Anda di halaman 1dari 14

Malaria

Pelatihan MTBS dan Gizi Buruk RSUD Banyumas

PELATIHAN MTBS DAN GIZI BURUK


RSUD Banyumas
Definisi
Malaria merupakan infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh protozoa
Plasmodium sp, ditandai dengan demam tinggi yang bersifat intermiten, anemia,
dan hepatosplenomegali

Etiologi
Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium yang terdiri dari 4
spesies, Plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropika, Plasmodium
vivax yang menyebabkan malaria tertiana, Plasmodium malariae yang menyebabkan
malaria kuartana, dan Plasmodium ovale yang menyebabkan malaria ovale.
Seseorang dapat terinfeksi lebih dari 1 jenis Plasmodium yang disebut infeksi
campuran/majemuk (mixed infection), biasanya Plasmodium falciparum dan
Plasmodium vivax atau malariae. Bisa juga terinfeksi 3 jenis plasmodium sekaligus.
PELATIHAN MTBS DAN GIZI BURUK
RSUD Banyumas
Transmisi

1. Transmisi alamiah melalui


gigitan nyamuk Anopheles
2. Malaria kongenital,
disebabkan tidak adanya
sawar plasenta penghalang
infeksi dari ibu ke bayi.
3. Penularan mekanik melalui
transfusi darah atau jarum
suntik

PELATIHAN MTBS DAN GIZI BURUK


RSUD Banyumas
Epidemiologi

Indonesia memegang peringkat negara kedua tertinggi (setelah India) di Asia Selatan dan Asia Tenggara
untuk jumlah kasus malaria tertinggi

Sekitar 86% kasus malaria terjadi di Provinsi Papua dengan jumlah 216.380 kasus di tahun 2019. Lalu,
disusul dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur sebanyak 12.909 kasus dan Provinsi Papua Barat sebanyak
7.079 kasus. Meski demikian, masih terdapat wilayah endemis tinggi di Indonesia bagian tengah, tepatnya
di Kabupaten Penajaman Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur.

Sementara itu, terdapat sekitar 300 kabupaten dan kota (58%) yang telah memasuki kategori eliminasi,
atau sekitar 208,1 juta penduduk (77,7%) tinggal di daerah bebas malaria. Beberapa provinsi di Indonesia
100% wilayahnya berhasil masuk ke dalam kategori eliminasi adalah Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa
Timur, dan Provinsi Bali.

PELATIHAN MTBS DAN GIZI BURUK


RSUD Banyumas
Manifestasi Klinis

Masa inkubasi malaria berkisar antara


9 - 30 hari, tergantung pada
intensitas infeksi, pengobatan yang
pernah didapat, serta imunitas
pasien.

PELATIHAN MTBS DAN GIZI BURUK


RSUD Banyumas
Manifestasi Klinis
Setelah masa inkubasi akan timbul masa demam terdiri dari 3 stadium, antara lain:
1. Stadium Dingin (cold stage) → demam menggigil, nadi cepat tapi lemah, bibir dan
jari pucat atau sianosis, kulit kering dan pucat, bisa terjadi muntah dan pada anak
sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
2. Stadium Demam (hot stage) → Setelah kedinginan pasien akan merasa kepanasan,
muka merah, kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, nyeri kepala, sering
terjadi mual dan muntah, serta nadi menjadi kuat kembali. Pasien akan menjadi
sangat haus dan suhu badan dapat meningkat sampai >41C. Stadium ini
berlangsung antara 2-12 jam
3. Stadium Berkeringat (sweating stage) → pada stadium ini pasien berkeringat
banyak sekali, suhu badan menurun dengan cepat sampai kadang dibawah normal.

PELATIHAN MTBS DAN GIZI BURUK


RSUD Banyumas
Malaria tanpa Komplikasi

Anak pada mulanya menjadi letargis, mengantuk atau gelisah, anoreksia. Pada anak
besar dapat mengeluh nyeri kepala dan mual. Demam akan selalu dijumpai tetapi
bervariasi, sedangkan muntah, nyeri perut, dan diare agak jarang dijumpai. Pada
anak pembesaran hati akan sering ditemukan, tetapi jarang disertai dengan
gangguan fungsi hati. Pembesaran limpa akan progresif sesuai dengan perjalanan
penyakit.

PELATIHAN MTBS DAN GIZI BURUK


RSUD Banyumas
Malaria Berat
● Malaria serebral dengan penurunan kesadaran → malaria falciparum yang diawali dengan demam
kemudian terjadi kejang disertai koma selama lebih dari setengah jam setelah kejang, tanpa penyebab
kejang lainnya.
● Anemia berat dengan Hb < 5g/dL
● Dehidrasi, gangguan asam basa, dan gangguan elektrolit
● Hipoglikemia berat, glukosa darah <40 mg/dL
● Gagal ginjal, kreatinin serum >3g/dL dan diuresis <400 ml/hari tetapi jarang pada anak terutama
pada anak kecil
● Edema paru akut
● Kegagalan sirkulasi (Algid malria) → malaria falciparum yang disertai syok
● Terjadi perdarahan → perdarahan gingiva, perdarahan subkonjungtiva, epistaksis, atau petechiae
● Hiperpireksia, sering terjadi pada anak dimana suhu >42 C dan sering berhubungan dengan kejang
dan penurunan kesadaran
● Hemoglobinuria / black water fever, jarang terjadi pada anak
● Ikterus → bilirubin >3mg/dL jarang terjadi pada anak, tetapi bila terjadi prognosis buruk
● Hiperparasitemia, terdapat parasit pada >5% eritrosit
PELATIHAN MTBS DAN GIZI BURUK
RSUD Banyumas
Laboratorium

1. Apusan darah tepi tebal untuk melihat adanya parasit


2. Apusan darah tepi tipis untuk mengidentifikasi spesies parasit
3. Anemia, akibat kerusakan eritrosit oleh parasit, penekanan eritropoiesis, dan
hemolisis oleh proses imunologis
4. Trombositopenia
5. Peningkatan bilirubin indirek, SGOT, SGPT
6. Penurunan kadar gula darah dan albumin

PELATIHAN MTBS DAN GIZI BURUK


RSUD Banyumas
Terapi Malaria tanpa Komplikasi
Untuk semua spesies Plasmodium, kecuali Plasmodium falciparum resisten
klorokuin dengan klorokuin basa oral total 25mg/KgBB terbagi menjadi hari
pertama dan kedua 10mg/KgBB (maksimal 600 mg basa) dan hari ketiga
5mg/KgBB (maksimal 300 mg basa). Pada malaria tropika tambahkan primakuin
0,75mg/kgBB pada hari pertama, pada malaria tertiana tambahkan primakuin
0,25mg/KgBB/hari selama 14 hari
Untuk Plasmodium falciparum resisten klorokuin dengan kuinin sulfat oral
10mg/kgBB/dosis, 3 dosis sehari selama 7 hari. Dosis untuk bagi adalah
10mg/umur (bulan) dibagi menjadi 3 dosis selama 7 hari.
Ditambah dengan tetrasiklin oral 5mg/KgBB/dosis, 4 dosis sehari selama 7
hari (maksimal 4x250mg/hari)
PELATIHAN MTBS DAN GIZI BURUK
RSUD Banyumas
Artemisin Based Combination Therapy (ACT)

Merupakan obat baru anjuran WHO sebagai strategi untuk mengatasi


multiresitensi pada obat malaria standar dengan menggunakan obat artemisin yang
dikombinasikan dengan obat lain. Saat ini, di Indonesia yang tersedia adalah
kombinasi artesunat + amodiakuin dengan nama dagang Artesdiaquine atau
Artesumoon. Dosis Aetesdiaquine adalah gabungan artesunat 2mg/KgBB sekali
sehari, untuk hari pertama diberikan 2 dosis dan dosis amodiakuin pada hari
pertama dan kedua 10mg/KgBB dan hari ketiga 5mg/KgBB.
Penggunaan ACT harus dibuktikan dengan malaria positif melalui hasil
pemeriksaan laboratorum, untuk malaria yang hanya secara klinis diberikan obat
non-ACT

PELATIHAN MTBS DAN GIZI BURUK


RSUD Banyumas
Terapi Suportif

1. Pemberian cairan, nutrisi, dan transfusi darah jika Hb <7 g/dL atau Hct <15%
2. Koreksi gangguan asam basa dan elektrolit
3. Pertahankan kadar gula darah dalam batas normal
4. Pertahankan oksigenasi jaringan
5. Pertahankan fungsi sirkulasi

PELATIHAN MTBS DAN GIZI BURUK


RSUD Banyumas
Pencegahan
1. Profilaksis → anak dari daerah non endemis jika akan pergi ke
daerah endemis, maka 2 minggu sebelum sampai 4 minggu
sesudah keluar dari daerah endemis sebaiknya mengkonsumsi
obat antimalaria
a. Klorokuin basa 5mg/KgBB (8,3 mg garam) maksimal 300
basa sekali seminggu
b. Fansidar atau Suldox dengan dasar pirimetamin 0,50-0,75
mg/KgBB atau sulfadoksin 10-15 mg/KgBB sekali
seminggu (untuk anak >6 bulan)
1. Menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu
atau penggunaan lotion repellen yang mengandung DEET
PELATIHAN MTBS DAN GIZI BURUK
RSUD Banyumas
Terima Kasih

PELATIHAN MTBS DAN GIZI BURUK


RSUD Banyumas

Anda mungkin juga menyukai