Anda di halaman 1dari 54

TATALAKSANA INFEKSI HIV PADA

ANAK
HIV dalam cairan tubuh

Cairan bersama Air liur


sperma Air Ketuban
Darah
Seme
18,000 Caira
n
11,00 n Cairan
0 Vagin Amnion Air Liur
a 4,000 Saliva
7,000 1

Rerata jumlah partikel HIV dalam 1 ml


cairan tubuh tsb
SOFRO, MAU 2019 2
Pendahuluan
Infeksi HIV pada anak memiliki keunikan/perbedaan dibanding infeksi
pada dewasa

Progres penyakit
berat terjadi Menyebabkan
Tidak semua
lebih cepat gangguan
Angka kematian obat HIV tersedia
karena sistem pertumbuhan
lebih tinggi untuk anak di
imun yang belum dan
Indonesia
sempurna saat perkembangan
terjadi infeksi

Harus dicegah, dan sangat bisa dicegah!


Perjalanan infeksi HIV pada
dewasa
1000

900
Asymptomatic
Relative level of Plasma HIV-RNA
800 Plasma HIV-RNA
700 CD4+ T cells TB
CD4+ cell Count

600

500 Acute HIV


syndrome
400 HZV

300 OHL
200
PPE OC
PCP
100 TB CM
CMV, MAC
0
0 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Months tahun after infection


Perjalanan infeksi HIV pada
anak

Shearer and Hanson: Medical Management of AIDS in Children, 2003


Beban ganda HIV Anak di Indonesia
Aspek klinis
Kepatuhan minum
obat

Kasus infeksi HIV anak Anak terinfeksi HIV Pembukaan status ke


akibat transmisi vertikal vertikal berusia remaja anak
masih ada mulai meningkat Masalah psikososial,
mental, dan perilaku
Kesehatan reproduksi
Transisi ke perawatan
dewasa
ANTIRETROVIRAL THERAPY
Transmisi HIV dari Ibu ke Anak

Intrauterin Persalinan Menyusui


5-10% 10-20% 5-20%

Bila tidak dilakukan tindakan pencegahan maka:


Keseluruhan risiko tanpa menyusui : 15-30%
Risiko dengan menyusui selama 6 bulan : 25-35 %
Risiko dengan menyusui selama 18 – 24 bulan: 30-45%
JAMA 2000;283:1175–82
WHO, 2006
Diagnosis HIV
Manifestasi klinis
Laboratorium
Awal: tidak ada gejala atau
gejala ringan Usia < 18 bulan
Kondisi lanjut: infeksi Tes virologi (PCR
oportunistik/infeksi berat RNA/DNA HIV)
(kandidiasis, diare,
tuberkulosis, parasit,
pneumonia P. jiroveci,
sepsis, etc), malnutrisi, Usia > 18 bulan
gagal tumbuh, Antibodi HIV
perkembangan terlambat
Manifestasi klinis
• Demam berkepanjangan
Sistemik • Limfadenitis BCG
diseminata

• Gizi kurang-gizi buruk


Pertumbuhan
• Gagal tumbuh

• Mikrosefal
Perkembangan
• Gangguan perkembangan
Manifestasi klinis
• Tuberkulosis
Paru • Pneumonia (bakteri, virus, P. jiroveci)

• Diare kronik
Gastrointestinal • Kandidiasis

• Meningitis (TB, criptococcus)


Neurologi • Ensefalitis
• Papular pruritic eruption
Kulit • Herpes simplex
• Herpes zoster
DIAGNOSIS
Usia < 18 bulan Usia > 18 bulan

• PCR RNA HIV atau • Antibodi HIV atau


• PCR DNA HIV atau • PCR RNA HIV atau
• Diagnosis • PCR DNA HIV
presumptif
(antibodi HIV + HIV
defining illness)

Pemeriksaan CD4 saja TIDAK DAPAT menegakkan diagnosis HIV.


Kriteria untuk diagnosis HIV presumptive untuk infeksi
HIV berat pada anak < 18 bulan bila tes virologi tidak
tersedia
Diagnosis HIV presumptif dapat ditegakkan apabila:
1. Pada anak (< 18 bulan) terdeteksi 2a. Bila anak mempunyai 2 gejala di
antibodi HIV bawah ini atau lebih:
• oral thrush
DAN • pneumonia berat
• sepsis berat
ATAU
2b. Diagnosis penyakit terkait AIDS dapat
ditegakkan
Temuan lain yang mendukung penyakit HIV berat pada anak dengan antibodi HIV
positif:
– Ibu meninggal dalam waktu dekat atau dengan penyakit HIV berat
–%CD4+ <20% (anak)
Konfirmasi diagnosis HIV secepat mungkin.
Kondisi terkait AIDS adalah beberapa kondisi pada infeksi HIV stadium 4 seperti pneumonia
P. jiroveci, meningitis kriptokokus, gizi buruk, sarkoma Kaposi, TB ekstrapulmonal.

WHO, 2010
Diagnosis HIV pada bayi yang
mendapatkan ASI
• Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai risiko
tertular sepanjang periode menyusui.
• ASI tidak perlu dihentikan hanya untuk melakukan
pemeriksaan HIV.
• Pada kondisi ini, interpretasi hasil PCR/antibodi
yang negatif TIDAK DAPAT dilakukan.
• Hasil PCR negatif baru dapat diinterpretasi
apabila pemeriksaan PCR dilakukan setelah ASI
dihentikan minimal 6 minggu.
WHO, 2010
PENENTUAN STADIUM KLINIS DAN
IMUNOLOGIS PADA ANAK
TERINFEKSI HIV
WHO Clinical Staging of HIV for infants and children
Clinical Stage 1
Asymptomatic
Persistent generalized lymphadenopathy

Clinical Stage 2
Unexplained persistent hepatomegaly
Papular pruritic eruptions
Fungal nail infections
Angular cheilitis
Lineal gingival erythema
Extensive wart virus infection
Extensive molluscum contagiosum
Recurrent oral ulceration
Unexplained persistent parotid enlargement
Herpes zoster
Recurrent or chronic upper respiratory tract infections, (otitis media, otorrhea,
sinusitis, tonsilitis)
WHO Clinical Staging of HIV for infants and children
Clinical Stage 3
Unexplained moderate malnutrition or wasting not adequately responding to
standard therapy
Unexplained persistent diarhoea (14 days or more)
Unexplained persistent fever (>37.6oC, intermitent or constant > 1 month)
Persistent oral candidiasis (after first 6-8 weeks of life)
Oral hairy leukoplakia
Acute necrotizing ulcerative gingivitis or periodontitis
Lymph nodes tuberculosis
Pulmonary tuberculosis
Severe recurrent bacterial pnuemonia
Symptomatic lymphoid interstitial pneumonia
Chronic HIV-associated lung disease, including bronchiectasis
Unexplained anemia (<8 g/dL, neutropneia (<0,5x109/L), and orchronic
thrombocytopenia (<50x109/L)
WHO Clinical Staging of HIV for infants and children
Clinical Stage 4
Unexplained severe wasting, stunting, or severe malnutrition not responding to standard therapy
Pneumocystis jerovicii
Recurrent severe bacterial infections (empyema, pyomyositis, bone or joint infection, meningitis,
but excluding pneumonia)
Chronic herpes simplex infection infection (orolabial or cutaneous >1 month,or visceral at any site)
Extrapulmonary tuberculosis
Kaposi sarcoma
Oesophageal candidiasis (or trachea, bronchi, or lungs)
Cytomegalovirus infection, retinitis or affecting any other organ, with onset at age >1 month
Central nervous system toxoplamosis (after neonatal period)
Extrapulmonary cryptococcus, including meningitis
HIV encephalopathy
Disseminated endemic mycosis (extrapulmonary histoplasmosis, coccidiomycosis)
Chronic cryptosporidiosis (with diarrhoe)
Chronic isosporiasis
Disseminated non-tuberculous mycobacteria infection
Cereberal or B cell non-Hodgkin lymphoma
Progressive multifocal leucoencephalopathy
HIV-associated cardiomyopathy or nephropathy
Klasifikasi WHO untuk Imunodefisiensi

Klasifikasi Nilai CD4 berdasarkan usia


<11 bulan 12-35 bulan 36-59 bulan >5 tahun
(%) (%) (%) (sel/mm3)
Tidak imunosupresi >35 >30 >25 >500
Imunosupresi ringan 30-35 25-30 20-25 350-499
Imunosupresi sedang 25-29 20-24 15-19 200-349
Imunosupresi berat <25 <20 <15 <200 or <15%

Modifikasi dari WHO 2007.


Tata Laksana
• Highly active antiretroviral therapy (HAART)
berhasil menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas pada anak terinfeksi HIV, meningkatkan
fungsi neurokognitif, dan meningkatkan kualitas
hidup anak.
• Terapi antiretroviral (ARV) bukan tata laksana
gawat darurat.
• Dokter perlu mempersiapkan anak dan keluarga
sebelum pemberian terapi ARV.
Tujuan Pemberian ARV
• Menurunkan morbiditas dan mortalitas terkait HIV
• Mengembalikan dan menjaga fungsi imunitas yang
tergambar pada kadar CD4
• Menekan semaksimal mungkin replikasi virus
• Mencegah mutasi virus yang menyebakan resistensi
obat
• Meminimalkan toksisitas obat
• Tercapainya pertumbuhan dan perkembangan anak
yang normal
• Meningkatkan kualitas hidup
http://aidsinfo.nih.gov/guidelines
Penilaian Awal
Kasus Anak Terinfeksi HIV
1. Penilaian tumbuh kembang
2. Penilaian kualitas dan kuantitas nutrisi
3. Penentuan stadium klinis
4. Skrining tuberkulosis, kontak dengan pasien TB dewasa
5. Identifikasi penyakit lain (Hepatitis B atau C atau infeksi
oportunistik lain)
6. Riwayat pengobatan sebelumnya
7. Penilaian kesiapan anak dan pengasuh/keluarga untuk
terapi ARV
WHO, 2010
Penilaian Tumbuh Kembang
• Pemeriksaan rutin berat badan, tinggi badan, dan
lingkat kepala setiap kedatangan
• Evaluasi status nutrisi dan tata laksana masalah
nutrisi
• Suplementasi berdasarkan kebijakan nasional
(vitamin A setiap 6 bulan, zink untuk diare)
• Evaluasi toleransi diet yang diberikan
• Evaluasi masalah perkembangan.
• WHO, 2010
Infeksi Oportunistik
• Identifikasi dan tata laksana setiap infeksi oportunistik
• Pertimbangkan keuntungan dan risiko apabila memulai ARV
saat ada infeksi oportunistik akut terutama yang belum
teratasi.
• Cegah infeksi oportunistik dengan kotrimoksazol
• Dosis: 4-6 mg TMP/kg, 1 kali/hari
• Skrining TB
• Ko-infeksi TB/HIV
• Hati-hati interaksi obat (nevirapin dan rifampisin)
• Kontak (+), TB tidak aktif:
• Terapi preventif INH: 10 mg/kg, 1 kali/hari, 6 bulan.

WHO, 2010
tersebut memberikan bukti yang serupa dengan studi
pada ODHA dewasa bahwa risiko terjadinya PCP sangat
kecil terjadi pada anak terinfeksi HIV yang sudah
mengalami rekonstitusi imunitas. Dosis pemberian

Profilaksis Kotrimoksazol
kotrimoksazol pada bayi dan anak terinfeksi HIV dapat
dilihat pada lampiran 17.
Rekomendasi
Profilaksis kotrimoksazol direkomendasikan pada anak terinfeksi
HIV berusia >5 tahun dengan jumlah CD4 <200 sel/μL atau
persentase CD4 <15%; anak berusia 1-5 tahun dengan jumlah CD4
<500 sel/μL atau persentase CD4 <15%; serta bayi berusia <12
bulan tanpa melihat jumlah maupun persentase CD4 (sangat
direkomendasikan, kualitas bukti tinggi).
Profilaksis kotrimoksazol dipertimbangkan untuk dihentikan setelah
mendapat terapi ARV selama 6 bulan pada anak terinfeksi HIV
berusia ≥5 tahun dengan jumlah CD4 ≥200 sel/μL atau persentase
CD4 ≥15% serta pada anak terinfeksi HIV berusia 1 sampai dengan
<5 tahun dengan persentase CD4 ≥15% atau jumlah CD4 ≥500
sel/μL (rekomemendasi sedang, kualitas bukti sedang).

PNPK, 2019
Terapi Antiretroviral
• Evaluasi untuk indikasi terapi ARV
• Mempersiapkan pengasuh/keluarga dan pasien
sebelum memulai terapi ARV sangatlah penting
• WAJIB: Konseling sebelum inisiasi terapi ARV
• Terapi seumur hidup
• Tepat waktu
• Risiko resistensi obat apabila kepatuhan minum
obat buruk
• Efek samping
Rekomendasi Pemberian
Antiretroviral
pada Anak di Indonesia
Permenkes 23 Tahun 2022
Penanggulangan HIV, AIDS dan IMS
Usia Pilihan utama Alternatif

Umur (ABC atau AZT) + 3TC (ABC atau AZT) + 3TC + DTG**
< 3 tahun + LPV/r* (ABC atau AZT) + 3TC + NVP
(untuk bayi <2-4 minggu,
setelah mencapai usia  2-4
minggu dapat switch ke LPV/r
atau DTG)
Umur 3- AZT + 3TC + EFV ABC + 3TC + EFV
10
tahun ABC + 3TC + DTG
AZT + 3TC + DTG
TDF + 3TC (atau FTC) + EFV
TDF + 3TC (atau FTC) + DTG
Remaja TDF+3TC+DTG TDF+3TC+EFV600
(danuntuk bayi usia kronologis  2 minggu danTDF+3TC+EFV
*LPV/r 400
usia gestasi  42 minggu
dewasa)
** DTG untuk bayi usia kronologis  4 minggu dan BB  3 kg. Jika tablet 10 mg sudah tersedia
Pasien TB mendapat Rifampisin

• Pada pasien TB dan mendapatkan rifampisin:


• DTG diberikan dosis ganda yaitu menambahkan dosis tambahan
dengan jarak 12 jam
• LPV/r diberikan dosis ganda dari dosis seharusnya, yang dibagi dalam
dua dosis
Dosis ARV Anak
Zidovudine •Kapsul: 100 mg Semua umur 180-240 mg/m2/ Hindari
(AZT) •Tablet: 300 mg dosis, 2x/hari penggunaannya pada
Dosis maksimal: 300 pasien anemia.
mg/dosis, 2x/ hari

Lamivudine •Tablet: 150 mg Semua umur ≥ 30 hari: 4 mg/kg/dosis, Dapat digunakan juga
(3TC) 2x/hari untuk hepatitis B
Dosis maksimal: 150
mg/dosis, 2x/ hari
15 kg – 19,9 kg:
Kombinasi Tablet: 300 mg Remaja dan Tablet dapat dibagi
tetap AZT/150 mg 3TC dewasa 0,5 tablet – 0,5 tablet dua, tidak boleh
zidovudin 20 kg – 24,9 kg: dipuyerkan
dan 1 tablet – 0,5 tablet Tablet dapat
lamivudin > 25 kg: dihaluskan sesaat
1 tablet – 1 tablet sebelum pemberian
Abacavir

• Kontraindikasi: positif HLA-B*5701, riwayat hipersensitivitas terhadap abacavir,


gangguan hari sedang-berat
• Usia ≥3 bulan: 8mg/kg 2x/hari atau 16mg/kg 1x/hari (maksimal 600 mg per hari)

Tablet 300 mg

Rentang BB Dosis 2x/hari Dosis 1x/hari


(kg)
Pagi Malam
14-<20 ½ tablet ½ tablet 1 tablet
≥20-<25 ½ tablet 1 tablet 1 ½ tablet
≥25 1 tablet 1 tablet 2 tablet
Diberikan 2x/hari (setiap 12
jam)
Rentang Dosis (tablet)
BB
(kg)
Pagi Malam Abacavir/Lamivudine
3-5.9 0.5 0.5 120mg/60mg dispersible tablet
6-9.9 0.5 1
10-13.9 1 1
Diberikan dengan/tanpa makanan.
14-19.9 1 1.5 Bisa dilarutkan dalam air
20-24.9 1.5 1.5 (dispersible)
Diberikan 1x/hari
Rentang BB (kg) Dosis (tablet)
3-5.9 1
6-9.9 1.5
10-13.9 2
14-19.9 2.5
20-24.9 3
Tenofovir (TDF) Umur > 2 Dosis harian 8 mg/ •Sebaiknya tidak
- Tablet 300 mg tahun kg sekali sehari dikombinasikan
Dosis dengan Ritonavir
maksimal: 300 karena akan
mg meninggikan
dosis plasma
TDF
•Penyesuaian dosis
pada pasien
dengan
gangguan fungsi
ginjal.
Emtricitabin Boleh untuk Anak < 33 kg: •Salah satu efek
(FTC)
- Tablet 200 mg anak mulai 6 mg/kg/hari, sekali samping:
atau sehari, perubahan
dalam kombinasi umur 3 maksimal 240 mg warna telapak
bulan tangan
dengan TDF 300 Anak > 33 kg: dan kaki
mg
(Truvada ®) 200 mg sekali sehari •Eksaserbasi
Hepatitis B
bila dihentikan
•Penyesuaian dosis
bila
terdapat gangguan
Lopinavir/ritonavir Formulasi dewasa:
Tablet 200 mg lopinavir/50 mg ritonavir

Formulasi anak:
Tablet anak: 100 mg lopinavir/25 mg ritonavir
Formula sirup: 80 mg/mL lopinavir + 20
mg/mL ritonavir (belum tersedia)

• BB <15 kg: 12 mg/3 mg


LPV/r/kg/dosis 2x sehari
• BB >15-40 kg: 10 mg/2,5 mg
LPV/r/kg/dosis 2x sehari
• BB >40 kg: seperti dewasa

https://aidsinfo.nih.gov/drugs/316/kaletra/31/professional#nlm34068-7
• Tablet dewasa: 200 mg
Dosis Lopinavir/ritonavir
lopinavir/50 mg ritonavir
• BB ≥15 – 25 kg: 1 tablet tiap 12 jam
• BB ≥ 35 kg: 2 tablet tiap 12 jam

• Tablet anak: 100 mg


Anjuran: tidak mengunyah, menggerus lopinavir/25 mg ritonavir
obat • BB >8 - 15 kg: 1 tablet tiap 12 jam
Best dkk (2011): pemberian tablet • BB ≥ 15 - 25 kg: 2 tablet tiap 12 jam
lopinavir/ritonavir 200/50mg yang • BB ≥ 25 – 35 kg: 3 tablet tiap 12 jam
digerus menurunkan AUC lopinavir dan
• BB ≥ 35 : 4 tablet tiap 12 jam
ritonavir sekitar 40%

Journal of acquired immune deficiency syndromes. 2011;58(4):385-91


https://aidsinfo.nih.gov/drugs/316/kaletra/31/professional#nlm34068-7
Bayi 14 hari – 6 bulan 16/4 mg/LPV/r/kg
2x/hari
Lopinavir/ritonavir BB 7-<15 kg 12/3 mg/kg 2x/hari
40mg/10 mg – oral pellets
BB 15-35 kg 10/2.5 mg/kg
2x/hari
Anak ≥35 kg dan 400/100 mg 2x/hari
dewasa

Rentang BB (kg) Pagi (Sachets) Malam (Sachets)


3-4.9* 2 2
5-5.9 2 2
6-9.9 3 3
10-13.9 4 4
14-19.9 5 5
20-24.9 6 6
25-29.9 7 7
30-34.9 8 8
>35 kg 10 10
Efavirenz Untuk anak >3 Kapsul: •Isi kapsul dapat
(EFV) tahun atau • 10-15 kg: 200 mg dibuka dan
-Kapsul: 200 berat 1x/hari dicampur dengan
mg >10 kg • 15 - < 20 kg: 250 mg minuman manis,
-Tablet: 600 1x/hari tidak boleh diminum
mg • 20 - < 25 kg: 300 mg sesudah makan
1x/hari makanan sangat
• 25 - < 32,5 kg: 350 mg
1x/hari berlemak karena
•32,5 - < 40 kg: 400 mg absorpsi dapat
1x/hari Dosis meningkat sampai
maksimal: 50%
• ≥40 kg: 600 mg •Diminum pada saat
1x/hari lambung kosong dan
menjelang tidur,
terutama 2-4 minggu
pertama, untuk
mengurangi efek
samping susunan
saraf pusat
Dolutegravir (DTG)
• Karakteristik:
• Efektif (supresi viral load secara cepat)
• Barier genetik terhadap resistensi tinggi
• Lebih murah
• Penggunaan pada anak: pada bayi dan anak ≥4 minggu dan BB ≥3 kg
• Tablet 10 mg
• Tablet 50 mg – untuk anak dengan BB≥20 kg
• FDC – TDF/3TC/DTG 300/300/50 (TLD) – untuk remaja ≥10 tahun BB ≥30kg

Jumlah tablet berdasarkan rentang BB, 1x/hari


3-<6 kg 6-<10 kg 10-<14 kg14-<20 kg 20-<25
kg
Dispersible scored tablet 0.5 1.5 2 2.5 3
10 mg
Film-coated tablet 50 - - - - 1
mg
Zidovudin 100 mg Zidovudin 300 mg/lamivudin 150 Nevirapin 200 mg
mg

Efavirenz 200 mg Lamivudin 150 mg


Efavirez 600 mg
Courtesy: UPT HIV RSCM, Child Health Department FKUI/RSCM
Abacavir 120 mg/
lamivudine 60 mg

Abacavir 300 mg
Lopinavir 100 mg/
ritonavir 25 mg

Lopinavir 40 mg/
ritonavir 10 mg

Lopinavir 200 mg/


ritonavir 50 mg Lopinavir 200 mg/
ritonavir 50 mg
Courtesy: UPT HIV RSCM, Child Health Department FKUI/RSCM
Tenofovir disproksil fumarat 300 mg/ Tenofovir disproksil fumarat 300 mg/
Tenofovir disproksil fumarat 300 mg Emtricitabin 200 mg Lamivudin 300 mg/Efavirenz 600 mg

Tenofovir
DO NOT disproksil fumarat
300 mg/
CRUSH THE Lamivudin 300
mg/Dolutegravir
TABLET 50 mg

Dolutegravir 50 mg
Courtesy: UPT HIV RSCM, Child Health Department FKUI/RSCM
REKOMENDASI PILIHAN TERAPI ANTIRETROVIRAL (ARV)
PADA KONDISI KETIADAAN LOPINAVIR/RITONAVIR
SEDIAAN GRANUL (40/10 mg) DAN TABLET PEDIATRIK (100/25 mg)

Perhatian
Rekomendasi ini bersifat dinamis dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan terbaru.

Dasar Pertimbangan
1. Kekosongan nasional obat ARV jenis lopinavir/ritonavir sediaan granul (40/10 mg) dan tablet pediatrik
(100/25 mg).
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 23 tahun 2022 tentang Human
immunodeficiency virus (HIV), acquired immunodeficiency syndrome (AIDS), dan infeksi menular
seksual (IMS).
Maka Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan sebagai berikut:
1. Terapi ARV pada anak dan remaja dengan infeksi HIV harus diberikan dalam

bentuk kombinasi 3 jenis obat.


2. Pilihan kombinasi terapi ARV pada anak dan remaja di Indonesia mengacu
dengan PMK no. 23 tahun 2022.

3. Pada kondisi kekosongan nasional obat ARV jenis lopinavir/ritonavir sediaan


granul (40/10 mg) dan tablet pediatrik (100/25 mg), anak dan remaja yang
mendapatkan sediaan tersebut dapat menggunakan sediaan alternatif berupa
dolutegravir tablet pediatrik 10 mg dan tablet dewasa 50 mg.
Tabel dosis dolutegravir sesuai dengan rentang berat badan

Sediaan Jumlah tablet perhari (1x/hari) sesuai dengan rentang


berat badan
3-<6 kg 6-<10 kg 10-14 14-<20 20-<25 kg 25 kg
kg kg
Dolutegravi 0,5 1,5 tablet 2 tablet 2,5 tablet 3 tablet
r tablet
10 mg
Dolutegr - - - - 1 tablet 1 tablet
avir 50
mg*

Pada anak dengan sediaan semula: ABC/3TC + LPV/r 40/10 tiap 12 jam (2x/hari), diganti menjadi
ABC/3TC tiap 12 jam (2x/hari) dan DTG tiap 24 jam (1x/hari).
*sediaan kombinasi dosis tetap tenofovir/lamivudine/dolutegravir 300/300/50 mg (TLD) digunakan pada remaja dengan BB 30
kg. Monitor Ureum/Kreatinin/UL setiap 6 bulan jika menggunakan tenofovir.

Contoh:
4. Anak dan remaja yang salah satu regimen terapi ARV-nya diubah dari
lopinavir/ritonavir menjadi dolutegravir tidak perlu diubah apabila sediaan
lopinavir/ritonavir granul dan tablet pediatrik telah tersedia kembali selama
anak atau remaja dalam keadaan virus tersupresi (jumlah virus/viral load
<1000 kopi/mL).

5. Pemantauan jumlah virus (viral load) dilakukan setiap tahun sesuai jadwal,
kecuali jika ada indikasi lebih cepat (perburukan klinis, munculnya infeksi
oportunistik).
Permasalahan

• Untuk anak dengan riwayat penggunaan ARV sebelumnya (LPV/r


merupakan lini kedua) → saat gagal dengan DTG, ARV mana yang
akan diberikan? Perlu uji resistensi.
Pemantauan anak terinfeksi HIV

Item Dasar Setiap bulan/ Setiap Setiap 12 Sesuai


kunjungan 6 bulan indikas
bulan i
Klinis
Evaluasi klinis X X X
Berat dan tinggi badan X X
Perhitungan dosis ARV X X
Obat lain yang X X
bersamaan
Kaji kepatuhan minum X
obat
Pemantauan efek X
samping
Item Dasar Setiap bulan/ Setiap Setiap 12 Sesuai
kunjungan 6 bulan indikas
bulan i
Laboratorium
• Darah tepi lengkap X X X
• SGOT/SGPT X X
• Ureum/Kreatinin dan X Xa X
UL
• Tes kehamilan pada X X
remaja
• CD4% atau absolut X Xb
• Penapisan infeksi X X
oportunistik
• Penapisan toksisitas X X X
• Viral load (VL/PCR X Xc X
RNA)

aUreum/Kreatinin dan UL diperiksa setiap 6 bulan pada penggunaan TDF


bCD4 diulang setelah 6 bulan pengobatan, jika sudah normal, tidak perlu diulang kembali kecuali ada indikasi.
Jika belum normal, maka diulang kembali 6 bulan kemudian. Menjadi indikasi penghentian profilaksis
kotrimoksasol.
cVL: diulang 6 bulan setelah ARV dimulai, kemudian setiap 12 bulan
Aspek yang perlu diperhatikan pada pemantauan jangka panjang anak
terinfeksi HIV

Aspek klinis

Adherence/kepatuhan minum obat

Psikososial

Disclosure/pembukaan status HIV ke anak

Masalah remaja (transisi ke layanan dewasa, masalah


kesehatan reproduksi, perilaku berisiko, dll
Monitoring
Kesimpulan

• Tata laksana komprehensif anak terinfeksi HIV meliputi pemantauan


tumbuh kembang, evaluasi dan tata laksana infeksi oportunistik, terapi
ARV, dan pemantauan jangka panjang.
• Terapi ARV harus diberikan kepada semua anak terinfeksi HIV dengan
pemantauan ketat.
Imunisasi untuk Anak
Terinfeksi HIV
• Imunisasi mempunyai peran penting dalam
pencegahan penyakit infeksi pada anak.
• Disfungsi sistem imun pada anak terinfeksi HIV
dapat menurunkan respons imun terhadap
imunisasi.
• Imunisasi untuk anak terinfeksi HIV sangatlah
penting untuk dilakukan pada kondisi yang
optimal.
Imunisasi untuk Anak Terinfeksi HIV
Imunisasi Anak terinfeksi HIV Anak terinfeksi HIV
asimptomatik simptomatik
BCG Tidak Tidak
DPT Ya Ya
Hepatitis B Ya Ya
Polio Ya Ya *
Campak Ya Tidak **
Haemophilus influenzae, tipe Ya Ya
B
Streptococcus pneumoniae Ya Ya
* : Dapat diberikan vaksin polio inaktif (IPV) yang diberikan intramuskular
**: Anak terinfeksi HIV dengan CD4+ % kurang dari 15% atau CD4+ absolut di bawah normal
untuk kelompok usia, anak dengan penyakit terkait AIDS, atau anak terinfeksi HIV yang
simptomatik harus dianggap mengalami imunosupresi berat dan tidak boleh mendapatkan
imunisasi.
Bull World Health Organ. 2003;81:61-70
Wkly Epidemiol Rec. 2007;82:193-196.
Aspek yang perlu diperhatikan pada
pemantauan jangka panjang anak
terinfeksi HIV
Aspek klinis

Adherence/kepatuhan minum obat

Psikososial

Disclosure/pembukaan status HIV ke anak


Masalah remaja (transisi ke layanan dewasa, masalah
kesehatan reproduksi, perilaku berisiko, dll
KESIMPULAN
• Tata laksana komprehensif anak terinfeksi HIV meliputi
pemantauan tumbuh kembang, evaluasi dan tata laksana
infeksi oportunistik, terapi ARV, dan pemantauan jangka
panjang.
• Terapi ARV harus diberikan kepada semua anak terinfeksi
HIV dengan pemantauan ketat.
• Paduan pilihanARV lilni pertama anak:
• <3 tahun: (ABC/AZT)+3TC+LPV/r
• 3-10 tahun: AZT+3TC+EFV
• > 10 tahun: TDF+3TC (or FTC)+EFV

Anda mungkin juga menyukai