STROKE
DIMAS PRIA ABDI PRATAMA
PEMBIMBING: dr. AGUS DARMAWAN, Sp. S
PENDAHULUAN
Stroke telah menjadi penyebab kematian tertinggi pada tahun 2018 menurut WHO country risk
profile, yaitu sebanyak 29%.
Stroke menempati kedudukan ketiga dalam dalam ukuran penyebab kematian, setelah penyakit
jantung dan keganasan di Indonesia.
Kemenkes RI. 2019. Nomor HK.01.07/MENKES/394/2019 Pedoman nasional pelayanan kedokteran tatalaksana stroke.
DEFINISI
Stroke adalah manifestasi klinis akut akibat disfungsi neurologis pada otak, medulla spinalis, dan
retina baik sebagian atau menyeluruh yang menetap selama +- 24 jam atau menimbulkan
kematian akibat gangguan pembuluh darah.
WHO mendefinisikan stroke sebagai suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan
otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan
dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
Kemenkes RI. 2019. Nomor HK.01.07/MENKES/394/2019 Pedoman nasional pelayanan kedokteran tatalaksana stroke.
EPIDEMIOLOGI
Menurut American Heart Association (AHA), diperkirakan 3 juta penderita Stroke per tahun.
Sedangkan angka kematian penderita Stroke di Amerika adalah 50-100 per 100.000 penderita per
tahun.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi nasional stroke adalah 10,9 per
1.000 penduduk. Prevalensi stroke tertinggi dijumpai di KALTIM (14,7 per 1000 penduduk) dan
terendah di Papua (4,1 per 1.000 penduduk).
Berdasarkan data stroke registry tahun 2013-2018, sebanyak 67% dari total stroke adalah iskemik,
dan 33% lainnya adalah stroke hemoragik.
Kemenkes RI. 2019. Nomor HK.01.07/MENKES/394/2019 Pedoman nasional pelayanan kedokteran tatalaksana stroke.
KLASIFIKASI STROKE
STROKE NON HEMORAGIC STROKE HEMORAGIC
MANIFESTASI KLINIK PENYEBAB
Serangan Iskemik Sepintas/ Stroke Trombotik Perdarahan Intraserebral
(PIS)
Transient Ischemic Attack (TIA)
1. TIA (Trenssient Ischemic Attack) - Gejala dan tanda hilang dalam waktu
beberapa detik sampai dengan 24 jam. Difisit neurologis dapat berupa
hemiparise, monoparise, gangguan penglihatan, sulit bicara.
GAYA • IMT < 25 kg/m2, lingkar pinggang < 80 cm PR, lingkar pinggang < 90 cm
LK)
HIDUP
c. Mengatur pola makan sehat
• Makanan biji-bijian, Susu, Ikan tuna, Ikan Salmon, buah-buahan, sayur.
d. Penanganan Stres dan istirahat cukup
• Tidur 6-8 jam.
• Menghindari stres
PEMERIKSAAN PENUNJANG STROKE
- 1. EKG
- 2. Pencitraan otak: CT-scan non kontras atau MRI
- 3. Pemeriksaan Laboratorium: Darah (hematologi rutin, gds, Ur, Cr, activated partialmthrombine
time (APTT), prothrombin time (PT), INR, fibrinogen, troponin, elektrolit)
PERAWATAN FASE HIPERAKUT
Pasien stroke secepatnya harus mendapatkan pelayanan multidisiplin di rumah sakit yang
mempunya fasilitas pencitraan CT-scan atau MRI.
Pasien ini dikatakan hiperakut apabila masih berada dalam rentang waktu 6 jam.
Tata laksana fase hiperakut ini bertujuan untuk menurunkan angka disabilitas dan angka
kematian.
Kemenkes RI. 2019. Nomor HK.01.07/MENKES/394/2019 Pedoman nasional pelayanan kedokteran tatalaksana stroke.
PERAWATAN FASE HIPERAKUT
Kemenkes RI. 2019. Nomor HK.01.07/MENKES/394/2019 Pedoman nasional pelayanan kedokteran tatalaksana stroke.
PERAWATAN FASE HIPERAKUT
2. Manajemen rumah sakit
A. Tatalaksana di IGD
1) Evaluasi cepat dan diagnosis
a) Anamnesis
b) Pemeriksaan fisik
c) Pemeriksaan neurologik dan skala stroke (NIHSS)
d) Pemeriksaan penunjang
Kemenkes RI. 2019. Nomor HK.01.07/MENKES/394/2019 Pedoman nasional pelayanan kedokteran tatalaksana stroke.
PERAWATAN FASE HIPERAKUT
Kemenkes RI. 2019. Nomor HK.01.07/MENKES/394/2019 Pedoman nasional pelayanan kedokteran tatalaksana stroke.
TERIMA
KASIH