Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN SELULITIS

DI RUANGAN GARUDA

RS.ANUTAPURA PALU

DI SUSUN OLEH :

MOH AKBAR DEDI K

PO7120319054

CI KLINIK PEMBIMBING INSTITUSI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

PRODI DIV KEPERAWATAN PALU

TAHUN AJARAN 2020/2021


A.Definisi
Selulitis adalah peradangan akut dan meluas dari dermis dan jaringan
subkutan yang berkaitan. Selulitis mempunyai angka morbiditas yang tinggi dan
biaya perawatan medis yang besar. Selulitis paling sering mengenai ekstremitas
bawah. Faktor risiko yang mengakibatkan terjadinya selulitis adalah trauma
(laserasi, luka bakar, abrasi, luka remuk, fraktur terbuka), penggunaan obat
-obatan intravena, gigitan binatang atau manusia, riwayat infeksi selulitis oleh
Streptococcus, tinea pedis, masektomi radikal dengan diseksi kelenjar limfe
aksilaris, graft yang diambil dari vena Saphena magna.

B.Tanda dan gejala


Gejala klinis selulitis berupa eritema dengan batas yang tidak tegas dan
cepat meluas, nyeri, edema atau bengkak yang teraba hangat dan kencang (jarang
namun bisa terjadi fluktuasi). Pada beberapa kasus selulitis dapat terjadi
pembentukan bula ataupun nekrosis pada jaringan epidermis, menyebabkan
erosi superfisial pada epidermis dan tampak sloughing. Gejala sistemik seperti
demam, menggigil dan malaise bervariasi. Hanya sekitar 66% ditemukan
infeksi. Erisipelas juga merupakan bagian dari infeksi kulit dan jaringan lunak,
walaupun banyak mempunyai kesamaan klinis dengan selulitis namun
mempunyai gambaran eritema yang berbatas tegas dengan warna merah terang
yang klasik dengan permukaan menyerupai gambaran peau d’orange. Hal ini
disebabkan keterlibatan jaringan yang lebih superfisial dan batas antara kulit
normal dan sakit yang lebih jelas.

C. Etiologi
Selulitis disebabkan oleh organisme yang beragam, paling sering
disebabkan oleh Streptococcus aureus dan Streptococcus pyogenes. Organisme
penyebab selulitis yang lain seperti golongan batang Gram negatif dan bersifat
aerob (Enterobacteriaceae, Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter), golongan
anaerob (Bacteroides, Peptococcus), H. influenza, Pneumococcus, E.colli,
Aeromonas hydrophila, Erysipelothrix rhusio-pathiae, Vibro vulnificus
manakala bakteri tersebut masuk melalui kulit yang bercelah terutama
celah antara selaput jari kaki, pergelangan kaki, dan tumit, kulit terbuka, bekas sayatan
pembedahan (lymphadenectomy, mastectomy, postvenectomy). Walaupun selulitis dapat
terjadi di kulit bagian manapun, lokasi paling sering terjadi adalah di kaki, khususnya di kulit
daerah tulang kering dan punggung kaki. Pada anak-anak usia di bawah 6 tahun, bakteri
Hemophilus influenzae dapat menyebabkan selulitis, khususnya di daerah wajah dan
lengan.
Rosfanty, (2009) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang memperparah resiko
dari perkembangan selulitis, antara lain :
1. Usia
Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah berkurang
pada bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi mengalami infeksi seperti
selulitis pada bagian yang sirkulasi darahnya memprihatinka.
2. Melemahnya sistem immun (Immunodeficiency)
Dengan sistem immune yang melemah maka semakin mempermudah terjadinya infeksi.
Contoh pada penderita leukemia lymphotik kronis dan infeksi HIV. Penggunaan obat
pelemah immun (bagi orang yang baru transplantasi organ) juga mempermudah infeksi.

3. Diabetes mellitus
Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga mengurangi sistem immun
tubuh dan menambah resiko terinfeksi. Diabetes mengurangi sirkulasi darah pada
ekstremitas bawah dan potensial membuat luka pada kaki dan menjadi jalan masuk
bagi bakteri penginfeksi.
4. Cacar dan ruam saraf
Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk bakteri
penginfeksi.
5. Pembangkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema)
Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi bakteri
penginfeksi.
6. Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki
Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehingga menambah resiko bakteri
penginfeksi masuk
7. Penggunaan steroid kronik
Contohnya penggunaan corticosteroid.
8. Gigitan & sengat serangga, hewan, atau gigitan manusia
9. Penyalahgunaan obat dan alkohol
Mengurangi sistem immun sehingga mempermudah bakteri penginfeksi berkembang.
10. Malnutrisi
Sedangkan lingkungan tropis, panas, banyak debu dan kotoran, mempermudah
timbulnya penyakit inI

. penyebab lain
1) gigitan binatang, serangga, atau bahkan gigitan manusia
2) kulit kering
3) eksim
4) kulit yang terbakar atau melepuh
5) diabetes
6) obesitas atau kegemukan
7) pembengkakan kronis pada kaki
8) penyalahgunaan obat-obat terlarang
9) menurunnya daya tahan tubuh
10) cacar air
11) malnutrisi
12) gagal ginjal
D.Klasifikasi
Menurut Mansjoer (2000), selulitis dapat digolongkan menjadi:
a. Selulitis sirkumsripta serous akut
Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia
fasial, yang tidak jelas batasnya. Infeksi bakteri mengandung serous,
konsistensinya sangat lunak dan spongius. Penamaannya berdasarkan ruang
anatomi atau spasia yang terlibat.
b. Selulitis sirkumsripta supuratif akut
Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumsripta serous akut, hanya
infeksi bakteri tersebut juga mengandung suppurasi yang purulen.
Penamaan berdasarkan spasia yang dikenainya. Jika terbentuk eksudat yang
purulen, mengindikasikan tubuh bertendesi membatasi penyebaran infeksi
dan mekanisme resistensi lokal tubuh dalam mengontrol infeksi.
c. Selulitis difus akut Pada selulitis ini yang paling sering dijumpai adalah
Phlegmone / Angina Ludwig’s

E.Patofisiologi Selulitis
Kejadian selulitis terjadi akibat adanya bakteri patogen yang menembus
lapisan luar sehingga menimbulkan infeksi pada permukaan kulit atau
menimbulkan peradangan. Penyakit selulitis ini sering menyerang orang gemuk,
rendah gizi, kejemuan atau orang tua pikun dan pada penderita diabetes mellitus
yang pengobatannya tidak adekuat. Setlah menembus bagian luar lapisan kulit,
infeksi tersebut akan menyebar ke jaringan dan menghancurkannya.
Hyaluronidase memecah substansi polisakarida, fibrinolysin mencerna barrier
fibrin, dan lecithinase menghancurkan membran sel (Fitzparick, 2018).

Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh


streptokokus grup A, sterptokokus lain atau staphilokokus aureus, kecuali jika
luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit
ditentukan, untuk absses lokalisata yang mempunyai gejala sebagai lesi kultur
pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun etiologi abses ini biasanya
adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran bakteri aerob
dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram menunjukkan
adanya organisme campuran (Isselbacher, 2010)
F.Asuhan keperawatan
Pengkajian
1. Identitas
Menyerang sering pada lingkungan yang kurang bersih
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama:
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam, menggigil
dan malaise
b. Riwayat penyakit dahulu:
Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya mengidap
penyakit seperti ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwat pemakaian obat.

c. Riwayat penyakit sekarang


Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik berwarna merah,
terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan mengilap
d. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit selulitis atau
penyekit kulit lainnya
3. Keadaan emosi psikologi
Pasien tampak tenang,dan emosional stabil
4. Keadaan social ekonomi
Biasanya menyerang pada social ekonomi yang sederhana
5. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Lemah
TD : Menurun (< 120/80 mmHg)
Nadi : Turun (< 90)
Suhu : Meningkat (> 37,50)
RR : Normal
a. Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak
b. Mata : Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+)
c. Hidung : Tidak ada pernafasan cuping
d. Mulut : Kebersihan, tidak pucat
e. Telinga : Tidak ada serumen
f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
g. Jantung : Denyut jantung meningkat
h. Ekstremitas : Adakah luka pada ekstremitas
i. Integumen : Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di
suatu daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak,
dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d’orange). Pada kulit yang
terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar
berisi cairan (bula), yang bisa pecah
RR : Normal
a. Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak
b. Mata : Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+)
c. Hidung : Tidak ada pernafasan cuping
d. Mulut : Kebersihan, tidak pucat
e.Telinga : Tidak ada serumen
f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar

g. Jantung : Denyut jantung meningkat


h.Ekstremitas : Adakah luka pada ekstremitas
i. Integumen : Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di
suatu daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak,
dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d’orange). Pada kulit yang
terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar
berisi cairan (bula), yang bisa pecah.

G Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

Tujuan : nyeri berkurang atau hilang.


Kriteria hasil :pasien menampakkan ketenangan, ekspresi muka rileks
ketidaknyamanan dalam batas yang dapat ditoleransi.
Intervensi:
a. Kaji intensitas nyeri menggunakan skala / peringkat nyeri
b. Pertahankan ekstrimitas yang dipengaruhi dalam posisi yang ditemukan
c. Jelaskan kebutuhan akan imobilisasi 49 – 72 jam
d. Berikan anal gesik jika diperlukan, kaji keefektifan
e. Ubah posisi sesering mungkin pertahankan garis tubuh untuk
menccegah penekanan dan kelelahan.
f. Bantuan dan ajarkan penanganan terhadap nyeri, penggunaan imajinasi,
relaksasi dan lainnya.
g. Tingkatkan aktivitas distraksi.
2. Kerusakan ingritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor.
Tujuan : menunjukkan regenerasi jaringan.
Kriteria hasil : Lesi mulai pulih dan area bebas dari infeksi lanjut, kulit bersih, kering dan area
sekitar bebas dari edema, suhu normal.
Intervensi : a. Kaji kerusakan, ukuran, kedalaman warna cairan
b. Pertahankan istirahat di tempat tidur dengan peningkatan ekstremitas
c. Pertahankan teknik aseptic
d. Gunakan kompres dan balutan
e. Pantau suhu laporan, laoran dokter jika ada peningkatan.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan : pasien mengerti tentang perawatan dirumah
Kriteria hasil : melaksanakan perawatan luka dengan benar menggunakan tindakan
kewaspadaan aseptic yang tepat. Mengekspresikan pemahaman perkembangan
yang diharapkan tanpa infeksi dan jadwal obat.
Intervensi :a. Demonstasikan perawatan luka dan balutan, ubah prosedur, tekankan pentingnya
teknik aseptic.
b. Diskusikan tentang mempertahankan peninggian dan imobilisasi ekstrimitas
yang ditentukan
c. Dorong melakukan aktivitas untuk mentoleransi penggunaan alat penyokong.
d. Jelaskan tanda-tanda dan gejala untuk dilaporkan ke dokter
e. Diskusikan jadwal pengobatan
f. Tekankan pentingnya diet nutri

4. Pemeriksaan Fisik :
Kepala: Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak
Mata: Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+)
Hidung: Tidak ada pernafasan cuping
Mulut: Kebersihan, tidak pucat
Telinga: Tidak ada serumen
Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar
Jantung: Denyut jantung meningkat
Ekstremitas: Adakah luka pada ekstremitas
Integumen : Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang
terasa di suatu daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi
menjadi panas dan bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk
yang mengelupas (peau d’orange). Pada kulit yang terinfeksi bisa
ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar
berisi cairan (bula), yang bisa pecah.

5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan selulitis adalah insisi dan drainase pada keadaan yang
terdapat abses. Pemberian antibiotic intravena seperti oksasilin atau
nafsilin,obat oral dapat atau tidak digunakan. Infeksi bakteri ringan
dapat diobati dengan penggunaan obat oral seperti analgesic,
antipiretik. Perubahan posisi, imobilisasi ekstremitas, dan kompres.
6. Pemeriksaan penunjang
1.Pemeriksaan darah, menunjukan peningkatan jumlah sel darah putih,
eosinophil dan peningkatan laju sedimentasi eritrosit
2.Pewarnaan gram dan kultur pus atau bahan yang diaspirasi,
menunjukan adanya organisme campuran
Daftar Pustaka

1.Chlebicki MP, Oh CC. Recurrent cellulitis: risk factors, etiology, pathogenesis andtreatment. Curr
Infect Dis Rep. 2014;16(9):422-30
2.Dppppni. 2016. Sdki. Jakarta : dppppni
3.Dppppni. 2017. Siki. Jakarta : dppppni
4.Dppppni. 2017. Slki. Jakarta : dppppni
5.Lipworth AD, Saavedra AP, Weinberg AN and Johnson RA. Non-Necrotizing
Infection of the Dermis and Subcutaneous Fat: Cellulitis and Erysipelas.
Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. 8th ed. USA: McGraw-Hill.2012. p.2160-9
6.Pulia MS, Calderone MR, Meister JR, Santistevan J, May L. Update on
management of skin and soft tissue infections
in the emergency department. Curr
Infect Dis Rep. 2014;16(9):418.
7.Isselbacher, Kurt Harrison.(2009): Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam:
(Harrison's Principles of Internal Medicine); Volume 1 .penerbit buku
kedokteran Jakarta
8.Mansjoer, A (2000). Kapita
Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai