Anda di halaman 1dari 22

HIV

HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS


HIV
Human Immunodeficiency Virus, adalah virus
yang menyerang dan bertahap merusak sistem
kekebalan tubuh dan berkembang menjadi
AIDS. HIV adalah kuman namun tidak seperti
kuman lainnya(diare, influenza dan lain-lain)
yang mudah dilumpuhkan oleh sel darah putih.
Bila HIV masuk ke dalam tubuh justru akan
melumpuhkan sel darah putih.
HIV mengurangi jumlah sel darah putih (CD4)
yang pada akhirnya membuat tubuh seseorang
rentan terkena penyakit
Lanjutan …….

Mayoritas pasien HIV menurut penelitian yang ada yaitu


penderita yang berada pada usia produktif, dengan rentang usia
26 – 35 dan 36 – 45 tahun yang prvelensinya mencapai lebih dari
70%. Hal ini juga berlaku secara nasional berdasrkan data
yayasan spiritia tahun 2016 yang menunjukan bahwa 82%
penderita HIV berasal dari kelompok usia 20 – 50 tahun, dengan
persentase terbesar berada pada rentang usia 30 – 39 tahun.
Patofisiologis HIV/AIDS
KELUAR DINDING SEL
BERKEMBANG ( SELAPUT LUAR
HIV NUKLEUS
BIAK VIRUS )

MEMBENTUK
T - LIMPOSIT
BERULANG VIRUS BARU ( MUSNAH)

MEMUSNAKAN
SISTEM IMUN
TAHAP INFEKSI HIV

A. Tahap Serokonversi : infeksi awal, belum ada antibodi


B. Tahap Asimtomatik : belum ada gejala yang dirasakan
C. Tahap Simtomatik : Mulai merasakan gejala : InfeksiOportunistik
D. Tahap AIDS
PRINSIP PENURAN HIV
HIV hidup dalam ….
•Darah
•Cairan vagina
•Cairan mani dan cairan pre-cum/getah penis
•Air susu ibu yang tertular HIV
•Cairan infeksi penderitanya

HIV tidak hidup dalam….


Keringat
Air mata
Air liur

1. Ada orang yang positif HIV.


2. Ada kegiatan yang memungkinkan terjadinya
pertukaran cairantubuh.
3. Ada orang yang belum terinfeksi atau orang yang juga
sudahterinfeksi HIV
nderitanya
hidupdalam
GEJALA – GEJALA HIV

HIV STADIUM 1
1)Biasanya tanpa gejala (dapat limfadenopati generalisata yang persisten-PGL)
2)Mampu melawan infeksi dengan baik
3)Pelan-pelan,jumlah CD4 semakin rendah
4) Kehidupan sehari – hari tampak normal.
Penanganan
1) Pola hidup yang positif dan sehat ( olahraga 20 menit setiap hari, makan teratur)
2) Pemeriksaaan dokter berkala, skrining IMS, tes pap, vaksinasi, seks dengan aman.
HIV STADIUM 2
1)Infeksi ringan lebih sering dari pada biasa : ruam, infeksi kulit, sariawan, demam,
infeksi saluran pernapasan atas yang kambuhan.
2) Umumnya kehilangan berat badan dibawah 10%.
3)Dapat meneruskan kehidupan sehari – hari seperti biasa.
Penanganan
1)Sama seperti stadium 1
2)Pengobatan dini untuk infeksi.
3)Pertimbangkan profilaksis atau kontrimosazol
HIV STADIUM 3
1)Infeksi oportunistik ( IO) yang lebih parah, misalnya peneumonia, meningitis,
kandidiasis mulut
2) Deare kronis, demam terus menerus, TB paru.
3)Kehilangan berat badan lebih dari 10%
4) Kesulitan melakukan kegiatan sehari hari
Penanganan
1)Sama seperti stadium 1
2)Trapi anti retroviral atau ART.
3)Pengobatandini untuk infeksi.
4) profilaksis atau kontrimosazol
HIV STADIUM 4
1)Infeksi oportunistik ( IO) yang lebih parah, misalnya PCP, deare parah, limfoma, TB
luar paru, tokso, CMV, meningitis, kriptokokkus, sarkoma kapos, ensefalopati HIV,
kandidiasis saluran makan.
2)Kehilangan berat badan parah.
3)Sering sakit parah , terbaring pada tempat tidur.
Penanganan
1)Mengobati IO
2)Trapi anti retroviral atau ART.
3) Penanganan rumah sakit atau rumah.
4) profilaksis atau kontrimosazol
TIPE TIPE HIV
HIV TIPE 1 HIV TIPE 2
SERING TERJADI DI DAERAH
AFRIKA BARAT
LEBIH MUDAH MENULAR TIDAK MUDAH MENULAR
PROGRES LEBIH CEPAT MENUJU PROGRES LEBIH LAMBAT
AIDS MENUJU AIDS
Tes diagnosis
HIV

Metode Metode
pemeriksaan pemeriksaan
serologis virologis
Metode Pemeriksaan Serologis

Antibodi dan antigen dapat dideteksi melalui pemeriksaan


serologis. Adapun metode pemeriksaan serologis yang sering
digunakan adalah:
1)rapid immunochromatography test (tes cepat)
2) EIA (enzyme immunoassay)
Metode pemeriksaan virologis

Pemeriksaan virologis dilakukan dengan pemeriksaan DNA


HIV dan RNA HIV.
Pemeriksaan virologis digunakan untuk mendiagnosis HIV
pada :
1)bayi berusia dibawah 18 bulan.
2)infeksi HIV primer.
3)kasus terminal dengan hasil pemeriksaan antibodi negatif
namun gejala klinis sangat mendukung ke arah AIDS.
4)konfirmasi hasil inkonklusif atau konfirmasi untuk dua hasil
laboratorium yang berbeda.
Lanjutan …….

Hasil pemeriksaan HIV dikatakan positif apabila:


1)tiga hasil pemeriksaan serologis dengan tiga metode atau
reagen berbeda menunjukan hasil reaktif.
2) pemeriksaan virologis kuantitatif atau kualitatif terdeteksi
HIV.
Pencegahan penularan infeksi HIV
1. Pencegahan penularan infeksi HIV dengan pengobatan ARV

Studi HIV prevention trial network (HPTN) 052 membuktikan bahwa


terapi ARV merupakan pencegahan penularan HIV paling efektif saat ini.
Pemberian ARV lebih dini dapat menurunkan penularan HIV sebesar
93% pada pasangan seksual non-HIV (pasangan serodiskordan). Supresi
kadar viral load dengan menggunakan ARV terbukti berhubungan dengan
konsentrasi virus pada sekresi genital yang rendah Upaya pencegahan
dengan menggunakan ARV ini merupakan bagian dari treatment as
prevention (TasP).
2. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak

Transmisi vertikal merupakan metode penularan infeksi


HIV dari seorang ibu kepada bayinya melalui salah satu
tahapan yaitu pada saat intrauterin, intrapartum, atau
pasca-natal (saat menyusui). Transmisi vertikal berperan
sebagai metode penularan utama (92%) infeksi HIV pada
anak berusia
Empat pendekatan komprehensif untuk mencegah
transmisi vertikal HIV, yaitu:

a. Pencegahan primer infeksi HIV pada wanita usia reproduksi


b. Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan pada wanita terinfeksi
HIV
c. Pencegahan transmisi vertikal HIV dari ibu kepada bayi
d. Penyediaan terapi, perawatan dan dukungan yang baik bagi ibu
dengan HIV, serta anak dan keluarganya.
TERAPI FARMAKOLOGI
Terapi HIV menggunakan obat ARV. Ada 3 golongan utama obat ARV yaitu :

• Golongan penghambat masuknya Virus yaitu enfuvirtide

• Penghambat reverse trnascriptase enzyme

a).Analog nukleusida/ nukleotida (NRT/NtRT)


 Analog nukleotida
 Analog thymin : zidovudine ( ZDV/AZT) dan stavudine ( d4t)
 Analog cytosin: lamivudine( 3TC) dan zalcitabine( ddc)
 Analog adenin: didanosine(ddl )
 Analog guanin: abacavir( ABC)
 Analog nukleotida
 Analog adenosin monofosfat: tenofavir
b). Non nukleosida( NNRTI)
 Nevirapine( NVP)
 Efavirenz( EFV)

c). Penghambat enzim protease( PI )


 Saquinqvir( SQV)
 Indinavir ( IDV ) dan nelfinavir( NFV)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai