Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN AKIBAT ASMA


DI PUSKESMAS SANGKANHURIP

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Pendidikan profesi Ners
Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh : Asri Marliaty


NPM 4121192

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERNAFASAN AKIBAT ASMA DI PUSKESMAS SANGKANHURIP”
Tidak lupa shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada baginda
Rasulullah SAW, juga kepada keluarga-Nya, sahabat-Nya, dan mudah- mudahan
sampai kepada kita selaku umat-Nya. Amin.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga bantuan yang telah
diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Penyusun juga menyadari bahwa
laporan atau makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik
yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Dan penyusun mohon
maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan pada makalah ini. Penyusun
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang
membacanya.

Bandung, Juni 2022

Penulis

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2
C. Manfaat Penulisan ................................................................................... 3
D. Sistematika Penulisan ............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Penyakit Hipertensi .......................................................... 5
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Pasien Hipertensi ............... 11
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus ...................................................................................... 20
B. Pembahasan ......................................................................................... 28
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................................... 30
B. Saran ..................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang masih menjadi
masalah kesehatan diseluruh dunia, hal ini dikarenakan penyakit yang
sudah tidak asing lagi dimasyarakat. Semua tingkatan umur dapat
mengalami penyakit ini baik di negara maju maupun di negara
berkembang. Awalnya penyakit ini disebabkan oleh faktor genetik, tetapi
saat ini bukan faktor genetik penyebab utama, melainkan karena polusi
udara yang tidak baik bagi kesehatan masyarakat.Asma adalah penyakit
inflamasi (peradangan). Saluran napas penyandang asma umumnya
menjadi merah dan meradang. Asma sangat terkait dengan alergi. Alergi
dapat memperparah asma. Namun demikian, tidak semua penyandang
asma mempunyai alergi, dan tidak semua orang yang mempunyai alergi
menyandang asma.(Bull & Price, 2007)
Penyakit asma berasal dari Bahasa Yunani yaitu ‟Ashtma‟ yang
berarti “sukar bernafas “. Asma merupakan penyakit saluran napas kronik
yang saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di
berbagai negara di dunia. Asma dapat bersifat menetap dan mengganggu
aktivitas bahkan kegiatan harian. Produktivitas yang menurun akibat
mangkir kerja ataupun sekolah, dan dapat menimbulkan disability
(kecacatan), sehingga menambah penurunan produktivitas serta
menurunkan kualitas hidup. (Prov, 2018)
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO), pada
tahun 2016 dinyatakan bahwa perkiraan jumlah penderita asma bronchial
seluruh dunia adalah 325 juta orang dengan angka prevalensi yang terus
meningkat terutama pada anak-anak, tercatat pada tahun 2015 sebanyak
383.000 orang meninggal karena asma bronchial. Asma bronchial
merupakan masalah kesehatan yang banyak ditemukan di masyarakat
dan memiliki angka kesakitan dan kematian yang tinggi.
Saat ini diperkirakan sebanyak 235 juta orang menderita asma
bronchial di dunia (WHO, 2017).
Asma bronchial memiliki hubungan dengan insomnia dan masalah
tidur lainnya. Gangguan kualitas tidur dan desaturasi pada pasien asma
bronchial memiliki resiko tinggi mengalami hipertensi pulmonal akibat
hipoksemia (Surani, 2013). Gangguan tidur pada pasien asma bronchial
dapat menyebabkan seseorang mengalami hambatan lingkungan, kurang
kontrol tidur, kurang privasi, restraint fisik, ketiadaan teman tidur, tidak
familiar dengan peralatan tidur ( Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
Gangguan pola tidur merupakan kondisi ketika seseorang
mengalami kelainan pada tidurnya dan mempengaruhi kualitas tidur. Hal
ini akan menimbulkan penurunan kualitas tidur yang berakibat pada
kesehatan dan keselamatan penderitanya (Marmi, 2014).
Di Indonesia pada tahun 2015 kematian akibat penyakit asma
bronchial 16% balita yang diperkirakan 920.136 balita. Secara nasional
terdapat 3,55% penderita asma bronchial atau (Profil Kesehatan
Indonesia, 2016). Di provinsi Jawa Timur sebesar 4,45% yang menderita
penyakit asma bronchial (Profil Kesehatan Indonesia, 2016). Di daerah
Pasuruan mendapat peringkat-2 se-Jawa Timur di perkiraakan sebesar
172 per 1000 penduduk yang menderita asma bronchial (Profil Kesehatan
Jawa Timur, 2016). Pada tahun 2015, penyakit asma bronchial berada
pada urutan ke-4 dengan jumlah pasien 2.965 orang, pada tahun 2016
berada pada urutan ke-7 dengan jumlah pasien 2.658 orang (Riskesdas,
2017).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
asma.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien yang
mengalami asma.
b) Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien yang
mengalami asma.
c) Mampu menyusun perencanaan keperawatan pada pasien yang
mengalami asma.
d) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien yang
mengalami asma.
e) Mampu melaksanakan evaluasi tindakan keluarga pada pasien
yang mengalami asma.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan meningkatkan mutu pelayanan pada
pasien dengan asma.
2. Bagi Puskesmas
Diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi Puskesmas dalam
upaya meningkatkan mutu dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien asma bronchial.
3. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Makalah ini diharapkan berguna untuk mengembangkan dan
menambah pengetahuan yang telah ada tentang asma bronchial
sehingga dapat menurunkan angka kesakitan.

D. Sistematika Penulisan
Secara sistematika laporan tugas akhir ini dibagi dalam 4 bab
yaitu: Bab satu yang berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab dua terbagi menjadi dua pembahasan yang pertama
membahas mengenai konsep dasar penyakit yang terdri dari definisi,
anatomi fisiologi, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan
diagnostik, penatalaksanaan dan kompliasi. Yang kedua yaitu konsep
dasar asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosis medis,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Bab tiga berisi tinjauan kasus dan pembahasan, tinjauan kasus
terdiri dari pengkajian, klasifikasi data, analisa data, perumusan diagnosa
keperawatan, intervensi atau perencanaan, implementasi atau tindakan
yang telah di lakukan, dan evaluasi. serta pembahasan yang berisi
perbandingan atau perbedaan antara konsep proses keperawatan secara
teoritis dengan kasus nyata yang ditemukan di lapangan dengan
kesenjangan tersebut nantinya akan dibahas berdasarkan hasil
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.
Kemudian pada bab empat adalah bab penutup yang berisi
kesimpulan dari seluruh penulisan laporan tugas akhir dan saran yang
ditunjukan untuk perbaikan selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit Asma


1. Pengertian
Asma merupakan penyakit inflamasi obstruktif yang ditandai
dengan periode episodik spasme otot –otot polos dalam dinding
saluran udara bronkhial (spasme bronkus). Spasme bronkus ini
menyempitkan jalan napas,sehingga membuat pernapasan menjadi
lebih sulit dan menimbulkan mengi. (Yasmin Asih & Effendy, 2004)
Asma bronchial adalah penyakit inflamasi kronik pada jalan
nafas dan dikarakteristikkan dengan hiperresponsivitas, produksi
mukus, dan edema mukosa. Inflamasi ini berkembang menjadi
episode gejala asma bronchial yang berkurang yang meliputi batuk,
nyeri dada, mengi dan dispnea. Penderita asma bronchial mungkin
mengalami periode gejala secara bergantian dan berlangsung dalam
hitungan menit, jam, sampai hari (Brunner & Suddarth, 2017)..

2. Etiologi
Menurut Global Initiative for Asthma tahun 2016, faktor resiko
penyebab asma bronchial di bagi menjadi tiga kelompok yaitu:
1) Faktor genetik
a) Atopi/alergi
Hal yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya.
b) Hipereaktivitas bronkus
Saluran nafas sensitif terhadap berbagai rangsangan alergen maupun
iritan.
c) Jenis kelamin
Anak laki-laki sangat beresiko terkena asma bronchial sebelum usia
14 tahun, prevalensi asma pada anak laki-laki adalah 1,5-2 kali
dibanding anak perempuan
d) Ras/etnik
e) Obesitas
Obesitas atau peningkatan/body mass index (BMI), merupakan faktor
resiko asma.
2) Faktor lingkungan
a) Alergen dalam rumah (tungau debu rumah, spora jamur, kecoa,
serpihan kulit binatang seperti anjing, kucing, dan lain sebagainya).
b) Alergen luar rumah (serbuk sari, dan spora jamur).
c) Faktor lain
(1) Alergen dari makanan.
(2) Alergen obat-obatan tertentu
(3) Exercise-induced asthma

3. Tanda dan Gejala


Gejala-gejala yang lazim muncul pada asma bronchial adalah
batuk dispnea dan mengi. Selain gejala di atas ada beberapa gejala
yang menyertai di antaranya sebagai berikut (Mubarak 2016 :198) :
1) Takipnea dan Orthopnea
2) Gelisah
3) Nyeri abdomen karena terlibat otot abdomen dalam pernafasan
4) Kelelahan
5) Tidak toleran terhadap aktivitas seperti makan berjalan bahkan
berbicara
6) Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam
dada disertai pernafasan lambat
7) Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang di banding inspirasi
8) Gerakan-gerakan retensi karbondioksida, seperti
berkeringat,takikardi dan pelebaran tekanan nadi
9) Serangan dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam
dan dapat hilang secara spontan

4. Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara
penderita asma bronchial adalah spasme otot polos edema dan
inflamasi memakan jalan nafas dan edukasi muncul intra minimal, sel-
sel radang dan deris selular. Obstruksi menyebabkan pertambahan
resistensi jalan udara yang merendahkan volume ekspirasi paksa dan
kecepatan aliran penutupan prematur jalan udara, hiperinflamasi patu.
Bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi
pernafasan dapat menyebabkan gangguan kebutuhan istirahat dan
tidur. walaupun, jalan nafas bersifat difusi, obstruksi menyebabkan
perbedaan suatu bagian dengan bagian lain ini berakibat perfusi
bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi yang menyebakan
kelainan gas-gas terutama CO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi disaluran nafas antibodi COE berikatan
dengan alergi degrenakulasi sel mati, akibat degrenakulasi tersebut
histomin di lepaskan. Histomin menyebabkan kontruksi otot polos
bronkiolus. Apabila respon histamin juga merangsang pembentukuan
mulkus dan peningkatan permiabilitas kapiler maka juga akan terjadi
kongesti dan pembangunan ruang intensium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memerlukan respon
yang sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergi atau sel-sel mestinya
terlalu mudah mengalami degravitasi dimanapun letak
hipersensitivitas respon peradangan tersebut. Hasil akhirnya adalah
bronkospasme, pembentukan mukus edema dan obstruksi aliran
udara (Amin, 2015).

5. Klasifikasi
Asma dibedakan menjadi 2 jenis (Amin Huda Nurarif & Hardhi
Kusuma, 2015) :
1. Asma Bronkial
Penderita asma bronkial, hiperaktif dan hipersensitif terhadap
rangsangan dari luar, seperti asap kendaraan, bulu binatang, debu
dalam rumah, dan bahan laim yang menyebabkan alergi. Gejala
kemunculannya sangat mendadak sehingga serangan bisa datang
secara tiba – tiba. Jika tidak segera mendapatkan pertolongan,
kematian bisa terjadi pada penderita tersebut. Gejala pada asma
bronkial bisa terjadi adanya radang yang mengakibatkan penyempitan
saluran pernafasan. Penyempitan ini akibat dari berkerutnya otot
saluran pernafasan, pembengkakan saluran lendir, dan pembentukan
timbunan lendir yang berlebihan.
2. Asma Kardial
Asma yang ditimbulkan akibat adanya kelainan jantung. Gejala
yang dialami penderita asma kardial biasanya adanya sesak nafas
yang hebat dan terjadi pada malam hari. Pada panduan dari National
Asthma Education and Prevenion Program (NAEPP), klasifikasi
tingkat keparahan asma dibedakan pada 3 kategori, yaitu umur 0-4
tahun, umur 5-11 tahun, dan umur > 12tahun – dewasa.
Perbedaannya sebagai berikut (Masriadi, 2016) :
a. Kategori umur 0 – 4 tahun
Fungsi paru tidak menjadi parameter gangguan. Karena anak
dibawah usia 4 tahun masih sulit dilakukan uji fungsi paru. Pada
kategori usia ini dikatakan asma persisten jika dalam 6 bulan terjadi 2
serangan dan membutuhkan steroid oral atau episode mengi
sebanyak ≥ 4 episode setahun, lamanya lebih dari sehari, memiliki
faktor resiko untuk asma persisten.
b. Kategori umur 5 – 11 tahun dan umur ≥ 12 tahun – dewasa,
terdapat perbedaan yaitu pada ukuran uji fungsi paru. Klasifikasi
tingkat asma berdasarkan berat ringannya gejala dibedakan menjadi
3 yaitu :
1. Serangan asma akut ringan:
a. Batuk kering maupun berdahak.
b. Mengi tidak ada atau mengi ringan (Arus Puncak Aspirasi)
kurang dari 80%.
c. Rasa berat pada dada.
d. Gangguan tidur pada malam hari karena batuk maupun sesak
nafas.

2. Serangan asma akut sedang:


a. Batuk kering maupun berdahak.
b. Sesak dengan mengi agak nyaring.
c. APE antara 50-80%.
3. Serangan asma akut berat:
a. Tidak bisa berbaring.
b. Rasa yang sangat sesak pada dada.
c. Posisi 1⁄2 duduk agar bisa bernafas.
6. Pemeriksaan Diagnostik / Data Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan yang dilakukan pada penderita
asma bronchial diantaranya (Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma,
2015) :
1) Spirometer
Dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup
(nebulizer/inhaler), positif jika peningkatan VEP / KVP > 20%.
2) Sputum
Eosinofil meningkat.
3) RO dada
Yaitu patologis paru/komplikasi asma.
4) AGD
Terjadi pada asma berat, pada fase awal terjadi hipoksemia dan
hipokapnia (PCO2 turun) kemudian pada fase lanjut normokapnia dan
hiperkapnia (PCO2 naik).
5) Uji alergi kulit, IgE.
7. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Menurut (Bruner & Suddarth, 2017) yaitu :
1. Penatalaksanaan Medis
a. Agonis adrenergik – beta 2 kerja –pendek.
b. Antikolinergik.
c. Kortikosteroid : inhaler dosis – terukur (MDI)
d. Inhibitor pemodifikasi leukotrien / antileukotrien.
e. Metilxatin.

2. Penatalaksanaan non farmakologis menurut (BTS,2014;


GINA,2015)
a. Berhenti merokok.
b. Aktifitas fisik secara teratur.
c. Mencegah paparan alergen ditempat kerja, di dalam maupun di
luar ruangan.
d. Mencegah penggunaan obat yang dapat memperberat asma.
e. Tekinik pernapasan yang benar (Breathing Exercise, yoga dan
senam asma).
f. Diet sehat dan menurunkan berat badan.
g. Mengatasi sres emosional.
h. Imunoterapi alergen.
8. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita asma
bronchial diantaranya (Kurniawan Adi Utomo, 2015) :
1) Pneumonia
Adalah peradangan pada jaringan yang ada pada salah satu atau
kedua paru-paru yang biasanya disebabkan oleh infeksi.
2) Atelektasis
Adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus).
3) Gagal nafas
Terjadi bila pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-
paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan terjadi
pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh.
4) Bronkitis
Adalah kondisi dimana lapisan bagian dalam dari saluran pernafasan
di paru-paru yang kecil (bronkiolus) mengalami bengkak. Selain
bengkak juga terjadi peningkatan lendir (dahak). Akibatnya penderita
merasa perlu batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir
yang berlebihan.

5) Fraktur iga
Adalah patah tulang yang terjadi akibat penderita terlalu sering
bernafas secara berlebihan pada obstruksi jalan nafas maupun
gangguan ventilasi oksigen.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Pasien Asma
1. Pengkajian
a. Identitas klien
1) Identitas klien meliputi : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status
perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register,
dan diagnosa medik.
2) Identitas Penanggung Jawab meliputi : Nama, umur, jenis
kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan dengan pasien
b. Keluhan utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah,
palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada,
mudah lelah, dan impotensi.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan
pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang
menyerta biasanya : sakit kepala , pusing, penglihatan buram,
mual ,detak jantung tak teratur, nyeri dada.
d. Riwayat kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit jantung,
penyakit ginjal, stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat
pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi ,
penyakit metabolik, penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi
saluran kemih, dan penyakit menurun seperti diabetes militus,
asma, dan lain-lain
f. Aktivitas / istirahat
1) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
2) Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea
g. Sirkulasi
1) Gejala :
a) Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/
katup dan penyakit serebrovaskuler
b) Episode palpitasi
2) Tanda :
a) Peningkatan tekanan darah
b) Nadi denyutan jelas dari karotis,ugularis,radialis, takikardia
c) Murmur stenosis vulvular d) Distensi vena jugularis
e) Kulit pucat,sianosis ,suhu dingin (vasokontriksi perifer)
f) Pengisian kapiler mungkin lambat / tertunda
h. Integritas ego
1) Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress
multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
2) Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian,
tangisan meledak, otot uka tegang, menghela nafas, peningkatan
pola bicara.
i. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat
penyakit ginjal pada masa yang lalu.
j. Makanan / cairan
1) Gejala :
a) Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak serta kolesterol
b) Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini
(meningkat/turun)
c) Riwayat penggunaan diuretic
2) Tanda :
a) Berat badan normal atau obesitas
b) Adanya edema
c) Glikosuria
d) Neurosensori
3) Gejala :
a) Keluhan pening / pusing, berdenyut, sakit kepala,
suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara
spontan setelah beberapa jam) b) Gangguan penglihatan
(diplopia, penglihatan abur, epistakis)
4) Tanda :
a) Status mental, perubahan keterjagaanm orientasi, pola/ isi
bicara, efek, proses piker
b) Penurunan kekuatan genggaman tangan
k. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : angina ( penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung),
sakit kepala
l. Pernapasan
1) Gejala :
a) Disnea yang berkaitan dari aktivitas/ kerja, takipnea,
ortopnea. Dispnea
b) Batuk dengan / tanpa pembentukan sputum
c) Riwayat merokok
2) Tanda :
a) Distress pernapasan / penggunaan otot aksesori pernapasan
b) Bunyi napas tambahan (crakles/mengi)
c) Sianosis m. Keamanan Gejala : gangguan koordinasi/ cara
berjalan, hipotensi postural.
m. Pembelajaran / penyuluhan
Gejala :
1) Faktor risiko keluarga: hipertensi,aterosklerosis, penyakit
jantung, diabetes mellitus.
2) Faktor lain, seperti orang afrika-amerika, asia tenggara,
penggunaan pil KB atau hormone lain, penggunaan alcohol/obat.
n. Rencana pemulangan
Bantuan dengan pemantau diri tekanan darah/ perubahan dalam
terapi obat.

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh
pasien dari ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk
menemukan tanda klinis dari suatu penyakit dengan teknik inpeksi,
aukultasi, palpasi dan perkusi.
a. Pada pemeriksaan kepala dan leher meliputi pemeriksaan bentuk
kepala, penyebaran rambut, warna rambut, struktur wajah, warna
kulit, kelengkapan dan kesimetrisan mata, kelopak mata, kornea
mata, konjungtiva dan sclera, pupil
b. dan iris, ketajaman penglihatan, tekanan bola mata, cuping
hidung, lubang hidung, tulang hidung, dan septum nasi, menilai
ukuran telinga, ketegangan telinga, kebersihan lubang telinga,
ketajaman pendengaran, keadaan bibir, gusi
c. dan gigi, keadaan lidah, palatum dan orofaring, posisi trakea,
tiroid, kelenjar limfe, vena jugularis serta denyut nadi karotis.
d. Pada pemeriksaan payudara meliputi inpeksi terdapat atau tidak
kelainan berupa (warna kemerahan pada mammae, oedema,
papilla mammae menonjol atau tidak, hiperpigmentasi aerola
mammae, apakah ada pengeluaran cairan pada putting susu),
palpasi (menilai apakah ada benjolan, pembesaran kelenjar getah
bening, kemudian disertai dengan pengkajian nyeri tekan).
e. Pada pemeriksaan thoraks meliputi inspeksi terdapat atau tidak
kelainan berupa (bentuk dada, penggunaan otot bantu
pernafasan, pola nafas), palpasi (penilaian vocal premitus),
perkusi (menilai bunyi perkusi apakah terdapat kelainan), dan
auskultasi (peniaian suara nafas dan adanya suara nafas
tambahan).
f. Pada pemeriksaan jantung meliputi inspeksi dan palpasi
(mengamati ada tidaknya pulsasi serta ictus kordis), perkusi
(menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui ukuran
jantung), auskultasi (mendengar bunyi jantung, bunyi jantung
tambahan, ada atau tidak bising/murmur).
g. Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi terdapat atau tidak
kelainan berupa (bentuk abdomen, benjolan/massa, bayangan
pembuluh darah, warna kulit abdomen, lesi pada abdomen),
auskultasi(bising usus atau peristalik
h. usus dengan nilai normal 5-35 kali/menit), palpasi (terdapat nyeri
tekan, benjolan/masa, benjolan/massa, pembesaran hepar dan
lien) dan perkusi (penilaian suara abdomen serta pemeriksaan
asites).
i. Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya meliputi area pubis, meatus
uretra, anus serta perineum terdapat kelainan atau tidak.
j. Pada pemeriksaan muskuloskletal meliputi pemeriksaan kekuatan
dan kelemahan eksremitas, kesimetrisan cara berjalan.
k. Pada pemeriksaan integument meliputi kebersihan, kehangatan,
warna, turgor kulit, tekstur kulit, kelembaban serta kelainan pada
kulit serta terdapat lesi atau tidak.
l. Pada pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan tingkatan
kesadaran (GCS), pemeriksaan saraf otak (NI-NXII), fungsi
motorik dan sensorik, serta pemeriksaan reflex.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
nafas
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
c. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami
kegagalan.
4. Rencana
Rencana keperawatan merupakan rencana tindakan yang akan
diberikan kepada klien sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
diagnosa keperawatan yang muncul. Rencana keperawatan
berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018)
dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI,2019)

No Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajement jalan nafas
efektif tindakan asuhan Observasi
berhubungan keperawatan 1. Monitor pola napas
dengan hambatan keluarga diharapkan 2. Monitor bunyi napas
upaya napas keluarga mampu tambahan
memberikan 3. Monitor sputum
perawatan kepada Terapeutik
anggota yang 1. Pertahankan kepatenan
sakit dengan kriteria jalan napas
hasil : 2. Posisikan semi-fowler
1. Tidak terjadi dispnea atau fowler
2. Frekuensi 3. Berikan minum hangat
pernapasan normal 4. Lakukan fisioterapi
3. Tidak terdapat suara dada, jika diperlukan
tambahan 5. Berikan oksigen/
4. Ventilasi semenit nebulizer
meningkat Edukasi
5. Kapasitas vital 1. Anjurkan asupan cairan
meningkat 200ml/hari, jika tidak
6. Kedalaman nafas kontraindikasi
membaik 2. Ajarkan teknik batuk
7. Pemanjangan fase efektif
ekspirasi menurun
2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi
berhubungan tindakan asuhan Observasi
dengan keperawatan 1. Identifikasi gangguan
kelemahan, keluarga diharapkan fungsi tubuh yang
ketidakseimbangan keluarga mampu mengakibatkan
antara suplai dan mengambil keputusan kelelahan
kebutuhan oksigen untuk melakukan 2. Monitor kelelahan fisik
tindakan yang tepat, dan emosional
dengan kriteria hasil : 3. Monitor pola dan jam
1. Kemudahan dalam tidur
melakukan aktivitas 4. Monitor lokasi dan
meningkat ketidaknyamanan selama
2. Dispnea melakukan
saat/setelah aktivitas aktivitas
menurun Terapeutik
3. Perasaan lemah 1. Sediakan lingkungan
menurun nyaman dan rendah
4. Tekanan darah stimulus
membaik 2. Lakukan latihan rentang
5. Frekuensi napas gerak pasif dan aktif
membaik 3. Berikan fasilitas duduk
disisi tempat tidur, jika
tidak dapat
berpindah atau berjalan
4. Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala
kelelahan tidak berkurang
3 Ansietas Setelah dilakukan Terapi Relaksasi
berhubungan tindakan asuhan Observasi
dengan keperawatan 1. Identifikasi penurunan
kekhawatiran diharapkan keluarga tingkat energi,
mengalami mampu memberikan ketidakmampuan
kegagalan perawatan kepada berkonsentrasi atau gejala
anggota keluarga yang lain yang menggangu
sakit, kemampuan
dengan kriteria hasil kognitif
: 2. Identifikasi teknik
1. Kekhawatir akibat relaksasi yang pernah
kondisi yang dihadapi efektif digunakan
menurun 3. Periksa ketegangan
2. Perilaku gelisah otot, frekuensi
menurun nadi,tekanan darah dan
3. Frekuensi suhu tubuh
pernapasan membaik Terapeutik
4. Frekuensi nadi 1. Ciptakan lingkungan
membaik tenang dan tanpa
5. Tekanan darah gangguan dengan
membaik pencahayaan dan suhu
6. Konsentrasi ruangan nyaman
membaik 2. Anjurkan menggunakan
7. Pola tidur membaik pakaian longgar
3. Gunakan nada suara
lembut
4. Gunakan relaksasi
sebagai trategi penunjang
dengan
analgetik atau tindakan
medis lain jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang
tersedia (mis.musik,
meditasi,napas
dalam,relaksasi otot
progresif)
Anjurkan mengambil
posisi nyaman
Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
Anjurkan sering
mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih
Demonstrasikan dan
latihan teknik relaksasi
(mis. Napas
dalam, peregangan atau
imajinasi terbimbing)

5. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang
dikerjakan oleh perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian
klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Sedangkan
tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan.

6. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan adalah pemberian asuhan
keperawatan yang dilakukan secara langsung kepada pasien.
Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi
adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk
menciptakan hubungan saling percaya dan saling membantu,
kemampuan teknik psikomotor, kemampuan melakukan observasi
sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan,
kemampuan advokasi dan evaluasi. Tahap pelaksanaan keperawatan
meliputi: fase pesiapan (preparation), tindakan dan dokumentasi.

7. Evaluasi
Menurut Dion dan Betan (2013) evaluasi keperawatan adalah
tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan
sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan
atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan
keluarga. Evaluasi bertujuan untuk melihat kemampuan keluarga
dalam mencapai tujuan. Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu:
a. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan
hasil tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah
perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Perumusan evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang
dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan
klien), objektif (data hasilpemeriksaan), analisa data (perbandingan
data dengan teori), dan Planning (perencanaan).
b. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktifitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini
bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang
telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini
adalah melakukan wawancara pada akhir layanan, menanyakan
respon pasien dan keluarga terkait layanan keperawatan,
mengadakan pertemuan pada akhir pelayanan.

BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
a. Biodata
Nama : Ny.N.S
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : Ds.Sangkanhurip 1 /3
DX Medis : Asma
No. Reg. : 24968
Tanggal Masuk : 10-06-2022
Tanggal Dikaji : 10-06-2022

b. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Alasan masuk puskesmas
Klien mengatakan sesak napas.
b. Keluhan utama saat didata
Klien mengatakan sesak disertai batuk dan pilek.
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mempunyai riwayat asma kurang lebih 5 tahun.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang
mempunyai penyakit yang sama seperti yang diderita klien saat
ini, dan dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit
menular dan penyakit turunan

c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
 Tingkat Kesadaran : (GCS) 4-5-6
 Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
N : 100x/menit
S : 360C
R : 28x/menit
2. Sistem panca indra
a. Penglihatan
Bentuk simetris, reflek pupil terhadap cahaya positif tidak
menggunakan kaca mata dapat membaca dalam jarak +
50 cm dengan jelas.
b. Pendengaran
Bentuk simetris spina sejajar dengan mata lateral, tidak
terdapat serumen, dapat mendengar bisikan perawat
dengan jarak 3 kaki.
c. Pengecapan
lidah simetris, tampak bersih, tidak ada lesi ataupun masa
dapat membedakan rasa asin, pahit dan manis.
d. Penciuman
hidung ditengah, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesarn polip, pernapasan cuping hidung tidak ada,
fungsi dapat membedakan bau kayu putih dan alkohol.
a. Perabaan
Klien mampu menerima rangsangan dari luar, dapat
membedakan rasa panas dan dingin.
3. Sistem pernafasan
Bentuk hidung simetris, mukosa hidung lembab, septum letak di
tengah, ada pernafasan cuping hidung, bulu hidung merata dan
bersih, tidak ada nyeri tekan pada sinus maksilaris, sinus
prontalis, posisi trakea di tengah, tidak adanya retraksi dinding
dada, napas 28x/menit, irama nafas tidak teratur dan cepat,
terdengar suaranafas tambahan (ronchi).
4. Sistem pencernaan
Bentuk bibir simetris, mucosa merah muda, lembab tidak ada
lesi, jumlah gigi 28 terdapat caries, uvula di tengah, tidak ada
pembesaran tonsil, reflek menelan baik, perut datar, turgor
bagus, tidak ada nyeri tekan pada tiap kuadran, bising usus
sama tiap kuadran 10x/menit
5. Sistem kardiovaskuler
Konjungtiva anemis, tidak nampak adanya oedem dan sianosis,
JVP tidak ada peningkatan, bunyi jantung S1 dan S2 murni
reguler.
6. Sistem perkemihan dan genetalia
Vesika uranaria teraba kosong, tidak adanya pembesaran ginjal
kanan dan kiri tidak adanya nyeri tekan.
7. Sistem persyarafan
GCS : (E4 M5 V6)
a. Sistem syaraf motorik
Klien dapat berdiri tegak, dan dapat berjalan normal,
koordinasi gerak sesuai dengan perintah perawat.
b. Sistem syaraf sensorik
Klien mampu berespon terhadap rangsangan, dapat
mengidentifikasi benda (angka, gambar dan sentuhan).
c. Sistem syaraf kranial
1) N I (Olfahtorius) : Klien mampu membedakan bau
minyak kayu putih dan bau
kopi.
2) N II (Optikus) : Klien dapat membaca papan
nama perawat dengan jarak
+ 30cm.
3) N III (Okulomotorius) : Klien dapat membuka mata
dan berespon terhadap
cahaya.
4) N IV (Troklear) : Klien dapat mengerakan mata
ke bawah dan ke atas dan
mengikuti gerakan tangan
pemeriksa.
5) N V (Trigeminal) : Saat membuka mulut klien tidak
merasakan adanya keluhan.
6) N VI (Abdusen) : Klien mampu menggerakan
bola mata lateral kekiri dan
kekanan.
7) N VII (Facial) : Ekpresi wajah klien tampak
murung.
8) N VIII (Akustik) : Klien mampu mrespon
pertanyaan-pertanyaan
perawat dan mendengar
bisikan.
9) N IX (Glosofaringer): Klien dapat menelan dengan
baik.
10) N X (Vagus) : Klien dapat bernafas dengan
normal, thorax simetris,
abdomen datar lembut.
11) N XI (Spinal accesoris) : Klien dapat menggerakan
leher seperti rotasi, flexi,
ekstensi tidak terdapat kaku
kuduk.
12) N XII (Hipoglosal) : Gerak lidah kesegala arah
dengan terkontrol.
d. Sistem Saraf Cerebral
Pada saat pengkajian, klien dapat mengingat semua
kejadian yang dialaminya, tidak disorientasi waktu dan
tempat.
8. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar lympe, klien
mengatakan tidak punya riwayat penyakit Dm.
9. Sistem Integumen
Suhu tubuh 370C, kulit lembab, turgor kulit baik, tidak terdapat
lesi dan luka.

d. Data Sosial
1. Pendidikan : Klien mengatakan bahwa pendidikan
terakhir klien adalah SMP.
2. Hubungan Sosial : Klien sebagai IRT.
3. Gaya hidup : Klien mempunyai gaya hidup yang
sederhana, terlihat dari sikap dan
penampilannya.
4. Pola Interaksi : Klien dapat berinteraksi dengan
lingkungan sekitar dan klien sangat
kooperatif dengan tindakan yang
diberikan petugas kesehatan.
e. Data Psikologis
1. Status emosi
Klien tampak gelisah
2. Gaya komunikasi
Dalam menjawab semua pertanyaan klien dapat menggunakan
bahasa verbal dan kooperatif dalam mengungkapkan
perasaannya dengan menggunakan bahasa Sunda yang baik.
3. Konsep diri
a. Body image
Klien dapat menerima keadaan yang diderita oleh
tubuhnya.
b. Harga diri
Klien tidak merasa malu dengan keadaan dirinya sekarang
c. Ideal diri
Klien berharap penyakit yang dideritanya segera sembuh
d. Peran diri
Klien adalah ibu rumah tangga.
e. Identitas diri
Klien mengatakan bahwa saya adalah seorang ibu rumah
tangga yang harus mengurus keluarganya.

f. Data Spiritual
Klien adalah penganut agama Islam, selalu melaksanakan dan
berdoa untuk kesembuhaanya sehingga dapat menjalankan kembali
aktivitasnya.
g. Data Penunjang
HB : 13,25 g/dl
Leukosit : 12.900 ul

h. Therapy
a. Nebuleizer dosis : 1 amp combivent : 2 ml Nacl 2 kali perhari
b. Ambroksol tablet dosis : 3 x 1 tablet perhari
c. Ceterizine Tablet dosis : 2 x 1 tablet perhari
d. Oksigen dosis : 5 Liter permenit

Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Data Subjektif Allergen (cuaca dingin) Bersihan jalan
a. NY N.S mengatakan sesak ↓ nafas tidak efektif
napas dan batuk berdahak Antigen yang terikat IGE berhubungan
b. NY N.S mengatakan pada permukan sel mast dengan
serangan asma terjadi jika ia atau basofil hipersekresi jalan
merasa kedinginan, atau
↓ nafas (D.0001)
terkena paparan debu.
c. NY N.S mengatakan Pemiabilitas kapiler
serangan sesak sering terjadi meningkat
tiba-tiba dan terjadi di malam ↓
hari Edema mukosa, sekresi
d. NY N.S mengatakan ketika produktif, kontriksi otot
serangan terjadi gejala lain meningkat
yang di timbulkan yaitu pilek ↓
dan batuk Spasme otot polos
e. NY N.S juga mengatakan sekresi kelenjar bonkus
ketika batuk sulit untuk
meningkat
mengeluarkan dahak

Data Objektif Penyempitan / obstruksi
a. Nampak sesak. proksimal dari bronkus
b. terdapat bunyi suara pada tahap eksprasi dan
napas tambahan (ronchi) inspirasi
c. pernapasan 28 x/menit. ↓
d. Irama napas cepat, Sputum berlebih, batuk,
e. Nampak batuk berdahak Mengi / wheezing, sesak
dengan konsistensi kental nafas
dan berwarna ↓
kuning. Hipersekresi jalan napas
f. TTV : ↓
TD : 120/80 mmHg. Bersihan jalan napas
Respirasi : 28x/ menit. tidak efektif
Nadi : 100x /menit
Suhu : 36.0C.

2. Diagnosa Keperawatan
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
nafas (D.0001))

3. Rencana Tindakan Keperawatan

Dx Tujuan dan Kriteria


Perencanaan
Keperawatan Hasil

Bersihan jalan Bersihan jalan napas Intervensi


nafas tidak Setalah dilakukan Manajemen jalan napas
efektif tindakan keperawatan 1) Monitor Pola napas (Frekuensi,
berhubungan selama 3 kali 24jam kedalaman dan usaha napas)
dengan diharapkan bersihkan 2) Monitor bunyi napas tambahan
hipersekresi jalan napas (gurgling,mengi/wheezing,ronchi)
jalan nafas meningkat 3) Posisikan semi Fowler atau fowler
(D.0001) Dengan kriteria hasil : 4) Berikan minum hangat
▪ Batuk efektif 5) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
meningkat 6) Berikan oksigen, jika perlu
▪ Produksi sputum 7) Ajarkan tehnik batuk efektif
menurun 8) Kolaborasi pemberian
▪ Mengi /Whezing bronkodilator, mukolotik atau
menurun ekspektoran
▪ Dispnea (sesak 9) Konseling dan Edukasi diberikan
napas) menurun
▪ Ortopnea membaik Rasional
▪ Sianosis membaik 1) Mengetahui peningkatan frekuensi
▪ Gelisah membaik napas, dispnea, kedalaman napas
▪ Frekuensi napas kadang bervariasi, serta usaha
membaik 16 – 20 kali mengatur napas
permenit 2) Mengetahui adanya kelainan pada
▪ Pola napas suara napas seperti bunyi ngorok dan
membaik bunyi suara mengi
▪ Tidak ada ditemukan 3) Dapat meningkatkan ekspansi paru
bunyi napas sehingga upaya napas bisa lebih
tambahan dalam dan lebih kuat serta dapat
membantu mengurangi sesak napas
4) Air hangat dapat memobilisasi dan
membantu mengeluarkan sekret
5) Fisioterapi dada dapat
melonggarkan saluran napas, dan
mencegah obstruksi jalan napas,
serta membantu mengeluarkan dahak
6) Membantu memenuhi kebutuhan
oksigen dan dapat mengurangi beban
otot-otot pernapasan
7) Latihan batuk efektif dapat
memudahkan keluarnya dahak dari
jalan napas
8) Pemberian obat bronkodilator
berupa nebuleiser combivent dapat
memperlebar luas permukaan
bronkus dan bronkiolus pada paru –
paru sehingga serapan oksigen paru-
paru meningkat, sedangkan gen
mukolotik dan ekspektoran berupa
obat ambroksol dapat menurunkan
kekentalan dahak dan merangsang
pengeluaran dahak dari saluran
napas

4. Implementasi
Waktu Tindakan Keperawatan
Pelaksanaan
10-06-2022 1. Memonitor Pola napas
Hasil :
• Respirasi : 24 kali/ menit
• Ny N.S masih sesak
2. Memonitor bunyi napas tambahan dengan menggunakan
steteskop
Hasil :
• Terdengar bunyi napas) tambahan (ronchi)
3. Mengatur posisi semi fowler atau fowler
Hasil :
• Ny N S merasa lebih nyaman dengan posisi semi fowler
4. Memberikan minum hangat
Hasil :
▪ Dahak yang kental menjadi encer sehingga mudahkan
keluarnya secret dari jalan nafas
5. Melakukan fisioterapi dada dengan tehnik postural drainage
Hasil :
▪ Pasien dianjurkan tarik napas dalam (hirup melalui hidung
keluarkan melalui mulut) sebanyak 3 kali kemudian pada
napas ketiga tahan selama 10 detik dan batukakan dengan
kuat menggunakan otot abnormal sebanyak dua kali)

5. Evaluasi
Hari Diagnosa Evaluasi (SOAP)
Keperawatan
10-06-2022 Bersihan jalan nafas Subjektif :
tidak efektif • NY N.S mengatakan masih merasa
berhubungan dengan Sesak
hipersekresi jalan • NY N.S mengatakan masih batuk dan
nafas (D.0001) sulit untuk mengeluarkan dahak

Objektif :
• Keadaan umum : Lemah
• Ny N.S nampak sesak
• Ny N.S nampak batuk
• Pernapasan cepat
• Terdapat bunyi suara napas
tambahan (ronchi)
TTV :
• TD : 120/80mmHg
• R : 24x/menit
• N : 90x/menit
• S : 36 C

Assesment :
• Masalah Ny N.S belum teratasi

Planning
• Intervensi dilanjutkan
• Monitor pola napas
• Monitor bunyi napas
• Berikan posisi semi fowler
• Lakukan fisioterapi dada
• Berikan oksigen
• Ajarkan tehnik batuk efektif
• Kolaborasi pemberian Nebuleizer
masker inhalasi, ambroksol tablet dan
cetrisin tablet

B. Pembahasan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah salah satu kegiatan mengumpulkan data
mengkoordinasikan data yang didapatkan dari berbagai sumber. Dalam
pengkajian sebagian data yang ditemukan pada klien sama dengan data
yang ada pada teoritis.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa yang tercantum pada teoritis dan ditemukan pada kasus,yaitu:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi
jalan nafas.
3. Intervensi
Dalam merumuskan rencana tindakan penulis tidak menemukan
kesenjangan yang berarti antara teoritis dengan kasus. Hal ini disebabkan
perencanaan mengacu pada teoritis dan prioritas masalah yang ada.
Namun ada beberapa intervensi yang ada pada teoritis namun
dicantumkan pada kasus karena penyusun menyesuaikan dengan keadaan
klien.

4. Implementasi dan Evaluasi


Implementasi dilakukan setelah rencana tindakan sesuai kebutuhan pasien
dan diharapkan dalam tindakan yang nyata dalam melaksanakan tindakan
tersebut, sedangkan semua tujuan tercapai dengan penempatan waktu
yang relative sesuai dengan yang telah ditetapkan. Keberhasilan
pencapaian tujuan juga didukung dengan sikap klien yang kooperatif.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil asuhan keperawatan keluarga pada keluarga klien dengan
asma, maka dapat diambil kesimpulan:
1. Dari hasil pengumpulan data Pada klien NY N.S pengkajian riwayat
kesehatan didapatkan terdapat bunyi suara napas tambahan (ronchi),
pernapasan 28 kali permenit, irama napas cepat, Ny. N.S Nampak sesak
dan batuk berdahak konsistensi kental dan berwarna kuning, tekanan
darah 120/80 mmHg, respirasi 28 kali permenit, nadi 100 kali permenit, S:
36oC.
2. Sesuai dengan pengkajian dan analisa yang penulis lakukan pada Ny N.S
maka penulis menemukan masalah keperawatan bersihan jalan napas
tidak efektif dengan batasan karateristik batuk tidak efektif, tidak mampu
batuk, sputum berlebih, mengi/wheezing, gelisah sianosis, bunyi napas
menurun, frekuensi napas berubah, pola napas berubah, menurut Tim
pokja SDKI PPNI (2016).
3. Dalam perencanaan ini penulis berfokus pada delapan intervensi menurut
SIKI PPNI (2018) menajemen jalan napas adalah monitor pola napas,
monitor bunyi napas tambahan, berikan posisi semi fowler, berikan minum
hangat, berikan oksigen, ajarkan tehnik batuk efektif, lakukan fisioterapi
dada, kolaborasi pemberian nebuleiser, ambroksol tablet dan cetrisin
tablet.
4. Dalam tahap pelaksanaan yang dilakukan penulis dapat melaksanakan
semua rencana keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah di
buat.
5. Evaluasi keperawatan pada Ny N.S belum dapat teratasi pada hari pertama
perawatan dengan kriteria hasil masih sesak napas, masih batuk dan sulit
mengeluarkan dahak.

B. Saran
Saran penulis ditujukan kepada pihak Unit Pelayanan Kesehatan
Masyarakat dan Institusi pendidikan
1. Unit Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Dalam memberikan asuhan keperawatan asma bronkial agar selalu
memberikan peningkatan pengetahuan dan wawasan pasien tentang
perawatan dan pencegahan asma bronkial serta tenaga kesehatan dapat
melakukan peningkatan pelayanan melalui pelatihan-pelatihan atau mengikuti
pendidikan berkelanjutan.
2. Institusi pendidikan
Untuk Dosen semoga tidak pernah bosan mengajari dan membimbing kami
terutama dalam pembuatan serta penyusunan tugas Asuhan
keperawatan.Untuk mahasiswa-mahasiswi semoga dengan adanya tugas ini,
dapat menambah ilmu dan wawasan kalian tentang Asuhan keperawatan
pada pasien dengan asma, serta lebih giat belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Dayrit, Siswandi (2017). Prinsip dan Praktik Keperawatan Perioperatif


Oleh, ECG
Brunner and Suddarth.(2014). Text Book Of Medical Surgical Nursing
12thEdition. China: LWW.
Halter, M.J. (2014) .Varcarolis Foundation of Psychiatric Mental Health Nursing.
Diakses pada laman:http://evolve.elsevier.com/Varcarolis
Hamid. (2013). Hubungan anatara Kemampuan Komunikasi Teraupetik Perawat
dengan Pasien Pre Operasi.Jakarta: Buku Kedokteran ECG hal:2
HIPKABI. (2014). Buku pelatihan dasar-dasar keterampilan perawat kamar
medah, Jakarta: HIPKABI Press
Jiwo, W.A. (2015). Kamus Kedokteran Jiwo, Edisi 31. Jakarta : ECG
Nurhayati. (2015). Prinsip dan Praktik Keperawatan Perioperatif. Jakarta: ECG
Nursalam., & Efendi, F. (2013). Pendidikan dalam keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Smeltzer. (2014). Buku Ajar Medikal Bedah. Jakarta: ECG
Stuart. 2013. Priciple and practice of psichyatric nusing (10th edition. St. Lousi:
Mosby
Suryani. 2015. Komunikasi Teraupetik Teori & Praktik, Ed 2 Jakarta: Penerbit:
ECG
Stuart. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa.Jakarta: Penerbit ECG
Suryani. (2015). Komunikasi Teraupetik: Teori Dan Praktik. Jakarta: ECG
Videbeck,SI .2014. Psychiatric-mental health nursing.5th edition. Lippinoclt
Williams&Wilkins:Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai