PRESEPTOR :
dr. Reno Sari Caniago, Sp. S, M. Biomed
ANATOMI OTAK
Pusat sensibilitas
Berdasarkan kausal:
a) Penemuan Klinis
Anamnesis :
Terutama terjadinya keluhan/gejala
defisit neurologik yang mendadak.
Tanpa trauma kepala, dan adanya
faktor risiko stroke.
Pemeriksaan Fisik :
Adanya defisit neurologik fokal,
ditemukan faktor risiko seperti
hipertensi, kelainan jantung dan
kelainan pembuluh darah lainnya.
DIAGNOSIS
b) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Neuro-Radiologik :
- Computerized Tomography Scanning
(CT-Scan)
- Angiografi serebral (karotis atau
vertebral)
- Pemeriksaan likuor serebrospinalis
Pemeriksaan lain-lain :
- Pemeriksaan darah rutin (Hb,
hematokrit, leukosit, eritrosit)
- Komponen kimia darah, gas,
elektrolit, Elektrokardiografi (EKG).
STROKE HEMORAGIK
KLASIFIKASI
Perdarahan
Perdarahan Perdarahan
Subarakhnoid
Intraserebral (PIS) Subdural
(PSA)
• CT-Scan • Multislices CT- • Foto tengkorak
• MRI Angiografi anteroposterior
• EKG • MR Angiografi dengan sisi
• Digital daerah trauma
• EEG
Substraction • CT-Scan
• USG
Angiography • EEG
• Angiografi
(DSA).
cerebral.
ALGORITMA
STROKE
GADJAH MADA
Versi orisinal:
(0.80 x kesadaran) + (0.66 x muntah) + (0.33 x sakit
kepala) + (0.33x tekanan darah diastolik) – (0.99 x
atheromal) – 3.71
Versi disederhanakan:
(2.5 x kesadaran) + (2 x muntah) + ( 2 x sakit kepala) +
(0.1 x tekanan darah diastolik) – (3 x atheroma) – 12
Kesadaran:
SIRIRAJ SCORE
Sadar = 0; mengantuk, stupor = 1; semikoma, koma = 2
Muntah:
Tidak = 0 ; ya = 1
Sakit kepala dalam 2 jam:
Tidak = 0 ; ya = 1
Tanda-tanda ateroma:
Usia
Risiko terkena stroke meningkat sejak usia 45
tahun. Orang yang berusia lebih dari 65 tahun
memiliki risiko paling tinggi yaitu 71%, sedangkan
25% terjadi pada orang yang berusia 65-45
tahun, dan 4% terjadi pada orang berusia <45
tahun.
FAKTOR RESIKO STROKE
Jenis Kelamin
Menurut data dari 28 rumah sakit di Indonesia,
ternyata laki-laki banyak menderita stroke
dibandingkan perempuan. Insiden stroke 1,25
kali lebih besar pada laki-laki dibanding
perempuan.
FAKTOR RESIKO STROKE
Ras/bangsa
Orang kulit hitam lebih banyak menderita stroke
dari pada orang kulit putih. Hal ini disebabkan
oleh pengaruh lingkungan dan gaya hidup.
Pada tahun 2004 di Amerika terdapat penderita
stroke pada laki-laki yang berkulit putih sebesar
37,1% dan yang berkulit hitam sebesar 62,9%
sedangkan pada wanita yang berkulit putih
sebesar 41,3% dan yang berkulit hitam sebesar
58,7%.
FAKTOR RESIKO STROKE
Hereditas
Gen berperan besar dalam beberapa faktor
risiko stroke, misalnya hipertensi, jantung,
diabetes dan kelainan pembuluh darah.
Riwayat stroke dalam keluarga, terutama jika
anggota keluarga pernah mengalami stroke
pada usia kurang dari 65 tahun, meningkatkan
risiko terkena stroke. Menurut penelitian Tsong
Hai Lee di Taiwan pada tahun 1997-2001 riwayat
stroke pada keluarga meningkatkan risiko
terkena stroke sebesar 29,3%.
FAKTOR RESIKO STROKE
Hipertensi
Merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke.
Hipertensi meningkatkan risiko terjadinya stroke
sebanyak 4-6 kali. Karena hipertensi
menyebabkan terjadinya kerusakan pada
dinding pembuluh darah sehingga
memudahkan terjadinya
penyumbatan/perdarahan otak. 70% dari orang
yang terserang stroke mempunyai tekanan
darah tinggi.
FAKTOR RESIKO STROKE
Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan faktor risiko untuk
stroke, namun tidak sekuat hipertensi. Diabetes
melitus dapat mempercepat terjadinya
aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah)
yang lebih berat sehingga berpengaruh
terhadap terjadinya stroke.
FAKTOR RESIKO STROKE
Penyakit Jantung
Penyakit jantung yang paling sering
menyebabkan stroke adalah fibrilasi atrium/atrial
fibrillation (AF), karena memudahkan terjadinya
penggumpalan darah di jantung dan dapat
lepas hingga menyumbat pembuluh darah di
otak. Fibrilasi atrium yang tidak diobati
meningkatkan risiko stroke 4-7 kali.
FAKTOR RESIKO STROKE
Obesitas
Obesitas berhubungan erat dengan hipertensi,
dislipidemia, dan diabetes melitus. Obesitas
meningkatkan risiko stroke sebesar 15%. Obesitas
dapat meningkatkan hipertensi, jantung,
diabetes dan aterosklerosis yang semuanya
akan meningkatkan kemungkinan terkena
serangan stroke.
FAKTOR RESIKO STROKE
Hiperkolesterolemia
Kondisi ini secara langsung dan tidak langsung
meningkatkan faktor risiko, tingginya kolesterol
dapat merusak dinding pembuluh darah dan
juga menyebabkan penyakit jantung koroner.
Kolesterol yang tinggi terutama Low Density
Lipoprotein (LDL) akan membentuk plak di
dalam pembuluh darah dan dapat menyumbat
pembuluh darah baik di jantung maupun di
otak. Kadar kolesterol total > 200 mg/dl
meningkatkan risiko stroke 1,31-2,9 kali.
FAKTOR RESIKO STROKE
Merokok
Merokok menyebabkan penyempitan dan
pengerasan arteri di seluruh tubuh (termasuk
yang ada di otak dan jantung), sehingga
merokok mendorong terjadinya aterosklerosis,
mengurangi aliran darah, dan menyebabkan
darah mudah menggumpal.
FAKTOR RESIKO STROKE
Alkohol
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat
mengganggu metabolisme tubuh, sehingga
terjadi dislipidemia, diabetes melitus,
mempengaruhi berat badan dan tekanan
darah, dapat merusak sel-sel saraf tepi, saraf
otak dan lain-lain. Semua ini mempermudah
terjadinya stroke. Konsumsi alkohol berlebihan
meningkatkan risiko terkena stroke 2-3 kali.
FAKTOR RESIKO STROKE
Stres
Hampir setiap orang pernah mengalami stres.
Stres psiokososial dapat menyebabkan depresi.
Jika depresi berkombinasi dengan faktor risiko
lain (misalnya, aterosklerosis berat, penyakit
jantung atau hipertensi) dapat memicu
terjadinya stroke. Depresi meningkatkan risiko
terkena stroke sebesar 2 kali.
FAKTOR RESIKO STROKE
Penyalahgunaan Obat
Pada orang-orang yang menggunakan narkoba
terutama jenis suntikan akan mempermudah
terjadinya stroke, akibat dari infeksi dan
kerusakan dinding pembuluh darah otak. Hasil
pengumpulan data dari rumah sakit Jakarta
tahun 2001 yang menangani narkoba,
didapatkan bahwa lebih dari 50% pengguna
narkoba dengan suntikan berisiko terkena stroke.
PENATALAKSANAAN
a) Umum
Breath : Oksigen
Blood : Infus
Bladder : Catheter
Anti edema
Neuroprotector
Metabolik aktivator
PENCEGAHAN
PENCEGAHAN PRIMORDIAL
a) Rehabilitasi Fisik
- Fisioterapi, diberikan untuk mengatasi masalah gerakan
dan sensoris penderita seperti masalah kekuatan otot,
duduk, berdiri, berjalan, koordinasi dan keseimbangan
serta mobilitas di tempat tidur.
- Terapi okupasional (Occupational Therapist atau OT),
diberikan untuk melatih kemampuan penderita dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. seperti mandi, memakai
baju, makan dan buang air.
- Terapi wicara dan bahasa, diberikan untuk melatih
kemampuan penderita dalam menelan makanan dan
minuman dengan aman serta dapat berkomunikasi
dengan orang lain.
PENCEGAHAN TERSIER
b) Rehabilitasi Mental
Sebagian besar penderita stroke mengalami
masalah emosional yang dapat mempengaruhi
mental mereka, misalnya reaksi sedih, mudah
tersinggung, tidak bahagia, murung dan depresi.
Oleh sebab itu, penderita perlu mendapatkan terapi
mental dengan melakukan konsultasi dengan
psikiater atau ahki psikologi klinis.
c) Rehabilitasi Sosial
Pada rehabilitasi ini, petugas sosial berperan untuk
membantu penderita stroke menghadapi masalah
sosial seperti, mengatasi perubahan gaya hidup,
hubungan perorangan, pekerjaan, dan aktivitas
senggang. Selain itu, petugas sosial akan
memberikan informasi mengenai layanan komunitas
lokal dan badan-badan bantuan sosial.
LAPORAN KASUS
ANAMNESA
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. R
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Umur : 47 tahun
• Pekerjaan : Pedagang
• Tgl Masuk : 28 Oktober 2017
KELUHAN UTAMA
Paru
• Inspeksi : simetris kiri=kanan
• Palpasi : fremitus normal kanan=kiri
• Perkusi : sonor
• Auskultasi : vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)
STATUS GENERALIS
Jantung
• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : ictus cordis tidak teraba
• Perkusi : jantung dalam batas normal
• Auskultasi : irama regular, bising (-), gallop (-)
Abdomen
• Inspeksi : perut tidak terlihat membuncit
• Palpasi : tidak teraba massa, nyeri tekan (-)
• Perkusi : timpani
• Auskultasi : bising usus (+) normal
STATUS NEUROLOGIS
Kanan Kiri
Nervus II Opticus
Kanan Kiri
Lapang
Normal Normal
pandang
Tidak
Funduskopi Tidak dilakukan
dilakukan
STATUS NEUROLOGIS
Nervus V
Kanan Kiri
Refleks
Normal Normal
Masseter
STATUS NEUROLOGIS
Nervus VII
Kanan Kiri
Raut wajah Normal Normal
Sekresi air mata Normal Normal
Fisura palpebra Normal Normal
Nervus VIII
Kanan Kiri
Nervus IX dan X
Kanan Kiri
Nervus XI
Kanan Kiri
Mengangkat
Normal Normal
bahu
STATUS NEUROLOGIS
Nervus XII
Kanan Kiri
Menjulurkan
Tidak ada deviasi
lidah
STATUS NEUROLOGIS
d) Pemeriksaan Koordinasi
• Uji telunjuk – hidung : tidak dilakukan
• Uji telunjuk - telunjuk : tidak dilakukan
• Romberg test : tidak dilakukan
• Tandem Gait Test : tidak dilakukan
• Rebound Phenomen : tidak dilakukan
STATUS NEUROLOGIS
Superior Inferior
c.Ekstremitas
Kanan Kiri Kanan Kiri
f) Pemeriksaan Sensibilitas
Kanan Kiri
Biceps + +
Triceps + +
Patella + +
Achilles + +
STATUS NEUROLOGIS
Kanan Kiri
Babinski - -
Hoffman-
- -
Tromer
Chaddock - -
Oppenhaim - -
STATUS NEUROLOGIS
i) Fungsi Otonom
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Sekresi Keringat : Normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM
Darah Rutin :
• HB :13,3 g/dL
• HT : 37,3 %
• Leukosit : 12.500 /ul
• Trombosit : 344x10ᶾ /ul
Kimia Klinik :
• Ureum : 20 mg/dl
• Kreatinin : 1,29 mg/dl
DIAGNOSA
6B :
• Brain : Elevasi kepala 300
• Blood : IVFD RL 12 jam / kolf
• Breath : O2 3 liter
• Bone and Body Skin : Fisioterapi
• Bowel :-
• Bladder :-
KHUSUS
• Subjektif • Assesment
- Lemah ekstremitas dextra Hemiparese Dextra
-Nyera kepala (+)
- Sesak napas (+) • Plan
- Mual (-) Muntah (-) Farmakoterapi :
• Simvastatin 1 x 20 mg
• Objektif • Aspilet 2 x 80 mg
- Keadaan Umum : Sedang • Amitriptilin 2x 25 mg
- Kesadaran : CMC • Citicolin 2 x 500 mg
- TD= 140/80 mmHg
- Nadi = 80 x/menit Non Farmakoterapi :
- Napas = 20x/menit • Fisioterapi
- Suhu = 36,5 ◦C
SELASA, 31 SEPTEMBER 2017
• Subjektif • Assesment
- Lemah ekstremitas dextra Hemiparese Dextra
-Nyera kepala (+)
- Sesak napas (+) • Plan
- Mual (-) Muntah (-) Farmakoterapi :
• Simvastatin 1 x 20 mg
• Objektif • Aspilet 2 x 80 mg
- Keadaan Umum : Sedang • Amitriptilin 2x 25 mg
- Kesadaran : CMC • Citicolin 2 x 500 mg
- TD= 130/80 mmHg
- Nadi = 78 x/menit Non Farmakoterapi :
- Napas = 20x/menit • Fisioterapi
- Suhu = 36,5 ◦C
RABU, 01 NOVEMBER 2017
• Subjektif • Assesment
- Lemah ekstremitas dextra Hemiparese Dextra
-Nyera kepala (+)
- Sesak napas (+) • Plan
- Mual (-) Muntah (-) Farmakoterapi :
• Simvastatin 1 x 20 mg
• Objektif • Aspilet 2 x 80 mg
- Keadaan Umum : Sedang • Amitriptilin 2x 25 mg
- Kesadaran : CMC • Citicolin 2 x 500 mg
- TD= 120/80 mmHg
- Nadi = 82 x/menit Non Farmakoterapi :
- Napas = 20x/menit • Fisioterapi
- Suhu = 36,5 ◦C
KAMIS, 02 NOVEMBER 2017
• Subjektif • Assesment
- Lemah ekstremitas dextra Hemiparese Dextra
-Nyera kepala (+)
- Sesak napas (+) • Plan
- Mual (-) Muntah (-) Farmakoterapi :
• Simvastatin 1 x 20 mg
• Objektif • Aspilet 2 x 80 mg
- Keadaan Umum : Sedang • Amitriptilin 2x 25 mg
- Kesadaran : CMC • Citicolin 2 x 500 mg
- TD= 140/80 mmHg
- Nadi = 78 x/menit Non Farmakoterapi :
- Napas = 20x/menit • Fisioterapi
- Suhu = 36,5 ◦C • Boleh Pulang
ANALISIS KASUS
ANALISIS KASUS