STROKE
Pembimbing : dr. Arwinder Singh , Sp.BS
Disusun oleh:
1. Laetitia Ngamelubun (406202059)
2. Andhini Rajo Pujian (406202060)
3. Ria Angela Mutiara Sari (406202061)
4. Thio, Ceryle Eriady (406202062)
Riwayat
merokok Altivitas fisik
Keluarga
Boehme, A. K., Esenwa, C., & Elkind, M. S. V. (2017). Stroke Risk Factors, Genetics,
and Prevention. Circulation Research, 120(3), 472–495.
Klasifikasi
Patofisiologi
Hipertensi kronik perubahan patologis pada
pembuluh darah otak robekan pada tunika
intima perdarahan masuk ke jaringan otak
Jika volume perdarahan massive destruksi
masa otak, peningkaatan TIK atau bahkan
herniasi otak pada falk serebri
Hemisphere
Inattention, pengabaian, dan disarthria tanpa afasia
Posterior Circulation
Kelemahan tungkai unilateral, pusing, vertigo, blurry vision, headache, disarthria, visual
field loss, gait ataxia, disfungsi N.VII, lethargy, dan defisit sensorik; bisa terjadi
sendiri/kombinasi.
Kejang + +/-
Muntah + +/-
Penurunan kesadaran + +
Lin, M. P., & Liebeskind, D. S. (2016). Imaging of Ischemic Stroke. CONTINUUM: Lifelong Learning in
Neurology, 22(5), 1399–1423.
Diagnosis
Primary Prevention
• Lifestyle → melakukan aktivitas aerobik sedang-berat selama 30-40 menit/hari, 3-4x/minggu, diet rendah
natrium dan lemak jenuh, dan kaya buah, sayur, produk susu rendah lemak, dan kacang. Penurunan BB
pada pasien overweight/obesitas, berhenti merokok, dan kurangi alkohol.
• Statin → mis, atorvastatin 20 mg PO setiap hari, direkomendasikan pada pasien dengan/tanpa dislipidemia
→ resiko kejadian KV dan stroke.
• Blood Pressure Control → modifikasi gaya hidup, obat HT atau keduanya untuk hipertensi TDS >140 mmHg
atau TDD >90 mmHg
• Glycemic Control → DM meningkatkan resiko stroke
• Antiplatelet Drugs → aspirin dosis rendah (81-100 mg/hari) dapat mengurangi resiko stroke
• Anticoagulation → indikasi untuk pasien dengan gangguan cardiac predisposisi stroke
• Asymptomatic Carotid Artery Stenosis → dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke, dan pasien dengan
stenosis asimtomatik harus diobati dengan aspirin dan statin dosis rendah.
1. Tekanan darah tidak boleh diturunkan secara akut, kecuali untuk pasien dengan stroke iskemik akut yang cukup tinggi
(tekanan sistolik> 185 mmHg atau> 110 mmHg). Terapi antihipertensi akut yang direkomendasikan: labetalol atau
nicardipine intravena.
2. Tatalaksana hipertermia dan cari penyebab infeksi.
3. Hipoksia (saturasi oksigen ≤94%) → oksigen tambahan.
4. Koreksi hipoglikemia (glukosa darah <60 mg /dL)
5. Antikoagulasi (heparin) diberikan secara kontinyu infus IV untuk mencapai activated partial thromboplastin time (aPTT) 1,5-
2,5 kali kontrol, diikuti oleh warfarin diberikan PO setiap hari untuk mencapai INR 2,5 ± 0,5, atau antikoagulan oral lain
diindikasikan jika sumber emboli jantung (fibrilasi atrium, stenosis mitral, atau mechanical valve replacement).
6. Terapi antiplatelet dengan aspirin (325 mg per oral sekali, diikuti 81-325 mg PO setiap hari) untuk dugaan TIA
nonkardiogenik atau stroke iskemik akut, kecuali jika pasien akan menjalani trombolisis.
7. Statin → lanjutkan pada pasien dengan pengobatan statin jangka panjang.
Simon RP, Aminoff MJ, Greenberg DA. Clinical
Neurology. 10th ed. Mc Graw Hill Edu.United
States;2018.
Tatalaksana
Interventional Treatment → An option for selected patients with acute ischemic stroke, but is not used for TIA.
1. Intravenous Thrombolysis
Pemberian intravena dari aktivator plasminogen tipe jaringan rekombinan (r-tPA atau alteplase) dalam waktu 4,5 jam setelah timbulnya gejala
dapat mengurangi kecacatan dan kematian akibat stroke iskemik akut. Diberikan pada 0,9 mg / kg (dosis total maksimum 90 mg; 10% dari dosis
diberikan sebagai bolus IV dan sisanya sebagai infus IV terus menerus selama 60 menit). Perawatan harus dimulai dalam waktu 60 menit setelah
pasien tiba di RS.
KI: komplikasi perdarahan;trauma kepala baru, operasi intrakranial atau tulang belakang, keganasan gastrointestinal atau perdarahan baru,
hipertensi berat yang tidak terkontrol, dan diatesis perdarahan.
24 jam pertama setelah pemberian r-tPA, antikoagulan dan agen antiplatelet tidak boleh diberikan, tekanan darah harus dipantau dengan hati-
hati, dan arterial puncture serta penempatan jalur vena sentral, kateter kandung kemih, dan selang nasogastrik harus dihindari.
2. Intraarterial Thrombolysis
Mungkin bermanfaat pada pasien dengan stroke iskemik akut yang bukan trombolisis intravena. Baik untuk pasien yang dirawat 4,5-6 jam setelah
onset gejala atau dengan riwayat operasi mayor baru, dan pasien yang terapi intravena tidak berhasil.
3. Clot Retrieval
Trombektomi mekanis dengan stent retriever/dikombinasikan dengan r-tPA intravena → meningkatkan hasil fungsional pasien dengan stenosis
atau oklusi arteri intrakranial proksimal (karotis interna atau serebral tengah proksimal) di sirkulasi serebral anterior. Baik dalam 6 jam setelah
timbulnya gejala pada pasien yang gagal trombolisis IV.
Simon RP, Aminoff MJ, Greenberg DA. Clinical
Neurology. 10th ed. Mc Graw Hill Edu.United
States;2018.
Tatalaksana
Surgery Treatment
1. Carotid Endarterectomy → operasi pengangkatan trombus dari arteri karotis stenotik umum atau internal karotis di leher
Indikasi: TIA sikulasi anterior dan stenosis arteri karotis interna ekstrakranial high-grade, dan untuk pasien tertentu dengan
stenosis sedang. Manfaat berkurangnya morbiditas dan mortalitas (<6%).
Indikasi: mengobati stenosis karotis ekstrakranial, dengan keefektifan sama dengan endarectomy. Stenting dikaitkan dengan
peningkatan risiko stroke periprocedural dan kematian, tetapi penurunan risiko infark miokard periprocedural.
3. Decompressive Craniectomy with Dural Expansion → penutupan longgar dura dan kulit di atas defek tulang
Indikasi: sering dilakukan dengan drainase ventrikulostomi untuk mengobati hidrosefalus, sebagai lifesaving → infark serebelar
menyebabkan kompresi batang otak dan kesadaran yang tertekan. Untuk mencegah herniasi transtentorial dan kematian pada
pasien yang berusia<60 tahun yang memburuk dalam waktu 48 jam setelah stroke hemisfer yang parah.
Simon RP, Aminoff MJ, Greenberg DA. Clinical
Neurology. 10th ed. Mc Graw Hill Edu.United
States;2018.
Secondary Prevention
• Statin → atorvastatin 80 mg PO setiap hari, dianjurkan untuk semua pasien dengan riwayat
TIA atau stroke iskemik sebelumnya.
• Blood Pressure Control → Angiotensin converting enzyme inhibitors dan diuretic lebih
efektif untuk mengurangi resiko stroke berulang
• Antiplatelet Drugs → TIA non-kardioemboli sebelumnya atau stroke iskemik harus
menerima aspirin (81-325 mg / hari); aspirin / dipyridamole (25/200 mg dua kali sehari)
atau clopidogrel (75 mg / hari) saja merupakan pilihan alternatif
• Anticoagulation → TIA atau stroke iskemik sebelumnya dan fibrilasi katup atrium atau
mechanical aortic atau mitral valve replacement harus diberikan pengobatan warfarin
jangka panjang dengan target INR 2,5 ± 0,5.
• Surgery Treatment → untuk pencegahan sekunder TIA atau stroke (endarterektomi karotis
atau stenting).
Simon RP, Aminoff MJ, Greenberg DA. Clinical
Neurology. 10th ed. Mc Graw Hill Edu.United
States;2018.
Prognosis
● Dipengaruhi oleh sifat dan tingkat keparahan defisit neurologis, usia
pasien, penyebab stroke, dan gangguan medis yang menyertai
● Sekitar 50% pasien telah kembali bekerja dalam 6-12 bulan setelah
stroke
● Kematian pasca stroke adalah 10% pada 30 hari, 20% pada 1 tahun,
dan 40% pada 5 tahun.