Anda di halaman 1dari 37

TINJAUAN PUSTAKA

STROKE
Pembimbing : dr. Arwinder Singh , Sp.BS
Disusun oleh:
1. Laetitia Ngamelubun (406202059)
2. Andhini Rajo Pujian (406202060)
3. Ria Angela Mutiara Sari (406202061)
4. Thio, Ceryle Eriady (406202062)

Kepaniteraan Klinik Bedah


PJJ Periode 3 – 15 Mei 2021
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta
Definisi
Stroke adalah istilah umum yang menggambarkan kejadian klinis
dengan onset mendadak dari defisit neurologis sekunder penyakit
serebrovaskular.

Imaging in Neurology by Anne G. Osborn Kathleen B. Digre


Epidemiologi
Data WHO menunjukan bahwa setiap tahunnya ada 13,7 juta
kasus baru stroke, dan sekitar 5,5 juta kematian terjadi akibat
stroke

70% kasus stroke ditemukan di negara dengan penghasilan


rendah dan menengah, 87% kematian akibat stroke juga
ditemukan pada negara-negara tersebut. Sedangkan pada negara
dengan penghasilan tinggi, insidensi stroke telah berkurang
sebanyak 42% dalam beberapa dekade terakhir.

Johnson W, Onuma O, Owolabi M, Sachdev S. Stroke: a global


response is needed. Bulletin of the World Health Organization.
2016 Sep 1;94(9):634.
Faktor Risiko

Usia hipertensi diabetes melitus


Non
Mod
Mod
ifiabl Jenis Kelamin ifiabl obesitas hiperlipidemia
e
e

Riwayat
merokok Altivitas fisik
Keluarga

Boehme, A. K., Esenwa, C., & Elkind, M. S. V. (2017). Stroke Risk Factors, Genetics,
and Prevention. Circulation Research, 120(3), 472–495.
Klasifikasi

Tintinalli’s Emergency Medicine


Patofisiologi
Stroke Hemorrhage
Perdarahan Intraserebral
Penyebab tersering: Hipertensi
Angka kematian mendekati 50%

Patofisiologi
Hipertensi kronik  perubahan patologis pada
pembuluh darah otak  robekan pada tunika
intima  perdarahan  masuk ke jaringan otak
Jika volume perdarahan massive  destruksi
masa otak, peningkaatan TIK atau bahkan
herniasi otak pada falk serebri

Kematian dapat disebabkan oleh kompresi


batang otak, hemisfer otak dan perdarahan
batang otak sekunder
Perdarahan Subaraknoid
• 5% dari semua kejadian stroke
• Penyebab tersering: aneurisma (70-75%)
• Angka kematian 50%

• Akibat suatu gangguan perkembangan/trauma 


terjadi kelemahan pada dinding tunika intima arteri
 terbentuk aneurisma
• Akubat lonjakan tekanan darah  aneurisma pecah
 thunder clap headache
• Perdarahan akibat aneurisma masuk ke dalam ruang
subarachnoid  timbul gejala atau tanda
rangsangnan meningeal
Stroke Iskemik
Keterlibatan Pembuluh darah – Fokal Neurologi Defisit

Anterior Cerebral Artery


Kelemahan tungkai kontralateral dan perubahan pada sensorik.

Middle Cerebral Artery


Hemiparesis kontralateral (Lengan > tungkai), plegia pada wajah, dan hilangnya sensorik.

Hemisphere
Inattention, pengabaian, dan disarthria tanpa afasia

Posterior Circulation
Kelemahan tungkai unilateral, pusing, vertigo, blurry vision, headache, disarthria, visual
field loss, gait ataxia, disfungsi N.VII, lethargy, dan defisit sensorik; bisa terjadi
sendiri/kombinasi.

Tintinalli’s Emergency Medicine


Anamnesa
Gejala Stroke Hemoragik Stroke non-hemoragik

Onset Mendada Mendadak

Saat onset Sedang aktif Istirahat

Nyeri Kepala +++ +

Kejang + +/-

Muntah + +/-

Penurunan kesadaran + +

Rangsang meningeal +++ -


Pemeriksaan Fisik Umum
1. Pengukuran tekanan darah: HT sebagai faktor risiko utama terjadinya stroke.
2. Perbandingan tekanan darah & denyut nadi di kedua sisi: menunjukkan perbedaan yang
berhubungan dengan penyakit aterosklerotik pada arkus aorta/koarktasio aorta.
3. Pemeriksaan oftalmoskop pada retina dapat menunjukkan embolisasi di sirkulasi anterior.
4. Pemeriksaan leher: mengetahui ada tidaknya denyut karotis/bising karotis → denyut nadi
karotis yang berkurang di leher merupakan indikator buruk dari penyakit arteri karotis interna.
5. Pemeriksaan jantung: dapat mendeteksi aritmia atau murmur yang berhubungan dengan
penyakit katup jantung → dapat menjadi predisposisi stroke kardioemboli.
6. Palpasi arteri temporal: berfungsi dalam mendiagnosis arteritis sel raksasa.
7. Pemeriksaan kulit: dapat menunjukkan tanda-tanda gangguan koagulasi, seperti ekimosis
atau petekie.

Simon RP, Greenberg DA, Aminoff MJ. Clinical Neurology, 10e.


New York, NY: McGraw-Hill Education LLC.; 2018.
Pemeriksaan Neurologis
Defisit Kognitif
Afasia, unilateral neglect, atau apraxia Abnormalitas lapang pandang
konstruksional → menunjukkan lesi kortikal di - Menyingkirkan infark lakunar
sirkulasi anterior & menyingkirkan stroke - Isolated hemianopia → menunjukkan
vertebrobasilar/lacunar. stroke arteri serebral posterior
Hemiataxia
Kelainan sensorik kortikal seperti - umumnya disebabkan oleh lesi di
stereognosis dan grafestesia batang otak ipsilateral atau serebelum
- menunjukkan defisit kortikal pada (namun juga dapat disebabkan oleh
arteri serebral tengah. stroke lacunar di kapsul internal.

Ocular palsy, nystagmus, or internuclear Hemiparesis


ophthalmo-plegia - disebabkan oleh lesi di daerah kortikal
serebral yang disuplai oleh sirkulasi anterior,
jalur motorik menurun di batang otak
(disuplai oleh sistem verbrobasilar) atau
Simon RP, Greenberg DA, Aminoff MJ. Clinical Neurology, 10e.
lakuna di tempat subkortikal/batang otak.
New York, NY: McGraw-Hill Education LLC.; 2018.
Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan penunjang
Computed tomography (CT) akan
membedakan infark dari perdarahan
hingga setidaknya lima hari setelah
stroke.
• Perdarahan ⇒ memiliki kepadatan
tinggi (putih) dan biasanya
berbentuk bulat dan menempati
ruang.
• Infark ⇒ kepadatan rendah (gelap)
dan menempati wilayah vaskular
dengan beberapa pembengkakan

Lin, M. P., & Liebeskind, D. S. (2016).


Imaging of Ischemic Stroke. CONTINUUM:
Lifelong Learning in Neurology, 22(5), 1399–
1423.
Stroke Iskemik
CT Nonkontras GRE MRI
CT nonkontras dan MRI sangat
penting dalam pencitraan
parenkim otak, sejumlah tanda
vaskular yang relevan secara
klinis menunjukkan patensi
pembuluh darah atau sugesti
trombus.

Lin, M. P., & Liebeskind, D. S. (2016).


Imaging of Ischemic Stroke. CONTINUUM:
Lifelong Learning in Neurology, 22(5), 1399–
1423.
Stroke Iskemik
MRI
CT Nonkontras CTA
Thrombolysis in cerebral infarction (TICI)

● sebagai alat untuk menentukan respon terapi trombolitik untuk stroke


iskemik.
● Dalam radiologi neurointervensional, ini biasanya digunakan untuk pasien
pasca revaskularisasi endovaskular ⇒ memprediksi prognosis.

Lin, M. P., & Liebeskind, D. S. (2016). Imaging of Ischemic Stroke. CONTINUUM: Lifelong Learning in
Neurology, 22(5), 1399–1423.
Diagnosis
Primary Prevention
• Lifestyle → melakukan aktivitas aerobik sedang-berat selama 30-40 menit/hari, 3-4x/minggu, diet rendah
natrium dan lemak jenuh, dan kaya buah, sayur, produk susu rendah lemak, dan kacang. Penurunan BB
pada pasien overweight/obesitas, berhenti merokok, dan kurangi alkohol.
• Statin → mis, atorvastatin 20 mg PO setiap hari, direkomendasikan pada pasien dengan/tanpa dislipidemia
→ resiko kejadian KV dan stroke.
• Blood Pressure Control → modifikasi gaya hidup, obat HT atau keduanya untuk hipertensi TDS >140 mmHg
atau TDD >90 mmHg
• Glycemic Control → DM meningkatkan resiko stroke
• Antiplatelet Drugs → aspirin dosis rendah (81-100 mg/hari) dapat mengurangi resiko stroke
• Anticoagulation → indikasi untuk pasien dengan gangguan cardiac predisposisi stroke
• Asymptomatic Carotid Artery Stenosis → dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke, dan pasien dengan
stenosis asimtomatik harus diobati dengan aspirin dan statin dosis rendah.

Simon RP, Aminoff MJ, Greenberg DA. Clinical


Neurology. 10th ed. Mc Graw Hill Edu.United
States;2018.
Tatalaksana
Medical Treatment

1. Tekanan darah tidak boleh diturunkan secara akut, kecuali untuk pasien dengan stroke iskemik akut yang cukup tinggi
(tekanan sistolik> 185 mmHg atau> 110 mmHg). Terapi antihipertensi akut yang direkomendasikan: labetalol atau
nicardipine intravena.
2. Tatalaksana hipertermia dan cari penyebab infeksi.
3. Hipoksia (saturasi oksigen ≤94%) → oksigen tambahan.
4. Koreksi hipoglikemia (glukosa darah <60 mg /dL)
5. Antikoagulasi (heparin) diberikan secara kontinyu infus IV untuk mencapai activated partial thromboplastin time (aPTT) 1,5-
2,5 kali kontrol, diikuti oleh warfarin diberikan PO setiap hari untuk mencapai INR 2,5 ± 0,5, atau antikoagulan oral lain
diindikasikan jika sumber emboli jantung (fibrilasi atrium, stenosis mitral, atau mechanical valve replacement).
6. Terapi antiplatelet dengan aspirin (325 mg per oral sekali, diikuti 81-325 mg PO setiap hari) untuk dugaan TIA
nonkardiogenik atau stroke iskemik akut, kecuali jika pasien akan menjalani trombolisis.
7. Statin → lanjutkan pada pasien dengan pengobatan statin jangka panjang.
Simon RP, Aminoff MJ, Greenberg DA. Clinical
Neurology. 10th ed. Mc Graw Hill Edu.United
States;2018.
Tatalaksana
Interventional Treatment → An option for selected patients with acute ischemic stroke, but is not used for TIA.
1. Intravenous Thrombolysis
Pemberian intravena dari aktivator plasminogen tipe jaringan rekombinan (r-tPA atau alteplase) dalam waktu 4,5 jam setelah timbulnya gejala
dapat mengurangi kecacatan dan kematian akibat stroke iskemik akut. Diberikan pada 0,9 mg / kg (dosis total maksimum 90 mg; 10% dari dosis
diberikan sebagai bolus IV dan sisanya sebagai infus IV terus menerus selama 60 menit). Perawatan harus dimulai dalam waktu 60 menit setelah
pasien tiba di RS.
KI: komplikasi perdarahan;trauma kepala baru, operasi intrakranial atau tulang belakang, keganasan gastrointestinal atau perdarahan baru,
hipertensi berat yang tidak terkontrol, dan diatesis perdarahan.
24 jam pertama setelah pemberian r-tPA, antikoagulan dan agen antiplatelet tidak boleh diberikan, tekanan darah harus dipantau dengan hati-
hati, dan arterial puncture serta penempatan jalur vena sentral, kateter kandung kemih, dan selang nasogastrik harus dihindari.
2. Intraarterial Thrombolysis
Mungkin bermanfaat pada pasien dengan stroke iskemik akut yang bukan trombolisis intravena. Baik untuk pasien yang dirawat 4,5-6 jam setelah
onset gejala atau dengan riwayat operasi mayor baru, dan pasien yang terapi intravena tidak berhasil.
3. Clot Retrieval
Trombektomi mekanis dengan stent retriever/dikombinasikan dengan r-tPA intravena → meningkatkan hasil fungsional pasien dengan stenosis
atau oklusi arteri intrakranial proksimal (karotis interna atau serebral tengah proksimal) di sirkulasi serebral anterior. Baik dalam 6 jam setelah
timbulnya gejala pada pasien yang gagal trombolisis IV.
Simon RP, Aminoff MJ, Greenberg DA. Clinical
Neurology. 10th ed. Mc Graw Hill Edu.United
States;2018.
Tatalaksana
Surgery Treatment

1. Carotid Endarterectomy → operasi pengangkatan trombus dari arteri karotis stenotik umum atau internal karotis di leher

Indikasi: TIA sikulasi anterior dan stenosis arteri karotis interna ekstrakranial high-grade, dan untuk pasien tertentu dengan
stenosis sedang. Manfaat berkurangnya morbiditas dan mortalitas (<6%).

2. Carotid Artery Stenting

Indikasi: mengobati stenosis karotis ekstrakranial, dengan keefektifan sama dengan endarectomy. Stenting dikaitkan dengan
peningkatan risiko stroke periprocedural dan kematian, tetapi penurunan risiko infark miokard periprocedural.

3. Decompressive Craniectomy with Dural Expansion → penutupan longgar dura dan kulit di atas defek tulang

Indikasi: sering dilakukan dengan drainase ventrikulostomi untuk mengobati hidrosefalus, sebagai lifesaving → infark serebelar
menyebabkan kompresi batang otak dan kesadaran yang tertekan. Untuk mencegah herniasi transtentorial dan kematian pada
pasien yang berusia<60 tahun yang memburuk dalam waktu 48 jam setelah stroke hemisfer yang parah.
Simon RP, Aminoff MJ, Greenberg DA. Clinical
Neurology. 10th ed. Mc Graw Hill Edu.United
States;2018.
Secondary Prevention
• Statin → atorvastatin 80 mg PO setiap hari, dianjurkan untuk semua pasien dengan riwayat
TIA atau stroke iskemik sebelumnya.
• Blood Pressure Control → Angiotensin converting enzyme inhibitors dan diuretic lebih
efektif untuk mengurangi resiko stroke berulang
• Antiplatelet Drugs → TIA non-kardioemboli sebelumnya atau stroke iskemik harus
menerima aspirin (81-325 mg / hari); aspirin / dipyridamole (25/200 mg dua kali sehari)
atau clopidogrel (75 mg / hari) saja merupakan pilihan alternatif
• Anticoagulation → TIA atau stroke iskemik sebelumnya dan fibrilasi katup atrium atau
mechanical aortic atau mitral valve replacement harus diberikan pengobatan warfarin
jangka panjang dengan target INR 2,5 ± 0,5.
• Surgery Treatment → untuk pencegahan sekunder TIA atau stroke (endarterektomi karotis
atau stenting).
Simon RP, Aminoff MJ, Greenberg DA. Clinical
Neurology. 10th ed. Mc Graw Hill Edu.United
States;2018.
Prognosis
● Dipengaruhi oleh sifat dan tingkat keparahan defisit neurologis, usia
pasien, penyebab stroke, dan gangguan medis yang menyertai
● Sekitar 50% pasien telah kembali bekerja dalam 6-12 bulan setelah
stroke
● Kematian pasca stroke adalah 10% pada 30 hari, 20% pada 1 tahun,
dan 40% pada 5 tahun.

Simon RP, Greenberg DA, Aminoff MJ. Clinical Neurology, 10e.


New York, NY: McGraw-Hill Education LLC.; 2018.

Anda mungkin juga menyukai