Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

OKSIGENASI PADA KLIEN TUBERCULOSIS PARU DIRUANG


DAHLIA RSUD DR. SOEDIRMAN KEBUMEN

Karya tulis ilmiah ini disusun sebagsi salah satu persyaratan untuk memenuhi
tugas akhir program studi DIII Keperawatan

ASRI SUSANTI

A01401862

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK

2016/2017
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmattullohi wabarokattuh.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya , sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan pembuatan karya tulis ilmiah dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
PADA KLIEN TUBERCULOSIS PARU DIRUANG DAHLIA RSUD DR.
SOEDIRMAN KEBUMEN” penulisan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
akhir komprehensif di program studi DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah
Gombong.

Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini penulis telah menerima bantuan
dari berbagai pihak, oleh karena itu rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-
besarnya kami ucapkan kepada :

1. Herniyatun, M.Kep, Sp.Mat selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan


Muhammadiyah Gombong.
2. Nurlaila .S.Kep.Ns.M.Kep selaku ketua prodi DIII Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Gombong.
3. Bambang Utoyo M.Kep selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah.
4. Ike Mardiati, A.M.Kep.Sp.Kep.J selaku dosen pembimbing penulis di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
5. Supri Sugeng dan Suyati selaku orang tua penulis dan keluarga besar
tercinta yang senantisasa mendo’akan serta memberikan mendorong dan
memotivasi dalam penulisan karya tulisa ilmiah ini.
6. Yeni Nurlaela Wati selaku kakak tercinta yang selalu memberikan
semangat, dorongan serta dukungan bagi penulis dalam penyusunan karya
tulis ilmiah ini.
7. Teman-teman DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong
Angkatan Tahun 2016 /2017 yang tidak saya sebutkan satu persatu.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
2. Rumusan Masalah ................................................................................... 5
3. Manfaat .................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 7
2.1 Tinjauan Pustaka................................................................................... 7
BAB III METODE STUDI KASUS ................................................................ 20
1. Jenis/ desain/ rancangan ......................................................................... 20
2. Subjek studi kasus .................................................................................. 20
3. Fokus studi kasus ................................................................................... 21
4. Definisi operasional ................................................................................ 21
5. Instrumen studi kasus ............................................................................. 21
6. Metode pengumpulan data ..................................................................... 22
7. Lokasi & waktu studi kasus .................................................................... 22
8. Analisa data dan penyajian data ............................................................ 23
9. Etika studi kasus (mengacu pada etika penelitian) ................................. 23
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN...............................24
1. Hasil studi kasus.....................................................................................24
2. Pembahasan............................................................................................33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................49
1. Kesimpulan.............................................................................................49
2. Saran.......................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
KTI, Agustus 2017
Asri Susanti¹, Bambang Utoyo² M. Kep

ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI PADA KLIEN TUBERCULOSIS PARU DIRUANG
DAHLIA RSUD DR. SOEDIRMAN KEBUMEN

Latar Belakang: TB adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium Tuberculosis. Gejala pada pasien TB adalah batuk berdahak
selama 2-3 minggu atau lebih, batuk dahak bercampur darah, batuk darah, sesak
nafas, badan lemas, dada terasa nyeri, meriang lebih dari sebulan, nafsu makan
berkurang ,berat badan menurun dan berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik.
Tujuan: Menggambarkan asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi pada klien Tuberculosis paru diruang Dahlia.
Metode: Studi ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus
yaitu dengan melakukan wawancara/ interview, pengamatan observasi, tindakan
keperawatan dan studi dokumen. Subyeknya.
Hasil: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 hari, masalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak teratasi. Masalah
bersihan jalan nafas yang tidak efektif, gangguan pola tidur, dan gangguan
mobilitas fisik teratasi adalah 2 orang pasien tuberkulosis paru.
Kata kunci: Asuhan keperawatan, batuk efektif, oksigenasi
1. Mahasiswa
2. Dosen
DIII Program of Nursing Dapertment
Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong
Scientific Paper, August 2017
Asri Susanti¹ , Bambang Utoyo² M. Kep

ABSTRACT
THE NURSING CARE FOR PULMONARY TUBERCULOSIS PATIENT
WITH THE FULFILLMENT OF OXYGENATION NEEDS IN DAHLIA
WARD OF DR. SOEDIRMAN HOSPITAL OF KEBUMEN

Backround: Pulmonary tuberculosis is a contagious disease directly caused by


mycobacterium tuberculosis. Symptoms in patiens with pulmonary tuberculosis
are cough with phlegm for 2-3 weeks or more, cough with phlegm mixed with
blood, bleeding cough, shorthness of breath, body weekness, chest pain, fever
more than a month, decreasing appetite, decreasing weight, and nigth sweat day
without physical activity.
Objective: To describe nursing care for pulmonary tuberculosis patients with the
fulfillment of oxsigenation needs in Dahlia ward of dr. Soedirman hospital of
Kebumen.
Method: This scientific paper is an analytical descriptive with a case study
approach. Data were obtained through interview, physical examination, and
documentation study. The subjects were 2 pulmonary tuberculosis patients.
Result: After having nursing care for 2 days, the imbalance of nutrition less than
the body needs was not solvable. Ineffective airway clearnce, sleeping disorder,
and physical mobility disorder were solvable.
Keyword: Nursing care, effective cough technique, oxygenation
1. Student
2. Lecturer
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Menurut Depkes RI (2008), Penyakit Tuberkulosis paru (TB)
merupakan penyakit infeksi kronis menular yang sampai saat ini masih
menjadi masalah kesehatan, baik dinegara maju maupun negara
berkembang. Diperkirakan sekitar 9 juta penderita baru TB paru setiap
tahun dan 3 juta orang diantaranya meninggal dunia.
James Chin (2006), mengatakan Penyakit Tuberkulosis adalah
penyakit infeksi paru yang disebabkan oleh Mycrobacterium Tuberculosis,
penyakit TB pada paru-paru dikenal dengan Koch Pulmonum (KP).
Pada Pasien penyakit TB paru disetiap tahunnya bertambah dan
perlu penanganan khusus yaitu dengan cara pencegahan dan memberikan
penyuluhan pada keluarga dan pasien mengenai penyakit TB paru.Yang
menjadi perhatian pada TB paru adalah pasien banyak yang putus obat dan
banyak penderita TB yang menganggap TB adalah sakit flu biasa atau
karena kelelahan, dan diharapkan pasien dapat mengetahui tentang TB
paru terutama pada pencegahan agar keluarga atau orang-orang disekitar
penderita TB tidak tertular terutama pada penderita TB harus melakukan
pengobatan untuk pencegahan agar penyakit tidak bertambah parah dan
melakukan pengobatan yang dilakukan 6 bulan tanpa putus obat dengan
diharapkan pasien dapat sembuh dari TB paru.
Tahun 2009 di provinsi Jawa Tengah diperkirakan jumlah
penderita TB paru baru BTA positif sebanyak 36.594 kasus dari jumlah
penduduk 34,2 juta jiwa.
Temuan penderita TB paru di Kebumen, baru mencapai 21,1 %
tahun 2016 ini. Jumlah tersebut dari estimasi kemungkinan penderita TB
yang mencapai 10 % dari jumlah penduduk Kebumen.
Menurut PPTI (2015), TB adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis. TB juga dapat

1
2

menimbulkan gejala lain yaitu batuk dahak bercampur darah, batuk darah,
sesak nafas, badan lemas, dada terasa nyeri, meriang lebih dari sebulan,
nafsu makn berkurang, berat badan menurun dan berketingat malam hari
tanpa kegiatan fisik. Sebagian besar kuman TB menyerang paru-
paru,tetapi dapat jug menyerang organ atau bagian tubuh lainnya
(misalnya tulang, kelenjar, kulit). Penyakit ini dapat diderita oleh setiap
orang,terutama pada usia produktif atau masih aktif bekerja (15-50 tahun).
TB sangat berbahaya karena bisa menyebabkan seseorang meninggal dan
sangat mudah ditularkan kepada siapa saja dimana 1 orang pasien TB
dengan BTA positif bisa menularkan kepada 10-15 orang disetiap tahun.
50% dari pasien TB apabila tidak diobati setelah 5 tahun dapat
menyebabkan kematian
Pencegahan yang sudah dilakukan, penderita TB paru harus
menjalani pengobatan dan menggunakan masker didalam maupun diluar
ruangan agar virus yang dikeluarkan saat batuk atau bersin tidak menular
kepada orang-orang sekitar termasuk anggota keluarga. Untuk pencegahan
TB paru yang lainnya yaitu dengan mengubah pola makan bersih, rutin
membuka ventilasi ruangan dipagi hari agar cahaya matahari masuk dan
tidak lembab, rutin berolah raga, rutin kontrol ke rumah sakit atau
melakukan pengobatan selama 6 bulan tanpa putus obat, tidak meludah
disembarang tempat.
Menurut WHO (2014), menyatakan bahwa penyakit tuberkulosis
paru (TB) telah menjadi ancaman global hampir sepertiga penduduk dunia
telah terinfeksi TB. Menurut Kemenkes (2011), kematian yang
diakibatkan TB paru didunia sebanyak 95% dan 98% terjadi pada negara-
negara berkembang .TB paru masih menjadi masalah kesehatan global
utama. Hal ini menyebabkan kesehatan memburuk diantara jutaan orang
setiap tahun dan peringkat kedua penyebab utama kematian dari penyakit
menular diseluruh dunia setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Pada tahun (2014), WHO mengemukakan pada tahun 2013 didunia telah
3

ditemukan 9 juta penderita kasus TB paru dan 1,5 juta orang meninggal
karena TB paru.
Dampak penyakit TB paru bagi individu adalah penderita penyakit
TB menjadi sangat lemah, dan jika tidak diobati menyebabkan kesakitan
selama jangka panjang, kecacatan dan kematian. Kira-kira 50% penderita
penyakit TB paru yang tidak diobati akan meninggal. Dampak bagi
keluarga, jika penderita TB paru tidak segera diobati akan dapat
menularkan bakteri TB paru kepada keluarga dan tidak dapat bebas
bergaul jangan sampai menularkan bakteri TB paru.
Dampak penyakit TB paru bagi masyarakat. TB paru banyak
menyerang anggota masyarakat golongan ekonomi lemah, sehingga
menambah tingkat kemiskinan. TB dapat menyebabkan kecacatan dan
kematian. Adapun dampak yang menyebabkan kekurangan oksigen,
kekurangan oksigen akan menurunkan cadangan energi tubuh. Tubuh akan
merasa mudah lelah, tanpa oksigen dalam waktu tertentu, sel tubuh akan
mengalami kerusakan menetap dan dapat menimbulkan kematian. Otak
merupakan bagian sensitive terhadap kekurangan oksigen. Otak masih
menoleransi kekurangan oksigen antara 3-5 menit, apabila kekurangan
oksigen lebih dari 5 menit, dapat menimbulkan kerusakan sel otak secara
permanen. Selain itu kekurangan oksigen bisa menyebabkan penurunan
berat badan akibat nafsu makan berkurang. Hal ini sangat tampak pada
pada orang-orang perokok berat sehingga keseimbangan oksigen akan
terganggu, salah satunya karena meningkatnya kadar CO² yang berasal
dari asap rokok. Kekurangan oksigen juga dapat mengakibatkan hipoksia.
Penanganan oksigenasi dengan pemberian terapi oksigenasi, jika
ada hambatan di jalan nafas karena penumpukan sekret maka harus
dilakukan terapi nebulizer untuk mengencerkan sekret agar mudah
dikeluarkan dan untuk memudahkan pengeluaran sekret dilakukan teknik
batuk efektif.
Pemberian terapi oksigen dapat menggunakan nasal kanul yaitu
pada klien yang memerlukan oksigen secara kontineu dengan kecepatan
4

aliran 1-6 liter/menit serta konsentrasi 20-40 %, dengan cara memasukan


selang yang terbuat dari plastik ke dalam hidung dan mengaitkannya
kebelakang telinga. Panjang selang yang dimasukkan ke dalam lubang
hidung hanya berkisar 0,6-1,3 cm. Pemberian oksigen dengan pemasangan
nasal kanul merupakan cara yang paling mudah, relatif nyaman, mudah
digunakan dan cocok untuk segala umur, cocok untuk pemasangan jangka
pendek dan jangka panjang dan juga efektif dalam mengirimkan oksigen.
Pemakaian nasal kanul tidak akan mengganggu saat melakukan aktifitas,
seperti berbicara atau makan. Adapun pemberian oksigen dengan
menggunakan masker oksigen, yang dialiri oksigen dengan posisi
menutupi hidung dan mulut. Aryani (2009), mengatakan ada macam-
macam masker oksigen yaitu simple face mask, dengan mengalirkan
oksigen dengan konsentrasi 40-60% dengan kecepatan aliran 5-8
liter/menit. Menurut Tarwoto & wartonah (2010), rebreathing mask
mengalirkan oksigen 60-80% dengan kecepatan aliran 8-12 liter/menit dan
non rebreathing mask mengalirkan oksigen dengan konsentrasi 80-100%
dengan kecepatan aliran 10-12 liter/menit.
Menurut Depkes RI (2008), sejak tahun 2000 Indonesia telah
berhasil mencapai dan mempertahankan angka kesembuhan sesuai dengan
target global, yaitu minimal 85% penemuan kasus TB di Indonesia di
tahun 2006 adalah 76%, keberhasilan pengobatan TB dengan DOTS di
tahun 2004 adalah 83% dan meningkat menjadi 91% di tahun 2005.
Menurut Pranowo (2008), pada dasarnya jika sputum tidak segera
dikeluarkan maka akan menjadi gumpalan sekresi pernafasan pada area
jalan nafas dan paru-paru sehingga menutup sebagian jalan nafas yang
kecil sehingga menyebabkan ventilasi menjadi tidak adekuat dan
gangguan pernafasan, maka tindakan yang harus dilakukan adalah
mobilisasi sputum
Pada tahun 2011, Nugroho mengemukakan batuk efektif
merupakan salah satu upaya untuk mengeluarkan dahak dan menjaga paru-
paru agar tetep bersih, disamping dengan pemberian tindakan nebulizer.
5

Teknik batuk efektif merupakan tindakan untuk membersihkan sekresi dan


saluran nafas. Tujuan dari terapi batuk efektif adalah untuk meningkatkan
ekspansi paru, mobilisasi paru, mencegah efek samping dan retensi sekresi
seperti pneumonia, etelectasis, dan demam.
Menurut Depkes (2007), dengan batuk efektif pasien tidak harus
mengeluarkan banyak tenaga untuk mengeluarkan sekret. Caranya adalah
sebelum dilakukan batuk klien dianjurkan untuk inspirasi dalam. Hal ini
dilakukan selama dua kali. Kemudian setelah inspirasi ketiga, anjurkan
klien untuk membatukkan dengan kuat.
Menurut NANDA (2008), ketidakefektifan bersihan jalan nafas
adalah ketidakmampuan dalam memberssihkan sekresi atau obstruksi dari
saluran pernafasan untuk menjaga bersihan jalan nafas. Batasan
karakteristik dari ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah batuk yang
tidak efektif, penurunan bunyi nafas, suara nafas tambahan, sputum dalam
jumlah berlebih, sianosis, kesulitan bicara, mata terbuka lebar, perubahan
frekuensi nafas, perubahan irama nafas, dan sianosis, gelisah. Menurut
Djuantoro (2014), adanya gangguan pada sistem pernafasan dapat
mengganggu oksigensi dan menyebabkan hipoksemia dan selanjutnya
berkembang denga cepat menjadi hipoksia berat, serta penurunan
kesadaran.
Pertukaran gas merupakan kondisi pada individu yang mengalami
penurunan gas baik O² maupun CO² antara alveoli paru-paru dan sistem
vaskular.
2. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran asuhan keperawatan dengan pasien Tuberculosis
paru dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi?
Tujuan
a. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan pasien Tuberculosis paru dalam
pemenuhan kebutuhan oksigenasi
Tujuan Khusus
6

1. Mampu memberikan pengkajian pada pasien TB paru


2. Mampu mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada pasien TB
paru
3. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien
dengan TB paru
4. Mampu mendeskripsikan implementasi keperawatan pada klien TB
paru
5. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada klien dengan
TB paru
6. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan TB paru
3. Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Menjadi informasi dalam memperoleh pengetahuan dan
pengembangan praktik keperawatan khususnya dalam bidang
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien tuberculosis paru
b. Bagi Institusi
Menjadi bagian kepustakaan dan perbandingan pada penanganan kasus
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien tuberkulosis
c. Bagi rumah sakit
Memberikan bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan pelayanan keperawatan khususnya pada pasien dengan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien tuberculosis.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner., & Suddart. (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
ECG

Bimoariatejo. (2009). Law Back Pain (LBP). Diambil 22 Januari 2014 dari Back
Pain Forum

Chin, J. (2007). Manual Pemberantasan Penyakit Menular, 17 ed. Infomedia:

Jakarta.

Carpetino, (2009: 772), Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis,


EGC: Jakarta

Depkes RI. (2007). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. Dapertemen Kesehatan


Republik Indonesia.

Depkes RI. (2008). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. Dapertemen Kesehatan


Republik Indonesia

Djuantoro, D. (2014). Buku Ajar Ilustrasi Patofosiologi. Tanggerang: Binarupa


Aksara

Doengoes., M.E. (2006). Nursing Care Plans: Guidelines for Individualizing


Client Care Across the Life Span. Publisher: Davis Company., F.A. USA

Herdman., T.H. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-


2014. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC

Hidayat., A.A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep


dan Proses Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta

Kemenkes. (2011). Profil Data Kesehatan Indonesia. Jakarta. Kementrian


Republik Indonesia

NANDA Internasional. (2008). Nanda Internasional Nursing Diagnosis:


Definision&Classification 2009-2011. Philadelphia: John Wiley&Sons
NANDA NIC-NOC. (2013). Aplikasi Asuhan Keparawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Edisi Revisi Jilid 1. Jakarta : ECG

Nugroho., Y. A., Kristianti E.E. (2011). Batuk Efektif dalam Mengeluarkan


Dahak pada Pasien dengan Ketidakefektifan Jalan Nafas di Instalasi
Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Baptis Kediri. Jurnal STIKES RS Baptis
Kediri.

PPTI. (2015). Hari Tuberculosis Sedunia. Jakarta.

Puspa, S. Almatsier, S., (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka

Suarli, S & Bachtiar. (2009). Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan


Praktek. Jakarta: Erlangga

Syaifudin. (2011). Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk


Keperawatan dan Kebidanan, Edisi 4. Jakarta: ECG

Syamsyudin, Keban,. Adriani S. (2013). Buku Ajar Farmakologi Gangguan


Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika

Wartonah, Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.


Jakarta

WHO. 2014. Global Tuberculosis Report 2014.

Wilkinson, J.M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa: Esty
Wahyuningsih, editor bahasa Indonesia, Dwi widarti.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai