanaan tindakan yang sudah direncanakan.

E : Evaluasi

2
2
Respon pasien terhadap tindakan keperawatan.

R : Reassesment

Yaitu menentukan apakah rencana keperawatan akan di rubah.

BAB III

FORMAT LAPORAN KASUS (PROSES KEPERAWATAN)

PENGKAJIAN

Tempat Praktik : RSUD Sidikalang

Ruangan : Dahlia

Laporan Minggu Ke :I

Judul Kasus : Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Dan

Nyeri Pada Tn.P Dengan Post Laparatomy Apendisitis Di

Ruangan Dahlia Di Rsud Sidikalang.

I. BIODATA

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. P

Jenis Kelamin : Laki-Laki


2
3
Umur : 43 Tahun

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Kristen Protestan

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Petani

Alamat : Pakpak Bharat/ Mungkur

Tgl Masuk Rs : Senin, 18-11-2022

No.Reg : 493

Ruangan : Dahlia

Tgl Pengkajian : 21-11-2022

Tgl Operasi : 20-11-2022

Diagnosa Medis :Post laparatomi

B. PENANGGUNG JAWAB

Nama : Sanata manik

Hubungan : Istri

Pekerjaan : Petani

Alamat : Pakpak Bharat/ Mungkur

II. KELUHAN UTAMA

 Nyeri perut kanan bawah bawah ± 4 hari dari hari selasa

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


2
4
 Provocative/Paliative

 Apa penyebabnya : Klien tidak tahu apa awal mula penyebab dari

penyakitnya

 Hal-hal yang memperbaiki keadaan : Berbaring dan tidur

 Quantity/Quality

 Bagaimana Dirasakan : Nyeri yang hebat pada tiap kali BAK

 Bagaimana dilihat : Ekspresi klien yang sangat kesakitan

 Region

 Dimana lokasinya : didaerah apendik dan suprapubic

 Apakah menyebar : Ya, nyeri menyebar hingga pada daerah perut bagian

bawah (suprapubic)

 Severity (mengganggu aktifitas )

 Pasien mengatakan bahwa ini sangat mengganggu aktivitasnya

 Time (Kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya)

Sebenarnya sudah di alami klien sejak

IV.RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

Klien mengatakan bahwa klien merasakan nyeri sejak 3 bulan yang lalu, tetapi 4 hari yang

lalu nyeri yang dirasakan semakin sakit dan skala nyerinya meningkat.

V. RIWAYAT KELUARGA

Belum ada keluarga yang mengalami Keterangan :

penyakit yang sama -

2
5
VI. RIWAYAT KESEHATAN PSIKOSOSIAL

a. Bahasa yang digunakan

 Bahasa pakpak

b. Persepsi klien terhadap penyakitnya

 Klien dapat menerima keadaannya

c. Konsep diri

 Ideal diri : Klien memiliki keinginan untuk sembuh

 Harga diri : Klien merasa diperhatikan oleh anak dan istri

 Peran diri : Klien berperan sebagai ayah dan suami

 Personal identity : Selama sakit sebagian besar aktivitas dibantu oleh istri dan

anak

d. Keadaan emosi

 Emosi pasien stabil

e. Perhatian terhadap orang lain

 Mampu menanggapi dan berbicara dengan baik

f. Hubungan dengan keluarga

 Terjalin hubungan yang baik antara keluarga dengan klien

g. Hubungan dengan orang lain

2
6
 Klien memiliki hubungan yang baik dengan orang lain baik dari segi

lingkungan/social

h.Kegemaran

 Mendengarkan musik

i. Daya adaptasi

 Mampu beradaptasi dengan lingkungan dengan baik

j. Mekanisme pertahanan diri

 Klien mampu terbiasa dam menerima keadaan dirinya

VII. PEMERIKSA FISIK

a. Keadaan umum

 Keadaan umum pasien lemah dengan tingkat kesadaran Compos Mentis

(E:4,V:5,M:6)

b. Tanda-tanda Vital

 Suhu :36,3

 Tekanan Darah :110/70mmHg

 TB/BB :

 HR : 80 x/menit

 RR : 20 x/menit

c. Pemeriksaan Head To Toe

1. Kepala dan rambut

a. Kepala
2
7
Bentuk : Simentris

Kebersihan : Bersih

b. Rambut

Penyebaran dan keadaan rambut : Subur

Kebersihan : Bersih

Jenis dan struktur rambut : Rambut lurus dan pendek

c. Wajah

Warna kulit : Sawo matang

Struktur wajah : Simetris /normal

2. Mata

Bentuk : Simetris

Palpebra : Normal

Pupil : Isokor (besarnya sama)

Konjungtiva : Anemis

Kornea : Tampak jernih dan rata

Visus : Ketajaman penglihatan pasien terlihat baik

3. Hidung

Tulang hidung dan posisi septum: Normal

2
8
Lubang hidung : Normal (simetris kiri dan kanan)

Cuping hidung : Pernafasan tidak menggunakan cuping hidung

4. Telinga

Bentuk telinga : Normal

Ukuran telinga : Normal (simetris kiri dan kanan)

Lubang telinga : Terlihat simetris kiri dan kanan

Ketajaman pendengaran : Masih berfungsi dengan baik

5. Mulut dan faring

Keadaan bibir : Lembab

Keadaan gusi dan gigi : Terawat dengan baik

Keadaan lidah : Berwarna merah muda

6. Leher

Posisi trachea : Normal berada ditengah

Thyroid : Tidak tampak pembesaran vena jugularis

Suara : Normal (tidak serak)

Kelenjar limfe :-

Vena jugularis : Tidak ada pembesaran

Dentut nadi : Normal karena 80x/menit dalam batas normal

Karotis : Normal dengan irama regular atau beraturan

2
9
7. Pemeriksaan Integumen

Kebersihan : Bersih

Kehangatan : Akral hangat

Warna : Putih

Turgor : Baik/ ketika dicubit kulit akan kembali kurang dari 2 detik

keposisi semula

Kelembaban : Baik

Kelainan pada kulit : Lembab namun sedikit kering dikarenakan faktor usia

8. Pemeriksaan dada

 Inspeksi toraks

Bentuk thoraks : Simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada

sama

Pernapasan : Tidak memakai alat bantu pernafasan

Frekuensi irama : Reguler

Tanda /kesulitan bernapas : Tidak terdengarnya suara-suara aneh dari dada saat

bernafas

 Pernapasan paru

Palpasi getaran suara : Normal

Perkusi : Normal (Sonor)

Auskultasi : Suara nafas vesikuler, tidak ada sumbatan

 Pemeriksaan Jantung

Inspeksi : Normal

Palpasi : Normal, tidak ada pembengkakan atau benjolan


3
0
Perkusi : Tidak adanya suara timpani

 Auskultasi : Terdengar bunyi jantung normal

Bunyi Jantung I : Normal

Bunyi jantung II : Normal

Bunyi jantung tambahan : Tidak ada bunyi jantung tambahan

Mumur :Normal

Frekuensi : Normal

9. Pemeriksaan Abdomen

1. Inspeksi

Bentuk abdomen : Simetris

Benjolan masa : Tidak ada benjolan yang teraba didaerah abdomen

Bayangan pembuluh darah : Tidak terdapat bayangan pembuluh darah sekitar

2. Auskultasi

Peristaltik usus : Frekuensi peristaltic usus : 18x/menit

3. Palpasi

Tanda nyeri tekan : Pasien merasakan sakit bila ditekan didaerah

abdomen

Letak : Area apendik

Benjolan masa : Tidak terdapat masa atau benjolan


3
1
Tanda acites : Tidak ada pembengkakan diarea abdomen

Hepar : Tidak ada pembengkakan saat di palpasi

Lien :-

TitiK mc Burney :-

4. Perkusi

Suara abdomen : Normal

Pemeriksaan acites : Tidak ada penumpukan cairan diperut

10. Pemeriksaan genetalia

1. Genetalia

Rambut pubis : Normal

Lubang uretra : Normal

Kelainan pada genetalia : Tidak terdapat kelainan diarea genetalia

2. Anus perineum

Lubang anus : Normal, tidak ada pembengkakan, tidak ada perdarahan

Kelainan anus : Tidak ada

Perineum : Tidak ada

11. Pemeriksaan Neurologi

1. Tingkat krsadaran (GCS) : Compos mentis 15 (E:4, V:5, M:6),Skala nyeri 7

3
2
2. Meningeal sign : Baik

3. Status mental

a. Kondisi emosi : Stabil/ terkontrol

b. Orientasi : Baik

c. Proses berfikir : Normal

d. Motivasi : Baik

e. Persepsi : Baik

f. Bahasa : Indonesia/ batak pakpak

12. Nervus Cranialis

N.Olfactoris : Tidak ada kelainan pada penciuman

N. Okulomotorius : Pergerakan bola mata aktif

N. Trigeminus : Pasien ada respon saat ada sentuhan

N. Facialis : Pasien dapat melihat dengan menurunkan alis

N. Vestibulo cochlearis : Pergerakan pasien baik

N. Glosofaringeus : Pasien berbicara dengan baik

N. Vagus : Pasien bisa mengatur gerakan pita suaranya

N. Asesorius : Pasien bisa menoleh kekanan dan kekiri

N. Hipoglosus : Pasien dapat mengunyah dan menelan dengan baik

13. Fungsi Motorik

3
3
Cara berjalan : Harus menggunakan alat bantu/ dipapah

Test Jari hidung : Pasien dapat menyentuh bagian hidung saat kita

memberikan intruksi atau arahan

14. Fungsi sensori

Identifikasi :-

Sentuhan : Normal

Ringan : Normal

Test Tajam- tumoul : Pasien bisa membedakan tajam dan tumpul

Test panad-dingin : Pasien bisa membedakan panas dan dingin

Test getaran : Pasien bisa merasakan getaran yang kita berikan

Streognosis : Pasien bisa membedakan benda yang diberikan

Membedakan titik : Pasien bisa membedakan titik yang kita berikan

Topognosis test : Pasien bisa merasakan rangsangan yang kita berikan

15. Refleks

Refleks bisep (fleksi elbow) : Dapat memfleksikan tangan pada siku

hingga 45o

Refleks trisep (Ekstensi siku) : otot trisep berkontraksi ketika dipukul

dibagian siku

Refleks bronchio radialis tangan (Fleksi elbow) : Terjadi kontraksi ketika dipukul

diarea pergelangan

3
4
Refleks patellar : Kontraksi otot patella ketika dipukul

dibagian lutut

Refleks tendon achiles dan kebawah : plantar fleksi anide, menggerakkan telapak

kaki keatas

Reflek plantar : Dapat mengidentifikasikan bagian tubuh

ketika diberikan sentuhan dengan menutup mata

VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

a. Pola tidur

Waktu tidur

Waktu bangun

Masalah tidur

Hal-hal yang mempermudah tidur

Hal-hal yang mempermudah bangun

b. Pola Eliminasi

1. BAB

Pola BAB : 2x sehari

3
5
Karakter feces : Lunak

Riwayat : Adanya gangguan pola eliminasi BAB

Perdarahan : Terdapat perdarahan saat BAB

Penggunaan otot : Tidak ada penggunaan otot

Keluhan BAB : Pasien mengatakan susah saat ingin BAB

2. BAK

Pola BAK : 1.000 ml (terpasang kateter)

Karekter urine : Urine berwarna kuning pekat

Nyeri : Ada

Inkontinensia : Tidak ada

Keluhan BAK : Kesulitan BAK sampai gemetar

IX. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK

1. Diagnosa Medis

2. Laboratorium

a. Darah : Darah rutin (HB : 15,3 ) elektrolit, trombosit : 184 , leuosit :

16,9

b. Urine : CTBT ( fungsi hati, ginjal )

c. Pemeriksaan rontgen : Foto thorak

X. THERAPI/ TINDAKAN MEDIK :

3
6
1. IVFD. RI 20 gtt/i

2. Injeksi : - Ceftriakxone 1 gr /12 jam

- ketorolac 30 mg/ 12 jam

- ranitidine 50 mg / 12 jam

- metronidazole 500 mg/ 12 jam

XI. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN

Sudah di lakukan operasi sebanyak satu kali yaitu pada tanggal 20 November 2022

ANALISA DATA

Nama pasien :Tn.P

Nama Kelompok : kelompok 4

No rekam medik : 212863

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM

1 DS : Pasien mengatakan nyeri Kerusakan jaringan Nyeri

pada bagian perut sebelah kanan.

DO : Pasien lemah, dan meringis

kesakitan Tarikan atau regangan

3
7
Skala nyeri 7 pada organ dalam

TD : 110/70 mmhg tubuh

T : 36,5 0C

HR : 86X/Menit ↓

RR : 20X/ Menit

Spo2 : 96% Nyeri

2 DS : Pasien mengatakan susah Penurunan kekuatan Gangguan

bergerak otot imobilisasi

DO : Pasien tampak lemah ↓

Skala nyeri 7

TD : 110/70 mmhg Nyeri

T : 36,5 0C

HR : 86X/Menit ↓

RR : 20X/ Menit

Spo2 : 96%

Gangguan

imobilisasiberhubungan

dengan penurunan

kekuatan otot

3
8
3 DS : Pasien mengatakan nyeri Terputusnya Resiko infeksi

pada luka insisi inkontinuitas jaringan

DO : Luka bersih, lembab, dan

tidak ada pengeluaran cairan Trauma jaringan

maupun pus, luka dittup dengan ↓

kasa steril, tidak ada tanda-tanda

infeksi, tidak ada kemerahan, Terdapat kelembapan

bengkak, dan panas luka

Pertahan tubuh tidak

adekuat

Bakteri masuk kedalam

tubuh

Resiko infeksi

RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN (PROBLEM ETIOLOGI SIGN-

SIMPTOM/PES) (Sesuai Prioritas)

3
9
NO Diagnosa keperawatan Tanggal perumusan

1 Nyeri akut berhubungan dengan faktor biologis 21 November 2022

(faktor insisi)

2 Gangguan imobilisasi berhubungan dengan nyeri luka 21 November 2022

insisi

3 Resiko infeksi berhubungan kurang menjaga 21 November 2022

kebersihan daerah insisi

4
0
41

INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama pasien : Tn. P

Nama kelompok : Kelompok 4

NO rekam medik : 212863

NO HARI/TANGGAL/JAM Diagnosa Tujuan/Kriteria INTERVENSI

keperawatan hasil

1 21 November 2022 Nyeri akut 1. Mengkaji skala nyeri Pasien, catat lokasi dan karakteristik
Setelah
berhubungan nyeri (skala 0 -10)
dilakukan
dengan adanya 2. Pertahankan istirahat dengan posisi semi-fowler
tindakan
insisi bedah 3. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
keperawatan
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik
selama 3x24
sesuai indikasi
jam maka

kriteria hasil

yang

diharapkan :
42

Klien

tampak

rileks dan

skala nyeri

berkurang

menjadi

skala 0-3
43

2. 22 November Hambatan mobilisasi fisik 1. Mengkaji mobilisasi klien


Setelah dilakukan
2022 berhubungan dengan adanya 2. Bantu klien dalam melakukan kegiatan
tindakan keperawatan
nyeri dan luka bekas operasi secara mandiri
selama 3x24 jam
3. Ajarkan klien bagaimana mengubah posisi
maka kriteria hasil
4. Libatkan keluarga dalam aktifitas klien
yang diharapkan :

3 23 November 1. Buat kondisi banlutan dalam kondisi bersih


Resiko infeksi Setelah dilakukan
2022 dan kering
berhubungan dengan tindakan keperawatan
2. Melakukan perawatan luka
adanya luka selama 3x24 jam
3. Bersihkan Luka
pembedahan maka kriteria hasil

yang diharapkan :
4. Tutup luka dengan kasa steril secara
44

menyeluruh
Tidak terjadi infeksi
5. Kolaborasi penggunaan antibiotik dengan
dan peradangan pada
dokter
luka bekas

pembendahan,

leukosit dalam batas

normal dan tanda-

tanda vital dalam

batas normal
45

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama pasien : Tn. P

Nama kelompok : Kelompok 4

NO rekam medik : 212863

NO No Dx TANGGAL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI FORMATIF

KEP (HASIL/RESPON)

1 1 21 November 2022 1. Mengkaji nyeri secara komprehensif 1. Pasien mengatakan :

termasuk lokasi perut , karakteristik, durasi, P : Luka insisi

dan frekuensi Q : Seperti di tusuk

R : Nyeri di perut bawah

S : Skala nyeri 5

T : Saat bergerak
2. Memberikan lingkungan yang tenang dengan
2. Pasien mengatakan suka dengan suasana
membatasi pengunjung
tenangpaham

3. Pasien mengatakan nyeri berkurang pada


46

2. Memberikan psosisi semi fowler kepada posisi semi fowler

pasien 4. Pasien melakukan teknik relaksasi dalam

dengan instruksi perawat

3. Mengajarkan teknik nonfarmakologi 5. TD : 110/70 mmhg

relaksasi, untuk mengatasi nyeri T : 36,5 0C

HR : 86X/Menit
4. Memonitoring tekanan darah, nadi, suhu, RR : 20X/ Menit
pernafasan, saturasi oksigen Spo2 : 96%

6. IVFD. RI 20 gtt/i

Injeksi : - Ceftriakxone 1 gr /12 jam

- ketorolac 30 mg/ 12 jam


5. Melakuakan kolaborasi tentang pemberian
- ranitidine 50 mg / 12 jam
analgetik untuk mengurangi nyeri
- metronidazole 500 mg/ 12 jam
47

2 1 21 November 1. Mengkaji mobilisasi klien 1. Pasien dapat memposisikan diri

2022 2. Bantu klien dalam melakukan kegiatan secara mandiri untuk dalam posisi sim kiri maupun

mempermudah klien bergerak/melakukan aktifitas sim kanan

3. Ajarkan klien bagaimana mengubah posisi untuk membantu 2. Pasien dapat melakukan aktivitas

memaksimalkan ventilasi, sehingga kebutuhan oksigen secara mandiri dengan instruksi

terpenuhi perawat/ keluarga

4. Libatkan keluarga dalam aktifitas klien untuk memudahkan 3. Pasien memahami bagaimana

klien dalam melakukan aktifitas memposisikan diri untuk

mendapat memenuhi kebutuhan

oksigen

4. Pasien dapat melakukan aktivitas

secara mandiri dengan instruksi

keluarga

3 3 21 November 1. Merawat luka dengan kondisi balutan dalam kondisi bersih 1. Pasien merasa nyaman setelah

2022 dan kering balutan diganti dengan keadaan


48

2. Melakukan perawatan luka bersih dan kering

3. Membersihkan Luka 2. Pasien merasa nyaman setelah

4. Menutup luka dengan kasa steril secara menyeluruh lukanya dirawat

5. Berkolaborasi penggunaan antibiotik dengan dokter 3. Pasien merasa nyaman setelah

balutan diganti dengan keadaan

bersih dan kering

4. Pasien merasa nyaman karena

pasien yakin dengan luka yang

ditutup terbebas dari

mikroorganisme
49

NO No Dx TANGGAL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI FORMATIF

KEP (HASIL/RESPON)

1 1 23 November 2022 Mengkaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi 1. Pasien mengatakan :

perut , karakteristik, durasi, dan frekuensi P : Luka insisi

Q : Seperti di tusuk

R : Nyeri di perut bawah

S : Skala nyeri 7

T : Saat bergerak

2. Pasien mengatakan suka dengan suasana


Memberikan lingkungan yang tenang dengan
tenangpaham
membatasi pengunjung
3. Pasien mengatakan nyeri berkurang pada

posisi semi fowler


Memberikan psosisi semi fowler kepada pasien
4. Pasien melakukan teknik relaksasi dalam

dengan instruksi perawat

5. TD : 110/70 mmhg
Mengajarkan teknik nonfarmakologi relaksasi, untuk
T : 36,5 0C
50

mengatasi nyeri HR : 86X/Menit

RR : 20X/ Menit

Memonitoring tekanan darah, nadi, suhu, Spo2 : 96%

pernafasan, saturasi oksigen 6. IVFD. RI 20 gtt/i

Injeksi : - Ceftriakxone 1 gr /12 jam

- ketorolac 30 mg/ 12 jam

- ranitidine 50 mg / 12 jam

- metronidazole 500 mg/ 12 jam


Melakuakan kolaborasi tentang pemberian analgetik

untuk mengurangi nyeri


51

2 1 23 November Mengkaji mobilisasi klien 5. Pasien dapat memposisikan diri

2022 Bantu klien dalam melakukan kegiatan secara mandiri untuk dalam posisi sim kiri maupun

mempermudah klien bergerak/melakukan aktifitas sim kanan

Ajarkan klien bagaimana mengubah posisi untuk membantu 6. Pasien dapat melakukan aktivitas

memaksimalkan ventilasi, sehingga kebutuhan oksigen terpenuhi secara mandiri dengan instruksi

Libatkan keluarga dalam aktifitas klien untuk memudahkan klien perawat/ keluarga

dalam melakukan aktifitas 7. Pasien memahami bagaimana

memposisikan diri untuk

mendapat memenuhi kebutuhan

oksigen

8. Pasien dapat melakukan aktivitas

secara mandiri dengan instruksi

keluarga

3 3 23 November Merawat luka dengan kondisi balutan dalam kondisi bersih dan 5. Pasien merasa nyaman setelah

2022 kering balutan diganti dengan keadaan


52

Melakukan perawatan luka bersih dan kering

Membersihkan Luka 6. Pasien merasa nyaman setelah

Menutup luka dengan kasa steril secara menyeluruh lukanya dirawat

Berkolaborasi penggunaan antibiotik dengan dokter 7. Pasien merasa nyaman setelah

balutan diganti dengan keadaan

bersih dan kering

8. Pasien merasa nyaman karena

pasien yakin dengan luka yang

ditutup terbebas dari

mikroorganisme
53

CATATAN PERKEMBANGAN / EVALUASI

Nama pasien : Tn. P

Nama kelompok : Kelompok 4

NO rekam medik : 212863

N TANGGAL/JAM NO DIAGNOSA EVALUSI SUMATIF

1 21 November 1 DS : Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut sebelah kanan.

2022 DO : Pasien lemah, dan meringis kesakitan

Skala nyeri 7

P : Luka insisi

Q : Seperti di tusuk

R : Nyeri di perut bawah


54

S : Skala nyeri 7

T : Saat bergerak

TTV

TD : 110/70 mmhg

T : 36,5 0C

HR : 86X/Menit

RR : 20X/ Menit

Spo2 : 96%

A : Masalah nyeri belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

2 21 November 2 DS : Pasien mengatakan susah bergerak dan nyeri saat bergerak

2022 DO : Pasien tampak lemah dan meringis

Skala nyeri 7

TTV

TD : 110/70 mmhg

T : 36,5 0C
55

HR : 86X/Menit

RR : 20X/ Menit

Spo2 : 96%

A : Masalah nyeri belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

3 21 November 3 DS : Pasien mengatakan nyeri pada luka isisi

2022 DO : Luka bersih,lembab,dan tidak ada pengeluaran cairan maupun pus,luka di tutup

dengan kasa steril,tidak ada tanda tanda infeksi,tidak ada kemerahan,bengkak dan panas.

TTV

TD : 110/70 mmhg

T : 36,5 0C

HR : 86X/Menit

RR : 20X/ Menit

Spo2 : 96%

A : Masalah nyeri belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
56

4 22 November 1 DS : Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut sebelah kanan.

2022 DO : Pasien lemah, dan meringis kesakitan

Skala nyeri 7

P : Luka insisi

Q : Seperti di tusuk

R : Nyeri di perut bawah

S : Skala nyeri 7

T : Saat bergerak

TTV

TD : 110/70 mmhg

T : 36,5 0C

HR : 86X/Menit

RR : 20X/ Menit

Spo2 : 96%

A : Masalah nyeri belum teratasi


57

P : Intervensi dilanjutkan

5 22 November 2 DS : Pasien mengatakan susah bergerak dan nyeri saat bergerak

2022 DO : Pasien tampak lemah dan meringis

Skala nyeri 7

TTV

TD : 110/70 mmhg

T : 36,5 0C

HR : 86X/Menit

RR : 20X/ Menit

Spo2 : 96%

A : Masalah nyeri belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

6 22 November 3 DS : Pasien mengatakan nyeri pada luka isisi

2022
58

DO : Luka bersih,lembab,dan tidak ada pengeluaran cairan maupun pus,luka di tutup dengan

kasa steril,tidak ada tanda tanda infeksi,tidak ada kemerahan,bengkak dan panas.

TTV

TD : 110/70 mmhg

T : 36,5 0C

HR : 86X/Menit

RR : 20X/ Menit

Spo2 : 96%

A : Masalah nyeri belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
59

4 22 November 1 DS : Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut sebelah kanan.

2022 DO : Pasien lemah, dan meringis kesakitan

Skala nyeri 7

P : Luka insisi

Q : Seperti di tusuk

R : Nyeri di perut bawah

S : Skala nyeri 7

T : Saat bergerak

TTV

TD : 110/70 mmhg

T : 36,5 0C
60

HR : 86X/Menit

RR : 20X/ Menit

Spo2 : 96%

A : Masalah nyeri belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

5 22 November 2 DS : Pasien mengatakan susah bergerak dan nyeri saat bergerak

2022 DO : Pasien tampak lemah dan meringis

Skala nyeri 7

TTV

TD : 110/70 mmhg

T : 36,5 0C

HR : 86X/Menit

RR : 20X/ Menit

Spo2 : 96%

A : Masalah nyeri belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
61

6 22 November 3 DS : Pasien mengatakan nyeri pada luka isisi

2022 DO : Luka bersih,lembab,dan tidak ada pengeluaran cairan maupun pus,luka di tutup dengan

kasa steril,tidak ada tanda tanda infeksi,tidak ada kemerahan,bengkak dan panas.

TTV

TD : 110/70 mmhg

T : 36,5 0C

HR : 86X/Menit

RR : 20X/ Menit

Spo2 : 96%

A : Masalah nyeri belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

4 23 November 1 DS : Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut sebelah kanan.

2022 DO : Pasien lemah, dan meringis kesakitan

Skala nyeri 5
62

P : Luka insisi

Q : Seperti di tusuk

R : Nyeri di perut bawah

S : Skala nyeri 7

T : Saat bergerak

TTV

TD : 110/70 mmhg

T : 36,5 0C

HR : 86X/Menit

RR : 20X/ Menit

Spo2 : 96%

A : Masalah nyeri belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

5 23 November 2 DS : Pasien mengatakan susah bergerak dan nyeri saat bergerak

2022 DO : Pasien tampak lemah dan meringis

Skala nyeri 5
63

TTV

TD : 110/70 mmhg

T : 36,5 0C

HR : 86X/Menit

RR : 20X/ Menit

Spo2 : 96%

A : Masalah nyeri belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

6 23 November 3 DS : Pasien mengatakan nyeri pada luka isisi berkurang dan tidak terasa panas

2022 DO : Luka bersih,lembab,dan tidak ada pengeluaran cairan maupun pus,luka di tutup dengan

kasa steril,tidak ada tanda tanda infeksi,tidak ada kemerahan,bengkak dan panas.

TTV

TD : 110/70 mmhg

T : 36,5 0C

HR : 86X/Menit

RR : 20X/ Menit
64

Spo2 : 96%

A : Masalah nyeri teratasi sebagian

P : Intervensi dihentikan (pasien pulang dengan izin dokter dan konsul kembali ke poli setelah

3 hari).

DESKRIPSI TERAPI

No Jenis Terapi Farmakodinamik dan Dosis Rute Indikasi dan Efek samping Implikasi

Farmakokinetik Kontraindikasi keperawatan

1. IVFD. RI 20 gtt/i Mengatasi dehidrasi dan 20 IV Indikasi : Mengatasi Edema/ Kolaborasi

mengembalikan gtt/i dehidrasi, menambahkan pembengkakan, mual pemberian cairan

keseimbangan cairan kalori dan mengembalikan dan sakit perut

dan elektrolit, sebagai keseimbangan elektrolit,

sumber air dan elektrolit sumber cairan tubuh dan

tubuh serta untuk meningkatkan diuresis.

meningkatkan diuresis. Kontraindikasi : Cairan Rl

tidak boleh didigunakan


65

bersamaan dengan :

- ceftriaxone karena

dapat menimbulkan

presipitasi pada aliran

darah.

- Transfusi darah

karena dapat

meningkatkan resiko

koagulasi karena

kalsium

2. Injeksi Mencegah infeksi pada 1 gr IV Indikasi : Mengatasi infeksi Mual, muntah, pusing Kolaborasi untuk

Ceftriakxone saat operasi /12 bakteri seperti infeksi saluran dan sakit kepala serta mengobati

jam pernafasan, infeksi saluran berkeringat infeksi virus, dan

kemih, Infeksi saluran cerna, pencegahan

infeksi kulit dan infeksi infeksi

tulang serta sendi


66

Kontraindikasi :pasien

dengan hipersensitif atau

alergi

3. Injeksi ketorolac Meredakan peradangan 30 IV Indikasi : Pereda peradangan Pusing. Mual muntah, Kolaborasi untuk

dan nyeri mg/ dan nyeri sakit kepala, iritasi Meredakan

12 Kontraindikasi : Pasien lambung dan peradangan dan

jam dengan riwayat perdarahan pada nyeri

hipersensitifitas akan saluran cerna

ketorolac, perdarahan saluran

cerna

4. Injeksi ranitidine Mengurangi asam 50 mg IV Indikasi : Penderita maag, Sakit kepala, sulit Kolaborasi

lambung / 12 peningkatan asam lambung, BAB, diare, mual, pemberian

jam luka pada lambung dan mual nyeri perut, gatal-gatal ranitidin untuk

Kontraindikasi : Riwayat pada kulit menghambat

alergi ranitidin, ibu asam lambung

menyusui, dan gagal ginjal


67

5. Injeksi - Mencegah infeksi 500 IV Indikasi : Mengobati Jika overdosis akan

metronidazole bakteri mg/ penyakit yang disebabkan menyebabkan mual Kolaborasi

12 oleh infeksi bakteri dibagian muntah, disorientasi pemberian

jam lambung, kulit, dan saluran ringan, kejang metronidazol

pernafasan untuk

Kontraindikasi : menghambat

Hipersensitifitas terhadap overdosis dan

obat, dan ibu hamil trimester kejang.

pertama, dan pasien dengan

kerusakan ginjal

DAFTAR PUSTAKA
68

Alimun Aziz. 2016. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta; Selemba Medika.

Andarmoyo. 2013. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta; Ar-ruzz Media

Tamsuri Anas. 2012. Konsep & Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta; EGC

http://www.academia.edu/37081658/laporan_pendahuluan_post_Op_Laparatomi

Jitowiyono.S.Dkk.2010.Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta; Kuha Medika

Anda mungkin juga menyukai