Abstract
In Indonesia in 2017 the number of HIV infections was 48,300 and the number of
AIDS cases was 9,280. five provinces in Indonesia with the largest number of HIV
cases are East Java, DKI Jakarta, West Java, Central Java, and Papua. While the
highest number of AIDS cases is Central Java, West Java, Papua, East Java and
Bali. while the highest number of AIDS cases is Central Java, West Java, Papua,
East Java and Bali. The government made a policy to tackle the HIV / AIDS
problem in Indonesia. The policy was contained in the Regulation of the Minister
of Health of the Republic of Indonesia Number 21 of 2013 concerning HIV / AIDS
Prevention. implementing the policy through the Warga Peduli AIDS program.
According to Article 52 Paragraph 1, Warga Peduli AIDS is a vehicle for
community participation in overcoming HIV / AIDS. The WPA program was
formed by the AIDS Commission at the sub-district / village level, hamlet / village,
neighborhood, neighborhood. in this study will analyze the effectiveness of the
WPA program in the city of Surakarta by using the Edward III policy model,
namely communication, resources, disposition, and bureaucratic structure.
Keywords: Effectiveness, HIV/AIDS, Implementation.
Abstrak
Di Indonesia pada tahun 2017 jumlah infeksi HIV sebanyak 48.300 kasus dan
jumlah kasus AIDS 9.280 kasus. Lima provinsi di Indonesia dengan jumlah kasus
HIV terbesar adalah Jawa Timur, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Papua. Sedangkan jumlah kasus AIDS tertinggi adalah Jawa Tengah, Jawa Barat,
Papua, Jawa Timur dan Bali. Sedangkan jumlah kasus AIDS tertinggi adalah Jawa
Tengah, Jawa Barat, Papua, Jawa Timur dan Bali. Pemerintah mengambil
kebijakan untuk menanggulangi masalah HIV / AIDS di Indonesia. Kebijakan
tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
21 Tahun 2013 tentang Pencegahan HIV / AIDS. melaksanakan kebijakan tersebut
melalui program Warga Peduli AIDS. Menurut Pasal 52 Ayat 1, Warga Peduli
AIDS merupakan wahana partisipasi masyarakat dalam penanggulangan HIV /
AIDS. Program WPA dibentuk oleh Komisi Penanggulangan AIDS di tingkat
kecamatan / desa, dusun / desa, rukun tetangga, rukun tetangga. Dalam penelitian
ini akan menganalisis efektifitas program WPA di Kota Surakarta dengan
menggunakan model kebijakan Edward III yaitu komunikasi, sumber daya,
disposisi, dan struktur birokrasi.
infeksi virus HIV. Menurut Departemen warga, dan rukun tetangga. Untuk
Kesehatan (2014), HIV adalah virus yang pelaksanaan Program Peduli AIDS di Kota
menyerang ssstem kekebalan tubuh manusia Surakarta sudah dilaksanakan sejak tahun
yang kemudian berdampak pada penurunan 2006. Namun implementasi program
system kekebalan tubuh sehingga tersebut belum efektif dalam mengatasi
menibulkan penyakit yang disebut AIDS. permasalahan HIV/AIDS di Kota Surakarta.
Di Indonesia perkembangan Dari perspektif teori kebijakan publik
HIV/AIDS semakin meningkat dan sudah menarik untuk diteliti mengapa program
menyebar ke berbagai wilayah. Menurut tersebut belum efektif mencapai tujuannya.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Perspektif ini akan menjawab sebab-sebab
Kesehatan, Indonesia berada di urutan ke-5 terhambatnya implementasi program itu
paling berisiko HIV/AIDS di Asia mewujudkan tujuannya, sehingga
(Kemenkes, 2013). Di Indonesia pada 2017 temuannya bisa dijadikan landasan evaluasi
jumlah infeksi HIV sebanyak 48.300 dan (think again) perbaikan kebijakan dan
jumlah kasus AIDS sebanyak 9.280. Lima implementasinya di lapangan. Berdasarkan
provinsi di Indonesia dengan jumlah kasus latar belakang di atas dirumuskan sebuah
HIV terbesar adalah Jawa Timur, DKI masalah penelitian yaitu, Mengapa program
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Warga Peduli AIDS belum efektif dalam
Papua. Sedangkan jumlah kasus AIDS meminimalisir jumlah kasus HIV/AIDS di
terbanyak adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, Kota Surakarta?
Papua, Jawa Timur, dan Bali. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Jawa Tengah METODE PENELITIAN
merupakan provinsi dengan jumlah kasus Ruang Lingkup penelitian ini tentang
AIDS terbesar. local indigenous governance yang
Di Kota Surakarta sendiri angka merupakan bagian dari Ilmu Administrasi
pengidap HIV/AIDS cukup tinggi dan perlu Publik, yaitu bagaimana pemerintah dalam
perhatian baik dari pemerintah daerah melaksanakan kebijakan yang telah dibuat
maupun stakeholder terkait. Berdasarkan dapat melakukan evaluasi (think again),
data komisi penanggulangan AIDS Pemkot yang berarti memikirkan kembali apakah
Surakarta tercatat pada 2018 terdapat 2.679 kebijakan yang dilaksanakan untuk
orang pengidap HIV/AIDS di Kota mengatasi kasus tingginya angka pengidap
Surakarta (Fitriani, 2019). Apabila HIV/AIDS di Kota Surakarta sudah efektif
dibandingkan dengan Kota Banjarmasin dalam menangani permasalahan tersebut.
untuk jumlah pengidap HIV/AIDS pada Penelitian ini merupakan penelitian
tahun 2018 sebanyak 647 orang (Trio, kualitatif yang bersifat kepustakaan (library
2018). research), yaitu yang bahan-bahannya
Berdasarkan data diatas, tentunya adalah buku-buku perpustakaan dan sumber-
pemerintah membuat kebijakan untuk sumber lainnya yang kesemuanya berbasis
menanggulangi masalah HIV/AIDS di kepustakaan (Hadi, 1995: 3). Dengan
Indonesia. Kebijakan tersebut dimuat dalam metode penelitian kualitatif, peneliti
Peraturan Menteri Kesehatan Republik melakukan analisis deskriptif. Metode
Indonesia Nomor 21 Tahun 2013 tentang analitis-deskriptif dilakukan dengan cara
Penanggulangan HIV dan AIDS. memberikan keterangan dan gambaran yang
Pengimplementasian kebijakan tersebut sejelas-jelasnya secara sistematis, objektif,
melalui berbagai macam program, salah kritis dan analitis mengenai konsep model
satunya yaitu Program Warga Peduli AIDS. implementasi kebijakan George Edward III
Menurut Pasal 52 Ayat 1, Warga (1980).
Peduli AIDS merupakan wadah peran serta Pendekatan yang digunakan dalam
masyarakat untuk melakukan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
penanggulangan HIV/AIDS. Program Berdasarkan hal tersebut langkah awal yang
Warga Peduli AIDS ini dibentuk oleh ditempuh adalah mengumpulkan data-data
Komisi Penanggulangan AIDS di tingkat yang dibutuhkan, baru kemudian dilakukan
kecamatan/desa, dusun/kampung, rukun klasifikasi dan deskripsi.
110 JPP: Jurnal Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.2 No.2, Juli-Desember 2020
Efektivitas Program Warga Peduli Aids (WPA)
JPP: Jurnal Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.2 No.2, Juli-Desember 2020 111
Norsyifa Hasanah Putri, Ruslianti Permata Sari
dan arahnya, jelas siapa pelaksana kebijakan tersebut. Kejelasan, kebijakan yang telah
tersebut, dan jelas siapa kelompok sasaran ditransmisikan pada para pihak terkait
dari pelaksanaan kebijakan tersebut. Unsur- hendaknya diterima dengan jelas sehingga
unsur penting tersebut menurut Abdullah mereka mengetahui apa yang menjadi
dan Smith (dalam Tachjan 2006: 26) yaitu maksud, tujuan, sasaran serta substansi dari
unsur pelaksana (implementor), adanya kebijakan tersebut. Konsistensi, jika
program yang akan dilaksanakan, dan target menginginkan proses imple-mentasi menjadi
grup. Pihak utama yang mempunyai cepat dan efektif maka diperlukan perintah-
kebijakan untuk melaksanakan kebijakan perintah yang konsis-ten dan jelas sebab
publik adalah unit-unit administratif atau ketidak-konsistenan perintah akan
unit-unit birokratik pada setiap tingkat mendorong para pelaksana kebijakan
pemerintahan. Hal serupa disampaikan oleh mengambil tindakan yang sangat longgar
Smith (dalam Tachjan 2006: 27) bahwa dalam mengimplementasikan kebija-kan.1
birokrasi pemerintahan yang mempunyai Komunikasi mempunyai peranan
tanggung jawab dalam melaksanakan yang sangat penting dalam penyampaian
kebijakan publik. suatu kebijakan, oleh karena itu kebijakan
Seluruh upaya penanggulangan yang akan disampaikan harus di pahami
HIV/AIDS di Kota Surakarta tencantum dengan baik oleh pelaksananya. Dengan
dalam Peraturan Wali Kota Surakarta demikian kebijakan tersebut dapat
Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Pencegahan dikomunikasikan dan disebarkan dengan
dan Penanggulangan Human Immuno- jelas, akurat dan konsisten serta tidak
deficiency Virus dan Acquired Immune menimbulkan kontradiksi.2
Deficiency Syndrome. Salah satu progrsm Menurut Ninik Purwaning S (2010),
dalam upaya pencegahan dan Desy Natalia Krisdayanti (2014), Abdullah
penanggulangan HIV/AIDS adalah program Wahid (2014), dan Yuyun Sefri
Warga Peduli AIDS (WPA). WPA Setyaningrum (2016) di dalam penelitiannya
merupakan gerakan partisipasi masyarakat. menyatakan bah-wa keberhasilan
Program Warga Peduli AIDS (WPA) implementasi kebijakan mengharuskan agar
dianalisis dengan teori George Edward III implementor mengetahui apa yang harus
yang terdiri dari empat variabel yaitu dilakukan. Sebagai-mana dikatakan
komunikasi, sumber daya, disposisi, dan Agustino (2006: 157) bahwa komunikasi
struktur birokrasi. Dari keempat variabel merupakan salah satu variabel penting yang
tersebut dapat dilihat apakah program mempengaruhi implementasi kebijakan
tersebut tersebut berjalan dengan efektif. publik, komunikasi sangat menentukan
Keempat variabel tersebut adalah sebagai keberhasilan pencapaian tujuan dari
berikut : implementasi kebijakan publik.3
Terdapat penilaian buruk terhadap
1. Komunikasi pemerintah sehingga mempersulit kinerja
Komunikasi kebijakan berarti proses pemerintah khususnya KPA Kota Surakarta
penyampaian informasi kebijakan dari
pembuat kebijakan (policy maker) kepada
pelaksana kebijakan (policy implement-tors).
1 Dwi Kartika Ratri, “IMPLEMENTASI
Hal ini sesuai dengan pendapat Edward III PERATURAN WALIKOTA NOMOR 36 TAHUN
2013 TENTANG KEBIJAKAN KOTA LAYAK
(dalam Subarsono 2011 : 90) dimana
ANAk” (2014): hal. 5.
dimensi komunikasi meliputi transmisi 2 Mening Subekti, Muslih Faozanudin, and Ali
(transmission), kejelasan (clarity), dan
Rokhman, “PENGARUH KOMUNIKASI, SUMBER
konsistensi (consistency). Transmisi, DAYA, DISPOSISI DAN STRUKTUR BIROKRASI
menghendaki agar kebijakan publik TERHADAP EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI
disampaikan tidak hanya kepada pelaksana PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL
kebijakan saja namun juga disampaikan SEKOLAH PADA SATUAN PENDIDIKAN
pada kelompok sasaran kebijakan dan pihak SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN
lain yang berkepentingan baik langsung TAMBAK” Vol 3 Nomor 2 (2017): hal. 63.
maupun tidak langsung terhadap kebijakan 3 Ibid., hal.7.
112 JPP: Jurnal Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.2 No.2, Juli-Desember 2020
Efektivitas Program Warga Peduli Aids (WPA)
JPP: Jurnal Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.2 No.2, Juli-Desember 2020 113
Norsyifa Hasanah Putri, Ruslianti Permata Sari
masih muncul stigma maupun diskriminasi ikut serta dalam menyampaikan informasi
terhadap orang dengan HIV/AIDS di dalam HIV AIDS pada masyarakat serta
lingkungan masyarakat Kota Surakarta. melakukan pendataan masyarakat yang
Sesuai dengan Surat Keputusan yang berpotensi beresiko dengan metode
telah di tetapkan oleh masing-masing mapping. Sedangkan fasilitator yang belum
Kepala Desa yang ada di Kota Surakarta bekerja sesuai dengan tugasnya, menjadikan
tentang Pengurus Warga Peduli AIDS, masih adanya stigma dan diskriminasi
menyata-kan bahwa pengurus Warga Peduli terhadap kasus HIV/AIDS di masyarakat,
AIDS merupakan penanggung jawab sehingga belum menjadi optimal berjalannya
kegiatan-kegiatan pencegahan dan program Warga Peduli AIDS di wilayah
penanggulangan HIV AIDS yang ada di tersebut.
masyarakat Kota Surakarta. Tidak terdapat Sumber daya manusia merupakan
petugas khusus dalam Program Warga potensi yang terkandung dalam diri manusia
Peduli AIDS sehingga dalam untuk mewujudkan perannya sebagai
pelaksanaannya, kom-ponen masyarakat makhluk sosial yang adaptif dan
yang berupa organisasi-organiasai kemasya- transformatif yang mampu mengelola
rakatan seperti PKK, Dasa Wisma, maupun dirinya sendiri serta seluruh potensi yang
Karang Taruna juga menjadi penanggung terkandung di alam menuju tercapainya
jawab dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan kesejahtera-an kehidupan dalam tatanan
dalam Program Warga Peduli AIDS. yang seimbang dan berkelanjut-an.
Dalam membentuk Warga Peduli Pengurus WPA belum sepenuhnya
AIDS dibutuhkan beberapa komponen mengetahui infor-masi mengenai HIV/AIDS
dalam aspek Sumber Daya Manusia, secara menyeluruh dikarenakan masyarakat
diantaranya adalah Fasilitator belum bisa mengakses informasi secara
Desa/Kelurahan, yaitu seorang penggerak lengkap tentang HIV/AIDS baik yang
yang akan berfungsi untuk berasal dari fasilitator pada masing-masing
mengkoordinasikan semua aktifitas yang ada wilayah maupun dari media yang dibagikan
di desa dan kelurahan. Jika terjadi satu kepada masyarakat.
masalah, fasilitator yang menjadi Sumber anggaran kegiatan dalam
penghubung antara masyarakat dengan Program Warga Peduli AIDS yang
pelayanan kesehatan, rumah sakit, instansi dilaksanakan oleh KPA berasal dari APBD
kesehatan, wartawan dan lembaga terkait dan sumber biaya lain yang sah dianggarkan
lainnya. Secara formal fasilitator berfungsi pada pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
sebagai penggalang solidaritas di (SKPD) yang terkait dengan
masyakarat masing-masisng. Namun pada penanggulangan HIV/AIDS sesuai
saat yang sama fasilitator juga berperan kebutuhan dan kemampuan keuangan
mendorong masyarkat untuk berani daerah. Pengelolaan dan pertanggung-
melakukan advokasi terhadap berbagai jawaban keuangan sebagaimana dimaksud
kebijakan publik apabila kebijakan tersebut dalam Peraturan Walikota Nomor 12 Tahun
tidak berpihak kepada masyarkat. Selain itu, 2014 Pasal 48 ayat 1.
fasilitator juga mengajak pihak Lurah/ Dari pendapat yang di-kemukakan
Kepala Desa/Ketua RT/ Ketua RW dalam oleh Edward III terungkap bahwa
mengindentifikasi potensi masalah yang ada kompetensi implementor kebijakan menjadi
dilingkungannya masing-masing yang sangat penting untuk meng-efektifkan
tergolong berperilaku beresiko terinfeksi implementasi kebija-kan. Sumber daya bisa
HIV. Oleh sebab tugasnya yang cukup berat, menjadi suatu faktor kritis dalam
maka fasilitator harus dipilih dengan teliti implementasi kebijakan publik, terutama
dan memenuhi syarat yang sudah sumber daya staf dengan jumlah yang cukup
ditentukan. dan dengan keterampilan yang tepat untuk
Fasilitator yang sudah bekerja secara melakukan tugasnya serta informasinya,
baik, maka akan mendapatkan kondisi otoritas, dan fasilitas yang diperlukan.
masyara-kat yang berpartisipasi aktif dalam 3. Disposisi
program Warga Peduli AIDS yaitu berupa
114 JPP: Jurnal Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.2 No.2, Juli-Desember 2020
Efektivitas Program Warga Peduli Aids (WPA)
Disposisi atau sikap pelaksana akan kebijakan akan berjalan dengan baik
menimbulkan hambatan-hambatan yang seperti yang diinginkan oleh pembuat
nyata terhadap implementasi kebijak-an bila kebijakan. Ketika implementor me-
personel yang ada tidak melaksanakan miliki sikap atau perspektif yang
kebijakan yang diinginkan. Karena itu, berbeda dengan pembuat kebijakan,
pelaksana kebijakan haruslah orang-orang maka proses implementasi ke-bijakan
yang memiliki dedikasi pada kebijakan yang juga menjadi tidak efektif.
telah ditetapkan.
Faktor-faktor yang menjadi perhatian Respon atau sikap pengurus WPA
Edward III dalam Agustinus (2006:159-160) Kota Surakarta terhadap program Warga
mengenai disposisi dalam implementasi Peduli AIDS sudah baik yang ditunjukkan
kebijakan terdiri dari: oleh antusias masyarakat Kota Surakarta
1) Pengangkatan birokrasi. Disposisi yang hadir saat kegiatan informasi tentang
atau sikap pelaksana akan menimbul- HIV/AIDS dan seluruh wilayah keluarahan
kan hambatan-hambatan yang nyata yang ada di Kota Surakarta membentuk ke-
terhadap implementasi kebijakan bila pengurusan Warga Peduli AIDS yang
personel yang ada tidak melaksanakan disahkan oleh Surat Keputusan Walikota
kebijakan yang diinginkan oleh Surakarta. Hal ini merupakan faktor yang
pejabat-pejabat yang lebih atas. mendukung terjadinya par-tisipasi
Karena itu, pengang-katan dan masyarakat terhadap program yang
pemilihan personel pelaksana kebijak- dilaksanakan di masyarakat.
an haruslah orang-orang yang Menurut Edward III dalam Purnaweni
memiliki dedikasi pada kebijakan (1991) sikap merupakan faktor penting
yang telah ditetapkan, lebih khusus dalam menyukseskan implement-asi
lagi pada kepentingan warga kebijakan. Jika pelaksanaan berpandangan
masyarakat. positif terhadap kebijakan atau program,
2) Insentif merupakan salah satu teknik maka kemungkinan mereka akan
yang disarankan untuk mengatasi melaksanakan apa yang di-kehendaki oleh
masalah sikap para pelaksana pembuat kebijakan. Tetapi apabila sikap
kebijakan dengan me-manipulasi atau perspektifnya berbeda maka proses
insentif. Pada dasarnya orang implementasinya menjadi terancam
bergerak berdasarkan kepentingan kesuksesan-nya.
dirinya sendiri, maka memanipulasi Bentuk dan tanggung jawab
insentif oleh para pembuat kebijakan masyarakat terkait HIV AIDS diantaranya,
mempengaruhi tindakan para masyarakat diajak ikut serta dalam
pelaksana kebijakan. Dengan cara penyampaian informasi yang benar terkait
menambah keuntungan atau biaya HIV/ AIDS didalam masyarkat sehingga
tertentu mungkin akan menjadi faktor tidak ada stigma bagi orang dengan
pendorong yang membuat para HIV/AIDS, kemudian masyarakat
pelaksana menjalankan perintah berpartisipasi aktif dalam melakukan
dengan baik. Hal ini dilakukan sosialisasi, penyuluhan, maupun kegiatan
sebagai upaya memenuhi kepentingan yang berkaitan dengan HIV/AIDS yang
pribadi atau organisasi. salah satunya adalah teknik pemetaan yang
3) Hasil penelitian dari Ninik Purwaning dilakukan kelompok warga peduli AIDS
S (2010), Desy Natalia Krisdayanti Kota Surakarta dengan cara membuat denah
(2014), Abdullah Wahid (2014), dan atau peta desa di masing-masing RW,
Yuyun Sefri Setyaningrum (2016) kemudian diberikan tanda jikalau ada dari
yang menjelaskan bahwa disposisi salah satu anggota keluarga dalam satu
adalah watak dan karakteristik yang rumah beresiko terinfeksi HIV baik itu dari
dimiliki oleh implementor, seperti faktor perilaku ataupun pekerjaan.
komitmen, kejujuran, sifat Ada beberapa alasan bagaimana
demokratis. Apabila imple-mentor masyarakat dapat berkomitmen dalam
memiliki disposisi yang baik, maka program Warga Peduli AIDS, diantaranya
JPP: Jurnal Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.2 No.2, Juli-Desember 2020 115
Norsyifa Hasanah Putri, Ruslianti Permata Sari
116 JPP: Jurnal Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.2 No.2, Juli-Desember 2020
Efektivitas Program Warga Peduli Aids (WPA)
JPP: Jurnal Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.2 No.2, Juli-Desember 2020 117
Norsyifa Hasanah Putri, Ruslianti Permata Sari
118 JPP: Jurnal Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.2 No.2, Juli-Desember 2020