Anda di halaman 1dari 59

Stroke Infark

Qurrata’yuni Pratiwi PEMBIMBING:


H1A321067 dr. I Wayan Subagiartha, Sp.S
Rumusan Masalah
Apakah definisi dari stroke?

Bagaimana epidemiologi dari stroke?

Bagaimana klasifikasi dari stroke?

Bagaimana etiopatogenesis dari stroke?

Apakah faktor risiko dari stroke?

Bagaimana patofisiologi dari stroke?


Bagaimana manifestasi klinis dan cara menegakkan diagnosis
stroke?
Bagaimana penatalaksanaan dari stroke?

Bagaimana prognosis dari stroke?


Tujuan
Tujuan penulisan meliputi:
Untuk mengetahui
definisi, epidemiologi,
klasifikasi, Untuk menambah
etiopatogenesis, pengetahuan mengenai
patofisiologi, manifestasi stroke baik bagi penulis
klinis, diagnosis, maupun pembaca
tatalaksana dan
prognosis dari stroke
Manfaat
Manfaat penulisan meliputi:

Dokter muda mampu


melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang
Dokter muda mampu Dokter muda mampu
yang relevan terkait stroke
mengenali, memahami melakukan
dan mendiagnosis penatalaksanaan awal
stroke dengan tepat untuk stroke
Anatomi pembuluh darah otak
Definisi
World Health Organization
Stroke : defisit neurologis fokal maupun global yang bersifat
akut, berlangsung lebih dari 24 jam atau menimbulkan
kematian yang tidak disebabkan oleh keadaan lain yang jelas
kecuali gangguan aliran darah otak
Epidemiologi
Tahun 2013, cerebrovascular accident (CVA): penyebab kematian kedua terbanyak di
dunia setelah penyakit jantung iskemik  5,5 juta dan proporsi 11,8% dari seluruh
kematian

Riskesdas, 2018
Populasi berusia ≥15 tahun di Indonesia = 10,9 per 1.000 populasi
Prevalensi tertinggi : provinsi Kalimantan Timur = 14,7 per 1.000 populasi
Provinsi Nusa Tenggara Barat = 8,8 per 1.000 populasi
Prevalensi jenis kelamin = laki-laki 11,0; perempuan 10,9
Tingkat pendidikan terbanyak : tidak/belum pernah sekolah = 21,2 per 1.000 populasi
Pekerjaan terbanyak : tidak bekerja = 21,8 per 1.000 populasi
Tempat tinggal terbanyak : daerah pedesaan = 12,6 per 1.000 populasi
Kepatuhan rutin kontrol di Indonesia = 39,4 per 1.000 populasi
Kepatuhan rutin kontrol di NTB = 35 per 1.000 populasi
Klasifikasi
Stroke iskemik (infark) Stroke Hemoragik

Adanya gangguan suplai darah ke suatu Rupturnya suatu pembuluh


bagian otak yang menyebabkan darah atau struktur pembuluh
hilangnya fungsi secara mendadak darah yang abnormal

Stroke Stroke Stroke Intracerebral Subarachnoid


iskemik iskemik iskemik hemorrhage/ hemorrhage/
trombotik emboli lakunar ICH SAH
Tipe stroke iskemik berdasarkan klasifikasi TOAST
Tipe Stroke Penyebab
plak atherosklerotik pada pembuluh darah besar otak yang
Stroke trombotik 20%
mengarah pada iskemia dan infark

Stroke lakunar (small


Satu atau lebih pembuluh darah di otak terkena
penetrating artery 25%
(mikroatheromatosis)
thrombotic stroke)

Stroke emboli Terkait dengan disritmia jantung, penyakit jantung katup dan
15%
kardiogenik trombus di ventrikel kiri

Stroke kriptogenik Penyebab tidak diketahui 5-10%

Stroke terkait dengan


Salah satunya adalah penyalahgunaan obat 20-25%
penyebab lain
Etiopatogenesis
Mekanisme utama stroke dalam Trombus biasanya terbentuk pada 3
menyebabkan cedera otak adalah jenis situasi yang biasanya disebut
melalui penurunan aliran darah lokal dengan Virchow’s triad: (1)
ke parenkim otak. Banyak hal dapat kerusakan pada pembuluh darah
menyebabkan terjadinya hal tersebut,
namun aterosklerosis arteri besar akibat trauma atau arteriosklerosis,
(arteri karotis, vertebral, basiler dan (2) aliran darah abnormal seperti
percabangan sirkulus Willis) yang pada kasus stasis aliran vena dan
menyebabkan terbentuknya trombus turbulensi arteri, dan (3) keadaan
merupakan penyebab tersering hiperkoagulasi.
Faktor Resiko
Tidak dapat dimodifikasi

Usia

Jenis kelamin Genetik


Faktor Resiko
Dapat dimodifikasi
Manifestasi Klinis
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
• Onset akut (96%) Paresis lengan (69%)
• Kelemahan lengan (63%) Paresis tungkai (61%)
• Kelemahan tungkai (54%) Disfasia atau disartria (57%)
• Gangguan berbicara (53%) Hemiparesis atau ataxic gait (53%)
• Kelemahan wajah (23%) Paresis wajah (45%)
• Paresthesia lengan (20%) Gangguan pergerakan bola mata
(27%)
• Paresthesia kaki (17%)
Defek lapang pandang (24%)
• Nyeri kepala (14%)
• Pusing nonorthostatik (13%)
Skor Siriraj
(2,5 x Kesadaran) + (2 x Muntah) + (2 x Nyeri Kepala) + (0,1 x Diastolik) – (3 x Ateroma) - 12
Variabel Skor
Kesadaran Interpretasi:
Kompos mentis 0 Skor > 1: Perdarahan
Somnolen 1 supratentorial
Stupor/Koma 2 Skor < -1: Infark serebri
Skor -1 s/d 1:
Meragukan (CT scan)
Nyeri Kepala
Tidak ada 0
Ada 1
Muntah
Tidak ada 0
Ada 1
Tekanan Diastolik
Ateroma
Tidak ada 0
Ada satu atau lebih 1
(DM, angina pectoris dan claudicatio)
Algoritma Stroke Gajah Mada
Gejala Diagnosa
Terdapat ketiga gejala (+) dari 3 (+) Stroke PIS
Penurunan kesadaran (+)
Nyeri kepala (-) Stroke PIS
Refleks Babinski (-)

Penurunan kesadaran (-)


Nyeri kepala (+) Stroke PIS
Refleks Babinski (-)

Penurunan kesadaran (-)


Nyeri kepala (-) Stroke Infark
Refleks Babinski (+)

Penurunan kesadaran (-)


Nyeri kepala (-) Stroke Infark
Refleks Babinski (-)
Pemeriksaan Penunjang

CT scan kepala tanpa Glukosa darah Kadar elektrolit


kontras Elektrokardiografi
dan faal ginjal
atau MRI kepala

Marker iskemia jantung

Prothrombin
Darah lengkap
time/international Oxygen saturation
normalized ratio

Activated partial
thromboplastin time
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan atas indikasi pada pasien
tertentu:
Faal hepar
Skrining toksikologi
Kadar alkohol darah
Tes kehamilan
Analisa gas darah (jika curiga adanya hipoksia)
Rontgen thorax (jika curiga adanya keadaan patologis pada paru)
Pungsi lumbal (jika curiga SAH namun CT scan tanpa kontras menunjukkan tidak adanya
perdarahan)
Electroencephalogram (jika curiga adanya kejang)
Tatalaksana
Tatalaksana emergensi menurut AHA/ASA tahun 2018:

1. Airway, Breathing and Oxygenation


2. Tekanan Darah (Blood Pressure)
3. Temperatur
4. Blood Glucose
5. Alteplase Intravena
6. Fibrinolitik IV lain dan Sonotrombolisis
7. Trombektomi mekanis
8. Terapi endovaskular lainnya
9. Antiplatelet
Prognosis
Stroke iskemik pada populasi dewasa muda memiliki prognosis yang lebih baik
dibandingkan dengan populasi usia tua. Angka mortalitas dalam jangka waktu 30 hari
bernilai lebih besar pada stroke hemoragik intrakranial dibandingkan dengan stroke
iskemik, yaitu 30,7% berbanding 11,1%. Prognosis jangka panjang 5 tahun pasca
serangan stroke menunjukkan bahwa lebih dari dua pertiga pasien dengan stroke
iskemik dan lebih dari tiga perempat pasien dengan stroke hemoragik intrakranial akan
meninggal atau menjadi dependen terhadap orang lain.
Diketahui bahwa tekanan darah diastolik serta kadar kolesterol darah merupakan
faktor prognostik utama untuk menilai derajat keparahan stroke.
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
• Nama : Tn. A
• Usia : 64 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Pekerjaan : Pensiunan
• Suku : Sasak
• Alamat : Sandik Layar, Lombok Barat
• MRS : 25 Mei 2022
• No RM : 194703
• Diagnosis masuk : CVA et causa suspek SNH dd SH
• Diagnosis akhir : CVA Infark
Anamnesis
Keluhan Utama: bicara pelo

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD Provinsi NTB dengan keluhan utama bicara pelo. Keluhan ini terjadi
secara tiba-tiba saat pasien sedang menonton televisi. Satu jam setelah keluhan ini, pasien
langsung dibawa ke IGD RSUDP NTB. Selain itu, pasien mengeluhkan nyeri kepala ±4 jam sebelum
MRS. Nyeri kepala dirasakan pada seluruh bagian kepala, terasa seperti diikat dengan skala nyeri 5.
Nyeri kepala dirasakan terus menerus dan membaik setelah diberi obat di IGD. Riwayat BAB dan
BAK pasien dalam batas normal. Tidak ada riwayat penurunan kesadaran, penglihatan ganda,
kejang, maupun mual muntah.
Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalami keluhan ini sebelumnya. Pasien memiliki riwayat
hipertensi namun tidak pernah mengkonsumsi obat karena merasa tidak ada keluhan.
Tidak ada riwayat penyakit diabetes, stroke, penyakit jantung atau riwayat kejang.
Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa dan juga tidak
terdapat adanya riwayat penyakit hipertensi, diabetes, stroke, penyakit jantung
atau riwayat kejang pada keluarga
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, dan Kebiasaan

Pasien tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol. Pasien adalah seorang
pensiunan, saat ini tidak bekerja.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik
KU : sedang
GCS : E4V5M6
TD : 150/90 mmHg
HR : 85 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36.5°C
SpO2 : 99% UR
Pemeriksaan fisik
Kepala
Bentuk : Normocephali
Penonjolan atau Jejas : Tidak ada penonjolan maupun jejas
Konjungtiva anemis : Tidak ada konjungtiva anemis
Sklera ikterik : Tidak ada sklera ikterik
Sianosis : Tidak ada sianosis

Leher
Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Arteri Karotis
• Palpasi : Kuat angkat, reguler
• Auskultasi : Tidak ada bruit
Kelenjar Tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Pemeriksaan fisik
Thorax
Inspeksi : Normochest, pergerakan dinding dada simetris, scar (-), jejas (-),
kesan massa (-)

Palpasi : Pengembangan dinding dada simetris, nyeri tekan (-), kesan massa (-),
krepitasi (-)

Perkusi
Jantung: Batas jantung kiri: ICS 5 midclavicular line sinistra
Batas jantung kanan: ICS 4 parasternal line dextra
Paru: Sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi
Jantung: S1 S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-)
Paru : Vesikuler di seluruh lapang paru, rhonki (-), wheezing (-)
Pemeriksaan fisik
Abdomen
Inspeksi : Bentuk normal, distensi (-), jejas (-), sikatriks (-),
skar (-), massa (-)
Palpasi : Bising usus (+) 8x/menit, metallic sound (-)
Perkusi : Timpani di seluruh kuadran abdomen
Auskultasi : Massa (-), nyeri tekan (-)
Pemeriksaan Psikiatri
 Emosi dan Afek : Baik
 Proses Berpikir : tidak dapat dievaluasi
 Kecerdasan : tidak dapat dievaluasi
 Penyerapan : tidak dapat dievaluasi
 Kemauan : tidak dapat dievaluasi
 Psikomotor : tidak dapat dievaluasi
Pemeriksaan Neurologi
1. GCS : E4V5M6
2. Fungsi Luhur
Reaksi Emosi : eutimik
Intelegensia : cukup
Fungsi Bicara : disartria
Fungsi Psikomotor : tidak dapat dievaluasi
Fungsi Psikosensorik : tidak dapat dievaluasi
3. Tanda Rangsang Meningeal
 Kaku Kuduk :-
 Kernig :-
 Brudzinski I :-
 Brudzinski II :-
 Brudzinski III :-
 Brudzinski IV :-
Pemeriksaan Nervus Kranialis
N. I (Olfaktorius) : Tidak dapat dievaluasi (subjektif : normal)

N. II (Optikus)

OD OS
Ketajaman
Subjektif : normal Subjektif : normal
Penglihatan
Lapang Pandang >2/6, bed side >2/6, bed side
Funduskopi Tidak dikerjakan Tidak dikerjakan
Pemeriksaan Nervus Kranialis
N. III, IV dan VI
Celah Kelopak Mata
• Ptosis : -/-
• Exophthalmus : -/-

Posisi Bola Mata : Orthotrofia

Pupil
• Ukuran/Bentuk : 3mm/3mm (bulat)
• Isokor/Anisokor : isokor
• Refleks Cahaya : RCL (+/+), RCTL (+/+)

Gerakan Bola Mata


• Paresis : Tidak ada paresis
• Nistagmus : Tidak ada nistagmus
Pemeriksaan Nervus Kranialis
N. V (Trigeminus)
Sensibilitas
• N. V1 : menurun pada bagian sinistra
• N. V2 : menurun pada bagian sinistra
• N. V3 : menurun pada bagian sinistra

Motorik
• Inspeksi/Palpasi
(istrahat/menggigit) : lemah pada bagian sinistra

Refleks Dagu/Masseter : -

Refleks Kornea :+
Pemeriksaan Nervus Kranialis
N. VII (Fasialis)
Motorik M. Frontalis M. Orbicularis Okuli M. Orbicularis Oris

Istirahat Deviasi ke arah (D) Deviasi ke arah (D) Deviasi ke arah (D)

Gerakan Deviasi ke arah (D) Deviasi ke arah (D) Deviasi ke arah (D)
Mimik

Pengecapan 2/3 lidah bagian depan: tidak dapat dievaluasi


Pemeriksaan Nervus Kranialis
N. VIII (Auditorius)
Pendengaran : Baik
Tes Rinne/Weber : Tidak dapat dievaluasi
Fungsi Vestibularis : Tidak dapat dievaluasi
N. IX, X (Glosofaringeus, Vagus)
Posisi Arkus Faring : Tidak dapat dievaluasi
Refleks Menelan/Muntah : Tidak dapat dievaluasi
Pengecap 1/3 Lidah
Bagian Posterior : Tidak dapat dievaluasi
Suara :
Pemeriksaan Nervus Kranialis
N. XI (Accecorius)
Memalingkan Kepala dengan/tanpa
Tahanan : dalam batas normal
Mengangkat Bahu : Baik

N. XII (Hypoglosus)
Deviasi lidah : Deviasi ke arah (S)
Fasikulasi : tidak ada
Atrofi : tidak ada
Tremor : tidak ada
Ataksia : tidak ada
Pemeriksaan Motorik
Superior Inferior
Motorik
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Pergerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Kekuatan +5 +4 +5 +4
Tonus Otot Normal Normal Normal Normal
Bentuk Otot Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Otot yang Terganggu : tidak ada
Klonus
• Lutut :-
• Kaki :-
Pergerakan abnormal spontan: -
Gait : Tidak dapat dievaluasi
Pemeriksaan Sensorik
Eksteroseptif
Nyeri : normal
Suhu : Tidak dapat dievaluasi
Raba Halus : normal
Proprioseptif
Rasa Sikap : normal
Nyeri Dalam : normal
Fungsi Kortikal
Diskriminasi : Tidak dapat dievaluasi
Stereognosis : Tidak dapat dievaluasi
Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis
Refleks Fisiologis Refleks Patologis
Biceps : +2 / +2 Hoffman : - / -
Triceps : +2 / +2 Trommer: - / -
Patella : +2 / +2 Babinsky : - / -
Achilles : +2 / +2 Chadock : - / -
Gordon : - / -
Schaefer : - / -
Oppenheim :-/-
Gonda :-/-
Pemeriksaan Kolumna Vertebralis dan Fungsi Otonom

Kolumna Vertebralis
Inspeksi : normal, massa (-), jejas (-)
Pergerakan : normal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, massa (-)
Perkusi : tidak ada nyeri ketok

Fungsi otonom
Miksi : dalam batas normal
Defekasi : dalam batas normal
Sekresi keringat : dalam batas normal
RESUME
Pasien dengan keluhan utama bicara pelo. Keluhan ini terjadi secara tiba-tiba saat pasien sedang menonton
televisi. Satu jam setelah keluhan ini, pasien langsung dibawa ke IGD RSUDP NTB. Selain itu, pasien mengeluhkan
nyeri kepala ±4 jam sebelum MRS. Nyeri kepala dirasakan pada seluruh bagian kepala, terasa seperti diikat
dengan skala nyeri 5. Nyeri kepala dirasakan terus menerus dan membaik setelah diberi obat di IGD. Pasien
memiliki riwayat hipertensi namun tidak berobat. Pada pemeriksaan fisik umum keadaan pasien tampak sedang
dengan GCS E4V5M6. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg, tanda vital lain dalam
batas normal dan pemeriksaan head-to-toe didapatkan kesan normal. Pemeriksaan psikiatri pada pasien tidak
dapat dievaluasi. Pada pemeriksaan neurologi didapatkan parese N.VII dan N.XII sinistra.
Diagnosis

a. Klinis : Disartria akut


b. Topis : N.VII dan N.XII
c. Etiologis : CVA et causa SNH dd SH
d. Sekunder : Hipertensi grade I
Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HEMATOLOGI
Hemoglobin (g/dL) 13.7 14.0-18.0
Hematokrit (%) 41 25-42
Eritrosit (juta/uL) 4.57 3.50-5.50
Leukosit (/uL) 8600 4000-10000
Trombosit (/uL) 372000 150000- 400000
MCV (fL) 89.3 80-100
MCH (pg) 30.0 26-34
MCHC (g/dL) 33.6 32-36
RDW-SD (fL) 41.2 35-47
PDW (fL) 12.8 9-13
MPV (fL) 10.3 7.2-11.1
PCT (%) 0.38 0.15-0.40
Pemeriksaan Laboratorium
HITUNG JENIS
Basofil (%) 0.5 0.0-1.0
Eosinofil (%) 5.9 1.0-26.0
Neutrofil (%) 53.3 50.0-70.0
Limfosit (%) 28.8 20.0-40.0
Monosit (%) 11.5 1.0– 8.0
Pemeriksaan Laboratorium
KIMIA KLINIK
DIABETES
Glukosa Darah Sewaktu (mg/dL) 113 <160
ELEKTROLIT
Natrium serum (mmol/L) 138 135 – 146
Kalium serum (mmol/L) 3.7 3.4 – 5.4
Klorida serum (mmol/L) 106 95 – 108
FUNGSI GINJAL
Ureum 27 10 – 50
Kreatinin 0.9 0.9 – 1.3
FUNGSI HATI
SGOT 17 0 – 40
SGPT 14 0 – 41
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan MSCT Kepala irisan axial reformatted coronal dan sagital tanpa kontras (25 Mei 2022)
Tak tampak lesi hipo/hiperdense pada brain parenchym
Sulci dan gyrus nroaml
Sistem ventrikel dan cysterna baik
Pons dan cerebellum normal
Tak tampak kalsifikasi abnormal
Tak tampak deviasi midline
Penebalan mukosa sinus maxilaris kanan dan kiri
Orbita, mastoid dan sinus paranasalis kanan kiri diluar lesi tak tampak kelainan

Kesan:
Tak tampak infark, perdarah maupun SOL pada brain parenkim
Sinusitis maxilaris bilateral
Pemeriksaan EKG
Interpretasi
Irama : Irama sinus
Frekuensi Nadi : 69 x/menit
Aksis : Normoaxis
Gelombang P : Normal
Interval PR : Normal
Kompleks QRS : Normal
Segmen ST : Normal
Gelombang T : Normal
Interval QT : Normal
Interpretasi : irama sinus normal
TERAPI
Non-Farmakologis
Rehabilitasi medik: untuk memperbaiki parese N.VII dan N.XII

Farmakalogis
 IVFD RL (20 tpm)
 Inj. Citicoline 500mg/8 jam (IV)
 Inj. Paracetamol 1gr/8 jam (IV)
 Amlodipin 5mg/24 jam PO
 Atorvastatin 20mg/24 jam PO
 Clopidogrel 75 mg/24 jam PO
 Aspilet 100 mg/24 jam PO
Prognosis

Ad vitam : dubia
Ad functionam : dubia
Ad sanationam : dubia
Anjuran
• Edukasi keluarga pasien mengenai stroke non
hemoragik (penyebab dan faktor risiko)

• Edukasi keluarga pasien terkait komplikasi selama


perawatan, tindakan pemulihan dan latihan yang
akan diberikan pada pasien
A H A S A N
Pemeriksaan Fisik
Anamnesis
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran pasien GCS E4V5M6.
Pada anamnesis didapatkan keluhan utama berupa bicara pelo Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah pasien
yang terjadi secara tiba-tiba saat pasien sedang menonton televisi. 150/90 mmHg, yang dapat dikategorikan sebagai hipertensi grade I,
Pasien tersebut juga mengalami nyeri kepala sebelum keluhan sedangkan tanda vital lain seperti denyut nadi, laju respirasi dan suhu
utama muncul. Pasien memiliki riwayat hipertensi namun tidak
dalam batas normal. Pada pemeriksaan neurologis tidak didapatkan
tanda rangsang meningeal. Pada pemeriksaan nervus kranil,
pernah berobat. Dari hasil anamnesis tersebut sudah dapat
didapatkan parese N.VII dan N.XII. Pada pemeriksaan motorik,
mengarahkan pada diagnosis stroke. Pasien adalah seorang laki-
terdapat penurunan kekuatan ekstremitas superior dan inferior menjadi
laki berusia 63 tahun, usia merupakan determinan terkuat dari
4 pada bagian kiri tubuh dimana pasien hanya dapat melawan tahanan
stroke dan risiko stroke akan meningkat dua kali lipat setiap dekade
ringan, disertai dengan tonus otot spastik. Pada pemeriksaan sensorik,
setelah usia 55 tahun. Pasien juga memiliki riwayat hipertensi yang
refleks fisiologis, dan refleks patologis masih dalam batas normal. Hal
merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya stroke.
ini dapat menjelaskan bahwa pasien mengalami lesi tipe UMN.

Diagnosis pasien ini lebih mengarah ke stroke iskemik karena gejala lateralisasi berupa kelemahan gerak
satu sisi yang didapatkan dari pemeriksaan fisik motorik, dan gejala kelumpuhan nervus kranial yaitu
bicara pelo.
A H A S A N

Pada pasien ini perhitungan Skor Sirirajnya adalah


= (2,5 x 0) + (2 x 1) + (2 x 0) + (0,1 x 90) – (3 x 0) -12
= 0 + 2 + 0 + 9 – 0 – 12
= -1 Meragukan (CT scan)
A H A S A N
TERAPI
Non-Farmakologis
Rehabilitasi medik: untuk memperbaiki parese N.VII dan N.XII

Farmakalogis
 Amlodipin 5mg/24 jam PO
Amlodipin merupakan salah satu pilihan obat anti hipertensi intravena dengan dosis 5-10 mg/24 jam
PO. Obat ini merupakan antihipertensi golongan calcium-channel blockers (CCB) dan angiotensin II
receptor blockers (ARB) yang direkomendasikan untuk pasien dengan hipertensi grade II karena pada
saat pemeriksaan pasien pertama kali di IGD memiliki tekanan darah 170/100 yang merupakan
hipertensi grade II
A H A S A N
Farmakalogis
 Clopidogrel 75 mg/24 jam PO
 Aspilet 100 mg/24 jam PO
Obat tersebut digunakan untuk mencegah terjadinya thrombus.
Tatalaksana dengan terapi dual antiplatelet (aspirin dan clopidogrel) dimulai dalam 24 jam sejak
gejala onset dan dilanjutkan sampai 21 hari, terapi ini dianggap efektif dalam mengurangi rekurensi
stroke iskemik sampai periode 90 hari sejak onset gejala

 Inj. Citicoline 500mg/8 jam (IV)


Merupakan obat golongan neuroprotektor yang berfungsi untuk melindungi daerah penumbra pada
otak, untuk itu citicoline setidaknya harus diberikan sampai melewati fase akut yaitu pada stroke
iskemik fase akut terjadi selama 14 hari.
A H A S A N
Farmakalogis
 Inj. Paracetamol 1gr/8 jam (IV)
Obat golongan ini digunakan untuk mengatasi nyeri kepala yang dialami oleh pasien

 Atorvastatin 20mg/24 jam PO


Obat golongan statin seperti atorvastatin memiliki efek pleiotropik yaitu anti-inflamasi, efek
antioksidan, antitrombotik dan memfasilitasi lisis bekuan darah (clot lysis), meningkatkan regulasi nitrit
oksida sintetase endotel, stabilisasi plak, mengurangi oksidasi low-density lipoprotein (LDL) dan
angiogenesis. Statin dapat digunakan sebagai terapi pencegahan stroke primer dan sekunder.
Pedoman tata laksana pasien stroke iskemik akut dari AHA/ASA merekomendasikan terapi statin
berkelanjutan pada periode akut stroke iskemik.
KESIMPULAN
Laki-laki berusia 63 tahun datang dengan
keluhan bicara pelo dan nyeri kepala. Pasien
memiliki riwayat hipertensi namun tidak pernah
berobat. Pemeriksaan tanda vital didapatkan
tekanan darah 150/90 mmHg. Pada
pemeriksaan neurologi didapatkan parese N.VII
dan N.XII sinistra. Pada Skor Siriraj didapatkan
hasil -1 yang berarti meragukan sehingga
diperlukan pemeriksaan CT Scan. Pada
pemeriksaan penunjang yaitu CT Scan kepala
tidak ditemukan adanya infark atau perdarahan.
Hal ini bisa saja terjadi pada beberapa kasus
stroke infark, yaitu pada pemeriksaan CT Scan
didapatkan hasil yang normal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Feigin, V. L., Bo Norrving, Mensah, G. A., 2017. Global Burden of Stroke. Circulation Research, February 3, 2017.
2. Donkor, E. S., 2018. Stroke in the 21st Century: A Snapshot of the Burden, Epidemiology, and Quality of Life. Stroke research and treatment, 2018, 3238165. https://doi.org/10.1155/2018/3238165
3. Park, J., 2017. Acute ischemic stroke. Singapore: Springer
4. Drake, R. L., Vogl, W., Mitchell, A. W. M., 2012. Gray’s Basic Anatomy. Philadelphia: Elsevier Churchill Livingstone
5. Gould, D. J., 2014. Board Review Series: Neuroanatomy. Philadelphia: Wolters Kluwer Health, Lippincott Williams & Wilkins
6. WHO MONICA Project Investigators. The World Health Organization MONICA Project (Monitoring trends and determinants in cardiovascular disease). J Clin Epidemiol 41, 105-114. 1988
7. Sacco RL, Kasner SE, Broderick JP, Caplan LR, Connors JJ, Culebras A, Elkind MSV, George MG, Hamdan AD, Higashida RT, Hoh BL, Janis LS, Kase CS, Kleindorfer DO, Lee J-M, Moseley ME, Peterson
ED, Turan TN, Valderrama AL, Vinters HV; on behalf of the American Heart Association Stroke Council, Council on Cardiovascular Surgery and Anesthesia, Council on Cardiovascular Radiology and
Intervention, Council on Cardiovascular and Stroke Nursing, Council on Epidemiology and Prevention, Council on Peripheral Vascular Disease, and Council on Nutrition, Physical Activity and Metabolism. An
updated defnition of stroke for the 21st century: a statement for healthcare professionals from the American Heart Association/American Stroke Association. Stroke. 2013;44:2064-2089
8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018. Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
9. Truelsen, T., Begg, S., Mathers, C., 2006. The global burden of cerebrovascular disease. World Health Organization
10. Chandra A, Stone CR, Du X, Li WA, Huber M, Bremer R, et al. The cerebral circulation and cerebrovascular disease III: Stroke. Brain Circ 2017;3:66-77
11. Perdossi, 2011. Guideline Stroke. Jakarta: Perdossi
12. Samai, A. A., Martin-Schild, S., 2015. Sex differences in predictors of ischemic stroke: current perspectives. Vascular health and risk management, 11, pp. 427-436.
13. Kenneth, S. Y., Cheng, E., 2009. Acute stroke diagnosis. Am Fam Physician. 2009 July 1; 80(1): 33–40
14. Fakhruddin, H., Nurmalia, L., 2019. Perbandingan Uji Diagnostik Siriraj Stroke Score dan Algoritma Stroke Gadjah Mada Sebagai Prediktor Jenis Stroke di RS Sentra Medika Bekasi. JK Unila, 3(2), pp.1-7
15. Widastuti P, Nuartha AABN. Sistem skoring diagnostik untuk stroke: skor
Siriraj. Cermin Dunia Kedokteran. 2015; 42(10): 776-779.
16. Lamsudin R. Algoritma stroke gadjah mada – penerapan klinis untuk
membedakan stroke perdarahan intra serebral dengan stroke iskemik akut atau stroke infark. Berkala Ilmu Kedokteran. 1997; 29(1): 11-16
17. Powers WJ, Rabinstein AA, Ackerson T, Adeoye OM, Bambakidis NC, Becker K, Biller J, Brown M, Demaerschalk BM, Hoh B, Jauch EC, Kidwell CS, Leslie-Mazwi TM, Ovbiagele B, Scott PA, Sheth KN,
Southerland AM, Summers DV, Tirschwell DL; on behalf of the American Heart Association Stroke Council. Guidelines for the early management of patients with acute ischemic stroke: 2019 update to the
2018 guidelines for the early management of acute ischemic stroke: a guideline for healthcare professionals from the American Heart Association/American Stroke Association. Stroke. 2019;50:e1–e58. doi:
10.1161/STR.0000000000000211
18. Varona, J.F., 2010. Long-term prognosis of ischemic stroke in young adults. Stroke in the Young, 2011, pp.1-5
19. Sennfalt, S., Bo Norrving, Petersson, J., et al., 2018. Long-Terms Survival and Function After Stroke: A longitudinal observational study from the swedish stroke register. Stroke, 2019(50), pp.53-61
20. Faraji, F., Ghasami, K., Talaie-Zanjani, A., et al., 2013. Prognostic factors in acute stroke, regarding to stroke severity bu Canadian Neurological Stroke Scale: A hospital based study. Asian Journal of
Neurosurgery, 8(2), pp. 78-82
21. Kemenkes RI. (2019) 'Stroke Don't Be The One', Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI
22. Ansoumane Hawa K, Mhaili J, Boutakioute B, Ouali Idrissi M, Idrissi El Ganouni N. Hemorrhagic stroke revealing a snake bite: A case report. Cureus. 2022;
23. Treister AK, Hatch MN, Cramer SC, Chang EY. Demystifying poststroke pain: From etiology to treatment. PM&amp;R. 2016;9(1):63–75.
24. Elim C, Tubagus V, Ali RH. Hasil Pemeriksaan CT Scan Pada Penderita Stroke non hemoragik di Bagian Radiologi FK Unsrat/SMF Radiologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Agustus 2015 –
Agustus 2016. Jurnal e-clinic, 2016, vol 4(2).
25. Dabilgou AA, Sondo A, Dravé A, Diallo I, Kyelem JM, Napon C, et al. Hemorrhagic stroke following snake bite in Burkina Faso (West Africa). A case series. Tropical Diseases, Travel Medicine and Vaccines.
2021;7(1).
26. Hong KS, Lee JS. Statins in Acute Ischemic Stroke: A Systematic Review. Journal of Stroke 2015;17(3):282-301
27. Zhao J, Zhang X, Dong L, Wen Y, Cui L. The Many Roles of Statins in Ischemic Stroke. Curr Neuropharmacol. 2014 Dec; 12(6): 564–574.
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai