MALARIA SEREBRAL
Disusun Oleh:
Jefry Alfarizy, S.Ked
NIM I4061172071
Pontianak
Pendahuluan
Malaria berat yg disebabkan oleh Plasmodium falciparum →
mengancam jiwa → manifestasi neurologis yg paling berat →
malaria serebral
Malaria serebral → gangguan kesadaran → koma. Sebagian
penderita terjadi gangguan kesadaran yang lebih ringan seperti
apatis, somnolen, delirium dan perubahan tingkah laku.
Definisi
Menurut WHO:
Koma yang tidak dapat dibangunkan atau koma yang menetap >
30 menit setelah serangan kejang
Ditemukan plasmodium falciparum
Penyebab lain dari koma telah disingkirkan
Epidemiologi
Angka kejadian 1.120/100.000 /thn → daerah endemik Afrika. Insiden puncak
→ anak-anak pra–sekolah. Minimal 575.000 anak-anak di Afrika menderita
malaria cerebral per tahun. Angka kematian pada anak-anak di Afrika 8,5 %
Angka kematian →15% pada org dewasa di Asia tenggara
Kasus malaria di Indonesia ± 30 juta/tahun, angka kematian 100.000/tahun
Sering di daerah endemik seperti di Jepara (Jawa Tengah), Sulawesi Utara,
Maluku, & Irian Jaya. Secara sporadik ditemui di beberapa kota besar di
Indonesia umumnya sebagai kasus impor
Etiologi
Adanya infeksi Plasmodium
Falciparum sehingga terjadi
sumbatan pembuluh darah
kapiler di otak karena
menurunnya aliran darah
efektif dan adanya hemolisa
sel darah
Fase Akut
Biasanya timbul setelah 2-3 minggu terinfeksi malaria
Mual, muntah, diare, nyeri kepala, dan kejang
Hemiparese, ataksia serebelar, gangguan ekstrapiramidal
Penurunan kesadaran menetap lebih dari 30 menit
Afebris
Koma, GCS = 7 atau < 7, 1 hari pada anak-anak dan selama 2-3 hari pada orang dewasa
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Penunjang
Tatalaksana
Pemberian obat antimalaria
Lini pertama
Artesunat intravena dosis 2,4 mg/kgbb, pada 0 jam, 12 jam dan 24 jam dan dapat diteruskan
setiap 24 jam sampai pasien sadar/ membaik, ganti DHP bila pasien sudah sadar. Dosis artesunate
pada anak dengan BB < 20kg diharuskan menggunakan dosis 3 mg/kgbb hari.
atau, Artemeter intramuscular dosisnya 3,2 mg/kkbb pada hari ke-1, dan setelah 24 jam menjadi
1,6mg/kgbb
Lini kedua
Kina drip intravena; ganti oral bila pasien sudah sadar
Penanganan komplikasi
Pengobatan simptomatik
Kotak, Kemasan dan Cara Pemberian Artesunat
Sediaan artesunate parenteral adalah dalam bentuk vial yang berisi 60 mg serbuk kering asam
artesunik ditambah pelarutnya dalam ampul yang berisi 0,6 ml natrium bikarbonat 5%.
Larutan obat dibuat dengan mencampur 60 mg serbuk kering dengan pelarutnya yaitu 0,6 ml
natrium bikarbonat 5%. Selanjutnya, tambahkan 3-5 ml cairan dextrose 5%.
Artesunat diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgbb intravena sebanyak 3x, yaitu pada jam ke-0, 12,
dan 24. Selanjutnya diberikan 2,4 mg/kgbb intravena setiap 24 jam sampai pasien mampu
minum obat.
Larutan artesunate ini juga bisa diberikan secara intramuscular dengan dosis yang sama.
Apabila pasien sudah dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan dengan regimen
dihidroartemisinin + piperakuin (DHP) atau ACT lainnya selama 3 hari.
Pada pasien anak dibawah 20kg dosis artesunatnya menjadi 3mg/kgbb/kali
Kotak, Kemasan dan Cara Pemberian Kina Parenteral
Dosis awal: 20mg/kgbb dilarutkan dalam 500ml dextrose 5% atau NaCl 0,9% diberikan selama 4
jam pertama.
Selanjutnya selama 4 jam kedua hanya diberikan cairan dextrose 5% atau NaCl 0,9%.
Setelah itu, diberikan kina dengan dosis rumatan 10mg/kgbb dalam larutan 500ml dextrose 5%
atau NaCL 0,9% selama 4 jam.
Empat jam selanjutnya hanya diberikan lagi cairan dextrose 5% atau NaCl 0,9%.
Setelah itu diberikan lagi dosis rumatan seperti diatas sampai pasien mampu minum kina per
oral.
Apabila sudah sadar atau dapat minum, obat pemberian kina intravena diganti dengan kina tablet
per oral dengan dosis 10mg/kgbb/kali, pemberian 3x/ hari dengan dosis total 7 hari dihitung
sejak pemberian kina perinfus yang pertama
Dosis anak-anak:
Dosis 10mg/kgbb (jika umur <2 bulan dosis menjadi 6-8
mg/kgbb) diencerkan dengan dextrose 5% atau NaCl 0,9%
sebanyak 5-10 ml/kgbb diberikan selama 4 jam.
Diulang setiap 8 jam sampai penderita sadar dan dapat minum
obat.
Keterangan:
Kina tidak boleh diberikan secara bolus intravena karena toksik bagi jantung dan dapat
menimbulkan kematian
Pada penderita dengan gagal ginjal, dosis rumatan kina diturunkan 1/3-1/2 nya.
Pada hari pertama pemberian kina oral, berikan primakuin dengan dosis 0,25mg/kgbb
Dosis kina maksimum untuk orang dewasa adalah 2000mg/hari
Hipoglikemia dapat terjadi pada pemberian kina parenteral oleh karena itu dianjurkan
pemberiannya dalam dextrose 5%.
Prognosis
Tergantung kecepatan dan ketepatan diagnosis dan penanganan yang
tepat → makin dini pengobatan, makin baik
Tergantung jumlah dan berat kegagalan fungsi organ
Pada koma dalam, tanda-tanda herniasi, kejang berulang,
hipoglikemi berulang dan hiperparasitemia → risiko kematian tinggi
Pada anak-anak dapat mengalami kecacatan
Mortalitas malaria berat yang tidak segera diobati 15% pada anak-
anak, dewasa 20%, kehamilan 50%
Pd penderita yg dijumpai koma dan kejang angka kematian dapat
mencapai 80%.
Angka kematian malaria serebral dengan pengobatan berkisar 10-
50%
Daftar Pustaka
Paulus S., A. Rizal G., Badrul M. Modul Neuroinfeksi. Kelompok Studi Neuroinfeksi
Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia. PERDOSSI. UB Press; 2019.
Terima Kasih