Anda di halaman 1dari 110

UPDATE LAYANAN

IMS- HIV
KOMPREHENSIF
Disampaikan oleh:

Kemmy Ampera Purnamawati

purnamawatik@who.int

08128810999
1. Bayu tes HIV: R1(R), R2(NR). Diagnosis dan langkah yg harus dilakukan? (8-9)

2. Ari pasien TB (diagnosis hari ini) datang ke layanan tes HIV. R1(R), R2(R),
R3(R). Hasil skrining IMS: DTU hasil lab: diplo (+) pmn (>5). Diagnosis dan Tx
(18- 25)
3. Rini seorang ODHIV diskrining TB hasilnya tidak TB. DTV(+), DTS(+), pH >4.5,
sniff test (+), Clue sel(-) Langkah dan Terapi?(18-26)

4. Noni bumil Trimester 1, TP rapid (+) RPR 1:16 diagnosis dan tata laksana ibu
& bayi (23, 29, 30)

5. Ida (G1P0Ab0) Trimester 1, ANC: HIV(+) tata laksana Ibu dan bayi (29- 30)

6. Susi bumil Trimester 1, ANC: HepB(+) tatalaksana ibu dan bayi (29-30)
ALUR LAYANAN HIV
POSITIF
HIV ART NOTIFIKASI
PASANGAN
TBC HIV
IMS
3E NEGATIF POSITIF
HIV HIV
VIRAL LOAD
PrEP ART
NEGATIF - Stay negative
TES HIV HIV (pencegahan)
- PrEP
- Tes ulang
30% SPM
CBS
(Community Based Screening)
DIAGNOSIS HIV
(2) Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. pemberian informasi kepada pasien untuk membantu pasien mengerti tujuan
pemeriksaan dan tindak lanjut yang akan diberikan;
b. persetujuan pemeriksaan laboratorium dilakukan secara lisan dan tidak diperlukan
persetujuan tertulis dari pasien atau walinya;
c. bagi pasien atau wali yang menolak pemeriksaan laboratorium setelah diberi
penjelasan harus menandatangani surat pernyataan penolakan pemeriksaan;
d. pemberian persetujuan pemeriksaan laboratorium bagi pasien yang berusia kurang
dari 18 (delapan belas) tahun dilakukan oleh keluarganya atau yang mengantar; dan
e. menjaga kerahasiaan hasil pemeriksaan pasien, kecuali diminta oleh pasien atau
walinya, petugas yang menangani dan petugas lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. (Pasal 24)
Pemeriksaan HIV

Serologis:
R1 sensitivitas minimal 99%
R2 Spesifisitas minimal 98%
R3 Spesifisitas minimal 99%
Kesalahan baca < 5%

Virologis:

DNA HIV & RNA HIV


 Bayi/ anak < 18 bulan
 Kasus terminal: AB negative, gejala tanda sangat mendukung
 Konfirmasi hasil inkonklusif atau konfirmasi untuk dua hasil yang berbeda
Penggunaan Dual Rapid Tes HIV & Sifilis

• R1 : Dual Rapid tes HIV dan


Lakukan Pemeriksaan R1
(HIV&TP) Sifilis
• R2 dan R3 : HIV Rapid test
HIV – TP – HIV- TP+
HIV+ TP- HIV+ TP+
atau EIA
Laporkan HIV Negatif dan
Laporkan HIV Negatif
dan Syphilis Positif
Lanjut ke
TP+ Laporkan Sifilis
• Ketika ada hasil yang
R2 HIV
Syphilis Negatif
R2 HIV -
Positif berbeda dan semua hasil
R2 HIV +
TP Reaktif harus segera
Lanjut ke R3 Ulangi R1
(HIV&TP) diobati sesuai dengan
R1 HIV + TP-, R2 +, R3 R1 HIV+ TP-, R2 +, R3 -
R1 HIV + TP + atau
HIV + TP- R1 HIV – TP –atau HIV – TP +
pedoman nasional sifilis.
Laporkan Laporkan Laporkan Laporkan TP – Laporkan Sifilis
TP – Laporkan Sifilis
• Ketika ada hasil yang
HIV Positif &
Syphilis Negatif
HIV Inkonklusif
dan ulang
Syphilis Negatif HIV inkonklusif
dan ulang
Negatif
TP+ Laporkan Sifilis
Laporkan HIV
Negatif Negatif berbeda dan semua hasil
TP+ Laporkan Sifilis
pemeriksaan 14
hari lagi
pemeriksaan 14 hari
lagi
Positif
Positif TP Non Reaktif dilaporkan
“Sifilis Negatif”

Petunjuk Teknis Sentinel Surveilans Senitinel HIV, Sifilis, Hepatitis B pada Ibu Hamil, Kementerian Kesehatan, 2021
Strategi Tes Diagnosis HIV untuk usia ≥ 18 tahun

Lakukan Pemeriksaan R1
• R1:Reagen 1 (Pemeriksaan 1);
R1 (+) Reaktif R1 (-) Non Reaktif R2: Reagen 2 (Pemeriksaan 2);
(LAPORKAN HIV • R3: Reagen 3 (Pemeriksaan 3)
Lakukan Pemeriksaan NEGATIF) • Reagen HIV Rapid atau EIA
R2 • Reagensia yang digunakan
• Nilai prediksi positif 99 %
R1 + R2 + R1 + R2 - • Sensitivitas 99%
• Spesifisitas 98%.
Lakukan R3 Ulangi R1 • Reagen 1 harus memiliki
sensitivitas tertinggi, diikuti
R1+, R2+, R3- R1 – oleh Reagen kedua dan
R1+, R2+, R3+ R1 +
(LAPORKAN HIV ketiga dengan spesifisitas
INKONKLUSIF, (LAPORKAN (LAPORKAN HIV (LAPORKAN HIV tertinggi.
pemeriksaan ulang 14 HIV POSITIF) INKONKLUSIF, NEGATIF)
hari) pemeriksaan ulang 14
hari)
TES untuk
TRIAGE termasuk
Lakukan Self testing
SELF TESTING (R0)

R0 Reaktif (+) R0 Non Reaktif (-)

HIV Negatif
Rujuk ke layanan
kesehatan Rujuk ke layanan pencegahan HIV
Tes ulang bila tetap berisiko HIV
untuk konfirmasi status HIV
atau pajanan baru
(2) Skrining cepat HIV dengan menggunakan sampel cairan tubuh selain darah
dapat dilakukan oleh tenaga non kesehatan terlatih.
(3) Skrining HIV dan IMS pada kelompok Populasi Kunci dan Populasi Khusus
dapat diulang bilamana diperlukan.
(4) Skrining HIV dilakukan dengan 1 (satu) jenis pemeriksaan rapid tes.
(5) Dalam hal hasil skrining HIV menunjukan hasil reaktif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2), wajib mendapatkan konfirmasi diagnosis.
(Pasal 25)
TEST & TREAT & NP
(3) Penanganan kasus sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. penentuan stadium klinis HIV dan tata laksana infeksi oportunistik


sertapenapisan IMS lainnya sesuai indikasi;
b. pemberian profilaksis;
c. pengobatan IMS dan penapisan lainnya;
d. skrining kondisi kesehatan jiwa;
e. komunikasi, informasi, dan edukasi kepatuhan minum obat;
f. notifikasi pasangan dan anak;
g. pernyataan persetujuan penelusuran pasien bila berhenti terapi;
h. tes kehamilan dan perencanaan kehamilan;
i. pengobatan ARV; dan
j. pemantauan pengobatan. (Pasal 30)
Paket untuk pasien ODHIV (PDP)

d. Skrining TBC dan


a. Penetapan b. Skrining dan
Pemberian Terapi
stadium klinis pengobatan IO c. Skrining IMS
Pengobatan TBC
Treat ART TBC
(TPT)

e. Pencegahan dan h. Notifikasi


g. Konseling
Pengobatan f. Skrining kondisi pasanganPasien,
kepatuhan minum
dengan kesehatan jiwa petugas, ganda,
obat
Kotrimoksasol kontraktual

j. Informed k. Informasi
i. Hepatitis C (jika
consent perencanaan
tersedia)
penelusuran pasien kehamilan
(2) Pengobatan pasien HIV harus menggunakan regimen ARV yang langsung
diberikan pada hari yang sama dengan tegaknya diagnosis atau selambat-
lambatnya pada hari ketujuh setelah tegaknya diagnosis disertai penyampaian
komunikasi, informasi, dan edukasi kepatuhan minum obat tanpa melihat
stadium klinis, nilai CD4 (cluster differentiation 4), dan hasil pemeriksaan
penunjang lainnya.
(Pasal 32)
Pengobatan ARV

1. ODHIV tanpa gejala IO hari yang sama atau selambat2 nya hari ke tujuh setelah
tegaknya diagnosis

2. ODHIV sudah siap tawarkan hari yang sama, terutama ibu hamil

3. TBC- HIV OAT dlam 2 minggu  ART. Kecuali TBC meningitis ARV tunda minimal
setelah 4 minggu (dan dimulai dalam 8 minggu) setelah pengobatan TBC

4. HIV- toksoplasmosis ARV diberikan setelah 2 minggu sejak pemberian Tx Tokso.

HIV- kripto ARV diberikan setelah 4-6 minggu ssejak pemberian terapi kripto

Hal 91
(3) Pemberian regimen ARV sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlangsung
seumur hidup, dan dapat diberikan setiap kali untuk jangka 1 (satu) bulan, 2

(dua) bulan, atau 3 (tiga) bulan.


(4) Pengobatan pasien HIV sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertujuan
menurunkan jumlah virus (viral load) sampai tidak terdeteksi HIV dalam darah.
(5) Pengobatan pasien HIV yang disertai dengan gejala infeksi oportunistik harus
disertai dengan pemberian obat terhadap gejala sesuai dengan
mikroorganisme penyebab.
• Pra ART-ART- Ikhtisar keperawatan- follow up-
(IO-TB- HIV- NP)- LBPHA-SIHA 2.0 PDP-
• Logistik JEJARING DUKUNGAN
• Lab IO

Salah satu Salah satu Salah satu


No +
Rifampicin
ANEMIA,
SST
Zidovudine/ Nevirapine/ NVP
Lamivudine/ 3tc
ZDV/AZT Efaviren/EFV
(150/300 mg)
(300/ 100 mg) (600 mg)
NEW
DTG/ Dolutegrafir
Fungsi (50 mg)
Emtricitabine/FTC
ginjal

Tenofovir/ Tdf Lopinavir/ritonavir


(300 mg) FDC ARV: TLE dan TLD
TLD vs Rejimen Lainnya?
• Efek samping dan interaksi obat lebih
sedikit sehingga ditoleransi baik.

• Diminum sekali sehari dalam bentuk KDT


dengan tablet yang lebih kecil.

• Ambang resistensi yang tinggi sehingga


risiko kegagalan terapi lebih rendah.

20
Pilihan Regimen ARV Lini Pertama Untuk
Dewasa & Remaja Yang Akan Memulai Terapi
Kondisi Regimen Pilihan Regimen Alternatif

A. Koinfeksi TBC TDF+3TC+EFV600 TDF+3TC+DTG dengan penambahan 1 tablet DTG 50


  mg dengan jarak 12 jam

B. Perempuan yang merencanakan TDF+3TC+EFV600 TDF+3TC+DTG dengan memahami kewaspadaan


kehamilan dan ibu hamil trimester 1 TDF+3TC+EFV400 pemakaian DTG pada trimester 1*

TDF+3TC+EFV600
C. Ibu hamil trimester ke-2 dan 3 TDF+3TC+DTG **
TDF+3TC+EFV400
TDF+3TC+EFV600
D. Selain tiga kondisi di atas TDF+3TC+DTG
TDF+3TC+EFV400
*
karena belum cukup bukti klinik untuk penggunaan DTG pada trimester 1
**
untuk menurunkan viral load lebih cepat

Rekomendasi Panli HIV 2020


Pilihan Rejimen ARV Lini Dua Untuk Dewasa &
Remaja
Jika ARV Lini 1 Menggunakan HBV Pilihan ARV lini 2

Positif atau TDF+3TC+DTG*


AZT+3TC/FTC+EFV/NVP negatif TDF+3TC/FTC+LPV/r**
AZT+3TC+DTG*
Negatif
AZT+3TC+LPV/r**
TDF+3TC/FTC+EFV/NVP
TDF+AZT+3TC+DTG*
Positif
TDF+AZT+3TC+LPV/r**
Negatif AZT+3TC+LPV/r**
TDF+3TC+DTG
Positif TDF+AZT+3TC+LPV/r**

* penambahan 1 tablet DTG 50 mg dengan jarak 12 jam jika digunakan bersama rifampisin
**dosis ganda LPV/r jika digunakan bersama rifampisin

Rekomendasi Panli HIV 2020


Secara singkat
1. Ada kecurigaan infeksi oportunistik, spt TB?
2. Sudah dalam pengobatan TB?
3. Ibu hamil trimester 1 atau merencanakan KDT TLE
kehamilan?

Jika tidak ada kondisi di atas


dan
Ibu hamil trimester 2 dan 3
KDT TLD
Rekomendasi pencegahan pasca paparan HIV
okupasional dan kekerasan seksual

Rejimen
Pilihan TDF+3TC+DTG
TDF+FTC/3TC+LPV/r
TDF+3TC+EFV
Alternatif AZT+3TC+DTG
AZT+3TC+LPV/r
AZT+3TC+EFV

Rekomendasi Panli HIV 2020


Penentuan stadium klinis HIV & tatalaksana IO serta penapisan IMS sesuai indikasi:

1. Penentuan stadium klinis: IO


2. Penapisan IMS sesuai risiko IMS: Ponci/ 3 bulan

TBC- HIV

ODHIV TBC 29 x.
Setiap 1 dari 5 kematian terkait AIDS
Setiap 1 dari 4 kematian akibat HIV
Diagnosis TBC terlambat

Skrining TBC pada ODHIV


TPT
TBC- HIV OAT ARV PPK hal. 80
Alur Tata Laksana Koinfeksi TBC-
HIV ODHA Berkunjung
Lakukan Pengkajian gejala TBC
dengan menanyakan:
(Lama/Baru) 1. Batuk
2. Demam hilang timbul >1 bulan
3. Keringat malam tanpa aktifitas
4. Penurunan BB tanpa sebab yg jelas
Kaji Status TBC
5. Pembesaran Kelenjar Getah Bening dgn
(Lama/Baru)
ukuran >2 cm (di leher, ketiak dll)

Dalam Terapi TBC Terduga TBC Tidak ada Gejala


dan Tanda TBC

 Pengobatan TBC standar


 Pemberian PPK Pemeriksaan TCM
 Terapi ARV
 Evaluasi pengobatan TBC pada:
o Akhir tahap awal
o Akhir bulan ke-5
o Akhir pengobatan
MTB Pos MTB Neg MTb Pos MTb Pos
Catatan: Rif Sen Rif Res* Rif Indeterminate
Rujuk sebagai suspek TBC-
RO apabila:
 Tidak ada respon pengobatan
TBC selama 1 bulan Foto Thoraks TBC-RO Ulangi
 Hasil evaluasi pengobatan Pertimbangan Pemeriksaan
klinis TCM 1 kali Pemeriksaan Pra
kembali positif
Rujuk pemberian TPT:
Tatalaksana  Gangguan fungsi hati
TBC-RO (SPOT/SGPT >3 kali BAN
Ikterus)
Penilaian Pra  Neuropati perifer berat
TBC Bukan TBC
pemberian TPT  Riwayat alergi INH

Setelah menyelesaikan pengobatan


TBC dan dinyatakan Sembuh/PL

Pastikan evaluasi TPT:


 Skrining gejala TBC setiap Tidak ditunda ditunda
Pemberian TPT Sekunder kunjungan
 Penilaian efek samping INH
 Evaluasi akhir TPT TPT Primer Tunda TPT
KOLABORASI
TBC
HIV
ODHA

SKRINING TB:
Batuk, demam, BB menurun, keringat
malam hari, pembesaran kelenjar

1. Tidak ada gejala/ tanda


2. Terduga
1 2 3. Dalam pengobatan 3
4. Tidak diskrining
TCM
TPT KI: INH • Pra ART-ART- Ikhtisar keperawatan-
follow up-
(-) (+) ART, OAT, PPK (IO-TB- HIV)- LBPHA-SIHA 2.0 (4)/(6)
• Logistik
• Lab IOTB 1,3 4,5,6,7
• 6H: INH dan Vit B6
Tiap hari selama 6 bulan
Profilaksi
• 3HP: INH + RIFAPENTINE dan Vit B6
s 1 x seminggu selama 3 Bulan
TBC-
HIV
TERAPI
PENCEGAHAN TBC (TPT)
6H 3HP*
 INH setiap hari selama 6 bulan (1 bulan = 30  Pemberian INH dan Rifapentine setiap minggu selama
hari pengobatan). 3 bulan.
 Dosis INH adalah 10 mg/ kgBB/hari (maksimal  Dosis INH adalah 15 mg/kgBB/ minggu (maksimal 900
300 mg/ hari). mg/minggu)
 Obat dikonsumsi satu kali sehari, sebaiknya  Dosis Rifapentine adalah 25 mg/ kgBB/minggu
pada waktu yang sama (pagi, siang, sore atau (maksimal 900 mg).
malam) saat perut kosong (1 jam sebelum  Diberikan setiap minggu selama 12 minggu dengan
makan atau 2 jam setelah makan). total 12 dosis.
 Diberikan Vitamin B6 25mg /hari.  Wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal
harus disarankan untuk menggunakan metode
kontrasepsi penghalang tambahan seperti kondom,
kap serviks, contraceptive sponge, diafragma untuk
mencegah kehamilan.
Pengobatan Pencegahan Kotrimoksasol

 Pneumonitis jirovecii (PCP), Toxoplasmosis, Salmonelosis, isospora belii, malaria


 Mulai: stadium 3 dan 4 atau CD4< 200
 Stop: sselama 2 tahun atau 2 kali berturut2 dengan interval 6bulan CD4> 200
 Bayi diberikan sampai terbukti tidak terinfeksi HIV

Terapi Pencegahan TBC

 ODHIV tanpa tanda TBC aktif, termasuk ibu hamil, anak, dan yang telah menyelesaikan
pengobatan TBC (TPT sekunder)
 Anak < 12 bulan: tak ditemukan tanda TBC aktif dan riwayat kontak serumah dg pasien
TBC aktif
 6H dan 3 HP
Penapisan TBC pada ODHIV

• Gejala tanda
• Foto toraks jika tersedia dan hanya sekali saat kunjungan pertama

Penapisan Hepatitis B dan Hepatitis C

• Hep C tersedia obatnya curable!!!

Skrining Kondisi Kesehatan Jiwa

KIE kepatuhan minum obat

Notifikasi Pasangan: Rujukan pasien, petugas, ganda, kontraktual


Informed Consent Penelusuran Pasien

Tes Kehamilan dan Perencanaan Kehamilan


Pemeriksaan VL Rutin

Tidak terdeteksi VL > 1000 Jika NNRTI, switch


VL > 50 - ≤1000 kopi/ml ke rejimen
(≤50 kopi/ml) kopi/ml
pengobatan
yang sesuaia,b

Teruskan Lakukan konseling kepatuhan


pengobatan ARV pengobatan dan
ulangi VL setelah 3 bulanc

Tidak terdeteksi VL > 50 - ≤1000


VL > 1000 kopi/ml
(≤50 kopi/ml) kopi/ml

Lakukan konseling kepatuhan Switch ke rejimen


Teruskan pengobatan dan pengobatan
pengobatan ARV ulangi VL setelah 3 buland yang sesuai
Pemantauan

Viral Load testing: 6 dan 12 bulan setelah mulai terapi ARV, serta satu kali setiap tahun
INFEKSI MENULAR
SEKSUAL

Kemmy Ampera Purnamawati


+6208128810999
purnamawatik@who.int
(6) Pengobatan pasien IMS harus menggunakan regimen antibiotika dan/atau
antivirus sesuai dengan penyebab untuk menghilangkan gejala, menyembuhkan,
dan mengurangi risiko penularan IMS.

(7) Pengobatan HIV sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
bersamaan dengan pengobatan IMS,Tuberkulosis, pemberian terapi profilaksis
dan terapi infeksi oportunistik sesuai indikasi.
SEMBILAN (9) LANGKAH
PENATALAKSANAAN IMS
1.ANAMNESIS
2.PEMERIKSAAN FISIK dan PENUNJANG
3.DIAGNOSIS
4.THERAPY
5.KIE
6.DEMONSTRASI KONDOM
7.PENATALAKSANAAN MITRA SEKSUAL (NOTIFIKASI PASANGAN/
NP)
8.PENCATATAN dan PELAPORAN
9.TINDAK LANJUT
DTV

ISR IMS

Candidiasis Cervisitis
BV TV
Sp
Dx: ¾ Pseudohypha TV hidup Salah satu:
DTV, pH >4.5, (+) DTS, diplo int
Sniff test (+),
(+)
Clue sel (+) - Nystatin 100,000 Tx:
IU 7-14 hari Vag Metronidazole 2 gr
Tx: supp sd 1 day OR Tx:
Metronidazole 2 gr Metronidazole 2 x Cefixime 400 mg
sd 1 day OR 500 mg 7 hari sd 1 day DAN
Metronidazole 2 x Azytromisin 1 gr sd
500 mg 7 hari 1 day
• Klinis: primer/
• Klinis: primer/
sekunder
sekunder
• Waktu: < 2 thn
• Waktu:
dini < 2 thn dini
> 2>thn lanjut
2 thn lanjut
• Titer: 1:2;1:2;
• Titer: 1:41:4
lanjut
1:8 dst dini
lanjut
• Tidak1:8tahu
dst stad
dini
Lanjut
lanjut
• Tidak tahu stad
lanjut

Alur pemeriksaan dan diagnosis Sifilis


SINDROM TERAPI PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM DIAGNOSIS TERAPI if lab KETERANGAN
SINDROM
1. DTV 12, 22, 3 2. DTS Diplokokus intracell Cervisitis (1) 12, 22 12.
cerviks Azytromicin 1
gr sd
22. Cefixime
400 mg sd
3.
Metronidazole
2 gr sd
1. DTV pH > 4.5 BV (2) Metronidazole 2 gr Jika ada 3 dari
Sniff/Whiff/Amin test sd (3) 4 (PF dan lab)
(+) = BV
Clue cells (+)

1. DTV T. Vaginalis (+) Trichomoniasis V Metronidazole 2 gr T. Vaginalis (+)


(3) sd (3) jika ditemukan
hidup

1. DTV pseudohypha Candidiasis Sp ($) Nystatin/ flukonasol


(4)
SINDROM TERAPI PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM DIAGNOSIS TERAPI if lab KETERANGAN
SINDROM

DTU (10) 12, 22 10 PMN > 5 (+) Uretritis (Go & 12, 22
Diplokokus intrasel Ngo) 15

DTU (10) 10 PMN > 5 (+) Uretritis Ngo (16) 12


Diplokokus intrasel (-)
Ulkus 06 TP rapid (+) Sifilis dini (5) 5 BP 2.4 juta IU
genital Klinis: IM Boka boki 1
(06) primer/sekunder atau days (5)
Durasi< 2th atau
Titer RPR > =1:8
TP rapid (+) Sifilis lanjut (6) 6 BP 2.4 juta IU
Klinis: IM Boka boki 3
latent/ tersier atau x int 1 minggu
Durasi> 2th atau (6)
Titer RPR 1:2 atau 1:4
SINKRONISASI DIAGNOSIS dan PENGOBATAN

DIAGNOSIS PENGOBATAN KETERANGAN


1 ; 15 ; 19 12 dan 22 Dx 16 Tx 12
2 3
3 3
4 4
5 5
6 6
PENDEKATAN SINDROM / PENDEKATAN
A KLINIS B LABORATURIUM
Duh tubuh vagina (6,8, BV,
1 Candida, 3) 1 Sifilis Dini
2 Duh tubuh uretra (4,5) 2 Sifilis Lanjut
3 Ulkus genital (1,2,9) 3 Gonore
4 Bubo inguinal (7) 4 Urethritis Gonore

5 Penyakit radang panggul 5 Urethritis non-GO

6 Pembengkakan skrotum 6 Servisitis Proctitis


7 Tumbuhan genital/vegetasi 7 LGV
8 Konjungtivitis neonatorum (3) 8 Trikomoniasis
9 Duh tubuh Anus (6,3) 9 Herpes Genital
JUMLAH JUMLAH
Lain-lain (kandidiasis, BV)
A PENDEKATAN SINDROM / KLINIS
1 Duh tubuh vagina
2 Duh tubuh uretra
3 Ulkus genital
4 Bubo inguinal
5 Penyakit radang panggul
6 Pembengkakan skrotum
7 Tumbuhan genital/vegetasi
8 Konjungtivitis neonatorum
9 Duh tubuh Anus
JUMLAH
B PENDEKATAN LABORATURIUM
1 Sifi lis Dini
2 Sifi lis Lanjut
3 Gonore
4 Urethritis Gonore
5 Urethritis non-GO
6 Servisiti s Proctitis
7 LGV
8 Trikomoniasis
9 Herpes Genital
JUMLAH
Lain-lain (kandidiasis, BV)
TRIPLE ELIMINASI
Triple eliminasi: Lampiran hal 66

• ANC
• Pencegahan penularan HIV dan Sifilis dari ibu ke anak:
- skrining HIV dan sifilis: ibu hamil dan pasangannya
- ARV untuk ibu dan pasangan yg HIV dan Tx sifilis ibu, pasangan dan anaknya
- Persalinan sesuai indikasi
- Pemberian PPK dan HIV pada semua bayi yg lahir dari ibu terinfeksi HIV
- ASI sesuai peraturan
Ibu hamil HIV ARV

a. Persalinan VL 38 minggu , minimal 6 bulan ARV &/ VL< 1,000 per vag, kec ind
obs
b. VL > 1,000 atau tak diketahui SC
c. Jika belum ARV pertimbangkan SC

Bayi:

a. Profilaksis ARV 6-12 Jam setelah lahir, selambatnya 72 jam, tujuan:


1. Pencegahan paska pajanan potensial
2. Bayi PASI Zidovudine. Bayi ASI: Zidovudine & Nevirapine selama 6 minggu

b. ASI (6 bulan) atau PASI (Affordable, Feasible, Acceptable, Sustainable dan Safe/
AFASS)
TARGET ELIMINASI PENULARAN HIV, SIFILIS & HEPATITIS B
DARI IBU KE ANAK DI INDONESIA

Skrining anamnesis
B
pada semua perempuan
usia subur yang datang
C
Semua ibu hamil ke pelayanan KB, jika
dilakukan tes HIV, ditemukan indikasi
D Semua ibu hamil sifilis dan Hep B pada dilakukan tes rapid
dengan HIV dan/atau kunjungan antenatal
Semua bayi lahir dari ibu pertama sampai
sifilis, serta ibu hamil
dengan HIV dan/atau sifilis menjelang persalinan.
dengan Hep B
mendapatkan pemeriksaan
mendapatkan tata
dan terapi. Bayi lahir dari ibu
laksana sesuai standar
dengan Hep B mendapatkan
HB0 dan HBIg
IBU HAMIL

BIDAN/ DOKTER/ KLINIK SWASTA


Umpan Balik Umpan Balik
Rujukan Pasien / Spesimen Hasil Tes
Hasil Tes

PUSKESMAS
KOHORT IBU dan ANAK

HIV SIFILIS HEP B LABORATO


RIUM???
SIHA SIHA SIHEPI
Catpor 3E

Terapi evaluasi Positif Rujuk ke


Positif Rujuk ke jika tidak Obgyn/Hepatolog/internis
PDP memungkinkan (tergantung kesepakatan RS
Rujuk RS disesuaikan dg BPJS
Alur Pelayanan dan Pencatatan Pelaporan Eliminasi Penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B
dari Ibu ke Anak di Puskesmas
Form yg dipakai:
- Kartu Ibu, Buku KIA, Kartu 3E 1
- Kohort Ibu Pemeriksaan lab T8 lengkap
- Form HIV dan Sifilis termasuk HIV, Sifilis, Hepatitis B
- Form permintaan periksa lab
Menunggu
Hasil Tes
Bumil Pendaftaran Admin Puskesmas
Pemeriksaan R. Lab
Poli KIA

3 4 4
1 2 6

5
Pengelola
Pengelola Program HIV, Sifilis,
Program Pkm Hasil lab diserahkan ke ibu hamil
Hepatitis
Dinkes Kab/Kota Ruang Data • Form hasil laboratorium
Pemberitahuan Hasil lab umum
• Reaktif : Konseling postest dan tatalaksana HIV/Sifilis;
8. Staf Lab bagi Hep B rujuk ke RS tata laksana Hep, kehamilan di
puskesmas

Bumil
9 • Non Reaktif : Konseling posttest, Edukasi PHBS dan
saran imunisasi Hep B mandiri
Lap yg diinput dan dikirim perbulan:
10 - Form TIPK HIV Bumil (SIHA) 7
Lap yg diinput dan dikirim perbulan:
- Form 3E 3(rekap manual) - Form Sifilis –IMS (SIHA)
To: Dinkes Prov - Form 3E 2 dan 3E 3 (SIHEPI)
To :

P2PML
Pulang
TATALAKSANA IBU HAMIL
DETEKSI DINI (PEMERIKSAAN LAB)  PENANGANAN
DINI
HIV – SIFILIS – HBV

Deteksi dini Tes HIV Tes Sifilis Tes Hep B

+ + +
R1 (+), R2 (+), R3 (+) TP Rapid Sifilis Rapid Hep B

Hasil
Segera ARV Segera Benzatin Pengawasan kasus
IBU KDT 1 tab/24jam
seumur hidup
Benzil Penicilin /
Benzatin Penisilin G
2,4 juta IU boka-boki
hepatitis dirujuk,
lainnya puskesmas

ARV profilaksis Obati 50.000IU/kgBB Vit K

BBL
AFASS : ASI Eksklusif or IM, sblm pulang. HB0 < 24jam
PASI Eksklusif – unmixed) tanda2 : lesi kulit,
HBIg< 24jam
PCR EID usia 6 mgg Snuffles, Trias
+ Cotrim profilaksis Hutchinson,
27/12/2022 3jk 56
TATALAKSANA BAYI DARI IBU HAMIL
HIV, SIFILIS DAN HEPATITIS B
PEMERIKSAAN LAB (DETEKSI DINI) pada BAYI

ARV profilaksis Obati 50.000IU/kgBB IM, sblm Vit K


Bayi Baru AFASS : ASI Eksklusif or PASI pulang. HB0 < 24jam
Lahir Eksklusif – unmixed)
PCR EID usia 6 mgg
tanda2 : lesi kulit, Snuffles, Trias
Hutchinson,
HBIg< 24jam
+ Cotrim profilaksis

PASI Eks : EID usia 6 mgg+


Deteksi konfrimasi
ASI EID Eks : usia 6 mgg, ulangi 6
Titer RPR bayi & Ibu
3, 6 & 9 bulan,
HBsAg bayi
Usia 9 -12 bulan
Bayi mgg pasca ASI Eks + konfirmasi Titer bayi : titer Ibu

ELIMINASI NEGATIF NEGATIF NEGATIF

GAGAL ART PP IV Kontrol ke Sp.A


TUJUAN MENANGKAP BAYI DARI IBU HEPATITIS B, SIFILIS DAN HIV YANG BELUM
Kunjungan Neonatus:(3(4X)kali) TERDETEKSI DAN TERTANGANI--> Skrining Ibu saat kunjungan neonatus/ nifas
0-48 jam 1X
3- 7 hari 1X
Neonatus NIFAS
8-28 hari 1X
29-42 hari 1X

Registrasi on line/
KIA/PMB/DPM
off line Status Ibu: HIV, Sifilis atau Hepatitis B Tatalaksana bayi sesuai
(negatif) dan tidak ada gejala tanda HIV kondisi

*Pastikan melihat RIWAYAT IBU


dari Buku KIA dan atau
Memakai identitas
*Anamnesis/ kaji risiko riwayat/ Pencatatan dan Pelaporan di KIA dan P2
anak bukan Ibu
gejala tanda HIV, Sifilis dan
Hepatitis B pada Ibu
Modul
Status Ibu: HIV, Sifilis dan atau Hepatitis Tatalaksana Ibu dan bayi
Note: Pelatihan
B (positif) atau ada tanda gejala sesuai status HIV, Sifilis
MTBS
dan Hep B pada Ibu
Ibu Bayi waktu
Hep B Positif:    
  - Rujuk FKRTL - HbIg, Hb0, Vit K 24 jam pertama
  - Lapor Dinkes kota/kab - HBsAg 9 bulan
melalui PKM untuk
  penyediaan HBIg bayi    
       
HIV Positif:    

- Rujuk ke PDP untuk


  mendapatkan ARV - ASI eksklusif atau  
    - PASI- AFASS  
24 jam sd usia 6
    - Profilaksis ARV minggu
    - EID 4-6 minggu
- Profilaksis kotrimoksasol usia 6 minggu sd
tersingkirkan diagnosis
HIV
   
Ibu Bayi waktu
Sifilis Positif: Therapi segera dengan Observasi gejala, tanda, RPR, laboratorium Saat lahir, 3,6,9, 12 dan 24
Benzathine Penicillin lainnya bulan

- Dini: 2.4 jt IU IM 1X a. Congenital syphillis (lesi kulit, snuffles, trias


- Lanjut: 2.4 jt IU IM 3X interval 1 Hutchinson, RPR>=4x ibu, dll) atau tidak CS,
tetapi ibu tidak terapi adekuat:
minggu - aqueous benzyl penicillin 100,000-150,000
- Terapi tidak adekuat: Jika U/kg BB/hari, 10-15 hari, IV, atau
diberikan - penicillin procain 50,000 U/kg BB/hari, IM,
rejimen bukan penicillin dan atau 10-15 hari
dalam 30 hari menjelang
  persalinan  
b. Ibu sudah terapi adekuat:
klinis normal atau RPR<=4x ibu: monitor atau
  Benzatin Penicillin 50,000 IU/kg BB, SD, IM
   
Note: Sifilis kongenital (Definisi WHO):
•Lahir mati, lahir hidup atau janin mati pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau lebih dari 500 g, dari seorang ibu
seropositif sifilis tanpa pengobatan yang adekuat.
•Lahir mati, lahir hidup, atau anak usia kurang dari 2 tahun dengan bukti terinfeksi sifilis secara klinis atau mikrobiologik
•Sifilis kongenital dengan bukti secara mikrobiologis:
•Mikroskop lapangan gelap: pada preparat tali pusat, plasenta, cairan hidung atau lesi kulit tampak T.pallidum
•IgM spesifik T.pallidum (TPHA) reaktif
•Titer serologi non treponema (RPR) reaktif 4 kali lipat lebih tinggi dibandingkan titer ibu.
Ringkasa • Jika PCR tidak bisa dilakukan, • Jika antibodi 9 bulan negatif: bayi

n profilaksis kotrimoksasol
diteruskan, lakukan pemeriksaan
tidak terinfeksi (kecuali masih ASI):
stop kotrimoksasol
antibodi pada usia 9 bulan
Bayi sehat dari Ibu HIV+ • Jika antibodi 9 bulan positif: ulangi
antibodi di 12-18 bulan

USIA 6 USIA 4-6 USIA 9 USIA 18


LAHIR
MINGGU BULAN BULAN BULAN

PROFILAKSIS ARV: PROFILAKSIS KOTRIMOKSASOL


• AZT – SF
• AZT + NVP – ASI EKS

EID (PCR DNA EID (PCR DNA ANTIBODI ANTIBODI


HIV) I HIV) II (KONFIRMASI)
• Profilaksis ARV dihentikan, berikan • Jika hasil PCR II negatif, profilaksis
profilaksis kotrimoksasol kotrimoksasol dihentikan

• Jika hasil PCR I atau II positif → terapi ARV


(3 obat), konfirmasi ulang PCR
TRIPLE ELIMINASI MELALUI BUKU KIA
Video Tutorial

• https://bit.ly/Video_Suntik_Sifilis
• https://bit.ly/Video_3E
TERIMAKASIH

Setiap ibu dan bayi


baru lahir memiliki
hak untuk
hidup sehat…
HIV (-) HIV (+)
HIV (+)

ART
This Photo by Unknown Author is
licensed under CC BY-SA This Photo by Unknown Author is
licensed under CC BY-NC

HIV (+/-)

PrEP 1..ART Profilaksis


ART
This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-NC
2. EID
3. Cotri Proflk
4. Pervag: Vs SC
This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-ND

5. ASI Vs PASI (AFASS)

NOTIFIKASI PASANGAN
Metode Notifikasi Pasangan

Metode Pelaksana Keuntungan Kerugian


Rujukan Pasien Pasien indeks Pasien dan pasangan mempunyai Tantangan di dalam hubungan dengan
kesadaran terhadap risiko yang ada pasangan
Rujukan Petugas Tenaga kesehatan atau petugas Rahasia terjamin, kualitas edukasi, Membutuhkan staf yang sudah
kesehatan masyarakat komunikasi dan rujukan yang lebih mendapat pengayaan, beberapa
baik, kemungkinan bisa menjaring kelompok mungkin tidak menyukai
lebih dari satu pasangan pendekatan yang dilakukan oleh nakes

Rujukan Kontrak Diawali oleh pasien indeks untuk Kemungkinan besar petugas yang Penundaan notifikasi mempunyai
jangka waktu 1 bulan, jika gagal akan akan memberitahu pasangan pasien risiko kehilangan kesempatan
dilakukan oleh petugas
Rujukan Ganda Pasien yang memberitahu dengan Pasein mendapatkan dukungan, Membutuhkan keberanian pasien
didampingi oleh petugas informasi yang diterima oleh partner untuk mengungkapkan status HIV
pasien lebih jelas dan detail, mereka
mengurangi kemungkinan terjadinya
kekerasan
HEPATITIS C
PRIORITAS SKRINING HEPATITIS C

Penasun (dan eks penasun)

Orang dengan HIV (Skrining anti-HCV dilakukan pada semua pasien HIV, PNPK
Tatalaksana HIV 2019 dan SE Dirjen P2P ttg Kolaborasi Program P2 Hepatitis C dan
HIV AIDS dan PIMS, 2021)

Pasien Hemodialisa (HD)

Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP)

68
Terapi Hepatitis C
Hepatitis C
Kronis

Monoinfeksi HIV Koinfeksi

Non Sirosis: Sirosis Non Sirosis Sirosis

SOF+DAC60 SOF+DAC60 SOF+DAC90* SOF+DAC90*


12 mg 24 mg 12 mg 24 mg
Kabupaten / Kota

Provinsi
:

:
KOTA BLITAR

Jawa Timur
Bulan

Tahun
:

:
Juli

2022
HEPATITIS C
LAKI - LAKI PEREMPUAN KELOMPOK POPULASI KHUSUS

ODHA DG Pasien Pasien

PASANGAN TB Hepatitis

No VARIABEL <1 '1-14 15-19 20-24 25-49 >50 Jml <1 '1-14 15-19 20-24 25-49 >50 Jml TOTAL PENASUN WPS Waria LSL NEGATIF    

1Masuk dalam perawatan HIV                                            

1.1 Jumlah kumulatif orang yang pernah masuk


  perawatan HIV s/d akhir bulan lalu 0 2 5 43 181 37 268 0 3 3 11 109 21 147 415 2 0 0 59 3 77 0

1.2 Jumlah orang baru yang masuk (termasuk


  rujuk masuk) perawatan HIV selama bulan ini 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0  1 0 0 0 0 0 0 0

1.3 Jumlah orang yang rujuk keluar perawatan HIV


  selama bulan ini 0 0 0 0 2 0 2 0 0 0 0 1 0 1 3 0 0 0 0 0 0 0

1.4 Jumlah kumulatif orang yang pernah masuk


  perawatan HIV s/d akhir bulan ini 0 2 5 43 180 37 267 0 3 3 11 108 21 146 413 2 0 0 59 3 77 0
CBS
Latar Belakang
• Hingga tahun 2020, 66% ODHIV hidup, mengetahui status HIV nya
• Hasil Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) pada tahun 2018-19 mengindikasikan proporsi populasi kunci yang
melakukan tes HIV berkisar antara 15% pada klien Wanita Pekerja Seks (WPS), 72% pada waria (transpuan), LSL
(59%), Penasun (67%), WPS (42%).
• Di sisi lain, saat ini pandemi COVID-19 dapat mempengaruhi cakupan tes HIV, baik karena kekhawatiran dari pasien
untuk tertular COVID-19 jika datang ke layanan, maupun karena banyak petugas kesehatan yang menangani HIV kini
juga harus membantu menangani COVID-19 di fasyankesnya.
• Hasil penelitian tes HIV berbasis cairan oral (OFT/Oral Fluid Test) yang dilakukan pada LSL di Bali menunjukkan
peningkatan cakupan testing di Denpasar Bali dari 98 tes per bulan menjadi 152 tes per bulan. Studi menunjukkan
81% (813) orang yang ditawarkan OFT menerima tes, 10% (83) hasil tes reaktif, 63% (52) dari orang dengan hasil
reaktif datang ke klinik untuk tes konfirmasi. Sebanyak 5.78% (47) dari total skrining terkonfirmasi positif, 83% (39)
dari mereka mulai ARV.
• Hasil Penelitian pada klien pekerja seks di 7 lokalisasi di Bali, 65% (188) pria yang berpartisipasi dalam tes itu
menerima tes HIV mandiri, hanya 13,3% di antaranya sudah pernah melakukan tes HIV. Hampir semua pria (98.9%)
yang menerima tes HIV mandiri memilih tes HIV mandiri dengan pendampingan. Sebagian besar pria menyatakan
mereka menyukai tes HIV mandiri karena mereka dapat melakukan tes pada diri mereka sendiri (89.8%), mudah
digunakan (99%) dan mereka dapat mengulang tes (89%), melakukan tes pada pasangan mereka (63.5%), dan
merekomendasikannya pada pria lain (91%).
Definisi
• Skrining HIV berbasis komunitas adalah deteksi dini HIV yang dilakukan di luar fasyankes atau di
komunitas/masyarakat, misalnya saat melakukan penjangkauan, di LSM, di tempat kerja, di klub malam, atau
bar atau posyandu yang dilakukan oleh kader. Skrining berbasis komunitas dapat dilakukan oleh petugas
kesehatan dan atau non-petugas kesehatan yang terlatih. Termasuk di dalam non-petugas kesehatan adalah
kader, petugas penjangkau dari LSM, pendidik sebaya, petugas keselamatan dan kesehatan kerja (K3) atau
petugas di tempat kerja. Untuk selanjutnya, non-petugas kesehatan disebut sebagai pendamping.
• Skrining HIV Mandiri dapat ditawarkan pada klien, atau pasangannya, dengan cara melakukan sendiri dan
menginterpretasi hasilnya dalam situasi personal. Untuk konfirmasi hasil tetap harus dilakukan di layanan
kesehatan.
• Skrining HIV mandiri dapat dilakukan dengan atau tanpa pendampingan:
• Skrining HIV mandiri dengan pendampingan dilakukan oleh klien dengan disaksikan oleh pendamping. Pendamping
sebelumnya melakukan demo dan memberikan petunjuk cara melakukan skrining HIV mandiri dan interpretasi hasilnya.
Pendampingan ini dapat dilakukan secara tatap muka atau dengan cara daring (dalam jaringan/online) atau lewat panggilan
video.
• Skrining HIV Mandiri tanpa pendampingan yaitu skrining yang dilakukan tanpa adanya bantuan (langkah-langkah cara
melakukan skrining HIV mandiri dan interpretasi hasil) atau pemantauan dari pendamping.
Tes untuk triage, termasuk self testing
• Tes HIV mandiri (self testing) adalah tes untuk triase
Lakukan Self testing (R0) dan tidak memberikan diagnosis konfirmasi HIV-
positif
• Semua hasil tes HIV mandiri reaktif perlu diikuti
dengan tes lebih lanjut oleh layanan kesehatan
untuk untuk memastikan status HIV.
• Hasil tes HIV mandiri non reaktif, artinya HIV-negatif,
tanpa perlu dites ulang.
R0 Reaktif (+) R0 Non Reaktif (-)
• Untuk hasil yang INVALID harus diulang dengan
reagensia yang baru.
• Tes HIV mandiri tidak dianjurkan untuk ODHIV yang
sudah ART, karena hasil tes HIV negatif palsu dapat
terjadi.
HIV Negatif • Tes ulang pada hasil Negatif hanya untuk individu
Rujuk ke layanan kesehatan rujuk ke layanan pencegahan yang berpotensi terpajanan HIV dalam 12 minggu
untuk konfirmasi status HIV HIV Tes ulang bila tetap
sebelumnya.
berisiko HIV atau pajanan baru
PrEP- NP
Profilaksis Paska Pajanan:

TDF + 3TC + DTG

Profilaksis Pra Pajanan (PrEP)

TDF + FTC Event Driven / Harian


Populasi Sasaran Pemberian PrEP

PrEP diberikan kepada:


• Laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki (LSL)
• Wanita Pekerja Seks (WPS)
• Transgender/Waria
• Pengguna Napza Suntik
• Pasangan Serodiskordan
What is PrEP

 the use of an antiretroviral medication by HIV-negative people to reduce the


risk of acquisition of HIV infection.
Feri (35 th, L) minggu lalu
berhubungan seks dengan seorang
pria. DTU (+), diplo (+). Diagnosis:
Terapi: Tindak lanjut:

Hasil pemeriksaan laboratorium Feri:


R1 (+) R2 (+) R3 (+). Kesimpulan
diagnosis:
3. Layanan apakah yang akan Anda berikan kepada Feri?

4. Feri mempunyai istri, Rani (30 th, p). Saat ini sedang hamil G1P0Ab000 (8 minggu).
Apakah yang akan Anda lakukan untuk Feri dan Rani?

5. Rani, TP rapid (+), RPR (1:16). Apakah diagnosis dan tatalaksananya? HIV: R1(NR).
HBs (-)

6. Bayi Rani lahir tanpa kurang suatu apapun. Apa yang akan Anda lakukan?

7. Ricky (45 th, L) seorang ODHIV yang diskrining TBC dengan hasil tanpa gejala dan
tanda TBC. Apakah yang akan Anda lakukan?

8. Sepuluh bulan kemudian ketika Ricky diskrining TBC terdapat batuk dan demam.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan TCM dan hasilnya M TB sensitive. Apakah
diagnosis dan tatalaksananya?
9.Ricky tidak patuh dalam meminum ARV dan minggu lalu VL >1000. Apakah yang dapat
Anda lakukan untuk istri Ricky?

10. Beberapa bulan kemudian istri Ricky terdiagnosis HIV dan tiga bulan kemudian hamil
pertama. Apakah tatalaksana untuk ibu dan bayinya kelak saat lahir?
REFERENSI
• World Health Organization (WHO). Updated recommendations
on first-line and second-line antiretroviral regimens.
https://www.who.int/hiv/pub/guidelines/ARV2018update/en/
• Peraturan Menteri Kesehatan no 23 tahun 2022
• PNPK HIV 2019
• Kementerian kesehatan RI, Subdit HIV dan PIMS. Roadmap TLD
Kemenkes RI. 2019.
• Panel Ahli HIV AIDS dan PIMS. Rekomendasi ART terbaru
termasuk penggunaan DTG. Juli 2020
• ICAP, Optimize project. Health care worker training package for
countries transitioning to dolutegravir. 2019.
• Sumber paparan dan data SIHA (Jatim dan Nasional) 2018- 2020
• Surat edaran No HK.02.02/I/1564/2018 Dirjen P2P
• Cuplikan paparan Substansi HIV-AIDS & PIMS- Kementerian
Kesehatan dalam pertemuan Monev TB HIV- Nov 2021
TERIMAKASIH
PrEP – The Rational

• Huge gap in triple 95


• HIV transmission is persisted
• The implementation combination prevention showed inconsistence usage
• IBBS 2018 showed condom use still 30 %
• Test & Treat implementation is improved but high loss to follow up
• STI is still neglected disease although being focused in Indonesia since 2021
• Explosive HIV epidemi among MSM – 18 % positive rate
• U=U concept
PrEP is Part of
Combination Prevention
• rights-based, evidence-informed, and community-owned
programmes that uses a mix of biomedical, behavioral, and
structural interventions, prioritized to meet the current HIV
prevention needs of particular individuals and communities, so as
to have the greatest sustained impact on reducing new infections.
• Combination prevention programmes operate on different levels
(e.g., individual, relationship, community, societal) to address the
specific, but diverse needs of the populations at risk of HIV
infection.
• Behavior intervention- HIV education, BCC, addressing legal barrier,
enabling environment
• Biomedical intervention – PrEP, TasP/Treat all, VMCC, condom, PEP,
blood safety
Tenofovir and Emtricitabine Tissue Penetration
10000
Tenofovir
Rectal tissue

Median Concentration
 Various tissue concentrations 1000 Vaginal tissue
Cervical tissue
determined after single dose of TDF/FTC 100

(ng/g)
(N = 15 healthy volunteers; 8 men, 7 10
women)
0
‒ Median age: men, 26 yrs; women, 22 yrs 0.1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
 Tenofovir cervical and vaginal 10000 Tenofovir-DP
concentrations 2.5 logs lower than rectal

Median Concentration
1000
concentrations (6.8 vs 1877 ng/g) 100

(fmol/g)
 Despite high FTC concentrations in 10
vagina and cervix, FTC-TP detected for 0
≤ 2 days in all tissues 0.1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Days After Single TDF/FTC Dose
Patterson. Sci Transl Med. 2011;3:112re4. Slide credit: clinicaloptions.com
PrEP (Pre Exposure Propilaksis)

Merupakan upaya pencegahan HIV


dengan meminum obat sesuai dengan ARV di Indonesia…
aturan penggunaan.
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 76 TAHUN 2012
TENTANG PELAKSANAAN PATEN OLEH
PEMERINTAH TERHADAP OBAT ANTIVIRAL
Direkomendasikan bagi seseorang yang berisiko
DAN ANTIRETROVIRAL:
tinggi terinfeksi HIV dan diminum sebelum ia
Pasal 1
melakukan perilaku yang membuatnya berisiko
• Pelaksanaan Paten oleh Pemerintah
terinfeksi HIV. terhadap obat Antiviral dan Antiretroviral
dimaksudkan untuk memenuhi
ketersediaan dan kebutuhan yang sangat
mendesak obat Antiviral dan
Jenis obat yang akan digunakan dalam PrEP
Antiretroviral untuk pengobatan penyakit
di Indonesia adalah TDF/FTC. Human Immunodeficiency Virus-Acquired
Terdapat 2 jenis rejimen dalam PrEP yaitu Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS)
rejimen harian (daily) dan rejimen ED (Event dan Hepatitis B.
Driven).
 Tersedia  paket intervensi sesuai kebutuhan

 ACCESSIBILITY
 Lokasi
LAYANAN  Waktu Pelayanan
 Biaya yang terjangkau

KESEHATAN  ACCEPTABILITY
 Pelayanan yang tidak men-stigma
 Sikap yang tidak menghakimi dan merendahkan moral
 Privasi dan kerahasiaan yang terjamin
 Waktu pelayanan yang tidak terlalu lama
 Peralatan dan bahan yang memadai
 Pengadaan obat dan kondom yang terjamin
 Kemampuan, kompetensi dan profesionalisme tenaga
 Pengobatan yang efektif dan efisien

 Kualitas: evidence- based, aman, efektif, “people-centred”, setara, terintegrasi dan


efisien
Latar Belakang
• Perubahan algoritma testing dan diagnosis HIV berdasarkan bukti terbaru
untuk menerapkan layanan tes HIV yang efektif dan efisien sesuai dengan
pendekatan kesehatan masyarakat berdasarkan WHO Consolidated Guidelines
on HIV Prevention, Testing, Treatment, Service Delivery and Monitoring:
Recommendations for a Public Health Approach, Juli 2021
https://apps.who.int/iris/rest/bitstreams/1357089/retrieve
• Permenkes terakhir terkait algoritma testing tertuang pada Permenkes 15
Tahun 2015.
• Update algoritma testing surat edaran test and treat tahun 2018, Nomor
HK.02.02/1/ l564 / 2018 tanggal 10 Juli 2018.
• Makin berkembangnya jenis tes HIV serta pendekatan yang digunakan untuk
meningkatkan cakupan tes.
Peraturan yang ada saat ini
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
15 TAHUN 2015 – 25 Maret 2015 SE HK.02.02/I/1564/2018 – 10 Juli 2018
LATAR BELAKANG

Indonesia baru menemukan 35% ODHA ditemukan pada populasi kunci


65,5% (377.565) dari total dan
65% ODHA merupakan populasi umum
estimasi ODHA 2016 640.443

Menurut penelitian, notifikasi


Berdasarkan hasil uji implementasi,
pasangan merupakan metode
positivity rate notifikasi pasangan
yang efektif untuk menemukan
mencapai 20-40% di Indonesia, 40% di
kasus HIV dengan positivity
Vietnam, 7,5% di kamboja
rate 20-70%

Notifikasi Pasangan (NP) merupakan strategi yang efektif untuk menentukan kasus HIV
• Form NP
• Ikhtisar keperawatan- follow up- NOTIFIKASI PASANGAN
(IO-IMS)- LBPHA-SIHA 2.0 (9)

Kebanyakan Infeksi Baru Ditularkan oleh Orang yang


Tidak Tahu Statusnya

~25% Berkontribusi
Tidak terhadap…
menyadari
infeksi ~54%
Infeksi
baru

~42%
Menyadari
infeksi
~46%
infeksi
baru

Source: G. Marks et al. AIDS 2006

From ES Daar, MD, at Los Angeles, Ca: April 22, 2013, IAS-USA.
VIRAL
LOAD???

Kabupaten (2021) ERROR No Tersupresi Tidak (blank) Grand ODHA ON


Result Tersupresi Total ARV

Kota Blitar     12 2  14 210

Puskesmas Sukorejo Kota Blitar     6    6 6

RSUD Mardi waluyo     6 2  8 204

ERROR No Tersupresi (blank) Grand ODHA ON


Result Total ARV

2022 Tidak Tersupresi

Kota Blitar      2 1  3 11

Puskesmas Sanawetan      1    1 5

UPTD Kesehatan Kec.Kepanjenkidul      1 1  2 6


TBC DAN HIV

▪ Munculnya epidemi HIV dan


AIDS di dunia menambah ▪ Tuberkulosis merupakan
permasalahan TBC penyebab kematian utama
pada ODHIV Bentuk TBC tersering
▪ Infeksi HIV akan meningkatkan
risiko kejadian TBC secara ▪ (40-50% kematian ODHIV pada ODHIV:
signifikan terjadi karena TBC) ▪ TBC Paru BTA
negatif
▪ Perlu upaya intensif mencegah ▪ Diagnosis sulit
▪ TBC ekstra paru
kejadian TBC pada ODHIV
▪ Sering terjadi
keterlambatan diagnosis
STRATEGI MENCEGAH KOINFEKSI TB-HIV

Tes HIV pada seluruh pasien TBC tanpa memandang faktor risiko HIV

Skrining TBC pada ODHIV

Pemberian TPT pada ODHIV

Pemberian ARV pada pasien ko-infeksi TB-HIV tanpa melihat nilai CD4

10
MENINGKATKAN CAKUPAN TPT

Perluasan prioritas sasaran pemberian TPT

Penggunaan paduan TPT shorter regiments

Penguatan strategi komunikasi terkait penanganan ILTB dan pemberian


TPT

Optimalisasi peran kader komunitas

20
PEMERIKSAAN FISIS
& PENGAMBILAN
SAMPEL
Alat Pemeriksaan

Pem VAGINA Pem ANUS

VIDEO PEM
PENGAMBILAN SAMPEL
WANITA, dengan SPEKULUM:
 Ambil cairan dari fornix posterior dan dinding vagina
o + lar. Saline  pem T.vag, clue cell
o + KOH 10%  bau amis, Candida
o pH
 Ambil dari endoserviks dg lidi kapas steril
o + pengecatan sdhn  DIPLOKOKUS, pmn
SEDIAAN BASAH (vagina)

Lar NaCl KOH 10%

• Trichomonas vaginalis • Pseudohifa


• Clue cell • Bau amis = sniff tes

SEDIAAN HAPUS (serviks, uretra, atau, anus)

BluePengecatan Gram

• Diplokokus intraseluler
• PMN
Lanjutan.. Pengambilan sampel
LAKI-LAKI:
 Cairan diambil dari uretra dengan cotton tip
aplicator atau lidi kapas steril  masukkan ke
oue 1-2 cm  + pengecatan sdhn  diplo intra,
pmn
 Ambil cairan dari anus dengan anuskopi (ano-
genital) KY Jelly seblmnya MSM
CLUE CELL (pengecatan Gram)
Trichomonas vaginalis
PSEUDOHIFA (preparat basah)

Anda mungkin juga menyukai