DI RUANGAN GARUDA
RS.ANUTAPURA PALU
DI SUSUN OLEH :
PO7120319054
C. Etiologi
Selulitis disebabkan oleh organisme yang beragam, paling sering
disebabkan oleh Streptococcus aureus dan Streptococcus pyogenes. Organisme
penyebab selulitis yang lain seperti golongan batang Gram negatif dan bersifat
aerob (Enterobacteriaceae, Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter), golongan
anaerob (Bacteroides, Peptococcus), H. influenza, Pneumococcus, E.colli,
Aeromonas hydrophila, Erysipelothrix rhusio-pathiae, Vibro vulnificus
manakala bakteri tersebut masuk melalui kulit yang bercelah terutama
celah antara selaput jari kaki, pergelangan kaki, dan tumit, kulit terbuka, bekas sayatan
pembedahan (lymphadenectomy, mastectomy, postvenectomy). Walaupun selulitis dapat
terjadi di kulit bagian manapun, lokasi paling sering terjadi adalah di kaki, khususnya di kulit
daerah tulang kering dan punggung kaki. Pada anak-anak usia di bawah 6 tahun, bakteri
Hemophilus influenzae dapat menyebabkan selulitis, khususnya di daerah wajah dan
lengan.
Rosfanty, (2009) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang memperparah resiko
dari perkembangan selulitis, antara lain :
1. Usia
Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah berkurang
pada bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi mengalami infeksi seperti
selulitis pada bagian yang sirkulasi darahnya memprihatinka.
2. Melemahnya sistem immun (Immunodeficiency)
Dengan sistem immune yang melemah maka semakin mempermudah terjadinya infeksi.
Contoh pada penderita leukemia lymphotik kronis dan infeksi HIV. Penggunaan obat
pelemah immun (bagi orang yang baru transplantasi organ) juga mempermudah infeksi.
3. Diabetes mellitus
Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga mengurangi sistem immun
tubuh dan menambah resiko terinfeksi. Diabetes mengurangi sirkulasi darah pada
ekstremitas bawah dan potensial membuat luka pada kaki dan menjadi jalan masuk
bagi bakteri penginfeksi.
4. Cacar dan ruam saraf
Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk bakteri
penginfeksi.
5. Pembangkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema)
Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi bakteri
penginfeksi.
6. Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki
Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehingga menambah resiko bakteri
penginfeksi masuk
7. Penggunaan steroid kronik
Contohnya penggunaan corticosteroid.
8. Gigitan & sengat serangga, hewan, atau gigitan manusia
9. Penyalahgunaan obat dan alkohol
Mengurangi sistem immun sehingga mempermudah bakteri penginfeksi berkembang.
10. Malnutrisi
Sedangkan lingkungan tropis, panas, banyak debu dan kotoran, mempermudah
timbulnya penyakit inI
. penyebab lain
1) gigitan binatang, serangga, atau bahkan gigitan manusia
2) kulit kering
3) eksim
4) kulit yang terbakar atau melepuh
5) diabetes
6) obesitas atau kegemukan
7) pembengkakan kronis pada kaki
8) penyalahgunaan obat-obat terlarang
9) menurunnya daya tahan tubuh
10) cacar air
11) malnutrisi
12) gagal ginjal
D.Klasifikasi
Menurut Mansjoer (2000), selulitis dapat digolongkan menjadi:
a. Selulitis sirkumsripta serous akut
Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia
fasial, yang tidak jelas batasnya. Infeksi bakteri mengandung serous,
konsistensinya sangat lunak dan spongius. Penamaannya berdasarkan ruang
anatomi atau spasia yang terlibat.
b. Selulitis sirkumsripta supuratif akut
Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumsripta serous akut, hanya
infeksi bakteri tersebut juga mengandung suppurasi yang purulen.
Penamaan berdasarkan spasia yang dikenainya. Jika terbentuk eksudat yang
purulen, mengindikasikan tubuh bertendesi membatasi penyebaran infeksi
dan mekanisme resistensi lokal tubuh dalam mengontrol infeksi.
c. Selulitis difus akut Pada selulitis ini yang paling sering dijumpai adalah
Phlegmone / Angina Ludwig’s
E.Patofisiologi Selulitis
Kejadian selulitis terjadi akibat adanya bakteri patogen yang menembus
lapisan luar sehingga menimbulkan infeksi pada permukaan kulit atau
menimbulkan peradangan. Penyakit selulitis ini sering menyerang orang gemuk,
rendah gizi, kejemuan atau orang tua pikun dan pada penderita diabetes mellitus
yang pengobatannya tidak adekuat. Setlah menembus bagian luar lapisan kulit,
infeksi tersebut akan menyebar ke jaringan dan menghancurkannya.
Hyaluronidase memecah substansi polisakarida, fibrinolysin mencerna barrier
fibrin, dan lecithinase menghancurkan membran sel (Fitzparick, 2018).
4. Pemeriksaan Fisik :
Kepala: Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak
Mata: Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+)
Hidung: Tidak ada pernafasan cuping
Mulut: Kebersihan, tidak pucat
Telinga: Tidak ada serumen
Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar
Jantung: Denyut jantung meningkat
Ekstremitas: Adakah luka pada ekstremitas
Integumen : Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang
terasa di suatu daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi
menjadi panas dan bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk
yang mengelupas (peau d’orange). Pada kulit yang terinfeksi bisa
ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar
berisi cairan (bula), yang bisa pecah.
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan selulitis adalah insisi dan drainase pada keadaan yang
terdapat abses. Pemberian antibiotic intravena seperti oksasilin atau
nafsilin,obat oral dapat atau tidak digunakan. Infeksi bakteri ringan
dapat diobati dengan penggunaan obat oral seperti analgesic,
antipiretik. Perubahan posisi, imobilisasi ekstremitas, dan kompres.
6. Pemeriksaan penunjang
1.Pemeriksaan darah, menunjukan peningkatan jumlah sel darah putih,
eosinophil dan peningkatan laju sedimentasi eritrosit
2.Pewarnaan gram dan kultur pus atau bahan yang diaspirasi,
menunjukan adanya organisme campuran
Daftar Pustaka
1.Chlebicki MP, Oh CC. Recurrent cellulitis: risk factors, etiology, pathogenesis andtreatment. Curr
Infect Dis Rep. 2014;16(9):422-30
2.Dppppni. 2016. Sdki. Jakarta : dppppni
3.Dppppni. 2017. Siki. Jakarta : dppppni
4.Dppppni. 2017. Slki. Jakarta : dppppni
5.Lipworth AD, Saavedra AP, Weinberg AN and Johnson RA. Non-Necrotizing
Infection of the Dermis and Subcutaneous Fat: Cellulitis and Erysipelas.
Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. 8th ed. USA: McGraw-Hill.2012. p.2160-9
6.Pulia MS, Calderone MR, Meister JR, Santistevan J, May L. Update on
management of skin and soft tissue infections
in the emergency department. Curr
Infect Dis Rep. 2014;16(9):418.
7.Isselbacher, Kurt Harrison.(2009): Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam:
(Harrison's Principles of Internal Medicine); Volume 1 .penerbit buku
kedokteran Jakarta
8.Mansjoer, A (2000). Kapita
Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius.