Hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping pada ODHA di Puskesmas Bergas, Kecamatan
Bergas, Kabupaten Semarang
ABSTRAK
Masalah HIV HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan global yang penting karena
frekuensi dan tingkat kematian yang tinggi. Perilaku dan koping yang postif diharapkan mempengaruhi
repon sosial emosional pada pasien HIV/AIDS dimana respon emosi tetap stabil, respon kecemasan
berkurang, dan respon interaksi sosial meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping pada ODHA di Puskesmas Bergas, Kecamatan
Bergas, Kabupaten Semarang.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ODHA di
Puskesmas Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang yaitu sebanyak 47 orang. Teknik sampling
yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 47 orang. Pengumpulan data
menggunakan instrumen data dianalisis menggunakan uji chi square
Hasil penelitian, diketahui sebagian besarresponden mempunyai tingkat kecemasan dalam kategori
berat yaitu sebanyak 18 responden (38,3 %) dan paling banyak responden yang mempunyai mekanisme
koping dalam kategori adaptif yaitu sebanyak 26 responden (55,3 %).Hasil uji statistik menggunakan uji chi
square diketahui ada hubungan yang signifikanantara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping
padaODHA di KDS PuskesmasBergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang dengan nilai p value 0,000
Diharapkan ODHA mampu melakukan koping bersifat adaptif untuk mengurangi tingkat stress dan
kecemasanmereka alami akibat penyakit yang di deritanya saat ini.
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN MEKANISME KOPING PADA ODHA DI KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA
PUSKESMAS BERGAS,KECAMATAN BERGAS,KABUPATEN SEMARANG 1
Kepustakaan : 23 kepustakaan (2005 -2014)
Relationship between anxiety level and coping mechanism for people with HIV and AIDS in Bergas Health
Center, Bergas District, Semarang Regency.
ABSTRACT
HIV Issues HIV / AIDS is one of the important global health problems because of the high frequency and
mortality rate. Positive behaviors and coping are expected to influence social emotional responses in HIV /
AIDS patients where emotional responses remain stable, anxiety responses decrease, and responses to
social interactions increase. The purpose of this study was to determine the relationship of anxiety levels
with coping mechanisms on people with HIV and AIDSin Bergas Health Center, Bergas District, Semarang
Regency.
This type of research is descriptive correlational using a cross sectional approach using a
questionnaire as a data collection tool. The population in this study were all people with HIV and AIDS in
Bergas Health Center, Bergas District, Semarang Regency, which were 47 people. The sampling technique
used was total sampling with a total sample of 47 people. Data collection using data instruments was
analyzed using the chi square test The results of the study, it is known that the majority of respondents had
an anxiety level in the heavy category, namely as many as 18 respondents (38.3%) and most respondents
had coping mechanisms in the adaptive category as many as 26 respondents (55.3%).
The results of statistical tests using the chi square test revealed that there was a significant
relationship between anxiety levels and coping mechanisms on people with HIV and AIDSin Bergas
Community Health Center, Bergas District, Semarang Regency with a p value of 0,000 It is expected that
people with HIV and AIDS will be able to do coping that is adaptive to reduce the level of stress and anxiety
they experience due to the disease that is currently suffering.
Keywords: anxiety level, coping mechanism, people with HIV and AIDS
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN MEKANISME KOPING PADA ODHA DI KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA
PUSKESMAS BERGAS,KECAMATAN BERGAS,KABUPATEN SEMARANG 2
BAB I sebanyak 17 kasus (Dinkes Kabupaten
PENDAHULUAN Semarang, 2014). Dan kasus HIV-AIDS di
Ungaran lebih dari 20 orang (KPA, 2015).
A. Latar Belakang Dari penemuan kasus HIV-AIDS,
Kejadian HIV/AIDS mencapai 40 juta menunjukkan bahwa kasus AIDS lebih besar
orang diseluruh dunia telah mengidap dibandingkan dengan kasus HIV, dengan
HIV/AIDS, dari jumlah ini 37,2 juta penemuan terbanyak pada kelompok remaja
diantaranya adalah orang dewasa dan 2,7 juta produktif usia 20-29 tahun, hal ini
adalah anak–anak yang berusia kurang dari 15 dikarenakan terbatasnya akses informasi dan
tahun, di Amerika Serikat 17,6 juta atau 47 % pelayanan kesehatan yang diterima kelompok
wanita dewasa pengidap HIV (Patricia, et al., remaja produktif usia 20-29 tahun, sehingga
2013). Kecenderungan peningkatan jumlah dampak yang ditimbulkan dari rendahnya
kasus HIV dari tahun ke tahun meningkat pengetahuan komperhensif mengenai HIV-
sejak pertama kali dilaporkan tahun 1987. AIDS adalah penderita khususnya remaja baru
Sebaliknya jumlah kasus AIDS menunjukkan menyadari bahwa dirinya terinfeksi HIV dan
kecenderungan meningkat secara lambat sudah masuk fase AIDS positif yang bisa
bahkan sejak tahun 2012 jumlah kasus AIDS menular kepada orang lain.
mulai menurun. Jumlah kumulatif penderita Permasalahan yang dihadapi Orang
HIV/AIDS dari tahun 1987 sampai september dengan HIV/AIDS (ODHA) bukan hanya
2014 sebanyak 150.296 orang, sedangkan total masalah medis atau kesehatan, tetapi juga
kumulatif kasus AIDS sebanyak 55.799 orang. menyangkut permasalahan sosial, politik, dan
Pola penularan HIV berdasarkan 5 tahun ekonomi (Arifin, 2008). Banyak perubahan
terakhir banyak terjadi pada usia produktif 25- yang terjadi dalam diri individu setelah
49 tahun, diikuti kelompok 20-24 tahun terinfeksi HIV/AIDS. Perubahan fisik akibat
(KEMENKES, 2014). gejala-gejala penyakit yang disebabkan
Kasus HIV di Indonesia (2014), menurunnya sistem kekebalan tubuh pada diri
mcncapai 15.534 kasus baru, diantaranya 91 ODHA mempengaruhi kehidupan pribadi,
,3% adalah kelompok usia produktif (15-49 sosial, belajar, karir dan bahkan kehidupan
tahun) dengan 6.528 orang (42%) di antaranya keluarga. Selain itu juga isu-isu stigma dan
adaJah perempuan. Kasus AIDS bam pada diskriminasi yang dialami ODHA, baik dari
kelompok ibu rumah tangga menempati urutan keluarga, tetangga, dunia kerja, sekolah, dan
kedua, yang apabila hamil berpotensi anggota masyarakat lainnya, semakin
menularkan infeksi I-IIV ke bayinya, lebih memperparah kondisi dirinya dan bahkan
dari 90% bayi terinfeksi HIV tertular dari lebih sakit daripada dampak penyakit yang
ibunya yang dapat tertular pada masa dideritanya.
kehamilan saat persalinan dan selama Perubahan yang terjadi di dalam diri
menyusui (Depkes, 2015). dan di luar diri ODHA membuat mereka
Data kasus HIV-AIDS di Jawa Tengah memiliki persepsi yang negatif tentang dirinya
dari tahun 1987-September 2014 sebanyak dan mempengaruhi perkembangan konsep
9.032 kasus (PUSDATIN, 2014). Sedangkan dirinya. ODHA cenderung menunjukkan
penemuan kasus HIV-AIDS di Kabupaten bentuk-bentuk reaksi sikap dan tingkah laku
Semarang tahun 2014 juga meningkat yang salah. Hal ini disebabkan
dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun ketidakmampuan ODHA menerima kenyataan
2014 ditemukan 63 kasus HIV, sedangkan dengan kondisi yang dialami. Keadaan ini
tahun 2013 kasus HIV yang ditemukan diperburuk dengan anggapan bahwa HIV
sebanyak 22 kasus. Untuk kasus AIDS pada merupakan penyakit yang belum ada obatnya.
tahun 2014 sebanyak 19 kasus, sedikit Beberapa masalah yang dialami ODHA baik
meningkat dibanding tahun 2013 yang secara fisik maupun psikologis, antara lain:
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN MEKANISME KOPING PADA ODHA DI KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA
PUSKESMAS BERGAS,KECAMATAN BERGAS,KABUPATEN SEMARANG 3
muncul stress, penurunan berat badan, mental maupun perilaku, untuk menguasai,
kecemasan, gangguan kulit, frustasi, bingung, mentoleransi, mengurangi atau meminimalisir
kehilangan ingatan, penurunan gairah kerja, suatu situasi atau kejadian yang penuh
perasaan takut, perasaan bersalah, penolakan, tekanan.
depresi bahkan kecenderungan untuk bunuh Hidup seorang HIV/AIDS sangat
diri. Kondisi ini menghambat aktivitas dan tertekan, karena hidupnya sudah divonis tidak
perkembangan ODHA sehingga kehidupan akan lepas dari virus yang akan bersarang
efektif sehari-harinya terganggu (Arifin, dalam tubuhnya, juga trauma yang diperoleh
2008). dari masyarakat. Orang dengan HIV/AIDS
Permasalahan yang biasa muncul pada akan merasa hidupnya tidak berarti.
ODHA adalah selain masalah fisik juga Pandangan dan harapan masa depan menjadi
adanya stigma yaitu reaksi sosial terhadap suram dan gelap gelap, dimana hasil dari
ODHA yang jelek. Stigma ini muncul karena segala sesuatunya sangat buruk, yang dapat
penyakit ini berkaitan dengan perilaku memicu usaha untuk bunuh diri. Dengan
homoseksual dan pemakai narkoba suntik mencermati adanya keterkaitan antara kondisi
sehingga ODHA dianggap tidak bermoral. stres dengan progresivitas penyakit maka
Isolasi sosial menjadi permasalahan yang perlunya menciptakan lingkungan yang
terjadi berikutnya. Permasalahan yang begitu kondusif selama proses pengobatan yaitu
kompleks pada ODHA diiringi dengan dengan cara meningkatkan dukungan sosial
kehilangan dukungan sosial seperti kurangnya pada pasien HIV/AIDS.
perhatian keluarga dan masyarakat. Reaksi Dukungan sosial tersebut dapat sangat
tersebut menjadi pengalaman buruk bagi membantu setelah mengalami stres dan
ODHA dimana disaat dia membutuhkan penting untuk mengurangi gangguan
dukungan tidak ada yang membantunya psikologik yang berkaitan dengan HIV/AIDS.
sehingga banyaknya muncul harga diri rendah Tersedianya dukungan sosial akan sangat
serta depresi pada ODHA (Rihaliza, 2010). diperlukan sehubungan dengan rasa
Penyakit HIV/AIDS yang mengubah keputusasaan dan depresi pasien dan
pola hidup dapat juga menurunkan perasaan diharapkan dengan dukungan keluarga stres
nilai diri, sedangkan harga diri pada pasein berkurang dan respon sosial emosional akan
HIV/AIDS adalah rasa ingin dihormati, lebih baik, dimana respon emosi, kecemasan
diterima, kompeten dan bernilai. Orang dan interaksi sosialnya menjadi lebih positif.
dengan harga diri rendah, sering merasa tidak Perilaku dan koping yang postif maka
dicintai dan sering mengalami depresi dan diharapkan mempengaruhi repon sosial
kecemasan. Ketidakmampuan untuk emosional pada pasien HIV/AIDS dimana
memenuhi harapan orang tua, harga diri pada respon emosi tetap stabil, respon kecemasan
orang dewasa mencakup ketidakberhasilan berkurang, dan respon interaksi sosial
dalam pekerjaan dan kegagalan dalam meningkat. Hal ini akan mempengaruhi pula
hubungan sosial (Potter, 2010). modulasi sistem imun, yang ditunjukan
Untuk mampu beradaptasi tiap dengan meningkatnya jumlah limfosit dan
individu akan berespon terhadap kebutuhan sitokin serta menurunya viral load sehingga
fisiologis, konsep diri yang positif, mampu progresivitas penyakit dapat di hambat.
memelihara integritas diri, selalu berada pada Ketidakmampuan penyesuain diri yang
rentang sehat sakit untuk memelihara proses ditimbulkan apabila individu tidak melakukan
adaptasi. Demikian besar dampak mekanisme penyesuin diri terhadap lingkungannya
koping adaptif untuk kualitas hidup pada menurut Supriyo (2008), akan berdampak
pasein HIV reaktif maka diperlukan pada kesulitan bergaul seperti kesulitan
pertukaran informasi secara mendetail dan komunikasi dengan orang lain, minder yaitu
menyeluruh antar sesama pasien HIV. Strategi tidak punya keberanian takut, salah jika
koping menunjukan pada berbagai upaya, baik individu tersebut berkomunikasi dengan orang
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN MEKANISME KOPING PADA ODHA DI KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA PUSKESMAS
BERGAS,KECAMATAN BERGAS,KABUPATEN SEMARANG 4
lain, tertutup, jika sudah menjadi minder, KDS Bergas, Kecamatan Bergas,
maka akan tertutup terhadap orang lain. Kabupaten Semarang
Dikucilkan oleh masyarakat sekitar, karena 2. Tujuan khusus
masyarakat akan mengaggap orang tersebut a. Untuk mengetahui gambaran tingkat
menyimpang dari yang seharusnya ada dalam kecemasan pada ODHA di KDS
masyarakat tersebut dimana individu itu Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten
tinggal. Semarang
Studi pendahuluan dilaksanakan di b. Untuk mengetahui strategi koping
KDS (Kelompok Dukungan Sebaya) Bergas terhadap penyesuaian diri pada Odha
pada bulan April didapatkan data jumlah di KDS Bergas, Kecamatan Bergas,
ODHA yang berada dan di tangani oleh KDS Kabupaten Semarang
bergas pada tahun 2017 yaitu 41 orang dengan c. Untuk mengetahui hubungan tingkat
rincian jumlah ODHA yang berjenis kelamin kecemasan dengan strategi koping
laki-laki dengan usia 15-30 tahun sebanyak 6 terhadap penyesuaian diri pada
orang dan berusia >30 tahun sebanyak 11 D. Manfaat Penelitian
orang, sedangkan ODHA yang berjenis 1. Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan
kelamin perempuan yang berusia 15-30 tahun Diharapkan penelitian ini sebagai
sebanyak 16 orang dan yang berusia >30 tahun wawasan bagi petugas kesehatan untuk
sebanyak 8 orang, dan tidak ditemukan ODHA meningkatkan pelayanan PITC (provider-
yang berumur <15 tahun. Berdasarkan hasil initiated testing and counseling), dan
wawancara terhadap ketua KDS Bergas meningkatkan program KDS (kelompok
diketahui bahwa semua ODHA yang menjadi dukungan sebaya) bagi ODHA untuk
binaan di KDS Bergas setiap minggu meningkatkan mekanisme koping ke arah
melakukan hearing dan konseling secara yang positif .
bergantian dengan setiap jadwal pertemuan di 2. Bagi Keluarga dan Masyarakat
hadiri kurang lebih sebanyak 15-20 orang baik Diharapkan penelitian ini mampu
laki-laki maupun perempuan ODHA. mengubah stigma atau persepsi keluarga
Fenomena ini yang menstimulasi dan dan masyarakat bahwa ODHA tidak untuk
memotivasi bagi penulis untuk memahami dijauhi, tetapi support keluarga dan
dan mengkaji lebih dalam tentang ODHA masyarakat akan meningkatkan harga diri
maka peneliti berminat untuk mengangkat ODHA selain dari kelompok dukungan
judul “Hubungan tingkat kecemasan dengan sebaya.
strategi koping terhadap penyesuaian diri pada 3. Bagi Institusi Pendidikan
ODHA di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Diharapkan penelitian ini dapat
Kabupaten Semarang” bermanfaaat untuk menambah
perkembangan ilmu keperawatan.
B. Rumusan Masalah 4. Bagi Penderita HIV/AIDS
Berdasarkan latar belakang tersebut Diharapkan penelitian ini dapat
maka rumusan masalah penelitian ini adalah meningkatkan mekanisme koping ke arah
adakah hubungan tingkat kecemasan dengan yang positif pada ODHA dengan adanya
strategi koping terhadap penyesuaian diri pada dukungan yang diberikan oleh keluarga
ODHA di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, 5. Bagi Peneliti
Kabupaten Semarang. Diharapkan penelitian ini mampu
meningkatkan pengetahuan baru bagi
C. Tujuan Penelitian peneliti dan peneliti berikutnya tentang
1. Tujuan umum mekanisme koping dengan stress pada
Untuk mengetahui hubungan tingkat ODHA di KDS Gunung Pati Kotamadya
kecemasan dengan strategi koping Semarang
terhadap penyesuaian diri pada ODHA di
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN MEKANISME KOPING PADA ODHA DI KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA PUSKESMAS
BERGAS,KECAMATAN BERGAS,KABUPATEN SEMARANG 5
maupun
psikologis
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif korelasional dengan menggunakan kecema Gangguan Menggunakan Tingkat ordina
pendekatan cross sectional, dimana data yang san alam kuisioner FIRS- kecemasa l
menyangkut variabel bebas dan terikat perasaan A (hamilton n di
dikumpulkan dalam waktu bersama-sama. ketakutan rating scale for kategorik
Tiap subyek penelitian hanya diobservasi atau anxiety), yang an
sekali saja dan pengukuran dilakukan kekhawatira terdiri dari 14 a). tidak
terhadap status karakter atau variabel subyek n yang item pertanyaan. ada
pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010). mendalam Penilaian Skor kecemasa
B. Populasi dan Sampel ketika antara 0-4, yang n >14
1. Populasi. seseorang artinya b)
Populasi dalam penelitian ini adalah semua dalam 0 : tidak ada kecemasa
ODHA di KDS Bergas, kecamatan bergas, kondisi sakit gejala(keluhan) n ringan
kabupaten semarang yaitu sebanyak 47 dan 1 : gejala ringan 14-20
orang pada tahun 2019 pengobatan (satu pilihan c)
2. Sampel dari gejala yang kecemasa
Tehnik sampling yang digunakan dalam ada) n sedang
penelitian ini adalah tehnik total populasi 2: gejala sedang 21-27
dimana semua anggota populasi dijadikan (separuh dari d)
sampel dalam penelitian ini yaitu sejumlah gejala yang ada kecemasa
47 ODHA 3: gejala berat n berat
C. Definisi Operasional (lebih dari 28-41
Variabe Definisi Alat Ukur Hasil Skala separuh gejala e)Kecema
l Ukur yang ada) san berat
Mekani Mekanisme Menggunakan Jumlah ordina 4: gejala berat sekali:
sme atau cara kuesioner total Skor l sekali (semua 42-56
koping yang dengan Skala pertanyaa gejala ada)
diguankan likert yang n
perempuan terdiri dari 20 dikategori D. Analisi Data
ODHA item pertanyaan kan 1. Analisi Univariat
dalam I : tak ada atu menjadi Dalam penelitian ini yang dianalisa
menyelesaik tidak pernah adaptif=5 adalah variabel tentang tingkat kecemasan
an masalah 2: sesuai yang 1-80 dengan mekanisme koping pada ODHA di
dan dialami sampai Maladptif KDS Bergas, Kecamatan Bergas,
mengatasi tingkat =20-50 Kabupaten Semarang. Pengujian masing-
peruabhan tertentu/kadang masing variabel dengan menggunakan tabel
akibat 3: sering dan diinterprestasikan berdasarkan hasil
penyakit 4: sangat sesuai yang diperoleh. Setelah data primer
HIV/AIDS dengan yang dimasukkan dalam tabel tabulasi kemudian
yang di dialami atau dimasukkan ke dalam tabel distribusi
deritanya hampir setiap frekuensi
baik dari saat. 2. Analisi Bivariat
fisik Uji statistik yang digunakan dalam
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN MEKANISME KOPING PADA ODHA DI KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA PUSKESMAS
BERGAS,KECAMATAN BERGAS,KABUPATEN SEMARANG 6
penelitian ini adalah uji kendall's tau. kecemasan dengan mekanisme koping pada
Menurut Sugiono (2013) bila ada data yang ODHA di KDS Puskesmas Bergas,
diambil dari dua variabel adalah kata Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang
kategorik maka uji statistik yang digunakan
adalah uji chi square atau kai kuadrat. BAB V
PEMBAHASAN
Kementrian Kesehatan. Rencana Strategis Price, A & Wilson .(2013). Patofisiologi konsep
Kementerian Kesehatan Tahun 2015- klinis proses – proses penyakit (Edisi 4),
Volume satu. Jakarta: EGC.
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN MEKANISME KOPING PADA ODHA DI KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA PUSKESMAS
BERGAS,KECAMATAN BERGAS,KABUPATEN SEMARANG 16
Ritzer, George. (2010). Sosiologi Ilmu Robbins, P. S; 2010. Perilaku organisasi, Jakarta:
Pengetahuan Berparadigma Ganda. Indeks Gramedia
Jakarta: Rajawali Pers
Soedarto. (2010). Virologi Klinik: Membahas
Penyakit-Penyakit Virus Termasuk AIDS,
Flu Burung, Flu Babi dan SARS. Jakarta:
CV. Sagung Seto
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN MEKANISME KOPING PADA ODHA DI KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA PUSKESMAS
BERGAS,KECAMATAN BERGAS,KABUPATEN SEMARANG 17