SELULITIS
Malyanti Masrin (2017-84-026)
Pendahuluan
Selulitis merupakan suatu infeksi pada dermis dan subkutan yang sering
disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau Streptococcus hemolytic-β [terutama
group A Streptococcus (GAS)], dengan manifestasi klinis berupa eritema, nyeri,
edema, teraba keras dan tegas. Eritema pada selulitis dapat menyebar dengan
cepat. Gejala sistemik yang berhubungan dengan selulitis yaitu malaise, demam,
dan menggigil. Faktor risiko terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan
kulit), luka terbuka di kulit, atau gangguan pada pembuluh vena maupun
pembuluh limfe.1
1
akut maupun kronis, luka traumatik (abrasi, laserasi, dan gigitan hewan), luka
akibat prosedur embedahan, kateter intradermal atau perkutaneus.1,2
2
Penatalaksanaan selulitis meliputi istirahat, tungkai bawah dan kaki yang
mengalami selulitis ditinggikan (elevasi), sedikit lebih tinggi daripada letak
jantung. Pengobatan sistemik ialah pemberian antibiotik, dan secara topikal
diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik.4 Pemberian terapi antibiotic
pada selulitis ringan dapat diberikan secara oral berupa Penisillin VK atau
Sefalosporin atau Dikloksasilin atau Klindamisin. Pada selulitis sedang dapat
diberikan secara intravena Penisillin atau Ceftriakson atau Cefazolin atau
Klindamisin. Pada selulitis berat dapat diberikan secara sistemik Vankomisin
dikombinasikan dengan Piperasillin/Tazobaktam. Jangka waktu pemberian
antibiotik yang disarankan pada terapi selulitis yaitu 5 hari, namun terapi dapat
diperpanjang jika infeksi tidak membaik. Secara umum, jangka waktu pengobatan
untuk selulitis berkisar antara 5 hingga 10 hari. Pasien dengan imunosupresi
mungkin memerlukan waktu 7 hingga 14 hari.2,5
Kasus
Seorang wanita 48 tahun dikonsulkan dari ruangan interna wanita ke klinik kulit-
kelamin RSUD Dr. M. Haulussy Ambon pada tanggal 5 maret 2018. (NO RM: 92
51 20) dengan keluhan utama nyeri pada tungkai bawah kanan.
Autoanamnesis
Keluhan ini dialami pasien sejak ± 1 minggu yang lalu, nyeri yang dirasakan
terus menerus sepanjang hari dan sangat mengganggu pasien. Keluhan ini juga
disertai dengan bengkak dan kemerahan pada tungkai bawah kanan. Awalnya
3
pasien mengalami bengkak pada seluruh tubuh sejak ± 3 bulan yang lalu akibat
penyakit jantung yang dideritanya dan pada tanggal 25 Februari 2018 pasien di
rawat inap di RSUD Dr. M Haulussy Ambon akibat bengkak pada seluruh tubuh
dan sesak napas. Selama dirawat keluhan bengkak pada seluruh tubuh dan sesak
napas sudah berkurang namun muncul luka lecet pada mata kaki kanan pasien
akibat posisi tidur yang terlalu sering pada sisi kanan. Beberapa hari kemudian
tungkai bawah kanan tersebut mulai bengkak, kemerahan dan disertai nyeri,
sehingga pasien di konsulkan ke dokter ahli kulit-kelamin. Keluhan demam dan
menggigil disangkal pasien.
Riwayat penyakit dahulu: Keluhan yang sama tidak ada, Penyakit jantung dan
Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 yang lama, Hipertensi tidak ada.
Riwayat Penyakit keluarga: Keluhan yang sama tidak ada, Diabetes Melitus
(DM)Tipe 2 (ibu kandung).
Riwayat pengobatan : Sering kontrol ke dokter untuk terapi penyakit jantung dan
DM tipe 2.
Riwayat kebiasaan: Sering tidur pada sisi sebelah kanan.
Pemeriksaan fisik
Status generalis
Keadaan umum : Kesadaran kompos mentis, kesan gizi lebih, TD:
110/60 mmHg, Nadi: 96x/m, RR: 24x/m, Suhu 36,8ºC
Kepala : Normochepali, konjungtiva anemis (+), sklera ikterik
(-).
Mulut : sianosis (-), T1/T1 tenang
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)
Toraks : Jantung: Hipertrofi ventrikel sinistra. Paru: Dalam
batas normal.
Aksila : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Inguinal : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Genitalia : tidak diperiksa
4
Ekstremitas atas : lihat status dermatologi
Ekstremitas bawah : lihat status dermatologi
Status dermatologi
Lokasi : Regio Cruris dextra
Ukuran : Plakat
Efloresensi : Edema, eritema difus, ulkus.
Palpasi : Nyeri, teraba hangat dan keras, pitting edema (-).
Gambar 1. Selulitis pada extremitas inferior dextra. Tampak edema, eritema dengan batas tidak
jelas.
5
Resume
Seorang wanita 48 tahun dikonsulkan dari ruangan interna wanita ke klinik kulit-
kelamin RSUD Dr. M. Haulussy Ambon pada tanggal 5 maret 2018 dengan
keluhan utama nyeri pada tungkai bawah kanan sejak ± 1 minggu yang lalu.
Nyeri yang dirasakan terus menerus sepanjang hari dan sangat mengganggu
pasien. Keluhan ini juga disertai dengan bengkak dan kemerahan pada tungkai
bawah kanan. Awalnya selama dirawat muncul luka lecet pada tumit kaki kanan
pasien akibat posisi tidur yang terlalu sering pada sisi kanan. Beberapa hari
kemudian tungkai bawah kanan tersebut mulai bengkak, kemerahan dan disertai
nyeri, sehingga pasien di konsulkan ke dokter ahli kulit-kelamin. Keluhan demam
dan menggigil disangkal pasien. Riwayat penyakit dahulu: penyakit jantung dan
DM tipe 2. Pemeriksaan fisik ditemukan hipertrofi ventrikel sinistra. Pemeriksaan
dermatologis pada regio cruris dextra ditemukan edema, eritema, ulkus, pus dan
palpasi ditemukan nyeri, teraba hangat dan keras.
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium: Hasil pemeriksaan tanggal 25 Februari 2018.
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hematology Rutin
Jumlah Eritrosit 3.92 106 / mm3 3.5 – 5.5
Hemoglobin 10.2 g/dl 14,0 – 18.0
Hematrokit 30.6 % 40 – 52
MCV 78 µm3 80-100
MCH 26.8 Pg 27 – 32
MCHC 34.3 g / dL 32 – 36
RDW 17.5 % 11 – 16
Jumlah Trombosit 189 103 / mm3 150 – 400
MPV 8.3 µm3 6 – 11
PCT 0.158 % 0.150 – 0.500
PDW 14.0 % 11 – 18
Jumlah Leukosit 13.8 103 / mm3 5.0 – 10.0
Hitung Jenis
Neutrofil - % 50 – 70
Limfosit 7.5 % 20 – 40
Monosit - % 2–8
Eosinofil 0.5 % 1–3
Basofil 0.7 % 0–1
6
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Faal Ginjal
Ureum 72 mg/dl 10 – 50
Kreatinin 1.3 mg/dl 0.7– 1.2
Gula Darah
GDS 81 mg/dl <200
Protein Darah
Albumin 2.6 mg / dl 3.5 – 5.0
Serologis
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif
Anti HCV Non Reaktif Non Reaktif
Tes Anti HIV Non Reaktif Non Reaktif
Diagnosis banding
1. Selulitis
2. Deep Vein Thrombosis (DVT)
Penatalaksanaan
Terapi dari bagian kulit:
- Inj. Ceftriaxone 2 gram/24 jam (hari ke-9)
- Inj. Ketorolac 30 mg/12 jam/hari
- Kompres Nacl 0.9% selama satu jam (2 kali sehari)
- Elevasi tungkai bawah kanan 30º
Terapi dari bagian penyakit dalam:
(Diagnosis: Congestif Heart Failure (CHF) NYHA IV, DM Tipe 2,
Hipoalbuminemia)
- Furosemid 1 x 40 mg tablet/PO/24 jam
- Spironolakton 1 x 25 mg tablet/PO/24 jam
- KSR 3 x 1 tablet/PO/24 jam.
- Ranitidin 2 x 150 mg/PO/24 jam
- Vip albumin 3 x 1 tablet/24 jam.
- Ambroxole 3 x 1 tablet/24 jam
- Ezelin 1 x 6 unit secara subcutan.
7
Anjuran:
- Bed rest total
- Menjaga kebersihan kulit.
- Makan makanan yang sehat dan dan bergizi (sesuai diet DM).
- Kontrol glukosa darah.
Pengamatan Selanjutnya
Tanggal 6 Maret 2018 (Hari perawatan ke-10)
Keluhan : Nyeri berkurang, bengkak (+), demam (-).
Status dermatologis
Lokasi : Regio cruris dextra
Efloresensi : Edema, eritemadifus, ulkus.
Ukuran : Plakat
Palpasi : Nyeri, teraba hangat dan keras.
Terapi dari bagian kulit
- Inj. Ceftriaxone 2 gram/24 jam (hari ke 10)
- Inj. Ketorolac 30 mg/12 jam/hari
- Kompres Nacl 0.9% selama satu jam (2 kali sehari)
- Elevasi tungkai bawah kanan 30º
8
Pengamatan Selanjutnya
Tanggal 7 Maret 2018 (Hari perawatan ke-11)
Keluhan : Nyeri dan bengkak berkurang, demam (-).
Status dermatologis
Lokasi : Regio cruris dextra
Efloresensi : Edema, eritemadifus, ulkus.
Ukuran : Plakat
Palpasi : Nyeri, teraba hangat dan keras.
Terapi dari bagian kulit
- Inj. Ceftriaxone 2 gram/24 jam (hari ke 11)
- Inj. Ketorolac 30 mg/12 jam/hari
- Kompres Nacl 0.9% selama satu jam (2 kali sehari)
- Elevasi tungkai bawah kanan 30º
Pengamatan Selanjutnya
Tanggal 8 Maret 2018 (Hari perawatan ke-12)
Keluhan : Nyeri dan bengkak berkurang, demam (-).
Status dermatologis
Lokasi : Regio cruris dextra
Efloresensi : Edema, eritema difus, ulkus.
Ukuran : Plakat
Palpasi : Nyeri, teraba hangat dan keras.
Terapi dari bagian kulit
- Inj. Ceftriaxone 2 gram/24 jam Pemberian dihentikan.
9
- Inj. Ketorolac 30 mg/12 jam/hari
- Kompres Nacl 0.9% selama satu jam (2 kali sehari)
- Elevasi tungkai bawah kanan 30º
Pengamatan Selanjutnya
Tanggal 9 Maret 2018 (Hari perawatan ke-13)
Keluhan : Nyeri (-) dan bengkak berkurang, demam (-).
Status dermatologis
Lokasi : Regio cruris dextra
Efloresensi : Edema, eritema difus, ulkus.
Ukuran : Plakat
Palpasi : Nyeri ringan dan keras.
Pada tanggal 09 Maret 2018 terapi bagian kulit dihentikan karena kondisi pasien
sudah membaik dan pasien dipulangkan.
10
Pembahasan
11
selulitis berupa edema, eritema yang berbatas tidak tegas, nyeri tekan lokal,
hangat pada perabaan yang merupakan tanda-tanda inflamasi akut pada selulitis.1
Pada kasus ini didiagnosis banding dengan Deep Vein Thrombosis (DVT)
karena gejala klinis pada kasus ini mirip dengan gejala klinis DVT. Berdasarkan
kepustakaan gejala klinis DVT yaitu nyeri, pembengkakan, dan perubahan warna
12
kulit.10 Diagnosis banding selulitis dengan Deep Vein Thrombosis (DVT) dapat
disingkirkan karena pada DVT nyeri yang akan berkurang jika penderita
berbaring, terutama jika posisi tungkai ditinggikan dan jika terjadi trombosis vena
di daerah betis dan paha, nyeri di daerah tersebut bisa menjalar ke bagian medial
dan anterior paha.10 Pada kasus ini nyeri terus menerus meskipun penderita
berbaring maupun posisi tungkai ditinggikan dan tidak ada penjalaran nyeri ke
bagian medial dan anterior paha. Perubahan warna pada DVT selain berwarna
kemerahan, dapat juga berubah menjadi pucat dan kadang-kadang berwarna ungu
serta dingin pada perabaan.10 Berbeda dengan kasus ini tidak ditemukan
perubahan warna pucat hingga keunguan dan teraba hangat pada perabaan. Gold
standard diagnosis DVT adalah contrast venography. Meskipun cara ini sangat
akurat tetapi memerlukan fasilitas radiologi, bersifat invasif dan tidak nyaman
bagi pasien. Pemeriksaan laboratorium kadar D-dimer dan antirombin (AT)
dapat dilakukan namun tidak spesifik mendiagnosa DVT.10,11
13
dibutuhkan dalam sintesis prostaglandin. Prostaglandin merupakan mediator nyeri
pada inflamasi.12
Prognosis pada pasien ini untuk quo ad vitam, quo ad fungsional , quo ad
sanationam, dan quo ad kosmetikam adalah dubia ad bonam. Menurut
kepustakaan, tidak didapatkan komplikasi pada kasus selulitis menunjukkan
bahwa diagnosis dan terapi kasus selulitis tepat. Hal ini menunjukkan prognosis
baik pada kasus selulitis jika dilakukan tatalaksana yang tepat.14
RINGKASAN
Telah dilaporkan sebuah kasus selulitis pada seorang perempuan berusia
48 tahun dengan keluhan utama nyeri pada tungkai bawah kanan. Pasien ini
merupakan pasien rawat inap dengan diagnosis CHF NYHA IV, DM Tipe 2,
Hipoalbuminemia.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik ditemukan edema, eritema dengan
batas tidak jelas, nyeri tekan dan teraba hangat pada tungkai bawah kanan.
Pemeriksaan laboratorium ditemukan leukositosis.
Terapi dari bagian kulit yang diberikan adalah Ceftriaxone 2 gram/24
jam dan Ketorolac 30 mg/12 jam/hari secara intravena, kompres Nacl 0.9%
selama satu jam (2 kali sehari),dan elevasi tungkai bawah kanan 30º. Terapi dari
bagian penyakit dalam adalah Furosemid 1 x 40 mg tablet/PO/24 jam,
Spironolakton 1 x 25 mg tablet/PO/24 jam, KSR 3 x 1 tablet/PO/24 jam, Ranitidin
2 x 150 mg/PO/24 jam, Vip albumin 3 x 1 tablet/24 jam., Ambroxole 3 x 1
tablet/24 jam, Ezelin 1 x 6 unit secara subcutan. Selama dirawat dan dirapi selama
13 hari, terdapat perbaikan dari kondisi pasien.
Prognosis pada pasien ini untuk quo ad vitam, quo ad fungsional , quo ad
sanationam, dan quo ad kosmetikam adalah dubia ad bonam.
14
Daftar Pustaka
1. Lipworth AD, Saavedra AP, Weinberg AN, Johnson RA. Non necrotizing
infections of the dermis and dubcutaneous fat: cellulitis and erysipelas. In:
Goldsmith LA, Katz SI, Gilcherst BA, Paller AS, Lefell DJ, Wolff K.
Fitzpatrick’s dermatology in general medicine, Vol.1, 08th ed. USA: The
McGraw-Hill Companies; 2012. p 3072, 3074-5.
2. Raff AB, Kroshinky D. Cellulitis a review. Jama. 2016;316(3):325-6, 330.
3. GoettschWG, Bouwes Bavinck JN, Herings RMC. Burden of illness of
bacterial cellulitis and erysipelas of the leg in the Netherlands. J Eur Acad
Dermatol Venereol. 2006;20(7):836.
4. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, Ed.6.
Jakarta: Badan Penerbit FK UI;2010. h.61
5. Stevens DL, Binso AL, Chambers HF, Dellinger EP, Golstein EJC, Gorbach
SL, et al. Practice Guidelines for the diagnosis and management of skin and
soft tissue infections. J IDSA. 2014;59:2,23.
6. Novarina RM, Sawitri. Profil pasien erysipelas dan selulitis. BIKKK.
2015;27(1):37.
7. Concheiro J, Loureiro M, Gonzales-Vilas D, Garcia-Gavin J, Sanchez
Aguilas D, Toribio J. Erysipelas and ellulitis: a retrospective study of 122
cases. Actas Dermosifiliogr. 2009;100:889.
8. Gangawane AK. Bhatt B, Sunmeet M. Skin infection in diabetes: a review. J
Diabetes Metab. 2016;7(2):1-2.
9. Atmadja AS, Kusuma R, Dinata F. Pemeriksaan laboratorium untuk
membedakan infeksi bakteri dan infeksi virus. J CKD. 2016;43(6):457-8.
10. Jayanegara AP. Diagnosis dan tatalaksana deep vein thrombosis. IDI.
2016;43(9): 652-4.
11. Adnyana IWL, Suega K, Bakta IM. Trombosis Vena Dalam. J FK Udayana.
2013:4.
12. Gunawan SG, Nafrialdi RS, Elysabeth. Farmakologi dan terapi, Ed. 5.
Jakarta: Badan Penerbit FK UI;2007. h.244,686.
13. Theodorus. Penuntun praktis peresepan obat. Jakarta:EGC;2016. h. 250-1.
15
14. Rositawati A, Sawitri. Studi Retrospektif: Profil Pasien Erisipelas dan
Selulitis. J BIKK. 2016;28(2):66.
16