Di susun oleh:
DELA FIKA ASHARI
NIM: 181141006
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Pendahuluan yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada NY. M dengan Diagnosa Medis Dispepsia di Ruang Edelweis RS.
Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya”. Dalam Penulisan Laporan
Pendahuluan, penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
Laporan Pendahuluan selanjutnya. Dalam penulisan Laporan Pendahuluan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak yang membantu
dalam menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini, khususnya kepada Kepala Ruangan di
ruang Edelweis, para Perawat ruang Edelweis, Dosen Pembimbing akademik praktik RS
pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang telah membantu dalam penyusunan
Laporan Pendahuluan ini. Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan
yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua
bantuan ini sebagai ibadah, Aamiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ......................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 3
2.1 Definisi .......................................................................................................................... 3
2.2 Etiologi .......................................................................................................................... 3
2.3 Manisfestasi Klinik ....................................................................................................... 4
2.4 Patofisiologi .................................................................................................................. 5
2.5 Pemeriksaan Penunjang................................................................................................. 6
2.6 Penatalaksanaan ............................................................................................................ 7
2.7 Konsep Asuhan Keperawatan ....................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 14
3.2 Saran............................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dispepsia merupakan salah satu gangguan yang diderita oleh hampir seperempat
populasi umum dinegara industri dan merupakan salah satu alasan orang melakukan
konsultasi ke dokter. Dispepsia berasal dari bahasa yunani yaitu duis bad (buruk) dan
peptin (pencernaan). Dispepsia merupakan istilah yang digunkan untu8 k suatu
sindrom atau kumpulan gejala / keluhan yang terdiri dari rasa nyeri atau rasa tidak
nyaman di ulu hati, kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, perut
terasa cepat penuh / begah. Secara garis besar, penyebab sindrom dispepsia ini dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok penyakit organik seperti (tukak peptik,
gastritis, batu kandung empedu dan lain-lain) dan kelompok dimana sarana
penunjang diagnostik yang konvensional atau baku (radiologi, endoskopi,
laboratorium) tidak dapat memperlihatkan adanya gannguan patologis struktural atau
biokimiawi, disebut gangguan fungsional. Dispepsia fungsional dibagi menjadi 2
kelompok, yakni postprandial distress syndrome dan epigastric pain syndrome.
Menurut profil data kesehatan Indonesia tahun 2011 yang diterbitkan DepKes
RI pada tahun 2012, dispepsia termasuk dalam 10 besar penyakit rawat inap di
Rumah Sakit tahun 2010. Pada urutan ke-5 dengan angka kejadian kasus sebesar
9594 kasus pada pria dan 15122 kasus pada wanita. Sedangkan untuk 10 besar
penyakit rawat jalan di Rumah Sakit tahun 2010, dispepsia berada pada urutan ke-6
dengan angka kejadian kasus sebesar 34981 kasus pada pria dan 53618 kasus pada
wanita. Jumlah kasus baru sebesar 88599 kasus. (DepKes RI, 2012)
Pasien yang mengalami penyakit dispepsia sering disertai dengan rasa nyeri atau
rasa tidak nyaman dibagian perut. Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan yang
dapat dialami oleh setiap orang. Rasa nyeri dapat menjadi peringatan terhadap
adanya ancaman yang bersifat aktual maupun potensian. Namun, nyeri bersifat
subjektif dan sangat idividual. Respons seseorang terhadap nyeri dipengaruhi oleh
faktor jeniskelamin, usia, budaya, dan lain sebagainya. Berbagai faktor tersebut harus
menjadi bahan pertimbangan bagi perawat dalam melakukan penatalaksaaan
terhadap rawatan nyeri
1
Dilihat dari tingginya angka kejadian Dispepsia dari hasil praktik klinik di RS
Bhayangkara Surabaya maka dari itu penulis membantu dan memberikan asuhan
keperawatan sesuai data dispepsia. Dari data tersebut di atas, penulis tertarik untuk
mengambil judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny P Dengan Diagnosa Media
Dispepsia Dispepsia Di RS Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi penyakit Dispepsia?
2. Apakah etiologi penyakit Dispepsia?
3. Apakah manifestasi klinik penyakit Dispepsia?
4. Apakah patofisiologi penyakit Dispepsia?
5. Apakah pemeriksaan penunjang penyakit Dispepsia?
6. Apakah penatalaksanaan penyakit Dispepsia?
7. Bagaimanakan konsep asuhan keperawatan penyakit Dispepsia?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mahasiswa mengetahui dan mampu memberikan asuhan keperawatan
pada pasien Dispepsia.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendeskripsipkan definisi penyakit Dispepsia.
b. Untuk mendeskripsikan etiologi penyakit Dispepsia.
c. Untuk mendeskripsikan manifestasi klinik penyakit Dispepsia.
d. Untuk mendeskrisikan patofisiologi penyakit Dispepsia.
e. Untuk mendeskripsikan pemeriksaan penunjang penyakit Dispepsia.
f. Untuk mendeskripsikan penatalaksanaan penyakit Dispepsia.
g. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan penyakit Dispepsia.
1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan laporan pendahuluan ini dapat menambah wawasan
dan pengetahuan bagi pembaca.
2. Manfaat Praktis
Hasil laporan pendahuluan ini dapat memberikan pandangan serta masukan
tentang Asuhan Keperawatan Penyakit Dispepsia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Dyspepsia atau dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri
dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan (Arif, 2000). Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang
terdiri dari nyeri ulu hati, mual,kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang,
sendawa (Dharmika, 2001).
Sedangkan menurut Aziz (1997), sindrom dyspepsia merupakan kumpulan gejala
yang sudah dikenal sejak lama, terdiri dari rasa nyeri epigastrium, kembung, rasa
penuh, serta mual-mual. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang
terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada
(heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia
(Mansjoer A edisi III, 2007).
Dispepsia adalah keluhan yang diasosiasikan sebagai akibat dari kelainan saluran
makanan bagian atas yang berupa nyeri perut bagian atas, perih, mual, yang kadang-
kadang disertai rasa panas di dada dan perut, lekas kenyang, anoreksia, kembung,
regurgitasi, banyak mengeluarkan gas asam dari mulut (Hadi, 2009). Sedangkan
menurut Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani dan Setiowulan, (2008). Dispepsia
merupakan kumpulan keluhan gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak atau sakit
di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan.
2.2 Etiologi
Dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux. Jika anda
memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju esofagus
(saluran muskulo membranosa yang membentang dari faring ke dalam lambung). Hal
ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-
inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia.
1. Terkadang penyebab dispepsia belum dapat ditemukan. Penyebab dispepsia
secara rinci adalah:
a. Menelan udara (aerofagi)
b. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
3
c. Iritasi lambung (gastritis)
d. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
e. Kanker lambung
f. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
g. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
h. Kelainan gerakan usus
i. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
j. Infeksi Helicobacter pylory
2. Penyebab dispepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya (misalnya tukak peptic, gastritis, pankreastitis, kolesistitis dan
lainnya).
b. Dispepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia non ulkus
(DNU), bila tidak jelas penyebabnya.
2.3 Manisfestasi Klinik
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi
dispepsia menjadi tiga tipe :
1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus, dengan gejala :
a. Nyeri epigastrum terlokalisasi
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antacid
c. Nyeri saat lapar
d. Nyeri episodic
2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas, dengan gejala seperti :
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
e. Upper abdominal boating
f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan
3. Dispepsia non-spesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas) (Mansjoer, et
al, 2007).
4
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat akut
atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik
berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan. Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut
atas atau dada mungkin disertai dengan sendawa dan suara usus yang keras
(borborigmi). Pada beberapa penderita, makan dapat memperburuk nyeri; pada
penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu
makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung). Jika
dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak memberi respon
terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau gejala lain yang
tidak biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksaan
2.4 Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan
menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat
mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung,
kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan
merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan
maupun cairan
5
2.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium : lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik
lainnya seperti antara lain pankreasitis kronis, DM. Pada dispepsia biasanya hasil
laboratorium dalam batas normal.
2. Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda, serologi helicobacter
pylori.
3. Endoskopi
a. CLO (Rapid urea test)
b. Patologi anatomi
c. Kultur mikroorganisme jaringan
d. PCR (Polymerase Chain Reaction)
6
2.6 Penatalaksanaan
Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori 1996,
ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra kesehatan
dengan tenaga ahli (gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi
dengan penatalaksanaan dispepsia di masyarakat. Pengobatan dispepsia mengenal
beberapa golongan obat, yaitu:Antasida 20-150 ml/hari. Golongan obat ini mudah
didapat dan murah. Antasida akan generalisir sekresi asam lambung. Antasida
biasanya mengandung Na bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Mg triksilat.
Pemberian antasid jangan terus menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk
mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga
berkhasiat sebagai absorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar
akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.
1. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif
yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan
seksresi asama lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek
sitoprotektif.
2. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau
esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis respetor H2
antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.
3. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses
sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah
omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.
4. Sitoprotektif
Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2). Selain
bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal.
Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin endogen, yang
selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan
meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif (site
7
protective), yang bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna
bagian atas (SCBA).
5. Golongan prokinetic
Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan
metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional
dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam
lambung (acid clearance) (Mansjoer et al, 2007).
6. Psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti - depresi dan cemas)
Pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang
muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi
(Sawaludin, 2005). Sedangkan penatalaksanaan Non Farmakologinya adalah
sebagai berikut:
a. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung.
b. Menghindari faktor resiko sepeti alcohol, makanan yang pedas, obat-obatan
yang belebihan, nikotin rokok, dan stress.
c. Atur pola makan.
8
3. Defisit Nutrisi b/d Ketidakmampuan mencerna makanan dan mengabsorbsi
nutrient (D.0019)
4. Nausea b/d Iritasi lambung (D.0076)
i. Intervensi
1. Nyeri Akut b/d Agen Pencedera fisiologis (D.0077)
a. Luaran: Tingkat Nyeri menurun (L.08066)
• Keluhan nyeri menurun
• Meringis, sikap protektif, dan gelisah menurun
• Kesulitan tidur menurun
• Anoreksia menurun
• Mual muntah menurun
• Frekuensi nadi dan tekanan darah membaik
• Nafsu makan dan pola tidur membaik
b. Intervensi Keperawatan: Manajemen Nyeri (I. 08238)
• Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
• Identifikasi skala nyeri
• Identifikasi respon nyeri non verbal
• Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
• Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
• Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
• Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
• Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
• Monitor efek samping penggunaan analgetic
• Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
• Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
9
• Fasilitasi istirahat dan tidurPertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
• Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
• Jelaskan strategi meredakan nyeri
• Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
• Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
• Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
2. Ansietas b/d Kurang Terpapar Informasi (D.0080)
a. Luaran: Tingkat Ansietas menurun (L.09093)
• Verbalisasi kebingungan dan khawatir akibat kondisi yang dihadapi
menurun
• Perilaku gelisah dan tegang menurun
• Palpitasi, tremor, dan pucat menurun
• Konsentrasi dan pola tidur membaik
• Orientasi membaik
b. Intervensi Keperawatan: Reduksi ansietas (I.09314)
• Identifikasi saat tingkat ansietas berubah seperti Kondisi, waktu, dan
stressor.
• Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
• Monitor tanda anxietas baik verbal dan non verbal
• Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
• Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
• Pahami situasi yang membuat ansietas
• Dengarkan dengan penuh perhatian
• Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
• Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
• Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
• Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
• Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
• Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
10
• Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
• Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
• Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
• Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
• Latih teknik relaksasi
• Kolaborasi pemberian obat anti ansietas, jika perlu
3. Defisit Nutrisi b/d Ketidakmampuan mencerna makanan dan mengabsorbsi
nutrient (D.0019)
a. Luaran: Status Nutrisi membaik (L.03030)
• Porsi makan yang dihabiskan meningkat
• Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi
• Pengetahuan tentang pilihan makanan dan minuman yang sehat
meningkat
• Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat
• Perasaan cepat kenyang menurun
• Nyeri abdomen menurun
• Berat badan dan Indeks massa tubuh (IMT) membaik
• Frekuensi dan nafsu makan membaik
• ebal lipatan kulit trisep dan membran mukosa membaik
b. Intervensi Keperawatan: Manajemen Nutrisi (I.03119)
• Identifikasi status nutrisi
• Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
• Identifikasi makanan yang disukai
• Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
• Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
• Monitor asupan makanan
• Monitor berat badan
• Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
• Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
• Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
11
• Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
• Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
• Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
• Berikan suplemen makanan, jika perlu
• Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
• Anjurkan posisi duduk, jika mampu
• Ajarkan diet yang diprogramkan
• Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
• Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
4. Nausea b/d Iritasi lambung (D.0076)
a. Luaran: Tingkat nausea menurun (L.08065)
• Nafsu makan meningkat
• Keluhan mual menurun
• Perasaan ingin muntah menurun
• Perasaan asam dimulut menurun
• Sensasi panas menurun
• Diaforesis menurun
• Jumlah saliva menurun
• Pucat, takikardia, dan dilatasi pupil membaik
b. Intervensi Keperawatan: Manajemen Mual (I.03117)
• Identifikasi pengalaman mual
• Identifikasi isyarat nonverbal ketidak nyamanan (mis. Bayi, anak-
anak, dan mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif)
• Identifikasi dampak mual terhadapkualitas hidup (mis. Nafsu makan,
aktivitas, kinerja, tanggung jawab peran, dan tidur)
• Identifikasi faktor penyebab mual (mis. Pengobatan dan prosedur)
• Identifikasi antiemetik untuk mencegah mual (kecuali mual pada
kehamilan)
12
• Monitor mual (mis. Frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan)
• Monitor asupan nutrisi dan kalori
• Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual (mis. Bau tak sedap,
suara, dan rangsangan visual yang tidak menyenangkan)
• Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual (mis. Kecemasan,
ketakutan, kelelahan)
• Berikan makan dalam jumlah kecil dan menarik
• Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak
berwarna, jika perlu
• Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
• Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual
• Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak
• Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual
(mis. Biofeedback, hipnosis, relaksasi, terapi musik, akupresur)
• Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala yang terdiri dari nyeri rasa
tidak nyaman di epigastrum, mual, muntah, kembung, rasa penuh atau cepat kenyang
dan sering bersendawa. Boiasanya berhubungan dengan pola makan yang tidak
teratur, makan makanan yang pedas, asam, minuman bersoda, kopi, obat-obatan
tertentu, ataupun kondisi emosional tertentu misalnya stress. Dengan pola makan
yang teratur dan memilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan dan jadwal
makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan yang berkadar tinggi,
cabai, alcohol dan pantang merokok. Bila harus makan obat kaerna sesuatu penyakit,
misalnya sakit kepala maka minum obat secara wajar dan tidak menggangu fungsi
lambung.
3.2 Saran
1. Bagi Institusi
Sebagai tempat pembelajaran atau sekolah yang bergerak dibidang kesehatan,
hendaknya dapat memberi pendidikan yang lebih baik lagi kepada mahasiswa
dalam paraktik pelayanan kesehatan dan menyediakan buku-buku penunjang
sebagai acuan dalam melakukan asuhan keperawatan maupun kebidanan.
2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik, mempertahankan
serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang ada dengan baik dan tepat.
3. Bagi Pasien
Dalam proses asuhan keperawatan, sangat diperlukan kerjasama keluarga dan
pasien itu sendiri guna memperoleh data yang bermutu untuk menentukan tindaka
sehingga dapt memperoleh hasil yang diharapkan
14
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart.2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC
Herdman, T.H dan Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015
– 2017 Edisi 10. EGC: Jakarta
Manjoer, A, et al.2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta: Medika
aeusculapeus
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.L, dan Setiowulan, W.1999. Kapita
Suryono Slamet, et al.2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2. Jakarta: FKUI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Nama Pasien : Ny P
2. Umur : 30 tahun
3. Suku/ Bangsa : Indonesia
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA Sederajat
6. Pekerjaan : Swasta
7. Alamat : Surabaya
8. Sumber Biaya : BPJS
KELUHAN UTAMA
1. Keluhan Utama: Nyeri Ulu hati
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien Ny P datang ke IGD RS Bhayangkara Surabaya pada hari Selasa, 22 Maret
2020 dengan keluhan nyeri dada dan panas serta nyeri ulu hati sejak 3 hari yang lalu.
Pasien juga mengalami rasa mual dan muntah ketika menjalani aktivitas. Riwayat
penyakit dahulu pasien adalah gastritis. Tidak ada laergi obat juga makanan. Pasien
sudah melaksankan vaksinasi lengkap.
TTV
TD: 105 / 77mmHg, S: 36,50C, N: 68 x/menit, RR: 20 x/menit, SpO2: 98, GCS:456
Nilai MCHC: 31,2 Sars Cov: Negatife
Pemberian Infus Pz, Injeksi pantoprazole 2 x 1, Injeksi Ondansentron 3 x 8 m.
Pemberian obat Sirup Sucralfate 3 x 1, Clobazam 5 mg, Racikan nanitidine 2 x 1.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Pernah dirawat : ya tidak 1.1 kapan: diagnosa:
✓
2. Riwayat penyakit kronik dan menular : ya 1.2 tidak
1.3 jenis: ........
Riwayat kontrol :
Riwayat penggunaan obat :
3. Riwayat alergi : tidak ada alergi
Obat
1.7 ya 1.5 tidak 1.4 jenis: ..........
Makanan ya 1.6
1.9 tidak 1.8 jenis: ..........
1.10
Lain-lain
1.13 ya 1.12 tidak 1.11jenis: ..........
4. Riwayat Operasi : ya 1.14 tidak 1.16
- Kapan 1.15
: ............................. 1.17
- Jenis Operasi : .............................
5. Lain-lain :
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
Ya Tidak 1.20
1.18
1.19 1.21
- Jenis :
- Genogram
X X X
Keterangan:
: Laki – laki
: Perempuan
: Pasien
X X : Meninggal
7. Sistem penglihatan
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior
Masalah Keperawatan:
OD OS
Tidak ada MK
Tidak Virus Tidak
terkaji Palpebra terkaji
Conjunctiva
Kornea
BMD
Pupil
Iris
Lensa
TIO
Masalah Keperawatan:
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap peyakitnya:
Pasien tampak merintih menahan nyeri
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
Murung/diam gelisah tegang marah/menangis
1.439 1.445 1.443 1.441
c. Reaksi saat interaksi koorperatif
1.451
tidak kooperatif
1.449 curiga
1.440 1.446 1.444 1.442 1.447
d. Gangguan konsep diri:
1.452 1.450 1.448
Tidak ada gangguan konsep diri
e. Lain-lain
Tidak ada masalah sistem psikososial
PENGKAJIAN HYGIENE & KEBIASAAN Masalah Keperawatan:
Jelaskan :
Pasien mengatakan bisa mandi sendiri 2 kali, gigi bersih,
rambut rapi dan wangi
PENGKAJIANSPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah
- Sebelum sakit 1.457sering kadang-kadang
1.453 tidak pernah
1.455
- Selama sakit sering
1.463 kadang-kadang
1.461 tidak pernah
1.458 1.454 1.459
1.456
b. Batuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah:
1.464 1.462 1.460
Tidak ada bantuan pasien dapat memenuhi sendiri Masalah
Keperawatan:
TERAPI
Pemberian Infus Pz
Injeksi pantoprazole 2 x 1
Injeksi Ondansentron 3 x 8 m.
Pemberian obat Sirup Sucralfate 3 x 1
Clobazam 5 mg
Racikan nanitidine 2 x 1.
(dela)
B. ANALISA DATA
No Data fokus Problem Etiologi
1 Ds: Perubahan pola Nyeri akut
Pasien mengatakan nyeri makan
dibagian ulu hati, dada terasa
panas petut kram. respon mukosa
Do: lambung
P: nyeri saat beraktivitas
Q: tertusuk – tusuk vasodiltasi mukosa
R: ulu hati gaster
S: 6
T: kadang - kadang berhenti Produkis HCL
ketika istirahat meningkat
HCL kontak
dengan mukosa
gaster
nyeri
Nyeri akut
2 Ds: Perubahan pola Nausea
Pasien mengatakan mual dan makan
muntah ketika beraktivitas
serta nafus makan menurun. respon mukosa
Do: lambung
TD: 105 / 77mmHg,
S: 36,50C vasodiltasi mukosa
N: 68 x/menit gaster
RR: 20 x/menit
SpO2: 98 Produkis HCL
Nilai MCHC: 31,2 meningkat
IMT: 20,3
Mual
muntah
Nausea
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan percedera fisiologis
2. Nausea berhubungan dengan iritasi lambung
D. INTERVENSI
No Diagnose Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi
b.d percedera keperawatan 3 x 24 jam karakteristik, durasi dan
fisiologis diharapkan masalah keperawatan intensitas nyeri.
dapat teratasi dengan kriteria 2. Identifikiasi skala nyeri
hasil: 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
1. Keluhan nyeri menurun (5) 4. Jelaskan penyebab dan
2. Ketegangan otot menurun (5) pemicu nyeri
3. Kemampuan aktivitas 5. Ajarkan teknik non-
meningkat (5) farmakologis (napas dalam)
4. Meringis menurun (5) mengurangi rasa nyeri
6. Kolaborasikan pemberian
analgesik
2 Nausea b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab mual
Iritasi keperawatan 3 x 24 jam 2. Kendalikan faktor penyebab
lambung diharapkan masalah keperawatan mual
dapat teratasi dengan kriteria 3. Anjurkan istirahat dan tidur
hasil: 4. Ajarkan teknik non-
1. Nafsu makan meningkat (5) farmakologis (relaksasi)
2. Keluhan mual menurun (5) mengurangi mual
3. Perasaan ingin muntah 5. Kolabirasikan pemberian
menurun (5) antimietik
4. Pucat membaik (5) a. Pemberian Infus Pz
b. Injeksi pantoprazole 2 x 1
c. Injeksi Ondansentron 3 x 8
d. Sucralfate 3 x 1
e. Clobazam 5 mg
f. Racikan nanitidine 2 x 1.
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Hari dan Diagnosa Implementasi Hari dan Evaluasi
Tanggal Keperawatan Tanggal
22 – 03 -2022 1 1. Melakukan hubungan saling 22 – 03 -2022 S:
12.00 percaya dengan pasien 12.00 Pasien mengatakan nyeri dibagian ulu
2. Mengidentifikasi lokasi hati, dada terasa panas petut kram.
karakteristik, durasi dan intensitas O:
nyeri. P: nyeri saat beraktivitas
3. Mengidentifikiasi skala nyeri Q: tertusuk – tusuk
4. Memfasilitasi istirahat dan tidur R: ulu hati
5. Menelaskan penyebab dan pemicu S: 6
nyeri T: kadang - kadang berhenti ketika
6. Mengarkan teknik non- istirahat
farmakologis (napas dalam) A: MK belum teratasi
mengurangi rasa nyeri P: Intervensi dilanjutkan (1 – 7)
7. Mengolaborasikan pemberian
8. analgesik
22 – 03 -2022 2 1. Membina hubungan saling 22 – 03 -2022 S:
16.00 percaya 16.00 Pasien mengatakan mual dan muntah
2. Mengidentifikasi penyebab mual ketika beraktivitas serta nafus makan
3. Mengendalikan faktor penyebab O:
mual TD: 105 / 77mmHg,
4. Menganjurkan istirahat dan tidur S: 36,50C
5. Mengjarkan teknik non- N: 68 x/menit
farmakologis (relaksasi) RR: 20 x/menit
mengurangi mual SpO2: 98
6. Mengolaborasikan pemberian Nilai MCHC: 31,2
antimietik IMT: 20,3
a. Pemberian Infus Pz A: MK berum teratasi
b. Injeksi pantoprazole 2 x 1 P: Intervensi dialnjutkan (1-6)
c. Injeksi Ondansentron 3 x 8
d. Sucralfate 3 x 1
e. Clobazam 5 mg
f. Racikan nanitidine 2 x 1.