Anda di halaman 1dari 46

HEMIPARESIS SINISTRA TIPE FLACID EC

STROKE NON HEMORAGIK


Fathia Azzahra
712023007

Pembimbing : IPTU dr. Irma Yanti, Sp.S


BAB I STATUS NEUROLOGI
Identifikasi

Nama : Tn.T
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Plaju
Agama : Islam
ANAMNESIS
KU :
Pasien dating ke IGD RS Muhammadiyah Palembang Karena mengalami kelemahan pada
separuh bagian tubuh sebelah kiri.

RPS :
Penderita mengalami kelemahan pada tangan kiri dan kaki kiri setelah jatuh. Penderita
merasa kebas pada sisi yang lemah apabila tidak digerakkan Penderita tidak mengalami
penurunan kesadaran. Saat serangan penderita terdapat mulut mengot, dan bicara pelo.
Penderita tidak mengeluh adanya sakit kepala depan yang timbul. Penderita dapat
mengungkapkan isi pikirannya secara lisan, tulisan dan isyarat. Penderita dapat mengerti isi
pikiran orang lain yang diungkapkan secara lisan, tulisan, dan isyarat. Sehari-hari penderita
melakukan pekerjaan dengan menggunakan tangan kanan.
ANAMNESIS

RPD :
Penderita tidak pernah mengalami nyeri pada tulang panjang, riwayat diabetes melitus tidak
ada, riwayat trauma tidak ada, riwayat kolesterol tidak ada. riwayat hipertensi tidak ada.

RL :
Penyakit ini diderita untuk pertama kalinya. Riwayat keluarga yang memiliki keluhan serupa
juga tidak ada.
• Tak tampak soft tissue swelling di extracranial
• Pada window tulang: tak tampak diskontinuitas
• Sulkus kortikalis dan fissura sylvii prominent
• Gyri kedua hemisfer normal Tidak ada midline shifting
• Cisterna basal, ambient dan quadrigeminal normal
• Sistema ventrikel lateralis, ventrikel Ill dan IV normal
• Tampak lesi hypodense di cerebellum dextra dan di lobus
temporalis dextra
• Sela turcica dan parasellar normal
• Regio mastoid kanan dan kiri: normodense
• Sinus paranasalis: normodense
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Stroke adalah gangguan peredaran otak yang menyebabkan
defisit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau
pendarahan dalam sirkulasi saraf otak. Stroke adalah suatu
gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak
(dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam)
dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang
berlangsung lebih dari 24 jam, disebabkan oleh terhambatnya
aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke hemoragik)
ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda
sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan cacat, atau kematian
Usia dan jenis
kelamin Faktor Risiko Diet dan Nutrisi
Meningkat seiring bertambahnya
usia, laki laki > perempuan pola makan yang tidak optimal
namun ketika usia dewasa dapat dapat meningkatkan tekanan
terjadi sebaliknya darah
mempengauhi struktur organ
secara permanen dan
Berat badan lahir Hipertensi
memodifikasi regulasi epigenetik
rendah
dari ekspresi gen. 60% terkena stroke dan 4,5 kali
berisiko stroke trombotik

Ras atau Etnis Obesitas dan Lemak tubuh


Orang kulit hitam > orang kulit
putih terjadinya proses hialinisasi
pada dinding pembuluh darah
(tidak elastis)
Faktor Genetik
meningkatkan risiko stroke
sebesar 30%.
Diabetes Melitus (DM)
20% pasien stroke iskemik
Merokok memiliki DM
Merusak epitel pembuluh darah
Klasifikasi Stroke
Definisi
kematian jaringan otak karena
(Stroke Iskemik) Gejala Klinis
paresis, ataksia,
gangguan aliran darah ke daerah kelumpuhan, muntah,
otak, yang disebabkan oleh dan pandangan mata,
tersumbatnya arteri serebral atau namun tanda klinis ini
servikal atau yang kurang tergantung pada area
mungkin tersumbat seperti vena otak yang terkena
serebral.

Klasifikasi
Mekanisme
1) aterosklerosis
pembuluh darah
trombosis, emboli, dan
besar,
penurunan perfusi atau
2) Kardioembolik
aliran darah di otak
3) Lakunar
4) penyebab lain
tidak diketahui
penyebabnya
Klasifikasi Stroke
Definisi (Stroke Hemorragik) Gejala Klinis
perdarahan intraserebral (PIS)
memiliki spektrum klinis yang
spontan merupakan salah satu
luas, sakit kepala onset akut,
jenis patologi stroke akibat
muntah dan peningkatan
pecahnya pembuluh darah
tekanan darah yang parah.
intraserebral. Menimbulkan gejala
manifestasi akut kemungkinan
neurologis yang terjadi secara
besar menimbulkan stroke
tiba-tiba dan seringkali diikuti
hemoragik
gejala akibat efek desak ruang
atau peningkatan tekanan
intrakranial (TIK).

Mekanisme

Klasifikasi 1. Hypertension Intracerebral


perdarahan intrakranial (ICH) Hemorrhage.
dan perdarahan subarachnoid 2. Cerebral Amyloid Angiopathy
(SAH). Intracerebral Hemorrhage
Diagnosis Stroke

Skor Siriraj dihitung dengan menggunakan rumus: (2,5 x tingkat kesadaran) + (2 x sakit kepala) +
(2 x [muntah] + [0,1 x tekanan darah diastol] –12– [3 x penanda ateroma]). Skor <-1 dan >+1
masing-masing diambil untuk menunjukkan infark dan perdarahan, sementara -1 hingga +1
dianggap menengah atau garis batas
Tatalaksana Stroke
Stroke hemoragik dan stroke iskemik memiliki penanganan yang berbeda. Pada stroke iskemik dilakukan terapi
trombolisis dan antiplatelet yang tidak boleh dilakukan pada kasus stroke hemoragik, sementara stroke
hemoragik lebih didominasi oleh gejala peningkatan TIK yang membutuhkan penanganan segera sebagai
tindakan life saving.

Stabilisasi Jalan
Pengendalian
01 Napas dan 04 07 Nutrisi
Kejang
Pernapasan

Stabilisasi Pencegahan dan


02 Hemodinamik 05 Pengendalian Suhu Mengatasi
08
(Sirkulasi) Tubuh Komplikasi

Pengendalian
Peningkatan
03 06 Tata Laksana Cairan
Tekanan Intrakranial
(TIK)
Tatalaksana trombolisis pada stroke
iskemik
Trombolisis Intravena

Pasien stroke iskemik akut


dengan waktu awitan kurang dari
6 jam yang memenuhi kriteria
dapat menggunakan rTPA,
seperti altepase. Dosis 0,6-
0,9mg/kgBB

Terapi
neurointervensi/endovaskular

Pemberian Antikoagulan
Pencegahan Sekunder
BAB III ANALISA KASUS
Analisis Kasus
Penderita dirawat di rawat jalan poli Saraf RS Muhammadiyah Palembang
karena kelemahan tangan kiri, mulut mengot dan bicara pelo. Stroke adalah
kumpulan gejala defisit neurologis akibat gangguan fungsi otak akut baik fokal
maupun global yang mendadak, disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya
aliran darah pada parenkim otak, retina atau medulla spinalis, yang dapat
disebabkan oleh penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah arteri maupun vena,
yang dibuktikan dengan pemeriksaan imaging dan/atau patologi.9 Stroke pada
prinsipnya terjadi secara tiba-tiba karena gangguan pembuluh darah otak
(perdarahan atau iskemik).4
Analisis Kasus
Penderita tidak mengalami penurunan kesadaran. Saat serangan penderita tidak
ada dada berdebar-debar. Hal ini dapat menunjukkan bahwa kemungkinan
stroke pada kasus ini disebabkan trombosis dan menyinkirkan kemungkinan
penyebab emboli serebri, karena pada stroke emboli serebri sendiri terjadi
karena adanya gumpalan darah atau bekuan darah yang berasal dari jantung,
kemudian menyumbat aliran darah otak. Hal ini juga diperkuat bahwa pasien
tidak memiliki riwayat sakit jantung yang diderita pasien.
Terjadinya aterosklerosis dikarenakan terbentuknya fatty streak atau plak
aterosklerosis yang kemudian berkembang progresif sampai terjadi lesi sebagai
akibat dari gangguan aliran darah dan atau tebentuknya trombus. Trombus akan
memblokir atau menghalangi aliran darah sehingga dapat menyebabkan iskemik
pada organ target, mekanisme ini desebut dengan mekanisme trombosis. Apabila
bagian trombus tersebut terlepas dari dinding arteri dan ikut terbawa oleh aliran
darah menuju ke arteri yang lebih kecil, maka hal ini dapat menyebabkan
sumbatan pada arteri tersebut, maka mekanisme ini disebut dengan mekanisme
emboli.29
Saat serangan penderita merasa sakit kepala yang tidak disertai mual muntah,
tanpa disertai kejang. Gejala ini merupakan gejala klinis dari peningkatan tekanan
intrakranial. Pada pasien ini gejala tersebut hanya memenuhi 1 kriteria stroek
hemoragik sehingga dapat menyingkirkan kemungkinan terjadinya stroke pada
pasien ini disebabkan oleh stroke hemoragik. Peningkatan tekanan intrakranial
pada kasus ini mungkin disebabkan oleh hipertensi yang juga terdapat pada
pasien.
Tidak adanya kejang mengarahkan pada letak lesi kemungkinan bukan terdapat
di korteks serebri, karena pada lesi yang terletak di korteks serebri biasanya terjadi
kejang akibat aktivitas neuronal motorik berlebihan.
Penderita dapat mengungkapkan isi pikirannya secara lisan, tulisan dan isyarat.
Penderita dapat mengerti isi pikiran orang lain yang diungkapkan secara lisan,
tulisan, dan isyarat. Sehari-hari penderita melakukan pekerjaan dengan menggunakan
tangan kanan. Hal ini dapat menyingkirkan kemungkinan lesi di korteks serebri yang
dapat mempengaruhi pusat bicara di area Broca dan Wernicke yang terdapat pada
hemispher dominan. Area Broca sendiri merupakan pusat bicara motorik yang
terletak pada lobus prefrontal, sedangkan area Wernicke merupakan pusat sensorik
dari bicara pada lobus temporalis.
Penderita mengeluh mulut mengot dan bicara pelo hal ini menandakan terjadi
gangguan pada N. VII dan N. XII. Mulut mengot dan bicara pelo menunjukkan
terdapat lesi pada nervus fasialis (N. VII) dan lesi pada nervus hypoglossus (N. XII).
Selain itu, stroke masa lalu ini memanifestasikan defisit motorik unilateral kontralateral
terhadap lesi pada semua pasien saat ini dan yang dilaporkan sebelumnya. Tingginya frekuensi
stroke sebelumnya kontralateral dengan stroke baru-baru ini menunjukkan bahwa kerusakan
sebelumnya dari saluran kortikospinalis kontralateral dengan stroke baru-baru ini mungkin
terkait dengan patogenesis hemiparesis ipsilateral. Dengan kata lain, Mayoritas pasien ini
diklasifikasikan memiliki cedera yang konsisten dengan hemiparesis ipsilateral Tipe IIa, di
mana pasien memiliki riwayat stroke kontralateral sebelumnya dan defisit motorik kontralateral
biasa, dan baik traktus kortikospinalis yang bersilangan maupun yang tidak bersilangan
terdeteksi secara neurofisiologis.
Penderita mengalami keluhan seperti ini untuk pertama kalinya. Prognosis pada kasus ini
lebih baik jika dibandingkan stroke yang berulang. Stroke berulang merupakan penyebab
penting kesakitan dan kematian yang tinggi sebanyak 1,2% sampai 9%. Stroke berulang
sering mengakibatkan status fungsional yang lebih buruk daripada stroke pertama.
Tatalaksana yang diberikan berupa non farmakologi dan farmakologi. Untuk non
farmakologi dilakukan bed rest pada pasien, edukasi diet rendah garam, konsumsi obat
antihipertensi secra teratur, fisioterapi secara rutin, sedangkan farmakologi diberikan Miniaspi
1 x 80 mg/PO, Amlodipin 1x 10 mg/PO, Meloxicam 2 x 7,5 mg/PO, Omeprazole 1 x
20mg/PO, Neurodex 2 x 1/PO.
Pada kasus ini tidak diberikan resusitasi cairan dikarenakan pasien masih mampu untuk
minum sendiri. Pasien juga diberikan Meloxicam. Meloxicam bekerja menghambat
prostaglandin, sedangkan prostaglandin berfungsi untuk melindungi mukosa
gastrointestinal.

Pemberian Omeprazole berguna untuk grastroprotektor untuk melindungi mukosa


lambung yang produksi mukus gaster yang turun yang mungkin diakibtkan oleh pemberian
Meloxicam.

Pasien juga mendapat terapi Miniaspi sebagai antiplatelet. Antiplatelet menghambat


secara irreversibel siklooksigenase dimana dapat mencegah konversi asam arakhidonat
menjadi tromboxan A2 yang merupakan vasokonstriktor kuat agregasi platelet.

Neurodex merupakan vitamin B1, B6, B12. Metilkobalamin adalah metabolit dari
vitamin B12 yang berperan sebagai koenzim dalam proses pembentukan methionin dari
homosystein.
BAB IV KESIMPULAN
KESIMPULAN
1. Stroke adalah kumpulan gejala defisit neurologis akibat gangguan fungsi otak akut baik
fokal maupun global yang mendadak, disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya
aliran darah pada parenkim otak, retina atau medulla spinalis, yang dapat disebabkan oleh
penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah arteri maupun vena, yang dibuktikan
dengan pemeriksaan imaging dan/atau patologi.
2. Pasien dirawat jalan poli saraf RS. Muhammadiyah palembang dengan diagnosis klinis
Hemiparesis Sinistra tipe spastik + Parese N. VII dan N.XII tipe central ec Stroke Non
Hemoragic.
3. Pasien ditatalaksana secera komprehensif berdasarkan etiologi dan bertujuan mencegah
komplikasi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai