PENDAHULUAN Demam diartikan sebagai peningkatan suhu di atas normal dari pusat pengatur suhu tubuh. Pada orang dewasa normal suhu tubuh adalah 37 oC (98,6 oF). Dalam disiplin ilmu onkologi, disebut demam apabila dalam satu kali pengukuran suhu tubuh lebih dari 38,3 oC (101 oF) atau dalam tiga kali pengukuran didapatkan suhu tubuh 38 oC (100 oF) Hasil pengukuran suhu tubuh bervariasi tergantung pada tempat pengukuran Tabel 1. Suhu normal pada tempat yang berbeda
Tempat Range suhu Demam
Jenis termometer pengukuran normal (oC) (oC)
Aksila Air raksa, elektronik 34,7 37,3; 36,4 37,4
Sublingual Air raksa, elektronik 35,5 37,5; 36,6 37,6
Rektal Air raksa, elektronik 36,6 37,9; 37 38
Telinga Emisi infra merah 35,7 37,5; 36,6 37,6
ETIOLOGI PATOFISIOLOGI AKIBAT DEMAM
1. Pengeluaran panas dikurangi penurunan
aliran darah ke kulit perasaan dingin 2. Produksi panas meningkat menggigil 3. Frekuensi denyut jantung 4. Metabolisme lemah, nyeri sendi, sakit kepala 5. Gelombang tidur lambat delirium Prolonged Fever
Demam yang terjadi dalam jangka waktu yang
lama yaitu lebih dari 10-14 hari . Terdapat beberapa kondisi medis yang dapat menyebabkan terjadinya prolonged fever dan hal ini tergantung dari etiologi demam. Infeksi : tifoid, salmonela, ricketsia, brucella, tuberculosis, HIV
Keganasan ETIOLOGI PROLONGED FEVER
Penyakit Inflamatori
Pengobatan Prolonged Fever terdapat diagnosis banding yang banyak untuk mendapatkan diagnosis yang benar.
Lakukan anamnesa yang menyeluruh
berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya dilakukan pertimbangan terhadap diagnosa lain dan menentukan beberapa hal yang mendukung diagnosis. ETIOLOGI
1. Infeksi
Demam yang disebabkan oleh infeksi terjadi
oleh karena agen penyebab infeksi (bakteri, virus, jamur) yang merubah termoregulator tubuh. Pada infeksi HIV penyebab demam disebabkan oleh infeksi oportunistik agen lain bukan virus dari HIV 2. Keganasan Demam dapat timbul hampir pada semua penyakit keganasan sebagai gejala paraneoplastik. Keganasan yang paling sering diasosiasikan dengan demam lama limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin, sebanyak 10-11% dari pasien dengan penyakit Hodgkin akan menderita demam dan atau keringat malam. Karsinoma hepatoselular dan kanker renalis menyebabkan sekitar 20-33% penderitanya mengalami demam. Kanker pankreas juga dapat menyebabkan demam, namun tidak ada data mengenai demam keganasan in 3. Penyakit Inflamatorik Penyakit Lupus Eritematosus Sistemik (LES) juga sering menyebabkan demam, kurang lebih 36% pasien SLE datang dengan keluhan demam, dan demam akan timbul pada kurang lebih 52% pasien LES seiring dengan evolusi penyakit tersebut.
Giant Cell Arteritis (peradangan pembuluh darah arteri)
diketahui menyebabkan demam pada kurang lebih 42% penderitanya. Rheumatoid arthritis juga menyebabkan demam pada 25% pasien yang datang dengan arthritis poli-artikular.
Beberapa penyakit inflamatorik lainnya yang
diketahui menyebabkan demam namun tidak memiliki data prevalensi adalah Demam Rheuma, Granulomatosis Wagener dan Poliarteritis Nodosa. 4. Pengobatan Diperkirakan bahwa efek samping pengobatan berupa demam obat terjadi pada 3-5% dari seluruh reaksi obat yang dilaporkan Dalam penelitian lebih lanjut oleh Mackowiak, antimikroba yang ditemukan menjadi penyebab paling umum demam pada pasien dengan riwayat kanker dan terdapat 31% kasus yang ditemukan DIAGNOSIS . . . Tabel 1. Daftar Uji Virologis Virus Penyebab Jenis Uji Penyakit Dengeu IHA Demam Dengue Blot IgM/IgG Demam Berdarah Dengeu Epstein-Barr Virus (EBV) Paul Bunnel Mononukleosis Infeksiosa Anti EBV Hepatitis A s/d E Virus A s/d E, berbagai Hepatitis akut komponen Anti Virus A s/d E
Coxiella Burnetti IFA Demam Q
Human Immuno Deficiency Anti HIV Elisa AIDS (HIV) Anti HIV- Western Blot AIDS Anti HIV Agli Partikel AIDS Anti HIV DEI AIDS Anti HIV Line Imun As AIDS
Cytomegalovirus (CMV) Anti CMV IgM Elisa Infeksi CMV
Anti CMV IgG Elisa Tabel 2. Daftar Uji Bakterio-parasitologis Penyakit Infeksi Jenis Uji Penyakit Salmonella typhi Widal Typhidot PCR Demam tifoid S.paratyphi A/B/C Widal Demam paratifoid Streptokokus ASTO Demam reumatik Mikobakteria Myco Dot TB PAP Anti TB TBC pulmonal dan TBC ekstrapulmonal
Leptospira spp MAT Leptospirosis
Brucella spp Aglutinasi Brusellosis Rickettsia spp Well Felix Ricketsiosis Mycoplasma pneum IF Mycoplasmosis Legionella IF Legionellosis Toxoplasma gondi Elisa IgG/IgM Toksoplasmosis Entamoeba histolitica IDT amubiasis Filaria spp IFAT Filariasis Candida spp IHA atau IFAT Candidiasis Histoplasma capsulatum IDT Histoplasmosis Mikrobiologi Isolasi kuman penyebab infeksi kriteria diagnosis utama pada pasien yang tersangka demam karena menderita infeksi. Selain kultur darah, mikroorganisme dalam urin juga penting. Isolasi virus sekret hidung, usap tenggorok atau sekresi bronkial. Untuk TBC diperlukan pemeriksaan sputum minimal 3 hari berturut-turut. Infeksi saluran cerna pemeriksaan mikroorganisme dari feses Semua sampel harus segera dibawa kelaboratorium dan harus segera dikultur. Hematokimia Pengukuran untuk membedakan pasien terjangkit virus atau bakteri pemeriksaan hematologis yang pada infeksi bakteri akut dapat menunjukkan pergeseran hitung jenis ke kiri dengan atau tanpa leukositosis.
Bila keadaan ini tidak dijumpai dapat dilakukan
pemeriksaan C-reaktif protein (CRP) meningkat > 10 kali pada infeksi bakteri akut. Kenaikan ini masih perlu dibedakan dengan artritis di mana keluhan pada sendi lebih dominan. Pemeriksaan prokalsitonin dapat digunakan bila diduga terdapat sepsis.
Pemeriksaan Bio-kimia selanjutnya dapat
membantu dengan mengukur kadar serum kalsitonin yang dapat meningkat pada sarcoidosis dan beberapa karsinomatosis. Selanjutnya pada penyakit hati dapat diperiksa enzim SGOT/SGPT/GAMA GT yang dapat memberi petunjuk mengenai fungsi sel hati. Radiologi Pemeriksaan penunjang medis sangat vital terutama dalam membantu diagnosis kelainan paru dan ginjal. Sumsum tulang belakang dan persendian juga merupakan bagian-bagian yang ideal untuk diperiksa dengan sinar tembus. Pemeriksaan saluran pencernaan, baik yang meliputi bagian atas, tengah, atau bawah. Kolangiografi diduga kemungkinan terdapat suatu kelainan di kuadran kanan atas abdomen sebagai penyebab demam. Angiografi emboli paru-paru, Angiokardiografi miksoma atrium. Limfangiografi berguna untuk mendeteksi suatu limfoma abdominal atau retroperitoneal. Ultrasonografi (USG) Pemeriksaan ini secara khusus akan berguna untuk kelainan seperti miksoma di atrium atau vegetasi di katub-katub jantung. Di daerah abdomen melalui USG dapat dideteksi kelainan di hati, ginjal, retroperitoneal dan juga gangguan di daerah pelvis. USG penting untuk mendiagnosis adanya abses pada organ intraabdominal Pencitraan Pencitraan dapat banyak membantu pemeriksaan khusus terhadap hati. Scanning paru-paru dapat membantu diagnosis pada kecurigaan tentang adanya emboli paru sedangkan dengan scanning, sekaligus hati dan paru, dapat ditunjukkan adanya abses di subdiafragma. Scanning dengan gallium sitrat dapat memperlihatkan titik fokus infeksi di daerah abdominal yang sulit untuk ditemukan secara rutin. Endoskopi Indikasi utama pemeriksaan ini dengan penyakit demam lama disertai diare dan nyeri perut. Pasien serupa mungkin menderita kolitis ulserativa dan dapat didiagnosis secara pasti dengan sigmoidoskopi atau kolonoskopi.
ERCP (endoscopic retrograde choledocho
pancreatography) memberi informasi lengkap mengenai kandung empedu, saluran empedu dan pankreas EKG
Pemeriksaan ini sebenarnya kurang bermanfaat
pasien demam tetapi khususnya di Indonesia mungkin melengkapi diagnosis pada pasien tersangka demam tifoid. Dilaporkan bahwa sepertiga dari pasien dengan penyakit ini ditemukan kelainan EKG. Biopsi Biopsi kelenjar-kelenjar yang membesar atau massa tumor yang jelas dan mudah dicapai limfoma, metastasis keganasan, tuberkulosis atau infeksi jamur, terutama pada kelenjar-kelenjar yang membesar. Biopsi kulit atau otot penyakit kolagen atau penyakit trikonosis. Biopsi baru bermanfaat pada massa tumor padat. Biopsi dapat dilaksanakan untuk pengeluaran cairan dari rongga-rongga badan. TERIMA KASIH