Riskesdas, 2018
Populasi berusia ≥15 tahun di Indonesia = 10,9 per 1.000 populasi
Prevalensi tertinggi : provinsi Kalimantan Timur = 14,7 per 1.000 populasi
Provinsi Nusa Tenggara Barat = 8,8 per 1.000 populasi
Prevalensi jenis kelamin = laki-laki 11,0; perempuan 10,9
Tingkat pendidikan terbanyak : tidak/belum pernah sekolah = 21,2 per 1.000 populasi
Pekerjaan terbanyak : tidak bekerja = 21,8 per 1.000 populasi
Tempat tinggal terbanyak : daerah pedesaan = 12,6 per 1.000 populasi
Kepatuhan rutin kontrol di Indonesia = 39,4 per 1.000 populasi
Kepatuhan rutin kontrol di NTB = 35 per 1.000 populasi
Klasifikasi
Stroke iskemik (infark) Stroke Hemoragik
Stroke emboli Terkait dengan disritmia jantung, penyakit jantung katup dan
15%
kardiogenik trombus di ventrikel kiri
Usia
Prothrombin
Darah lengkap
time/international Oxygen saturation
normalized ratio
Activated partial
thromboplastin time
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan atas indikasi pada pasien
tertentu:
Faal hepar
Skrining toksikologi
Kadar alkohol darah
Tes kehamilan
Analisa gas darah (jika curiga adanya hipoksia)
Rontgen thorax (jika curiga adanya keadaan patologis pada paru)
Pungsi lumbal (jika curiga SAH namun CT scan tanpa kontras menunjukkan tidak adanya
perdarahan)
Electroencephalogram (jika curiga adanya kejang)
Tatalaksana
Tatalaksana emergensi menurut AHA/ASA tahun 2018:
Pasien datang ke IGD RSUD Provinsi NTB dengan keluhan utama bicara pelo. Keluhan ini terjadi
secara tiba-tiba saat pasien sedang menonton televisi. Satu jam setelah keluhan ini, pasien
langsung dibawa ke IGD RSUDP NTB. Selain itu, pasien mengeluhkan nyeri kepala ±4 jam sebelum
MRS. Nyeri kepala dirasakan pada seluruh bagian kepala, terasa seperti diikat dengan skala nyeri 5.
Nyeri kepala dirasakan terus menerus dan membaik setelah diberi obat di IGD. Riwayat BAB dan
BAK pasien dalam batas normal. Tidak ada riwayat penurunan kesadaran, penglihatan ganda,
kejang, maupun mual muntah.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan ini sebelumnya. Pasien memiliki riwayat
hipertensi namun tidak pernah mengkonsumsi obat karena merasa tidak ada keluhan.
Tidak ada riwayat penyakit diabetes, stroke, penyakit jantung atau riwayat kejang.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa dan juga tidak
terdapat adanya riwayat penyakit hipertensi, diabetes, stroke, penyakit jantung
atau riwayat kejang pada keluarga
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, dan Kebiasaan
Pasien tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol. Pasien adalah seorang
pensiunan, saat ini tidak bekerja.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik
KU : sedang
GCS : E4V5M6
TD : 150/90 mmHg
HR : 85 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36.5°C
SpO2 : 99% UR
Pemeriksaan fisik
Kepala
Bentuk : Normocephali
Penonjolan atau Jejas : Tidak ada penonjolan maupun jejas
Konjungtiva anemis : Tidak ada konjungtiva anemis
Sklera ikterik : Tidak ada sklera ikterik
Sianosis : Tidak ada sianosis
Leher
Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Arteri Karotis
• Palpasi : Kuat angkat, reguler
• Auskultasi : Tidak ada bruit
Kelenjar Tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Pemeriksaan fisik
Thorax
Inspeksi : Normochest, pergerakan dinding dada simetris, scar (-), jejas (-),
kesan massa (-)
Palpasi : Pengembangan dinding dada simetris, nyeri tekan (-), kesan massa (-),
krepitasi (-)
Perkusi
Jantung: Batas jantung kiri: ICS 5 midclavicular line sinistra
Batas jantung kanan: ICS 4 parasternal line dextra
Paru: Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi
Jantung: S1 S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-)
Paru : Vesikuler di seluruh lapang paru, rhonki (-), wheezing (-)
Pemeriksaan fisik
Abdomen
Inspeksi : Bentuk normal, distensi (-), jejas (-), sikatriks (-),
skar (-), massa (-)
Palpasi : Bising usus (+) 8x/menit, metallic sound (-)
Perkusi : Timpani di seluruh kuadran abdomen
Auskultasi : Massa (-), nyeri tekan (-)
Pemeriksaan Psikiatri
Emosi dan Afek : Baik
Proses Berpikir : tidak dapat dievaluasi
Kecerdasan : tidak dapat dievaluasi
Penyerapan : tidak dapat dievaluasi
Kemauan : tidak dapat dievaluasi
Psikomotor : tidak dapat dievaluasi
Pemeriksaan Neurologi
1. GCS : E4V5M6
2. Fungsi Luhur
Reaksi Emosi : eutimik
Intelegensia : cukup
Fungsi Bicara : disartria
Fungsi Psikomotor : tidak dapat dievaluasi
Fungsi Psikosensorik : tidak dapat dievaluasi
3. Tanda Rangsang Meningeal
Kaku Kuduk :-
Kernig :-
Brudzinski I :-
Brudzinski II :-
Brudzinski III :-
Brudzinski IV :-
Pemeriksaan Nervus Kranialis
N. I (Olfaktorius) : Tidak dapat dievaluasi (subjektif : normal)
N. II (Optikus)
OD OS
Ketajaman
Subjektif : normal Subjektif : normal
Penglihatan
Lapang Pandang >2/6, bed side >2/6, bed side
Funduskopi Tidak dikerjakan Tidak dikerjakan
Pemeriksaan Nervus Kranialis
N. III, IV dan VI
Celah Kelopak Mata
• Ptosis : -/-
• Exophthalmus : -/-
Pupil
• Ukuran/Bentuk : 3mm/3mm (bulat)
• Isokor/Anisokor : isokor
• Refleks Cahaya : RCL (+/+), RCTL (+/+)
Motorik
• Inspeksi/Palpasi
(istrahat/menggigit) : lemah pada bagian sinistra
Refleks Dagu/Masseter : -
Refleks Kornea :+
Pemeriksaan Nervus Kranialis
N. VII (Fasialis)
Motorik M. Frontalis M. Orbicularis Okuli M. Orbicularis Oris
Istirahat Deviasi ke arah (D) Deviasi ke arah (D) Deviasi ke arah (D)
Gerakan Deviasi ke arah (D) Deviasi ke arah (D) Deviasi ke arah (D)
Mimik
N. XII (Hypoglosus)
Deviasi lidah : Deviasi ke arah (S)
Fasikulasi : tidak ada
Atrofi : tidak ada
Tremor : tidak ada
Ataksia : tidak ada
Pemeriksaan Motorik
Superior Inferior
Motorik
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Pergerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Kekuatan +5 +4 +5 +4
Tonus Otot Normal Normal Normal Normal
Bentuk Otot Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Otot yang Terganggu : tidak ada
Klonus
• Lutut :-
• Kaki :-
Pergerakan abnormal spontan: -
Gait : Tidak dapat dievaluasi
Pemeriksaan Sensorik
Eksteroseptif
Nyeri : normal
Suhu : Tidak dapat dievaluasi
Raba Halus : normal
Proprioseptif
Rasa Sikap : normal
Nyeri Dalam : normal
Fungsi Kortikal
Diskriminasi : Tidak dapat dievaluasi
Stereognosis : Tidak dapat dievaluasi
Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis
Refleks Fisiologis Refleks Patologis
Biceps : +2 / +2 Hoffman : - / -
Triceps : +2 / +2 Trommer: - / -
Patella : +2 / +2 Babinsky : - / -
Achilles : +2 / +2 Chadock : - / -
Gordon : - / -
Schaefer : - / -
Oppenheim :-/-
Gonda :-/-
Pemeriksaan Kolumna Vertebralis dan Fungsi Otonom
Kolumna Vertebralis
Inspeksi : normal, massa (-), jejas (-)
Pergerakan : normal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, massa (-)
Perkusi : tidak ada nyeri ketok
Fungsi otonom
Miksi : dalam batas normal
Defekasi : dalam batas normal
Sekresi keringat : dalam batas normal
RESUME
Pasien dengan keluhan utama bicara pelo. Keluhan ini terjadi secara tiba-tiba saat pasien sedang menonton
televisi. Satu jam setelah keluhan ini, pasien langsung dibawa ke IGD RSUDP NTB. Selain itu, pasien mengeluhkan
nyeri kepala ±4 jam sebelum MRS. Nyeri kepala dirasakan pada seluruh bagian kepala, terasa seperti diikat
dengan skala nyeri 5. Nyeri kepala dirasakan terus menerus dan membaik setelah diberi obat di IGD. Pasien
memiliki riwayat hipertensi namun tidak berobat. Pada pemeriksaan fisik umum keadaan pasien tampak sedang
dengan GCS E4V5M6. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg, tanda vital lain dalam
batas normal dan pemeriksaan head-to-toe didapatkan kesan normal. Pemeriksaan psikiatri pada pasien tidak
dapat dievaluasi. Pada pemeriksaan neurologi didapatkan parese N.VII dan N.XII sinistra.
Diagnosis
Kesan:
Tak tampak infark, perdarah maupun SOL pada brain parenkim
Sinusitis maxilaris bilateral
Pemeriksaan EKG
Interpretasi
Irama : Irama sinus
Frekuensi Nadi : 69 x/menit
Aksis : Normoaxis
Gelombang P : Normal
Interval PR : Normal
Kompleks QRS : Normal
Segmen ST : Normal
Gelombang T : Normal
Interval QT : Normal
Interpretasi : irama sinus normal
TERAPI
Non-Farmakologis
Rehabilitasi medik: untuk memperbaiki parese N.VII dan N.XII
Farmakalogis
IVFD RL (20 tpm)
Inj. Citicoline 500mg/8 jam (IV)
Inj. Paracetamol 1gr/8 jam (IV)
Amlodipin 5mg/24 jam PO
Atorvastatin 20mg/24 jam PO
Clopidogrel 75 mg/24 jam PO
Aspilet 100 mg/24 jam PO
Prognosis
Ad vitam : dubia
Ad functionam : dubia
Ad sanationam : dubia
Anjuran
• Edukasi keluarga pasien mengenai stroke non
hemoragik (penyebab dan faktor risiko)
Diagnosis pasien ini lebih mengarah ke stroke iskemik karena gejala lateralisasi berupa kelemahan gerak
satu sisi yang didapatkan dari pemeriksaan fisik motorik, dan gejala kelumpuhan nervus kranial yaitu
bicara pelo.
A H A S A N
Farmakalogis
Amlodipin 5mg/24 jam PO
Amlodipin merupakan salah satu pilihan obat anti hipertensi intravena dengan dosis 5-10 mg/24 jam
PO. Obat ini merupakan antihipertensi golongan calcium-channel blockers (CCB) dan angiotensin II
receptor blockers (ARB) yang direkomendasikan untuk pasien dengan hipertensi grade II karena pada
saat pemeriksaan pasien pertama kali di IGD memiliki tekanan darah 170/100 yang merupakan
hipertensi grade II
A H A S A N
Farmakalogis
Clopidogrel 75 mg/24 jam PO
Aspilet 100 mg/24 jam PO
Obat tersebut digunakan untuk mencegah terjadinya thrombus.
Tatalaksana dengan terapi dual antiplatelet (aspirin dan clopidogrel) dimulai dalam 24 jam sejak
gejala onset dan dilanjutkan sampai 21 hari, terapi ini dianggap efektif dalam mengurangi rekurensi
stroke iskemik sampai periode 90 hari sejak onset gejala