Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN PADA NY.

DENGAN DIAGNOSA MEDIS SELULITIS PEDIS

DIRUANG CENDRAWASIH BAWAH RSUD AJIBARANG

Disusun Oleh:

Kristin Indaryani (108116017)

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

2019
A. Pengertian
Selulitis merupakan inflamasi jaringan subkutan dimana proses inflamasi,
yang umumnya dianggap sebagai penyebab adalah bakteri S.aureus dan atau
Streptococcus ( Arif Muttaqin, hal 68, 2011 ).
Selulitis adalah Infeksi bakteri pada jaringan kulit yang dapat menyebabkan
kemerahan, bengkak, dan sakit pada saat ditekan.
B. Etiologi
Penyakit Selulitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri dan jamur,
namun ada beberapa penyebab lain dari selulitis yaitu :
1. Infeksi bakteri dan jamur
a. Disebabkan oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus
b. Pada bayi yang terkena penyakit ini dibabkan oleh Streptococcus grup
B
c. Infeksi dari jamur Aeromonas Hydrophila, tapi Infeksi yang
diakibatkan jamur termasuk jarang.
d. S. Pneumoniae (Pneumococcus)
2. Penyebab lain
a. Gigitan binatang, serangga, atau bahkan gigitan manusia.
b. Kulit kering
c. Eksim
d. Kulit yang terbakar atau melepuh
e. Diabetes
f. Obesitas atau kegemukan
g. Pembekakan yang kronis pada kaki
h. Penyalahgunaan obat-obat terlarang
i. Menurunnya daya tahan tubuh
j. Cacar air
k. Malnutrisi
C. Manifestasi klinis
Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang terlokalisasi. Kulit
tampak merah, bengkak, licin disertai nyeri tekan dan teraba hangat. Ruam kulit
muncul secara tiba-tiba dan memiliki batas yang tegas. Bisa disertai memar dan
lepuhan-lepuhan kecil. Gejala lainnya adalah :
a. Demam
b. Nyeri kepala
c. Nyeri otot
d. Tidak enak badan
e. Malaise
f. Edema
g. Lesi

D. Patofisiologi
Invasi bakteri masuk melalui trauma, luka, gigitan serangga
berinvasi streptokokus dan staphylococcus aureus melalui barier epidermal
yang rusak menyerang kulit dan subkutan, masuk ke jaringan yang lebih dalam
dan menyebar secara sistemik yang menyebabkan terjadinya reaksi
infeksi/inflamasi yang merupakan respon dari tubuh sehingga muncul nyeri,
pembengkakan kulit, lesi kemerahan dan demam.
Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada
permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering
berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, orang tua dan pada orang dengan
diabetes mellitus yang pengobatannya tidak adekuat.
Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena serta limfatik pada ke
dua ekstremitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang
karakteristik hangat, nyeri tekan, demam dan bakterimia.
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh streptokokus
grup A, streptokokus lain atau staphilokokus aereus, kecuali jika luka yang
terkait berkembang bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit ditentukan,
untuk abses lokalisata yang mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau
bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun etiologi abses ini biasanya adalah
stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran bakteri aerob dan
anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus
menunjukkan adanya organisme campuran.

E. Phatways
H. Komplikasi

a. Bakteremia
b. Nanah atau local Abscess
c. Superinfeksi oleh bakteri gram negative
d. Lymphangitis
e. Trombophlebitis
f. Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan
meningitis sebesar 8%.
g. Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana
harus melakukan amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga
25%.

I. Pemeriksaan Penunjang
Jika sudah mengalami gejala seperti adanya tanda systemic, maka
untuk melakukan diagnosis membutuhkan penegakan diagnosis tersebut
dengan melakukan pemeriksaan lab seperti :

a. Complete blood count, menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata


sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
b. BUN level.
c. Creatinine level.
d. Culture darah

J. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan
organ lainnya. Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya
cloxacillin).
Jika infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan). Biasanya sebelum
diberikan sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan antibiotik jika:
a. Penderita berusia lanjut
b. Selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya
c. Demam tinggi.
Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi
terangkat dan dikompres dingin untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.

K. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Untuk mengurangi edema dan nyeri, direkomendasikan untuk elevasi /
meninggikan dan mengistirahatkan ekstremitas yang mengalami keluhan.
b. Perlu dipertimbangkan hospitalisasi untuk monitoring ketat dan pemberian
antibiotik intravena pada kasus yang berat, pada bayi, pasien usia lanjut, dan
pasien dengan imunokompromis.
c. Pada kondisi yang sangat parah dengan nekrosis luas disertai supurasi, perlu
dipertimbangkan dilakukan debridement insisi dan drainase secara bedah.
d. Memberikan edukasi kepada penderita yaitu diberikan informasi mengenai
perawatan kulit dan higiene kulit yang benar, misalnya mandi teratur,
minimal 2 kali sehari, jika terdapat luka hindari kontaminasi dengan
kotoran.

L. Pengkajian keperawatan
1. Biodata : nama, umur, pekerjaan, alamat
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Pengkajian fisik
M. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi kulit, gangguan integritas kulit, iskemik
jaringan.
b. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
c. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit
d. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu
anggota tubuh.
e. Hipertermi
N. Perencanaan
Rencana Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi jaringan.


Tujuan : nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :pasien menampakkan ketenangan, ekspresi muka rileks
ketidaknyamanan dalam batas yang dapat ditoleransi.
Intervensi:
a. Kaji intensitas nyeri menggunakan skala / peringkat nyeri
b. Pertahankan ekstrimitas yang dipengaruhi dalam posisi yang
ditemukan
c. Jelaskan kebutuhan akan imobilisasi 49 – 72 jam
d. Berikan anal gesik jika diperlukan, kaji keefektifan
e. Ubah posisi sesering mungkin, pertahankan garis tubuh untuk
menccegah penekanan dan kelelahan.
f. Bantuan dan ajarkan penanganan terhadap nyeri, penggunaan
imajinasi, relaksasi dan lainnya.
g. Tingkatkan aktivitas distraksi.

2) Kerusakan ingritas jaringan berhubungan dengan gangguan sirkulasi


Tujuan : menunjukkan regenerasi jaringan.
Kriteria hasil : Lesi mulai pulih dan area bebas dari infeksi lanjut, kulit
bersih, kering dan area sekitar bebas dari edema, suhu normal.
Intervensi:
a. Kaji kerusakan, ukuran, kedalaman warna cairan
b. Pertahankan istirahat di tempat tidur dengan peningkatan ekstremitas dan
mobilitasasi.
c. Pertahankan teknik aseptic
d. Gunakan kompres dan balutan
e. Pantau suhu laporan, laoran dokter jika ada peningkatan.
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan : pasien mengerti tentang perawatan dirumah
Kriteria hasil : melaksanakan perawatan luka dengan benar menggunakan
tindakan kewaspadaan aseptic yang tepat. Mengekspresikan pemahaman
perkembangan yang diharapkan tanpa infeksi dan jadwal obat.
Intervensi:
a. Demonstasikan perawatan luka dan balutan, ubah prosedur, tekankan
pentingnya teknik aseptic.
b. Diskusikan tentang mempertahankan peninggian dan imobilisasi
ekstrimitas yang ditentukan
c. Dorong melakukan aktivitas untuk mentoleransi penggunaan alat
penyokong.
d. Jelaskan tanda-tanda dan gejala untuk dilaporkan ke dokter
e. Diskusikan jadwal pengobatan
f. Tekankan pentingnya diet nutrisi.
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.2008. Edisi ketujuh. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Doenges.2000. Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan


pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC

Eron LJ. 2008. Cellulitis and Soft-Tissue Infections. American College of Physicians.

Fitzpatrick, Thomas B.2008. Dermatology in General Medicine, seventh edition. New


York: McGrawHill

Herchline TE. 2011. Cellulitis. Wright State University, Ohio, United State of America.

Kertowigno S. 2011. 10 Besar Kelompok Penyakit Kulit. Unsri press, Palembang,


Indonesia, hal: 146-149

McNamara DR, Tleyjeh IM, Berbari EF, et al. 2007. Incidence of lower
extremity cellulitis: a population based stud in Olmsted county, Minnesota.
82(7):817-21

Anda mungkin juga menyukai