S
Pendahuluan
Malaria Penyakit infeksi parasit
Plasmodium Falciparum
Plasmodium Vivax
Plasmodium Ovale
Plasmodium Malariae
WHO 2000 2,4 milyar (40%) daerah endemis
300 – 500 juta kasus pertahun 3 juta malaria berat
Epidemiologi
Epidemiologi
Epidemiologi
Epidemiologi
Infeksi berat 2 % Jepara ( Jawa Tengah), Sulawesi
Utara, Maluku, dan Irian Jaya
Afrika 10% meninggalkan sequele neurologi
RS di Indonesia 11-12%, usia 14-45 tahun, laki-laki
dan petani
Malaria
Gambaran klinis demam periodik, anemia,
pembesaran limpa dan lainnya
Di Indonesia p. falciparum dan p. vivax
p. malariae Indonesia bagian timur
p. ovale pernah ditemukan di irian jaya dan NTT
Malaria
Malaria
Infeksi ke tubuh manusia melalui :
Gigitan nyamuk anopheles betina + parasit malaria
Induksi stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke
dalam darah manusia (transfuse darah, suntikan, atau
pada bayi yang baru lahir melalui plasenta ibu yang
terinfeksi)
Malaria
Malaria Serebral
Malaria cerebral demam yang sangat tinggi,
gangguan kesadaran, kejang (anak), hemiplegi dan
kematian
Malaria falciparum 10% kasus (komplikasi malaria
serebral) 80% kematian
Dunia 0,5-2,5 juta pertahun meninggal
Etiopatogenesis
Tropozoit
Skizon
Makrogametosit
Mikrogametosit
Etiopatogenesis
Etiopatogenesis
3 teori Teori Mekanis, Teori Toksik dan Teori
Permeabilitas
1. Teori mekanik
Sitoadheren induksi sitoadherens ke endotelium
vaskular eritrosit + parasit matur protein parasit
dibawa dan dimasukkan ke membran eritrosit
Deformabilitas eritrosit dan rosetting eritrosit
berparasit melakukan rosetting deformabilitas
obstruksi mikrosirkulasi (hipoksia)
Etiopatogenesis
2. Teori toksik
Infeksi berat GPI p.falciparum produksi TNF alfa
+ limfotoksin ICAM-1 dan VCAM-1 pada sel
endotelium penyerapan eritrosit berparasit di otak
koma
TNF alfa pelepasan NO (Nitrit Oksida) kelainan
neurologis karena mengganggu neurotransmitter
Etiopatogenesis
3. Teori permeabilitas
Peningkatan permeabilitas khususnya anak2
permeabilitas BBB ikut meningkat edema
Etiopatogenesis
Etiopatogenesis
Fase akut level TNF demam, anemia, gangguan
fungsi hati, gangguan fungsi ginjal, edema paru
(ARDS = adult respiratory distress syndrome),
penurunan tensi sampai syok
in vitro PRBC + sel endotel meningkatkan
permeabilitas dan mempromosikan apoptosis
Manifestasi klinis
Trias malaria dingin (mengigil), panas tinggi, dan
berkeringat
Inkubasi 9 – 14 hari
Gejala prodromal nyeri kepala, punggung, dan
ekstremitas, perasaan dingin, lesu, mual, muntah, dan
diare ringan
Anamnesis ke daerah endemik malaria
Fisis splenomegali dan hepatomegali
Manifestasi klinis
GCS < 7 atau soporous menetap > 30 menit
(demam - atau hipoglikemi -)
Kejang, kaku kuduk dan hemiparese jarang
Reaksi mata divergen, papiledema jarang, Babinski
(50%)
Berat dekortikasi, decerebrasi, opistotonus, deviasi
mata ke atas dan lateral + hiperventilasi
Gangguan fungsi organ lain ikterik, gagal ginjal,
hipoglikemi, dan edema paru >3 komplikasi organ
kematian >75%
Pemeriksaan penunjang
Mikroskopik darah tepi
Apusan darah tebal
Apusan darah tipis
Rapid diagnostic test
Test serologi
PCR
Pemeriksaan darah rutin
Apusan darah tebal
Apusan darah tipis
Penatalaksanaan
Pengobatan suportif
Keseimbangan elektrolit dan asam basa
Hipertermia
Anemia
Kejang
Penatalaksanaan
Pengobatan spesifik
Artemeter dosis 3,2 mg/kgbb/hari im pada hari
pertama 1,6mg/kgbb/hari sampai 4 hari obat
kombinasi peroral
Artesunate dosis 2,4mg/bb/hari iv jam ke 0, jam ke
12 dan jam ke 24 selanjutnya tiap hari sekali 7 hari
pengobatan atau + doksisiklin/tetrasiklin untuk
mencegah terjadinya rekrudensi.
Penatalaksanaan
Pengobatan spesifik
Kina loading : 20 mg/KgBB kina HCl dalam 100-200
cc cairan dextrose 5% atau NaCl 0,9% selama 4 jam
lanjut 10 mg/KgBB dalam 200 cc dextrose 5% selama 4
jam tiap 8 jam
Sadar per oral 10 mg/KgBB (3 x 400-600 mg) selama 7
hari dihitung dari hari pertama pemberian parenteral
Loading tidak dianjurkan kina dan meflokuin dalam
24 jam sebelumnya, usia lanjut dan pemanjangan
interval Q-Tc atau ada aritmia
Dapat secara IM bila infus sulit loading 20 mg/KgBB
pada 2 tampat suntikan 10 mg/KgBB tiap 8 jam
Penatalaksanaan
Pengobatan spesifik
Kinidin loading 15 mg basa/KgBB dilarutkan
dalam 250 cc cairan isotonik dalam 4 jam, 7,5
mg basa/KgBB dalam 4 jam tiap 8 jam
Penatalaksanaan
Pengobatan spesifik
Klorokuin jarang digunakan (black water fever atau
hipersensitif kina)
Dosis loading klorokuin basa 10 mg/KgBB dilarutkan
dalam 500 cc NaCl 0,9% diberikan dalam 8 jam, dosis
5 mg/KgBB per infus selama 8 jam dan diulang sebanyak
3 kali (dosis total 25 mg/KgBB selama 32 jam)
IM atau SC dosis 3,5 mg/KgBB klorokuin basa dengan
interval setiap 6 jam atau 2,5 mg/KgBB klorokuin basa
dengan interval setiap 4 jam
Penatalaksanaan
Transfusi pengganti
Menurunkan cepat parasitemia
Indikasi transfusi tukar:
Parasitemia >30% tanpa komplikasi berat
Parasitemia >10% disertai komplikasi berat (malaria serebral,
gagal ginjal akut, edema paru/ARDS, ikterik (bilirubin >25
mg% dan anemia berat.
Parasitemia >10% dengan gagal pengobatan selama 12-24 jam
pemberian obat anti malaria yang optimal, atau didapatkan
skizon matang dalam sediaan darah perifer
Penatalaksanaan
Pengobatan komplikasi
Anemia berat transfusi darah segar atau PRC
Gagal ginjal akut hemodialisis atau
hemofiltrasi
Hipoglikemia (gula darah <50mg/dl) 50 ml D 40%
i.v, lanjut infus D 10% 4-6 jam
Udem Paru posisi 45o, oksigen, furosemide 40
mg iv,
Koma jaga jalan nafas
Penatalaksanaan
Pengobatan komplikasi
Kolaps sirkulasi, syok hipovolemia, hipotensi, ‘Algid malaria’
dan septikemia NaCl 0,9%, RL, Dextrose 5%,
plasma expander 500 ml dalam waktu ½ - 1 jam
pertama CVP Bila hipotensi menetap
dopamin dengan dosis inisial 2 ug/kgBB/menit
dalam dextrose 5% sistolik 80-90 mmHg
Kejang diazepam 10 mg i.v atau 0,5-1,0 mg/KgBB
intra rektal, Paraldehid 0,1 mg/KgBB i.v, fenitoin 5
mg/KgBB i.v perlahan, dan fenobarbital 3,5
mg/KgBB (umur diatas 6 tahun).
Prognosis
Makin cepat dan tepat dalam diagnosis dan
pengobatannya prognosis baik memperkecil
angka kematiannya
Semakin sedikit organ vital yang terganggu dan
mengalami kegagalan dalam fungsinya,semakin baik
prognosisnya
Semakin padat/banyak jumlah parasit prognosis
buruk terutama skizon di darah tepi