Anda di halaman 1dari 66

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN LUKA 2

ASUHAN KEPERAWATAN GIGITAN SERANGGA

“DHF(DENGUE HEMORAGI FEVER)”

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

ABRIAN (PO7120319013) VERA NURALVIYAH (PO7120319064)


NI MADE MADE SINDI ASIH MAYA DININGRAT (PO7120319004)
(PO7120319042)
YAYAN KURNIAWAN (PO7120319030) HYGAYON ALDRIK GUSTAPAN
KOLALIMA (PO7120319001)
SULTAN ZULKARNAIN (PO7120319031) DICKY RENALDHI (PO7120319024)
ARDIANSYAH (PO7120319039) AHMAD Z ISMAIL (PO7120319036)
MOH. AKBAR DEDI K (PO7120319054) I KOMANG GDE ARDIWAHYUDI
(PO7120319073)

POLTEKKES KEMENKES PALU

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

JURUSAN KERAWATAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-NYA

sehingga Karya Tulis Ilmiah dengan judul "Asuhan Keperawatan Klien yang

mengalami DHF ( Dengue Haemoragic Fever ) dengan masalah hipertermi Di

RSUD undata palu” ini dapat selesai tepat pada waktunya.Penyusunan karya tulis

ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah

keperawatan luka 2.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari

sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan penulis, namun peneliti berusaha

semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan, maka dengan segala kerendahan

hati penulis mengharap saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan

tugas asuhan keperawatan klien mengalami DHF.

Akhirnya, mudah - mudahan Tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Amin

Penulis
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB 1................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................6
BAB II...............................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................7
2.1 Konsep Dasar Penyakit............................................................................................7
2.1.1 Pengertian DHF.................................................................................................7
2.1.2 Etiologi..............................................................................................................8
2.1.3 Tanda dan Gejala...............................................................................................9
2.1.4 Patofisiologi....................................................................................................10
2.1.5 Pathway DHF (Dengue Hemoragic Fever)......................................................11
2.1.6 Manifestasi Klinis...........................................................................................12
2.1.7 Klasifkasi DHF................................................................................................13
2.2 Konsep Hipertermi.......................................................................................13
2.2.1 Definisi Hipertermi...................................................................................13
2.2.2 Mekanisme kehilangan panas...................................................................14
2.2.3 Batasan Karakteristik................................................................................17
2.2.4 Faktor yang berhubungan dengan hipertermi...........................................17
2.2.5 Etiologi.....................................................................................................20
2.2.6 Klasifikasi Demam...................................................................................21
2.2.7 Tipe atau Jenis Demam.............................................................................21
2.2.8 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan DHF................................................22
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................37
4.1 Pengkajian........................................................................................................37
4.2 Analisis Data....................................................................................................49
4.3 Daftar Diagnosa Keperawatan..........................................................................51
4.4 Rencana Asuhan Keperawatan.........................................................................51
4.5 Implementasi Keperawatan..............................................................................54
4.6 Evaluasi Keperawatan......................................................................................59
BAB III............................................................................................................................63
PENUTUP.......................................................................................................................63
5.1 Kesimpulan......................................................................................................63
5.2 Saran................................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................64
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

DHF (Dengue Hemoragic Fever) atau dikenal secara umum oleh


masyarakat indonesia sebagai demam berdarah merupakan penyakit yang dapat
membuat suhu tubuh penderita menjadi sangat tingi pada umumnya disertai sakit
kepala, nyeri sendi, otot, dan tulang,serta jika panas berlebih menyebabkan kejang
(epilepsi).Negara Indonesia sebagai Negara dengan kasus DHF tertinggi di asia
tenggara. Dalam hal itu masalah yang sering muncul pada infeksi pertama oleh
virus dengue yaitu hipertermi(demam),sebagian besar penderita akan mengalami
demam mendadak antara 39-40 derajat celcius,sesudah 5-7 hari demam akan
berakhir tetapi kemudian kambuh lagi,biasanya terlihat lesu,disertai sakit kepala
pada bagian depan kepala,nyeri bagian belakang mata,dan persendian, terlebih
lagi disertai pendarahan dan kadang-kadang syok. Dengue menyebar dengan
cepat,menyerang banyak orang selama masa epidemic,sehingga menurunkan
produktifitas kerja dan banyak menimbulkan kematian (soedarto,2012)

Menurut WHO,pada tahun 2015 penelitian terbaru menunjukkan 390 juta


infeksi dengue per tahun dimana 96 juta bermanifestasi klinis dengan berbagai
derajat. Penelitian lain menyatakan,prevalensi DHF diperkirakan mencapai 3,9
milyar orang di 128 negara beresiko terinfeksi virus dengue. Pada tahun 2015,di
Indonesia jumlah penderita DHF yang dilaporkan sebanyak 129.650 kasus dengan
jumlah kematian sebanyak 1.071 orang. Dibandingkan tahun 2014 dengan kasus
sebanyak 100.347 serta IR 39,80 terjadi peningkatan kasus pada tahun 2015.
Selama periode tahun 2009 sampai tahun 2015 jumlah kabupaten atau kota
terjangkit DBD cenderung meningkat,. Pada tahun 2014,di Jawa Timur jumlah
kasus sebanyak 9.273 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 107 orang. Pada
tahun 2015 ini menunjukkan peningkatan dari IR DBD tahun-tahun sebelumnya
Demam dengue terjadi sesudah gigitan oleh nyamuk aedes aegypti yang
terinfeksi virus. Nyamuk yang sudah dikenali karena badan dan kakinya
mempunyai bercak-bercak putih ini berkembang biak pada genangan air bersih
dan mempunyai jarak terbang sekitar 100-200 meter. Nyamuk terinfeksi virus
dengue karena menghisap darah penderita dengue yang mengandung virus
dengue. Sesudah masuk kedalam tubuh seseorang, viru akan memperbanyak diri
di dalam kelenjar limfe badan. Sesudah jumlah virus cukup untuk menyebabkan
terjadi gejala, penderita akan menunjukkan gejala klinis yang terjadi disekitar 4-6
hari sesudah masuknya virus (Soedarto 2012). Setelah itu terjadi respon anti bodi
yang menimbulkan kompleks antigen antibodi, kemudian badan menjadi panas
akibat toksin tersebeut hipotalamus tidak bisa terkontrol yang akhirnya menjadi
panas tinggi dan demam. Demam yang tidak segera diatasi akan menyebabkan
kejang demam, dehidrasi, dan gangguan tumbuh kembang pada anak (Andra dan
Yessie, 2013)

Berikut ini beberapa langkah pencegahan demam berdarah yang bisa anda
terapkan,diantaranya: Mensterilkan bagian dalam rumah anda dengan
menyemprotkan cairan pembasmi nyamuk membersihkan bak mandi dan
menaburkan serbuk abate agar jentik-jentik nyamuk mati. Menutup, membalik,
atau jika perlu menyingkirkan media – media kecil penampungan air lainnya
yang ada di rumah anda memasang kawat anti yamuk di seluruh ventilasi rumah
anda dengan memasang kelambu di ranjang tidur anda memakai losion
antinyamuk , terutama yang mengandung N-diethylmetatoluamide (DEET) yang
terbuktik efektif namun jangan gunakan peroduk ini pada bayi yang masih
berusia di bawah dua tahun. Megenakan pakaian yang longgar yang bisa
melindungi anda dari gigitan nyamuk, melakukan gotong royong untuk
membersihkan lingkungan, mengadakan fogging untuk mensterilkan lingkugan
dari nyamuk dan jentik-jentik.
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan hipertermi pada pasien Dengue Hemoragic


Fever (DHF)?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan anak yang baik dan benar pada kasus
demam berdarah dengue sehubungan dengan penerapan langsung proses
keperawatan sebagai suatu metode pemecahan masalah.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian data pada kasus Dengue Hemoragic Fever (DHF)


dengan baik dan benar.
2. Melakukan diagnosa keperawatan pada kasus Dengue Hemoragoc Fever
(DHF) dengan baik dan benar.
3. Melakukan rencana keperawatan berdasarkan prioritas dagnosa
keperawatan dengan baik dan benar
4. Melakukan tindakan keperawatan pada kasus Dengue Hemoragic Fever
(DHF) dengan baik dan benar.
5. Melakukan evaluasi pada kasus Dengue Hemoragoc Fever (DHF)
dengan baik dan benar.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Pengertian DHF

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang

disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan

renjatan yang dapat menyebabkan kemaitan (Arief Mansjoer dan Suprohaita, 2000

dalam Susilowati, 2007), menurut Hindra (2012) DHF adalah penyakit infeksi

yang relatif singkat, dapat merenggut nyawa penderitanya jika tidak ditangani

secepatnya.

Demam Dengue atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakt

infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue dengan manifestasi klinis demam,

nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopnia, ruam, limfadenofati,

trombositipenia dan dates hemoragik. Pada DBD terjad pembesaran plasma yang

ditanda dengan hemokonsentrasi ( peningkatan hematoktit) atau penumpukan

cairan dirongga tubuh. Sindrom renjata dengue (Dengue Shock Syndrome) adalah

demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/shock.

Demam dengue (Dengue Fever, selanjutnya dsingkat DD) adalah penyakit

yang terutama terdapat pada anak dan remaja atau orang dewasa dengan tanda-

tanda klinis berupa demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopnia,

dengan atau tanpa ruam dan linfadenopati, demam bifasik, sakit kepala yang

hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, gangguan rasa mengecap. Demam

berdarah dengue (Dengue haemorhagic fever, selanjutnya disingkat DBD) ialah


penyakit yang terdapat pada dewasa dengan gejala utama demam, sindrom

renjatan dengue (Dengue Shock Syndrome, selanjutnya disingkat DSS) ialah

penyakit DBD yang disertai renjatan.

2.1.2 Etiologi

Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus Dengue,

yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus

merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai

tunggal dengan berat molekul 4x106.

Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang

semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue.

Keempat serotype ditemukan di indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype

terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotype dengue dengan Flavivirus lain

seperti yellow fever, Japanese enchehphalitis dan west nile virus.

Dalam laborataorium virus Dengue dapat bereflkasi pada hewan mamalia

seperti tikus, kelinci, anjing, kelelawar dan primate. Survey epidemiologi pada

hewan ternak didapatkan antibody terhadap virus dengue pada hewan kuda, sapid

an babi. Penelitian pada artropoda menujukan virus dengue dapat bereflikasi pada

nyamuk genus aedes (stegomyia) dan toxorhychintes.

Cir-ciri nyamuk Aedes Aegypti menurut soedarto, (2012) antara lain :

1. Badannya kecil

2. Warnanya hitam dan belang-belang

3. Menggigit pada siang hari

4. Badannya mendatar saat hinggap


5. Gemar hidup di tempat-tempat yang gelap (terhindar dari sinar matahari)

2.1.3 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala penyakit demam berdarah dengue masa tunas / inkubasi 3-

15 hari sejak orang terserang virus dengue, selanjutnya penderita akan

menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah menurut soedarto

(2012) sebagai berikut :

1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38-40 derajat Celsius).

2. Pada pemeriksan uji tourniquet, tampak adanya jentik (puspura)

perdarahaan

3. Adanya bentuk perdarahan pada kelopak mata bagian dalam (konjungtiva),

mimisan (epitaksis), buang air besar dengan kotoran (peaces) berupa lendir

bercampur darah (melena).

4. Terjadi pembesaran hati (hepatomegali)

5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.

6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3-7 terjadi pennurunan

trombosit dibawah 100.000/mm3 (trombositopeni) terjad peningkatan nilai

hematokrit diatas 20% dari nilai normal (hemokonsentrasi).

7. Timbulnya gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan

nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit

kepala.

8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.

9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal / sakit pada

persendian (soedarto, 2010).


2.1.4 Patofisiologi

Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegipty

dan kemudan bereaks dengan antibody dan terbentuklah komplek virus-antibodi,

dalam sirkulasi akan mengaktivasi komplemen (Suriadi & Yulian, 2012).

Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi

pertama kali menyebabkan demam dengue. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang

biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila

seseorang mendapat nfeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan.

Dan DHF bias terjadi bila seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat

infeksin berulang dengan virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akanmenyebabkan

suatu reaksi anamestik antibody, dehingga menimbulkan konsentrasi komplek

antigen-antibodi (komplek virus-antibodi) yang tinggi


2.1.5 Pathway DHF (Dengue Hemoragic Fever)
Sumber berdasarkan NANDA (2015)
Arbovirus (melalui
nyamuk aedes aegypt) Beredar dalam aliran darah Infeksi virus deague (viremia)

PGE2 Hipothalamus Membentuk dan melepaskan Mengaktifkan sistem komplemen


zat C3a,C5a

Hipertermi Peningkatan reabsorsi Na+ dan H2O Permeabilitas membram meningkat

Agresi trombosit Kerusakan endotel pembuluh darah Resiko syok hipovolemik

Trombositopenia Merangsang dan mengaktivasi


Renjatan hipovolemik dan hipotensi
faktor pembekuan

DIC Kebocoran plasma

Perdarahan

Resiko perdarahan
Resiko perfusi jaringan
tidak efektif
Resiko syok
(hipovolemik)
Hipoksia jaringan

Kekurangan volume Ke extravaskuler


cairan

Hepar

Abdomen

Hepatomegali
Paru-paru Ascites

Efusi pleura Penekanan intraabdomen Mual, muntah

Ketidakefektifan pola Nyeri Ketidakseimbangan nutrisi kurang


nafas dari kebutuhan tubuh
2.1.6 Manifestasi Klinis

1. Demam

Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari kemudian menuju suhu

normal atau lebih rendah disertai nyeri kepala, nyeri punggung, nyeri

tulang dan persendian, rasa lemah serrta nyeri perut. (soedarto, 2010)

2. Perdarahaan

Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke-2 dan hari ke-3dari

demam dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat beruoa uj tourniquet

positif, ruang kulit (petekiae, ekimosis, dan purpura), perdarahan mukosa

atau saluran cerna atau saluran kemih perdarahaan gusi serta hematuri.

3. Hepatomegali

Pada permulaa dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun

pada anak yang kurang gizi hati juga suah teraba. Bila terjadi peningkatan

dari hepatomengali hati teraba kenyal harus dip[erhatikan kemungkinan

akan terjadi renjatan pada penderita. (soederita, 2006)

4. Renjatan

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke-3 sejak sakitnya

penderita, dimulai dengan kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin

pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bla

syok terjadi pada masa demam biasanya menunjukan prognosis yang

buruk. (soedarto, 2010).


2.1.7 Klasifkasi DHF
Tabel 2.1 Klasifikasi DHF

Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue

DD/DBD Derajat Gejala Laboratorium


DD Demam disertai 2 atau lebih Leucopenia (serulogi
tanda : dengue positif)
Sakit kepala, nyeri retro- Trombostopenia, tidak
orbital, mialgia atralgia ditemukan bukti
kebocoran plasma

DBD I Gejala diatas ditambah uji Trombositopenia


bendung positif (<100.000/ul), bukti ada
kebocoran plasma
DBD II Gejala diatas ditambah Trombositopenia
peredarahaan spontan (<10.000/ul), bukti ada
kebocoran plasma

DBD III Gejala diatas ditambah Trombositopenia


kegagalan sirkulasi ( kulit (<10.000/ul), bukti ada
dingin dan lembab serta kebocoran plasma
gelisah)
DBD IV Syok berat disertai dengan Trombositopenia
tekanan darah dan nadi tidak (<10.000/ul), bukti ada
terukur kebocoran plasma

DBD derajat III dan IV disebut juga sindrom syok dengue (SSD)

2.2 Konsep Hipertermi

2.2.1 Definisi Hipertermi

Menurut NANDA (2016), hipertermi adalah suhu inti tubuh atas kisaran

normal diurnal karena kegagalan termoregulasi. Hipertermi adalah suatu keadaan

dimana seseorang mengelami atau beresiko untuk mengalami kenaikan suhu

tubuh secara terus-menerus lebih tinggi dari 37℃ (peroral) atau 38,8℃
(perrektal) karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal

(coerpenoito, 2009). Menurut Anas (2008) suhu tubuh dibagi menjadi :

1. Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36℃

2. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36℃ -37,5℃

3. Febris/pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5℃ -40℃

4. Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40℃

2.2.2 Mekanisme kehilangan panas

1. Radiasi

Kehilangan panas melalui radiasi berarti kehilangan dalam bentuk

gelombang panas inframerah, suatu jenis gelombang elektromagnetik.

Sebagian besar gelombang panas inframerah yang memancar dari tubuh

memiliki panjang gelombang 5-20 mikrometer, 10-30 kali panjang

gelombang cahaya. Semua benda yang tidak pada suhu nol absolute

memancarkan panas seperti gelombang tersebut. Tubuh manusia

menyebarkan gelombang panas ke segala penjuru. Gelombang panas di

pancarkan dari dinding dan benda-benda lain ke tubuh.bila suhu tubuh lebih

tinggi dari suhu lingkungan, kuantitas panas yang lebih besar dipancarkan

keluar dari tubuh ke lingkungan (kemala, 2008)

2. Konduksi

Sejumlah kecil panas yang biasanya hilang dari tubuh melalui konduksi

langsung dari permukaan tubuh ke benda-benda lain, sepeerti kursi atau

tempat tidur. Sebaliknya, kehilangan panas melalui konduksi ke udara


memang mencerminkan bagian kehilangan panas tubuhyang cukup besar

(sekitar 15%) walaupun keadaan dalam normal. Diingatkan kembali

baahwa panas adalah energi kinetik dari gerakan molekul, dan moleku-

molekul yang menyusun kulit tubuh terus-menerus mengalami Gerakan

vibrasi. Sebagian besar energi dari gerakan ini dapat di pindahkan di udara

bila suhu udara lebih dingin dari kulit, sehingga meingkatkan kecepatan

gerakan molekul-molekul udara. Sekali suhu udara yang berlekatan dengan

kulit menjadi sama dengan suhu kulit, tidak terjadi lagi kehilangan panas

dari tubuh ke udara. Oleh karena itu, konduksi panas dari tubuh ke udara

mempunyai keterbatasan kecuali bila udar baru secara terus-menerus

bersentuhan dengan kulit, fenomena ini disebut konveksi udara (Sudarti,

2009)

3. Konveksi

Pemindahan panas dari tubuh melalui konveksi udara secara umum disebut

pemindahan panas melalui konveksi. Sebenarnya, panas pertama-tama

harus dikonduksikan ke udara kemudian dibawa melalui aliran konveksi.

Sejumlah kecil konveksi hampir terjadi disekitar tubuh akibat

kecenderungan udara disekitar kulit untuk bergerak naik sewaktu menjadi

panas. Oleh karena itu, orang telanjang yang duduk di ruangan yang

nyaman tanpa ada gerakan udara yang besar masih tetap kehilangan sekitar

15% dari panas tubuhnya melalui konduksi ke udara kemudian oleh

konveksi udara menjauhi tubuhnya (Sudarti, 2009)

4. Evaporasi
Bila air berevaporasi dari permukaan tubuh, panas sebesar 0,58 kalori

(kilokalori) hilang untuk setiap satu gram air yang mengalami evaporasi.

Bahkan bila seseorang tidak berkeringat sekalipun, air masih berevaporasi

secara tidak kelihatan dari kulit dan paru-paru dengan kecepatan sekitar

450-600 ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus

dengan kecepatan 12-16 kalori/jam. Evaporasi air melalui kulit dan paru-

paru yang tidak kelihatan ini tidak dapat dikendalikan untuk tujuan

pengaturan suhu karena evaporasi tersebut dihasilkan dari difusi molekul

air terus menerus melalui permukaan kulit dan permukaan sistem

pernafasan. Akan tetapi, kehilangan panas melalui evaporasi keringat dapat

diatur dengan pengaturan kecepatan berkeringat. Evaporasi merupakan

mekanisme pendinginan yang penting pada suhu udara yang sangat tinggi.

Selama suhu kulit lebih tinggi dari suhu lingkungan, panas akan hilang

melalui radiasi dan konduksi. Tetapi suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu

kulit, tubuh memperoleh panas melalui radiasi dan konduksi. Dalam

keadaan seperti ini, satu-satunya cara tubuh melepaskan panas adalah

dengan evaporasi. Oleh sebab itu, setiap faktor yang mencegah evaporasi

yang adekuatketika suhu lingkungan lebih tinggidari suhu kulit akan

menyebabkan suhu tubuh. Hal ini kadang terjadi pada manusia yang

dilahirkan dengan kelainan kelenjar keringat. Orang ini dapat tahan

terhadap suhu dingin seperti halnya orang normal, tetapi mereka hampir

mati akibat serangan panas pada daerah tropis, karena tanpa sistem
pendinginan evaporative, orang ini tidak dapat mencegah peningkatan suhu

tubuh ketika suhu udara lebih tinggi dari suhu tubuh (yunanto, 2008)

2.2.3 Batasan Karakteristik

Menurut NANDA (2016) batasan karakteristik hipertermi antara lain :

1. Apnea

2. Banyi tidak mempertahankan menyusu

3. Gelisah

4. Hipotensi

5. Kejang

6. Koma

7. Kulit kemerahan

8. Kulit terasa hangat

9. Letargi

10. Postur abnormal

11. Stupor

12. Takikardi

13. Takipnea

14. Vasodilatasi

2.2.4 Faktor yang berhubungan dengan hipertermi

Menurut NANDA(2016). Faktor yang berhubungan dengan hipertemi

antara lain:
1. Agen farmaseutikal, pengembangan obat dari bahan alam (saintifikasi

jamu, obat herbal terstandart, fitofarmaka). Sedangkan farmokolagi ialah

kajian mengenai bahan obat yang dipanggil farmaseutikal. Bidang ini

menyentuh komposisi dadah kandungan dadah, interaksi, ketoksikan, dan

kesan yang diingini yang boleh digunakan dalam terapi penyakit.

Farmaseutikal boleh digunakan dalam berbagai jenis bentuk farmakologi.

Bentu yang paling biasa ialah pil, tablet dan kapsul.

2. Aktivitas berlebihan, manusia beraktivitas setiap hari sehingga

membutuhkan tubuh yang untuk menunjang aktivitas. Aktivitas fisik yang

berlebihan atau dilakukan melebihi batas kemampauan tubuh dampak

berdampak buruk bagi kesehatan. Orang yang berlebihan dalam melakukan

aktivitas fisik akan kelelahan, bahkan dapat mengalami cedera dan sakit.

Setiap orang tentu ingin sehat. Tubuh yang sehat dapat diperoleh dengan

mengkonsumsi makanan yang bergizi, menjaga kebersihan diridan

lingkungan serta dengan melakukan olah raga yang teratur.

3. Dehidrasi adalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam

tubuh. Dehidrasi bisa terjadi karena pengeluaran cairan tubuh yang

berlebihan atau lebih besar dari pemasukan.perlu dipahami sebagian besar

tubuh kita terdiri dari air, akibat dari kehilangan dan mengganggu kinerja

dari sistem-sistem tubuh. Bahkan pada tingkat dehidrasi berat bisa

berakibat penurunan kesadaran, koma, dan bahhkan kematian.

4. Iskemia adalah ketidakcukupan suplai darah kejaringan atau organ tubuh.

Iskemia timbul oleh adanya permasalahan pada pembuluh darah. Iskemia


juga dapat diartikan sebagai anemia lokal yang umumnya terjadi pada area

tubuh tertentu saja misalnya, jantung, usus, otak, dan ekstermitas (tangan

dan kaki). Kondisi ini menyebabkan jaringan atau organ mengalami

defisiensi nutrisi dan oksigen yang diperlukan untuk proses metabolisme

sel sekaligus menjaganya tetap hidup. Bila tidak ditangani dengan tepat,

kematian sel-sel dapat terjadi.

5. Pakaian yang tidak sesuai, dianjurkan agar tidak memakai pakaian yang

tebal dan annjurkan pasien untuk memakai pakaian yang tipis dan mudah

menyerap kerigat.

6. Peningkatan laju metabolisme, metabolisme basal atau sering disebut

energy pengeluaran basal (Basal Energy Expenditure) adalah kebutuhan

energy untuk mempertahankan kehidupan atau energy yang mendukung

proses dasar kehidupan, contohnya: mempertahankan temperature tubuh,

kerja paru-paru, pembuatan sel darah merah, detak jantung, filtrasi ginjal,

dan sebagainya.

7. Penurunan perspirasi

8. Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang

menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang

yang dipengaruhinya. Untuk menyembuhkan penyakit orang-orang

biasanya berkonsultasi dengan dokter.

9. Sepsi adalah suatu sindroma klinik yang terjadi oleh karena adanya respon

tubuh yang berlebihan terhadap rangsangan produk mikroorganisme.


Ditandai dengan panas, takikardi, takipnea, hipotensi dan disfungsi organ

berhubungan dengan gaangguan sirkulasi darah.

10. Suhu llingkungan tinggi,suhu tubh tergantung pada neraca keseimbangan

antara panas yang diproduksi atau diarbsorbsi dengan panas yang hilang.

Panas yang hilang dapat berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi,

dan evaporasi.

11. Trauma adalah luka atau jejas baik fisik maupun psikis yang disebabkan

oleh tindakan fisik dengan terputusnya kontunuitas normal suatu struktur.

Trauma dengan kata lain disebut dengan injuri atau wound yang dapat

diartika sebagai kerusakan atau luka karena kontak yang keras dengan

suatu benda.

2.2.5 Etiologi

Hipertermi dapat disebabkan gangguan otak atau akibat bahan toksik yang

mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang menyebabkan efek perangsangan

terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam disebut pirogen.

Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein dan zat lain. Terutama

toksin polisakarida,yang dilepas oleh bakteri tosik/pirogen yang dihasilkan dari

degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit.

Fakto penyebab :

1. Dehidrasi

2. Penyakit atau trauma

3. Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat

4. Pakaian yang tidak layak


5. Kecepatan metabolisme meningkat

6. Pengobatan/anastesia

7. Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang)

8. Aktivitas yang berlebihan.

2.2.6 Klasifikasi Demam

Klasifikasi demam menurut Hidayat (2008) yaitu:

1) Fever, salah satu dari tanda-tanda yang paling umum dan ditandai dengan

peningkata suhu tubuh di atas normal yang memicu peningkatan tonus otot

serta menggil, dan peningkatan suhu inti tubh manusia yang biasnya terjadi

akibat infeksi.

2) Hipertermi, peningkatan suhu tubuh manusia yang biasanya terjadi karene

infesi. Umumnya manusia akan mengeluarkan keringat untuk menurunkan

3) suhu tubuh namun pada keadaan tertentu suhu dapat meningkat dengan

cepat hingga pengeluaran keringat tidak memberikan pengaruh yang cukup.

4) Malignant hipertermi, sebuah reaksi bawaan terhadap gas-gas anestesi

tertentu yang melibatkan kontraksi otot intens, denyut jantung cepat dan

tidak teratur, kesulitan bernafas dan demam tinggi. Hal ini merupakan

kondisi darurat dan harus dikelola dengan cairan, oksigen dan administrasi

injeksi intravena bubuk dantrium.

2.2.7 Tipe atau Jenis Demam

Menurut Suriadi (2007) tipe atau jenis demam antara lain:

1) Demam septik
Pada tipe ini demam septik atau hektik terjadi saat demam remiten atau

intermiten menunjukkan perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu

yang sangat besar. Malam hari suhu naik sekali, pagi turun hingga dibawa

normal sering disertai menggigil dan berkeringat.

2) Demam Remiten

Pada tipe demam remiten, demam turun naik setiap hari meskipun juga

belum mencapai batas normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat

mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada

demam septik.

3) Demam Intermiten

Pada tipe demam intermiten, demam yang bisa turun sampai ke suhu tubuh

normal selama beberapa jam atau satu hari lalu kembali naik. Bila demam

seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua

hari bebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.

4) Demam Kontinyu

Pada tipe ini demam yang terus menerus tinggi walaupun turun, tidak lebih

dari satu derajat celcius. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi

sekali disebut hiperpireksia.

5) Demam Siklik

Pada tipe demam siklik yaitu demam yang tinggi selama beberapa hari lalu

turun selama beberapa hari lalu naik lagi.


2.2.8 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan DHF

Asuhan keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan pada praktik

keperawatan yang langsung dberikan pada pasien dengan berbagai tatanan

pelayanan kesehatan pada standar dalam llngkup/ wewenang serta tanggung jawab

keperawatan (nursalam 2006).

Asuhan keperawatan pada kasus DHF sesuai tahap-tahap dalam proses

keperawatan sebagai berikut :

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara

keseluruhan, pada tahap ini data/ informasipasien yang dibutuhkan, ditentukan

untuk menetukan masalah keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari

pengumpulan data, validasi data dan pengelompokan data (hidayat, 2008).

Adapun data yang dikumpulkan pada kasus DHF sebagai berikut :

1. Data Biografi

a. Biodata pasien dan penanggung jawab

Identitas pasien meliputi nama, umur jens kelamin, pendidikan,

pekerjaan, alamat, agama, suku bangsa, tanggal atau jam masuk rumah

sakit, nomor register, diagnose dan identitas penanggung jawab meliputi

nama, alamat, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, agama dan suku

bangsa.

b. Keluhan utama

Biasanya pasien dengan DHF mengeluh sakit kepala, badan panas dan

tidak ada nafsu makan.


c. Riwayat penyakit sekarang

kapan mulai adanya keluhan,sudah berapa lama, bagaimana tumbuh

kembang anak, bagaimana upaya untuk mengatasi penyakitnya.

d. Riwayat penyakit dahulu

Bagaimana kesehatan pasien sebelumnya, apakah pasien pernah

mengalami penyakit atau ada riawayat penyakit yang lain dan jika ada,

biasanya pergi berobat kemana.

e. Riwayat penyakit keluarga

Bagai mana kesehatan keluarganya, apakah ada keluarganya yang

mengalami penyakit yang sama.

2. Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual

a. Pola nutrisi

Pola nutrisi yang akan ditanyakan adalah bagaimana nafsu makan klien,

jumlah makanan atau minuman serta cairan yang masuk, ada tidaknya

mual dan muntah serta sakit dalam menelan.

b. Pola eliminasi

Pada pola eliminasi yang pertu ditanyakan adalah jumlah jumlah defekasi

perhari, ada atau tidaknya konstifasi, diare, kebiasaan berkemih, ada

tidaknya disuria, hematuri, retensi dan inkontenensia.

c. Pola personal hygiene

Dalam pengumpulan data ni yang perlu ditanyakan adalah berapa kali

klien mandi, menyikat gigi, keramas,dan memoton kuku, perlu juga

ditanynakan penggunaan sabun mandi, pasta gigi dan sampo. Namun hal

tersebut tergantung dengan keadaan klien, tetapi pada umumnya


kebutuhan personal hygiene dapat terpengaruhi meskipun hanya bantuan

kelurga.

d. Pola istirahat tidur

Pada pola ini adalah yang perlu ditanyakan jumlah jam tdur pada malam

hari dan siang hari. Apakah klien merasa tenang sebelum tidur,dan

masalah selama tidur.

e. Pola aktivitas dan latihan

Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah kemampuan

dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari apakah klien mampu

melakukannya secara mandiri atau bantuan keluarga.

f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

Yang perlu dikaji dalam ppola ini adalah kebiasaan klien yang

mempengaruhi kesehatan seperti minum minuman kesra, merokok, dan

lan-lain.

3. Pemeriksaan Fisik Secara Persistem Menurut Soemarno, (2007)

a. System pernafasan / respirasi

Sesak, adanya perdarahan dari hidung (epistaksis), pernafasam dangkal,

tachypnea, pergerakan dada simetris, perkus sonor, pada auskultas

terdengar ronchi, effuse pleura (crackles).

b. Sistem cardiovaskuler

Pada grade I : uji tourniquet postif, trombositipenia, perdarahan spontan

dan hemokonsentrasi. Pada grade II disertai perdarahan spontan dikulit

atau perdarahan lain. Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi
yaitu nadi cepat dan lemah (tachycardia), tekanan nadi sempit, hipotensi,

cyanosissekitar hidung, mulut dan jari-jari, kulit dingin dan lembab. Pada

grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.

c. Sistem persyarafan / neurologi

Pada grade I dan II kesadaran compos menti. Pada grade III dan IV

gelisah, rewel cengeng apatis spoor coma. Grade I sampai IV dapat

terjadi kejang nyeri dikepala dan nyeri di berbagai bagian tubuh,

penglihatan fotopobia dan nyeri dibelakang bola mata.

d. Sistem perkemihan

Prosuksi urin menurun kadanng kurang dar 30 cc/jam terutama pada

grade III, akan mengeluh nyeri saat berkemih dan kencing berwarna

merah.

e. Sistem pencernaan / gastrointestinal

Perdarahan pada gusi, selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri

tekan pada epigastrik, pembesaran limpa, pembesaran pada hati

(hepatomegali) disertai nyeri tekan tanpa disertai dengan ikterus,

abdomen tegang, penuruna nafsu makan, mual, muntah, dapat muntah

darah (hematemesis) dan berak darah (melena).

f. Sistem integument

Terjadi peningkatan suhu tubuh (demam), kulit kerng dan ruam

makulopapuar.

2.3.2 Analisa Data

Tabel 2.2 Analisa Data

No Simptom Etiologi Problem


1 Data subyektif : Proses infeksi virus Peningkatan suhu
a. pasien mengeluh badannya panas dengue tubuh (hipertermi)
b.pasien mengatakan tidak nyaman. Menyerang antibody
Data obyektif : Viremia
a.suhu badan pasien 38,5 Demam
b. badan teraba panas Peningkatan suhu tubuh
c.pasien tampak gelisah (hipertermi)

2 Data subyektif : Ektravasasi cairan Devisit volume


Klien mengatakan tidak mau minum dan Intake kurang cairan tubuh
klen mengatakan perut terasa kembung Volume plasma berkurang
minum terus. Penuurunan volume
cairan tubuh
Data obyektif :
Tugor kulit baik
Mukosa bbir kering
Urin berwarna kuning pekat
Panas hari ke 2 panjang
Trombosit : 133.000
Td :100/60 mmHg, N : 98x/menit
3 Data subyektif : Nafsu makan menurun Ganguan nutrisi
pasien mengatakan tidak mau makan Intake nutris tidak adekuat kurang dari
klilen mengatakan mual dan muntah. Nutris kurang dari kebutuhan
kebutuhan tubuh
Data obyektif :
KU lemah
Makan pagi hanya 3 sendok makan
4 Data obyektif : Virus dengue Cemas
Orang tua klien mengatakan cemas dengan Kondisi anak lemah
keadaan anaknya Cemas

5 Data subyektif : Virus Kurang pengetahuan


Orang tua klien mengatakan tidak tau apa tentang penyakit
obat dan bagaimana cara menangani Viremia
penyakitnya.
Hipertermi
Data obyektif :
Orang tua klien belum mengerti tentang Anoreksia
penyakit anaknya
Orang tua klien belum tau obat apa yang Gangguan nutrisi kurang
harus diminum oleh anaknya dari kebutuhan tubuh

Kurang pengetahuan
tentang penyakit dan
prosedur perawatan

2.3.3 Diagnosa Keperawatan

Menurut NANDA (Nort American Nursing Diagnosies Asspciation) (2009)

diagnose keperawatan dapat di bedakan menjadi 5 kelompok yaitu :


1. Diagnosa keperawatan actual menurut nanda adalah menyajikan keadaan

klinis yang telah divalidasi melalui batasan karakteristik mayor yang di

iddentifikasikan. Diagnose keperawtatan actual penulisannya adalah

adanya masalah (P), adanya pernyataan etiologi (E), dan adanya

pernyataan tanda dan gejala (S).

2. Diagnosa dengan resiko atau dengan resiko tinggi menurut nanda adalah

keputusan klinis tentang individu, keluarga, atau komunitas sangat rentan

mengalami masalah disbanding dengan yang lain pada situas yang sama.

Siagnosis keperawatan ini menggati diagnosis keprawatan porensial

dengan menggunakan “ resiko terhadap atau resiko tinggi terahadap”.

Valiadasi untuk menunjang untuk menunjang diagnosis resiko tinggi yang

memperllhatkan kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok dan

tidak menggunakan batasan karakterstik.

3. Diagnosis keperawatan kemungkinanMenurut nanda adalah

pernyataantentang masalah-masalah yang diduga masih memerlukan data

tambahan, dengan harapan masih diperlukan untuk memastikan adanya

tanda dan gejala utama faktor resiko.

4. Diagnosis keperawatan sehat-sejahteraMenurut nanda adalah diagnosis

keperawtan sehat ketentuan klinis mengenai individu, kelompok atau

masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ketingkat

kesehatan yang lebih baik.

5. Diagnosa keperawatan sindromMenurut nanda diagnosis keperawatan

sindrom adalah diagnosis keperawatan yang terdiri dari kelomp[ok


diagnosis actual dan kelompok resiko tinggi yang diduga akan tampak

karena suatu kejadian atau situasi tertentu.

Menurut Nanda (2009) (Nort American Nursing Diagnosies Asspciation)

diagnose yang mungkin muncul pada pasien DHF antara lain :

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

berpindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

3. Ganguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake nutrisi yang adekuat akibat mual dan nafsu makan yang

menurun.

4. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan orang

tua klien mengatakan cemas dengan keadaan anaknya.

5. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan orang tua klien

tidak tau apa obat dan bagaimana cara menangani penyakitnya, orang tua

klien belum mengerti tentang penyakit anaknya dan orang tua klien belum

tau obat apa saja yang harus diminum anaknya.

2.3.4 Rencana Keperawatan

Tabel 2.3 Daftar Intervensi Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

NANDA (2015)

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Hasil
1. Hipertermia NOC NIC
Definisi : Suhu inti tubuh di Outcome untuk Intervensi Keperawatan yang
atas kisaran normal diurnal Mengukur disarankan untuk menyelesaikan
karena kegagalan Penyelesaian dari masalah :
termoregulasi. Diagnosis 1. Memandikan
1. Termoregulasi 2. Manajemen lingkungan
Batasan karakteristik : 2. Termoregulasi : Perawatan Demam
1. Apnea bayi baru lahir 1. Manajemen cairan
2. Bayi tidak dapat Outcome tambahan 2. Pengaturan hemodinamik
mempertahankan menyusu untuk Mengukur 3. Perawatan bayi baru lahir
3. Gelisah Batasan 4. Kontrol infeksi
4. Hipotensi Karakteristik 5. Perlindungan infeksi
5. Kejang 1. Status Neurologi Pencegahan Hipertermia
6. Koma 2. Status Neurologi Malignan
7. Kulit kemerahan Otonomik 1. Manajemen pengobatan
8. Kulit terasa hangat 3. Tanda-tanda vital 2. Peresepan obat
9. Letargi Outcome yang 3. Manajemen syok
10. Postur abnormal Berkaitan dengan Pengaturan Suhu
11. Stupor Faktor yang Pengaturan suhu : perioperatif
12. Takikardia Berhubungan atau 1. Monitor tanda-tanda vital
13. Takipnea Outcome Menengah Pilihan intervensi tambahan :
14. Vasodilatasi 1. Resiko transfusi 1. Aplikasi panas/dingin
Faktor yang berhubungan : darah 2. Manajemen nutrisi
1. Ages farmaseutikal 2. Status 3. Terapi oksigen
2. Aktivitas berlebihan kenyamanan fisik 4. Perawatan penyisipan kateter
3. Dehidrasi 3. Tingkat sentral parifer
4. Iskemia ketidaknyamanan 5. Manajemen kejang
5. Pakaian yang tidak sesuai 4. Hidrasi 6. Pencegahan kejang
6. Peningkatan laju 5. Keparahan 7. Pengecekan kulit
metabolisme infeksi 8. Pemberian nutrisi total
7. Penurunan respirasi 6. Keparahan parenteral (TPN)
8. Penyakit infeksi : bayi
9. Suhu lingkungan tinggi baru lahir
10. Trauma 7. Pengetahuan
manajemen
penyakit akut
8. Respon
pengobatan
9. Keparahan cidera
fisik
10. Kontrol resiko
hipertermia
11. Manajemen diri :
penyakit akut

Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC


kurang dari kebutuhan tubuh 1. Nutritional status Nutrition Management
Definisi : Asupan nutrisi tidak 2. Nutritional status : 1. Kaji adanya alergi makanan
cukup untuk memenuhi food and fluid 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kebutuhan metabolik 3. Nutritional status : menentukan jumlah kalori dan
nutrient intake nutrisi yang dibutuhkan pasien
Batasan karakteristik : 4. Weight control 3. Anjurkan pasien untuk
1. Kram abdonmen Kriteria Hasil : meningkatkan intake Fe
2. Nyeri abdomen 1. Adanya peningkatan 4. Anjurkan pasien untuk
3. Menghindari makanan berat badan sesuai meningkatkan protein dan vitamin C
4. Berat badan 20% atau lebih dengan tujuan 5. Berikan substansi gula
dibawah berat badan ideal 2. Berat badan ideal 6. Yakinkan diet yang dimakan
5. Kerapuhan kapiler sesuai dengan tinggi mengandung tinggi serat untuk
6. Diare badan mencegah konstipasi
7. Kehilangan rambut berlebih 3. Mampu 7. Monitor jumlah nutrisi dan
8. Bising usus hiperaktif mengidentifikasi kandungan kalori
9. Kurang makanan kebutuhan nutrisi 8. Berikan informasi tentang kebutuhan
10. Kurang informasi 4. Tidak ada tanda- nutrisi
11. Kurang minat pada makan tanda malnutrisi 9. Kaji kemampuan pasien utnuk
12. Penurunan berat badan 5. Menunjukkan mendapatkan nutrisi yang
dengan asupan makanan peningkatan fungsi dibutuhkan
adekuat pengecapan dari Nutrition Monitoring
13. Kesalahan konsepsi menelan 1. BB pasien dalam batas normal
14. Kesalahan informasi 6. Tidak terjadi 2. Monitor adanya penurunan BB
15. Membran mukosa pucat penurunan berat 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
16. Ketidakmampuan memakan badan yang berarti yang dilakukan
makanan 4. Monitor interaksi anak atau orangtua
17. Tonus otot menurun selama makan
18. Mengeluh gangguan sensasi 5. Monitor lingkungan selama makan
rasa 6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
19. Mengeluh asupan makanan tidak selama jam makan
kurang dari RDA 7. Monitor kulit kering dan perubahan
(recommended daily pigmentasi
allowance) 8. Monitor turgor kulit
20. Cepat kenyang setelah 9. Monitor kekringan, rambut kusam
makan dan mudah patah
21. Sariawan rongga mulut 10. Monitor mual muntah
22. Steatorea 11. Monitor kadar albumin, total protein,
23. Kelemahan otot pengunyah Hb dan kadar Ht
24. Kelemahan otot untuk 12. Monitor pertumbuhan dan
menelan perkembangan
Faktor-faktor yang 13. Monitor pucat, kemerahan, dan
berhubungan kekeringan jaringan konjungtiva
1. Faktor biologis 14. Monitor kalori dan intake nutrisi
2. Faktor ekonomi 15. Catat adanya edema, hipemerik,
3. Ketidakmampuan untuk hipertonik, papila lidah dan cavitas
mengabsorbsi nutrient oval
4. Ketidakmampuan untuk 16. Catat jika berwarna magenta, scarlet
mencerna makanan
5. Ketidakmampuan untuk
menelan makanan

Resiko Kekurangan volume NOC NIC


cairan 1. Fluid balance Fluid management
Definisi : beresiko mengalami 2. Hidration 1. Timbang popok atau pembalut jika
dehidrasi vaskuler, seluler atau 3. Nutritional status : diperlukan
intraseluler food and fluid 2. Pertahankan catatn intake dan
intake output yang adekuat
Faktor Resiko : Kriteria Hasil : 3. Monitor status hidrasi (kelembaban
1. Kehilangan volume cairan 1. Mempertahankan membran mukosa, nadi adekuat,
aktif urine output sesuai tekanan darah ortostatik), jika
2. Kurang pengetahuan dengan usia dan diperlukan
3. Penyimpanan yang BB, Bj urine 4. Monitor vital sign
mempengaruhi absorbsi normal, Ht normal 5. Monitor masukan makanan/cairan
cairan 2. Tekanan darah, dan hitung intake kalori harian
4. Penyimpangan yang nadi, suhu tubuh 6. Kolaborasi pemberian cairan IV
mempengaruhi akses cairan dalam batas normal 7. Monitor status nutrisi
5. Penyimpangan yang 3. Tidak ada tanda- 8. Berikan cairan IV pada suhu
mempengaruhi asupan cairan tanda dehidrasi ruangan
6. Kehilangan yang berlebihan 4. Elastisitas turgor 9. Dorong masukan oral
melalui rute normal (miss., kulit baik, 10. Berikan penggantian nasogastrik
diare) membran mukosa sesuai output
7. Usia lanjut lembab. Tidak ada 11. Dorong keluarga untuk membantu
8. Berat badan ekstrem rasa haus yang pasien makan
9. Faktor yang mempengaruhi berlebihan 12. Tawarkan snack (jus buah, buah
kebutuhan cairan (miss, segar)
status hipermetabolik) 13. Kolaborasi dengan dokter
10. Kegagalan fungsi regulator 14. Atur kemungkinan transfusi
11. Kehilangan cairan melalui rute 15. Persiapan untuk transfusi
abnormal (miss, selang
menetap) Hypovolemia management
12. Agens fermasutikal (miss, 1. Monitor status cairan termasik
deuretik) intake dan oautput cairan
2. Pelihara IV line
3. Monitor tingkat Hb dan Ht
4. Montidor tanda-tanda vital
5. Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
6. Monitor BB
7. Dorong pasien untuk menambah
intake oral
8. Pemberian cairan IV monitor
adanya tanda dan gejala kelebihan
volume cairan
9. Monitor adanya tanda-tanda gagal
ginjal

4. Resiko syok NOC NIC


(hipovolemik)  Syok hipovolemik Syok pervention
Definisi : Beresiko  Syok management - Monitor status sirkulasi BP, warna
terhadap ketidakcukupan Kriteria Hasil : kulit, suhu kulit, denyut jantung,
aliran darah ke jaringan  Nadi dalam batas yang HR, dan ritme, nadi perifer, dan
tubuh, yang dapat diharapkan kapiler refill.
mengakibatkan disfungsi  Irama jantung dalam - Monitor tanda inadekuat oksigenasi
seluler yang mengancam batas yang diharapkan jaringan
jiwa.  Frekuensi nafas dalam - Monitor suhu dan pernafasan
Faktor Resiko : batas yang diharapkan - Monitor input dan output
 Hipotensi  Irama pernafasan - Pantau nilai labor : HB, HT, AGD
 Hipovolemi dalam batas yang dan elektrolit
 Hipoksemia diharapkan - Berikan cairan iv dan oral yang
 Hipoksia  Natrium serum dbn tepat
 Infeksi  Kalium serum dbn - Ajarkan keluarga dan pasien tentang
 Sepsis  Klorida serum dbn tanda dan gejala datangnya syok
 Sindrom respon  Kalium serum dbn - Ajarkan keluarga dan pasien tentang
inflamasi sistemik  Klorida serum dbn langkah untuk mengatasi gejala
 Kalsium serum dbn syok
 Magnesium serum dbn Syok management
 PH darah serum dbn - Monitor fungsi neurologis
Hidrasi - Monitor fungsi renal (e.g BUN dan
 Indicator Cr Lavel)
 Mata cekung tidak - Monitor tekanan nadi
ditemukan - Monitor status cairan, input output
 Demam tidak - Memantau tren dalam parameter
ditemukan hemodinamik (misalnya, CVP,
 TD dbn MAP, tekanan kapiler pulmonal /
 Hematokrit dbn arteri)
- Memonitor gejala gagal pernafasan
- Memonitor nilai laboratorium
(misalnya, CBC dengan
diferensial) koagulasi profil
- Masukkan dan memelihara
besarnya kobosanan akses IV
6. Ketidakefektifan pola Noc Nic
nafas  Respiratory status : Airway management
Definisi : Inspirasi dan Ventilation - Buka jalan nafas, gunakan teknik
atau ekspirasi yang  Respiratory status : chin lift atau jaw trust bila perlu
memberi ventilasi Airway patency - Identifikasi pasien perlunya
Batasan karakteristik :  Vital sign status pemasangan alat jalan nafas buatan
 Perubahan Kriteria hasil : - Posisikan pasien untuk
kedalaman  Mendemonstrasikan memaksimalkan ventilasi
pernapasan batuk efektif dan suara - Pertahankan posisi pasien
 Perubahan ekskursi nafas yan bersih, tidak - Observasi adanya tanda tanda
dada ada sianosis dan hipoventilasi
 Mengambil posisi dyspneu (mampu Oxygen therapy
tiga titik mengeluarkan sputum, - Bersihkan mulut, hidung dan secret
 Bradipneu mampu bernapas trakea
 Penurunan tekanan dengan mudah, tidak - Lakukan fisioterapi dada
ekspirasi ada pursed lips) - Keluarkan secret dengan batuk atau
 Penurunan kapasitas  Menunjukkan jalan suction
vital nafas yang paten (klien - Bersihkan hidung dan mulut dari
 Dipneu tidak merasa tercekik, secret
irama nafas, frekuensi - Auskultasi suara nafas, catat
 Peningkatan
pernafasan dalam adanya suara tambahan
diameter anterior –
rentang normal, tidak Vital sign monitoring
posterior
ada suara nafas - Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Pernapasan cuping
abnormal) - Catat adanya fluktuasi tekanan
hidung
 Tanda – tanda vital darah
 Ortopneu dalam rentang normal
 Fase ekspirasi (tekanan darah, nadi,
memanjang pernafasan)
 Pernapasan bibir
 Takipneu
 Penggunaan otot
aksesorius untuk
bernapas
Faktor yang
berhubungan
 Ansietas
 Posisi tubuh
 Deformitas tulang
 Deformitas dinding
dada
 Keletihan
 Hiperventilasi
 Sindrom
hipoventilasi
 Gangguan
muskuloskeletal
 Kerusakan
neurologis
 Imaturnitas
neurologis
 Disfungsi
neuromuskular
 Obesitas
 Nyeri
 Keletihan otot
pernapasan cedera
modula spinalis

2.3.5 Implementasi Keperawatan

Merupakan tahap ke empat dalam tahap proses keperawatan dengan

melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah

direncanakan dalam rencana keperawatan. Dalam hal ini perawat harus

mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisk dan perlindungan pada

pasien, tehnik komunikasi, kemampuandalam prosedur tindakan, pemahaman

tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien

(Aziz Alimun Hidayat, 2007)

Menurut Nursalam, (2010) tndakan keperawatan mencakup tindakan

indefendent (mandiri), dan kolaborasi.

1. Tindakan mandiri adalah aktifitas peerawat yang didasarkan pada

kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau

perintah dari petugas lain.

2. Tindakan kolaborasi adalah tindakan adalah hasil keputusan bersama seperti

dokter dan petugas kesehatan lainnya.

2.3.6 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan

yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan

pelaksanaanyayang sudah berhasil di capai (nursalam, 2010).

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil

implementasi dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat

keberhasilannya (hidayat, 2010).

Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang oprasional dengan

pengertian:

S : Ungkapan perasaan yang dikeluhkan atau yang dirasakan secara obyektif oleh

klien atu orang tua klien setelah diberikan implementasi keperawatan.

O : Keadaan obyektik yang dapat di identifikasi oleh perawat menggunakan

pengamatan yang obyektif setelah inmplementasi keperawatan.

A :Adalah analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif

yang telah dibandingkan dengan kirteria hasil dan standar yang telah ditentukan

mengacu pada tujuan rencana keperawatan.

P : Perencanaan selanjutnya
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien

Tabel 4.1 Identitas Pasien

IDENTITAS PASIEN PASIEN 1 PASIEN 2


Nama Sdr. S Sdr.A
Jenis kelamin Perempuan Perempuan
Umur 18 tahun 20 tahun
Status perkawinan Belum kawin Belum kawin
Pekerjaan Pelajar Pelajar
Agama Islam Islam
Pendidikan terakhir SMP SMA
Alamat Gondang Wetan, Pasuruan Kidul Dalem, Bangil,
Pasuruan
No. Register 320xxx 320xxx
Tanggal MRS. 1 April 2019 (08.00) WIB 3 April2019 (15.00) WIB
Tanggal pengkajian 1 April 2018 (10.00) WIB 3April 2018 (19.00) WIB
Diagnosa medis
2. Riwayat Penyakit

Tabel 4.2 Riwayat Penyakit

RIWAYAT
PASIEN 1 PASIEN 2
PENYAKIT
Keluhan utama pasien mengatakan badannya panas, pasien mengatakan badannya panas
mual, pusing dan nyeri perut. mual, muntah, pusing dan nyeri di
persendian.
Riwayat penyakit Pasien mengatakan badanya panas Pasien mengatakan badanya panas
sekarang saat di rumah. Panas tidak turun- saat di rumah. Panas tidak turun-
turun selama ±5 hari, mual muntah, turun selama ±6hari, mual muntah,
pusing, dan nyeri perut. Kemudian pusing dan nyeri di persendian.
pada tanggal 1 April 2019 jam Kemudian pada tanggal 3 April
08.00 WIB, keluarganya 2019 jam 15.00 WIB, karena takut
memutuskan membawa pasien ke terjadi apa-apa pada pasien,
IGD RSUD Bangil pasuruan untuk keluarganyamemutuskan
berobat. Dari IGD pasien membawa pasien ke IGD RSUD
dianjurkan untuk MRS. Kemudian Bangil pasuruan untuk berobat.
pasien dipindahkan ke ruang Dari IGD pasien dianjurkan untuk
melatiRSUD Bangil untuk rawat MRS. Kemudian pasien
inap. dipindahkan ke ruang melatiRSUD
Bangil untuk rawat inap.

Riwayat penyakit Pasien mengatakan tidak Pasien mengatakan tidak


dahulu mempunyai riwayat penyakit mempunyai riwayat penyakit
seperti ini sebelumnya, penyakit seperti ini sebelumnya, penyakit
menular (seperti: HIV/AIDS, menular (seperti: HIV/AIDS,
Hepatitis, dan TBC), menurun Hepatitis, dan TBC), menurun
(seperti DM, Jantung, Hipertensi (seperti DM, Jantung, Hipertensi
dan Asma), penyakit menurun dan Asma), penyakit menurun
(Paru-paru, Ginjal dan jantung). (Paru-paru, Ginjal dan jantung).

Riwayat kesehatan Pasien mengatakan di dalam Pasien mengatakan di dalam


keluarga keluarga tidak ada yang mempunyai keluarga tidak ada yang
riwayat penyakit seperti ini dan mempunyai riwayat penyakit
Diabetes, Hepatitis, Hipertensi dan seperti ini dan Diabetes, Hepatitis,
Jantung. Hipertensi dan Jantung.

3. Pola Aktivitas Sehari-Hari

Tabel 4.3 Pola Aktivitas Sehari-Hari

POLA AKTIVITAS Pasien 1 Pasien 2


SEHARI-HARI
Pola Tidur/Istirahat 1. Saat sehat di rumah: 1. Saat sehat di rumah:
Waktu tidur: pasien dapat Waktu tidur: pasien dapat tidur
tidur malam dari jam 21.00 malam dari jam 23.00 WIB,
WIB, siang jam 14.00 WIB siang jam 14.00 WIB
Waktu bangun: pasien Waktu bangun: pasien bangun
bangun jam 05.00 WIB, siang jam 05.30 WIB, sian jam 15.30
jam 15.00 WIB WIB
Pasien tidak mengalami Pasien tidak mengalami
masalah tidur masalah tidur
Mudah tidur jika lelah dan Mudah tidur jika lelah dan
mengantuk mengantuk
Mudah bangun jika terdengar Mudah bangun jika terdengar
suara ramai/berisik. suara ramai/berisik.
2. saat sakit dirumah: 2. saat sakit dirumah:
Waktu tidur: pasien dapat Waktu tidur: pasien dapat tidur
tidur malam dari jam 21.00 malam dari jam 22.00 WIB,
WIB, siang jam 12.30 WIB siang jam 13.00 WIB
Waktu bangun: pasien Waktu bangun: pasien bangun
bangun jam 05.00 WIB, siang jam 06.00 WIB, siang jam
jam 14.00. 15.00.
Masalah tidur: sering Masalah tidur: sering
terbangun karena kondisi terbangun karena kondisi
badanya yang panas. badanya yang panas.

3. saat di rumah sakit: 3. saat di rumah sakit:


Waktu tidur: pasien dapat Waktu tidur: pasien dapat tidur
tidur malam dari jam 21.00 malam dari jam 21.30 WIB,
WIB, siang jam 12.30 WIB siang jam 13.00 WIB
Waktu bangun: pasien Waktu bangun: pasien bangun
bangun jam 05.00 WIB, siang jam 07.00 WIB, siang jam
jam 14.00. 15.00.
Masalah tidur: sering Masalah tidur: sering
terbangun karena kondisi terbangun karena kondisi
badanya yang panas dan badanya yang panas dan jika
mendengar suara keramaian. mendengar suara keramaian.
1. saat sehat di rumah: 1. saat sehat di rumah:
Makan 2x/hari, dengan nasi, Makan 3x/hari, dengan nasi,
tempe tahu, ikan dan sayur tempe tahu, ikan dan sayur
Pola Nutrisi dengan porsi 1 piring sedang. dengan porsi 1 piring habis.
Minum ± 5 gelas/hari dengan Minum ± 6 gelas/hari dengan
air putih dan teh. air putih , kopi dan teh.

2. Saat sakit di rumah: 2. Saat sakit di rumah:


Makan 1x/hari, dengan nasi, Makan 2x/hari, dengan nasi,
bubur, sayur bayam, tahu, 1 bubur, sayur bayam, tahu, 1
porsi tidak habis porsi tidak habis
Minum 5-6 gelas/hari, dengan Minum 6 gelas/hari, dengan air
air putih, minum jika haus dan putih, minum jika haus dan
setelah makan. setelah makan.
3. Saat dirawat di RS: 3. Saat dirawat di RS:
Makan 3x/hari dengan (diet Makan 3x/hari dengan (diet
Nasi Tim), 1 porsi tidak habis Nasi Tim), 1 porsi tidak habis
makan hanya 3 sendok saja. makan hanya 3 sendok saja.
Minum 7 gelas/hari, dengan Minum 7 gelas/hari, dengan air
air putih, minum jika haus dan putih, minum jika haus dan
setelah makan. setelah makan.
Pola Eliminasi 1. Saat sehat di rumah: BAB 1. Saat sehat di rumah: BAB
1x/hari dengan konsistensi 1x/hari dengan konsistensi
kadang padat dan lunak, warna kadang padat dan lunak, warna
kuning, bau khas. kuning, bau khas.
BAK 5-6x/hari, warna kuning BAK 5-6x/hari, warna kuning
cerah, bau khas, tidak ada cerah, bau khas, tidak ada
kesulitan dalam BAB/BAK. kesulitan dalam BAB/BAK.
2. Saat sakit di rumah: BAB 2. Saat sehat di rumah: BAB
1x/hari dengan konsistensi 1x/hari dengan konsistensi
padat dan lunak, warna kadang padat dan lunak, warna
kuning, bau khas. kuning, bau khas.
BAK 5-6x/hari, warna kuning BAK 3-4x/hari, warna kuning
cerah, bau khas, tidak ada cerah, bau khas, tidak ada
kesulitan dalam BAB/BAK. kesulitan dalam BAB/BAK.
3. Saat dirawat di RS: 3. Saat dirawat di RS:
BAB 1x/hari dengan BAB 1x/hari dengan konsistensi
konsistensi padat, warna lunak, warna kuning, bau khas.
kuning, bau khas. BAK 3-4x/hari, warna kuning
BAK 5-6x/hari, warna kuning cerah, bau khas, tidak ada
cerah, bau khas, tidak ada kesulitan dalam BAB/BAK.
kesulitan dalam BAB/BAK.
1. Saat sehat di rumah: 1. Saat sehat di rumah:
Mandi 2x/hari Mandi 2x/hari
Keramas 2x/minggu Keramas 2x/minggu
Gosok gigi 3x/hari Gosok gigi 3x/hari. Pasien
Pasien memotong kukunya memotong kukunya jika
jika panjang. panjang.
2. Saat sakit di rumah: 2. Saat sakit di rumah:
Pasien hanya diseka oleh Pasien hanya diseka oleh
Pola Kebersisihan keluarganya tiap pagi dan sore, keluarganya tiap pagi dan sore,
Diri/Personal Hanya berkumur saja Hanya berkumur saja
Hygiene Belum keramas Belum keramas. Pasien
Pasien memotong kukunya memotong kukunya jika
jika panjang. panjang.
3. Saat dirawat di RS: 3. Saat dirawat di RS:
Pasien hanya diseka oleh Pasien hanya diseka oleh
keluarganya tiap pagi dan sore, keluarganya tiap pagi dan sore,
Pasien hanya berkumur saja, Pasien hanya berkumur saja,
belum keramas, belum potong belum keramas, belum potong
kuku karena belum panjang. kuku.
1. Saat sehat di rumah: 1. Saat sehat di rumah: pasien
Pasien mengatakan sekolah, mengatakan kuliah, menonton
menonton tv dan bermain tv, dan bermain sepak bola
bersama temanya
2. Saat sakit di rumah: pasien 2. Saat sakit di rumah: pasien
hanya tidur hanya tidur
3. Saat dirawat di RS: 3. Saat dirawar di RS: pasien
Pasien hanya berbaring di hanya berbaring di tempat
tempat tidur. tidur.

4. Data Psikologi

Tabel 4.4 Data Psikologi

DATA KLIEN 1 KLIEN 2


PSIKOLOGI
Status Emosi Klien terlihat lemas dan tidak Klien terlihat lemas dan tidak
bergairah / tidak semangat bergairah / tidak semangat
karena panas, mual karena panas, mual, muntah
Citra Klien mengatakan kurang Klien mengatakan kurang
Tubuh percaya diri dengan keadaan percaya diri dengan keadaan
(Body sakit sekarang ini. sakit sekarang ini.
Image)
Ideal Diri Klien berharap agar bisa Klien berharap agar bisa
(Self Ideal) sembuh dari penyakitnya dan sembuh dari penyakitnya dan
bisa berkumpul dengan bisa berkumpul dengan anggota
anggota keluarganya. keluarganya.
B. Konsep Harga Diri Setiap bertemu seseorang Setiap bertemu seseorang yang
Diri (Self yang dikenal selalu menyapa dikenal selalu menyapa dan
Esteem) dan mengucapkan salam. mengucapkan salam.
Peran Klien mengatakan sudah tidak Klien mengatakan sudah tidak
(Role) bisa bersekolah dan bermain bisa kuliah dan bermain dengan
dengan temanya. temanya lagi karena sakit yang
dialaminya.
Identitas Klien merasa puas sebagai Klien merasa puas sebagai
seorang laki-laki sekaligus seorang laki-laki sekaligus anak
anak dikeluarganya. dikeluarganya.

5. Data Psikososial

Tabel 4.5 Data Psikososial

DATA PSIKOSOSIAL PASIEN 1 PASIEN 2


Pola komunikasi Pasien dapat berkomunikasi Pasien dapat berkomunikasi
dengan baik dan lancar dengan baik dan lancar
menggunakan bahasa menggunakan bahasa
Indonesia dan bahasa Jawa, Indonesia dan bahasa Jawa,
serta dapat menjawab serta dapat menjawab
pertanyaan dari perawat pertanyaan dari perawat
dengan baik, jawaban sesuai dengan baik, jawaban sesuai
dengan pertanyaan yang dengan pertanyaan yang
diajukan. diajukan.
Orang yang paling dekat Ibunya Ibunya
dengan pasien
Rekreasi/hobby/penggunaan Rekreasi: ke pemandian kolam Rekreasi: ke pemandian kolam
waktu senggang renang renang
Hobby: sepak bola Hobby: menonton tv, sepak
Penggunaan waktu senggang: bola
berkumpul denga keluarga dan Penggunaan waktu senggang:
bermain dengan temanya. berkumpul dengan keluarga,
bermain bersama teman
temanya.
Dampak dirawat di RS Pasien mengatakan tidak bisa Pasien mengatakan tidak bisa
beraktivitas seperti biasanya beraktivitas seperti biasanya
karena pasien harus karena pasien harus
beristirahat. beristirahat.
Hubungan dengan orang Pasien dapat berinteraksi Pasien dapat berinteraksi
lain/interaksi social dengan baik dan lancar dengan dengan baik dan lancar dengan
perawat, keluarga, pasien yang perawat, keluarga, pasien yang
berada di sampingnya. berada di sampingnya.
Keluarga yang dihubungi Orang tua pasien Orang tua pasien
apabila diperlukan

6. Data Spiritual

Tabel 4. 6 Data Spiritual

DATA SPIRITUAL PASIEN 1 PASIEN 2


Kegiatan beribadah SMRS: pasien mengatakan rutin SMRS: pasien mengatakan rutin
sholat 5 waktu sholat 5 waktu
MRS: pasien mengatakan tidak MRS: pasien mengatakan tidak bisa
bisa sholat, hanya berdoa agar sholat, hanya berdoa agar cepat
cepat sembuh sembuh
Keyakinan terhadap Pasien mengatakan sakitnya Pasien mengatakan sakitnya
sehat/sakit mungkin ujian dari Allah SWT, mungkin ujian dari Allah SWT,
pasien yakin pasti bisa sembuh. pasien yakin pasti bisa sembuh.
Keyakinan terhadap Pasien dan keluarga yakin bahwa Pasien dan keluarga yakin bahwa
penyembuhan pasien akan sembuh seperti dulu pasien akan sembuh seperti dulu

7. Pemeriksaan Fisik

Tabel 4.7 Pemeriksaan Fisik

PEMERIKSAAN FISIK PASIEN 1 PASIEN 2


Keadaan um Lemah Lemah
Keadaan Compos mentis Compos mentis
GCS 4,5,6 4,5,6
Keadaan umum
BB SMRS: 50 kg SMRS: 55 kg
MRS : 49 kg MRS : 53 kg
TB 165 cm 170 cm
TD 90/60mmHg 100/60mmHg
Nadi 92 x/menit 96x/menit
Tanda tanda vital
Suhu 37,8°C 38,2°C
RR 22x/menit 24x/menit
Pemeriksaan Kepala Inspeksi 1. Bentuk: bulat, simetris 1. Bentuk: bulat,
kepala-leher 2. Kulit kepala cukup simetris
bersih, tidak ada ketombe 2. Kulit kepala
3. Penyebaran rambut: cukup bersih,
merata tidak ada
4. Keadaan rambut: ketombe
kusam 3. Penyebaran
5. Warna rambut hitam rambut: merata
6. Rambut tidak berbau 4. Keadaan rambut:
7. Warna kulit wajah: kusam
kemerahan 5. Warna rambut:
8. wajah grimace putih
6. Rambut tidak
berbau
7. Warna kulit
wajah: kemerahan
8. wajah grimace
Palpasi Tidak ada benjolan dan Tidak ada benjolan
hematoma dan hematoma
1. Mata lengkap simetris 1. Mata lengkap
2. Konjungtiva anemis simetris
3. Sclera tidakikterik 2. Konjungtiva
4. Pupil: refleks pupil anemis
terhadap cahaya baik, 3. Sclera
besarnya sama dan tidakikterik
bulat (isokor) 4. Pupil: refleks
5. kornea dan iris: tidak pupil terhadap
ada peradangan, cahaya baik,
6. Gerakan bola mata besarnya sama
normal dan bulat
Inspeksi
7. Palpebra: normal, tidak (isokor)
ada peradangan. 5. kornea dan iris:
tidak ada
peradangan,
6. Gerakan bola
Mata mata normal
7. Palpebra:
normal, tidak ada
peradangan.
8. Bulu mata tidak 8. Bulu mata tidak
rontok, bersih rontok, bersih
1. Tidak ada edema 1. Tidak ada
1. Tidak ada edema
peradangan/resi 2. Tidak ada
2. Tidak ada benjolan peradangan/resi
3. Tidak ada ptosis 3. Tidak ada
Palpasi 4. Tidak ada tekanan benjolan
bola mata 4. Tidak ada
ptosis
5. Tidak ada
tekanan bola
mata
1. Tulang hidung dan 1. Tulang hidung
posisi septum nasi : dan posisi
tidak ada septum nasi :
pembengkokan tidak ada
2. Lubang hidung: ada pembengkokan
sekret, tidak ada 2. Lubang
Hidung
sumbatan hidung: ada
3. Selaput lendir sekret, tidak
lembab, tidak ada ada sumbatan
pendarahan 3. Selaput lendir
lembab, tidak
ada pendarahan
Telinga Inspeksi 1. Bentuk: simetris 1. Bentuk: simetris
2. Ukuran: sedang 2. Ukuran: sedang
3. Lubang telinga: tidak 3. Lubang telinga:
ada serumen, tidak ada tidak ada
pendarahan serumen, tidak
4. membran telinga: utuh ada pendarahan
4. membran
telinga: utuh
Palpasi Tidak ada benjolan Tidak ada benjolan
1. Mukosa bibir kering 1. Mukosa bibir
2. Gusi normal, ada sisa kering
makanan, ada karies 2. Gusi normal,
gigi ada sisa
3. Warna lidah merah makanan, ada
Mulut dan faring
muda dan merata karies gigi
4. Nafas berbau 3. Warna lidah
merah muda
dan merata
4. Nafas berbau
Posisi trakea: simetris Posisi trakea:
Inspeksi
simetris
1. Tidak ada 1. Tidak ada
pembesaran kelenjar pembesaran
tiroid dan limfe kelenjar tiroid
2. Tidak ada dan limfe
Leher
bendungan/distensi 2. Tidak ada
Palpasi
vena jugularis bendungan/dist
3. Denyut nadi karotis ensi vena
teraba jugularis
3. Denyut nadi
karotis teraba
Paru-paru 1. Bentuk thorax: 1. Bentuk thorax:
normal normal
2. Frekuensi napas: 2. Frekuensi
teratur, 22x/menit napas: teratur,
3. Kedalaman napas 24x/menit
normal 3. Kedalaman
4. Tidak ada pernapasan napas normal
Inspeksi
cuping hidung 4. Tidak ada
5. Tidak ada sianosis pernapasan
6. Tidak ada batuk cuping hidung
5. Tidak ada
sianosis
6. Tidak ada
batuk
Getaran suara Getaran suara
(vocal/stem (vocal/stem
Palpasi
fremitus) kanan fremitus) kanan
dan kiri sama dan kiri sama
Suara paru Suara paru resonan
Perkusi
resonan (sonor) (sonor)
Auskultasi 1. Suara napas vesikuler 1. Suara napas
2. Intensitas dan kualitas vesikuler
suara di kiri dan 2. Intensitas dan
kanan sama kualitas suara
3. Wheezing di kiri dan
 kanan sama
 3. Wheezing
 

4. Ronchi 

 4. Ronchi
 


Jantung 1. Prekordium : tidak 1. Prekordium :
ada pulsasi tidak ada
2. Letus cordis : berada pulsasi
pada ICS V pada 2. Letus cordis :
linea berada pada
Inspeksi
Midclavicula kiri ICS V pada
selebar 1 cm linea
Midclavicula
kiri selebar 1
cm
Prekordium: tidak ada Prekordium: tidak
pulsasi ada
Palpasi
pulsas
i
1. Batas-batas jantung: 1. Batas-batas
tidak ada pembesaran jantung: tidak
jantung ada
Kanan atas: ICS II pembesaran
linea pada para jantung
sternalis dextra Kanan atas:
Kanan bawah ICS IV ICS II linea
linea para sternalis pada para
dextra sternalis dextra
Kiri atas: ICS II linea Kanan bawah
para sternalis sinistra ICS IV linea
Kiri bawah: ICS IV para sternalis
Perkusi
linea media dextra
clavicularis sinistra Kiri atas: ICS
2. Bunyi jantung dullnes II linea para
sternalis
sinistra
Kiri bawah:
ICS IV linea
media
clavicularis
sinistra
2. Bunyi jantung
dullnes
Auskultasi 1. BJ I pada ICS IV 1. BJ I pada ICS
linea sternalis kiri (BJ IV linea
I tricuspidalis) sternalis kiri
2. BJ I pada ICS V linea (BJ I
mid clavicula atau tricuspidalis)
apeks (BJ mitral) 2. BJ I pada ICS
3. BJ II pada ICS II V linea mid
linea sternalis kanan clavicula atau
(BJ II aorta) apeks (BJ
4. BJ II pada ICS IV mitral)
linea sternalis kiri 3. BJ II pada ICS
atau ICS III linea II linea
sternalis kanan (BJ II sternalis kanan
pulmonal) (BJ II aorta)
5. Bunyi jantung : Lup 4. BJ II pada ICS
Dup IV linea
sternalis kiri
atau ICS III
linea sternalis
kanan (BJ II
pulmonal)
5. Bunyi jantung :
Lup Dup
Inspeksi Tidak dikaji Tidak dikaji
Payudara
Palpasi Tidak dikaji Tidak dikaji
1. Bentuk abdomen: 1. Bentuk
simetris, datar abdomen:
2. Tidak ada bayangan simetris, datar
pembuluh darah vena 2. Tidak ada
di kulit abdomen bayangan
Inspeksi 3. Tidak ada pembuluh
pembesaran abdomen darah vena di
kulit abdomen
3. Tidak ada
pembesaran
abdomen
1. Tidak ada 1. Tidak ada
benjolan/massa benjolan/massa
2. Turgor kulit normal, 2. Turgor kulit
kembali <2 detik normal,
Abdomen 3. Tidak ada tanda-tanda kembali <2
acites detik
Palpasi
4. Hepar: teraba pada 3. Tidak ada
kuadran 1 ada nyeri tanda-tanda
tekan acites
4. Hepar: teraba
pada kuadran 1
ada nyeri tekan
Perkusi 1. Bunyi abdomen: 1. Bunyi
timpani abdomen:
2. Tidak ada asites timpani
2. Tidak ada
asites
1. Frekuensi bunyi 1. Frekuensi
Auskultasi usus : 18x/Menit bunyi usus :
20x/Menit
1. Struktur dan bentuk 1. Struktur dan
tulang: simetris, tidak bentuk tulang:
ada kelainan simetris, tidak
2. Terdapat ptekie 10 ada kelainan
3. Fungsi sensorik baik 2. Terdapat
Inspeksi 4. Turgor kulit kembali ptekie 10
Ekstremitas <2 detik 3. Fungsi sensorik
baik
4. Turgor kulit
kembali <2
detik
1. Tidak ada pitting 4. Tidak ada
Palpasi edema pitting edema
 
 
2. Akral hangat 5. Akral hangat
3. Kekuatan otot 6. Kekuatan otot
5 5
5 5

1. Fungsi motorik baik 1. Fungsi motorik


2. Fungsi sensorik baik baik
3. Refleks fisiologis 2. Fungsi sensorik
Trisep (+) baik
Bisep (+) 3. Refleks
Petella (+) fisiologis
Perkusi 4. Refleks patologis Trisep (+)
Babinski (-) Bisep (+)
Gordon (-) Petella (+)
4. Refleks
patologis
Babinski (-)
Gordon (-)
Inspeksi Tidak dikaji Tidak dikaji
Genetalia
Palpasi Tidak dikaji Tidak dikaji
Neurologis Baik, pasien mampu Baik, pasien
membedakan bau mampu
minyak tawon dan membedakan
Nervous I
minyak kayu putih bau minyak
(olfactory)
tawon dan
minyak kayu
putih
Nervous II Jarak pandang baik Jarak pandang
(optic) baik
Pergerakan mata Pergerakan mata
simetris, tidak ada simetris, tidak
Nervous III
strabismus, refleks pupil ada strabismus,
(occulomo-
terhadap cahaya baik refleks pupil
tor)
(isokor) terhadap cahaya
baik (isokor)
Pasien mampu memutar Pasien mampu
Nervous IV
bola mata memutar bola
(trochlear)
mata
Pasien mampu Pasien mampu
Nervous V membuka mulut, dan membuka mulut,
(trigeminal) mampu mengunyah dan mampu
mengunyah
Pasien mampu melirik Pasien mampu
kanan kiri atas bawah, melirik kanan kiri
Nervous VI pasien mampu atas bawah,
(abducens) mengedipkan kedua pasien mampu
matanya mengedipkan
kedua matanya
Nervous VII Pasien mampu Pasien mampu
(facial) tersenyum, mengerutkan tersenyum,
dahi dan mengerutkan dahi
menggembungkan pipi, dan
pasien mampu menggembungka
membedakan rasa manis n pipi, pasien
(gula) dan asin (garam). mampu
membedakan rasa
manis (gula) dan
asin (garam).
Nervous VIII Pendengaran baik Pendengaran baik
(auditory)
Tidak ada kesulitan Tidak ada
Nervous IX
menelan, pasien mampu kesulitan
(glassopharyn
batuk menelan, pasien
geal)
mampu batuk
Nervous X Tidak ada perubahan Tidak ada
(vagus) suara perubahan suara
Pasien dapat Pasien dapat
Nervous XI menggerakkan leher menggerakkan
(spinal dengan baik, tidak ada leher dengan baik,
accesory) kekakuan leher tidak ada
kekakuan leher
Pasien mampu Pasien mampu
menjulurkan lidahnya menjulurkan
Nervous XII dan menggerakkan lidahnya dan
(hypoglosall) lidahnya ke kanan, ke menggerakkan
kiri lidahnya ke
kanan, ke kiri
Tidak ada tanda tanda Tidak ada tanda
rangsangan otak, tidak tanda rangsangan
ada kekakuan leher/kaku otak, tidak ada
Tanda tanda
kuduk, tidak ada kejang, kekakuan
rangsangan
pemeriksaan brudzinski leher/kaku kuduk,
otak
I (-) tidak ada kejang,
pemeriksaan
brudzinski I (-)
Tingkat GCS 4,5,6 GCS 4,5,6
kesadaran Compomentis Composmentis
(secara
kualitatif)/GC
S

. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik

Tabel 4.8 Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik

Pemeriksaan Klien 1 Klien 2 Nilai Satuan


penunjang/diagnostic (Sdr.S) 01 (Sdr.A) 03 normal
April 2019 April 2019
(12.00) WIB (16.00)
Laboratorium

Hematologi
Darah Lengkap
Leukosit 9,3 9,9 3,70-10,1 (103/µL)
(WBC)
Neutrofil 2,3 2,4
Limfosit 1,1 1,2
Monosit 0,4 0,6
Eosinofil 0,0 0,0
Basofil 0,2 0,2
Neutrofil % 44,2 45,3 39,3-73,7 %
Limfosit % 23,1 23,9 18,0-48,3 %
Monosit % 11,2 10,7 4,40-12,7 %
Eosinofil % 0,5 L 0,4 0,600-7,30 %
Basofil % H 3,3 H 4,2 0,00-1,70 %
Eritrosit (RBC) H 7,330 H 7,470 4,6-6,2 103/µL
Hemoglobin 12,6 H 20,70 13,5-18,0 g/dL
(HGB)
Hematokrit 41,6 48,8 40-54 %
(HCT)
MCV 81,4 L 80,30 81,1-96,0 µm3
MCH 27,50 27,70 27,0-31,2 pg
MCHC 35,1 34,50 31,8-35,4 g/dL
RDW 13,4 13,00 11,5-14,5 %
PLT L 39 L67 155-366 103/µL
MPV 16,4 18,3 6,90-10,6 fL
Gula Darah
Gula Darah 115 104 <200 mg/dL
Sewaktu

Rontgen Tidak Tidak


dilakukan dilakukan
ECG Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
USG Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Lain-lain Uji torniquet Uji torniquet
(+) (+)

9. Penatalaksanaan Dan Terapi

Tabel 4.9 Penatalaksanaan dan Terapi

Penatalaksanaan Pasien 1 Pasien 2


dan terapi
Parenteral 1. Injeksi cofeporazone 2x 1g/IV 1. Injeksi cofeporazone 2x 1g/IV
2. Injeksi Ranitidin 2x25 mg/IV 2. Injeksi Ranitidin 2x25 mg/IV
3. Santegesik 2x50 mg/IV 3. Santegesik 2x50 mg/IV
4. Infus RL 20 tetes per menit 4. Infus RL 20 tetes per menit
Oral Tablet paracetamol 500 mg 2x500 Tablet paracetamol 500 mg 2x500
mg mg

4.2 Analisis Data


Tabel 4.10 Analisis Data
ANALISIS DATA ETIOLOGI MASALAH

PASIEN 1

Ds: Hipertermia
Pasien mengatakan Arbovirus (melalui nyamuk
badanya panas aedes aegypti)
Do: ↓
Keadaan umum : lemah Beredar dalam aliran darah
TTV: ↓
TD : 90/60mmHg Infeksi virus dengue
N : 92x/menit ↓
S : 37,8o C Mengaktifkan sistem
RR : 21x/menit komplemen
Akral hangat ↓
Mukosa bibir kering Membentuk & melepaskan zat
Kulit kemerahan C3a, C5a
Kulit kering ↓
Pasien terlihat gelisah PGE2 Hipotalamus
Hasil lab: ↓
PLT = 39 (103/µL) Hipertermia
WBC = 9,3 (103/µL)

Ds: Nyeri Akut


Pasien mengatakannyeri Arbovirus (melalui nyamuk
perut aedes aegypti)
Nyeri seperti tertusuk ↓
jarum pada bagian perut Beredar dalam aliran darah
kanan atas, nyeri hilang ↓
timbuldan bertambah saat Infeksi virus dengue
bergerak dan berkurang ↓
saat istirahat Virus menempel pada
Do: trombosit
Keadaan umum: lemah ↓
Kesadaran: Composmentis Terjadi kompleks imun
Wajah grimace ↓
Pasien terlihat gelisah Destruksi trombosit
TTV: ↓
TD = 90/60 mmHg Kerja hepar meningkat
N = 92x/menit ↓
RR = 21x/menit Hepatomegali
Skala nyeri: 4 ↓
Adanya nyeri tekan pada Penekanan intra abdomen
abdomen kuadran I ↓
Nyeri Akut

PASIEN 2

Ds: Hipertermia
Pasien mengatakan Arbovirus (melalui nyamuk
badanya panas aedes aegypti)
Do: ↓
Keadaan umum : lemah Beredar dalam aliran darah
TTV: ↓
TD = 100/60 Mmhg Infeksi virus dengue
N = 96x/menit ↓
S= 38,2 C Mengaktifkan sistem
RR = 22x/menit komplemen
Akral hangat ↓
Mukosa bibir kering Membentuk & melepaskan zat
Kulit kemerahan C3a, C5a
Kulit kering ↓
Pasien terlihat gelisah PGE2 Hipotalamus
Hasil lab: ↓
PLT = 67 (103/µL) Hipertermia
WBC = 9,9 (103/µL)

Ds: Nyeri Akut


Pasien mengatakannyeri di Arbovirus (melalui nyamuk
persendian aedes aegypti)
Nyeri seperti tertusuk ↓
jarum pada persendian , Beredar dalam aliran darah
nyeri hilang timbuldan ↓
bertambah saat bergerak Infeksi virus dengue
dan berkurang saat istirahat ↓
Do: Virus menempel pada
Keadaan umum: lemah trombosit
Kesadaran: Composmentis ↓
Wajah grimace Terjadi kompleks imun
Pasien terlihat gelisah ↓
TTV: Destruksi trombosit
TD = 100/60 mmHg ↓
N = 96x/menit Kerja hepar meningkat
S = 38,2°C ↓
RR = 22x/menit Hepatomegali
Skala nyeri 4 ↓
Adanya nyeri tekan pada Penekanan intra abdomen
abdomen kuadran I ↓
Nyeri Akut

4.3 Daftar Diagnosa Keperawatan


Tabel 4.11 Daftar Diagnosa Keperawatan

NO TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN


MUNCUL

PASIEN 1

1 01April 2019 Hipertermia b.d proses infeksi virus dengue


2 01April 2019 Nyeri Akut b.d agen cedera biologis (penekanan intra abdomen)
PASIEN 2
1 03April 2019 Hipertermia b.d proses infeksi virus dengue
2 03April 2019 Nyeri Akut b.d agen cedera biologis

4.4 Rencana Asuhan Keperawatan


Tabel 4.12 Rencana Asuhan Keperawatan
PASIEN 1
Tanggal No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi (NIC) TT
keperawatan hasil
01April 1 Hipertermia b.d NOC 1. Bina hubungan
2019 proses infeksi Termoregulasi saling percaya
virus dengue Kriteria hasil: antara klien,
1. Penurunan suhu kulit keluarga, dan
dari suhu ≥37,5 oC - perawat.
36 oC 2. Monitor TD, nadi
2. Hipertermia dari suhu suhu, dan RR
≥37,5 oC - 36 oC 3. Tingkat intake
3. Perubahan warna cairan dan nutrisi
kulit dari biru – adekuat
warna kulit normal 4. Anjurkan pasien
4. Dehidrasi dari berat – memakai pakaian
ringan yang tipis dan
5. TD, nadi, RR dalam menyerap keringat
rentang normal 5. Pilih metode
stimulasi yang
nyaman dan
tersedia (kompres
hangat dengan
washlap)
Anjurkan keluarga
untuk memberi
kompres hangat
pada pasien
6. Berikan
pengobatan cairan
intravena,
antipiretik, dan
antibiotik sesuai
kebutuhan
Kolaborasi dalam
pemberian cairan
intravena, obat
antipiretik dan
antibiotik

01April 2 Nyeri Akut b.d NOC 1. Lakukan


2019 agen cidera Kontrol Nyeri pengkajian nyeri
biologis 1. Mengenali kapan komprehensif
(penekanan nyeri terjadi dari 2. Ajarkan teknik non
intra abdomen) tidak mengenali farmakologi
hingga mengenali relaklsasi distraksi
2. Melaporkan nyeri 3. Dukung istirahat /
yang terkontrol dari tidur yang adekuat
berat – ringan untuk membantu
3. Menggunakan penurunan nyeri
analgetik yang 4. Berikan analgesik
direkomendasiakan sesuai waktu
dari tidak paruhnya, terutama
menggunakan hingga pada nyeri yang
menggunakan berat
4. Penggunaan tindakan
pengontrol nyeri dari
tidak menggunakan
hingga menggunakan
Tingkat Nyeri
1. Nyeri yang
dilaporkan dari berat
– tidak ada
2. Panjangnya episode
nyeri dari lama sekali
– tidak ada nyeri
3. Mengerang dan
menangis dari sering
– tidak sama sekali
4. Ekspresi nyeri wajah
dari grimace - normal

PASIEN 2
03April 1. Hipertermia b.d NOC 1. Bina hubungan
2019 proses infeksi Termoregulasi saling percaya
virus dengue Kriteria hasil: antara klien,
1. Penurunan suhu kulit keluarga dan
dari suhu ≥37,5 oC - perawat.
36 oC 2. Monitor TD, nadi,
2. Hipertermia dari suhu suhu, dan RR
≥37,5 oC - 36 oC 3. Tingkat intake
3. Perubahan warna cairan dan nutrisi
kulit dari biru – adekuat
warna kulit normal 4. Anjurkan pasien
4. Dehidrasi dari berat – memakai pakaian
ringan yang tipis dan
5. TD, nadi, RR dalam menyerapm
rentang normal keringat
5. Pilih metode
stimulasi yang
nyaman dan
tersedia (kompres
hangat dengan
washlap)
Anjurkan keluarga
untuk memberi
kompres
hangatpada pasien
6. Berikan
pengobatan cairan
intravena,
antipiretik, dan
antibiotik sesuai
kebutuhan
Kolaborasi dalam
pemberian cairan
intravena, obat
antipiretik dan
antibiotik

03April 2 Nyeri Akut b.d NOC 1. Lakukan


2019 agen cidera Kontrol Nyeri pengkajian nyeri
biologis 1. Mengenali kapan komprehensif
nyeri terjadi dari 2. Ajarkan teknik non
tidak mengenali farmakologi
hingga mengenali relaklsasi distraksi
2. Melaporkan nyeri 3. Dukung istirahat /
yang terkontrol dari tidur yang adekuat
berat – ringan untuk membantu
3. Menggunakan penurunan nyeri
analgetik yang 4. Berikan analgesik
direkomendasiakan sesuai waktu
dari tidak paruhnya, terutama
menggunakan hingga pada nyeri yang
menggunakan berat
4. Penggunaan tindakan
pengontrol nyeri dari
tidak menggunakan
hingga menggunakan
Tingkat Nyeri
1. Nyeri yang
dilaporkan dari berat
– tidak ada
2. Panjangnya episode
nyeri dari lama sekali
– tidak ada nyeri
3. Mengerang dan
menangis dari sering
– tidak sama sekali
4. Ekspresi nyeri wajah
dari grimace - normal

4.5 Implementasi Keperawatan


Tabel 4.13 Implementasi Keperawatan Pasien

Diagnosa Tanggal 01 April 2019 Tanggal 02April 2019 Tanggal 03April 2019
keperawata
n
PASIEN 1

Hipertermia Pukul Implementasi Pukul Implementasi Pukul Implementasi


b.d infeksi 10.50 1. Membina 07.30 1. Mengobserva 14.30 1. Mengobserva
virus dengue hubungan si TTV si TTV
saling percaya TD : 100/70 TD : 110/80
antara klien, mmHg mmHg
keluarga dan N : N :
perawat. 07.40 88x/menit 14.40 80x/menit
Memperkenalk S : 37,0oC S : 36,6oC
an diri, RR : RR : 20x
10.55 menjelaskan 22x/menit /menit
prosedur 2. Menganjurka 2. Menganjurka
tindakan, dan n klien untuk n klien untuk
menanyakan meningkatka meningkatkan
persetujuan 07.45 n intake 14.45 intake cairan
11.00 dilakukan cairan dan dan nutrisi
tindakan nutrisi adekuat
2. Mengobservasi adekuat Menganjurka
TTV Menganjurka n klien untuk
TD :90/60 n pasien minum air
mmHg untuk minum putih dan
N : 92x/menit air putih dan makan
S : 37,8oC makan makanan
11.05 RR : 22xmenit 07.50 makanan yang adekuat
3. Menganjurkan yang adekuat sedikit demi
klien untuk sedikit demi 14.50 sedikit tetapi
meningkatkan sedikit tetapi sering
intake cairan sering 3. Memilih
11.10 dan nutrisi 3. Memilih metode
adekuat metode stimulasi
Menganjurkan stimulasi yang nyaman
klien untuk yang nyaman dan tersedia
minum air dan tersedia (kompres
putih sedikit (kompres hangat
demi sedikit hangat dengan
tetapi sering, dengan washlap)
11.15 begitupun washlap) Menganjurka
makannya Menganjurka n keluarga
sedikit demi n keluarga untuk
sedikit tetapi untuk memberi
sering melakukan kompres
4. Menganjurkan kompres hangat
klien memakai dengan air Menganjurka
pakaian yang hangat pada n ibu klien
tipis dan pasien pada untuk
menyerap bagian mengompres
keringat kening, klien dengan
Menganjurkan ketiak dan air hangat
klien untuk selangkangan menggunakan
memakai kaos 4. Memberikan washlap pada
yang tipis pengobatan bagian kening
5. Memilih cairan klien, ketiak,
metode intravena, dan
stimulasi yang antipiretik, selangkangan
nyaman dan dan antibiotik 4. Memberikan
tersedia sesuai pengobatan
(kompres kebutuhan cairan
hangat dengan Melakukan intravena,
washlap) kolaborasi antipiretik,
Menganjurkan dalam dan antibiotik
keluarga untuk pemberian sesuai
mengompres cairan kebutuhan
pasien dengan intravena, Melakukan
air hangat pada obat kolaborasi
bagian kening, antipiretik dalam
ketiak, dan dan anti pemberian
selangkangan biotik cairan
6. Memberikan a. Infus RL intravena,
pengobatan 20 tpm obat
cairan b. Injeksi antipiretik
intravena, cofeporaz dan antibiotik
antipiretik, dan one 1 a. Infus RL
antibiotik gr/IV 20 tpm
sesuai c. Tablet b. Injeksi
kebutuhan Paracetam cofeporaz
Melakukan ol 500 one 1
kolaborasi mg/oral gr/IV
dalam c. Tablet
pemberian Paracetam
cairan ol 500
intravena, obat mg/oral
antipiretik dan
antibiotik
a. Infus RL 20
tpm
b. Injeksi
cofeporazon
e 1 gr/IV
c. Tablet
Paracetamol
500 mg/oral

Nyeri Akut 11.20 1. Melakukan 08.0 1. Melakukan 15.00 1. Melakukan


b.d agen pengkajian 0 pengkajian pengkajian
cidera nyeri nyeri nyeri
biologis komprehensif komprehensif komprehensi
(penekanan Pasien Pasien f
intra mengatakan mengatakan Pasien
abdomen) nyeri perut. nyeri perut. mengatakan
Nyeri seperti Nyeri seperti nyeri perut.
tertusuk jarum tertusuk Nyeri seperti
pada bagian jarum pada 15.10 tertusuk
perut kanan bagian perut jarum pada
atas, nyeri 08.1 kanan atas, bagian perut
hilang timbul 0 nyeri hilang kanan atas,
dan bertambah timbul dan nyeri hilang
saat bergerak bertambah timbul dan
dan berkurang saat bergerak 15.15 bertambah
saat istirahat. dan berkurang saat bergerak
Skala nyeri 4 saat istirahat. dan
11.25 2. Mengajarkan 08.1 Skala nyeri 3 berkurang
teknik non 5 2. Mendukung saat istirahat.
farmakologi istirahat / Skala nyeri 2
relaksasi tidur yang 2. Mendukung
distraksi. adekuat untuk istirahat /
Mengajarkan membantu tidur yang
pasien teknik penurunan adekuat
nafas dalam nyeri untuk
untuk Menganjurka membantu
menurunkan n pasien tirah penurunan
nyeri baring untuk nyeri
11.30 3. Mendukung mengurangi Menganjurka
istirahat / tidur rasa nyeri n pasien tirah
yang adekuat diperutnya. baring untuk
untuk 3. Berikan mengurangi
membantu analgesik rasa nyeri
penurunan nyeri sesuai waktu diperutnya.
Menganjurkan paruhnya, 3. Berikan
pasien tirah terutama pada analgesik
baring untuk nyeri yang sesuai waktu
mengurangi berat. paruhnya,
rasa nyeri Melakukan terutama
diperutnya kolaborasi pada nyeri
4. Berikan dengan tenaga yang berat.
11.35 analgesik medis dalam Melakukan
sesuai waktu pemberian nkolaborasi
paruhnya, analgetik, dengan
terutama pada yaitu : tenaga medis
nyeri yang Injeksi dalam
berat. santagesik 50 pemberian
Melakukan mg/IV analgetik,
nkolaborasi yaitu :
dengan tenaga Injeksi
medis dalam santagesik 50
pemberian mg/IV
analgetik, yaitu :
Injeksi
santagesik 50
mg/IV
Diagnosa Tanggal 03 April 2019 Tanggal 04April 2019 Tanggal 04April 2019
Keperawat
an
PASIEN 2

Hipertermia Puku Implementasi Puku Implementasi Puku Implementasi


b.d infeksi l l l
virus dengue 15.00 1. Membina 14.30 1. Mengobserv 20.30 1. Mengobserva
hubungan asi TTV si TTV
saling percaya TD :100/80 TD :120/80
antara klien, mmHg mmHg
keluarga dan N : N :
perawat. 14.35 90x/menit 20.35 86x/menit
Memperkenalk S : 37,3oC S : 36,5oC
an diri, RR : RR :
15.05 menjelaskan 21xmenit 20xmenit
prosedur 2. Menganjurk 2. Menganjurka
tindakan, dan an klien n klien untuk
menanyakan untuk meningkatka
persetujuan meningkatka n intake
15.10 dilakukan 14.40 n intake 20.40 cairan dan
tindakan cairan dan nutrisi
2. Mengobservasi nutrisi adekuat
TTV adekuat Menganjurka
TD :100/60 Menganjurk n klien untuk
mmHg an klien minum air
N : 96x/menit untuk putih sedikit
S : 38,2oC minum air demi sedikit
15.15 RR : 24xmenit putih sedikit tetapi sering,
3. Menganjurkan demi sedikit begitupun
klien untuk 14.45 tetapi sering, 20.45 makannya
meningkatkan begitupun sedikit demi
intake cairan makannya sedikit tetapi
15.20 dan nutrisi sedikit demi sering
adekuat sedikit tetapi 3. Memilih
Menganjurkan sering metode
klien untuk 3. Memilih stimulasi
minum air metode yang nyaman
putih sedikit stimulasi dan tersedia
demi sedikit yang (kompres
tetapi sering, nyaman dan hangat
begitupun tersedia dengan
15.25 makannya (kompres washlap)
sedikit demi hangat Menganjurka
sedikit tetapi dengan n keluarga
sering washlap) pasien untuk
4. Menganjurkan Menganjurk mengompres
klien memakai an keluarga pasien
pakaian yang pasien untuk dengan air
tipis dan mengompres hangat
menyerap klien dengan menggunaka
keringat air hangat n washlap
Menganjurkan menggunaka pada bagian
klien untuk n washlap kening,
memakai kaos pada bagian ketiak, dan
yang tipis kening, selangkangan
5. Memilih ketiak, dan 4. Memberikan
metode selangkanga pengobatan
stimulasi yang n cairan
nyaman dan 4. Memberikan intravena,
tersedia pengobatan antipiretik,
(kompres cairan dan
hangat dengan intravena, antibiotik
washlap) antipiretik, sesuai
Menganjurkan dan kebutuhan.
keluargapasien antibiotik Melakukan
untuk sesuai kolaborasi
mengompres kebutuhan. dalam
pasien dengan Melakukan pemberian
air hangat pada kolaborasi cairan
bagian kening, dalam intravenaobat
ketiak, dan pemberian antipiretik
selangkangan cairan dan
6. Memberikan intravena, antibiotik
pengobatan obat a. Infus RL
cairan antipiretik 20 tpm
intravena, dan b. Injeksi
antipiretik, dan antibiotik cofeporaz
antibiotik a. Infus RL one 1
sesuai 20 tpm gr/IV
kebutuhan b. Injeksi c. Tablet
Melakukan cofepora Paraceta
kolaborasi zone 1 mol 500
dalam gr/IV mg/oral
pemberian c. Tablet
cairan Paraceta
intravena, obat mol 500
antipiretik dan mg/oral
antibiotik
a. Infus RL
20 tpm
b. Injeksi
cofeporazo
ne 1 gr/IV
c. Tablet
Paracetamo
l 500
mg/oral
Nyeri Akut 15.3 1. Melakukan 14.5 1. Melakukan 20.5 1. Melakukan
b.d agen 0 pengkajian 0 pengkajian 0 pengkajian
cidera nyeri nyeri nyeri
biologis komprehensif komprehensi komprehensi
(penekanan Pasien f f
intra mengatakan Pasien Pasien
abdomen) nyeri perut. mengatakan mengatakan
Nyeri seperti nyeri perut. sudah tidak
tertusuk jarum Nyeri seperti nyeri perut.
pada bagian tertusuk Nyeri seperti
perut kanan jarum pada tertusuk
15.3 atas, nyeri 15.0 bagian perut 21.0 jarum pada
5 hilang timbul 0 kanan atas, 0 bagian perut
dan bertambah nyeri hilang kanan atas,
saat bergerak timbul dan nyeri hilang
dan berkurang bertambah timbul dan
saat istirahat. saat bergerak bertambah
Skala nyeri 5 dan saat bergerak
15.4 2. Mengajarkan 15.0 berkurang 21.0 dan
0 teknik non 5 saat istirahat. 5 berkurang
farmakologi Skala nyeri 3 saat istirahat.
relaksasi 2. Mendukung Skala nyeri 2
distraksi. istirahat / 2. Mendukung
Mengajarkan tidur yang istirahat /
pasien teknik adekuat tidur yang
15.4 nafas dalam untuk adekuat
5 untuk membantu untuk
menurunkan penurunan membantu
nyeri nyeri penurunan
3. Mendukung Menganjurk nyeri
istirahat / tidur an pasien Menganjurka
yang adekuat tirah baring n pasien tirah
untuk untuk baring untuk
membantu mengurangi mengurangi
penurunan rasa nyeri rasa nyeri
nyeri diperutnya diperutnya
Menganjurkan 3. Berikan 3. Berikan
pasien tirah analgesik analgesik
baring untuk sesuai waktu sesuai waktu
mengurangi paruhnya, paruhnya,
rasa nyeri terutama terutama
diperutnya pada nyeri pada nyeri
4. Berikan yang berat. yang berat.
analgesik Melakukan Melakukan
sesuai waktu kolaborasi kolaborasi
paruhnya, dengan dengan
terutama pada tenaga medis tenaga medis
nyeri yang dalam dalam
berat. pemberian pemberian
Melakukan analgetik, analgetik,
kolaborasi yaitu : yaitu :
dengan tenaga Injeksi Injeksi
medis dalam santagesik santagesik 50
pemberian 50 mg/IV mg/IV
analgetik,
yaitu :
Injeksi
santagesik 50
mg/IV

4.6 Evaluasi Keperawatan


Tabel 4.14 Evaluasi Keperawatan

TANGGAL / JAM TANGGAL / JAM TANGGAL / JAM


DIAGNOSA 01April 2019 13.30 02April 2019 13.30 03April 2019 19.30
KEPERAWATAN
PASIEN 1

Hipertermia S: pasien mengatakan S: pasien mengatakan S: pasien mengatakan


berhubungan dengan badanya panas badanya panas badan sudah tidak
infeksi virus dengue O: O: panas
Keadaan umum : Keadaan umum : O:
lemah lemah Keadaan umum :
Kesadaran : Kesadaran: cukup
composmentis composmentis Kesadaran :
Mukosa bibir Mukosa bibir composmentis
kering kering Mukosa bibir
Kulit kering Kulit kering lembab
Konjungtiva Konjungtiva tidak Kulit lembab
anemis anemis Konjungtiva tidak
Pasien tampak Pasien tampak anemis
gelisah gelisah Pasien terlihat
TTV: TTV: nyaman
TD : 90/60 mmhg TD : 100/70 TTV:
N : 92x/menit mmhg TD : 110/80
S : 37,8°C N : 88x/menit mmhg
RR : 22x/menit S : 37,1°C N : 80x/menit
Hasil lab: RR : 22x/menit S : 36,6°C
PLT : 40 (10³/ µL) Hasil lab: RR : 20x/menit
WBC : 9,3 (10³/ PLT : 60,7 (10³/ Hasil lab:
µL) µL) PLT : 112 (10³/
A: Masalah belum WBC : 8,9 (10³/ µL)
teratasi µL) WBC:8 (10³/ µL)
P: lanjutkan A: Masalah teratasi A: Masalah teratasi
intervensi nomor sebagian P: hentikan intervensi
2,3,5,6 P: lanjutkan
intervensi
nomor2,3,5,6
Nyeri Akut b.d agen S: Pasien mengatakan S:Pasien mengatakan S: pasien mengatakan
cidera biologis nyeri perut nyeri perut perut sudah tidak
(penekanan intra Nyeri seperti Nyeri seperti nyeri lagi
abdomen) tertusuk jarum tertusuk jarum O:
pada bagian perut pada bagian perut Keadaan umum :
kanan atas, nyeri kanan atas, nyeri cukup
hilang timbul dan hilang timbul dan Kesadaran :
bertambah saat bertambah saat composmentis
bergerak dan bergerak dan Pasien terlihat
berkurang saat berkurang saat nyaman / rileks
istirahat. istirahat Tidak anya nyeri
O: O: tekan pada
Keadaan umum : Keadaan umum : abdomen
lemah lemah Skala nyeri: -
Kesadaran : Kesadaran: TTV:
composmentis composmentis TD : 110/80
Wajah grimace Wajah grimace mmhg
Pasien tampak Pasien tampak N : 80x/menit
gelisah gelisah S : 36,6°C
Tampak Tampak RR : 20x/menit
melindungi area melindungi area Hasil lab:
nyeri nyeri PLT : 112 (10³/
Adanya myeri Adanya myeri µL)
tekan pada tekan pada WBC:8 (10³/ µL)
abdomen kuadran abdomen kuadran A: Masalah teratasi
I I P: hentikan intervensi
Skala nyeri 4 Skala nyeri 3
TTV: TTV:
TD : 90/60 mmhg TD : 100/70
N : 92x/menit mmhg
S : 37,8°C N : 88x/menit
RR : 22x/menit S : 37,0°C
Hasil lab: RR : 22x/menit
PLT : 40 (10³/ µL) Hasil lab:
WBC : 9,3 (10³/ PLT : 60,7 (10³/
µL) µL)
A: Masalah belum WBC : 8,9 (10³/
teratasi µL)
P: lanjutkan A: Masalah teratasi
intervensi nomor sebagian
1,3,4 P: lanjutkan
intervensi nomor
1,3,4

TANGGAL/JAM TANGGAL/JAM TANGGAL/JAM


DIAGNOSA 03April 2019 19.30 04April 2019 19.30 05 April 2019 06.30
KEPERAWATAN
PASIEN 2

Hipertermia S: pasien mengatakan S: pasien mengatakan S: pasien mengatakan


berhubungan dengan badanya panas badanya panas badan sudah tidak
infeksi virus dengue O: O: panas
Keadaan umum : Keadaan umum : O:
lemah lemah Keadaan umum :
Kesadaran : Kesadaran : cukup
composmentis composmentis Kesadaran :
Mukosa bibir Mukosa bibir composmentis
kering kering Mukosa bibir
Kulit kering Kulit kering lembab
Konjungtiva Konjungtiva Kulit lembab
anemis anemis Konjungtiva tidak
Pasien tampak Pasien tampak anemis
gelisah gelisah Pasien terlihat
TTV: TTV: nyaman
TD : 100/60 TD : 100/80 TTV:
mmHg mmHg TD :120/80
N: 96x/menit N : 90x/menit mmHg
S : 38,2°C S: 37,3°C N: 86x/menit
RR : 24x/menit RR : 21x/menit S : 36,5°C
Hasil lab: Hasil lab: RR: 20x/menit
PLT :67 (10³/µL) PLT : 70 (10³/ µL) Hasil lab:
WBC: 9,3 (10³/ WBC: 9,5 (10³/ PLT : 120 (10³/
µL) µL) µL)
WBC: 8,5 (10³/µL)
A: Masalah belum A: Masalah teratasi A: Masalah teratasi
teratasi sebagian P: hentikan intervensi
P: lanjutkan P: lanjutkan intervensi
intervensi nomor nomor 2,3,5,6,
2,3,5,6,
Nyeri Akut b.d agen S: Pasien mengatakan S: Pasien mengatakan S: pasien mengatakan
cidera biologis nyeri perut nyeri perut perut sudah tidak
Nyeri seperti Nyeri seperti nyeri lagi
tertusuk jarum tertusuk jarum O:
pada perut bagian pada perut bagian Keadaan umum :
kanan atas, nyeri kanan atas, nyeri cukup
hilang timbuldan hilang timbuldan Kesadaran :
bertambah saat bertambah saat composmentis
bergerak dan bergerak dan Pasien terlihat
berkurang saat berkurang saat nyaman / rileks
istirahat istirahat Tidak ada nyeri
O: O: tekan pada
Keadaan umum : Keadaan umum : abdomen
lemah lemah Skala nyeri : -
Kesadaran : Kesadaran : TTV:
composmentis composmentis TD :120/80
Wajah grimace Wajah grimace mmHg
Pasien tampak Pasien tampak N: 86x/menit
gelisah gelisah S : 36,5°C
Tampak Tampak RR: 20x/menit
melindungi area melindungi area Hasil lab:
nyeri nyeri PLT : 120 (10³/
Adanya myeri Adanya myeri µL)
tekan pada tekan pada WBC : 8,5 (10³/
abdomen kuadran abdomen kuadran I µL)
I Skala nyeri 3 A: Masalah teratasi
Skala nyeri 5 TTV: P: hentikan intervensi
TTV: TD : 100/80
TD : 100/60 mmHg
mmHg N : 90x/menit
N : 96x/menit S: 37,3°C
S : 38,2°C RR : 21x/menit
RR : 24x/menit Hasil lab:
Hasil lab: PLT : 70 (10³/ µL)
PLT :67 (10³/µL) WBC : 9,5 (10³/
WBC : 9,3 (10³/ µL)
µL) A: Masalah teratasi
A: Masalah belum sebagian
teratasi P: lanjutkan intervensi
P: lanjutkan nomor 1,3,4
intervensi nomor
1,3,4
BAB III

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang


disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan
renjatan yang dapat menyebabkan kemaitan (Arief Mansjoer dan Suprohaita, 2000
dalam Susilowati, 2007), menurut Hindra (2012) DHF adalah penyakit infeksi
yang relatif singkat, dapat merenggut nyawa penderitanya jika tidak ditangani
secepatnya.Demam Dengue atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah
penyakt infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopnia, ruam,
limfadenofati, trombositipenia dan dates hemoragik.Sindrom renjata dengue
(Dengue Shock Syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh
renjatan/shock.

Demam dengue (Dengue Fever, selanjutnya dsingkat DD) adalah penyakit


yang terutama terdapat pada anak dan remaja atau orang dewasa dengan tanda-
tanda klinis berupa demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopnia,
dengan atau tanpa ruam dan linfadenopati, demam bifasik, sakit kepala yang
hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, gangguan rasa mengecap.Demam
berdarah dengue (Dengue haemorhagic fever, selanjutnya disingkat DBD) ialah
penyakit yang terdapat pada dewasa dengan gejala utama demam, sindrom
renjatan dengue (Dengue Shock Syndrome, selanjutnya disingkat DSS) ialah
penyakit DBD yang disertai renjatan. Demam dengue dan demam berdarah
dengue disebabkan oleh virus Dengue, yang termasuk dalam genus flavivirus,
keluarga flaviviridae. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan
DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah
dengue.

5.2 Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dari
tulisan maupun bahasan yang kami sajikan, oleh karena itu karena ini mohon
berikan sarannya agar kami bisa membuat tugas ini lebih baik lagi dan semoga
tugas ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan bisa menambah wawasan kita kita
tentang DHF( Dengue hemoragi fever).

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Indras, dkk. 2015. Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam Panduan
Praktek Klinis. Jakarta : Internal Publishing.
An-Nadaa. Vol 1 No. 1. Juni 2014. Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian
Penyakit DHF.
(http://drive.google.com/file/d/0Bx8eC1QKvspuMosyC05Nd0htelE/view).
Diakses tanggal 07 Juni 2017.
Ardiansyah, Mohammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta :
Diva Press
Bulechek, Gloria M, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi
ke-6. Yogyakarta : Elsevier Global Rights.
http://stikes.wdh.ac.id/media/pdf/efektivitas_pemberian_kompres.pdf
Moorhead, Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi ke-5.
Yogyakarta : Elsevier Global Rights.
Mansjoer. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapis.
Maroji’,2008,Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak BagianIonfeksidan Penyakit
Tropis,IDAI,30April 2008. www.muslimah.or.id
MonicaEster,SKp, 1999, DemamBerdarah Dengue, Diagnosis, Pengobatan,
Pencegahan dan Pengendalian,EGC, Jakarta.
Muslimah,2008,AsuhanKeperawatanAnaDengan DHF,29 September2008.
http://indonesianursing.com/2008/09/2
9/askepanakdenganDHF.
Nanda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Nanda. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.
Jakarta : EGC.
Nursalam. 2014. Pendekatan Praktis Metode Riset Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Otong,2004,System informasi KesehatanKotaBalikpapan
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.
Syaifuddin. 2012. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. EGC :
Jakarta
Widoyono. 2010. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasan. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai