Anda di halaman 1dari 38

SEMINAR KASUS PADA An.S.

N DENGAN DIAGNOSA MEDIS


BRONKOPNEMONIA DI RUANGAN IGD ANAK
RSUD TOTO KABILA BONE BOLANGO

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
Tiansi Hidayati Pakaya, S.Kep
Sintia K.Polapa, S.Kep
Perci Tamani, S.Kep
Sri Deviyaningsih Nabu, S.Kep

PRODI STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2022
LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR AKHIR
STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

LAPORAN SEMINAR AKHIR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

PENYUSUN : KELOMPOK I

NAMA MAHASISWA :

1. TIANSI HIDAYATI PAKAYA, S.Kep


2. SINTIA K. POLAPA, S.Kep
3. PERCI TAMANI , S.Kep
4. SRI DEVIYANINGSIH NABU, S.Kep

TEMPAT PRAKTEK : RUANG IGD ANAK

TANGGAL PRAKTEK :11 JULI 2022- 16 JULI 2022

Telah di setujui oleh preseptor klinik dan preseptor akademik dan telah diperbaiki sesuai
saran yang diberikan

Hari :

Tanggal :

Mengetahui

Preseptor akademik Preseptor Klinik

Ns. Pipin Yunus, S.Kep.,M.Kep Ns. Fycka Naue, S.Kep

2
KATA PENGANTAR

Dengan sepenuh hati yang meliputi pengertian syukur dan puji, kami
kelompok 1 memanjatkan syukur kepada Allah Swt karena berkat rahmat dan
hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Seminar
Kasus Keperawatan Gawat Darurat Di Ruangan IGD Anak RSUD.TOTO
KABILA
Kelompok 1 selama menyelesaikan penyusunan laporan ini banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu melalui kesempatan ini
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep,MM,M.Kep Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan
2. Ns. Andi Akifa Sudirman, M.Kep Selaku Ketua Program Studi Profesi Ners
3. Ns.Pipin Yunus, S.Kep,M.Kep.,Selaku Preseptor Akademik Ruangan IGD
Anak
4. Ns. Fycka Naue, S.Kep selaku kepala Ruangan IGD dan selaku preseptor klinik
Ruangan IGD Anak

5. Teman-teman seperjuangan Profesi Ners Angkatan XIV dan yang paling


teristimewa teman-teman kelompok 1 yang selalu memberikan motifasi satu
sama lain dan yang selalu menjaga kekompakannya.
Kelompok 1 menyadari masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan, wawasan dan kemampuan kami.Oleh karena itu,
kelompok kami sangat mengharapkan masukan guna penyempurnaan dalam
penulisan laporan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pengambil
keputusan dan pemerhati

Gorontalo, Juli 2022

Kelompok I

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................i
KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................................1
C. Manfaat.........................................................................................................................2
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN ...........................................................................3
A. Konsep Dasar Medis .............................................................................................3
1. Definisi .............................................................................................................3
2. Etiologi.............................................................................................................3
3. Manifestasi Klinis..............................................................................................4
4. Patofisiologi.......................................................................................................4
5. Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................5
6. Komplikasi.........................................................................................................6
7. Penatalaksanaan ................................................................................................6
B. Konsep Dasar Keperawatan.................................................................................7
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer........................................................................................7
b. Pengkajian Sekunder...................................................................................8
2. Diagnosa Kperawatan........................................................................................8
3. Pathway.............................................................................................................11
4. Intervensi Keperawatan.....................................................................................12
BAB III RESUME KEPERAWATAN............................................................................16
1. Pengkajian.........................................................................................................16
2. Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................21
3. Terapi Medis......................................................................................................23
4. Analisa data.......................................................................................................24
5. Diagnosa Keperawatan......................................................................................26
6. Intervensi Keperawatan.....................................................................................27
7. Implementasi dan Evaluasi................................................................................29
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................32
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................33

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bronkopneumonia merupakan radang yang menyerang paru-paru dimana daerah
konsolidasi atau area putih pada paru-paru terdapat cairan atau seluler yang tersebar luas
disekitar bronkus dan bukan bercorak lobaris (Akbar, 2019). Bronkopneumonia dapat
dijumpai pada bayi dan anak dibawah usia 6 tahun. Istilah untuk Bronkopneumonia
digunakan dalam menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyebaran
berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronki dan meluas ke
parenkim paru (Smeltzer & Bare, 2013). Menurut penelitian Johnson et al., 2008, di
Nigeria dari 419 anak, 234 (72,4%) mengalami Bronkopneumonia. Menurut WHO
(World Health Organization), kasus pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar
pada anak-anak di seluruh dunia. Pneumonia membunuh 920.136 anak-anak di bawah
usia 5 tahun pada tahun 2015, menyumbang 16% dari semua kematian anak balita
(WHO, 2015).
Tingginya kasus anak yang mengalami Bronkopneumonia, menunjukkan
pentingnya pemberian intervensi yang tepat untuk menangani permasalahan yang
ditimbulkan oleh Bronkopneumonia. Adapun rencana keperawatan yang peneliti lakukan
untuk menangani masalah gangguan pertukaran gas pada anak yaitu meliputi pengkajian
yang berfokus pada pemeriksaan fisik untuk melihat tandatanda gangguan pertukaran gas
yang berupa sianosis, gelisah, pernapasan cuping hidung dan pola napas abnormal
(PPNI, 2017), kemudian intervensi keperawatan yang dapat dilakukan yaitu monitor
tanda-tanda vital, memberikan posisi, monitor respirasi dan O2. Monitor pola napas,
mencatat pergerakan dada, kolaborasi pemberian oksigen bila perlu dan auskultasi suara
napas tambahan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari laporan ini adalah mahasiswa mampu memaparkan hasil resume
keperawatan pada An. S.N dengan diagnosa Bronkopnemonia di RSUD Toto
Kabila Kab.Bone Bolango.

1
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan pelaksanaan resume keperawatan pada A.n. S.N dengan
diagnosa medis bronkopneumonia
1) Pengkajian pada pasien bronkopnemonia
2) Penetapan diagnoa keperawatan pada bronkopneumonia
3) Implementasikan Tindakan keperawatan pada bronkopnemonia
4) Evaluasi keperawatan pada pasien bronkopnemonia
C. Manfaat
1. Untuk mengetahui pengkajian pada pasien bronkopnemonia
2. Untuk mengetahui cara menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien
bronkopnemonia
3. Untuk mengetahui rencana keperawatan pada pasien bronkopnemonia
4. Untuk mengetahui implementasi keperawatan pada pasien bronkopnemonia
5. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan pada pasien bronkopnemonia

2
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
BRONKOPNEUMONIA

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi
Bronkopneumonia adalah peradangan parenkim paru yang di sebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang di tandai dengan gejala panas
tinggi gelisah dipsnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare serta batuk kering
dan produktif (Alexander, 2017).
Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas
sampai bronkioli atau penyebaran langsung melalui saluran pernapasan melalui
hematogen sampai ke bronkus (Sujono & Riyadi, 2019).
Bronkopneumonia adalah suatu radang paru-paru yang mempunyai
penyebaran bercak, teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam
bronki dan meluas ke parenkim paru (Smeltzer, dalam Dewi & Erawati, 2016).
2. Etiologi
Etiologi terjadinya bronkopneumonia dapat disebabkan dari beberapa
faktor. Berikut adalah penyebab bronkopneumonia antara lain:
a. Bakteri : Neumokokus, Streptokokus, Stafilokokus, Haemopilus influenza,
dan Klebsiela mycoplasma pneumonia.
b. Virus : virus adena, virus parainfluenza, virus influenza.
c. Jamur/fungi : Histoplasma, capsutu, koksidiodes.
d. Protozoa : penumokistis katini
e. Bahan kimia : aspirasi makanan/susu/isi lambung, keracunan hidrokarbon
(minyak tanah/bensin) (Riyadi, 2011 dalam Dewi & Erawati, 2016)
Faktor resiko penyebab bronkopneumonia antara lain :
a. Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)
b. Kekurangan nutrisi
c. Tidak mendapat asi yang cukup
d. Polusi udara dan kepadatan tempat tinggal

3
3. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
a. Biasanya didahului infeksi traktus respratori atas.
b. Demam (39 ⁰C – 40 ⁰C) kadang- kadang disertai kejang karena demam yang
tinggi.
c. Anak sangat geliasah dan adanya nyeri dada yang terasa di tusuk-tusuk, yang
dicetuskan oleh pernapasan dan batuk.
d. Pernapasan cepat dan dangkal disertai penapasan cuping hidung dan sianosis
sekitar hidung dan mulut.
e. Kadang - kadang disertai muntah dan diare.
f. Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi dan wheezing.
g. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipokisia apabila infeksinya serius.
h. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus yang menyebabkan
ateletaksis absorbsi
i. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan seperti : nyeri pleuritik, nafas
dangkal dan mendengkur, takipnea (nafas cepat).
j. Gerakan dada tidak simetris.
k. Diaforesis
l. Anoreksia
m. Malaise
n. Batuk kental, produktif. Sputum kuning kehijauan kemudian berubah
menjadi kemerahan atau berkarat. (Wijyaningsih, 2013 dalam Dewi &
Erawati, 2016).
4. Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan
oleh virus penyebab bronkopneumonia yang masuk ke saluran pernapasan
sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus dan jaringan sekitarnya.
Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan secret, sehingga terjadi
demam, batuk produktif ronchi positif dan mual. Setelah itu mikroorganisme tiba
di alveoli membentuk suatu proses peradanan yang meliputi empat stadium,
yaitu:
a. Stadium I/Hiperemia (4-12 jam pertama/kongesti) Disebut hiperemia,
mengacu pada respon perdangan permulaan yang berlangsung pada daerah

4
baru yang terinfeksi. Hal ini di tandai dengan peningkatan aliran darah dan
permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
b. Stadium II/Hepatiasi Merah (48 jam berikutnya) Disebut hepatiasi merah,
terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang
dihasilkan oleh pejamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus
yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit,
eritrosit, dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan
seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal
sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat,
yaitu selama 48 jam.
c. Stadium III/Hepatisasi Kelabu (3-8 hari) Disebut hepatisasi kelabu yang
terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang
terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang
cedera dan terjadi fagositostis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di
alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan
leukosit, warna menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami
kongesti.
d. Stadium IV/resolusi (7-12 hari) Disebut juga stadium resolusi yang terjadi
sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat
lisis diabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke struktrunya
semula. Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan secret,
sehingga terjadi demam, batuk produkif, ronchi positif dan mual.
(Wijayaningsih, 2013 dalam Dewi & Erawati, 2016).
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
a. Foto thoraks
Pada foto thoraks bronkopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada
satu atau beberapa lobus.
b. Laboratorium
Leukositosis dapat mencapai 15.000 - 40.000 mm3 dengan pergeseran ke kiri.
c. GDA: tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat
dan penyakit paru yang ada.
d. Analisa gas darah arteri bisa menunjukkan asidosis metabolik dengan atau
tanpa retensi CO2.
5
e. LED meningkat.
f. WBC (white blood cell) biasanya kurang dari 20.000 cells mm3
g. Elektrolit natrium dan klorida mungkin rendah.
h. Bilirubin mungkin meningkat.
i. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paruh terbuka menyatakan intranuklear
tipikal dan keterlibatan sistoplasmik. (Padila, 2013 dalam Dewi & Erawati,
2016).
6. Komplikasi
Komplikasi bronkopneumonia adalah sebagai berikut:
a. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
akibat kurangnya mobilisasi reflek batuk hilang apabila penumpukan sekret
akibat berkurangnya daya kembang paru-paru terus terjadi dan penumpukan
secret ini menyebabkan obstruksi bronkus intrinsic.
b. Emfisema adalah suatu keadaan di mana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat di suatu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah penumpukan pus dalam paru yang meradang.
d. Infeksi sistemik
e. Endocarditis adalah peradangan pada katup endokardial.
f. Meningitis adalah infeksi yang menyerang pada selaput otak. (Ngastiyah,
2012 dalam Dewi & Erawati, 2016).
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis pada pasien bronkopneumonia adalah :
1. Pasien diposisikan semi fowler 45⁰ untuk inspirasi maksimal.
2. Pemberian oksigen 1-5 lpm.
3. Infus KDN 1 500 ml/24 jam. jumlah cairan sesuai dengan berat badan,
kenaikan suhu dan status hidrasi.
4. Pemberian ventolin yaitu bonkodilator untuk melebarkan bronkus.
5. Pemberian antibiotic diberikan selama sekurang-kurangnya seminggu
sampai pasien tidak mengalami sesak nafas lagi selama tiga hari dan tidak
ada komplikasi lain.
6. Pemberian antipiretik untuk menurunkan demam.
7. Pengobatan simtomatis, Nebulizer, Fisioterapi dada.

6
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Kaji : bersihan jalan nafas, ada/tidaknya sumbatan pada jalan nafas,
distress pernafasan, tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan,
edema laring.
2) Breathing
Kaji : frekuensi nafas, usaha, dan pergerakan dinding dada, suara
pernafasan melalui hidung dan mulut, udara yang dikeluarkan dari jalan
nafas
3) Circulation
Kaji : denyut nadi karotis, tekanan darah, warna dan kelembaban
kulit, tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
4) Disability
Kaji : tingkat kesadaran, gerakan ekstremitas, GCS, ukuran pupil
dan responnya terhadap cahaya
5) Exposure
Kaji : tanda-tanda trauma yang ada
b. Pengkajian Sekunder
a. Akyivitas dan istrahat
Menurunya tenaga/ kegelisahan dan insomnia
b. sirkulasi
– Riwayat pembedahan
-Tekan darah bisa normal bisa juga meningkat
-Takikardi bisa juga
-Takikardi bisa terjadi
- bunyi jantung normal pada fase awal S2
-kulit mungkin pucat dingin
c. Integritas ego
keprihatinan selera makan, nausea perubahan barat badan
d. respirasi : gejala trauma kepala,kelambatan mental, disfungsi motoric
e. makanan dan cairan: kehilangan selera makan , farmasi, edema, perubahan
berat badan
7
A. b1. Breating
1. Insfeksi
Kesulitan bernafas, tampak dalam perubahan irama dan frekuensi napas
kedalaman normal, frekuensi napas 16 jam dengan intitude yang cukup
besar
2. Palpasi
Penormalan harus memperhatikan pelebaran ICS dan penurunan taktil
premitus yang terjadi: penyebab gagal napas.
3. Perkusi
Perkusi yang di lakukan dengan seksama dan dpat di temukan di dasreka
redup sampai darah dengan daerah napas
4. Auskultasi
Untuk menilai apakah ada bunyi napas tambahan weezing,ronkhi.serta
untuk menentukan dengan tepat, lokasi yang di dapat dari kelainan yang
ada.
B. b2. Blood
Monitor dampak gejala napas, pola napas kardiovaskuler meliputi kesadaran
hemodinamik seperti nadi, tekanan darah, dengan CRT
C. Brain
Pengkajian perubahan status mental penting di lakukan merupakan gejala
sekunder yang terjadi akibat gangguan perubahan gas di perlukan pemeriksaan
Gds untuk menetukan tingkat kesadaran.
D. b4 bloder
Pengukuran volume output urine perlu di lakukan karena berkaitan dengan
cairan oleh karena itu perlu memonitor adanya olgulasi
E. Bone
Dikaji adanya edema hemodinamik, penor, tanda-tanda infeksi pada
ekstremitas
2. Diagnosa
1) Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif :
8
1. Batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk
2. Sputum berlebih / obstruksi di jalan napas
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1. Dyspnea
2. Sulit bicara
3. Ortopnea
Objektif :
1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi nafas menurun
4. Frekuensi napas berubah
5. Pola napas berubah
6. Konsentrasi urin meningkat
7. Berat badan turun tiba-tiba
2) Gangguan Pertukaran Gas b.d ketidak seimbangan ventilasi-perfusi d.d :
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1. Dispnea
Objektif :
1. PCO2 meningkat/menuru n
2. PO2 menurun
3. Ph arteri meningkat/ menurun
4. Bunyi napas tambahan
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1. Pusing
2. Penglihatan Kabur
Objektif :
1. Aa Sianosis
2. Diaphoresis
3. Gelisah
4. Napas cuping hidung

9
5. Pola napas abnormal (cepat/ lambat, regular / ireguler, dalam / dangkal)
6. Warna kulit abnormal (mis. Pucat, kebiruan)
7. Kesadaran Menurun
3) Hipertermia b.d proses penyakit (mis. infeksi) d.d :
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif :
1. Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif :
1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takikardia
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat

10
3. Penyimpangan KDM

Penyebab (virus, bakteri, jamur)

Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Kuman berlebih Infeksi saluran


dibronkus pernafasan bawah

Prores peradangan Dilatasi Peradangan


pembuluh darah

Akumulasi secret Peningkatan


Dibronkus Eksudat masuk suhu tubuh
alveoli

Produksi sekret Hipertermia


berlebih Gangguan difusi
gas

Batuk tidak
Efektif Analisis gas
darah kurang

Bersihan
Gangguan
Jalan Nafas
Pertukaran
Tidak Efektif
Gas

11
4. Intervensi Keperawatan
NonNNo. Diagnose Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Setelah dilakukan Tindakan Menejemen Jalan Napas Dan Latihan Batuk
Efektif b.d proses infeksi d.d : keperawatan selama 6 jam maka di Efektif
Gejala dan Tanda Mayor harapkan Bersihan Jalan Napas Tindakan :
Subjektif : (tidak tersedia) Meningkat dengan criteria hasil : Observasi
Objektif : 1. Batuk efektif (Meningkat)
1. Monitor pola napas (Frekuensi, Kedalaman,
1. Batuk tidak efektif atau tidak 2. Produksi sputum
Usaha napas)
mampu batuk (Menurun)
2. Monitor buntu napas tambahan (mis. gurgling,
2. Sputum berlebih / obstruksi
mengi, wheezing, ronkhi kering)
di jalan napas
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Gejala dan Tanda Minor
Terapeutik
Subjektif :
4. Posisikan semi - fowler atau fowler
1. Dyspnea
5. Berikan minuman hangat
2. Sulit bicara
6. Lakukan fisioterapi dada, Jika perlu
3. Ortopnea
7. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
Objektif :
detik
1. Gelisah
8. Berikan oksigen, Jika perlu
2. Sianosis
Edukasi

12
3. Bunyi nafas menurun 9. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, Jika
4. Frekuensi napas berubah tidak kontra indikasi
5. Pola napas berubah 10. Ajarkan teknik batuk efektif
6. Konsentrasi urin meningkat Kolaborasi
7. Berat badan turun tiba-tiba 11. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, Jika perlu
2. Gangguan Pertukaran Gas Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi Tindakan
b.d ketidak seimbangan keperawatan selama 6 jam Observasi
ventilasi-perfusi d.d : diharapkan Pertukaran Gas 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
Gejala dan Tanda Mayor Meningkat dengan criteria hasil : napas
Subjektif : 1. Dispnea (Menurun) 2. Monitor pola nafas (seperti bradypnea, takipnea,
1. Dispnea 2. Bunyi napas tambahan hiperventilasi, kussmaul, chyne-stokes, biot,
Objektif : (Menurun) ataksik)
1. PCO2 meningkat/menuru n 3. PCO2 ( Membaik) 3. Monitor kemampuan batuk efektif
2. PO2 menurun 4. PO2 ( Membaik) 4. Monitor adanya produksi sputum

3. Ph arteri meningkat/ 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas

menurun 6. Auskultasi bunyi napas

4. Bunyi napas tambahan 7. Monitor saturasi oksigen

Gejala dan Tanda Minor 8. Monitor nilai AGD

Subjektif : Terapeutik

1. Pusing 9. Atur intervasl pemantauan respirasi sesuai

13
2. Penglihatan Kabur kondisi pasien
Objektif : 10. Dokumentasikan hasil pemantauan
1. Aa Sianosis Edukasi

2. Diaphoresis 11. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

3. Gelisah 12. Informasikan hasil pemantauan, Jika perlu

4. Napas cuping hidung


5. Pola napas abnormal (cepat/
lambat, regular / ireguler,
dalam / dangkal)
6. Warna kulit abnormal
(mis. Pucat, kebiruan)
7. Kesadaran Menurun
3. Hipertermia b.d proses Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia
penyakit (mis. infeksi) d.d : keperawatan selama 6 jam Observasi
Gejala dan Tanda Mayor diharapkan Termoregulasi 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis.
Subjektif : (tidak tersedia) Membaik dengan kriteria hasil : Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
Objektif : 1. Menggigil (menurun) penggunaan inkubator)
2. Suhu tubuh diatas nilai 2. Kulit merah (menurun) 2. Monitor suhu tubuh
normal 3. Kejang (menurun) 3. Monitor kadar elektrolit
Gejala dan Tanda Minor 4. Akrosianosis (menurun) 4. Monitor haluaran urine
Subjektif : (tidak tersedia) 5. Konsumsi oksigen 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia

14
Objektif : (menurun) Terapeutik
6. Kulit merah 6. Piloereksi (menurun) 6. Sediakan lingkungan yang dingin
7. Kejang 7. Vasokontrisi perifer 7. Longgarkan atau lepaskan pakaian
8. Takikardia (menurun) 8. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
9. Takipnea 8. Kutis memorata 9. Berikan cairan oral
10. Kulit terasa hangat (menurun) 10. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
9. Pucat (menurun) mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
10. Takikardi (menurun) 11. Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut
11. Takipnea (menurun) hipotermia atau kompres dingin pada dahi,
12. Bradikardi (menurun) leher, dada, abdomen, aksila)
13. Dasar kuku sianotik 12. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
(menurun) 13. Berikan oksigen, jika perlu
14. Hipoksia (menurun) Edukasi
15. Suhu tubuh (membaik) 14. Anjurkan tirah baring
16. Suhu kulit (membaik) Kolaborasi
17. Kadar glukosa darah 15. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
(membaik) intravena, jika perlu
18. Pengisian kapiler
(membaik)
19. Ventilasi (membaik)
20. Tekanan darah

15
(membaik)

16
BAB II
RESUME KEPERAWATAN

FORMAT ANALISIS KASUS


1. Identitas Klien
Nama : An. S.N No. RM : 00032801
Umur : 4 Bulan 11 Hari Tanggal masuk : 14 Juli 2022
Alamat : Desa kopi Tanggal Pengkajian : 14 Juli 2022
Jenis Kelamin : Perempuan Diagnosa Medis : Bronkopneumonia
Pekerjaan :-

2. Riwayat Pre Hospital


Keluhan Utama : Sesak Napas
Riwayat keluhan Utama : 
Pada saat dikaji pada tanggal 14 juli 2022 pukul 08:15 keluarga pasien mengatakan
pasien sesak sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit serta  demam yang naik turun,
pasien juga mengalami batuk berlendir ± 1 bulan , pasien tidak mampu mengeluarkan
sputum, frekuensi napas  72x/Menit dan suhu badan 38.5˚C SPO2 74% terdapat
bunyi napas tambahan ronchi.

Alasan Masuk Rumah Sakit :


Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 14 Juli 2022 pukul 04:20 wita dengan keluhan
sesak napas yang dirasakan sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit serta demam naik
turun sejak 1 bulan dengan frekuensi hilang timbul. Pasien juga mengalami
batuk berlendir ± 1 bulan, sudah berobat ke dokter umum tetapi tidak ada perubahan ,
dan sesak yang di alami pasien dirasakan semakin memberat sehingga keluarga pasien
membawa pasien segera ke Rumah Sakit Toto Kabila.
3. Pengkajian Primer
a. Airway
Jalan napas pasien tidak paten, terdapat sputum tapi tidak terdapat sumbatan jalan
napas seperti stridor, snoring, dan gurgling.
b. Breathing
Pasien mengalami sesak dengan aktivitas, pasien bernapas menggunakan
cupng hidung, pasien menggunakan otot bantu pernapasan bahu, frekuensi napas

17
pasien 72x/Menit, pasien, terpasang alat bantu pernapasan oksigen simple mask
dengan 5 Liter/Menit, Kedalaman napas pasien dangkal, pasien batuk ± 1 bulan,
terdapat bunyi napas tambahan ronchi
c. Cirkulation
a) Sirkulasi perifer : CRT <2 Detik
b) Frekuensi nadi : 127x/Menit
c) Irama : irama jantung reguler bunyi “Lub-Dup”
d) Denyut : denyut kuat dengan frekuensi 115/Menit
e) Ekstermitas : ekstermitas akral teraba hangat
f) Warna kulit : pasien tidak mengalami sianosis pasien tampak pucat tapi
tidak ada kemerahan.
g) Pengisian kapiler: CRT <2 Detik
h) Edema : tidak ada edema baik pada ekstermitas atas maupun bawah
d. Disability
Tingkat Kesadaran (AVPU)
1) Alert/ Perhatian
a. Voice respon/respon terhadap suara :
Pasien pada saat dipanggil namanya membuka mata secara spontan
b. GCS: 15 . Eye : 4, Motorik: 6, Verbal:5
2) Reaksi pupil terhadap cahaya :
Pupil pasien berespon mengecil ketika diberi cahaya penlight
3) Ukuran pupil : 3 mm
4. Triage : Kuning
5. Pengkajian sekunder
a. Riwayat penyakit sekarang
Pasien masuk rumah sakit di ruangan IGD dibawah oleh orang tua dengan
keluhan sesak napas serta demam naik turun frekuensi napas 72x/Menit dan suhu
badan 38.5˚C SPO2 74% terdapat bunyi napas tambahan ronchi, pasien batuk
dan tidak mampu mengeluarkkan sputum, pasien bernapas menggunakan cuping
hidng, serta otot bantu pernapasan bahu, hasil leukosit 25,3 10³/uL
b. Riwayat kesehatan lalu riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada kelurga yang memiliki riwayat penyakit
sebelumnya seperti dialami pasien sekarang.

18
c. Anamsesis singkat (AMPLE)
1) Alergis : Keluarga pasien mengatakan pasien saat ini tidak memiliki alergi
baik terhadap obat-obatan maupun alergi terhadap makanan.
2) Medikasi: Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mengonsumsi obat-
obatan sebelum masuk rumah sakit.
3) Last meal ( Terakhir kali makan) :Keluarga pasien mengatakan pasien belum
makan pasien hanya minum ASI dan terakhir kli diberik ASI yaitu pukul
07:30
4) Event of injury: Pasien tidak memiliki riwayat cedera
d. Pemeriksaan Head To Toe
1) Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala simetris, tidak terdapat lesi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada area kepala.
Rambut
Inspeksi  :Warna rambut merata yakni warna hitam, tidak ada kerontokan
rambut dan halus serta tampak nampak bersih.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada area kepala
Mata
Inspeksi: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, ukuran
3 mm, tidak ada benjolan ataupun perdarahan pada mata.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pad area mata
Hidung
Inspeksi: Bentuk hidung simetris, tidak ada benjolan pada hidung tidak ada
cairan yang keluar, tidak  ada perdarahan. Pasien terpasang oksigen simple
mask 5  Liter.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Mulut
Inspeksi: Mukosa lembab, pasien belum tumbuh gigi lidah pasien bersih,
tidak ada perdarahan pada mulut
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada area mulut
Telinga
Inspeksi : Bentuk telinga simetris antara kiri dan kanan,
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada telinga
Leher
19
Inspeksi : Tidak ada pembekakan pada kelenjar tiroid,
Palpasi : Tidak ada nyeri menelan, tidak ada peningkatan vena jugularis.
2) Dada
Pengkajian Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris, ekspansi paru abnormal terjadi pemanjangan
fase ekspirasi pasien bernapas menggunakan cuping hidung, pasien
menggunakakn otot bantu pernapasan tambahan dengan bahu.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada area dada
Perkusi : Bunyi sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi : Terdapat bunyi napas tambahan ronchi
Pengkajian jantung
Inspeksi : Bentuk dada simetris antara kiri dan kanan, tidak terdapat ictus
cardis.
Palpasi : Denyut ictus cardis teraba kuat pada bagian midclavikula sinistra
intecosta v
Perkusi : Bunyi pekak/datar pada batas kanan jantung dan batas kiri jantung
pada ics II dilinea parasternal kiri dan batas bawah kiri ics V mid clavikula
sedangkan batas kanan atas ics II parasternal kanan bawah III-IV parasternal
kanan.
Auskultasi : Terdengar bunyi BJI (S1) dan BJII (S2) BJI terdengar pada
katub mitral digaris midclavikula sinistra intercosta V dan katub trikuspidalis
terletak digaris parastenal sinistra sternal dextra intercosta II dan pada katub
pulmunal digaris sternal siniatra interkosta II terdapat bunti Lub (S1) dan
Dup (S2).
3) Abdomen
Inspeksi : Warna kulit merata tidak ada tanda-tanda inflamasi bentuk
abdomen normal tidak ada tanda-tanda peradangan.
Auskultasi: Bunyi bising usus 28x/menit, tidak ada asites, terdengar bunyi
timpani.
Perkusi : Terdengar bunyi timpani pada dasar lapang perut
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen.
4) Ekstermitas/muskoloskeletal
Tidak terdapat lesi pada bagian ekstermitas atas dan bawah tidak ada nyeri
tekan pada ekstermitas baik ekstermitas bawah ataupun atas.
20
Terdapat refleks/respon bisep dan trisep (positif) pada tangan (ekstermitas
atas) denyut arteri brachialis dan radialis teraba kuat dan jelas.
Ekstermitas bawah terdapat refleks pattela dan archiles positif teraba dengan
jelas denyut femoralis poplitea dan dorsalis pedis kekuatan otot normal
5555 5555
5555 5555
5) Kulit/intergumen
Tidak ada ruam, tidak ada garal, pasien tidak sianosis akral hangat integritas
kulit baik, turgor kulit normal.

21
6. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Hasil Laboratorium : 14 Juli 2022
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

Hematologi Rutin 11-7

Hemoglobin 8.3 g/dl 4,0-10,0

Leukosit 25.3 10/ul 4,00-6,20

Eritrosit 3,47 10/ul 35,0-55,0

Hematrokit 26,3 % 150-400


Trombosit 441 10/ul <15

Kimia darah

Gula darah 70 Mg/dl 1-3


Sewaktu

22
7. Terapi Medis
Nama Obat Indikasi Kontraindikasi Efek samping

Asering 6 Tpm Dehidrasi (syok -gagal jantung kongestif Hiperglikemia


hipovolemik dan - kerusakan ginjal -Iritasi lokal
asidosis) pada kondisi -Edema para yang di -Anuria
gastroenteriis akut, sebabkan oleh retensi - oliguria
demam berdarah, luka kandungan Na -kolaps sirkulasi
bakar, syok -hiperhidrasi dan -tromboflebitis,
hemorganik, dehidrasi hiperkloremia -Edema
berat, trauma -hipernatremia dan -hipokalemia
hiperproteinemia -hipomagnesia
-disosiasi hipofosfatemia
elektromekasnis
-jantung resustan
Sirosis hati dan retensi
cairan
Paracetamol 40 Paracetamol adalah Kontraindikasi pada -Sulit tidu
Mg/8 Jam/ IV obat analgesik non- pasien dengan riwayat - mual dan muntah
opiat yang berfungsi hipersensitivitas -perut bagian atas
untuk meredakan d3engan penyakit hepar terasa sakit
nyeri dan menurunkan aktif derajat berat. -Lelah yang tidak
demam, nyeri yang Jangka panjang, perlu di biasa
dapat di atasi dengan perhatikan pada pasien
paracetamol ringan dengan penyakit hepar
sampai berat, kronis dokompensata.
paracetamol dapat di
gunakan berupa
keluhan nyeri kepala,
nyeri otot, nyeri
punggung, dan
demam.
Cefotaxime Cefotaxime di Pasien dengan riwayat - Mual atau
2x200 Mg antaranya untuk alergi dan harus muntah

23
penatalaksanaan berhati- hati di gunakan - -sakit perut
infeksi saluran pada pasien dengan - Sakit kepala
pernafsan bawah, abnormalitas darah atau atau pusing,
infeksi ganitourinari, riwayat hipersensitivitas - Lidah sakit
infeksi kulit, infeksi terhadap penicillin atau bengkak
intra abdomen, infeksi
pada tulang atau sendi,
dan infeksi pada
sistem saraf pusat.
Gentamicin 2x20 Untuk mengatasi Adalah pasien dengan - Gatal
Mg infeksi bakteri ringan riwayat hipersensitivitas - Kemerahan
hingga berat pada terhadap aminoglikosida - Iritasi pada
berbagai bagian tubuh kulit yang di
mulai dari telinga luar, olesi obat
mata, kulit, hingga - Ititasi telinga
otak serta rasa
tersengat atau
terbakar
- Pendarahan

24
8. Analisa Data
No. Tgl/Jam Data Fokus Etiologi Problem
1. 14 Juli Data Subjektif : Penyebab (Virus, Bersihan jalan
2022 - Keluarga pasien bakteri, jamur) napas tidak
mengatakan pasien efektif
sesak sejak 2 hari Infeksi saluran
sebelum masuk rumah pernapasan dalam
sakit.
- Keluarga pasien Kuman berlebih di

mengatakan pasien Bronkus

batuk berlendir ± 1
bulan. Proses peradangan

Data Objektif : Akumulasi sekret di

- Frekuensi napas: bronkus

72x/menit
Produksi sekret
- SPO2 : 74%
berlebih
- Terdapat bunyi napas
tambahan ronchi
Batuk Tidak Efektif
- Terdapat sputum
- Pasien tidak mampu
Bersihan jalan napas
mengeluarkan sputum.
tidak efektif
- Frekuensi nadi :
127x/Menit
- Suhu badan : 38 ,5 ˚C
- Leukosit : 25,3 10³/uL
14 Juli Data Subjektif : Penyebab (Virus, Hipertermia
2022 - Keluarga pasien bakteri, jamur)
mengatakan pasien
demam naik turun sejak Infeksi saluran
1 bulan dengan pernapasan dalam
frekuensi hilang timbul
Infeksi saluran

25
Data Objektif : pernapasan bawah
- Suhu badan : 38˚C
- Akral hangat Peradangan
- Frekuensi nadi :
127x/menit Peningkatan suhu

- Frekuensi napas : tubuh

72x/menit
- Leukosit : 25,3 10³/uL Hipertermia

26
9. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d proses infeksi d.d sputum berlebih
b. Hipertermia b.d proses infeksi d.d suhu tubuh diatas normal.

27
INTERVENSI KEPERAWATAN

Inisial Pasien : An. S.N Ruangan : IGD Anak


No. Rm : 00032801
No Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
.
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan kepeawatan Manajemen jalan napas
Data Subjektif : selama 1x6 jam, maka bersihan jalan napas Observasi
- Keluarga pasien mengatakan pasien sesak meningkat, dengan kriteria hasil : 1. Monitor pola napas (frekuensi
sejak 2 sebelum masuk rumah sakit 1. Batuk efektif meningkat kedalaman usaha napas)
- Keluarga pasien mengatakan pasien batuk 2. Produksi sputum menurun 2. Monitor bunyi napas tambahan
berlendir ± 1 bulan. 3. Frekuensi napas membaik 3. Monitor sputum (jumlah, warna aroma)
Data Objektif : 4. Pola napas membaik Terapeutik
- Frekuensi napas: 72x/menit 4. Posisikan semi fowler atau fowler
- SPO2 : 74% 5. Lakukan pengisapan lendir kurang dari
- Terdapat bunyi napas tambahan ronchi 15 detik
- Terdapat sputum 6. Berikan oksigen jika perlu
- Pasien tidak mampu mengeluarkan sputum Kolaborasi
- Frekuensi nadi : 127x/Menit 7. Pemberian bronkodilator ekspektoran,

28
- Suhu badan : 38 ,5 ˚C mukotil jika perlu
- Leukosit : 25,3 10³/uL
2. Hipertermia b.d proses infeksi d.d : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen hipertermia
Data Subjektif : selama 1x6 jam maka hipertermia Observasi
- Keluarga pasien mengatakan pasien demam berkurang dengan kriteria hasil : 1. Monitor suhu tubuh
naik turun sejak 1 bulan dengan frekuensi 1. Suhu tubuh membaik 2. Identifikasi penyebab hipertermia
hilang timbul 2. Suhu kulit membaik Terapeutik
Data Objektif : 3. Longgarkan pakaian atau lepaskan
- Suhu badan : 38,5˚C pakaian
- Akral hangat 4. Lakukan pendinginan eksternal
- Frekuensi nadi : 127x/menit Edukasi
- Frekuensi napas : 72x/menit 5. Anjurkan tirah baring
- Leukosit : 25,3 10³/uL Kolaborasi
6. Kolaborasi cairan dan elektrolit
intravena

29
No Diagnosa Keperawatan Tgl/Jam Implementasi
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Evaluasi
.
Inisial Pasien : An. S.N Ruangan : IGD Anak
1. RmBersihan: 00032801
No jalan napas 14/07/22 1. Memonitor pola napas (frekuensi 13:00
tidak efektif b.d proses 08:30 kedalaman usaha napas) S:
infeksi d.d sputum d/h : - frekuensi napas : 72x/menit - Keluarga pasien mengatakan pasien
berlebih - Kedalaman napas pasien dangkal masih sesak
08:35 2. Memonitor bunyi napas tambahan - Keluarga pasien mengatakan pasien batuk
d/h : terdapat bunyi napas tambahan berlendir
ronchi O:
08:40
3. Memonitor sputum (jumlah, warna aroma) - Frekuensi napas :68x/menit
d/h : terdapat sputum berwana hijau - SPO2 : 86%
kekuningan - Terdapat bunyi napas tambahan ronchi
08:45
4. Mempoosisikan semi fowler atau fowler - Pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.
d/h : pasien dalam posisi semi fowler - Terdapat sputum
08:50
5. Lakukan pengisapan lendir kurang dari 15 - Hasil suction :4 cc sputum berwarna putih
detik kekuningan
d/h : terdapat sputum dengan jumlah 4 cc - Frekuensi nadi : 120x/Menit
08:53 dengan warna putih kekuningan - Suhu badan : 37.9 ˚C
6. Berikan oksigen jika perlu - Leukosit : 25,3 10³/uL

30
d/h : pasien terpasang alat bantu napas A : Masalah bersihan jalan tidak efektif belum
08:59 oksigen simple mask dengan 5 Liter teratasi
7. Melakukan Pemberian antibiotic P : Lanjutkan Intervensi
d/h : cefotaxime 2x200 mg dan gentamicin 1. Monitor pola napas (frekuensi
2x20 mg kedalaman usaha napas)
2. Monitor bunyi napas tambahan
3. Monitor sputum (jumlah, warna aroma)
4. Posisikan semi fowler atau fowler
5. Lakukan pengisapan lendir kurang dari
15 detik
6. Berikan oksigen jika perlu
7. Pemberian antibiotic jika perlu
2. Hipertermia b.d proses 08:32 1. Memonitor suhu tubuh 13:00
infeksi d.d suhu tubuh d/h : suhu tubuh pasien 38,5˚C S:
diatas normal 08:34 2. Mengidentifikasi penyebab hipertermia - Keluarga pasien menagatakan sdemam
d/h : dilihat dari hasil lab leuosit dari pasien berkurang
pasien tinggi 25,3 10³/uL karena pross O :
dari infeksi - Suhu badan : 37,7˚C
08:41
3. Melonggarkan pakaian atau lepaskan - Akral hangat

31
pakaian - Frekuensi nadi : 120x/menit
d/h : pasien menggunakan pakaian yang - Frekuensi napas : 68x/menit
longgar - SPO2 : 86%
08:46 4. Menganjurkan tirah baring - Leukosit : 25,3 10³/uL
d/h : posisi pasien dalam keadaan tirah A : Masalah hipertermia belum teratasi
baring ditempat tidur P : Lanjutkan Intervensi
08:51
5. Melakukan pendinginan ekternal 1. Monitor suhu tubuh
d/h : mengompres badan pasien dengan 2. Identifikasi penyebab hipertermia
air hangat guna untuk menurunkan 3. Longgarkan pakaian atau lepaskan
demam pakaian
08:55
6. Melakukan kolaborasi pemberian 4. Lakukan pendinginan eksternal
antipiretic 5. Anjurkan tirah baring
d/h : pemberian obat paracetamol drips 40 6. Kolaborasi pemberian antipiretic
mg/8 jam /Iv

32
BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Resume Keperawatan pada An. S.N dengan diagnosa medis
Bronkopnemonia Di Ruangan IGD Anak RSUD Toto Kabila dapar mengambil
kesimpulan :
1. Hasil pengkajian pada An.Sn.N didapatkan hasil data pasien keluhan sesak
napas serta demam naik turun frekuensi napas 72x/Menit dan suhu badan
38.5˚C SPO2 74% terdapat bunyi napas tambahan ronchi, pasien batuk dan
tidak mampu mengeluarkkan sputum, pasien bernapas menggunakan cuping
hidng, serta otot bantu pernapasan bahu, hasil leukosit 25,3 10³/uL
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus An.S.N yaitu Bersihan jalan
napas tidak efektif b.d proses infeksi d.d sputum berlebih dan Hipertermia b.d
proses infeksi d.d suhu tubuh diatas normal.
3. Rencana Keperawatan untuk mengatasi masalah pada An.S.N dengan diagnosa
pola napas tidak efektif yaitu “ Manajemen Jalan Napas” dan untuk diagnosa
Hipertermia intervensi yang diberikan yakni “ Manjaemen Hipertermia”.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada pembaca mengenai resume keperwatan
ini adalah :
1. Diharapkan agar pihak mahasiswa profesi NERS dapat melanjutkan ataupun
mengembangkan terkait resume keperawatan pada pasien dengan diagnosa
medis Bronkopnemonia.
2. Diharapkan agar hasil dari resume ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan
ataupun ilmu pengetahuan.

33
DAFTAR PUSTAKA

Akbar Asfihan (2019) Bronchopneumonia. Available at:


https://adalah.co.id/bronchopneumonia/.
Alexander & Anggraeni (2017) ‘Tatalaksana Terkini Bronkopneumonia pada Anak di
Rumah Sakit Abdul Moeloek’, Jurnal Kedokteran.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1 cetakan III.
Jakarta: Tim Pokja SDKI PPNI
PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 1 cetakan III.
Jakarta: Tim Pokja SDKI PPNI
PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 1 cetakan III.
Jakarta: Tim Pokja SDKI PPNI

34

Anda mungkin juga menyukai