Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

SELULITIS DM

Disusun Oleh:
Nazilatul Munawaroh
2211040136

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022
A. Pengertian
Selulitis atau dikenal juga sebagai cellulitis, adalah penyakit kulit yang
disebabkan oleh infeksi streptococcal ataupun staphylococcal pada jaringan
subkutan, yang biasanya disebabkan oleh luka minor yang terkontaminasi.
Selulitis yang tidak diobati dapat menyebabkan toksemia sistemik. Kejadian
berulang dapat menyebabkan limfedema kronis yang dapat menjadi faktor
predisposisi episode infeksi berulang (WHO, 2015).
Selulitis merupakan inflamasi jaringan subkutan dimana proses
inflamasi, yang umumnya dianggap sebagai penyebab adalah bakteri S.aureus
dan atau Streptococcus (Muttaqin Arif, 2015). Selulitis adalah infeksi dermis
dan jaringan subkutan akut yang menyebabkan inflamasi sel, dapat
mengakibatkan kerusakan kulit seperti gigitan atau luka, progonosis biasanya
baik dengan terapi yang teratur, dengan penyakit lainnya seperti diabetes
meningkatkan resiko terbentuknya Selulitis atau penyebaran Selulitis (Kimberly,
2016).
B. Etiologi
Penyakit Selulitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri dan jamur,
namun ada beberapa penyebab lain dari selulitis yaitu (Gillespie, 2017) :
a. Infeksi bakteri dan jamur :
 Disebabkan oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus
 Pada bayi yang terkena penyakit ini dibabkan oleh Streptococcus
grup
 Infeksi dari jamur Aeromonas Hydrophila, tapi Infeksi yang
diakibatkan jamur termasuk jarang
 S. Pneumoniae (Pneumococcus)
b. Penyebab lain :
 Gigitan binatang, serangga, atau bahkan gigitan manusia
 Kulit kering
 Eksim
 Kulit yang terbakar atau melepuh
 Diabetes
 Obesitas atau kegemukan
 Pembekakan yang kronis
 Penyalahgunaan obat-obat terlarang
 Menurunnyaa daya tahan tubuh
 Cacar air
 Malnutrisi
 Gagal ginjal
C. Manifestasi klinis
 Kemerahan atau peradangan yang terlokalisasi
 Kulit tampak merah
 Bengkak
 Licin
 Nyeri tekan
 Teraba hangat.
 Ruam kulit muncul secara tiba-tiba dan memiliki batas yang tegas
 Memar dan lepuhan-lepuhan kecil
 Demam
 Nyeri kepala
 Nyeri otot
 Tidak enak badan
 Malaise
 Edema
 Lesi
D. Patofisologi
Kerusakan integritas kulit hampir selalu mendahului infeksi, karena
organisme invasif menyerang area yang terganggu, kejadian ini membuat sel
pertahanan kewalahan, seiring perkembangan Selulitis, organisme menyerang
jaringan disekitar lokasi luka awal (Kimberly, 2016).
Invasi bakteri masuk melalui trauma, luka, gigitan serangga berinvasi
streptokokus dan staphylococcus aureus melalui barier epidermal yang rusak
menyerang kulit dan subkutan, masuk ke jaringan yang lebih dalam dan
menyebar secara sistemik yang menyebabkan terjadinya reaksi infeksi/inflamasi
yang merupakan respon dari tubuh sehingga muncul nyeri, pembengkakan kulit,
lesi kemerahan dan demam.
Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada
permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering
berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, orang tua dan pada orang dengan
diabetes mellitus yang pengobatannya tidak adekuat. Pada pemeriksaan
ditemukan kemerahan yang karakteristi hangat, nyeri tekan, demam dan
bakterimia.
E. Pathways
F. Penatalaksanaan
Menurut (Kimberly, 2012) penatalaksanaan selulitis sebagai berikut :
a. Anti Biotik, seperti sefuroksim sefuroksim dan sefaleksin
b. Anti Jamur Topikal, seperti mupirosin
c. Analgesik, seperi ibuprofen
d. Pembedahan, seperti trakeostomi mungkin diperlukan bagi Selulitis berat
pada kepala dan leher, Mungkin diperlukan drainase abses, Amputasi
(dengan Selulitis yang membentuk gas (ganggren).
G. Pemeriksaan penunjang
a. Complete blood count (pemeriksaan darah lengkap : menunjukkan
kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata sedimentasi eritrosit. Sehingga
mengindikasikan adanya infeksi bakteri
b. BUN level
c. Creatinine level
d. Culture darah
H. Komplikasi
Menurut (Kimberly, 2016) komplikasi selulitis sebagai berikut:
a. Sepsis : Kondisi medis serius dimana terjadi peradangan seluruh tubuh
akibat infeksi
b. Trombosis Vena Profunda : Peradangan pada dinding vena serta
tertariknya trombosit dan leokosit pada dinding yang mengalami radang
c. Perburukan Selulitis
d. Abses lokal : Pengumpulan nanah akibat infeksi bakteri
e. Tromboflebitis : Kondisi dimana terbentuknya bekuan dalam vena
sekunder akibat inflamasi atau trauma dinding vena karena obstruksi
vena sebagian
f. Limfangitis : Merupakan infeksi pembuluh limfa
g. Amputasi : Suatu keadaan ketiadaan sebagian atau seluruh anggota
gerak, prosedur pemotongan
I. Pengkajian keperawatan
1. Identitas Diri Klien Meliputi : tanggal pengkajian, ruangan, nama
(inisial), nomor MR, umur, pekerjaan, agama, jenis kelamin, alamat,
tanggal masuk RS, alasan masuk RS, cara masuk RS, penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Biasanya pada klien dengan limfadenopati
keluhan utamanya yaitu klien mengatakan nyeri pada luka,
terkadang disertai demam, menggigil dan malaise.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang : Biasanya klien mengalami luka
pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik berwarna merah,
terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan
mengilap
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : Kaji penyebab luka pada pasien dan
pernahkah sebelumnya mengidap penyakit seperti ini, adakah alergi
yang dimiliki dan riwayat pemakaian obat
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Biasanya dikeluarga pasien terdapat
riwayat mengidap penyakit selulitis atau penyekit kulit lainnya
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum Klien
 Tingkat kesadaran : Biasanya Composmentis
 Berat badan : Biasanya normal
 Tinggi badan : Biasanya normal
b. Tanda-Tanda Vital
 TD : Biasanya menurun (< 120/80mmHg)
 Nadi : Biasanya menurun (37.5 °C)
 RR : Biasanya normal (18-24 x/i)
 Suhu : Biasanya meningkat (>37.5 °C)
c. Pemeriksaan Head to Toe
 Kepala
Inspeksi : Bentuk, karakteristik rambut serta kebersihan
kepala Palpasi : Adanya massa, benjolan ataupun lesi
 Mata
Inspeksi : Sklera, conjungtiva, iris, kornea serta reflek pupil
dan tanda-tanda iritasi
 Telinga
Inspeksi : Daun telinga, liang telinga, membran tympani,
adanya serumen serta pendarahan
 Hidung
Inspeksi : Lihat kesimetrisan, membran mukosa, tes
penciuman serta alergi terhadap sesuatu
 Mulut
Inspeksi : Kebersihan mulut, mukosa mulut, lidah, gigi dan
tonsil
 Leher
Inspeksi : Kesimetrisan leher, pembesaran kelenjar tyroid
dan JVP
Palpasi : Arteri carotis, vena jugularis, kelenjar tyroid,
adanya massa atau benjolan
 Thorax / Paru
Inspeksi : Bentuk thorax, pola nafas dan otot bantu nafas
Palpasi : Vocal remitus
Perkusi : Batas paru kanan dan kiri
Auskutasi : Suara nafas
 Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis
Palpasi : Ictus cordis
Perkusi : Batas jantung kanan dan kiri
Auskultasi: Batas jantung I dan II
 Abdomen
Inspeksi : Asites atau tidak
Palpasi : Adanya massa atau nyeri tekan
Perkusi : Tympani
Auskultasi: Bising usus
 Kulit
Inspeksi : Warna kulit, turgor kulit, adanya jaringan parut
atau lesi dan CRT. Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri
tekan yang terasa di suatu daerah yang kecil di kulit. Kulit
yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan tampak
seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d’orange). Pada
kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi
cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang
bisa pecah.
J. Diagnosa yang muncul
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan neuropati perifer
K. Fokus intervensi

No Dx Kep Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)


.

1 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri


Agen Pencedera selama 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri Observasi :
Fisik dapat menurun, dengan kriteria hasil : - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Tingkat Nyeri kualitas, intensitas nyeri
Indikator T - Skala nyeri
Keluhan Nyeri 5 - Identifikasi respons nyeri non verbal
Meringis 5 - Identifikasi faktor yang memperberat dan
Gelisah 5 memperingan nyeri.
Keterangan : Terapeutik :
1 = meningkat - Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
2 = cukup meningkat nyeri
3 = sedang - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
4 = cukup menurun - Fasilitas istirahat dan tidu
5 = menurun Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan Strategi Meredakan Nyeri
- Anjurkan Memonitor Nyeri Secara Mandiri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 Hipertermi b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen hipertermi
proses infeksi selama 3 x 24 jam diharapkan Observasi :
termogulasi dapat membaik dengan - Identifikasi penyebab hipertemia
kriteria hasil : - Monitor suhu tubuh
Termogulasi - Monitor kadar elektrolit
Indikator T - Monitor keluaran urine

Suhu tubuh 5 - Monitor komplikasi akibat hipertemia


Terapeutik
Suhu kulit 5
- Sediakan Lingkungan Yang Dingin
Tekanan darah 5
- Longgarkan Atau Lepaskan Pakaian
Keterangan
- Basahi Atau Lepaskan Pakaian
1 = memburuk
- Berikan Cairan Oral
2 = cukup memburuk
Edukasi
3 = sedang
- Anjurkan tirah baring
4 = cukup membaik
Kolaborasi
5 = membaik - Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Luka
Integritas Kulit b.d selama 3 x 24 jam diharapkan integritas Observasi :
Neuropati Perifer kulit dan jaringan dapat meningkat - Monitor karateristik luka
dengan kriteria hasil : - Monitor tanda-tanda infeksi
Integritas Kulit Dan Jaringan Terapeutik :
Indikator T - Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan

Kualitas jaringan 5 kering


- Pasang balutan sesuai jenis luka
Kerusakan lapisan 5
- Pertahankan teknik steril saat melakukan
kulit
perawatan luka
Nyeri 5
- Ganti balutan luka
Kemerahan 5
Edukasi :
Keterangan
- Jelaskan tanda-tanda infeksi
1 = meningkat
- Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
2 = cukup meningkat
Kolaborasi :
3 = sedang
- Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
4 = cukup menurun
5 = menurun
DAFTAR PUSTAKA

Berini, et al. (2013). Medica Oral: Buccal and Cervicofacial Cellulitis. Volume 4,
(p337-50).

Brunner dan Suddarth. (2010). Kapita selekta kedokteran. Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia : Jakarta.

Gillespie, S.H., Hawkey. P.M. (2017). Principles and practice of clinical bacteriology
second edition. London. John Wiley & Sons, Ltd.

Heather T. Herdman & Shigemi Kamitsuru. (2015). Diagnosis Keperawatan : Definisi


& Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 Terjemahan Indonesia. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EG.

Huda Amin Nurarif dan Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA & NIC NOC. Jogjakarta : Mediaction.

Mansjoer. (2010). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system


pencernaan. SelembaMedika;Jakarta.

Muttaqin Arif, (2015). Asuhan keperawatan gangguan sistem integumen. Jakarta,


selemba medika.

Anda mungkin juga menyukai