Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Stroke merupakan penyebab terbesar kecacatan fisik dan penyebab utama

kematian di negara berkembang. Insidens stroke meningkat dengan bertambahnya

usia, duapertiga penderita stroke berusia diatas 65 tahun, dan lebih banyak muncul

pada laki-laki dibanding perempuan. Stroke dapat menyebabkan kehilangannya

fungsi neurologis secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan aliran darah ke

otak.

Sebagian besar penyakit stroke datang tanpa peringatan. Ini berarti bahwa tata

laksana stroke bertujuan untuk membatasi kerusakan pada otak, mengoptimalkan

pemulihan, dan mencegah kekambuhan. Strategi pencegahan stroke sangatlah

penting. Pencegahan difokuskan dengan mengobatu factor predisposisi stroke seperti

hipertensi, hiperlipidemia, diabetes, dan merokok.

Stroke dapat disebabkan oleh oklusi pada arteri yang menimbulkan iskemi

serebri atau infark serebri, dan dapat juga disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah

arteri sehingga menimbulkan perdarahan intracranial.


BAB II

KASUS

Seorang perempuan berusia 61 tahun masuk ruang perawata neurologi dengan

keluhan lemah badan kiri dirasakan pasien sejak minggu, 10 februari 2019 sekitar

pukul 03.00 WIT saat pasien sedang buang air kecil di toilet. Keluhan dirasakan

pertama saat pasien hendak mengangkat gayung berisi air, namun gayung terjatuh

karena tiba-tiba tangan pasien terasa lemah. Kaki pasien masih dapat berjalan.

Beberapa saat kemudian saat anak pasien hendak memberikan minum, mulut pasien

kaku, tidak bisa terbuka dan tidak bisa berbicara kemudian diikuti dengan kelemahan

kaki kiri. Pasien kemudian dibawa ke Rumah Sakit Saparua dan dirujuk ke RSUD dr.

Haulussy Ambon. nyeri kepala (-), mual dan muntah (-), pusing (-), demam (-),

riwayat trauma disangkal. BAB dan BAK baik. Pasien memiliki riwayat hipertensi

dan asam urat yang tidak terkontrol. Untuk riwayat kolestrol dan diabetes mellitus

tidak diketahui. Untuk riwayat pengobatan pasien biasa meminum captopril ( 2 dd 1

tab) dan piroksikam (1 dd 1 tab).

Pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran E4, Vx, M6. Untuk tanda-tanda

vital tekanan darah 140/70 mmHg, nadi 91x/menit, pernapasan 22x/menit, dan suhu

37,8ºC. untuk pemeriksaan fisik kepala, leher, thoraks, dan abdomen dalam batas

normal. Untuk status neurologis, pemeriksaan nervus cranialis didapatkan nervus


facialis untuk motorik tidak simetris (parese kiri) pada M. frontalis dan M. orbicularis

oris. Pada pemeriksaan fungsi motoric didapatkan kekuatan otot superior-inferior

kanan 5-5, kiri 2-2. Untuk pemeriksaan sensorik sulit dievaluasi (karena pasien

afasia).

Pada pemeriksaan penunjang untuk laboratorium didapatkan hemoglobin 11,3

g/dl, trombosit 576 103/mm3, leukosit 9.6 103/mm3, GDS 124 mg/dl. Pada profil lipid

didapatkan kolesterol total 218 mg/dl, trigliserida 129, kolesterol HDL 29 mg/dL,

kolesterol LDL 164 mg/dL.Untuk elektrolit didapatkan hyponatremia 141 mmol/L.

untuk pemeriksaan radiologi CT-scan kepala kesan Subacute Ischemic Cerebral

abratio pada basal ganglia kiri dan subcortical parietal kanan, dan foto thoraks PA

kesan cardiomegali.

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien

didiagnosis Stroke iskemik et causa hipertensi, dyslipidemia dengan terapi yang

diperoleh IVFD Nacl 0,9% 20 tpm, captopril 25 mg tab 2 dd 1, simvastatin 20 mg tab

PO 0-0-1, clopidogrel 75 mg tab. PO 0-1-0, Inj citikolin 500 mg amp./12 jam/ IV,

drip sohobion 1x1 ampul/IV.


BAB III

DISKUSI

Berdasarkan anamnesis pasien mengeluhkan lemah badan sisi kiri. Keluhan

dirasakan pertama saat pasien hendak mengangkat gayung berisi air, namun gayung

terjatuh karena tiba-tiba tangan pasien terasa lemah. Kaki pasien masih dapat

berjalan. Beberapa saat kemudian saat anak pasien hendak memberikan minum,

mulut pasien kaku, tidak bisa terbuka dan tidak bisa berbicara kemudian diikuti

dengan kelemahan kaki kiri. Berdasarkan teori Stroke adalah sindroma klinis dengan

gejala berupa gangguan fungsi otak secara fokal maupun global yang dapat

menimbulkan kematian atau kecacatan yang menetap lebih dari 24 jam. Stroke pada

prinsipnya terjadi secara tiba-tiba karena gangguan pembuluh darah otak (perdarahan

atau iskemik).

Pada umumnya manifestasi klinis serangan otak dapat berupa:

 Baal, kelemahan atau kelumpuhan pada wajah, lengan, atau tungkai sesisi

atau kedua sisi dari tubuh.

 Penglihatan tiba-tiba kabur atau menurun

 Gangguan bicara dan bahasa atau pengertian dalam komunikasi

 Dizziness, gangguan keseimbangan, atau cenderung mudah terjatuh

 Kesulitan menelan
 Sakit kepala yang hebat secara tiba-tiba

 Derilium atau kesadaran berkabut (sudden confusion)

 Pusing atau vertigo

 Sakit kepala

 Mual dan muntah

 Kejang

 Hemiparese

 Gangguan sensorik: hemihipestesi

 Gangguan bicara: disartria, disfasia, disfoni

 Gangguan penglihatan: hemianopsia

 Gangguan kesadaran

Pasien memiliki riwayat hipertensi dan asam urat yang tidak terkontrol. Untuk

riwayat kolestrol dan diabetes mellitus tidak diketahui. Untuk riwayat pengobatan

pasien biasa meminum captopril ( 2 dd 1 tab) dan piroksikam (1 dd 1 tab).

Berdasarkan teori factor resiko stroke yaitu :

Faktor Resiko Stroke

Yang dapat diubah :

 Hipertensi,

 DM,

 Merokok,
 Penyalahgunaan alkohol dan obat,

 Kontrasepsi oral,

 Penyakit jantung koroner,

 Dislipidemia.

Yang tidak dapat diubah

 Usia yang meningkat,

 Jenis kelamin

 Ras,

 Riwayat keluarga,

Untuk pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu laboratorium didapatkan

hemoglobin 11,3 g/dl, trombosit 576 10 3/mm3, leukosit 9.6 103/mm3, GDS 124 mg/dl.

Pada profil lipid didapatkan kolesterol total 218 mg/dl, trigliserida 129, kolesterol

HDL 29 mg/dL, kolesterol LDL 164 mg/dL.Untuk elektrolit didapatkan

hyponatremia 141 mmol/L. untuk pemeriksaan radiologi CT-scan kepala kesan

Subacute Ischemic Cerebral abratio pada basal ganglia kiri dan subcortical parietal

kanan, dan foto thoraks PA kesan cardiomegaly. Hal ini sesuai dengan teori

Pemeriksaan laboratorium standar biasanya di gunakan untuk menentukan etiologi

yang mencakup urinalisis, darah lengkap, kimia darah, dan serologi. Pemeriksaan

yang sering dilakukan untuk menentukan etiologi yaitu pemeriksaan kadar gula

darah, dan pemeriksaan lipid untuk melihat faktor risiko dyslipidemia.


Diabetes melitus merupakan faktor risiko untuk stroke, namun tidak sekuat

hipertensi. Gatler menyatakan bahwa penderita stroke aterotrombotik di jumpai 30%

dengan diabetes mellitus. Diabetes melitus mampu menebalkan pembuluh darah otak

yang besar, menebalnya pembuluh darah otak akan mempersempit diameter

pembuluh darah otak dan akan mengganggu kelancaran aliran darah otak di samping

itu, diabetes melitus dapat mempercepat terjadinya aterosklerosis (pengerasan

pembuluh darah) yang lebih berat sehingga berpengaruh terhadap terjadinya stroke.

LDL adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol. LDL

merupakan komponen utama kolesterol serum yang menyebabkan peningkatan risiko

aterosklerosis, HDL berperan memobilisasi kolesterol dari ateroma yang sudah ada

dan memindahkannya ke hati untuk diekskresikan ke empedu , oleh karena itu kadar

HDL yang tinggi mempunyai efek protektif dan dengan cara inilah kolesterol dapat di

turunkan, namun penurunan kadar HDL merupakan faktor yang meningkatkan

terjadinya aterosklerosis dan stroke.

Pemeriksaan lain yang dapat di lakukan adalah dengan menggunakan teknik

pencitraan diantaranya yaitu :

1. CT scan

Penggunaan CT-Scan adalah untuk mendapatkan etiologi dari stroke yang

terjadi. Pada stroke non-hemoragik, ditemukan gambaran lesi hipodens dalam

parenkim otak. Sedangkan dengan pemeriksaan MRI menunjukkan area hipointens.


2. MRI (magnetic resonance imaging)

Lebih sensitif dibandingkan dg CT scan dalam mendeteksi stroke non

hemoragik rigan, bahkan pada stadium dini, meskipun tidak pada setiap kasus. Alat

ini kurang peka dibandingkan dengan CT scan dalam mendeteksi perdarahan

intrakranium ringan.

3. Ultrasonografi dan MRA (magnetic resonance angiography)

Pemindaian arteri karotis dilakukan dengan ultrasonografi (menggunakan

gelombang suara untuk menciptakan citra), MRA digunakan untuk mencari

kemungkinan penyempitan arteri atau bekuan di arteri utama, MRA khususnya

bermanfaat untuk mengidentifikasi aneurisma intrakranium dan malformasi

pembuluh darah otak.

4. Angiografi otak

Merupakan penyuntikan suatu bahan yang tampak dalam citra sinar-X ke

dalam arteri-arteri otak. Pemotretan dengan sinar-X kemudian dapat memperlihatkan

pembuluh-pembuluh darah di leher dan kepala.

Penatalaksanaan Umum
Terapi dibedakan pada fase akut dan pasca fase akut.

 Fase Akut (hari ke 0-14 sesudah onset penyakit)


Sasaran pengobatan ialah menyelamatkan neuron yang menderita jangan
sampai mati, dan agar proses patologik lainnya yang menyertai tak mengganggu
/mengancam fungsi otak. Tindakan dan obat yang diberikan haruslah menjamin
perfusi darah ke otak tetap cukup, tidak justru berkurang. Sehingga perlu dipelihara
fungsi optimal dari respirasi, jantung, tekanan darah darah dipertahankan pada tingkat
optimal, kontrol kadar gula darah (kadar gula darah yang tinggi tidak diturunkan
dengan derastis), bila gawat balans cairan, elektrolit, dan asam basa harus terus
dipantau.
Pengobatan yang cepat dan tepat diharapkan dapat menekan mortalitas dan
mengurangi kecacatan. Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki aliran
darah ke otak secepat mungkin dan melindungi neuron dengan memotong kaskade
iskemik.

Pengelolaan pasien stroke akut pada dasarnya dapat di bagi dalam :

1. Pengelolaan umum, pedoman 5 B


- Breathing
- Blood
- Brain
- Bladder
- Bowel
2. Pengelolaan berdasarkan penyebabnya
• Stroke iskemik
• Memperbaiki aliran darah ke otak (reperfusi)
• Prevensi terjadinya trombosis (antikoagualsi)
• Proteksi neuronal/sitoproteksi
• Stroke Hemoragik
• Pengelolaan konservatif
• Perdarahan intra serebral
• Perdarahan Sub Arachnoid
• Pengelolaan operatif
• Fase Pasca Akut
Setelah fase akut berlalu, sasaran pengobatan dititik beratkan tindakan
rehabilitasi penderita, dan pencegahan terulangnya stroke.

BAGIAN ILMU SARAF LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN Maret 2019

UNIVERSITAS PATTIMURA

STROKE ISKEMIK

Oleh:

APRILIA T. WARKEY

NIM. 2018-83-009

Pembimbing:

dr. Parningotan Y. Silalahi Sp.S

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

PADA BAGIAN ILMU SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2019

DAFTAR PUSTAKA

1. Kabi Glen, Tumewah Rizal. Gambaran faktor risiko pada penderita stroke

iskemik yang dirawat inap neurologi Rsup prof. Dr. R. D. Kandou manado

Periode juli 2012 - juni 2013. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 1,

Januari-April 2015

2. Putri, et al. Comparison of Acute Ischemic Stroke Functional Outcome. MNJ,

Vol.04, No.02, Juli 2018

3. Rong Jin, Lin Liu, Shihao Zhang, Anil Nanda, Role of inflammation and its

mediators in acute ischemic stroke. J Cardiovasc Transl Res. 2013 October ;

6(5): . doi:10.1007/s12265-013-9508-6.

Anda mungkin juga menyukai