Anda di halaman 1dari 36

GAMBARAN PENYAKIT TERBANYAK DI PUSKESMAS

KARANG PANJANG TAHUN 2019

TUGAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


Sebagai Salah Satu Syarat Kelengkapan Penilaian
dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat

DISUSUN OLEH:

1. APRILIA T WARKEY 2012-83-014

2. SANDRAYANI SANGADJI 2012-83-047

3. SELVANIA OHMAN 2013-83-006

4. FENSKA SOUMERU 2011-83-043

5. ALVIONITA LETELAY 2011-83-047

BAGIAN STASE KHUSUS DOKTER PULAU

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas kasih
dan karunia-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Stase Khusus Dokter Pulau dengan baik.

Penulisan penelitian ini merupakan salah satu tugas kepaniteraan klinik pada
bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura
Ambon. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dokter pembimbing
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menyusun penelitian ini,
guna menambah pengetahuan dan kemampuan penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan penelitian ini,


masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangatlah
penulis harapkan demi perbaikan penelitian ini. Akhir kata, saya berharap semoga
penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri maupun pembaca
umumnya.

Ambon, Januari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………. I

DAFTAR ISI ………………………………………………………………… ii

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ………………………………………………………. 1

1.2 Rumusan masalah …………………………………………………… 2

1.3 Tujuan penelitian …………………………………………………… 3

1.4 Manfaat penelitian ………..………………………………………… 3

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Maluku …..........………………………………............................ 5

2.2 Profil puskesmas ………………………………………………........... 11


Karang panjang

2.3 Penyakit tropis ……………………………………………............... 14

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain penelitian ……………….…………………………………… 19

3.2 Lokasi dan waktu penelitian ….......…………………………………….. 19

3.3 Populasi dan sampel penelitian …………………………………… 19

3.3.1 Populasi ................................................................................... 19

3.3.2 Sampel ...................................................................................... 19

3.4 Kriteria restriksi penelitian .................................................................. 20

ii
3.4.1 Kriteria inklusi ……………………………………………..... 20

3.4.2 Kriteria eksklusi …………………………............................... 20

3.5 Kerangka konsep …......…......………………………………………….. 20

3.6 Definisi operasional ….....……………………………………………… 21

3.7 Pengumpulan data .......……………………………………………….... 21

3.8 Pengolahan dan analisis data …………………………………............... 21

3.9 Alur penelitian .......................................................................................... 22

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi lokasi penelitian ....................................................................... 23

4.2 Deskripsi umum subjek penelitian ......................................................... 23

4.3 Hasil penelitian ........................................................................................ 23

4.4 Pembahasan .............................................................................................. 26

4.5 Keterbatasan penelitian ............................................................................ 27

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 28

5.2 Saran ...................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..... 30

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan potensi geografis yang unik dan strategis.

Letaknya yang berada diantara dua samudera dan dua benua, mejadikannya sebagai

salah satu urat nadi perdagangan berasas kemaritiman di dunia. Hal tersebut jugalah

yang menjadikan indonesia sebagai negara kepulauan terbesar yang diakui dunia.

Indonesia memiliki total sebanyak 17.508 pulau dan 34 provinsi yang tersebar dan

memiliki keunikannya masing-masing. Satu diantara provinsi kepulauannya adalah

provinsi maluku.1

Provinsi Maluku merupakan daerah kepulauan yang berorientasi pada aspek

maritim yang terdiri dari 1.340 pulau dan dari sejumlah pulau tersebut, terdapat

beberapa pulau yang tergolong pulau besar. Provinsi Maluku berbatasan dengan laut

Seram di sebelah utara, Lautan Indonesia dan Laut Arafura di sebelah selatan, Pulau

Irian/Provinsi Papua di sebelah Timur dan Pulau Sulawesi/Laut Sulawesi disebelah

Barat.2 Karena kondisi geografis tersebut, terdapat berbagai permasalahan yang dapat

dijumpai. Satu diantara sekian masalah tersebut adalah masalah pada aspek kesehatan.

Permasalahan terkait kesehatan timbul sebagai bentuk anggapan yang

menyatakan bahwa lingkungan tempat tinggal dapat membentuk sifat dan perilaku

masyarakat. Lingkungan fisik dan biologi dapat mempengaruhi interaksi sosial,

1
distribusi peran sosial, karakteristik nilai, norma sosial, sikap serta persepsi-persepsi

tertentu yang secara langsung mempengaruhi kesehatan masyarakat setempat.3 selain

itu, kondisi geografis yang cenderung sulit dijangkau membuat pengembangan dan

upaya pencapaian kesehatan secara merata sulit untuk dilakukan.

Permasalahan tersebut haruslah segera mendapat titik penyelesaian, mengingat

bahwa menjalani hidup dengan sehat diyakini sebagai hak asasi yang harusnya dapat

dinikmati oleh setiap orang, dimanapun, dan dalam kondisi apapun. Sehat menurut

World Health Organization (WHO) adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara

fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.4

Gambaran masalah kesehatan yang terdapat pada masyarakat kepulauan

merupakan hal yang penting untuk diketahui dan dipahami sebagai instrumen yang

dapat menggambarkan kondisi kesehatan terutama penyakit yang kini berkembang di

masyarakat kepulauan. Sehingga berdasarkan pertimbangan tersebutlah, penelitian ini

dibuat dengan judul “Gambaran penyakit penyakit terbanyak di puskesmas Karang

Panjang Tahun 2019” sebagai upaya dalam membantu mengidentifikasi dan

menyelesaikan masalah kesehatan di wilayah setempat.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini yaitu bagaimana

gambaran penyakit penyakit terbanyak di puskesmas Karang Panjang Tahun 2019 ?

1.3 Tujuan Penelitian

2
Mengetahui gambaran penyakit penyakit terbanyak di puskesmas Karang

Panjang Tahun 2019.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Pemerintah

Pemerintah dapat mengetahui masalah kesehatan apa saja di daerahnya sehingga

dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan setempat untuk melakukan

penanganan ataupun pencegahan bagi masyarakat terutama pada wilayah

puskesmas Karang Panjang.

1.4.2 Bagi Puskesmas Karang Panjang

Dapat mengetahui penyakit penyakit terbanyak di puskesmas Karang Panjang

Tahun 2019 sehingga dapat melakukan penanganan ataupun pencegahan bagi

masyarakat.

1.4.3 Bagi Masyarakat

1. Diharapkan dengan penelitian ini masyarakat dapat mengetahui masalah

kesehatan apa saja yang dapat dialami.

2. Diharapkan dengan penelitian ini masyarakat dapat mengetahui tindakan apa

saja yang dapat dilakukan untuk mencegah munculnya masalah kesehatan

terutama pada pesisir.

1.4.4 Bagi Peneliti

3
1. Mendapatkan pengalaman melakukan penelitian terutama di bidang

kesehatan.

2. Mendapatkan informasi terkait penyakit penyakit terbanyak di puskesmas

Karang Panjang Tahun 2019.

BAB II

4
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Profil Maluku

2.1.1.Kondisi Geografis

Wilayah daratan di kawasan ini terdiri dari sejumlah pulau besar maupun kecil

sebanyak 632 buah pulau dengan 7,6 % daratan seluas 85 724 km2 . Kedudukan pulau-

pulau yang berjauhan satu dengan lainnya menjadikan Provinsi Maluku sangat terbuka

untuk melakukan interaksi dengan kepulauan lain dari Provinsi diluar Maluku.5,6

Provinsi Maluku merupakan salah satu daerah kepulauan yang ada di Indonesa

yang terdiri dari 9 Kabupaten dan 2 Kota serta 1.340 pulau. Luas wilayah Provinsi

Maluku adalah 712.479,65 km2 yang terdiri dari luas lautan 658.294,69 km2 (92,4%)

dan luas daratan 54.185 km2 (7,6%), panjang garis pantai 8.287 Km. Sedangkan luas

wilayah lautnya adalah 152.570 km2. Dengan kondisi dominan wilayah perairan

(92,4%). Kondisi demikian sangat berpeluang untuk pengembangan usaha perikanan

tangkap yang cukup besar dan potensi budidaya laut yang cukup berarti. Dengan

karakteristik wilayah kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau maka wilayah Provinsi

Maluku dijuluki sebagai wilayah atau Provinsi Seribu Pulau.5,6

Wilayah Provinsi Maluku berdasarkan letak astronomisnya terletak antara 20

30’-90 Lintang Selatan dan 1240-1360 Bujur Timur yang berbatasan dengan Laut

Seram di sebelah utara, Lautan Indonesia dan Laut Arafura di sebelah selatan, Pulau

5
Irian/Provinsi Papua di sebelah Timur dan Pulau Sulawesi/Laut Sulawesi disebelah

Barat.2

Ada 3 Kabupaten di Provinsi Maluku yang termasuk Daerah Tertinggal,

Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK) yaitu Maluku Barat Daya, Maluku Tenggara Barat

dan Kepulauan Aru. Kabupaten-kabupaten yang termasuk dalam kategori Daerah

Bermasalah Kesehatan (DBK) yaitu Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Buru,

Buru Selatan, Maluku Barat Daya, Maluku Tenggara Barat dan Kepulauan Aru.

Sebagai upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka Dinas Kesehatan

Provinsi Maluku memiliki beberapa program prioritas antara lain kesehatan ibu dan

anak, penanggulangan penyakit menular, pelayanan kesehatan masyrakat miskin,

pendayagunaan tenaga kesehatan serta sarana prasarana yang memudahkan jangkauan

pelayanan bagi masyarakat teruta di daarah DTPK (Daerah Terpencil Perbatasan dan

Kepulauan).2

6
Gambar 2.1.Peta Provinsi Maluku 6

Masing-masing wilayah diatas merupakan bagian dari gugus pulau yang tersebar

dari utara sampai ke selatan dengan luas wilayah yang berbeda baik dalam kondisi

daerahnya, karateristik geografisnya serta alamnya yang heterogen. Karakter wilayah

yang berbeda-beda inilah yang mengakibatkan perkembangan pembangunan dan

penyetaraan derajat kesehatan di beberapa wilayah di Provinsi Maluku sulit mencapai

angka maksimal.7

2.1.2.Kondisi Demografis

Jumlah penduduk Provinsi Maluku berdasarkan hasil Sensus tahun 2010

mencapai 1.533.506 jiwa. Jumlah ini meningkat dari tahun ke tahun. Sesuai hasil

7
proyeksi penduduk 2011 mencapai 1.570.657 jiwa, tahun 2012 menjadi 1.599.505

jiwa, tahun 2013 menjadi 1.628.413 dan tahun 2014 menjadi 1.657.409 jiwa dengan

jumlah penduduk laki-laki 836.111 jiwa dan perempuan 821.298 jiwa.2

Jumlah penduduk tertinggi di Maluku terdapat di Kota Ambon dengan jumlah

penduduk sebesar 395.423 jiwa dan Maluku Tengah sebesar 368.290 jiwa. Sedangkan

jumlah penduduk terendah terdapat di Kabupaten Buru Selatan dengan jumlah

penduduk sebesar 58.197 jiwa dan Kota Tual sebesar 65.882 jiwa.2

Umumnya penduduk di Provinsi Maluku bertempat tinggal di dataran yang

ketinggiannya dibawah 100 mdp l atau pada dataran rendah. Sedangkan pada dataran

menengah sekitar 100 – 500 mdp l dan dataran tinggi sekitar diatas 500 mdp l

digunakan oleh penduduk di Maluku sebagai aktivitas atau kegiatan pertanian,

perkebunan dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan kehutanan. Kondisi lahan

secara makro di wilayah Maluku berbukit (hilly), bergunung (mountaineous) dan

sedikit dataran (plain). Sekitar 0 – 3 persen berupa datar, 4 – 8 persen berombak, 8 –

15 persen bergelombang, 15 – 50 persen curam bahkan sangat curam.5

Rata-rata pertumbuhan ekonomi per tahun Kota Ambon dalam lima tahun

terakhir berkisar di antara 5,5%-7% sedangkan kabupaten/kota lainnya rata-rata kurang

dari 5% per tahun. Kontribusi sub-sektor perikanan bagi Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) Kota Ambon rata-rata per tahun adalah 15%, dengan pertumbuhan yang

relatif stabil sekitar 4,5% per tahun. Kontribusi yang besar ini didukung oleh sebagian

besar desa/kelurahan (32 desa) yang berada di wilayah pesisir dan menjalankan

kegiatan perikanan secara aktif.5

8
Nilai-nilai sosial budaya yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat

Maluku merupakan salah satu modal dasar bagi peningkatan persatuan dan kesatuan

termasuk menyemangati masyarakat dalam melaksanakan pembangunan di daerah ini.

Hubungan-hubungan kekerabatan adat dan budaya harus terus didorong sehingga dapat

menciptakan sinergitas yang andal bagi upaya bersama membangun Maluku Baru di

masa mendatang. Salah satu diantaranya adalah filosofi Siwalima yang selama ini telah

melembaga sebagai world view atau cara pandang masyarakat tentang kehidupan

bersama. Dalam filosofiini, terkandung berbagai panata yang memiliki common values

dan dapat ditemukan di seluruh wilayah Maluku. Sebutlah pranata budaya seperti

Masohi, maren, swen, sasi, hawear, pela-gondong dan lain sebagainya.6

Siwalima adalah pendekatan yang mempunyai posisi sentral dalam suatu susunan

pendekatan yang berwatak jamak. Artinya, hanya di dalam pendekatan Siwa Lima,

pendekatan-pendekatan lainnya dimodulasikan dan berproses secara utuh dan dinamis

untuk merencanakan, rakyat di daerah Maluku, kemarin, hari ini dan yang akan datang.

Dalam konteks pembangunan daerah nilai-nilai budaya lokal yang masih ada dan hidup

di kalangan masyarakat, dapat dipandang sebagai modal sosial yang perlu

dimanfaatkan bagi kepentingan pembangunan daerah. Filsafat Hidup Masyarakat

Setempat Manggurebe maju, lawamena hau lala, artinya bersatu membangun Maluku

maju terus pantang mundur. Katong samua satu gandong satu jantung dan satu hati,

artinya kita semua sekeluarga/saudara.6

2.1.3. Masalah kesehatan

9
Kondisi geografis Provinsi Maluku yang terdiri dari gugusan pulau menjadi

tantang tersendiri buat pelayanan kesehatan di wilayah tersebut. Perlu langkah khusus

agar pelayanan kesehatan dirasakan merata oleh semua penduduk Maluku.7

Pada Tabel 2.1 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah kasus penyakit

dari tahun ke tahun, keadaan ini mengambarkan hal yang positif yaitu semakin

tingginya tingkat kesadaran masyarakat untuk berobat ke fasilitas kesehatan sehingga

terdatanya berbagai kasus penyakit yang ada, sedangkan untuk sisi negatifnya bahwa

masih kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat sehingga terjadi peningkatan jumlah

kasus penyakit. Penyakit terbanyak yang tercatat di sarana pelayanan kesehatan yaitu

penyakit infeksi saluran pernafasan atas sebanyak 145.782 kasus dan terendah penyakit

Malaria sebanyak 5.260 kasus.2,7

Tabel 2.1. 10 penyakit terbanyak provinsi maluku tahun 2013 dan 2014 2

10
2.2. Profil Puskesmas Karang Panjang

2.2.1. Kondisi Geografis

Secara astronomis, puskesmas Karang Panjang terletak pada 3O41’20.5”LS

128O11’35.6”BT, tepatnya di jalan Cut Nyak Dien, Kelurahan Amantelu, Kecamatan

Sirimau. Berbatasan dengan desa Batu Merah pada sebelah utara, Kelurahan Karang

Panjang RW 04 pada sebelah selatan, Kelurahan Rijali pada sebelah barat, dan

Kelurahan Waihoka di sebelah timur.8

Luas, jarak, dan waktu tempuh masyarakat untuk datang berobat ke puskesmas

Karang Panjang adalah jarak terdekat 0,00 Km dan terjauh 1,2 Km, serta waktu tempuh

terdekat 15 menit dan waktu tempuh terjaiuh adalah 1 jam. Wilayah kerja puskesmas

Karang Panjang meliputi 2 kelurahan, yaitu kelurahan Amantelu dengan luas wilayah

11,30 Ha dan kelurahan Karang Panjang dengan luas wilayah 21,71 Ha. 8

2.2.2. Kondisi Demografis

Jumlah penduduk puskesmas Karang Panjang tahun 2019 adalah sebesar

11.732 Jiwa. Yang terdiri dari laki-laki sebanyak 5.958 jiwa dan perempuan sebanyak

5.774 jiwa. Dengan distribusi usia yakni balita 13%, anak-anak 5%, remaja 12%,

dewasa 44%, dan lansia 26%.8

11
Presentase Jenis kelamin
Laki-laki Perempuan

50.7

49.3

Jenis Kelamin

Gambar 2.2. Presentase Jenis kelamin masyarakat wilayah puskesmas Karang panjang8

Presentase Usia

13% 5% Balita
26%
Anak-anak
12% Remaja
Dewasa

44% Lansia

Gambar 2.3. Presentase Usia masyarakat wilayah puskesmas Karang Panjang 8

2.2.3. Keadaan lingkungan

Tempat-tempat umum (TTU) dan tempat umum pengelolaan makanan (TUPM)

merupakan suatu saran yang dikunjungi banyak orang dan berpotensi menjadi tempat

penyebaran penyakit. TUPM sehat adalah tempat umum dan tempat pengelolaan

12
mkanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan yaitu memiliki sarana air

bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang

baik, luas lantai (luas ruangan) yang sesuai dengan banyaknya penghuni rumah dan

memiliki pencahayaan ruang yang memadai. 8

Sumber air minum yang digunakan oleh warga mesyarakat puskesmas Karang

Panjang untuk kebutuhan rumah tangga terdiri dari : sumur gali terlindung, sumur bor

dengan pompa, dan perpipaan (PDAM, BPSPAM, dan PAM swasta) yang semua

termaksud dalam sarana air bersih terlindungi. 8

2.2.4. Kondisi kesehatan

2.2.4.1. Angka kematian bayi (AKB)

Angka kematian bayi (AKB) atau infant mortality rate adalah indikator yang

sering digunakan untuk menentukan derajat kesehatan suatu masyarakat. Dengan AKB

dapat diketahui berapa jumlah bayi yang meninggal sejak dilahirkan sampai dengan

bayi berumur 11 bulan diantara 1000 kelahiran hidup. 8

AKB puskesmas Karang Panjang pada tahun 2019 tidak ada kematian.

Demikian juga pada tahun 2017 dan tahun 2016, tidak ditemukan kasus kematian bayi.

Penurunan AKB sangat berpengaruh pada kenaikan umur harapan hidup (UHH) waktu

lahir. Angka kematian bayi sangat peka terhadap perubahan kesehatan dan

kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin pada

perubahan AKB dan kenaikan umur harapan hidup (UUH) pada waktu lahir.

Meningkatnya umur harapan hidup secara langsung juga menggambarkan kualitas dan

derajat kesehatan masyarakat setempat. 8

13
2.2.4.2. Angka kematian Ibu (AKI)

Selain AKB, maka angka kematian ibu (AKI) merupakan indikator penting

untuk menilaikeberhasilan pembangunan kesehatan suatu daerah. Angka kematian ibu

(AKI) di peroleh dari berbagai survei yang dilakukan oleh pihak puskesmas dengan

metode pendekatan yang efisien. 8

Di wilayah kerja Puskesmas Karang Panjang tidak ada kematian ibu pada tahun

2019. Hal tersebut cukup baik, mengingat prestasi ini dapat dipertahankan sejak tahun

2016 dan 2017. 8

2.2.4.3. Status Gizi

Berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 gram) merupakan salah satu faktor

utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan

dalam 2 kategori yakni BBLR karena premature atau BBLR karena Intra Uterine

Growth Retardation (IUGR) yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya

kurang. Tahun 2019 terdapat 8 bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). 8

Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat

kesejahteraan masyarakat. Salahs atu cara untuk menilainya adalah dengan pengukuran

antropometri yang menggunakan indeks berat badan menurut umur (BB/U). Jumlah

balita yang ditimbang di puskesmas Karang Panjang pada tahun 2019 adalah sebanyak

1.167 jiwa. Dari jumlah tersebut, terdapat 91 jiwa balita dengan gizi kurang, 38 balita

dengan stunting, dan 126 balita kurus. 8

14
2.3. Penyakit tropis

2.4.1. Tuberculosis

Seperti yang diketahui bahwa penyakit TBC merupakan penyakit menular yang

cara penularannya adalah melalui percikan dahak (droplet) yang dikeluarkan oleh

penderita TB aktif ke udara, dan droplet / kuman penyakit ini dapat bertahan selama

beberapa jam di udara pada suhu kamar. Kondisi lingkungan pemukiman masyarakat

yang saling berdekatan dan juga kurangnya ventilasi udara yang baik dalam rumah

dapat menjadi salah satu faktor penyebab banyaknya kasus penyebaran penyakit TB

pada lingkungan masyarakat pesisir.9

Penyakit TBC ini merupakan penyakit rakyat terutama rakyat ekonomi lemah. 10

Pernyataan ini sejalan dengan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada salah satu

wilayah pesisr yang mana kebanyakan penduduknya berprofesi sebagai nelayan

dengan tingkat ekonomi yang tergolong rendah dan lingkungan tempat tinggal yang

sangat padat penduduk serta berdekatakan satu sama lain.9

Lingkungan tempat tinggal dengan kepadatan penduduk yang overload (<10

m2/orang) memiliki jumlah kasus penyakit TBC yang lebih besar dibandingkan dengan

lingkungan tempat tinggal dengan kepadatan penduduk yang normal (>10

m2/orang).9,11

Penyebaran penyakit TBC di lingkungan pemukiman penduduk pesisir yang

padat penduduk sangat gampang terjadi karena sifat penularan penyakit ini yang mudah

yaitu melalui percikan dahak (droplet) ke udara, ditambah lagi dengan kondisi

pemukiman penduduk yang sangat padat. Droplet/dahak yang disertai dengan kuman

15
penyakit TB dapat bertahan di udara selama beberapa jam, dan akan menjangkit ke

orang lain jika terhirup. Dapat dibayangkan seberapa mudahnya penyebaran kuman

penyakit TB ini di permukiman padat penduduk.9

Contoh kasus yang dapat diangkat adalah ketika seorang bapak nelayan penderita

TB aktif dengan usia yang produktif lagi sementara berkumpul dengan warga

sekitar/tetangganya di depan rumahnya, lalu kemudian ia batuk dan mengeluarkan

percikan dahak/droplet yang disertai dengan kuman penyakit TBC. Kuman penyakit

yang ada di udara ini dengan cepat dapat terhirup oleh orang lain dan kemudian

menjangkiti orang tersebut. Hal yang sama juga dapat terjadi dalam rumah yang

kondisi sirkulasi udaranya kurang baik.9

Oleh karena itu, untuk meminimalisir terjadinya penyebaran penyakit TBC yang

lebih besar lagi di wilayah permukiman penduduk pesisir, maka harus dilakukan

sosialisasi kepada penduduk mengenai penyakit TBC ini dan cara penyebarannya.

Sehingga dengan demikian, penduduk pesisir dapat meningkatkan kewaspadaan

mereka terhadap penyakit TBC ini. Jika ada anggota keluarga yang mengalami batuk

berkepanjangan, segera dilakukan pemeriksaan kesehatan. Selain itu, pola permukiman

penduduk yang sangat padat dan berdekatan sebaiknya diubah dan kualitas rumah

tinggal haruslah memenuhi kriteria rumah sehat.9

2.4.2. Penyakit Kulit

Indonesia sebagai negara tropis memiliki beragam penyakit kulit. Penyakit kulit

seperti pioderma dan ektoparasit, merupakan penyakit kulit tersering pada negara

16
berkembang khusus daerah tropis. Penyakit kulit banyak yang tidak menyebabkan

masalah kesehatan yang singnifikan kecuali kusta, sehingga masyarakat sering

mengabaikan, misalnya ketika mereka terkena tinea kapitis mereka akan cenderung

mengabaikannya karena penyakitnya bersifat asimptomatik atau tak bergejala, berbeda

jika terkena skabies yang membuat rasa gatal dengan intensitas yang hebat.12

Penyakit ektima ini sering dijumpai pada anak–anak dengan hiegenitas yang

kurang baik sehingga sangat mudah terinfeksi bakteri.13 Ini tergambar dengan

lingkungan masyarakat pesisir yang seringkali terendam air pasang laut dan

terkontaminasi bahan sisa rumah tangga sehingga banyak mengandung bakteri yang

dapat menginfeksi kulit masyrakat disana.12

Selain itu, infeksi jamur dermatofitosis ataupun non dermatofitosis juga banyak

ditemukan. infeksi jamur dermatofitosis tersering yang didapatkan adalah tinea kapitis,

tinea korporis, dan tinea unguium. Sedangkan infeksi jamur non dermatofotosis adalah

kandidiasis dan tinea versikolor. Penyakit kulit karena parasit terbanyak pada

masyarakat pesisir adalah skabies oleh sebab infeksi skabies sering terjadi pada

masyarakat padat penduduk. Hal tersebut membuat penularan kontak langsung skabies

melalu sprei dan kasur lebih mudah terjadi.12

2.4.3. Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan

konsisten diatas 140/90 mmHg. Hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi akibat

arteriole-arteriole berkontriksi yang membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan

tekanan melawan dinding arteri. Tekanan darah ditentukan oleh jumlah darah yang

17
dipompa jantung dan resistensi terhadap aliran darah di arteri.14 Hipertensi dapat

menyebabkan jaringan kolagen fibrosa menggantikan jaringan elastik dari arteria. Hal

ini yang membuat dinding arteri menjadi kurang elastik dan meningkatkan perlawanan

terhadap sirkulasi darah. Semakin sempit pembuluh darah, makin banyak darah yang

dipompa jantung sehingga semakin tinggi tahanan terhadap aliran darah.15

Gaya hidup sering menjadi faktor risiko terhadap kejadian hipertensi pada

seseorang. Gaya hidup modern dengan pola makan dan pola hidup tertentu, cenderung

mengakibatkan terjadinya hipertensi. Gaya hidup yang sering menyebabkan timbulnya

hipertensi adalah konsumsi lemak dan garam yang tinggi, kegemukan atau makan

berlebihan, kurang aktivitas, stres, minum minuman mengandung alkohol dan

merokok.15,16

18
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan pendekatan retrospektif

menggunakan data sekunder yang diambil dari data rekam medik pasien rawat jalan

Puskesmas Karang Panjang Ambon pada tahun 2019.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Karang Panjang Ambon. Pengambilan

data dilakukan pada bulan Oktober tahun 2019

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Seluruh pasien rawat jalan di Puskesmas Karang Panjang Ambon pada tahun

2019.

3.3.2. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode total sampling,

dimana data semua pasien rawat jalan pada tahun 2019 akan dimasukkan sebagai

sampel penelitian dengan jumlah sebanyak 6.181 pasien.

19
3.4. Kriteria Restriksi

3.4.1. Kriteria Inklusi

Semua pasien rawat jalan di Puskesmas Karang Panjang Ambon tahun 2019.

3.4.2. Kriteria Eksklusi

Data tidak lengkap sesuai yang dibutuhkan.

3.5. Kerangka Konsep

Puskesmas Masalah
Karang panjang Kesehatan

Keterangan:

: Variabel bebas

: Variabel terikat

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

20
3.6. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi operasional

No Variabel Definisi operasional Alat Ukur Hasil Ukur

1. Masalah suatu keadaan Diagnosis berdasarkan Diagnosis


Kesehatan ketidaksempurnaan anamnesis, pemeriksaan penyakit
baik secara fisik, fisik, dan penunjang
mental dan sosial serta
tidak bebas dari
penyakit atau
kelemahan yang
seharusnya dapat
diselesaikan atau
dipecahkan
3.7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu

melalui rekam medis pasien rawat jalan di Puskesmas Karang Panjang Ambon tahun

2019.

3.8. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperolehakandiolahdanselanjutnyadianalisisdenganmenggunakan

Microsoft Office Excel. Data kemudian akan dianalisis univariat secara deskriptif

dengan menggambarkan semua variabel penelitian dalam jumlah dan presentase.

Penyajian hasil dan analisis dilakukan dalam bentuk tabel dan grafik.

21
3.9. Alur penelitian

Berikut adalah alur penelitian yang akan dilakukan.

Gambar 3.2. Alur Penelitian

22
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan pendekatan rertrospektif

melalui data sekunder yang diambil dari data rekam medik pasien rawat jalan di

Puskesmas Karang Panjang Ambon.

4.2 Deskripsi Umum Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, populasi sebesar 11.732 merupakan total populasi dari

wilayah kerja PuskesmasKarang Panjang Ambon pada tahun 2019, dengan sampel

yang diambil sebesar 7.120 responden.

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Karakteristik responden

Tabel dibawah ini memperlihatkan karakteristik responden yang meliputi jenis

kelamin responden.

Tabel 4.1 Gambaran karakteristik responden


No. Karakteristik Responden n Persentase (%)
Jenis Kelamin Responden
1. Laki-laki 2820 39,7
2. Perempuan 4300 60,3
TOTAL 7120 100

23
2820, 40%

4300, 60%

Laki-laki Perempuan

Gambar 4.1. Gambaran karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Responden dalam penelitian ini berjumlah 7.120 dan didominasi oleh jenis

kelamin perempuan sebanyak 4300 responden (60%).

4.3.2. Gambaran Masalah Kesehatan pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas

Hutumuri Ambon tahun 2019

Tabel dibawah ini menunjukan gambaran masalah kesehatan pada pasien rawat

jalan di Puskesmas Karang Panjang Ambon tahun 2019

24
Tabel 4.2 Gambaran 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Karang Panjang Ambon tahun 2019
Total
No Jenis penyakit Laki- Persentase
Perempuan L+P
laki
Infeksi akut lain pada saluran pernapasan
637 767 1404 22.7%
1 bagian atas
2 Penyakit pulva dan jaringan periapikal 482 535 1017 16.5%
3 Karies gigi 415 475 890 14.4%
4 Ginggivitis dan penyakit periodental 330 351 681 11.0%
5 Hipertensi 181 473 654 10.6%
Penyakit pada sistem otot dan jaringan
159 348 507 8.2%
6 pengikat
7 Gastritis 96 248 344 5.6%
Penyakit dan kelainan susunan
65 174 239 3.9%
8 saraf/cephalgia
9 Penyakit kulit infeksi 110 113 223 3.6%
10 Diabetes militus 72 150 222 3.6%
TOTAL 2820 4300 7120 100%
Persentase total 39,7 60,3% 100%

1600
1400
1200
1000
800
600
400 Laki-laki
200
Perempuan
0
Jumlah

Gambar 4.2. Diagram 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Karang Panjang Ambon tahun 2019

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa persentase jenis penyakit terbesar

adalah infeksi akut lain pada saluran pernapasan bagian atas yakni sebesar 22,7%.

25
4.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian memperlihatkan dari 7.120 pasien yang dijadikan

sebagai subjek penelitian, didapatkan 2820 orang berjenis kelamin laki-laki dan 4300

orang berjenis kelamin perempuan (tabel 4.1).

Infeksi akut lain pada saluran pernapasan bagian atas merupakan jenis penyakit

terbanyak yang ditemukan (22,7%). Penyakit saluran pernapasan dipengaruhi oleh

kondisi lingkungan pemukiman masyarakat yang saling berdekatan dan juga

kurangnya ventilasi udara yang baik dalam rumah.10

Oleh karena itu, untuk meminimalisir terjadinya penyebaran penyakit saluran

pernapasan yang lebih besar lagi di wilayah permukiman penduduk pesisir, maka harus

dilakukan sosialisasi kepada penduduk mengenai penyakit saluran pernapasan ini dan

cara penyebarannya. Sehingga dengan demikian, penduduk pesisir dapat meningkatkan

kewaspadaan mereka terhadap penyakit tersebut. Jika ada anggota keluarga yang

mengalami batuk berkepanjangan, segera dilakukan pemeriksaan kesehatan. Selain itu,

pola permukiman penduduk yang sangat padat dan berdekatan sebaiknya diubah dan

kualitas rumah tinggal haruslah memenuhi kriteria rumah sehat.9

Jenis penyakit yang berhubungan dengan gigi dan gusi menduduki peringkat

kedua, ketiga dan keempat, dengan rincian penyakit pulva dan jaringan periapikal

(16,5%), karies gigi (14,4%), ginggivitis dan penyakit periodental (11,0%). Hal ini

sesuai dengan situasi pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia dimana terjadi

peningkatan persentase penduduk yang menerima perawatan medis gigi yaitu 29,7%

26
pada tahun 2007 menjadi 31,1% pada tahun 2013, dan terus meningkat pada tahun-

tahun selanjutnya.17

4.5. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah:

1. Tidak didapatinya total pasien yang melakukan kunjungan rawat inap tahun

2019.

27
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran masalah kesehatan pada

masyarakat pesisir di puskesmas Karang Panjang Ambon pada tahun 2019, dapat

diambil kesimpulan bahwa:

1. Terdapat 7.120 orang yang diambil sebagai sampel penelitian, diantaranya

terdapat 2820 laki-laki dan 4300 perempuan.

2. Penyakit terbanyak di masyarakat pesisir di Desa Karang Panjang Kecamatan

Sirimau, Kota Ambon tahun 2019 adalah infeksi akut lain pada saluran

pernafasan bagian atas.

5.2. Saran

Dari penelitian yang kami lakukan, kami memiliki beberapa saran yang mungkin

dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah dapat mengetahui masalah kesehatan apa saja di daerahnya

sehingga dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan setempat untuk

melakukan penanganan ataupun pencegahan bagi masyarakat Desa Karang

Panjang Tahun 2019.

28
2. Bagi Puskesmas dapat mengetahui gambaran masalah kesehatan pada

masyarakat pesisir di Desa Karang Panjang Tahun 2019 sehingga dapat

melakukan penanganan ataupun pencegahan bagi masyarakat.

3. Bagi Masyarakat diharapkan dapat mengetahui masalah kesehatan apa saja

yang dapat dialami dan tindakan apa saja yang dapat dilakukan untuk

mencegah munculnya masalah kesehatan.

4. Bagi Peneliti mendapatkan pengalaman melakukan penelitian terutama di

bidang kesehatan dan mendapatkan informasi terkait masalah kesehatan

yang terjadi pada wilayah Puskesmas Karang Panjang Tahun 2019.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Bappeda 2015, Rencana Struktur Tata Ruang Provinsi Maluku, Pemerintah

Provinsi Maluku, Ambon.

2. Dinas Kesehatan Provinsi Maluku. Profil Kesehatan Prvinsi Maluku Tahun

2014. Ambon: Dinas Kesehatan Provinsi Maluku; 2014.

3. Usman R. Pembaharuan Hukum Lingkungan Nasional.Bandung :PT. Citra

Aditya Bakti; 2003

4. Mangiding JD. Masalah Kesehatan Masyarakat Pesisir. Makassar: Universitas

Hasannudis; 2018. p. 1-7

5. Papilaya MJ, Sondita MFA, Monintja DRO, Nikijuluw V. Status Desa Pesisir

untuk Pengembangan Industri Perikanan Terpadu di Kota Ambon. Buletin PSP.

2012;20:2:1-12.

6. Badan Pusat Statistik. Statistik Indonesia 2009. Jakarta: BadanPusat Statistik;

2010.

7. Badan Pusat Statistik (BPS). Survei demografi dan kesehatanIndonesia–SDKI

2007. Jakarta: Badan Pusat Statistik; 2008.

8. Data Profil dan Sasaran Puskesmas Karang Panjang tahun 2019

9. Priska AW. Pola Permukiman Masyarakat Pesisir dalam Hubungannya

terhadap penyebaran penyakit TB. Makassar: Universitas Hasannudis; 2018. p.

1-14

30
10. Poelongan, Masniari, Komala, Iyep, Noor, Susan M. Bahaya dan Penanganan

Tuberculosis” dalam Lokakarya Nasional Penyakit Zoonasis.Bogor:Balai

Penelitian Veteriner; 2005. p. 207-15

11. Yunus, M. Yusran. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Tb Paru

Di Wilayah Pesisir Kecamatan Tallo Kota Makassar (Wilayah Kerja Puskesmas

Rappokalling)”. Makassar: Universitas Hasanuddin; 2018

12. Syahputra MK.. Penyakit kulit tersering pada masyarakat pesisir pantai di

Kecamatan Pantai Labu Desa Rugemuk. Medan: Universitas Sumatera Utara;

2014

13. Habif TP. Clinical Dermatology. British: Elsevier; 2010. p. 509.

14. Rahma NF. Gambaran gaya hidup penderita hipertensi pada masyarakat pesisir.

Semarang: Universitas Diponegoro; 2017.

15. Litin S C. Mayo Clinic A to Z Health Guide: Everything You Need to

KnowAbout Signs, Symptoms, Diagnosis, Treatment and Prevention.

Rochester; 2015

16. Lany G. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Kanisius; 2001.

17. Infodatin. Situasi kesehatan gigi dan mulut. Jakarta: Pusat Data dan Informasi

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.

31

Anda mungkin juga menyukai