Thio Ceryle Eriady & Ria Angela Mutiara Sari Abstrak • Latar belakang: Gastroenteritis merupakan masalah kesehatan utama dan menjadi penyebab kematian kedua pada anak usia <5 tahun sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan efektifitas dari probiotik-probiotik yang tersedia secara umum dalam pengobatan diare berair akut (AWD) pada anak-anak. • Metode: - Penelitian dilakukan di rumah sakit tersier di Bangalore pada 120 anak berusia 6 bulan-5 tahun yang dirawat karena AWD ≤48 jam dan dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok I (kontrol)menerima terapi rehidrasi oral dan Zn, kelompok II menerima Bacillus clausii 2 miliar spora 2x/hari, dan kelompok III menerima Saccharomyces boulardii 250 mg 2x/hari. Penilaian utama adalah durasi total diare, jumlah rata-rata tinja per hari, dan konsistensi tinja, sedangkan penilaian lainnya adalah durasi muntah, demam, dan rawat inap di rumah sakit. Penelitian ini menggunakan teknik open label randomised controlled trial dengan analisis ANOVA, Student t test, Mann Whitney U test, dan Chi square test • Hasil: - Durasi diare dan rawat inap berkurang secara signifikan (41,68 jam) pada kelompok III dibandingkan dengan Kelompok I (57,65 jam) dan Kelompok II (53,33 jam); (p <0,05) - Frekuensi tinja berkurang secara signifikan pada hari ke-4 dan konsistensi tinja meningkat secara signifikan pada hari ke-3 pada kedua kelompok probiotik (p <0,05) - Kedua probiotik mengurangi durasi demam secara signifikan tetapi tidak berpengaruh pada durasi muntah • Kesimpulan: Saccharomyces boulardii efektif dalam mengurangi durasi diare dan rawat inap di rumah sakit pada anak dengan gastroenteritis akut Pendahuluan • Gastroenteritis merupakan masalah kesehatan utama di seluruh dunia dan menjadi penyebab kematian kedua pada anak usia <5 tahun. Sekitar 10% bayi dan 14% anak berusia 0-4 tahun meninggal karena diare di India dimana insiden gastroenteritis tertinggi yaitu dalam dua tahun pertama kehidupan. Diare pada anak usia <5 tahun paling sering disebabkan oleh Rotavirus. Komplikasi yang dapat mengancam jiwa yaitu dehidrasi, hipokalemia dan asidosis. Larutan rehidrasi oral (ORS) dengan osmolaritas rendah dan Zn merupakan intervensi efektif dalam pengelolaan diare sehingga komplikasi diare dapat dicegah, namun penggunaannya tidak mempersingkat durasi penyakit atau mengurangi buang air besar. Beberapa uji coba pada probiotik sebagai tambahan untuk terapi rehidrasi oral (ORT) telah dilakukan dan ditemukan dapat mengurangi durasi penyakit. Saccharomyces boulardii telah terbukti bermanfaat dalam banyak penelitian AWD pada anak-anak. Bacillus clausii telah terbukti efektif dalam uji coba fase III tetapi masih diperlukan studi lebih lanjut. Data yang membandingkan spesies probiotik secara sistematis masih sedikit dan sebagian besar berasal dari penelitian hewan dan laboratorium. Dengan meningkatnya ketersediaan dan meluasnya penggunaan probiotik disertai sedikitnya data keefektifan probiotik yang tersedia, penelitian ini perlu dilakukan. Metode • Penelitian dengan teknik open label randomised controlled trial dilakukan di rumah sakit tersier di Bangalore selama dua tahun (2010-2012) pada anak-anak dari strata sosial ekonomi dan kota yang berbeda-beda • Kriteria inklusi: anak-anak berusia 6 bulan-5 tahun yang dirawat di rumah sakit dengan AWD ≤48 jam dengan persetujuan tertulis dari orang tua. • Kriteria eksklusi: 1) Riwayat adanya darah atau nanah pada tinja 2) Dehidrasi berat (kriteria WHO) 3) Malnutrisi berat (klasifikasi IAP derajat III dan IV) 4) Pengobatan dengan antibiotik, probiotik, atau prebiotik dalam jangka waktu dua minggu sebelum pendaftaran 5) Riwayat kondisi yang menyebabkan defisiensi imun (AIDS, sindrom imunodefisiensi kongenital lainnya, terapi obat dengan steroid, obat antikanker, dll.) 6) Adanya penyakit sistemik akut (meningitis, pneumonia, sepsis) 7) Diare kronis 8) Hipersensitivitas terhadap Bacillus clausii dan Saccharomyces boulardii atau probiotik lain. • Diare didefinisikan sebagai keluarnya ≥3 tinja cair atau encer dalam periode 24 jam. Metode • Perkiraan besar sampel: Based on previous literature for effect size of 0.34, type I error of 5% level, the sample size of 120 was decided to meet the statistical power of at least 90%. • Intervensi: pemeriksaan fisik secara menyeluruh, penilaian TTV dan hidrasi, frekuensi dan beratnya diare, dan status gizi. Kelompok pertama berfungsi sebagai kelompok kontrol dan diberi suplemen ORT dan zinc sesuai dengan manajemen WHO. • Primary outcome measures 1) Total durasi diare setelah masuk: waktu yang dihitung dalam jam dari saat masuk hingga saat anak mengeluarkan feses terakhir yang abnormal (encer atau cair). 2) Rata-rata jumlah feses per hari (frekuensi tinja dan konsistensi tinja abnormal) dievaluasi melalui sistem skor: 1= normal, 2= loose, 3= Semiliquid, 4= cair Metode • Secondary outcome measures: Lama muntah, lama demam (>37,5°C), lama rawat inap (dalam jam)