Anda di halaman 1dari 100

Case Report Session

STEMI Anterior + TB Paru

Oleh :
Rachmi Elizawati 13-017
Fajri Ijrian 13-019

Preseptor :
dr. Didi Yudha Putra, Sp.Pd

FK-UNBRAH
SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD SOLOK
2017
STEMI

Definisi :

ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah


rusaknya bagian otot jantung secara
permanen akibat insufisiensi aliran darah
koroner oleh proses degeneratif maupun di
pengaruhi oleh banyak faktor.
Ditandai dengan:
Keluhan nyeri dada

Peningkatan enzim jantung dan

ST elevasi pada pemeriksaan EKG


Infark miokard akut dengan elevasi ST (ST
elevation myocardial infarction = STEMI)
merupakan bagian dari spektrum sindrom
koroner akut (SKA) yang terdiri dari angina
pektoris tak stabil, IMA tanpa elevasi ST dan
IMA dengan elevasi ST.
patogenesa
Block pada arteri
koroner

Block Sebagian Block seluruh

Non stemi Stemi


Stemi

iskemia

Oksigen menurun

Pompa kalium Produksi asam laktat


natrium terhenti meningkat

Protein intrasel keluar


kesistemik

Edema dan bengkak


Nyeri dada
sekitar
Jalur hantaran
listrik terganggu

Pompa jantung Disritmia


tidak
terkoordinasi

Penuruna curah
jantung

Respon
baroreseptor

Simpatis Parasimpatisn
Simpatis

Darah keginjal Produksi urin


menurun menurun

Aliran balik vena Volume plasma


meningkat meningkat

Beban jantung
meningkat
Otot rangka
kekuranfgan o2

Hipoksia,iskemia,inf Gagal jantung


rak meluas Aliran darah
keperifer semakin
menurun
Diagnosis
Anamnesis :

nyeri dada yang khas

gambaran EKG adanya elevasi ST >2mm, minimal


pada 2 sandapan prekordial yang berdampingan
atau >1mm pada 2 sandapan ekstremitas.
apakah ada riwayat infark miokard
sebelumnya serta faktor-faktor risiko antara
lain hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia,
merokok, stress serta riwayat sakit jantung
koroner pada keluarga.
sebagian faktor pencetus sebelum terjadi
STEMI, seperti aktivitas fisik berat, stress
emosi atau penyakit medis atau bedah.
Walaupun STEMI bisa terjadi sepanjang hari
atau malam, variasi sirkadian dilaporkan pada
pagi hari dalam beberapa jam setelah bangun
tidur.
Pemeriksaan Fisik

Pasien cemas dan tidak bisa istirahat (gelisah).

Seringkali ekstremitas pucat disertai keringat


dingin.

Kombinasi nyeri dada substernal >30 menit


dan banyak keringat dicurigai kuat adanya
STEMI.
Tanda fisis lain pada disfungsi ventrikular adalah
S4 dan S3 gallop, penurunan intensitas bunyi
jantung pertama dan split paradoksikal bunyi
jantung kedua. Dapat ditemukan murmur
midsistolik atau late sistolik apikal yang bersifat
sementara karena disfungsi apparatus katup
mitral dan pericardial friction rub.
Peningkatan suhu sampai 380C dapat dijumpai
dalam minggu pertama pasca STEMI.
Elektrokardiogram
Pemeriksaan EKG 12 sadapan harus dilakukan pada semua

pasien dengan nyeri dada atau keluhan yang dicurigai STEMI.

Pemeriksaan EKG harus segera dilakukan. Pada pasien dengan

STEMI inferior, EKG sisi kanan harus diambil untuk mendeteksi

kemungkinan infark pada ventrikel kanan.


Sebagian besar pasien dengan presentasi
awal elevasi segmen ST mengalami evolusi
menjadi gelombang Q pada EKG yang
akhirnya di diagnostik infark miokard
gelombang Q. Sebagian kecil menetap mejadi
infark miokard gelombang non Q.
Jika obstruksi trombus tidak total, obstruksi
bersifat sementara atau ditemukan banyak
kolateral, Biasanya tidak ditemukan elevasi
segmen ST. Pasien tersebut biasanya
mengalami angina pektoris tak stabil atau non
STEMI. Pada sebagian pasien tanpa elevasi ST
berkembang tanpa menunjukkan gelombang
Q disebut infark non Q.
Sebelumnya istilah infark miokard transmural digunakan jika
EKG menunjukkan jika gelombang Q/hilangnya gelombang R dan
infark miokard non transmural jika EKG hanya menunjukkan
perubahan sementara segmen ST dan gelombang T, namun
ternyata tidak selalu ada korelasi gambaran patologis EKG
dengan lokasi infark (mural/transmural) sehingga terminolgi
IMA gelombang Q dan non Q menggantikan IMA mural /
transmural.
Pemeriksaan labor yang dilakukan:
Pemeriksaan yang dianjurkan adalah creatine kinase (CK) MB
dan cardiac troponin (cTn T dan cTn I harus digunakan sebagai
tanda optimal untuk pasien STEMI yang disertai kerusakan otot
skeletal, karena pada keadaan ini juga akan diikuti peningkatan
CKMB.

Peningkatan nilai enzim diatas 2x nilai batas atas normal


menunjukkan ada nekrosis jantung (infrak miokard).
CKMB: meningkat setelah 3 jam bila ada infark
miokard dan mencapai puncak dalam 10-24 Jam
dan kembali normal dalam 2-4 hari.
cTn: ada 2 jenis cTn T dan cTn I. Enzim ini
meningkat setelah 2 jam bila ada miokard dan
mencapai puncak dalam 10-24 jam dan cTn T
masih dapat di deteksi setelah 5-14 hari,
sedangkan cTn I setelah 5-10 hari.
Penatalaksanaan

Penatalaksanaan IMA dengan elevasi ST saat


ini mengacu pada data-data dari evidence
based berdasarkan penelitian randomized
clinical trial yang terus berkembang ataupun
consensus dari para ahli sesuai pedoman.
Tujuan utama tatalaksana IMA adalah :

diagnosis cepat

menghilangkan nyeri dada

penilaian dan implementasi strategi reperfusi yang


mungkin dilakukan
pemberian antitrombotik dan terapi anti platelet

pemberian obat penunjang dan tatalaksana


komplikasi IMA
Penatalaksanaan umum:
Oksigen: Suplemen oksigen harus diberikan pada
pasien dengan saturasi oksigen arteri <900. Pada semua
pasien STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen
selama 6 jam pertama.
Nitrogliserin (NTG): Nitrogliserin sublingual dapat
diberikan dengan aman dengan dosis 0,4 mg dan dapat
diberikan sampai 3 dosis dengan interval 5 menit.
Mengurangi/Menghilangkan nyeri dada:
sangat penting, karena nyeri dikaitkan dengan
aktivasi simpatis yang menyebabkan
vasokonstriksi dan meningkatkan beban
jantung.
Morfin: Morfin sangat efektif mengurangi nyeri
dada dan merupakan analgesik pilihan dalam
tatalaksana nyeri dada pada STEMI. Morfin
diberikan dengan dosis 2-4 mg dan dapat diulang
dengan interval 5-15 menit sampai dosis total 20
mg.
Aspirin: Aspirin merupakan tatalaksana dasar
pada pasien yang dicurigai STEMI dan efektif
pada spektrum sindrom koroner akut.
Penyekat Beta: Jika morfin tidak berhasil
mengurangi nyeri dada, pemberian penyekat beta
IV, selain nitrat mungkin efektif. Regimen yang
biasa diberikan adalah metoprolol 5 mg setiap 2-
5 menit sampai total 3 dosis, dengan syarat
frekuensi jantung >60/menit, tekanan darah
sistolik >100 mmHg, interval PR <0,24 detik dan
rhonki tidak lebih dari 10 cm dari diafragma.
Terapi Reperfusi: Reperfusi dini akan
memperpendek lama oklusi koroner,
meminimalkan derajat disfungsi dan dilatasi
ventrikel dan mengurangi kemungkinan pasien
STEMI berkembang menjadi pump failure atau
takiaritmia ventricular yang maligna.
Sasaran terapi reperfusi pada pasien STEMI adalaah door-to-
needle (atau medical contact-to-needle) time untuk memulai
terapi fibrinolitik dapat dicapai dalam 30 menit atau door-to-
balloon (atau medical contact-to-balloon) time untuk PCI dapat
dicapai dalam 90 menit.

PCI (Percutaneous Coronary Intervention) adalah tindakan


minimal invasif dengan melakukan pelebaran dari pembuluh
darah koroner yang menyempit dengan balon dan dilanjutkan
dengan pemasangan stent (gorong-gorong) agar pembuluh
darah tersebut tetap terbuka.
Komplikasi STEMI
Disfungsi Ventrikular: Setelah STEMI, ventrikel
kiri mengalami perubahan serial dalam bentuk,
ukuran, dan ketebalan pada segmen yang
mengalami infark dan non infark. Proses ini
disebut remodeling ventricular dan umumnya
mendahului berkembangnya gagal jantung secara
klinis dalam hitungan bulan atau tahun pasca
infark.
Gangguan Hemodinamik: Gagal pemompaan
(pump failure) merupakan penyebab utama
kematian di rumah sakit pada STEMI. Perluasan
nekrosis iskemia mempunyai korelasi yang baik
dengan tingkat gagal pompa dan mortalitas, baik
pada awal (10 hari infark) dan sesudahnya.
Tanda klinis yang tersering dijumpai adalah
ronki basah di paru dan bunyi jantung S3 dan
S4 gallop. Pada pemeriksaan rontgen sering di
jumpai kongesti paru.
TB Paru
Defenisi

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit


yang menyerang jaringan paru disebabkan
infeksi basil Mycobacterium tuberculosis
(M. tuberculosis).

07/19/17
Etiologi
Mikobakterium tipe humanus dan
tipe bovinus adalah mikobakterium
yang paling banyak menyebabkan
penyakit tuberkulosis. Kuman ini
berbentuk batang, bersifat aerob.

07/19/17
Patogenesa

07/19/17
Kalsifikasi
1. TB paru diklasifkasikan atas:
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)
TB paru BTA(+)
TB paru BTA (-)

2. Berdasarkan lokasi
TB paru
TB extra paru

07/19/17
3. Berdasarkan tipe pasien/ riwayat pengobatan
sebelumnya

Kasus baru, bila pasien belum pernah mendapat


pengobatan dengan OAT atau sudah pernah
menelan obat kurang dari satu bulan.
Kasus relaps (kambuh), bila pasien sebelumnya
pernah mendapat pengobatan TB dan telah
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil
pemeriksaan sputum BTA (+).

07/19/17
Kasus defaulted atau drop out , bila
pasien telah menjalani pengobatan 1
bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan
berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatan selesai

Kasus gagal, bila pasien BTA positif yang


masif tetap positif atau kembali positif
pada akhir bulan ke 5 atau akhir
pengobatan.

07/19/17
Kasus kronik, bila pasien dengan hasil
pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai
pengobatan ulang dengan pengobatan
kategori 2 dengan pengawasan yang baik.
Kasus bekas TB, bila hasil pemeriksaan BTA
negatif dan gambaran radiologi paru
menunjukkan lesi TB yang tidak aktif.

07/19/17
Gejala sistemik

Demam
Keringat malam
Malaise dan nafsu makan berkurang
Berat badan menurun
Gangguan Menstruasi

07/19/17
Diagnosis

Diagnosis tuberkulosis paru dibuat atas dasar:

Anamnesa
Dari anamnesa didapatkan keluhan pasien
berupa keluhan respiratorik dan keluhan
sistemik.

07/19/17
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan
umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva dan kulit yang pucat karena
anemia, suhu demam subfebris, badan
kurus atau berat badan menurun
Pemeriksaan laboratorium
Sputum
Darah
Tes tuberkulin
Pemeriksaan Radiologis
Bayangan berawan / nodular disegmen
apikal dan posterior lobus atas paru dan
segmen superior lobus bawah paru.

07/19/17
Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi
oleh bayangan opak berawan atau
nodular.
Bayangan bercak milier
Efusi pleura unilateral (umumnya) atau
bilateral (jarang)
07/19/17
Penatalaksanaan

Pengobatan dibagi menjadi 2 fase yaitu fase


intensif dan fase lanjutan:
Tahap intensif :
mendapat obat tiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya
resistensi obat. bila diberikan dengan tepat maka
pasien menular menjadi tidak menular dalam waktu
2 minggu. sebagian besar pasien TB BTA positif
menjadi BTA negatif dalam 2 bulan

07/19/17
Tahap lanjutan :
Penting untuk membunuh kuman persisten
sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

07/19/17
jenis obat tambahan lainnya (lini 2) :
Kanamisin
Amikasin
Kuinolon
Obat lain masih dalam penelitian yaitu
makrolid dan amoksilin + asam klavulanat

07/19/17
07/19/17
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : TnB
Umur : 61 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Pandan Kota Solok
Tanggal Masuk : 29 April 2017
Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri dada sejak 3 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri dada sejak 3 hari yang lalu, nyeri
dirasakan saat beraktivitas dan berkurang
saat beristirahat. Selain itu, pasien juga
merasakan nyeri dada ketika batuk. Lokasi
nyeri di dada kanan menjalar sampai ke
bahu.
Batuk sejak 3 bulan, tidak berdahak
Sesak nafas dirasakan sejak 3 bulan,
sesak dirasakan ketika berjalan kurang
dari 200M
Nafsu makan berkurang sejak 3 hari yang
lalu
Mual, muntah tidak ada
BAB dan BAK dalam batas normal

07/19/17
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat Stroke disangkal
Riwayat jantung disangkal
Riwayat minum OAT 6 bulan disangkal
Riwayat TB disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita
penyakit seperti pasien.
Riwayat hipertensi pada ayah,ibu dan
saudara disangkal
Riwayat Stroke pada ayah,ibu dan
saudara pada disangkal
Riwayat jantung pada ayah,ibu dan
saudara disangkal
Riwayat TB pada ayah,ibu dan saudara
disangkal
Riwayat Pekerjaan dan psikososial
Pasien seorang pedagang berusia 61
tahun, tinggal bersama istri dan anaknya.
Riwayat minum kopi setiap pagi 1 gelas
sehari
Riwayat merokok ada , merokok sejak usia
15 tahun dan berhenti merokok sejak usia
34 tahun. Merokok 6 batang sehari.
Indeks brinkman: 6x19 = 114 (perokok
ringan)
Status Generalisata
Keadaan Umum :Sakit sedang
Kesadaran : CMC
Tekan Darah : 140/60 mmHg
Frekuensi Nadi : 80x/menit reguler
Frekuensi Nafas :16x/menit
Suhu :36,5o C
Paru-paru
Inspeksi :Simetris kiri dan kanan dalam
keadaan statis dan dinamis

Palpasi :Fremitus kiri melemah dari


pada fremitus kanan

Perkusi :sonor

Auskultasi :suara napas vesikuler, rhonki


basah (+)
Pemeriksaan Fisik
Kepala :Ukuran normochepal,
rambut Hitam tidak mudah dicabut.

Mata :Konjungtiva anemis , sclera ikterik (-)

Telinga :Bentuk dan ukuran dalam batas normal

Hidung :Bentuk dan ukuran dalam batas normal,


secret tidak ada
Mulut :Bibir kering, lidah tidak kotor

Leher :JVP 5-2 cmH2O, tidak ada pembesaran


(KGB) submandibula, sepanjang submandibula,
sepanjang M.sternocleidomastoideus, supra/infra
clavicula kiri dan kanan
Jantung

Inspeksi :Ictus cordis tidak terlihat


Palpasi :Ictus cordis teraba 1 jari ke arah
medial di RIC V linea Mid clavicularis sinistra.

Perkusi

Batas kiri :Ictus cordis teraba 1 jari di RIC V


linea Mid clavicularis sinistra.
Batas kanan :RIC IV linea sternalis dextra
Batas atas :RIC II linea parasternalis sinistra
Auskultasi :Irama murni,M1>M2,P2<A2
` bising jantung (-), murmur (-),
Abdomen
Inspeksi :
Perut tampak tidak membuncit,sikatrik (-).
Palpasi :
Nyeri tekan (-) ,
nyeri lepas (-),
Hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani.
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Ekstremitas

Superior

Inspeksi : Edema (-), sianosis (-).

Palpasi : Perabaan hangat, pulsasi


arteri radialis kuat angkat.

Tes sensibilitas : Sensibilitas halus normal


dan sensibilitas kasar normal.
Inferior
Inspeksi
Edema tungkai (-/-),
edema pada pergelangan kaki (-/-),
sianosis (-)
Palpasi
Perabaan hangat, pulsasi, a.femoralis, a.dorsalis
pedis, a.tibialis posterior, dan a.poplitea kuat
angkat.
Tes sensibilitas
Sensibilitas halus normal dan sensibilitas kasar
normal.
Pemeriksaan darah tanggal 29 april 2017
Darah Rutin
Hemoglobin : 14,3 g/dl
Hematokrit : 42,4 %
Leukosit : 7510/mm
Trombosit : 335.000/mm
Ureum : 27 mg/dl
Creatinin : 1,12 mg/dl
Troponin T : <0,50mg/ml
Ad Random : 111 mg%
Diagnosis kerja

STEMI Anterior
TB paru
Diagnosa Banding
UAP
NSTEMI
Gagal jantung ventikel kanan
Emboli Paru
Pneumothoraks
Respiratory distress syndrome
Tumor paru
Pneumonia
Bronkiektasis
Abses paru
Asma Bronkial
Bronkiekstasis
Pemeriksaan Anjuran
Invasif
Kateterisasi jantung ( angiografi koroner )
BMV ( Balonmitral valvul plasty )
PCI ( percutaneus coronary intervention )
Nonivasif
Foto thorak
EKG
ECG
Enzim jantung
PTCA
Penatalaksanaan
Nonfarmakologi
A. Istirahat
B. DJIII/O2 3L/menit
Farmakologi

Arixtra 1 x 2,5 mg/0,5 mL ( subcutan)


Ascardia 1 x 160 mg 1 x 80
CPG 1 x 300 mg 1 x 75
Simvastatin 1 x 40 mg
Ranitidin 2x1 IV dengan dosis 2mg
Prognosis

Quo ad vitam : Dubia ad malam

Quo ad sanationam : Dubia ad malam

Quo ad functionam : Dubia ad malam


FOLLOW UP
Sinus takikardi
Terdapat ST elevasi di V1-V4
Sabtu, 29 April 2017
a. Subject
Sesak nafas (+)
Nyeri dada menjalar sampai ke bahu (+)
Batuk (+)
Kurang tidur (+)

b. Objektif
Ku :Sedang
Kes : CMC
TD : 140/60 mmHg
Nadi : 80 x/menit reguler
Nafas : 16 x/menit
Suhu : 36,5c
c. Assessment
STEMI Anterior

d. Planing
Istirahat/DJII/O2 3L/menit
IVFD D 5% mg subkutan
Arixtra 0,5 mL ( subcutan)
Ascardia 1 x 160 mg 1 x 80
CPG 1 x 300 mg 1 x 75
Simvastatin 1 x 40 mg
Ranitidin 2x1 IV dengan dosis 2ml
Anjuran :Rontgen Thorax P/A
Senin, 01 Mei 2017
a. Subject
Batuk (+)
Sesak berkurang
Nyeri dada (+)
b. Objectif
Ku : Sedang
Kes : CMC
TD : 140/90mmHg
Nadi : 81 x/menit reguler
Nafas : 18 x/menit
Suhu : 36,5C
c. Assessment
STEMI Anterior
d. Planing
Istirahat/DJII/O2 3L/menit
IVFD D 5% 12j/kolf
Arixtra 0,5 mL ( subcutan)
Ascardia 1 x 80
CPG 1 x 75
Simvastatin 1 x 40 mg
Ranitidin 2x1 IV dengan dosis 2ml
Selasa, 02 Mei 2017
a.Subject
Sesak berkurang
Batuk (+)
Nyeri dada
b.Objectif
Ku : Sedang
Kes : CMC
TD : 140/100 mmHg
Nadi : 81 x/menit ireguler
Nafas : 16 x/menit
Suhu : 36,5C
Telah dilakukan foto thorax PA, dengan hasil
sebagai berikut:
Cor CTR <50%
Aorta dan mediastinum superior tidak melebar
Trakea di tengah
Tampak infiltrat halus tersebar di kedua paru
Perselubungan di apicolaterobasal hemitoraks
kanan dan kiri dengan pergeseran garis pleura ke
medial
Hemidiafragma kiri tenting
Sinus kostofrenikus kanan kiri menumpul
ringan

Kesan:
Suspek TB Paru lesi luas DD/Milier.
Efusi pleura bilateral.
c. Assessment
STEMI Anterior + Sus TBC Paru
d. Planing
Istirahat/DJII/O2 3L/menit
IVFD D 5% 12j/kolf
Arixtra 0,5 mL ( subcutan)
Ascardia 1 x 80
CPG 1 x 75
Simvastatin 1 x 40 mg
Ranitidin 2x1 IV dengan dosis 2ml
Rabu, 03 Mei 2017
a. Subject
Sesak berkurang
Nyeri dada berkurang
b.Objectif
Ku : Sedang
Kes : CMC
TD : 150/80mmHg
Nadi : 80 x/menit ireguler
Nafas : 16 x/menit
Suhu : 35,8C
c. Assessment
STEMI Anterior + sus TBC Paru
d. Planing
Istirahat/DJII/O2 3L/menit
IVFD D 5% 12j/kolf
Arixtra 0,5 mL ( subcutan)
Ascardia 1 x 80
CPG 1 x 75
Simvastatin 1 x 40 mg
Ranitidin 2x1 IV dengan dosis 2ml
Kamis, 04 Mei 2017
a. Subject
Nyeri dada berkurang
b.Objectif
Ku : Sedang
Kes : CMC
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit ireguler
Nafas : 16 x/menit
Suhu : 35,8C
c. Assessment
STEMI Anterior + TBC Paru

d. Planing
CPG 1 x 75mg
Ascardia 1 x 80mg
Simvastatin 1 x 80 mg
Ramipril 1x5mg
Ranitidin 2x150
Pasien dibolehkan pulang dan konsul poli interne
Kesimpulan
Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki umur 61
tahun dirawat di bangsal Interne RSUD Solok ,tanggal
29 April 2017 dengan diagnosa akhir STEMI+ TB paru.
Diagnosis ditegakan dari anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesis didapatkan Nyeri dada sejak 3
hari yang laluNyeri dada sejak 3 hari yang lalu, nyeri
dirasakan saat beraktivitas dan berkurang saat
beristirahat. Selain itu, pasien juga merasakan nyeri
dada ketika batuk.
Lokasi nyeri di dada kanan menjalar
sampai ke bahu.
Batuk sejak 3 bulan, tidak berdahak. Sesak
nafas sejak 3 bulan, sesak dirasakan ketika
berjalan kurang dari 200M. Nafsu makan
berkurang sejak 3 hari yang lalu. Mual,
muntah tidak ada, BAB dan BAK dalam
batas normal.
Dari pemeriksaan fisik tekanan darah: 130/100
mmHg, Frekuensi nadi: 108 x/menit reguler,
Frekuensi nafas: 32 x/menit, Suhu: 36o C.
Hasil laboratorium ditemukan pemeriksaan
darah rutin hemoglobin 14,3 g/dl, hematokrit
42,4 %, leukosit 7510/mm3, trombosit
335.000/mm3. Pemeriksaan faal ginjal ureum
27mg/dl, creatinin 1,12 mg/dl, pemeriksaan
laboratorium troponin T <0,50mg/ml, Ad
random 111 mg%.
Pasien diberikan terapi
nonfarmakologi yaitu istirahat/DJII/O2
3L/menit, dan terapi farmakologi Arixtra
0,5 mg subkutan, Ascardia 1x80 mg, CPC
1x75 mg, Sivastatin 1x40 mg, Ranitidin
2x1 IV dengan dosis 2ml.
Anjuran pulang sesak tidak ada, dan nyeri dada
tidak ada. Obat yang dibawa pulang oleh pasien
CPG 1 x 75mg, Ascardia 1 x 80mg, Simvastatin 1
x 80 mg, Ramipril 1x5mg, Ranitidin 2x150.
Pemeriksaan Anjuran ; Pemeriksaan Troponin T:
Sensitifitas 99%, spesitifitas: -, CKMB:
Sensitifitas: 100 %, Spesitifitas -, Rontgen thorak:
Sensitivitas 22%, Spesitifitas 68%, EKG:
Sensitifitas 98%, Spesitifitas 88%, ECG:
Sensitifitas: 60-90%, Spesitifitas: 95%, PTCA:
Sensitifitas: 70%, Spesitifitas 20%,.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai