Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PADA ANAK DENGAN

DIAGNOSIS MEDIS FEBRIS


DI RUANGAN ANAK RSUD OTANAHA

Fitriyansa Hulopi
Nim.751440122042
Kelompok 7

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi


Tanggal ACC: Tanggal ACC:

Titiek Litty, S.Kep, Ns Fakhriatul Falah, S.Kep, Ns,M.kep

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO
2024
1. Konsep Medis
A. Pengertian Febris

Demam/Fever/Febris, bila suhu tubuh > 37,7° C. Ada yang menyebutkan demam sebagai
peningkatan suhu tubuh diatas normal (380- 40°C). Hiperpireksia, bila suhu tubuh > 41,1° C, ada
juga yang menyebutkan > 40° C. Subfebris, bila suhu tubuh diatas normal, tapi lebih rendah dari
37,7°C (Zein, 2012)

Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh ketika
suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C). Demam adalah proses alami tubuh
untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C,
biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun,
keganasan, ataupun obat-obatan (Hartini, 2015).

Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan pusat
pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari
perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit penyakit yang ditandai
dengan adanya demam dapat menyerang sistem tubuh.Selain itu demam mungkin berperan
dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu
pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Wardiyah, 2016)

B. Etiologi Febris

Peningkatan suhu tubuh ini disebabkan oleh beredarnya suatu molekul kecil di dalam tubuh
kita yang disebut dengan Pirogen, yaitu zat pencetus panas. Biasanya penyebab demam sudah
bisa diketahui dalam waktu satu atau dua hari dengan pemeriksaan medis yang terarah.

Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi juga dapat
disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada
gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk
mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan
riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan
evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif, 2015).

Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungan
dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain. Dernam
dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton dalam Thobroni,
2015).

Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam Thobroni (2015)
bahwa etiologi febris,diantaranya:

 Suhu lingkungan.
 Adanya infeksi
 Pneumonia.
 Malaria.
 Otitis media.
 Imunisasi
C. Patofisiologi Febris

Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non infeksi berinteraksi dengan mekanisme
pertahanan hospes. Saat mekanisme ini berlangsung bakteri atau pecahan jaringan akan
difagositosis oleh leukosit, makrofag, serta limfosit pembunuh yang memiliki granula dalam
ukuran besar. Seluruh sel ini kemudian mencerna hasil pemecahan bakteri, dan melepaskan zat
interleukinke dalam cairan tubuh (zat pirogen leukosit/pirogen endogen).

Pada saat interleukin-1 sudah sampai ke hipotalamus akan menimbulkan demam dengan cara
meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu 8-10 menit. kemudian bekerja dibagian
hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam. Kekurang cairan dan elektrolit dapat
mengakibatkan demam, karna cairan dan eloktrolit ini mempengaruhi keseimbangan
termoregulasi di hipotalamus anterior. Jadi apabila terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan dan
elektrolit maka keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior mengalami ganggu
(Sodikin, 2021).
D. Manifestasi Klinik Febris
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C -39⁰C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
E. Pemeriksaan Diagnostik Febris
Pemeriksaan demam menurut (Zein, 2012),
 Pemeriksaan radiologis:
Thorax, USG upper dan lower abdomen, bila dibutuhkan juga harus diperiksa CT scan abdomen,
pemeriksaan darah lengkap, termasuk kimia darah, serologi terhadap beberapa seromarker yang
ada, serta pemeriksaan imunologi, seperti ANA test untuk melihat kemungkinan SLE.
 Pemeriksaan labolatorium:
1. Darah dan urine rutin merupakan pemeriksaan dasar untuk penjajakan demam. Kalau dari
darah dan urine rutin sudah dapat menemukan penyebab demam, maka pemeriksaan
lainnya hanya untuk konfirmasi diagnostik atau untuk melihat kemungkinan komplikasi.
Banyak penyakit infeksi sudah bisa diketahui atau sudah dapat diduga dengan
pemeriksaan darah dan urine rutin dan dikonfirmasi dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang cermat. Beberapa akibat penyakit infeksi dan non infeksi yang lazim
ditemukan pada pemeriksaan darah rutin antara lain:
a. Anemia sering dijumpai pada malaria, leptospirosis, demam tifoid, tuberkulosis,
infeksi saluran kemih dengan batu (biasanya disertai dengan hematuria), SLE, ITP,
dan malignansi.
b. Leukopenia sering dijumpai pada infeksi virus akut seperti DBD, chikungunya,
demam tifoid, ITP, anemia aplastik.
c. Leukositosis dijumpai pada infeksi bakteri, malaria, leptospirosis, leukemia (lebih
dari 20.000).
d. Trombositopenia dijumpai pada DBD, chikungunya, leptosopirosis, malaria, ITP, dan
anemia aplastik.
e. Hematokrit meningkat pada keadaan dehidrasi seperti pada diure akut, DBD.
f. Limfopenia dijumpai pada infeksi virus akut
g. Limfositosis dijumpai pada infeksi kronik seperti tuberculosis
h. LED meningkat pada kasus infeksi bakteri, anemia kronik.
i. Eosinofilia lazim ditemukan pada demam dengan invasi parasit seperti askariasis,
trichuriasis, schistosomiasis, necatoriasis, trichinosis, fascioliasis, gnathostomiasis,
paragonimiasis, Loefler's syndrome dan reaksi alergi
2. Urinalisis harus dilakukan pada urine yang baru ditampung. Proteinuria ringan bisa
dijumpai pada pasien demam dengan berbagai sebab. Proteinuria juga dijumpai pada
keadaan hematuria. Gross hematuria sering dijumpai pada pasien leptospirosis, malaria
berat (Black Water Fever), batu saluran kemih, DBD, dan kelainan hemostasis.
3. Pemeriksaan feses, merupakan pemeriksaan sederhana secara mikroskopik, dapat
menemukan berbagai mikroorganisme penyebab demam, seperti amuba, shigella,
berbagai cacing usus, dan berbagai jenis jamur. Pemeriksaan feses bisa dilanjutkan
dengan kultur dan tes sensitivitas serta PCR. Bila diperlukan kultur feses sesuai dengan
mikroorganiosme yang dicurigai sebagai penyebab.
4. Malaria smear dengan sediaan darah tebal dan tipis harus dilakukan pada pasien demam
yang dicurigai malaria. Pemeriksaan darah malaria harus diambil dari ujung jari (darah
tepi, bukan darah vena). Hapusan darah tebal dan tipis dibuat dalam satu slide, dan untuk
darah tebal, tidak difiksasi. Pewarnaan Giemsa untuk sediaan darah tepi malaria harus
susuai dengan standard.
5. Rapid Diagnostic Test (RDT) dengan stick saat ini banyak digunakan untuk mendeteksi
berbagai infeksi seperti DBD (NS1, IgM, IgG),
6. Malaria (falciparum dan vivax), Influenza, Demam tifoid (typhidot), Leptospirosis,
Infeksi HIV. Bacterial smear dapat dilakukan dari urine atau sekret yang diduga sebagai
akibat dari infeksi.
7. Tes Antigen saat ini terus berkembang untuk beberapa penyakit infeksi, seperti NS1 pada
DBD
8. Tes Serologik. Berbagai jenis tes serologik terus berkembang saat ini untuk menegakkan
diagnosis penyakit dan berbagai marker penyakit. Pemeriksaan serologik untuk
mendiagnosa penyebab demam dimintakan sesuai dengan penilaian klinis. Misalnya,
ASTO meninggi pada demam rematik, ANA positip pada SLE, viral marker hepatitis
seperti anti HCV, HbsAg, IgM anti HVA pada hepatitis akut, dan lain- lain.
9. Kultur darah dan sensitivity test harus dimintakan sesuai dengan temuan dan dugaan
klinis. Pengambilan sampel darah untuk kultur setelah pemberian antibiotik selalu
memberikan nilai negatip. Permintaan kultur jenis bakteri atau jamur tertentu akan lebih
terarah dalam menelusuri etiologi penyebab demam.
10. Kimia Darah, seperti Elektrolit, gula darah, ureum, kreatinin, LFT, dan lain-lain
tergantung kondisi klinis pasien. Pemeriksaan kimia darah ditujukan untuk melihat fungsi
organ dan gangguan metabolik lain akibat penyakit yang mendasari atau akibat
komplikasinya, dan juga untuk menunjang diagnosis penyebab demamnya. Misalnya,
tuberkulosis selalu sebagai komplikasi diabetes, gangguan fungsi ginjal terjadi pada
Weil's diseases, hiponatremia bisa terjadi pada malaria dan DBD, enzim transaminase
selalu meninggi pada DBD, leptospirosis dan malaria.
F. Komplikasi Febris
1. Dehidrasi: demam † penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada anak
usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya
sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayan otak
3. Takikardi, Insufisiensi jantung, Insufisiensi pulmonal
G. Penatalaksaan Medis Febris
Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap demam dapat dilakukan
dengan tindakan farmakologis dan tindakan non farmakologis. Beberapa tindakan yang dapat
dilakukan untuk menangani demam pada anak:
1) Tindakan farmakologis Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan
antipiretik berupa:
a. Paracetamol
Paracetamol merupakan obat pilihan pertama untuk menurunkan suhu tubuh. Dosis yang
diberikan antara 10-15 mg/Kg BB akan menurunkan demam dalam waktu 30 menit
dengan puncak pada 2 jam setelah pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam
waktu 3-4 jam.
b. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek anti peradangan.
Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila alergi terhadap parasetamol.
Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya.
Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis 5mg/Kg BB.
2) Tindakan non farmakologis Menurut (Nurarif, 2015). Tindakan non farmakologis
terhadap penurunan panas yang dapat dilakukan:
a. Memberikan minuman yang banyak
b. Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
c. Menggunakan pakaian yang tidak tebal
d. Memberikan kompres.
H. Patway Febris

Proses infeki dan non infeksi


Mekanisme pertahanan hospes

Bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit, makrofag, serta limfosit

Pembunuh yang memiliki granula dalam ukuran besar

Seluruh sel ini kemudian mencerna hasil pemecahan bakteri

Melepaskan zat interleukinke dalam cairan tubuh (zat pirogen leukosit/pirogen endogen).

Interleukin-1 sudah sampai ke hipotalamus

Febris

I. Konsep Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

a. Identitas klien Meliputi: nana, tempat/ tanggal lahir, umur, jenis kelamin, nama orang tua,

perkerjaan orang tua, alamat, suku, bangsa, agama.

b. Keluhan utama Klien yang biasanya menderita febris mengeluh suhu tubuh panas > 37,5

°C, berkeringat, mual/muntah.

c. Riwayat kesehatan sekarang Pada umumnya didapatkan peningktan suhu tubuh diatas

37,5 °C, gejala febris yang biasanya yang kan timbul menggigil, mual/muntah,

berkeringat, nafsu makan berkurang, gelisah, nyeri otot dan sendi.

d. Riwayat kesehatan dulu Pengakjian yang ditanyakan apabila klien pernah mengalmi

penyakit sebelumnya.

e. Riwayat kesehatan keluarga Penyakit yang pernah di derita oleh keluarga baik itu

penyakit keturunan ataupun penyakit menular, ataupun penyakit yang sama.

f. Genogram Petunjuk anggota keluarga klien.

g. Riwayat kehamilan dan kelahiran Meliputi prenatal, natal, postnatal, serta data pemebrian

imunisasi pada anak.


h. Riwayat sosial Pengkajian terhadap perkembangan dan keadaan sosial klien

i. Kebutuhan dasar

1) Makanan dan minuman Biasa klien dengan febris mengalami nafsu makan, dan susuh

untuk makan sehingga kekurang asupan nutrisi.

2) Pola tidur Biasa klien dengan febris mengalami susah untuk tidur karena klien merasa

gelisah dan berkeringat.

3) Mandi

4) Eliminasi Eliminasi klien febris biasanya susah untuk buang air besar dan juga bisa

mengakibatkan terjadi konsitensi bab menjadi cair.

J. Pemeriksaan fisik

1) Kesadaran Biasanya kesadran klien dengan febris 15 13, berat badan serta tinggi badan

2) Tanda-tanda vital Biasa klien dengan febris suhunya > 37,5 °C, nadi > 80 x i Head to toe

a. Kepala dan leher Bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau tidak

b. Kulit, rambut, kuku Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada gangguan/kelainan

c. Mata Umumnya mulai terlihat cekung atau tidak.

d. Telingga, hidung, tenggorokan dan mulut Bentuk, kebersihan, fungsi indranya adanya

gangguan atau tidak, biasanya pada klien dengan febris mukosa bibir klien akan

kering dan pucat.

e. Thorak dan abdomen Biasa pernafasan cepat dan dalam, abdomen biasanya nyeri dan

ada peningkatan bising usus bising usus normal pada bayi 3-5x

f. Sistem respirasi Umumnya fungsi pernafasan lebih cepat

g. Sistem kardiovaskuler Pada kasus ini biasanya denyut pada nadinya meningkat

h. Sistem muskuloskeletal Terjadi gangguan apa tidak.

i. Sistem pernafasan Pada kasus ini tidak terdapat nafas yang tertinggal gerakan nafas

dan biasanya kesadarannya gelisah, apatis atau koma

j. Pemeriksaan tingkat perkembangan

a) Kemandirian dan bergaul Aktivitas sosial klien

b) Motorik halus Gerakan yang menggunakan otot halus atau sebagian anggota

tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.

Misalnya: memindahkan benda dari tangn satu ke yang lain, mencoret coret,

menggunting
c) Motorik kasar Gerakan tubuh yang menggunakan otot otot besar atau

sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang di pengaruhi oleh kematangan

fisik anak contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun

tangga

d) Kognitif dan bahasa Kemampuan klien untuk berbicara dan berhitung.

k. Data penunjang Biasanaya dilakukan pemeriksaan labor urine, feses, darah, dan

biasanya leokosit nya > 10.000 (meningkat), sedangkan Hb, Ht menurun. m. Data

pengobatan Biasanya diberikan obat antipiretik untuk mengurangi shu tubuh klien,

seperti ibuprofen, paracetamol

b. Diagnosa Keperawatan

a. Hipertemi (D.0130) berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme

b. Deficit nutrisi (D.0019) berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme

c. Intoleransi aktivitas (D.0056) berhubungan dengan kelemahan

d. Gangguan pola tidur (D.0055) berhubungan dengan hambatan lingkungan

e. Diare (D.0020) berhubungan dengan perubahan air dan makanan

c. Rencana Tindakan

a. Hipertemi (D.0130) berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme

1) Tujuan: peningkatan laju metabolism

2) Kriteria hasil:

- Pucat menurun

- Menggigil menurun

- Takikardi menurun

- Suhu membaik

- Suhu kulit membaik

3) Rencana tindakan:

- Identifikasi penyebab Hipertermia

- Monitor suhu tubuh

- Monitor kadar elektrolit

- Monitor komplikasi

- Akibat Hipertermia

- Longgarkan atau lepaskan pakaian ketat


- Berikan cairan oral

- Anjurkan tirah baring

- Kolaborasi pemberian Cairan dan elektrolit

b. Deficit nutrisi (D.0019) berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolism

1) Tujuan: peningkatan kebutuhan metabolism

2) Kriteria hasil:

- Pola makan yang dihabiskan

- Sariawan berkurang

- Perasaan cepat kenyang menurun

- Nafsu makan meningkat

- Bising usus membaik

- Membran mukosa membaik

3) Tindakan Keperawatan:

- Identifikasi faktor yang mempengaruhi asupan gizi

- Identifikasi perubahan BB

- Identifikasi kelainan pada kulit

- Identifikasi kelainan pada rambut

- Identifikasi pola makan

- Identifikasi kelainan pada kuku

- Identifikasi Kemampuan menelan

- Identifikasi kelainan pada rongga mulut

- Identifikasi kelainan eliminasi

- Monitor mual muntah

- Monitor asupan oral

- Monitor warna konjungtiva

- Monitor hasil laboratorium

- Timbang Berat badan

- Ukur antroprometri komposisi tubuh

- Hitung perubahan BB

- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien

- Dokumentasi kan hasil pemantauan


- Jelaskan tujuan dan prosedur Pemantauan

- Informasi kan hasil pemantauan

c. Intoleransi aktivitas (D.0056) berhubungan dengan kelemahan

1) Tujuan: Peningkatan aktivitas

2) Kriteria Hasil:

- Frekuensi nadi membaik

- Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari hari – hari

- Perasaan lemah menurun

- Frekuensi napas membaik

3) Rencana Keperawatan:

- Monitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama)

- Monitor pernapasan ( frekuensi, kedalaman)

- Monitor suhu tubuhMonitor oksimetri nadi

- Identifikasi penyebab perubahan tanda vital

- Atur interval pemantauan sesuai kondis

- Pasien Dokumentasikam hasil pemantauan

- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

d. Gangguan pola tidur (D.0055) berhubungan dengan hambatan lingkungan

1. Tujuan: Peningkatan kualitas tistirahat tidur

2. Kriteria Hasil:

- Kesejahteraan fisik membaik

- Perawatan sesuai

- Kebutuhan

- Keluhan tidak nyaman menurun

- Gelisah menurun

- Keluhan sulit tidur menurun

- Keluhan kedinginan menurun

- Pola eliminasi membaik

- Pola tidur membaik

3). Rencana Tindakan:


- Identifikasi masalah yang dihadapi Terapeutik

- Buat kontrrak dengan pasien

- Ciptkan ruangan yang nyaman dan tenang

- Anjurkan mendengarkan music, video animasi, yang lembut atau music

yang disukai

- Anjurkaan melakukan teknik menen angkan hingga perasaan menjadi

tenang

e. Diare (D.0020) berhubungan dengan perubahan air dan makanan

1). Tujuan: Peningkatan kebutuhan makan dan minum

2). Kriteria Hasil:

- Konaistensi feses membaik

- Frekuensi defekasi membaik

- Distensi abdomen menurun

3). Rencana Keperawatan:

- Identifikasi kemungkinan alergi, interaksi dan kontra indikasi obat

- Monitor tanda vital dan nilai

- laboratorium sebelum pemberian obat Terapeutik

- Perhatikan peroduser pemberian obat lakukan prinsip 6 benar

- buang obat yang tidak terpakai /kadaluarsa

- Dokumentasikan pemberian obat dan respon terhadap obat

- Jelaskan jenis obat, alasan pemberian

- Tindakan yang di harap kan dan efek samping

- Jelaskan faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan efektifitas obat

d. Evaluasi

Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang

kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan

dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.Evaluasi keperawatan mengukur

keberjasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam

memenuhi kebutuhan klien.


DAFTAR PUSTAKA

Hartini, S., & Pertiwi. (2015). Efektifitas kompres air hangat terhadap penurunan suhu

tubuh anak demam usia 1- 3 tahun di SMC RS Telogirejo Semarang

M. Thobroni, imam. (2015). Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Praktek. Yogyakarta:

Arr-Ruzz Media

Nur, Rohmah Resty P And Agus Sarwo Prayogi, And Eko Suryani, (2018) Penerapan

Kompres Hangat Pada Anak Demam Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan

Nyaman Di Rsud Sleman. Skripsi Thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Http://Eprints. Poltekkesjogja.ac.id/1413/

Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta:

Mediaction

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan

Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP

PPNI PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan

Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria

Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Wardiyah, Aryanti. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat dan

tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh anak yang mengakamin demam

Rsud Dr. H. Abdul Moeloek provinsi lampung. Jurnal Ilmu Keperawatan -

Volume 4, No. 1, 45. Diakses dari

Http://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/download/101/94

Yahya, M. Azmi. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien An. Q Dengan Febris Di

Ruang Rawat Inap Anak Rsud Dr. Achmad Mochtar Bukit tinggi Tahun 2018

Http://Repo.Stikesperintis.ac.id/1208/1/46%20siska%20damayanti, Pdf

Zein, Umar. 2012. Buku Saku Demam. Medan: USU PRESS 2012

Anda mungkin juga menyukai