INTEGUMEN (SELULITIS)
Disusun Oleh:
2. EPIDEMIOLOGI SELULITIS
Frekuensi terjadinya selulitis berdasarkan umur biasanya terdapat pada anak-
anak dan orang tua, tidak ada perbedaan ras dan jenis kelamin (pria dan wanita
sama). Pada anak-anak kebanyakan terjadi pada usia dibawah 3 tahun dan usia
dekade keempat dan kelima. Insiden pada anak laki-laki lebih besar daripada anak
perempuan dalam beberapa studi epidemiologi. Insides selulitis ekstremitas masih
menduduki peringkat pertama. Terjadi peningkatan resiko selulitis sering
meningkatnya usia tetapi tidak ada hubungan dengan jenis kelamin.
3. PATHOPHYSIOLOGY
Patofisiologi menurut Isselbacher (1999; 634) yaitu:
Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada
permukaaan kulit atau menimbulkan peradangan, penyakit infeksi sering terjangkit
pada orang gemuk, rendah gizi, kejemuan atau orang tua pikun dan pada orang
kencing manis yang pengobatannya tidak adekuat. Gambaran klinis eritema lokal
pada kulit dan sistem vena dan limfatik pada kedua ektrimitas atas dan bawah. Pada
pemeriksaan ditemukan kemerahan yang karakteristiknya hangat, nyeri tekan,
demam, dan bakterimia. Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan
oleh streptokokus grupA, streptokokus lain atau staphilokokus aureus, kecuali jika
luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi mikrobial yang pasti sulit
ditentukan, untuk absses lokal atau yang mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus
atau bahan yang diaspirasi . Meskipun etiologi abses ini biasanya adalah
staphilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran bakteri aerob dan
anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus menunjukkan
adanya organisme campuran.
4. FAKTOR RESIKO
a. Gigitan dan sengatan serangga, gigitan hewan, gigitan manusia.
b. Luka dikulit.
c. Riwayat penyakit pembuluh darah perifer, dan diabetes.
d. Baru menjalani prosedur jantung, paru-paru atau gigi.
e. Pemakaian obat imunosupresan atau kortikosteroid.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaanlaboratorium
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
B. Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi kulit, gangguan integritas kulit, iskemik jaringan.
2. Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
3. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu
anggota tubuh.
C. Rencana Keperawatan
1. Dx. 1 : Nyeri berhubungan dengan iritasi kulit, gangguan integritas kulit, iskemik
jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri akut
teratasi/terkontrol
Kriteria Hasil :
a. Klien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang.
b. Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .
c. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau
mengurangi nyeri .
d. Pergerakan penderita bertambah luas.
e. Tidak ada keringat dingin,
f. tanda vital dalam batas normal.
S: 36-37,5 0C
N: 60 80 x /menit
T : 100-130 mmHg
RR : 18-20 x/menit.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi
1. Untuk mengetahui berapa berat
nyeri yang dialami pasien. nyeri yang dialami pasien.
2. Jelaskan pada pasien tentang sebab-
sebab timbulnya nyeri. 2. Pemahaman pasien tentang
penyebab nyeri yang terjadi akan
mengurangi ketegangan pasien dan
memudahkan pasien untuk diajak
bekerjasama dalam melakukan
3. Ciptakan lingkungan yang tenang. tindakan.
3. Rangsangan yang berlebihan dari
4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi. lingkungan akan memperberat rasa
nyeri.
5. Atur posisi pasien senyaman
4. Teknik distraksi dan relaksasi dapat
mungkin sesuai keinginan pasien. mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
pasien.
6. Lakukan massage dan perawatan
5. Posisi yang nyaman akan membantu
luka dengan teknik aseptic saat rawat memberikan kesempatan pada otot
luka. untuk relaksasi seoptimal mungkin.
6. Massage dapat meningkatkan
vaskulerisasi dan pengeluaran pus
7. Kolaborasi dengan dokter untuk sedangkan perawatan luka dengan
pemberian analgesic teknik aseptic dapat mempercepat
penyembuhan
7. Obat obat analgesik dapat
membantu mengurangi nyeri pasien.
D. Pelaksanaan keperawatan
Pelaksanaan atau keperawatan adalah pemberian tindakan keperawatan yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan rencana tindakan yang telah disusun setiap
tindakan keperawatan yang dilakukan dan dicatat dalam pencatatan keperawatan agar
tindakan keperawatan terhadap klien berlanjut. Prinsip dalam melaksanakan tindakan
keperawatan yaitu cara pendekatan pada klien efektik, tehnik komunikasi terapeutik
serta penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan kepada klien. Dalam melakukan
tindakan keperawatan menggunakan tiga tahap yaitu independent, dependent,
interdependent. Tindakan keperawatan secara independent adalah suatu tindakan yang
telah dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintahdokter atau tenaga kesehatan
lainnya, dependent adalah tindakan yang sehubungan dengan pelaksanaan rencana
tindakan medis, dan interdependent adalah tindakan keperawatan yang menjelaskan
suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya,
misalnya tenaga sosial, ahli gizi dan dokter, keterampilan yang harus perawat punya
dalam melakukan tindakan keperawatan yaitu kognitif, dan sikap psikomotor.
E. Evaluasi keperawatan
KESIMPULAN
Selulitis adalah infeksi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri stpilokokus
aureus, streptokokus grup A dan streptokokus piogenes. Frekuensi terjadinya selulitis
berdasarkan umur biasanya terdapat pada anak-anak dan orang tua, tidak ada
perbedaan ras dan jenis kelamin (pria dan wanita sama). Selulitis yang tidak
berkomplikasi paling sering disebabkan oleh streptokokus grupA, streptokokus lain atau
staphilokokus aureus, kecuali jika luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi
mikrobial yang pasti sulit ditentukan, untuk absses lokal atau yang mempunyai gejala
sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi.
Sedangkan faktor resiko selulitis meliputi gigitan dan sengatan serangga, gigitan
hewan, gigitan manusia, luka dikulit, riwayat penyakit pembuluh darah perifer, dan
diabetes, baru menjalani prosedur jantung, paru-paru atau gigi, pemakaian obat
imunosupresan atau kortikosteroid.
Dalam hal ini manifestasi klinis selulitis juga perlu untuk diketahui oleh para
pembaca. Menurut Mansjoer (2000:82) manifestasi klinis selulitis adalah kerusakan
kronik pada kulit sistem vena dan limfatik pada kedua ekstrimitas, kelainan kulit berupa
infiltrat difusi subkutan, eritema lokal, nyeri yang cepat menyebar dan infitratif ke
jaringan dibawahnya, bengkak, merah dan hangat, nyeri tekan, supurasi dan leukositosis.
Untuk mengetahui adanya tanda penyakit selulitis pada pasien diperlukan
adanya pemeriksaan. Pemeriksaan diagnostik selulitis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan klinis. Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
pencitraan sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan pada sebagian besar pasien dengan
selulitis.
Tindakan penanganan medis pada pasien yang menderita selulitis diperlukan
terapi. Terapi yang terutama diberikan adalah pemberian antibiotik golongan penisilin
atau sefalosporin generasi pertama. Jika pada pasien selulitis telah terjadi supurasi, maka
dilakukan insisi atau drainase. Selain penanganan medis asuhan keperawatan juga perlu
dilakukan yang meliputi, pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi
sesuai kasus yang dialami oleh pasien.
DAFTAR PUSTAKA