Anda di halaman 1dari 6

KASUS HIV AIDS

Ibu Rumah Tangga Pengidap HIV/AIDS Lebih Banyak Ketimbang PSK

Tahun ini, data penderita HIV/AIDS dari berbagai daerah di Indonesia menunjukkan fakta
mengejutkan. Ibu rumah tangga mendominasi jumlah penderita HIV/AIDS di kalangan
perempuan. Di Jember, Jawa Timur, misalnya, Dinas Kesehatan setempat mencatat sekitar 30
persen dari 1.433 penderita HIV/AIDS di sana adalah ibu rumah tangga. Di Kupang,
kelompok ibu rumah tangga juga tercatat sebagai kelompok tertinggi pengidap HIV/AIDS,
yakni sekitar 15 persen dari total 646 pengidap. Demikian pula di Sumatera Selatan, dari 85
pengidap HI/AIDS di Kabupaten Ogan Komering Ulu, 21 diantaranya adalah ibu rumah
tangga.

Berdasarkan data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes)


Kementerian Kesehatan (Kemenkes) hingga September 2014, 54 persen pengidap HIV/AIDS
di Indonesia adalah laki-laki dan 29 persennya perempuan. Sekitar 17 persen lagi tidak
melaporkan jenis kelamin. Dari 29 persen tersebut, kebanyakan adalah ibu rumah tangga,
yakni mencapai 6.539 orang.

Faktor risiko penularan terbanyak melalui heteroseksual, yaitu 61,5 persen, diikuti penularan
melalui kelahiran 2,7 persen, kata Kepala Balitbangkes Kemenkes Tjandra Yoga Aditama
melalui siaran persnya, Minggu (30/11/2014).

Kerentanan ibu rumah tangga rentan tertular HIV/AIDS ditengarai disebabkan oleh
ketimpangan jender yang berdampak pada ketidakmampuan perempuan mengontrol perilaku
seksual suami, seperti membeli jasa pekerja seks komersial dan memakai narkoba suntik.
Para istri, karena berbagai alasan, seringkali tidak berdaya meminta suaminya memakai
kondom saat berhubungan seks, sehingga tertular virus mematikan ini karena berhubungan
seksual dengan suami tanpa alat pelindung.

Sementara perempuan pekerja seks justru lebih menyadari bahaya tertular virus HIV. Mereka
cenderung lebih memiliki posisi tawar yang tinggi untuk memaksa pelanggannya memakai
kondom. (*)

Menkes Ajak Remaja Cegah Penyebaran HIV&AIDS

Kasus HIV &AIDS di Indonesia sudah dalam kondisi lampu merah. Selama periode Januari
hingga September 2014, jumlah kasus HIV yang dilaporkan sebanyak 22.869 kasus dan
AIDS 1.876 kasus. Sementara sepanjang tahun lalu, kasus HIV yang dilaporkan berjumlah
29.037 dan AIDS 6.266 kasus.

Kondisi mengkhawatirkan tersebuttentu harus diperangi bersama, termasuk oleh remaja


sebagai generasi penerus bangsa. Menteri Kesehatan Prof. Dr. dr. Nila F. Moeloek, Sp.M (K)
pun mengajak para remajauntuk berperan aktif dalam mencegah penyebaran virus HIV
&AIDS.

Saya berharap kalian dapat menjadi agen perubahan, sekaligus menyebarluaskan


informasimengenai bahaya HIV & AIDS. Yang terpenting, hindari perilaku negatif yang
dapat memicu penularan penyakit ini, seperti narkoba dan seks bebas, kata Menkes di
hadapan 200 siswa sekolah menengah yang mengikuti Gebyar Remaja Indonesia Peduli HIV
& AIDS di Universitas Negeri Jakarta, Jumat (12/12).

Saat ini, baru sekitar 11-13 persen remaja Indonesia yang benar-benar memahamibahaya HIV
& AIDS. Padahal, jumlah pasien darikalangan anak-anak dan remaja terus meningkat. Data
Kemenkes menunjukkan selama periode Juli-September 2014, sekitar 1,1 persen pasien HIV
berasal dari kelompok usia 5-14 tahun.

Untuk meningkatkan kesadaran remaja terhadap bahaya HIV & AIDS, Kementerian
Kesehatan bekerja sama dengan KPAN, BKKBN, dan BNN mengampanyekanprogram Aku
Bangga, Aku Tahu sejak 2011. Program berupa penyuluhan dan pemberian pengetahuan ini
khususnya ditujukan bagi remajaberumur 15-24 tahun.

Upaya menurunkan jumlah kasus HIV & AIDS harus terus dilakukan sampai target zero
new infection tercapai. Saya yakin kita pasti bisa, terutama dengan bantuan remaja Indonesia
yang saat ini jumlahnya mencapai 67 juta jiwa, kata Menkes Nila.

Acara pada siang hingga sore hari tersebut juga diisi dengan dialog interaktif dengan
narasumber psikolog Ratih Ibrahim, Marsya Idol, dr Herbert Situmorang, dan Ginan dari
Rumah Cemara. Penampilan Abdul and The Coffee Theory dan Dance4Life pun tidak kalah
menarik perhatian. Dance4Life sendiri merupakan gerakan internasional yang bertujuan
mengarahkan para remaja untuk mencegah penyebaran HIV & AIDS lewat kegiatan positif,
seperti menari dan bermain musik. []

Epidemi AIDS Bisa Berakhir Pada Tahun 2030

Dunia akan menyaksikan berakhirnya epidemi AIDS lima belas tahun dari sekarang. Badan
PBB untuk HIV/AIDS, UNAIDS, merilis serangkaian tujuan yang mereka sebut pendekatan
jalur-cepat dalam upaya memberantas penyakit ini sepenuhnya pada 2030.

UNAIDS melaporkan jalur-cepat ini juga akan mencegah hampir 28 juta infeksi HIV baru
dan 21 juta kematian terkait AIDS dapat dihindari. Jika dunia tak cepat meningkatkan upaya
pemberantasan HIV-nya dalam lima tahun ke depan, epidemi cenderung untuk bangkit
kembali dengan tingkat lebih tinggi dari infeksi HIV baru sekarang ini.

Dalam lima tahun mendatang, sasaran yang hendak dicapai antara lain yang disebut 90-90-
90, yakni 90 persen dari orang yang hidup dengan HIV mengetahui status HIV mereka; 90
persen dari orang-orang yang mengetahui status HIV-positif mereka pada pengobatan; dan
90 persen dari orang yang memakai pengobatan dengan muatan virus yang ditekan. Sasaran
lainnya adalah mengurangi jumlah infeksi HIV baru tahunan lebih dari 75%, menjadi 500
ribu pada 2020, dan mencapai tingkat diskriminasi nol.

Di Indonesia sendiri, pemerintah optimistis Indonesia bebas HIV/AIDS pada 2030.


Keyakinan pemerintah ini berdasarkan upaya-upaya yang telah dilakukan, misalnya
banyaknya tenaga konseling dan tes HIV di sejumlah puskesmas yang tersebar di Indonesia.

Antara 2006 hingga 2014, kasus HIV/AIDS cenderung turun, khususnya di kalangan
pengguna napza suntik dan pekerja seks. Kualitas hidup yang lebih baik yang memungkinkan
ODHA (orang dengan HIV/AIDS) bisa terus hidup mencapai hampir 100 persen.
Salah satu tantangan yang dihadapi pemerintah Indonesia adalah meningkatnya infeksi
HIV/AIDS dari seks antarsesama jenis (LSL) dan laki-laki berisiko tinggi (LBT). Data
Kementerian Kesehatan mencatat, laki-laki yang melakukan hubungan seks atau `bermain` ke
tempat pelacuran dan tidak mau menggunakan kondom meningkat dari 0,1 menjadi 0,7 atau
naik 600 persen.

Direktur Regional UNAIDS untuk wilayah Asia dan Pasifik, Steve Kraus mengatakan upaya
yang dilakukan Indonesia cukup signifikan dan patut diperhatikan. Menurutnya, Program
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) yang dilakukan Indonesia cukup sukses.
Begitu juga dengan tes dan pengobatan terhadap penderita yang dia nilai sangat baik.
Komitmen pemerintah untuk mendanai HIV/AIDS pun cukup kuat. Menurut laporan, 90
persen biaya penanganan HIV/AIDS di Indonesia ditanggung pemerintah. (*)

Jumlah Penderita HIV/AIDS Di Lapas/Rutan Meningkat

Peringatan Hari AIDS Sedunia (HAS) di Indonesia tahun ini mengambil tema Cegah dan
Lindungi Diri, Keluarga, dan Masyarakat
dari HIV & AIDS dalam Rangka Perlindungan HAM. Menteri Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat menunjuk Kementerian Hukum dan HAM sebagai sektor utama
Pelaksana Peringatan HAS 2014 di tingkat nasional dan daerah.

Dalam sambutan peringatan HAS, Menkum HAM Yasonna H. Laoly berharap peringatan
Hari AIDS Sedunia dapat melecut kembali tekad dan semangat semua kalangan untuk
menanggulangi penularan HIV/AIDS, khususnya di lembaga pemasyarakatan/rumah tahanan.

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, menurut Menkum HAM, antara lain perlunya
mendorong pemerintah melakukan advokasi terhadap diversifikasi hukuman bagi para pelaku
penyalahgunaan narkoba untuk mengurangi overcrowded lapas/rutan. Pemerintah juga perlu
memberikan dana yang memadai untuk mewujudkan program pengendalian HIV/AIDS yang
komprehensif di lingkungan lapas/rutan.

Koordinasi antarsektor dan organisasi yang relevan, seperti dengan Kementerian Kesehatan
dan Badan Narkotika Nasional, mesti ditingkatkan.

Yang dilakukan berikutnya adalah penyediaan program dan layanan deteksi dini HIV/AIDS,
pemeriksaan dan pengobatan, serta perawatan warga binaan pemasyarakatan. Petugas
Pemasyarakatan pun perlu mendapat pelatihan dan penyegaran agar memiliki pengetahuan
dan kemampuan yang memadai dalam menjalankan program penanggulangan HIV/AIDS,
kata Menkum HAM.

Dalam data Kemenkum HAM, penderita HIV/AIDS yang ditangani lapas/rutan berdasarkan
periode Oktober 2011 berjumlah 787 dan meningkat menjadi 1.042. Tingginya penderita
penyakit HIV/AIDS di kalngan penghuni lapas/rutan ini menarik perhatian Menkum HAM
dan Menkes.

Indonesia, dalam laporan UNAIDS 2008, masuk ke dalam daftar negara di Asia dengan laju
perkembangan epidemi HIV tercepat. Jumlah kasus HIV & AIDS yang dilaporkan
mengalami percepatan sejak pertama kali ditemukan pada 1987. Hingga saat ini, sudah
sekitar 85 persen dari total seluruh kabupaten/kota di Indonesia melaporkan adanya kasus
HIV & AIDS. Ini akan terus bertambah jika tidak ada upaya maksimal dari pemerintah pusat,
maupun daerah, dalam penanggulangannya.

Hingga Maret 2014, tercatat lebih dari 100 ribu kasus HIV dan lebih dari 40 ribu diantaranya
berada pada tahap AIDS. Angka ini masih jauh dari prediksi jumlah sesungguhnya yang
diperkirakan mencapai lebih dari 500 ribu kasus. Dari jumlah tersebut, sekitar 1700 orang per
bulan terinfeksi baru HIV, di mana 17 diantaranya ditularkan dari ibu kepada anak.

Tren kasus HIV & AIDS di sebagian besar negara di dunia menurun, namun Indonesia
termasuk satu dari sembilan negara yang memiliki peningkatan kasus infeksi HIV pada usia
15-49 tahun, lebih dari 25 persen. (*)

STOP HIV AIDS


HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah Virus yang melemahkan sistem kekebalan
tubuh manusia.

AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndroms) adalah Sekumpulan gejala yang timbul
akibat melemahnya sistem kekebalan tubuh karena terinfeksi HIV.

Tahapan perjalanan HIV menjadi AIDS :

1. Periode Jendela

Virus masuk ke dalam tubuh dan berkembang, kalo kita melakukan tes, virus belum tentu
bisa terdeteksi dengan pemeriksaan antibodi darah. Tidak ada gejala yang muncul namun
sudah bisa menularkan ke orang lain.

2. Tanpa Gejala

Di tahap ini virus sudah bisa terdeteksi jika melakukan tes HIV dengan tes darah. Namun, di
tahap ini tidak ada gejala apapun dan tampak sehat, tergantung juga pada daya tahan tubuh.
Biasanya 5-10 tahun.

Orang yang sudah terinfeksi disebut dengan ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS).

3. Muncul Gejala

Demam berkepanjangan, penurunan berat badan, diare terus menerus tanpa sebab yang jelas,
batuk, dan sesak nafas lebih dari satu bulan terus menerus, kulit gatal-gatal dan muncul
bercak merah kebiruan adalah gejala-gejala yang muncul pada tahap ini.

Gejala-gejala tersebut menunjukkan sudah ada kerusakan pada sistem kekebalan tubuh.

4. AIDS

Tahap ini merupakan tahap akhir dimana kekebalan tubuh sudah sangat menurun sehingga
terserang berbagai macam penyakit, seperti:
1. radang paru-paru (TBC/Tuberculosis),
2. radang karna jamur di mulut dan kerongkongan,
3. gangguan saraf (toxoplasmosis),
4. kanker kulit,
5. infeksi usus,
6. dan infeksi lainnya.

Cara Penularan HIV :

1. Melakukan hubungan seks yang beresiko tanpa menggunakan kondom


2. Menggunakan jarum suntik yang sudah tercemar HIV secara bergantian tanpa
disterilkan, misalnya pemakaian jarum suntik di kalangan Pengguna Narkotika Suntik
(Penasun)
3. Melalui transfusi darah yang tidak melalui uji saring dan produk darah yang sudah
tercemar HIV
4. Melalui ibu hamil yang HIV positif kepada janin tanpa pencegahan penularan dan
melalui ASI ibu positif HIV

HIV Tidak akan menular jika :

Berjabat tangan
Berangkulan
Berpelukan
Digigit nyamuk atau Serangga
Bersentuhan
Berenang bersama
Tinggal serumah dengan ODHA
Menggunakan toilet yang sama
Memakai alat makan & minum yang sama

Ayo kita lakukan pencegahan dengan cara :

Abstinence

tidak melakukan hubungan seks sampai siap menikah/mental, fisik, dan sosial terutama
remaja seperti kita-kita

Be faithfull

saling setia hanya pada satu pasangan

Condom use

pada pasangan seksual aktif, gunakan kondom

Dont share needle and drugs

tidak menggunakan jarum suntik secara bergantian dan tidak menggunakan NARKOBA

Education
cari informasi yang benar sebanyak mungkin

FUN

sebagai remaja kita harus fun dalam melakukan tindakan pencegahan diatas terutama puasa
seks sebelum menikah, Ayo ikuti kegiatan Positif dan Kreatif!!

Sumber : PMI KOTA JAKARTA TIMUR

ZERO HIV
Hari AIDS Sedunia yang di peringati 1 Desember diharapkan dapat membawa semua elemen
masyarakat secara bersama-sama meningkatkan kesadaran tentang pandemi HIV/AIDS,
dengan visi global untuk semua negara, bekerja bersama menuju nol (Zero) : Zero Infeksi
Baru, Zero Diskriminasi.

Tapi pertanyaan besar adalah bagaimana kita bisa mendekati target-target yang ambisius ini ?

ZERO INFEKSI BARU

Tidak ada vaksin untuk mencegah HIV dan tidak ada obat untuk AIDS, tapi Anda bisa
melindungi diri agar tidak terinfeksi. Satu-satunya cara untuk mencegah terinfeksi HIV
adalah dengan menghindari kegiatan yang meningkatkan risiko tertular HIV. Pada dasarnya,
mencegah selalu lebih baik daripada mengobati.

Cara-cara yang paling umum untuk terinfeksi HIV adalah berhubungan seks tanpa kondom,
dan berbagi jarum atau alat suntik lainnya. Jika Anda terinfeksi HIV, Anda bisa
menularkannya dengan cara-cara tersebut. Jika kedua pasangan terinfeksi, tetap lakukan
hubungan seks yang aman. Anda bisa tertular jenis virus HIV lain yang mungkin tidak bisa
dikendalikan oleh obat-obatan yang Anda konsumsi.

ZERO DISKRIMINASI
Meskipun lebih dari tiga dekade telah berlalu dari awal pandemi, stigma, dan diskriminasi
terhadap orang yang hidup dengan HIV dan populasi tersebut pada peningkatan risiko
penularan HIV masih ada untuk berbagai derajat di seluruh dunia. Hambatan ini untuk
mengendalikan pandemi lebih besar dalam masyarakat tradisional dan agama. Alasan yang
mendasari diskriminasi terhadap Orang dengan HIV (ODHA) yang benar-benar rumit, dan
kadang-kadang tidak jelas mana yang membuat tujuan mencapai nol lebih keras. HIV / AIDS
terkait dengan perilaku berisiko bermoral di belakang pikiran masyarakat. Banyak orang
mendapatkan takut ketika mereka mendengar kata HIV atau AIDS dan pada gilirannya
sebagian ODHA menghadapi penampilan menghakimi dari orang lain. Sebenarnya, orang
yang hidup dengan HIV / AIDS mungkin menghadapi stigma dan diskriminasi dalam
keluarga mereka, di tempat kerja, dan bahkan di layanan kesehatan, yang seharusnya menjadi
sumber pengobatan, perawatan, dan dukungan. Yang terakhir ini tampaknya menjadi yang
paling penting yang kita akan berfokus pada dalam beberapa paragraf berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai