Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS AKTOR DALAM PROSES IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI KOTA SEMARANG


(PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NO. 4 TAHUN 2013)

Albertus Kevin Priambodo, Dewi Rostyaningsih

Departemen Administrasi Publik


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro
Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman : http// www.fisip.undip.ac.id email fisip@undip.ac.id
ABSTRAK
Kasus HIV/AIDS di Kota Semarang setiap tahunnya terus mengalami peningkatan yang
cukup signifikan. Kota Semarang sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah menempati
posisi yang tertinggi dibanding kota-kota lainnya di Provinsi Jawa Tengah. Peningkatan
kasus HIV/AIDS yang cukup signifikan tersebut, memerlukan penanganan yang
sistematis, komprehensif, partisipatif, dan berkesinambungan. Atas dasar pemikiran
tersebut, Pemerintah Kota Semarang kemudian mengeluarkan kebijakan tentang
Penanggulangan HIV/AIDS di Kota Semarang. Masalah yang muncul adalah terkait
sejauh mana keterlibatan aktor dalam proses implementasi kebijakan penanggulangan
HIV/AIDS di Kota Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
karakteristik lembaga dan penguasa; kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor; serta
kepatuhan dan daya tanggap dari aktor yang terlibat dalam proses implementasi
kebijakan penanggulangan HIV/AIDS di Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
karakteristik lembaga / stakeholder yang dimiliki oleh aktor-aktor yang terlibat
mendukung adanya pelaksanaan program-program penanggulangan HIV/AIDS, meski
demikian beberapa aktor masih memiliki pengetahuan yang rendah terkait kebijakan
penanggulangan HIV/AIDS di Kota Semarang. Adapun aktor yang memiliki
pengetahuan yang rendah adalah Dinas Sosial, ODHA, dan masyarakat. Hal ini
kemudian menyebabkan tingkat kepatuhan yang dimiliki oleh beberapa aktor tersebut
dikatakan rendah, seperti contohnya Dinas Sosial dan ODHA. Meskipun demikian daya
tanggap yang dimiliki oleh masing-masing aktor dapat terbilang cukup baik. Disamping
itu, dalam penelitian ini beberapa aktor juga telah diklasifikasikan ke dalam beberapa
tipe menurut kekuasaan dan kepentingan yang dimilikinya. Beberapa tipe aktor tersebut
antara lain Key Player, Subject, Context Setter, dan Crowd. Aktor yang tergolong dalam
Key Player adalah Dinas Kesehatan dan Komisi Penanggulangan AIDS, aktor yang
tergolong Subject yaitu Tenaga Kesehatan, LSM, dan ODHA, aktor yang tergolong
Context Setter adalah Dinas Sosial, dan aktor yang tergolong Crowd adalah Masyarakat.
Kata kunci : Aktor Implementasi, Karakteristik, Kekuasaan dan Kepentingan, Strategi,
Kepatuhan dan Daya Tanggap
PENDAHULUAN cara yang ditempuh oleh pemerintah
A. Latar Belakang Indonesia dalam menanggulangi

HIV atau Human Immunodeficiency HIV/AIDS ialah dengan mengeluarkan

Virus merupakan penyakit yang tidak Peraturan Presiden Nomor 75 tahun

lagi asing di kalangan masyarakat saat 2006. Dalam Perpres tersebut dijelaskan

ini. Penyebarannya yang begitu pesat bahwasanya penanggulangan

membuat seluruh negara menjadi sangat HIV/AIDS di Indonesia perlu lebih

khawatir akan hal ini. Pada saat ini HIV diintensifkan. Salah satu caranya ialah

sudah menyerang berbagai kalangan dengan merangkul pemerintah-

masyarakat di penjuru dunia tanpa pemerintah daerah serta lembaga-

memandang status sosial, tingkat lembaga terkait untuk turut andil

kekayaan maupun usia. berperan dalam menganggulangi wabah

Keganasan penyakit ini telah HIV/AIDS ini.

menyebabkan sebanyak 5,8 juta orang Merespon hal tersebut, pemerintah


Jawa Tengah kemudian menetapkan
di dunia telah meninggal karenanya dan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah
1,3 juta orang diantaranya merupakan
Nomor 5 Tahun 2009 tentang
bayi dan anak dibawah umur.
Penanggulangan HIV dan AIDS serta
Disamping itu, penyakit ini (AIDS) juga
Peraturan Gubernur Nomor 72 Tahun 2010
telah menjadi penyebab kematian utama tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
di Amerika Serikat, Afrika Sub-sahara Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5
dan Thailand. Selain itu, angka usia Tahun 2009 tentang penanggulangan HIV
harapan hidup di beberapa negara di dan AIDS. Berdasarkan data dari
dunia juga ikut menurun karena epidemi Kementrian Kesehatan pada Januari-Maret

AIDS ini. 2017, jumlah pengidap HIV di Jawa

Menurut data Kementrian Tengah sendiri telah mencapai 1171 orang.


Jumlah ini merupakan yang terbanyak ke-4
Kesehatan, angka pengidap HIV di
di Indonesia setelah Jawa Timur, Jawa
Indonesia sekarang telah mencapai
Barat, dan DKI Jakarta.
127.427 orang dan pengidap AIDS
Jumlah kasus HIV/AIDS setiap
sebanyak 52.348 orang. Jumlah
tahunnya mengalami peningkatan yang
penderita HIV/AIDS yang tinggi ini
cukup signifikan, tak terkecuali pada
membuat pemerintah bekerja keras
provinsi Jawa Tengah. Kasus
untuk menanggulanginya. Salah satu
HIV/AIDS di Provinsi Jawa Tengah
setiap tahunnya mengalami HIV/AIDS yang sangat tinggi yaitu
peningkatan. Berdasarkan data yang sebesar 893 orang terjangkit HIV dan
terkumpul dari Dinas Kesehatan 408 orang terjangkit AIDS. Tingginya
Provinsi Jawa Tengah, berikut grafik angka pengidap HIV/AIDS di Kota
Jumlah Kasus Baru HIV di Provinsi Semarang ini kemudian semakin
Jawa Tengah pada tahun 2013-2017. diperjelas dengan data dari Dinas
Gambar 1. Jumlah Kasus Baru HIV di Kesehatan Kota Semarang yang
Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013- menunjukkan adanya trend kumulatif
2017 peningkatan jumlah pengidap
HIV/AIDS di Kota Semarang dari
periode 1995-2017 dengan rincian
sebagai berikut.
Gambar 2. Kumulatif Kasus HIV tahun
1995-2017 di Kota Semarang

Sumber : Profil Kesehatan Tahun 2017


Provinsi Jawa Tengah

Kasus HIV/AIDS di Jawa Tengah


sendiri sejatinya telah menyebar hampir
ke seluruh kota maupun kabupaten di
Jawa Tengah. Ibukota Jawa Tengah, Sumber : Profil Kesehatan Kota
Semarang Tahun 2017
Kota Semarang, menempati peringkat
tertinggi Kasus HIV/AIDS sejak tahun Melihat data dari Profil Kesehatan

1993-2013. Kota Semarang tahun 2017 tersebut


diperoleh hasil akhir yang kurang baik
Berdasarkan data dari Strategi dan
yaitu didapatinya peningkatan trend dari
Rencana Aksi Daerah Jawa Tengah,
jumlah kasus HIV di Kota Semarang.
menunjukkan bahwa angka HIV/AIDS
Berdasarkan gambar grafik tersebut
di Kota Semarang sangatlah tinggi.
kasus HIV mengalami peningkatan
Apabila dibandingkan dengan kota-kota
sebesar 8,6% pada tahun 2017. Data
lainnya di Jawa Tengah, kota Semarang
tersebut merupakan data kasus HIV
menyumbang angka pengidap
yang ditemukan di Kota Semarang dari kebijakan publik. Langkah ini penulis
laporan klinik VCT. pilih karena melihat pentingnya proses
Menanggapi hal-hal diatas, implementasi dalam mewujudkan
pemerintah Kota Semarang kemudian sebuah tujuan kebijakan publik. Proses
mengeluarkan Perda No. 4 Tahun 2013 implementasi kebijakan sejatinya
tentang Penanggulangan HIV/AIDS di merupakan sebuah “jembatan” yang
Kota Semarang. Kota Semarang sebagai mampu menghubungkan antara dunia
ibukota Provinsi Jawa Tengah konsep dengan dunia realita seperti
seharusnya mampu menjadi role mode yang dikatakan oleh Grindle dalam
atau contoh dalam pemberian pelayanan buku Erwan Agus Purwanto (2015:65)
kesehatan yang terbaik khususnya yang menyebutkan bahwasanya
dalam penanggulangan HIV/AIDS di implementasi “establish a link that
Jawa Tengah. Namun melihat trend allows goals of public policies to be
kasus HIV/AIDS di Kota Semarang dari realized as outcomes of governmental
tahun ke tahun yang cenderung activity”. Kutipan tersebut kemudian
mengalami peningkatan, maka didukung dengan pernyataan yang
keberjalanan program pelayanan mengatakan bahwa untuk menjawab
kesehatan untuk menanggulangi kasus fenomena implementasi kebijakan
HIV/AIDS (Proses Implementasi Perda) hanya dapat dilakukan apabila seorang
ini dirasa perlu ditinjau lebih dalam peneliti mampu memahami proses
apakah sudah berjalan efektif serta implementasi kebijakan secara baik
efisien dalam menangani kasus (Erwan Agus Purwanto, 2015:66).
HIV/AIDS di Kota Semarang ini atau Proses implementasi sendiri
justru terdapat kendala-kendala yang sejatinya terdiri dari beberapa tahapan
menghambatnya. mulai dari penetapan tujuan dan sasaran
hingga pada penilaian kinerja. Pada
Dalam penelitian ini penulis
penelitian ini secara lebih mendalam
nantinya akan mencoba melihat
penulis nantinya akan memfokuskan
implementasi kebijakan dari sudut
penelitian pada analisis peran aktor atau
pandang yang berbeda dari penelitian-
implementor dalam proses
penelitian sebelumnya. Penulis nantinya
implementasi kebijakan
akan coba menganalisis lebih dalam
penanggulangan HIV/AIDS di Kota
terkait salah satu proses implementasi
Semarang. Topik ini penulis pilih 1. Mengetahui karakteristik peran aktor
karena seperti yang dikatakan oleh dalam proses implementasi kebijakan
beberapa tokoh kebijakan publik, penanggulangan HIV/AIDS di Kota
berhasil atau tidaknya implementasi Semarang.
kebijakan akan sangat dipengaruhi oleh 2. Menganalisis kekuasaan,
aktor yang berperan di dalamnya. Maka kepentingan dan strategi aktor dalam
dari itu, dengan adanya penelitian ini, proses implementasi kebijakan
diharapkan nantinya peneliti mampu penanggulangan HIV/AIDS di Kota
mengidentifikasi fenomena implemen- Semarang.
tasi kebijakan HIV/AIDS di Kota 3. Menganalisis tingkat kepatuhan dan
Semarang serta menganalisis sejauh daya tanggap aktor dalam proses
mana peran aktor dalam menunjang implementasi kebijakan
keberhasilan proses implementasi penanggulangan HIV/AIDS di Kota
kebijakan penanggulangan HIV/AIDS Semarang
yang ada di Kota Semarang. D. Kerangka Teori
B. Rumusan Masalah 1. Administrasi Publik
1. Bagaimana karakteristik lembaga Berdasarkan pengertian secara luas,
dan penguasa dalam proses administrasi berasal dari bahasa
implementasi kebijakan Inggris “Administration” yang
penanggulangan HIV/AIDS di Kota diartikan sebagai seluruh proses
Semarang? kerjasama antara dua orang atau
2. Bagaimana kekuasaan, lebih guna mencapai suatu tujuan
kepentingan dan strategi aktor dalam bersama. Berlandaskan hal ini
proses implementasi kebijakan kemudian dikembangkanlah
penanggulangan HIV/AIDS di Kota pengertian dari Administrasi Publik.
Semarang? Administrasi Publik menurut Gerald
3. Bagaimana tingkat kepatuhan dan Caiden didefinisikan sebagai segala
daya tanggap aktor dalam proses bentuk kegiatan yang berhubungan
implementasi kebijakan dengan penyelenggaraan urusan
penanggulangan HIV/AIDS di Kota publik atau kebutuhan publik.
Semarang? Disisi lainnya pengertian
C. Tujuan administrasi publik disampaikan oleh
Chandler dan Plano (dalam legislatif. Disamping itu, senada
Yeremias Keban, 204) yang dengan Laswell dan Kaplan, David
menyatakan bahwa Admnistrasi Easton dalam Subarsono (2005:2)
Publik merupakan suatu proses mengartikan kebijakan publik
dimana sumber daya dan personil sebagai pengalokasian nilai-nilai
publik diorganisir dan di kepada masyarakat.
koordinasikan untuk mem- Thomas R. Dye dalam Tilaar
formulasikan, mengimplemen- dan Nugroho (2008:185) menyatakan
tasikan, dan mengelola (manage) bahwa kebijakan publik merupakan
keputusan-keputusan dalam segala sesuatu yang dikerjakan dan
kebijakan publik. Selain itu, tidak dikerjakan oleh pemerintah.
Chandler dan Plano juga Selanjutnya Thomas R. Dye juga
menyatakan bahwa Administrasi menjelaskan bahwa setidaknya
Publik merupakan seni dan ilmu (art terdapat 6 tahapan dari kebijakan
and science) yang ditujukan untuk publik yaitu identifikasi masalah,
mengatur “public affair” dan penyusunan agenda, formulasi
melaksanakan berbagai tugas yang kebijakan, legitimasi kebijakan,
telah ditetapkan. Sebagai suatu implementasi kebijakan, dan yang
disiplin ilmu, adminitrasi publik terakhir adalah evaluasi kebijakan.
bertujuan untuk memecahkan 3. Aktor Implementasi Kebijakan
masalah-masalah publik melalui Publik
perbaikan-perbaikan terutama di Berdasarkan Teori Merilee S.
bidang organisasi , sumber daya Grindle yang dikutip dari Subarsono
manusia dan keuangan. (2011:93), implementasi kebijakan
2. Kebijakan Publik dipengaruhi oleh dua variabel besar
Definisi kebijakan publik menurut yakni isi kebijakan (content of
James A. Anderson dalam buku policy) dan lingkungan implementasi
Subarsono (2005:2) adalah kebijakan (context of policy). Konten
yang diterapkan oleh badan-badan Kebijakan lebih berkaitan dengan isi
dan aparat pemerintah. Badan-badan dari kebijakan tersebut, sedangkan
atau aparat pemerintah disini konteks kebijakan berkaitan dengan
meliputi badan eksekutif serta badan lingkungan yang mempengaruhi
implementasi kebijakan tersebut, Setiap aktor memiliki
seperti contohnya peran atau kepentingan atau minatnya
keterlibatan aktor yang bersangkutan. masing-masing, bahkan tak
Menurut Merilee S. Grindle, sedikit aktor juga memanfaatkan
terdapat 3 unsur yang termasuk kekuasaannya untuk mencapai apa
dalam Konteks Kebijakan. Adapun yang menjadi minatnya dengan
ketiga unsur tersebut adalah: berbagai macam strateginya. Oleh
a Karakteristik Lembaga dan sebab itu, pemahaman terkait
Penguasa kekuasaan, kepentingan, serta
Karakteristik lembaga dan strategi yang digunakan oleh aktor
penguasa berkaitan dengan tujuan, yang terlibat sangatlah penting
tugas, fungsi, sumber daya yang untuk melihat sejauh mana
dimiliki serta posisi dari lembaga pengaruh aktor tersebut dalam
tersebut dan bagaimana lembaga pencapaian keberhasilan
tersebut ambil bagian dalam implementasi kebijakan.
pemecahan konflik di dalam Eden and Ackermann
proses implementasi kebijakan. mengklasifikan aktor-aktor yang
Berdasarkan Tabel terlibat menggunakan Model
Karakteristik Stakeholder yang Power versus Interest Grid.
tercantum dalam “Modul Melalui model ini dapat diketahui
Pelatihan Analis Kebijakan Edisi 4 jenis aktor sebagai berikut: Key
Revisi” karangan Erna Irawati, Player, Subject, Context Setter,
dkk setidaknya terdapat beberapa Crowd.
poin penting terkait Karakteristik
Lembaga dan Penguasa seperti
Jenis Lembaga, Tingkat
Pengetahuan, Posisi Lembaga,
Sumber Daya, dan Tipe
Kepemimpinan yang dimiliki oleh
aktor tersebut.
b Kekuasaan, Kepentingan, dan c Kepatuhan dan Daya Tanggap
Strategi Aktor
Hal ini berkaitan dengan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota
kepatuhan dan daya tanggap atau Semarang No. 4 tahun 2013, aktor yang

responsifitas yang dimiliki oleh terlibat dalam implementasi kebijakan


penanggulangan HIV/AIDS adalah
implementor dalam mencukupi
Pemerintah Daerah (Walikota/Dinas
kebutuhan masyarakat. Perihal
Kesehatan), Komisi Penanggulangan AIDS,
kepatuhan implementor ini dapat
Pekerja Sosial (dalam penelitian ini
dinilai dari kegiatan-kegiatan
diwakili oleh Dinas Sosial), Tenaga
yang dijalankan oleh implementor
Kesehatan (contohnya Puskesmas), LSM,
tersebut apakah telah sesuai ODHA, dan masyarakat umum. Apabila
dengan arahan dan kewajibannya diklasifikan menurut konsep Good
dalam kebijakan atau belum. Governance, maka di dapati hasil sebagai
E. Metode Penelitian berikut: Pemerintah Daerah/Dinas
Pada penelitian ini, peneliti akan Kesehatan (state), Komisi Penanggulangan

menggunakan metode penelitian AIDS (state), Dinas Sosial (state),


Puskesmas (state), LSM (civil society),
deskriptif kualitatif. Penelitian ini
ODHA (civil society), dan masyarakat
berlokasi di Kota Semarang.
umum (civil society).
Informan dalam penelitian ini
ditentukan dengan teknik purposive. A. Karakteristik Lembaga dan Penguasa

Kemudian dilanjutkan dengan teknik Untuk mengetahui Karakteristik


Lembaga dan Penguasa secara
snowball dalam memperoleh data
mendalam, peneliti menggunakan Tabel
pendukung penelitian. Adapun untuk
Karakteristk Stakeholder seperti yang
teknik pengumpulan data, peneliti
tercantum pada “Modul Pelatihan
menggunakan teknik wawancara,
pengumpulan data sekunder, dan Analis Kebijakan Edisi Revisi”

penelitian kepustakaan. Teknik yang karangan Erna Irawati, dkk. Dalam


dipakai untuk menguji keabsahan adalah tabel tersebut berdasarkan data di
teknik trianggulasi. Untuk analisis lapangan di dapati hasil bahwa dalam
intepretasi data, peneliti terlebih dahulu proses implementasi kebijakan
mengumpulkan data, mereduksi data, penanggulangan HIV/AIDS di Kota
menguji keabsahan, menyajikan data, Semarang terdapat 4 aktor yang
kemudian menarik kesimpulan.
berasal dari internal pemerintah
HASIL PENELITIAN DAN (Dinas Kesehatan, Komisi
PEMBAHASAN Penanggulangan AIDS, Dinas Sosial,
dan Puskesmas) dan 3 aktor yang menggunakan tipe Demokratis dalam
berasal dari eksternal pemerintah menjalankan roda organisasinya.
(LSM, ODHA, dan masyarakat B. Kekuasaan, Kepentingan, dan
umum). Aktor yang memiliki Strategi Aktor

pengetahuan yang rendah terkait Berdasarkan data yang peneliti dapatkan


di lapangan, berikut merupakan
Peraturan Daerah Kota Semarang
pemetaan aktor menurut Power vs
No. 4 tahun 2013 adalah Dinas
Interest Grid milik Eden dan
Sosial, ODHA, dan masyarakat,
Ackermann
sedangkan aktor lainnya seperti
Dinas Kesehatan, Komisi
Penanggulangan AIDS, Tenaga
Kesehatan dan Lembaga Swadaya
Masyarakat sudah memiliki
pengetahuan yang cukup terkait isi
dari perda ini. Meskipun demikian,
semua aktor yang terlibat
Pada gambar di atas, kita dapat melihat
memberikan dukungannya pada
bahwa aktor yang digolongkan sebagai
proses implementasi kebijakan
Subject adalah Tenaga Kesehatan, LSM,
penanggulangan HIV/AIDS di Kota
dan ODHA. Ketiga aktor ini memiliki
Semarang. Pada dasarnya semua
Interest yang tinggi terhadap
aktor memiliki sumber daya yang
implementasi kebijakan penanggulangan
mencukupi untuk melaksanakan HIV/AIDS di Kota Semarang, akan
program-program penanggulangan tetapi aktor-aktor tersebut tidak
HIV/AIDS, akan tetapi hal ini tidak memiliki kekuasaan atau Power yang
berlaku bagi ODHA dan masyarakat. tinggi untuk mempengaruhi
ODHA dan masyarakat hanya implementasi kebijakan penanggulangan

memiliki sumber pengetahuan HIV/AIDS di Kota Semarang. Di sisi


lainnya, Dinas Sosial digolongkan ke
sebagai modalnya untuk
dalam Context Setter. Hal ini
melaksanakan kegiatan
dikarenakan meski Dinas Sosial
penanggulangan HIV / AIDS.
memiliki Power yang tinggi, tetapi
Sedangkan untuk Tipe
kepentingan atau ketertarikannya
Kepemimpinan, sebagian besar aktor
(Interest) untuk lebih mendalami
persoalan HIV/AIDS ini cukup rendah. menjalankan kewajibannya sesuai
Berbeda dengan aktor-aktor dengan yang tercantum dalam Peraturan
sebelumnya, Masyarakat di golongkan Daerah Kota Semarang No. 4 tahun
ke dalam Crowd. Hal ini disebabkan 2013. Namun ada beberapa aktor yang
karena masyarakat memiliki Power yang belum menjalankan kewajibannya secara
rendah untuk mempengaruhi optimal seperti Dinas Sosial dan ODHA.
pelaksanaan implementasi kebijakan Dari 5 kewajiban pekerja sosial, Dinas
penanggulangan HIV/AIDS di Kota Sosial baru menjalankan 2
Semarang, dan juga memiliki Interest kewajibannya. Sedangkan 3 kewajiban
yang cukup rendah terkait persoalan lainnya belum dijalankan oleh Dinas
HIV/AIDS di Kota Semarang. Sosial karena beberapa sebab seperti
Sebaliknya, Dinas Kesehatan dan terkait penyelenggaraan proses
Komisi Penanggulangan AIDS memiliki pelayanan mulai dari kontak awal
Power yang tinggi untuk mempengaruhi (intake) sampai dengan pengakhiran
implementasi kebijakan penanggulangan
secara bertanggung jawab, Dinas
HIV/AIDS di Kota Semarang.
Sosial mengatakan bahwa untuk saat ini
Disamping itu kedua aktor ini juga
pihaknya tengah berfokus pada kegiatan
memiliki Interest yang tinggi terkait
sosialisasi pencegahan HIV/AIDS di
penanggulangan HIV/AIDS di Kota
masyarakat. Sedangkan terkait
Semarang. Hal ini dikarenakan kedua
kewajibannya melakukan pencegahan
lembaga ini memang memiliki fokus
praktek yang tidak manusiawi dan
kerja pada bidang kesehatan, khususnya
diskriminatif baik terhadap
kesehatan masyarakat Kota Semarang.
perorangan maupun kelompok, Dinas
Oleh karenanya, Dinas Kesehatan dan
Komisi Penanggulangan AIDS Sosial mengatakan bahwa pihaknya

dikategorikan sebagai Key Player dalam tengah merencanakan kegiatan yang

Proses Implementasi Kebijakan berhubungan dengan hal tersebut, dan

Penanggulangan HIV/AIDS di Kota rencananya baru akan dilaksanakan pada

Semarang. akhir tahun ini. Di sisi yang lain

C. Kepatuhan dan Daya Tanggap berkaitan dengan hal pemberian saran,

Berdasarkan data yang peneliti dapatkan nasehat dan bimbingan kepada klien,
di lapangan, Dinas Kesehatan, Komisi Dinas Sosial mengatakan bahwa
Penanggulangan AIDS, Tenaga hingga saat ini pihaknya belum
Kesehatan, LSM, dan masyarakat yang menerima adanya keluhan apapun,
memiliki tempat usaha beresiko telah
sehingga kegiatan tersebut belum Kota Semarang No. 4 tahun 2013.
terlaksana. Dalam peraturan daerah tersebut
Hampir serupa dengan Dinas disebutkan terkait siapa saja aktor
Sosial, ODHA juga hanya yang bertanggung jawab dan
menjalankan 1 dari 3 kewajibannya berperan dalam upaya
yang tercantum dalam Peraturan penanggulangan HIV/AIDS di Kota
Daerah Kota Semarang No. 4 tahun Semarang. Beberapa aktor yang
2013. Hal ini disebabkan karena tercantum dalam Perda tersebut
rendahnya tingkat kesadaran ODHA antara lain Pemerintah Daerah,
akan penyakit yang di deritanya dan Tenaga Kesehatan, Pekerja Sosial,
kurangnya dukungan bagi ODHA Komisi Penanggulangan AIDS,
untuk menjalankan kewajibannya Lembaga Swadaya Masyarakat,
berobat sehingga masih banyak ODHA, dan masyarakat. Aktor-aktor
ditemui ODHA yang menghentikan tersebut memiliki tugas dan
pengobatannya dan sulit untuk kewajibannya masing-masing.
dilacak keberadaannya. Adapun berdasarkan penelitian di
lapangan, di dapatilah hasil Analisis
KESIMPULAN DAN SARAN
Aktor dalam Proses Implementasi
A. Kesimpulan
Kebijakan Penanggulangan
Tingginya angka HIV/AIDS di Kota
HIV/AIDS di Kota Semarang
Semarang dari tahun ke tahun
sebagai berikut:
menjadi keprihatinan tersendiri bagi
1. Karakteristik Lembaga dan
pemerintah Kota Semarang. Pasalnya
Penguasa
berdasarkan data dari Strategi dan
Dalam penelitian ini terdapat 4
Rencana Aksi Daerah Jawa Tengah
aktor yang merupakan Internal
menunjukkan bahwa angka
Pemerintah, keempat aktor
HIV/AIDS di Kota Semarang
tersebut antara lain Dinas
merupakan yang tertinggi di Jawa
Kesehatan, Komisi Penanggulang-
Tengah. Melihat hal ini pemerintah
an AIDS, Dinas Sosial dan
Kota Semarang kemudian terdorong
Puskesmas. Sedangkan aktor
untuk merumuskan kebijakan
Eksternal pemerintah yang
penanggulangan HIV/AIDS di Kota
berperan dalam penanggulangan
Semarang yaitu Peraturan Daerah
AIDS antara lain LSM, ODHA, Kesehatan dan Komisi
dan Masyarakat. Berdasarkan Penanggulangan AIDS.
penelitian di lapangan ditemukan b. Subject
fakta bahwa masih terdapat aktor Aktor dengan Interest yang
dalam kebijakan ini yang belum tinggi tetapi memiliki Power
memiliki pengetahuan tentang yang rendah yaitu Puskesmas,
Peraturan Daerah Kota Semarang LSM, dan ODHA.
No. 4 tahun 2013. Aktor yang c. Context Setter
dimaksudkan tersebut adalah Aktor dengan Power yang
Dinas Sosial, ODHA, dan tinggi tetapi memiliki Interest
masyarakat, sedangkan aktor yang rendah yaitu Dinas
lainnya seperti Dinas Kesehatan, Sosial
Komisi Penanggulangan AIDS, d. Crowd
Tenaga Kesehatan dan LSM Aktor dengan Power yang
sudah memiliki pengetahuan yang rendah dan Interest yang
cukup terkait isi dari perda ini. rendah yaitu Masyarakat
Meski demikian aktor-aktor 3. Kepatuhan dan Daya Tanggap
tersebut memberikan dukungan- Berdasarkan penelitian di
nya pada kegiatan penanggulang- lapangan, dapat diketahui bahwa
an HIV/AIDS di Kota Semarang. sebagian besar aktor telah
2. Kekuasaan, Kepentingan dan melaksanakan kewajibannya
Strategi Aktor seperti yang tercantum pada
Berdasarkan hasil penelitian yang Peraturan Daerah Kota Semarang
telah peneliti lakukan di lapangan, No. 4 tahun 2013. Akan tetapi
berikut merupakan pembagian masih terdapat 2 aktor yang
aktor menurut Model Power vs memiliki tingkat kepatuhan yang
Interest Grid miliki Eden dan cukup rendah seperti Dinas Sosial
Ackermann: dan ODHA. Meski demikian
a. Key Player semua aktor yang terlibat dalam
Aktor dengan Power tinggi penanggulangan HIV/AIDS di
dan Interest tinggi yaitu Dinas Kota Semarang telah memiliki
daya tanggap yang cukup baik
dalam menangani permasalahan pentingnya mengkonsumsi obat
yang dapat timbul dalam secara rutin
implementasi kebijakan 5. Bagi ODHA, diharapkan dapat
penanggulangan HIV/AIDS di lebih kooperatif dengan
Kota Semarang. memberikan data/identitas diri
B. Saran dengan benar dan jelas kepada
1. Perlu dilakukan koordinasi antara petugas kesehatan, serta
Dinas Sosial, KPA, Dinas mematuhi setiap anjuran dokter
Kesehatan dan beberapa lembaga 6. Bagi Masyarakat, diharapkan
lainnya terkait apa yang menjadi dapat merangkul ODHA
tugas dan kepentingan masing- sehingga mereka tidak merasa
masing lembaga tersebut. tertekan dan tetap menjalankan
2. Bagi Lembaga Swadaya pengobatannya sebagaimana
Masyarakat, diharapkan mampu mestinya, disamping tetap
memberikan informasi atau menghindari kegiatan-kegiatan
edukasi dini kepada masyarakat yang beresiko pada penularan
terkait pencegahan HIV/AIDS HIV/AIDS.
dan bagaimana penularannya. DAFTAR PUSTAKA
3. Pemerintah harus berkomitmen Buku
untuk memberikan penghargaan Abdul Wahab, Solichin.2008.Analisis
atau apresiasi kepada lembaga- Kebijakan : Dari Formulasi ke
Implementasi Kebijakan Negara
lembaga baik internal maupun Edisi Kedua. Jakarta : Bumi
eksternal pemerintah yang turut Aksara
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian
aktif terlibat menyelenggarakan Suatu Pendekatan Praktik.
kegiatan-kegiatan penanggulang- Jakarta:Rineka Cipta.
Darmadi, Hamid. 2013. Metode
an HIV/AIDS Penelitian Pendidikan dan Sosial.
4. Bagi Tenaga Kesehatan, Bandung : Alfabeta.
Dunn, William N. 2000. Pengantar
diharapkan dapat meningkatkan Analisis Kebijakan Publik.
pelayanan kesehatan bagi ODHA Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
dan memberikan pemahaman Hamdi, Muchlis. 2014. Kebijakan
Publik : Proses, Analisis, dan
kepada ODHA tentang
Partisipasi. Bogor : Ghalia
Indonesia
Irawati, Erna, dkk. 2017. Modul Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Pelatihan Analis Kebijakan Edisi Tengah Nomor 5 Tahun 2009
Revisi. Jakarta: Pusat Pembinaan http://download.portalgaruda.org
Analis Kebijakan Lembaga /article.php?article=121448&val
Administrasi Negara (LAN RI) =4925. Diunduh pada tanggal 16
Keban, Yeremias T. 2014. Enam Mei 2018.
Dimensi Strategis Administrasi Akib, Haedar. (2010). Implementasi
Publik: Konsep, Teori dan Isu. Kebijakan : Apa, Mengapa, dan
Yogyakarta: GAVA MEDIA. Bagaimana. Jurnal Administrasi
Muhidi, M. A. 2011. Panduan Praktis Publik Vol 1 No 1. Dalam
Memahami Penelitian (Bidang https://media.neliti.com/media/pu
SosialAdministrasi-Pendidikan). blications/97794-ID-
Bandung: CV Pustaka Setia. implementasi-kebijakan-apa-
Moelong, L. J. 2007. Metode Penelitian mengapa-dan-b.pdf. Diunduh
Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung: pada tanggal 22 Mei 2018.
PT Remaja Rosdakarya. Bellatrix, Ignatia, Herbasuki
Nugroho, Riant. 2014. Metode Nurcahyanto, dan Aufarul
Penelitian Kebijakan. Marom. (2014). Implementasi
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Peraturan Daerah Kota Semarang
Purwanto, Erwan Agustus dan Dyah Nomor 4 Tahun 2013 tentang
Ratih Sulistyastuti. 2015. Penanggulangan HIV/AIDS.
Implementasi Kebijakan Publik Journal of Public Policy and
Konsep dan Aplikasinya di Management Review Vol 3,
Indonesia. Yogyakarta : Gava Nomor 3. Dalam
Media. http://ejournal3.undip.ac.id.
Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Diunduh pada tanggal 5 Agustus
Publik Konsep, Teori dan 2018 pukul 20.00 WIB.
Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Fritantus,Yohanes dan Rukminingsih,
Pelajar. Nunuk. (2015). IMPLEMENTASI
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian KEBIJAKAN
Kualitatif. Bandung:Alfabeta. PENANGGULANGAN HIV
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian DAN AIDS DI KOTA
Kualitatif. Bandung:Alfabeta. SURABAYA (Kajian Peraturan
Suwitri, Sri. 2008. Konsep Dasar Daerah Kota Surabaya Nomor 4
Kebijakan Publik. Undip: Tahun 2013, Studi Kasus di
Semarang. Puskesmas Putat Jaya, Kota
Tilaar, H.A.R dan Riant Nugroho. 2008. Surabaya). JPAP Vol 1 No 1.
Kebijakan Pendidikan. Dalam http://jurnal.untag-
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. sby.ac.id/index.php/jpap/article/view/
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik 405. Diunduh pada tanggal 15
:Teori dan Proses. Yogyakarta Desember 2017 pukul 19.10 WIB.
:Med Press ( Anggota IKAPI ) Indah, Diyannita. Implementasi
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun
Jurnal Online 2010 tentang Penanggulangan
Afriani Hanna Sagala, Sri Suwitri, R. Human Immunodeficiency Virus
Slamet Santoso. Implementasi (HIV) dan Acquired Immuno
Kebijakan Penanggulangan HIV Deficiency. Dalam
dan AIDS di Jawa Tengah (Kajian https://ejournal3.undip.ac.id/inde
x.php/jpgs/article/view/4929. Diunduh pada tanggal 15 Maret 2019
Diunduh pada tanggal 16 Mei pukul 21.05
2018 pukul 18.35 WIB.
Rizzana, Sylfia. (2017). Implementasi http://digilib.unila.ac.id/10928/4/bab%
Kebijakan Penanggulangan 202.pdf. Diunduh pada tanggal 31 Mei
HIV/AIDS (Studi Implementasi 2019 pukul 01.37
Peraturan Daerah Nomor 14
Tahun 2008 tentang http://digilib.unila.ac.id/16079/17/BAB
Penanggulangan HIV/AIDS di %20II.pdf. Diunduh pada tanggal 30
Kabupaten Malang). Jurnal Ilmiah Juni 2019 pukul 21.00
Adminitrasi Publik (JIAP). JIAP
Vol. 3, No. 3, pp 162-167. Dalam Internet
http://ejournalfia.ub.ac.id/index.p
https://febriansyahtrainer1.wordpress.c
hp/jiap. Diunduh pada tanggal 21
om/2011/05/10/model-implementasi-
November 2017 pukul 18.00
kebijakan-publik-ripley-franklin/
WIB.
Zunyou Wu,Yu Wang, dkk. (2010).
http://jdihukum.jatengprov.go.id/downl
China AIDS Policy
oad/produk_hukum/pergub/pergub_tah
Implementation : Reversing the
un_2016/pergub_13_th_2016.pdf
HIV/AIDS epidemic by 2015.
International Journal of
www.kemkes.go.id/
Epidemiology, Volume 39. Dalam
https://doi.org/10.1093/ije/dyq220
http://mahasiswa.dinus.ac.id/docs/skrip
. Diunduh pada tanggal 16 Mei
si/bab4/20492.pdf
2018 pukul 20.00

http://eprints.undip.ac.id/37089/2/5- www.stakeholdermap.com
Bab_II.pdf. Diunduh pada tanggal 21
November 2017 pukul 18.30 WIB. Referensi Lainnya

http://eprints.uny.ac.id/18595/4/e.%20B Peraturan Daerah Kota Semarang No. 4


ab%202%2009417144028.pdf. Diunduh Tahun 2013
pada tanggal 21 November 2017 pukul Peraturan Menteri Kesehatan No 21
18.50 WIB. Tahun 2013
Strategi dan Rencana Aksi Daerah
http://elib.unikom.ac.id. Diunduh pada Penanggulangan HIV dan AIDS
tanggal 22 November 2017 pukul 20.15 di Provinsi Jawa Tengah 2014-
WIB 2018 oleh Komisi
Penanggulangan AIDS Provinsi
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/543/j Jawa Tengah
bptunikompp-gdl-agusrinant-27110-6- Peraturan Walikota Semarang Nomor
babii.pdf. Diunduh pada tanggal 10 40 tahun 2016 tentang Petunjuk
Desember 2017 pukul 19.05 WIB Pelaksanaan Peraturan Daerah
Kota Semarang Nomor 4 tahun
http://repository.unika.ac.id/16322/4/13 2013 tentang Penanggulangan
.20.0004%20Hilarius%20Kunto%20%2 HIV dan AIDS
85.46%25%29.BAB%20III.pdf.

Anda mungkin juga menyukai