Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Program P2DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat


terutama di wilayah tropis dan sub-tropis.Angka kesakitan dan angka
kematian DBD menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun dan
wilayah penyebaran pun semakin meluas.Namun angka kematian akibat
DBD dalam 1 dekade terakhir dapat ditekan sampai dibawah angka 1%
Sesuai dengan renstra kementerian kesehatan RI sasaran strategi
dalam pembangunan kesehatan tahun 2015 - 2019 antara lain menurunnya
angka kesakitan akibat penyakit menular, dengan meningkatkan persentasi
kabupaten/kota dengan angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD)
≤49 / 100.000 penduduk. Di targetkan pada tahun 2015 sekurang- kurangnya
60% kabupaten/kota,tahun 2016 sekurang-kurangnya 62%, tahun 2017
sekurang-kurangnya 64%,tahun 2018 sekurang-kurangnya 66% dan pada
tahun 2019 diharapkan sekurang - kurangnya 68% kab/kota dengan angka
kesakitan DBD ≤ 49/100.000 penduduk.
Mengacu pada hal - hal tersebut diatas,disusunlah buku pedoman
internal Program P2DBD Puskesmas Japanan.Kiranya buku ini dapat
dijadikan pedoman dalam pelaksanaan program P2DBD di Puskesmas
Japanan.

Penanggungjawab UKM Koordinator Program P2DBD

SRIWIGATI NENY PUSPITANINGRUM


NIP. 19700504 199102 2 001 NIP. 198105182008012010

Mengetahui,
Kepala Puskesmas Japanan

dr. FITRIJAH
NIP. 197211022006042020

1 Pedoman P2DBD
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... 1


DAFTAR ISI .................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 3
A. Latar Belakang ........................................................................... 6
B. Tujuan Pedoman ........................................................................ 7
C. Sasaran Pedoman ..................................................................... 7
D. Ruang lingkup pedoman ............................................................ 8
E. Batasan operasional .................................................................. 9
BAB II STANDAR KETENAGAAN ................................................. 10
A. Kualifikasi sumber daya manusia .............................................. 10
B. Distribusi Ketenagaan ............................................................... 10
C. Jadwal kegiatan ........................................................................ 10
BAB III STANDAR FASILITAS ...................................................... 12
A. Denah ruangan ......................................................................... 12
B. Standar fasilitas ........................................................................ 13
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN ........................................ 14
A. Lingkup kegiatan ...................................................................... 14
B. Metode ..................................................................................... 14
C. Langkah - langkah ................................................................... 14
BAB V LOGISTIK ........................................................................ 15
BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM ...... 17
BAB VII KESELAMATAN KERJA ................................................. 18
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ............................................... 19
BAB IX PENUTUP ........................................................................ 20

2 Pedoman P2DBD
BAB 1
A. PENDAHULUAN

Demam berdarah atau demam dengue (disingkat DBD) adalah infeksi


yang disebabkan oleh virus dengue yang ditandai demam 2 - 7 hari disertai
dengan manifestasi perdarahan, penurunan trombosit (trombositopeni),
adanya hemokonsentrasi yang ditandai kebocoran plasma ( peningkatan
hematokrit, asites, efusi pleura,hipoalbuminemia). Dapat disertai dengan
gejala - gejala tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri otot dan tulang, ruam
kulit atau nyeri belakang bola mata.

Dengue virus ditularkan (atau disebarkan) sebagian besar oleh nyamuk


Aedes, khususnya tipe nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup di
antara garis lintang 35° Utara dan 35° Selatan, di bawah ketinggian 1000 m.
Nyamuk-nyamuk tersebut lebih sering menggigit pada siang hari. Satu
gigitan dapat menginfeksi manusia.

Terkadang, nyamuk juga tertular dengue dari manusia. Jika nyamuk betina
yang menggigit orang yang terinfeksi, nyamuk tersebut dapat tertular virus.
Mulanya virus hidup di sel yang menuju saluran pencernaan nyamuk. Sekira
8 hingga 10 hari berikutnya, virus menyebar ke kelenjar saliva nyamuk, yang
memproduksi saliva (atau "ludah"). Ini berarti bahwa saliva yang diproduksi
oleh nyamuk tersebut terinfeksi virus dengue. Oleh karena itu ketika nyamuk
menggigit manusia, saliva yang terinfeksi tersebut masuk ke dalam tubuh
manusia dan menginfeksi orang tersebut. Virus sepertinya tidak
menimbulkan masalah pada nyamuk yang terinfeksi, yang akan terus
terinfeksi sepanjang hidupnya. Nyamuk Aedes aegypti adalah nyamuk yang
paling banyak menyebarkan dengue. Ini karena nyamuk tersebut menyukai
hidup berdekatan dengan manusia dan makan dari manusia alih-alih dari
binatang. Nyamuk ini juga suka bertelur di wadah-wadah air yang dibuat oleh
manusia.

Dengue juga dapat disebarkan melalui produk darah yang telah terinfeksi
dan melalui donasi organ.Jika seseorang dengan dengue mendonasikan
darah atau organ tubuh, yang kemudian diberikan kepada orang lain, orang
tersebut dapat terkena dengue dari darah atau organ yang didonasikan
tersebut. Di beberapa negara, seperti Singapura, dengue biasa terjadi. Di
negara-negara ini, antara 1,6 dan 6 transfusi darah dari setiap 10.000
menularkan dengue. Virus dengue juga dapat ditularkan dari ibu ke anaknya

3 Pedoman P2DBD
selama kehamilan atau ketika anak tersebut dilahirkan. Dengue biasanya
tidak ditularkan dengan cara-cara lain.

Tidak semua yang terinfeksi virus dengue akan menunjukkan


manifestasi DBD berat. Ada yang hanya manifestasi demam ringan yang
akan sembuh dengan sendirinya atau bahkan ada yang sama sekali tanpa
gejala sakit ( asimtomatik ). Sebagian lagi akan menderita demam dengue
saja yang tidak menimbulkan kebocoran plasma dan mengakhibatkan
kematian.Seringkali, apabila anak-anak terkena demam dengue, gejala yang
muncul sama dengan gejala pilek atau gastroenteritis (atau flu perut;
misalnya, muntah-muntah dan diare). Namun, anak-anak mungkin
mengalami masalah yang parah karena demam dengue.

Gejala klasik demam dengue adalah demam yang terjadi secara tiba-
tiba; sakit kepala (biasanya di belakang mata); ruam; nyeri otot dan nyeri
sendi. Julukan "demam sendi" untuk penyakit ini menggambarkan betapa
rasa sakit yang ditimbulkannya dapat menjadi sangat parah. Demam dengue
terjadi dalam tiga tahap: demam, kritis, dan pemulihan.

Pada fase demam, seseorang biasanya mengalami demam tinggi.


("Demam" berarti bahwa seseorang mengalami demam.) Panas badan
seringkali mencapai 40 derajat Celsius (104 derajat Fahrenheit). Penderita
juga biasanya menderita sakit yang umum atau sakit kepala. Fase febrile
biasanya berlangsung selama 2 hingga 7 hari. Pada fase ini, sekira 50
hingga 80% pasien dengan gejala mengalami ruam. Pada hari pertama atau
kedua, ruam akan tampak seperti kulit yang terkena panas (merah).
Selanjutnya (pada hari ke-4 hingga hari ke-7), ruam tersebut akan tampak
seperti campak.[9][10] Bintik merah kecil (petechiae) dapat muncul di kulit.
Bintik-bintik ini tidak hilang jika kulit ditekan. Bintik-bintik ini disebabkan oleh
pembuluh kapiler yang pecah. Penderita mungkin juga mengalami
perdarahan ringan membran mukusa mulut dan hidung. Demam itu sendiri
cenderung akan berhenti (pulih) kemudian terjadi lagi selama satu atau dua
hari. Namun, pola ini berbeda-beda pada masing-masing penderita.

Pada beberapa penderita, penyakit berkembang ke fase kritis setelah


demam tinggi mereda. Fase kritis tersebut biasanya berlangsung selama
hingga 2 hari, Selama fase ini, cairan dapat menumpuk di dada dan
abdomen. Hal ini terjadi karena pembuluh darah kecil bocor. Cairan tersebut
akan semakin banyak, kemudian cairan berhenti bersirkulasi di dalam tubuh.
Ini berarti bahwa organ-organ vital (terpenting) tidak mendapatkan suplai

4 Pedoman P2DBD
darah sebanyak biasanya. Karena itu, organ-organ tersebut tidak bekerja
secara normal. Penderita penyakit tersebut juga dapat mengalami
perdarahan parah (biasanya dari saluran gastrointestinal.)

Pada fase penyembuhan, cairan yang keluar dari pembuluh darah


diambil kembali ke dalam aliran darah. Fase penyembuhan biasanya
berlangsung selama 2 hingga 3 hari. Pasien biasanya semakin pulih dalam
tahap ini. Namun, mereka mungkin menderita gatal-gatal yang parah dan
detak jantung yang lemah. Selama fase ini, pasien dapat mengalami kondisi
kelebihan cairan (yakni terlalu banyak cairan yang diambil kembali). Jika
terkena otak, cairan tersebut dapat menyebabkan kejang atau perubahan
derajat kesadaran (yakni seseorang yang pikirannya, kesadarannya, dan
perilakunya tidak seperti biasanya).

Sesekali, dengue dapat memengaruhi sistem lain di dalam tubuh


manusia. Seseorang yang terkena dengue dapat menderita gejalanya saja,
atau disertai gejala .dengue klasik juga, Tingkat kesadaran yang menurun
terjadi pada 0,5–6% dari kasus parah. Ini dapat terjadi apabila virus dengue
menyebabkan infeksi di otak. Ini juga dapat terjadi apabila organ vital, seperti
hati, tidak berfungsi dengan baik. Kelainan neurologikal lainnya (kelainan
yang memengaruhi otak dan saraf) dilaporkan terjadi pada pasien yang
mengalami demam dengue. Misalnya, dengue dapat menyebabkan mielitis
melintang dan sindrom Guillain-Barré Meskipun hal ini hampir tidak pernah
terjadi, dengue juga dapat mengakibatkan infeksi jantung dan gagal ginjal
akut.

Dalam 3 dekade terakhir penyakit ini meningkat insidenny diberbagai


belahan dunia terutama daerah daerah tropis dan sub-tropis, Banyak
ditemukan di wilayah urban dan semi-urban. Penyakit ini ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes yang mengandung virus dengue.

Di Indonesia Kasus DBD berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung


semakin meningkat angka kesakitannya dan sebaran wilayah yang terjangkit
semakin luas. Pada tahun 2014 DBD berjangkit di 433 Kabupaten/Kota
dengan angka kesakitan sebesar 39,83 per 100.000 penduduk, namun
angka kematian dapat ditekan dibawah 1 persen, yaitu 0,90 persen. KLB
DBD terjadi hampir setiap tahun di tempat yang berbeda dan kejadiannya
sulit diduga.

5 Pedoman P2DBD
DBD diperkirakan akan masih cenderung meningkat dan meluas
sebarannya. Hal ini karena vektor penular DBD tersebar luas baik di tempat
pemukiman maupun ditempat umum. Selain itu kepadatan
penduduk,Mobilisasi penduduk, urbanisasi yang semakin meningkat
terutama sejak 3 dekade yang terakhir.

Faktor - faktor lain yang mempengaruhi penyebar luasan DBD antara


lain adalah

● Perilaku masyarakat

● Perubahan iklim ( climate change) global

● Pertumbuhan ekonomi

● Ketersediaan air bersih

Sampai saat ini belum ada obat atau vaksin yang spesifik,tetapi bila pasien
berobkit ini dapat diselamatkan.

Cara yang dapat dilakukan saat ini dengan menghindari atau mencegah
gigitan nyamuk penular DBD. Oleh karena itu upaya pengendalian DBD yang
penting saat ini adalah melalui upaya pengendalian nyamuk penular dan
upaya membatasi kematian karena DBD. Atas dasar itu maka upaya
pengendalian DBD memerlukan kerjasama dengan program dan sektor
terkait serta peran serta masyarakat.

Para ahli sedang mengembangkan obat-obatan untuk menangani


virus secara langsung. Masyarakat pun melakukan banyak usaha untuk
membasmi nyamuk.

B. LATAR BELAKANG

Data mutakhir dari Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi,


dan Kesehatan Matra, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Indonesia 2011
menunjukkan terutama tiga tahun terakhir (2008-2010) jumlah rata-rata
kasus dilaporkan sebanyak 150.822 kasus dengan rata-rata kematian
1321 kematian. Situasi kematian pada tahun 2011 sampai juni 2011
dilaporkan sebanyak 16.612 orang dengan kematian sebanyak 142 orang
(CRF= 0,85%). Dari jumlah kasus, proporsi penderita DBD pada

6 Pedoman P2DBD
perempuan sebesar 50,33% dan laki-laki 49,67%. Disisi lain angka
kematian akibat DBD pada perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki.

Puskesmas Japanan pada tahun 2016 pencapaian program 37


kasus DBD ( 100%) , desa yang bebas 1, desa yang sporadis 4, desa
endemis 8 dengan hasil ABJ 82 %

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memberikan pelayanan kasus DBD di Puskesmas dan
melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD diwilayah
kerja Puskesmas Japanan.
2. Tujuan Khusus
 Deteksi dini kasus DBD
 Melakukan survailans kasus
 Melakukan survailans dan pengendalian vector
 Melakukan PE , Pengendalian Fokus dan KLB
 Melakukan perencanaan dan supervisi pengendalian DBD
 Melakukan promosi kesehatan dalam program pengendalian
DBD

D. RUANG LINGKUP
Adapun ruang lingkup pelayanan P2DBD di wilayah Puskesmas Japanan
meliputi:
 Melakukan PE bila ada kasus
 Melakukan penyuluhan
 Melakukan pengendalian vektor
 Melakukan supervisi pengendalian Vektor
 Melakukan PJB
 Melakukan perencanaan dan supervisi pengendalian DBD
 Melakukan kerjasama lintas program maupun lintas sektoral

7 Pedoman P2DBD
E. BATASAN OPERASIONAL DBD
Definisi operasional kasus mengenai Suspek Infeksi Dengue, Demam
Dengue/DD, DBD, DSS & EDS sebagai berikut :

1.Suspek Infeksi Dengue ditegakkan bila terdapat 2 kriteria yaitu:


    a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas berlangsung
2-7 hari, dan
    b. Adanya manifestasi perdarahan : sekurang-kurangnya uji tourniquet
(Rumple Leede) positif.
2.Demam Dengue ialah demam disertai 2 atau lebih gejala penyerta seperti
sakit kepala, nyeri di belakang bola mata, pegal, nyeri sendi (athralgia),
ruam (rash). Adanya manifestasi perdarahan, leucopenia (lekosit <
5000/mm3) jumlah trombosit < 150.000/mm3 dan peningkatan hematokrit
5-10%.
3.Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah demam 2-7 hari yang timbul
mendadak,tinggi, terus menerus disertai dengan manifestasi perdarahan,
jumlah trombosit < 100.000/mm3, adanya tanda-tanda kebocoran plasma
(peningkatan hematokrit > 20% dari nilai normal, dan atau efusi pleura,
dan atau ascites, dan atau
hypoproteinemia/hipoalbuminemia).
4.Sindrom Renjatan Dengue (SRD/DSS) adalah kasus DBD yang masuk
dalam derajat III dan IV dimana terjadi kegagalan sirkulasi yang ditandai
dengan denyut nadi yang cepat dan lemah, menyempitnya tekanan nadi
(< 20 mmHg) atau hipotensi yang ditandai dengan kulit dingin dan
lembab serta pasien menjadi gelisah sampai terjadi syok/renjatan berat
(tidak terabanya denyut nadi maupun tekanan darah).
5. Expanded Dengue Syndrom (EDS) adalah demam dengue yang disertai
manifestasi klinis yang tidak biasa (unusual manifestation) yang
ditandai dengan kegagalan organ berat seperti hati, ginjal, otak dan
jantung.

8 Pedoman P2DBD
BAB II
STANDART KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
nomor 23 tahun 1996 tentang kesehatan, adalah bahwa petugas
kesehatan adalah petugas yang telah berpendidikan,dan mempunyai
ketrampilan sesuai standart profesinya.
Dan di Puskesmas Japanan untuk petugas menangani DBD
adalah petugas kesehatan yang memiliki ijasah DIII kebidanan yang
belum kompeten dalam penatalaksanaan DBD yang ada
dipuskesmas. Petugas yang melakukan Pencegahan dan
pemberantasan DBD di wilayah kerja Puskesmas Japanan

B. Distribusi Ketenagaan

Penanggung jawab program DBD di Puskesmas Japanan


bekerja secara purna waktu sesuai dengan jam dinas dan bilamana
diperlukan dapat bekerja diluar jam dinas dalam rangka koordinasi
dan komunikasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait.

C. Jadwal kegiatan

N KEGIATAN
PEBRUARI

NOVEMBE
OKTOBER

DESEMBE
Keteranga
AGUSTUS
SEPTEMB
JANUARI

O.
MARET
APRIL

JUNI
JULI
MEI

A. Pelayanan DBD di luar gedung

1 Melakukan PE Bila ada ka


2 Melakukan penyuluhan DBD √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

3 Melakukan pengendalian vector Bila ada ka


( Fokus )
B Koordinasi Lintas program dan √ √ √ √ Bila ada ka
lintas sektoral
C PJB √ √ √ √ Dilakukan
petugas
dbd,bidan
dan kader
D Melakukan supervise pengendalian √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Bila
vektor pengendalia
vektor
E Pelaporan dan pendokumentasian √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

9 Pedoman P2DBD
BAB III
STANDART FASITASI

A. DENAH RUANGAN DBD

10 Pedoman P2DBD
Denah gedung dan ruang pelayanan kesehatan lingkungan Puskesmas
Japanan

LEMARI

KETERANGAN :
: Kursi
:Tempat tidur

: Meja

; Lemari

: Jendela

: Pintu

DENAH TEMPAT ALAT FOGGING

Alat
fogging

pintu

B.STANDAR FASILITAS

Standar fasilitas yang dimiliki oleh Puskesmas Japanan untuk


penyelenggaraan pelayanan DBD meliputi
1. Ruang tunggu pasien

11 Pedoman P2DBD
2. Ruang pelayanan

C.PERALATAN

Peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas Japanan untuk menunjang


pelayanan P2DBD meliputi :
1. Buku regester / pencatatan
2. Alat fogging
3. Jumantik Kit

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN

12 Pedoman P2DBD
Pelayanan program P2DBD di Puskesmas Japanan meliputi :
1. Dalam Gedung
 Penemuan tersangka DBD
 Penatalaksanaan tersangka DBD
2. Luar Gedung
 PE DBD
 Penyuluhan
 Pengendalian Vektor (Abatenisasi dan Fogging)
 Kerjasama Lintas Program dan Lintas Sektoral
 PJB
B. METODE
1. Lingkungan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
2. Biologis
Pengendalian perkembangan nyamuk dan jentiknya
dengan menggunakan hewan dan tumbuhan
3. Kimiawi
Abate dan fogging/pengasapan
C. LANGKAH KEGIATAN
1. Peningkatan survei kewaspadaan dini KLB DBD ,kegiatan
Berupa penguatan diagnosa kasus
2. Peringatan dini penyakit DBD bertujuan memantau situasi
kejadian kasus secara teratur dan peringatan dini terjadinya
KLB DBD dengan cara Rumah sakit umum,Rumah sakit
swasta,Poliklinik, Puskesmas wajib melaporkan semua kasus
yang di diagnosa DBD ke Dinas Kesehatan.
3. Penyelidikan epidemiologi yang bertujuan mengetahui potensi
penularan dan penyebaran penyakit DBD
4. Fogging Fokus dengan tujuan memutuskan mata rantai
penularan di lokasi terjangkitnya kasus.
5. Gerakan Masyarakat Peduli DBD bertujuan memutuskan siklus
hidup nyamuk penular DBD.
6. Mengaktifkan kader jumantik bertujuan meningkatkan peran
kader dalam pengendalian vektor.

BAB V
PENYEDIAAN LOGISTIK

13 Pedoman P2DBD
Logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses
mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan,
penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/
alat-alat. Logistik diartikan pula sebagai bagian dari instansi yang tugasnya
menyediakan barang yang di butuhkan untuk kegiatan operasionalnya
instansi tersebut dalam jumlah, kualitas dan pada waktu yang tepat (sesuai
kebutuhan) dengan harga serendah mungkin. Adapun kegiatan logistik
meliputi mengadakan pembelian, infentarisasi dan stock kontrol,
penyimpanan dan penyaluran / distribusi serta informasi.
Kegiatan logistik mempunyai tiga tujuan yaitu tujuan operasional,
keuangan dan pengamanan. Tujuan operasional adalah bahwa logistik
bagaiman agar tersedia barang, serta bahan dalam jumlah yang tepat dan
mutu yang memadai. Tujuan keuangan adalah bagaimana upaya tujuan
operasional dapat terlaksana dengan biaya yang serendah-rendahnya.
Sedangkan tujuan pengamanan adalah agar persediaan tidak terganggu
oleh kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian dan
penyusutan yang tidak wajar.
Fungsi manajemen logistik merupakan suatu proses yang terdiri dari
fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan, penggagasan, pengaduan,
penyimpanan dan penyaluran pemeliharaan, serta penghapusan.
a. Fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan
Fungsi perencanaan merupakan fungsi yang mencakup aktifitas
dalam menetapkan sasaran, pedoman dan pengukuran
penyelenggaraan dalam bidang logistik. Sedangkan penentuan
kebutuhan adalah rincian dari fungsi perencanaan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Perencanaan
b. Fungsi penganggaran
Fungsi ini merupakan kegiatan dan usaha untuk merumuskan
perincian penentuan kebutuhan dalam suatu skala standar, yaitu mata
uang dan jumlah biaya dengan memperhatikan pengarahan dan
pembatasan yang berlaku terhadapnya.
c. Fungsi pengadaan
Fungsi pengadaan merupakan usaha dan kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan operasional yang telah digariskan dalam fungsi
perencanaan, penentuan kebutuhan maupun penganggaran.
d. Fungsi penyimpanan dan penyaluran

14 Pedoman P2DBD
Merupakan pelaksanaan penerimaan dan penyaluran perlengkapan
yang telah diadakan melalui fungsi terdahulu untuk kemudian
disalurkan ke instansi pelaksana.
e. Fungsi pemeliharaan
Adalah usaha untuk mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan
daya hasil barang inventaris.
f. Fungsi penghapusan
Berupa kegiatan dan upaya pembebasan barang dari pertanggung
jawaban yang berlaku.
g. Fungsi pengendalian
Merupakan fungsi inti dari pengelolaan perlengkapan yang meliputi
usaha untuk memonitor dan mengamankan keseluruhan pengelolaan
logistik. Unsur kegiatan utama dalam fungsi ini adalah pengendalian
inventarisasi dan ekspedisi.
Adapun kegiatan program DBD di Puskesmas Japanan pada tahun
2016 meliputi
1. Dalam Gedung
 Penemuan tersangka DBD sebanyak 2 kasus
 Penatalaksanaan tersangka DBD sebanyak 2 kasus
2. Luar Gedung
 PE DBD 37 kali
 Penyuluhan 13 kali
 Pengendalian Vektor (Abatenisasi tiap bulan dan
Fogging 7 tempat)
 Kerjasama Lintas Program 1 kali dan Lintas Sektoral 1
kali
 PJB hasil 87.2%
Logistik untuk mendukung pelaksanaan program DBD meliputi:: Alat
Fogging ,malation ,solar , bensin,Abate,liflet,buku pedoman tentang program
DBD dan formulir pencatatan dan pelaporan

15 Pedoman P2DBD
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Keselamatan pasien (patient safety) merupakan sebuah sistem yang


dijumpai Puskemas dimana Puskesmas membuat pasien lebih aman,
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan yang tidak
diharapkan terjadi. Sistim keselamatan pasien meliputi pengenalan resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut
dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko.
Departemen kesehatan RI telah membuat dan menerbitkan satu buku
Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety) yang
di dalamnya terdapat 7 standar yang membahas tentang keselamatan pasien
pada tahun 2008 yaitu:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.

Dalam kontek pelayanan DBD yang paling mendasar adalah


konseling yang bertujuan agar orang / anak efek dari penyakit DBD, dan
Prognose penderita DBD
Untuk itu bagi petugas pelayanan tidak hanya dalam pelayanan tetapi
juga dalam melakukan konseling.
Berikut ini adalah yang dilakukan oleh seorang petugas. Pelayanan
kesehatan untuk menghindari ketidaknyamanan sasaran atau klien.
1. Sapa dan perkenalkan diri
2. Sampaikan pesan dengan bahasa yang di mengerti oleh sasaran
3. Gunakan bahasa yang singkat dan jelas tidak bertele-tele
4. Perhatikan norma dan budaya setempat
5. Penampilan rapi, bersih dan menarik

16 Pedoman P2DBD
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Ruang lingkup keselamatan kerja P2DBD meliputi keselamatan


pelayanan di dalam gedung dan pelayanan di luar gedung. Setiap kegiatan
pelayanan P2DBD lebih menitik beratkan pada upaya preventif atau
pencegahan dan promotif. Jadi setiap petugas kesehatan yang memberikan
pelayanan Kasus DBD di harapkan benar-benar kompeten dan hal tersebut
seharusnya didukung dengan alat keselamatan yag memadai berupa APD
DBD yang mana sampai saat masih kurang dari harapan standart
keselamatan yang ada.

17 Pedoman P2DBD
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu dalam kegiatan pelayanan kesehatan DBD


dapat dilihat dari indikator mutu pelaksanaan pelayanan P2DBD dalam
rangka pencegahan dan pemberantasan DBD, kondisi ini sebaiknya di nilai
setelah pelayanan DBD di Puskesmas berjalan beberapa bulan, melalui
upaya evaluasi.
Tatanan yang dianggap berhasil adalah Program P2DBD sesuai
target:
1. PJB 87.2 %
2. Tidak ada KLB DBD
3. Kejadian DBD sebanyak 37/100.000 pddk x100% jumlah
penduduk kec. Megaluh 39.672 , maka kejadian DBD 2017 tidak
boleh lebih dari 37 kasus

18 Pedoman P2DBD
BAB IX
PENUTUP

Demikian pedoman pelayanan DBD di Puskesmas Japanan dibuat


sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan pelayanan DBD baik di dalam
gedung maupun di luar gedung
Semoga Allah SWT. Selalu memberikan kesehatan dan keselamatan
kepada kita semua Aamiin

19 Pedoman P2DBD
20 Pedoman P2DBD

Anda mungkin juga menyukai