Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN SELULITIS STASE

KEPERAWATAN DASAR

Disusun oleh :

Mala Nurmalasari

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) UMMI BOGOR

TAHUN 2023

1
KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi
Selulitis merupakan inflamasi jaringan subkutan dimana proses inflamasi yang
umumnya dianggap sebagai penyebab adalah bakteri S.aureus atau Streptococcus.
Selulitis biasa terjadi apabila sebelumnya terdapat gangguan yang
menyebabkan kulit terbuka, seperti luka,terbakar, gigitan serangga atau luka
operasi. Selulitis dapat terjadi di seluruh bagian tubuh,namun bagian tersering yang
terkena selulitis adalah kulit di wajah dan kaki. Selulitis bisahanya menyerang kulit
bagian atas, tapi bila tidak diobati dan infeksi semakin berat, dapatmenyebar ke
pembuluh darah dan kelenjar getah bening (Hasliani, 2021).

2. Klasifikasi
Menurut Berini, selulitis dapat digolongkan menjadi:
a) Selulitis Sirkumskripta Serous Akut
Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial, yang
tidak jelas batasnya. Infeksi bakteri mengandung serous, konsistensinya sangat
lunak dan spongius. Penamaannya berdasarkan ruang anatomi atau spasia yang
terlibat.
b) Selulitis Sirkumskripta Supurartif Akut
Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut, hanya infeksi
bakteri tersebut juga mengandung suppurasi yang purulen. Penamaan
berdasarkan spasia yang dikenainya. Jika terbentuk eksudat yang purulen,
mengindikasikan tubuh bertendensi membatasi penyebaran infeksi dan
mekanisme resistensi lokal tubuh dalam mengontrol infeksi.
b) Selulitis Difus Akut
Dibagi lagi menjadi beberapa kelas, yaitu:
1. Ludwig’s Angina
2. Selulitis yang berasal dari inframylohyoid
3. Selulitis Senator’s Difus Peripharingeal
4. Selulitis Fasialis Difus
5. Fascitis Necrotizing dan gambaran atypical lainnya
6. Selulitis Kronis
c) Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat karena
terbatasnya virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi. Biasanya terjadi pada
pasien dengan selulitis sirkumskripta yang tidak mendapatkan perawatan yang
adekuat atau tanpa drainase.

2
d) Selulitis Difus yang Sering Dijumpai
Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone / Angina Ludwig’s
. Angina Ludwig’s merupakan suatu selulitis difus yang mengenai spasia
sublingual, submental dan submandibular bilateral, kadang-kadang sampai
mengenai spasia pharingeal .
e) Selulitis dimulai dari dasar mulut. Seringkali bilateral, tetapi bila hanya mengenai
satu sisi/ unilateral disebut Pseudophlegmon.

3. Etiologi
Etiologinya berasal dari bakteri Streptococcus sp. Mikroorganisme lainnya negatif
anaerob seperti Prevotella, Porphyromona dan Fusobacterium. Infeksi odontogenik
pada umumnya merupakan infeksi campuran dari berbagai macam bakteri, baik
bakteri aerob maupun anaerob mempunyai fungsi yang sinergis.
Infeksi Primer selulitis dapat berupa perluasan infeksi/abses periapikal,
osteomyielitis dan perikoronitis yang dihubungkan dengan erupsi gigi molar tiga
rahang bawah, ekstraksi gigi yang mengalami infeksi periapikal/perikoronal,
penyuntikan dengan menggunakan jarum yang tidak steril, infeksi kelenjar ludah
(Sialodenitis), fraktur compound maksila / mandibula, laserasi mukosa lunak mulut
serta infeksi sekunder dari oral malignancy. Penyebab dari selulitis menurut
Isselbacher adalah bakteri streptokokus grup A, streptokokus piogenes dan
stapilokokus aureus.

4. Tanda dan Gejala


1) Rubor ( kemerahan
2) Kolor (panas) menggigil atau demam ( lebih dari 37,7° C ).
3) Dolor ( nyeri ).
4) Tumor ( bengkak ) terdapat pus ( rabas ) bau membusuk.
5) Fungtio laesa.

5. Komplikasi
1) Bakteremia
2) Nanah atau local Abscess
3) Superinfeksi oleh bakteri gram negative
4) Lymphangitis
5) Trombophlebitis
6) Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis
sebesar 8%.

3
7) Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana harus
melakukan amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.

6. Pemeriksaan Diagnostik Terkait


a. Pemeriksaan Laboratorium
 CBC (Complete Blood Count), menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan
rata-rata sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi
bakteri.
 BUN level
 Creatinin level
 Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga
 Mengkultur dan membuat apusan Gram, dilakukan secara terbatas pada
daerah penampakan luka namun sangat membantu pada area abses atau
terdapat bula
 Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila penderita belum
memenuhi beberapa kriteria; seperti area kulit yang terkena kecil, tidak
tersasa sakit, tidak ada tanda sistemik (demam, dingin, dehidrasi, takipnea,
takikardia, hipotensi), dan tidak ada faktor resiko.
b. Pemeriksaan Imaging
1) Plain-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang tidak lengkap
(seperti kriteria yang telah disebutkan)
2) CT (Computed Tomography) Baik Plain-film Radiography maupun CT
keduanya dapat digunakan saat tata kilinis menyarankan subjucent
osteomyelitis. Jika sulit membedakan selulitis dengan necrotizing fascitiis,
maka pemeriksaan yang dilakukan adalah
3) MRI (Magnetic Resonance Imaging), Sangat membantu pada diagnosis infeksi
selulitis akut yang parah, mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis,
dan infeksi selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.

7. Penatalaksanaan Dasar
Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan organ
lainnya. Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya cloxacillin). Jika
infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan). Biasanya sebelum diberikan
sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan antibiotik jika:
a) penderita berusia lanjut
b) selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya
c) demam tinggi.
Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi
terangkat dan dikompres dingin untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.

4
d) PATHWAY

8. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
1) Tanggal Pengkajian
2) Ruang
3) Rumah Sakit
b. Identitas
1) Biodata pasien
Meliputi nama umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama,
status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa
medik.
2) Biodata penanggung jawab
Meliputi nama umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, status hubungan
dengan pasien
c. Riwayat Keperawatan

5
1) Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam,
menggigil dan malaise
2) Riwayat penyakit sekarang
Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik berwarna
merah, terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan
mengilap
3) Riwayat penyakit masa lalu
Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya mengidap
penyakit seperti ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwat pemakaian obat.
4) Riwayat Sosial
Biasanya menyerang pada social ekonomi yang sederhana
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit selulitis atau
penyekit kulit lainnya
d. Pengkajian pola fungsional
• Identitas
Menyerang sering pada lingkungan yang kurang bersih
• Riwayat Penyakit
1). Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam,
menggigil dan malaise
2). Riwayat penyakit dahulu
Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya
mengidap seperti ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwat pemakaian obat.
3). Riwayat penyakit sekarang
Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik berwarna
merah, terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan
mengilap
4). Riwayat penyakit keluarga
Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit selulitis atau
penyekit kulit lainnya
• Keadaan emosi psikologi : Pasien tampak tenang,dan emosional stabil
• Keadaan social ekonomi : Biasanya menyerang pada social ekonomi
yang sederhana
• Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Lemah
TD : Hipotensi/Hipertensi
Nadi : Bradikardi

6
Suhu : Hipertermi
RR : Normal/Meningkat
 Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak
 Mata : Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+)
 Hidung : Tidak ada pernafasan cuping
 Mulut : Kebersihan, tidak pucat
 Telinga : Tidak ada serumen
 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
 Jantung : Denyut jantung meningkath. Ekstremitas : Adakah luka
pada ekstremitas
 Integumen :
Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu
daerah yang
kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan
tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d'orange). Pada
kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan
(vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa pecah.
e. Rumusan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi kulit, gangguan integritas kulit, iskemik
jaringan.
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
3. ekstrimitas.
4. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit
5. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu
6. anggota tubuh.
7. Hipertermi

NO SDKI KODE DIAGNOSA SLKI SIKI


KEPERAWATAN
1 Nyeri Akut SDKI.D.0077 Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Berhubungan intervensi (SIKI.I.08 238)
Dengan Agens keperawatan Observasi :
Pencedera selama 3 x 6 jam 1. Identifikasi lokasi, durasi,
Fisiologis maka tingkat karakteristik, frekuensi,
nyeri menurun kualitas, intensitas nyeri.
dengan kriteria 2. Identifikasi skala nyeri
hasil : 3. Identifikasi respon nyeri non
1. Keluhan nyeri verbal.
menurun. 4. Identifikasi faktor yang

7
2. Meringis memperberat dan mem
menurun peringan nyeri.
3. Sikap protektif Terapeutik :
menurun 5. Berikan teknik non
4. Gelisah farmakologis untuk me
menurun ngurangi nyeri (mis. TENS,
(SLKI.L.08066) hypnosis, akupresur, terapi
musik, terapi pijat,
aromaterapi ).
6. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan).
7. Fasilitasi istirahat dan tidur
8. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri.
Edukasi :
9. Jelaskan strategi meredakan
nyeri.
Kolaborasi :
10. Kolaborasi pemberian
analgetik.
2 Gangguan SDKI.D.0129 Setelah dilakukan Perawatan Luka (SIKI.I.14564)
Integritas Kulit intervensi Observasi :
/ Jaringan keperawatan 1. Monitor karakteristik luka
selama 3 x 6 jam (mis. Drainase, warna,
maka integritas ukuran, bau)
kulit meningkat 2. Monitor tanda-tanda infeksi
dengan kriteria Terapeutik :
hasil : 3. Bersihkan dengan cairan
1. Kerusakan NaCl atau pembersih
jaringan nontoksik, sesuai kebutuhan.
menurun 4. Bersihkan jaringan nekrotik.
2. Kerusakan 5. Berikan salep yang sesuai ke
lapisan kulit kulit/lesi
menurun 6. Pasang balutan sesuai jenis
3. Nekrosis luka.
menurun 7. Pertahankan teknik steril saat
4. Hidrasi melakukan perawatan luka.
meningkat 8. Ganti balutan sesuai jumlah

8
(SLKI.L.14125) eksudat dan drainase.
9. Jadwalkan perubahan posisi
setiap 2 jam atau sesuai
kondisi pasien.
Edukasi :
10. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi.
11. Anjurkan menkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein.
Kolaborasi :
12. Kolaborasi pemberian
antibiotik.
3 Gangguan SDKI.D.0054 Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi
Mobilitas Fisik intervensi (SIKI.I.05173)
Berhubungan keperawatan Observasi :
Dengan Nyeri selama 3 x 6 jam 1. Identifikasi adanya nyeri atau
maka mobilitas keluhan fisik lainnya.
fisik meningkat 2. Identifikasi toleransi fisik
dengan kriteria melakukan pergerakan.
hasil : Terapeutik :
1. Pergerakan 3. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
ekstremitas dengan alat bantu (mis. pagar
meningkat. tempat tidur).
2. Rentang gerak 4. Fasilitasi melakukan
(ROM) pergerakan.
meningkat 5. Libatkan keluarga untuk
3. Nyeri membantu pasien dalam
menurun meningkatkan pergerakan.
(SLKI.L05042) Edukasi :
6. Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi.
7. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini.
8. Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (mis.
duduk ditempat tidur, duduk
disisi tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke kursi)

9
DAFTAR PUSTAKA

Hasliani. (2021). Sistem Integumen. CV Tohar Media.


Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.2008. Edisi ketujuh. Jakarta:
Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Doenges.2021. Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan
danpendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC
Eron LJ. 2020. Cellulitis and Soft-Tissue Infections. American College of Physicians.
Fitzpatrick, Thomas B.2008.Dermatology in General Medicine, seventh edition. New
York:
McGrawHill
Herchline TE. 2021. Cellulitis. Wright State University, Ohio, United State of
America.
Kertowigno S. 2021. 10 Besar Kelompok Penyakit Kulit. Unsri press, Palembang,
Indonesia,
hal: 146-149
McNamara DR, Tleyjeh IM, Berbari EF, et al. 2007. Incidence of lower extremity
cellulitis:
apopulationbased stud inOlmstedcounty,Minnesota. 82(7):817-21
Morris, AD. 2008. Cellulitis and erysipelas. University Hospital of Wales, Cardiff,
UK. 1708
Muttaqin Ariff. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan.Jakarta: Salemba Medika. Muttaqin Ariff. 2008. Asuhan Keperawatan
Klien
Dengan Gangguan Sistem Persarafan.Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.
EGC : Jakarta
Swartz MN. 2021. Cellulitis. New England Journal of Medicine. 350:904-12
Wolff K, Johnson RA, Fitspatricks.2020. color atlas and synopsis of clinically
dermatology.
New York: McGrawHill.

10

Anda mungkin juga menyukai