Karya tulis ilmiah ini disusun sebagsi salah satu persyaratan untuk memenuhi
tugas akhir program studi DIII Keperawatan
ASRI SUSANTI
A01401862
TAHUN AKADEMIK
2016/2017
KATA PENGANTAR
Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini penulis telah menerima bantuan
dari berbagai pihak, oleh karena itu rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-
besarnya kami ucapkan kepada :
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI PADA KLIEN TUBERCULOSIS PARU DIRUANG
DAHLIA RSUD DR. SOEDIRMAN KEBUMEN
Latar Belakang: TB adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium Tuberculosis. Gejala pada pasien TB adalah batuk berdahak
selama 2-3 minggu atau lebih, batuk dahak bercampur darah, batuk darah, sesak
nafas, badan lemas, dada terasa nyeri, meriang lebih dari sebulan, nafsu makan
berkurang ,berat badan menurun dan berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik.
Tujuan: Menggambarkan asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi pada klien Tuberculosis paru diruang Dahlia.
Metode: Studi ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus
yaitu dengan melakukan wawancara/ interview, pengamatan observasi, tindakan
keperawatan dan studi dokumen. Subyeknya.
Hasil: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 hari, masalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak teratasi. Masalah
bersihan jalan nafas yang tidak efektif, gangguan pola tidur, dan gangguan
mobilitas fisik teratasi adalah 2 orang pasien tuberkulosis paru.
Kata kunci: Asuhan keperawatan, batuk efektif, oksigenasi
1. Mahasiswa
2. Dosen
DIII Program of Nursing Dapertment
Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong
Scientific Paper, August 2017
Asri Susanti¹ , Bambang Utoyo² M. Kep
ABSTRACT
THE NURSING CARE FOR PULMONARY TUBERCULOSIS PATIENT
WITH THE FULFILLMENT OF OXYGENATION NEEDS IN DAHLIA
WARD OF DR. SOEDIRMAN HOSPITAL OF KEBUMEN
PENDAHULUAN
1
2
menimbulkan gejala lain yaitu batuk dahak bercampur darah, batuk darah,
sesak nafas, badan lemas, dada terasa nyeri, meriang lebih dari sebulan,
nafsu makn berkurang, berat badan menurun dan berketingat malam hari
tanpa kegiatan fisik. Sebagian besar kuman TB menyerang paru-
paru,tetapi dapat jug menyerang organ atau bagian tubuh lainnya
(misalnya tulang, kelenjar, kulit). Penyakit ini dapat diderita oleh setiap
orang,terutama pada usia produktif atau masih aktif bekerja (15-50 tahun).
TB sangat berbahaya karena bisa menyebabkan seseorang meninggal dan
sangat mudah ditularkan kepada siapa saja dimana 1 orang pasien TB
dengan BTA positif bisa menularkan kepada 10-15 orang disetiap tahun.
50% dari pasien TB apabila tidak diobati setelah 5 tahun dapat
menyebabkan kematian
Pencegahan yang sudah dilakukan, penderita TB paru harus
menjalani pengobatan dan menggunakan masker didalam maupun diluar
ruangan agar virus yang dikeluarkan saat batuk atau bersin tidak menular
kepada orang-orang sekitar termasuk anggota keluarga. Untuk pencegahan
TB paru yang lainnya yaitu dengan mengubah pola makan bersih, rutin
membuka ventilasi ruangan dipagi hari agar cahaya matahari masuk dan
tidak lembab, rutin berolah raga, rutin kontrol ke rumah sakit atau
melakukan pengobatan selama 6 bulan tanpa putus obat, tidak meludah
disembarang tempat.
Menurut WHO (2014), menyatakan bahwa penyakit tuberkulosis
paru (TB) telah menjadi ancaman global hampir sepertiga penduduk dunia
telah terinfeksi TB. Menurut Kemenkes (2011), kematian yang
diakibatkan TB paru didunia sebanyak 95% dan 98% terjadi pada negara-
negara berkembang .TB paru masih menjadi masalah kesehatan global
utama. Hal ini menyebabkan kesehatan memburuk diantara jutaan orang
setiap tahun dan peringkat kedua penyebab utama kematian dari penyakit
menular diseluruh dunia setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Pada tahun (2014), WHO mengemukakan pada tahun 2013 didunia telah
3
ditemukan 9 juta penderita kasus TB paru dan 1,5 juta orang meninggal
karena TB paru.
Dampak penyakit TB paru bagi individu adalah penderita penyakit
TB menjadi sangat lemah, dan jika tidak diobati menyebabkan kesakitan
selama jangka panjang, kecacatan dan kematian. Kira-kira 50% penderita
penyakit TB paru yang tidak diobati akan meninggal. Dampak bagi
keluarga, jika penderita TB paru tidak segera diobati akan dapat
menularkan bakteri TB paru kepada keluarga dan tidak dapat bebas
bergaul jangan sampai menularkan bakteri TB paru.
Dampak penyakit TB paru bagi masyarakat. TB paru banyak
menyerang anggota masyarakat golongan ekonomi lemah, sehingga
menambah tingkat kemiskinan. TB dapat menyebabkan kecacatan dan
kematian. Adapun dampak yang menyebabkan kekurangan oksigen,
kekurangan oksigen akan menurunkan cadangan energi tubuh. Tubuh akan
merasa mudah lelah, tanpa oksigen dalam waktu tertentu, sel tubuh akan
mengalami kerusakan menetap dan dapat menimbulkan kematian. Otak
merupakan bagian sensitive terhadap kekurangan oksigen. Otak masih
menoleransi kekurangan oksigen antara 3-5 menit, apabila kekurangan
oksigen lebih dari 5 menit, dapat menimbulkan kerusakan sel otak secara
permanen. Selain itu kekurangan oksigen bisa menyebabkan penurunan
berat badan akibat nafsu makan berkurang. Hal ini sangat tampak pada
pada orang-orang perokok berat sehingga keseimbangan oksigen akan
terganggu, salah satunya karena meningkatnya kadar CO² yang berasal
dari asap rokok. Kekurangan oksigen juga dapat mengakibatkan hipoksia.
Penanganan oksigenasi dengan pemberian terapi oksigenasi, jika
ada hambatan di jalan nafas karena penumpukan sekret maka harus
dilakukan terapi nebulizer untuk mengencerkan sekret agar mudah
dikeluarkan dan untuk memudahkan pengeluaran sekret dilakukan teknik
batuk efektif.
Pemberian terapi oksigen dapat menggunakan nasal kanul yaitu
pada klien yang memerlukan oksigen secara kontineu dengan kecepatan
4
Brunner., & Suddart. (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
ECG
Bimoariatejo. (2009). Law Back Pain (LBP). Diambil 22 Januari 2014 dari Back
Pain Forum
Jakarta.
Puspa, S. Almatsier, S., (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka
Wilkinson, J.M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa: Esty
Wahyuningsih, editor bahasa Indonesia, Dwi widarti.Jakarta: EGC