Anda di halaman 1dari 30

DEDE NUGRAHA 030.16.

028
KHAIRUNNISA 030.17.068
K.WIDYANTARA 030.17.071
LARAS SHEILA ANDINI 030.17.072
M. AZRIL ANDRIANSYAH 030.17.073
MOH. FAHMI SURATINOYO 030.17.077
MUHAMAD IHSAN FAUZI 030.17.078
MUHAMMAD YOGA RIVALDA 030.17.079
MUHAMMAD RIADI TRIWIDODO 030.17.080
NIKEN NADILLA 030.17.088
KASUS

KASUS 1 MODUL NEUROLOGI

Saya tidak bisa bicara dan lemas sisi kanan

Seorang laki-laki datang ke poliklinik RS bersama istrinya dengan keluhan tidak bisa bicara dan
lemas sisi kanan sejak 1,5 jam yll. Tidak ada sakit kepala maupun muntah. Pasien menderita
hipertensi dan diabetes mellitus, kontrol tidak teratur.
Pada pemeriksaan didapatkan pasien compos mentis, TD 160/70mmHg, Nadi 80x/menit,
suhu 36,6oC, dan pernafasan 18x/menit. Thorax dan abdomen dalam batas normal. Pada
pemeriksaan neurologis, didapatkan afasia global, paresis nervus fasialis dan hipoglosus kanan
sentral, hemiparesis kanan UMN 4444 5555
refleks fisiologis +2/+2, refleks patologis +/-4444 5555

Dokter melakukan perhitungan Siriraj stroke score dan pasien segera dirujuk ke UGD.
Pemeriksaan lab didapatkan GDS 268.

Key Words : Hipertensi, diabetes mellitus, afasia global, paresis nervus fasialis kanan sentral,
paresis nervus hipoglosus kanan sentral, hemiparesis kanan UMN, refleks fisiologis, refleks
Klarifikasi
Istilah
Adalah yang melibatkan seluruh aspek Bahasa, menggangu
Afasia global komunikasi lisan , yang menyebabkan penderita tidak bisa berbicara
secara spontan

Paresis Adalah lemahnya gerak tubuh atau ½ gerak badan

Adalah ½ tubuh sulit di Gerakan


Hemiparesis

Adalah skoring stroke yang sederhana yang dapat membedakan


Siriraj stroke score stroke hemorrhagic dan non hemoragik ( iskemik)
Identifikasi
Masalah
1. Laki-laki 55 tahun tidak bisa bicara dan lemah sisi
kanan badan sejak 1,5 jam
2. Memiliki riwayat DM, Hipertensi yang tidak terkontrol
3. Tidak memiliki keluhan sakit kepala dan muntah
4. Laboratorium Gula Darah Sewaktu 268
5. Reflek fisiologis normal
6. Terdapat afasia global, paresis N. Fasialis dan N.
Hipoglosus kanan sentral
7. Tekanan darah 160/70 mmHg
Brainstormi Lk 55th

ng
Tidak bs bicara & lemas sisi
kanan sejak 1,5jam yll

Paresis N.VII & XII Hemiparesis Jaras Sensorik &


sentral dextra kanan UMN Motorik

Patofisiologi Anatomi ssp &


Stroke
vaskularisasi
Faktor risiko

Stroke non Stroke


Tatalaksana
Hemoragik/iskemik Hemoragik

Komplikasi Anam,PF,PP

Prognosis
Diagnosa (SSS)
Learning
objektif
1. Anatomi SSP
2. Jaras sensorik dan
motorik
3. Definisi stroke iskemik
4. Patofisiologi stroke
iskemik
5. Diagnosis
6. Sriraj stroke score
7. Tatalaksana umum dan
spesifik
8. Faktor resiko
Anatomi SSP
Jaras Sensorik Jaras Motorik
Definisi Stroke
iskemik
Stroke, Kumpulan gejala dari defisit neurologis akibat
gangguan fungsi otak akut baik fokal maupun global yang mendadak,
yang disebabkan berkurangnya aliran darah ke otak akibat
penyumbatan. ataupun Stroke hemoragik yang disebabkan karena
perdarahan atau trauma yang menyebabkan berkurangnya aliran darah
ke otak.
stroke iskemik terjadi akibat bekuan atau sumbatan pada
pembuluh darah otak yang dapat di sebabkan oleh tumpukan trombus
pada pembuluh darah otak sehingga aliran darah ke otak terhenti
Klasifikasi Stroke
Stroke Iskemik Stroke Hemoragik
• Berdasarkan onset penyakitnya stadium stroke • Perdarahan Intraserebral
• Serangan iskemia atau Transient Ischemic Attack • Perdarahan Subarachnoid
(TIA)
• Defisit Neurologik Iskemik Sepintas atau
Reversible Ischemic Neurological Defisit (RIND)
• Stroke Progresif (Progresive Stroke atau Stroke
in evolution)
• Stroke Komplet (Completed Stroke atau
Permanent Stroke)
• Berdasarkan penyebab stroke iskemik
• Stroke iskemik thrombosis
• Stroke iskemik emboli
Patofisiologi Stoke
iskemik
Anamnesi
s
• Tanyakan keluhan utama
• Tanyakan sudah berapa lama onsetnya
• Apakah ada penurunan kesadaran
• Tanyakan apakah ada sakit kepala
• Tanyakan apakah ada muntah
• Tanyakan nilai tekanan darah
• Tanyakan apakah ada kelemahan otot
• Tanyakan riwayat TIA, dan stroke sebelumnya
• Tanyakan sedang menjalankan terapi
medikaentosa apa
• Tanyakan faktor resiko yang berhubungan
dengan stroke
Pemeriksaan fisik
Nervus VII Fasialis Nervus XII Hipoglossus
Pasien tidak dapat menggerakan otot wajah Pemeriksa meminta untuk menjulurkan lidah
sehingga tidak simetris, bisa dicoba dengan
menggembungkan pipi dan mengerutkan dahi
Sriraj stroke score
• Siriaj Score adalah scoring yang digunakan uuntuk membedakan stroke hemoragik dan
stroke iskemik, terdiri dari beberapa variabel penilaian antara lain adalah, tinkat
kesadaran, riwayat muntah, sakit kepala, atheroma marker, tekanan diastolik.

• Tingkat kesadaran
• Sadar penuh = 0
• Mengantuk = 1
• Tidak sadar = 2

• Riwayat muntah
• Tidak dijumpai = 0
• Dijumpai = 1
Nyeri kepala
• Tidak ada = 0
• Ada = 1

Atheroma Marker
• Tidak dijumpai = 0
• Dijumpai satu atau lebih = 1

Tekanan darah diastolik x0.1

Cara menghitung
(2,5 x tingkat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x Nyeri kepala) + ( 0,1 x tekanan darah diastolik ) – (3 x
Atheroma Markers) -12

0 + 0 + 0 + 7 -3 -12 = -8

Interpretasi
>1 = stroke hemoragik
<-1= Stroke iskemik
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan LAB :

1. Pemeriksaan Gula darah


2. Periksa fungsi ginjal dan elektrolit :
3. Periksa faktor pembekuan : diperiksa ada semua pasien stroke hemoragik
dan dlam terapi antikoagulan
4. Periksa analisa lipid

Pemeriksaan Khusus :
1. Pencitraan
2. Semua pasien dengan stroke wajib dilakukan pemeriksaan CT scan atau
MRI, Kelebihan 3. CT scan itu ketersediaannya lebih banyak dan mampu
membedakan stroke hemoragik dan stroke iskemik.
4. USG Doppler Karotis
5. Angiografi Serebral
6. Ekokardiografi dan Pemantauan Holter
Tatalaksana umum
• 1. stabilisasi jalan napas dan pernapasan.
a. Pemantuan status neurologis,nadi,TD,suhu tubuh, dan saturasi
oksigen secara kontinu dalam 72 jam pertama.
b. Pemberian oksigeen jika saturasi <95%
c. Pemasangn pipa orofaring pada pasien yang tidak sadar, pemberian
bantuan ventilasi pada pasien yang mengalami penurunan
kesadaran/disfungsi bulbar.
d. ETT (intubasi endotracheal tube) dilakukan pada pasien hipoksia,
syok.
e. pipa endotrakeal diusahakan terpasang tidak lebih dari 2 minggu
• 2. stabilisasi hemodinamik (sirkulasi)
a. Pemberian cairan kristaloid IV dan hindari pemberian cairan
hipotonik seperti glukosa.
b. Dianjurkan pemasangan kateter vena sentral, upayakan tekanan
vena sentral 5-12 mmHg
c. Optimalisasi tekanan darah
d. Bila TD sistolik dibawah 120mmHg dan cairan sudah mencukupi,
dapat diberikan vasopressor secara titrasi ex: dopamine ,
norepinefrin,epinefrin dengan target TD sistolik 140mmHg
e. Pemantauan jantung harus dilakukan selama 24 jam pertama
setelah awitan serangan stroke iskemik
f. Bila terdapat adanya penyakit jantung kongestif, segera atasi.
• 3. pengendalian peningkatan tekanan intracranial (TIK)
a. Monitor TIK dipasang pada pasien dengan GCS <9 dan pasien
dengan penurunan kesadaran karena kenaikan TIK.
b. Asaran terapi adalah TIK kurang dari 20mmHg dan tekanan perfusi
otak >70mmHg
c. Intubasi untuk menaga normoventilasi. Hiperventilasi mungkin
diperlukan bila akan dilakukan tindakan operatif.
4. Pengendalian kejang.
a. Bila kejang, pemberia diazepam IV bolus lambat 5-20 mg dan diikuti
oleh fenitoin dosis bolus 15-20mg/kg dengan kecepatan maksimum
50mg/menit
b. Bila kejang belum teratasi, rawat di ICU
• 5. pengendalian suhu tubuh
a. Setiap pasien stroke yang disertai febris harus diobati denga
antipretik dan diatasi penyebabnya.
6. Tatalaksana cairan
a. Pemberian cairan isotonis seperti NaCL 0,9%, ringer laktat, dan
ringer asetat, dengan tujuan menjaga volemi.
b. Cairan yang hipotonik atau mengandug glukosa hendaklah
dihindari, kecuali pada keadaan hipoglikemi.
7. Nutrisi
a. Nutrisi enteral paling lambat sudah harus diberikan dalam 48jam,
nutrisi oral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan
baik
b. Pada keadaan akut kebutuhan kalori 25-30kkal/kg/hari.
8. Pencegahan dan mengatasi komplikasi
9. Penatalaksanaan medik umum lain.
a. Hiperglikemi pada strok akut harus diatasi dengan titrasi insulin.
b. Hipoglikemi berat harus diatasi dengan dekstrosa IV atau infus
glukosa.
c. Manajemen hipertensi sesuai dengan protocol tatalaksana
hipertensi stroke akut
d. Analgeik dan anti muntah sesuai indikasi.
e. Pemberian antagonis H2 apabila indikasi (perdarahan lambung)
Tatalaksana spesifik
1. Trombolisis intravena
Menggunakan recombinant tissue plasminogen activator (rTPA) seperti alteplase dapat
diberikan pada stroke iskemik akut dengan onset <6jam secara IV.
Dosis yang dianjurkan 0,6-0,9 mg/kgBB.
2. Terapi Neurointervensi/Endovaskular
Terapi yang menggunakan katerisasi untuk melenyapkan thrombus di pembuluh darah
dengan cara melisiskan thrombus secara langsung atau denga menarik thrombus yang menyumbat
dengan alat khusus.
3. Pemberian antikoagulan sebagai pencegahan sekunder.
a. Pemberian oagulan rutin terhadap pasien stroke iskemik akut dengan tuuan untuk
memperbaiki pengeluaran atau sebagai pencegahan dini
b. Warfarin merupakan pengobatan lini pertama untuk pencegahan stroke iskemik sekunder.
c. Penggunaan warfarin harus berhati-hati karena resiko perdarahan.
4. Pemberian antiagregasi trombosit.
a. Pemberian aspirin dengan dosis awal 325mg dalam 12 jam setelah
onset stroke dianjurkan untuk setiap iskemik akut.
b. Jika direncanakan pemberian trombolisis,aspirin jangan diberikan.
c. Aspirin diberikan sebagai terapi pencegahan sekunder, sehingga
tidak boleh digunakan sebagai pengganti tidakan intervensi (seperti
trombolisis intravena)
d. Untuk pencegahan kejadian stroke iskemik,infark jantung, dan
kematian akibat vaskuler, klopidogrel 75mg lebih baik dibandingkan
dengan aspirin
1. Penanganan hipertensi pada kasus
Mengendalikan tekanan darah hanya jika meningkat tajam,
misalnya sistolik >220mmHg dan diatolik >120 mmHg. Penurunan
tekanan darah terlalu cepat memperberat hipoperfusi pada daerah
iskemik.

2. Penanganan DM
Hiperglikemi (kadar glukosa darah>180mg/dl) pada stroke akut
harus diatasi dengan titrasi insulin. Target yang harus dicapai adalah
normoglikemi.
Faktor resiko
Tidak dapat diubah :
Usia
Jenis kelamin
Keturunan/herediter Dapat diubah :
Ras/etnik Hipertensi
Penyakit jantung, atrial fibrilasi
Diabetes melitus
Stenosis karotis
Hiperkolesterol
Asam urat
Obesitas
Aritmia
Gaya hidup (merokok, konsumsi alkohol)
Prognos
is
Ad Vitam Bonam

Dubia ad bonam
Ad Sanationam

Ad Fungtionam Dubia ad bonam


Daftar pustaka
• Ginsberg, L. Neurologi.Ed 8. Jakarta: Erlangga.2007
• Dewanto, G. Suwon, W. Riyanto, B. Turana, Y. Diagnosis dan
Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC, 2009
• Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Edisi 14. Jakarta : Dian
Rakyat, 2014 ; 125
• John G. Basic Neurology : Third Edition. US : Mc Graw Hill. 2000.
• Mardjono M. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Pr Dian Rakyat. 2014.

Anda mungkin juga menyukai