Disusun oleh :
SHEZHA NURHALIZA
A02020057
A. DEFINISI
Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non infeksi dan berinteraksi dengan
mekanisme hospes. Pada perkembangan anak demam disebbkan oleh agen mikrobiologi
yang dapat dikenali dan demam menghilang sesudah masa yang pendek. Menurut pendapat
lain (Sodikin. 2012 ) Demam merupakan suatu keaadan suhu tubuh diatas normal sebagai
akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak
merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termogulasi) di hipotalamus penyakit –
penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang system tubuh. Selain itu
demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non
spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi. Sebagian besar
kondisi febris yang terjadi pada bayi serta anak disebabkan oleh virus, dan anak sembuh
tampa terapi spesisfik. Namun infeksi bakteri serius seperti meningitis, sepsis, osteomilitis,
srtritis spesis, infeksi traktus urinarius, pneumonia, endokarditis, gastroenteritis dapat mula
– mula muncul sebagai demam tampa tanda yang menunjuk pada suatu lokasi.
Tantangan bagi klinis adalah melakukan penatalaksanaan adekuat semua anak dengan
infeksi bakteri serius, tanpa melakukan pengobatan berlebihan terhadap mayoritas luas
anak yang menderita infeksi virus.
B. ETIOLOGI
Demam merupakan gejala yang muncul karena adanya berbagai macam reaksi yang
timbul pada tubuh, dan menandakan bahwa melakukan perlawanan terhadap suatu
penyakit. Namun berbagai penelitian setuju bahwa penyebab terbesar adalah infeksi.
Penelitian di RSCM menemukan bahwa angka kejadian demam yang diakibatkan oleh
infeksi mencapai angka 80%, sedangkan sisanya adalah karena kolagen-vaskuler
sebanyak 6%, dan penyakit keganasan sebanyak 5%. Untuk penyakit infeksi karena
bakteri mencakup tubercolosis, bakterimia,demam tifoid, dan infeksi sakuran kemih
(ISK) sebagai penyebab tertinggi ( Bakry b, Tumberlaka A, Chair I. 2008 )
Dalam studi yang dilakukan oleh Limper M et. al (2011), mereka mendapatkan temuan
yang sama seperti yang dilakuakn di RSCM. Ditemukan bahwa infeksi merupakan
penyebab demam terbanyak. Hal ini sudah dipastikan melalui kultur darah. Ditemukan
bahwa bakteri yang di temukan paling banyak adalah bakteri gram positif dengan infeksi
saluran pernafasan atas dan bawah sebagai diagnosis terbanyak. Untuk bakteri gram
negatif sendiri lebih cendrung menyebabkan bakterimia,atau dengan kata lainmemberikan
infeksi sistematik. Hanya 1 dari 20 pasien yang ditemukan dengan demam selain dari
bakteri ( Limper M et, al. 2011 ).
Penyebab demam paling non infeksi yang dapat ditemukan adalah demam karena kanker
melalui jalur tumor, alergi, dan tranfusi darah ( Dalal S, Donna S, Zhukovsky. 2006)
C. MANIFESTASI KLINIS
Terdapat banyak hal yang dapat menyebabkan dema. Pemecahan protein dan
beberapa substansi lainnya seperti toksin liposakarida yang dilepaskan dari sel membran
bakteri. Perubahan yang terjadi adalah peningkatan set – point meningkat. Segala sesuatu
yang menyebkan kenaikan set – point ini kemudian dikenal dengan sebutan pyrogen. Saat
set – point lebih tinngi dari normal tubuh akan mengeluarkan mekanisme untuk
meningkatkan suhu tubuh, termasuk konservasi panas dan produksi panas. Dalam
hitungan jam suhu tubuh akan mendekati set – point. Awal mulai pyrogen dilepaskan
adalah saat terjadi pemecahan bakteri di jaringan atau di darah melalui mekanisme
pagositosis oleh leukosit, makrofag, dan large granular killer lymphocytes. Ketiga sel
tersebut akan melepaskan sitokin setelah melakukan pencernaan. Sitokin adalah
sekelompok peptide signalling molecule. Sotokin yang paling berperan dalam
menyebabkan demam adalah interleukin- 1 (IL-1) atau disebut juga endogeneous
pyrogen. IL-1 dilepaskan oleh magrofak dan sesaat
setelah mencapai hypothalamus, mereka akanmengaktivasi proses yang menyebabkan
dema (Guyton, Arthur C, Hall, Jhon E. 2006) Cyclooxigenesa-2 (COX-2) adalah enzim
yang membantu mekanisme kerja pitrogen endogen untuk membentuk prostaglandin E2
(Guyton, Arthur c, Hall, Jhon E. 2006). COX-2 dianggap sebagai sitokin proinflamutori.
Prostaglandin bekerja dengan cari mengaktivasi termoregulasi neoron hypothalamic
anterior dan menaikan suhu tubuh. Rute utama dari sitokin untuk mempengaruhi
hyphotalamus adalah melalui rute vaagal saat set – point meningkat maka akan terjadi 2
hal yang menginduksi demam. Yang pertama adalah konservasi panas yang terjadi
melalui vasokontraksi, dan yang kedua adalah produksi panas melalui kontraksi otot
secara involunter ( Dalal S, Donna S, Zhukovsky. 2006 )
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :
1. Fever Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses patologis.
2. Hyperthermia Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada makhluk
hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh, seringnya karena induksi dari radiasi
(gelombang panas, infrared), ultrasound atau obat – obatan.
3. Malignant Hyperthermia Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang
menyertai kekakuan otot karena anestesi total.
Tipe - tipe demam.diantaranya:
a. Demam Septik Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang
normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan
tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c. Demam intermiten Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam
dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana
dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut
kuartana.
d. Demam intermiten Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia
e. Demam siklik Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan
suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien
dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang
jela seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama
sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas.
E. PATOFISIOLOGI
Dengan peningkatan suhu tubuh terjadi peningkatan kecepatan metabolisme basa. Jika
hal ini disertai dengan penurunan masukan makanan akibat anoreksia, maka simpanan
karbohidrat, protein serta lemak menurun dan metabolisme tenaga otot dan lemak dalam
tubuh cendrung dipecah dan terdapat oksidasi tidak lengkap dari lemak, dan ini mengarah
pada ketosis (Sacharin. 1996 ). Dengan terjadinya peningkatan suhu, tenaga konsentrasi
normal, dan pikiran lobus hilang. Jika tetap dipelihara anak akan berada dalam keaadaan
bingung, pembicaraan menjadi inkoheren dan akirnya ditambah dengan timbulnya stupor
dan koma (Sacharin. 1996 ). Kekurang cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan demam,
karna cairan dan eloktrolit ini mempengaruhi keseimbangan termoregulasi di hipotalamus
anterior. Jadi apabila terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit maka
keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior mengalami gangguan. Pada pasien
febris atau demam pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan, yaitu dengan pemeriksaan
darah lengkap misalnya : Hb, Ht, Leokosit. Pada pasienfebris atau demam biasanya pada
Hb akan mengalami penurunan, sedangkan Ht dan Leokosit akan mengalami
peningkatan. LED akan meningkat pada pasien observasi febris yang tidak diketahui
penyebabnya, ( pemeriksaan sputum diperlukan untuk pasien yang menderita demam dan
disertai batuk – batuk ) ( Isselbacher. 1999 )
F. PATWAY
sumber :id.scribd.com/document/yuni2016.Pathway-Febris
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan fisik pada anak demam secara kasar dibagi atas status generalis
danefaluasi secara detil yang menfokuskan pada sumber infeksi. Pemerksaan status
generalis tidak dapat diabaikan karena menentukan apakah pasientertolong tokis atau
tidak toksis. Skala penilaian terdiri dari evaluasi secara menagis, reaksi terhadap orang
tua, variasikeadaan, respon social, warna kulit, dan status hidrasi. Pemeriksaan awal :
Pemeriksaan atas indikasi, kultur darah, urin atau feses, pengembalian cairan,
Serebrospinal, foto toraks, Darah urin dan feses rutin, morfolografi darah tepi, hitung
jenis leokosit.
H. PENATALAKSANAAN
1. Medis
a. Pemberian antipiretik
Terapi antipiretik bermanfaat pada penderita berisiko tinggi yang menderita
penyakit kardiopulmonal kronis, gangguan metabolik, atau penyakit neurologis dan
pada mereka yang berisiko mengalami kejang demam. Selain memberikan
kesembuhan simtomatis, terapi antipiretik tidak mengubah perjalanan infeksi biasa
pada anak normal, dan dengan demikian penggunaannya tetap kontroversial pada
penderita demam (Nelson, 2012). Indikasi pemberian antipiretik, antara lain:
Demam lebih dari 39̊C yang berhubungan dengan gejala nyeri
atau tidak nyaman, bisa timbul pada keadaan otitis media maupun
mialgia
Demam lebih dari 40̊C
Demam berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme.
Keadaan-keadaan berikut juga memerlukan pemberian antipiretik seperti
gizi buruk, penyakit jantung, luka bakar, atau pascaoperasi.
Anak dengan riwayat kejang atau delirium yang disebabkan demam
2. Keperawatan
a. Metode fisik
Tindakan pendinginan secara tradisional, seperti memakaikan pakaian minimal,
memajan kulit dengan udara, dan menurunkan suhu kamar, meningkatkan sirkulasi
udara, dan pemberian kompres pada bagian tubuh (misalnya di dahi) efektif jika
diberikan kurang lebih1 jam setelah pemberian antipiretik sehingga set point dapat
menurun. Metode penanganan demam secara fisik, memungkinkan tubuh
kehilangan panas dengan cara konduksi, konveksi, atau penguapan. Berikan minum
±1000-1.500
cc, karena adanya penguapan cairan yang berlebihanpada saat demammelalui
keringat.
b. Metode kompres
hangat Kompres hangat adalah tindakan menggunakan kain atau handuk yang telah
dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga
dapat memberikan rasa nyaman dan menurukan suhu tubuh (Wardiyah, dkk 2016).
Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena pada daerah
tersebut banyak terdapat pembuluh darah besar dan banyak terdapat kelenjar keringat
apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang
mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari
dalam tubuh ke kulit (Ayu, dkk 2015).
c. Metode kompres Bawang Merah
Bawang merah dapat digunakan untuk mengompres, hal ini disebabkan karena bawang
merah mengandung senyawa sulfur oerganik yaitu allycystein sulfoxide (Aliin) yang
berfungsi menhancurkan pembekuan darah. Cara yang dilakukan dalam pembuatan
bawang merah untuk menurunkan demam pada anak yaitu kupas 5 butir bawang
merah, parut kemudian tambahkan dengan minyak kelapa secukupnya, lalu baurkan ke
ubun- ubun.
I. PENGKAJIAN FOKUS
Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, umur, jenis kelamin, nama orang tua,
perkerjaan orang tua, alamat, suku, bangsa, agama.
b. Keluhan utama
Klien demam sejak 2 hari dengan suhu 36 – 37,5 C , pusing, nyeri kepala , dan mual
tidak disertai muntah .
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pada umumnya didapatkan peningktan suhu tubuh diatas 36 - 37,5 °C, , pusing, nyeri
kepala , dan mual tidak disertai muntah .
d. Riwayat kesehatan dulu
klien mengatakan memiliki penyakit asma.
e. Riwayat kesehatan keluarga
keluarga pasien mengatakan ada riwayat asma dari neneknya
f. Genogram
Petunjuk anggota keluarga klien.
g. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Meliputi : prenatal, natal, postnatal, serta data pemebrian imunisasi pada anak.
h. Riwayat sosial
Pengkajian terhadap perkembangan dan keadaan sosial klien
i. Kebutuhan dasar
1) Makanan dan minuman
Biasa klien dengan febris mengalami nafsu makan, dan susuh untuk makan
sehingga kekurang asupan nutrisi.
2) Pola tidur
Biasa klien dengan febris mengalami susah untuk tidur karena klien merasa
gelisah dan berkeringat.
3) Mandi
4) Eliminasi
Eliminasi klien febris biasanya susah untuk buang air besar dan juga bisa
mengakibatkan terjadi konsitensi bab menjadi cair.
j. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran
2) Biasanya kesadran klien dengan febris 15 – 13,
3) berat badan serta tinggi badan
4) Tanda – tanda vital
5) Biasa klien dengan febris suhunya > 37,5 °C, nadi
80 x i
6) Head to toe
a) Kepala dan leher
Bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau tidak
b) Kulit, rambut, kuku
Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada gangguan / kelainan.
c) Mata
Umumnya mulai terlihat cekung atau tidak.
d) Telingga, hidung, tenggorokan dan mulut
Bentuk, kebersihan, fungsi indranya adanya gangguan atau tidak, biasanya pada
klien dengan febris mukosa bibir klien akan kering dan pucat.
e) Thorak dan abdomen
Biasa pernafasan cepat dan dalam, abdomen biasanya nyeri dan ada peningkatan
bising usus bising usus normal pada bayi 3 – 5 x i.
f) Sistem respirasi
Umumnya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam.
g) Sistem kardiovaskuler
Pada kasus ini biasanya denyut pada nadinya meningkat
h) Sistem muskuloskeletal
Terjadi gangguan apa tidak.
i) Sistem pernafasan
Pada kasus ini tidak terdapat nafas yang tertinggal / gerakan nafas dan biasanya
kesadarannya gelisah, apatis atau koma
k. Pemeriksaan tingkat perkembangan
1. Kemandirian dan bergaul
Aktivitas sosial klien
2. Motorik halus
Gerakan yang menggunakan otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu,
yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya :
memindahkan benda dari tangn satu ke yang lain, mencoret – coret,
menggunting
3. Motorik kasar
Gerakan tubuh yang menggunakan otot – otot besar atau sebagian besar atau
seluruh anggota tubuh yang di pengaruhi oleh kematangan fisik anak contohnya
kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga ( Lerner & Hultsch.
1983)
4. Kognitif dan Bahasa
Kemampuan klien untuk berbicara dan berhitung.
a. Data penunjang
Biasanaya dilakukan pemeriksaan labor urine, feses, darah, dan biasanya
leokosit nya > 10.000 ( meningkat ) , sedangkan Hb, Ht menurun.
b. Data pengobatan
Biasanya diberikan obat antipiretik untuk mengurangi shu tubuh klien,
seperti ibuprofen, paracetamol
J. DIAGNOSA YANG MUKIN MUNCUL
a. Hipertemia
Definisi: suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh
Penyebab:
- proses penyakit (mis. Infeksi,kanker)
- Dehidrasi
- Terpapar lingkungan panas
- Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
- Peningkatan laju metabolisme
- Respon trauma
- Aktivitas berlebihan
- Penggunaan inkubator
Batasan karakteristik
Subjektif: -
Objektif: suhu tubuh diatas nilai normal, kulit merah,kejang,takipnea,kulit terasa hangat,
takikardi
b. Defisit nutrisi
Definisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
berhubungan dengan
Penyebab:
- ketidakmampuan menelan makanan
- ketidakmampuan mencerna maknan
- ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi
- peningkatan kebutuhan metabolisme
- faktr ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)
- faktor psikologis (mis. Stress,keengganan untuk makan)
Batasan karakteristik:
Subjektif : Cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun
Objektif: BB menurun min 10% dibawah rentang ideal, bising usus hiperaktif,otot pengunyah
lemah, otot menelan lemah,sariawan, diare, rambut rontok,membrane mukosa pucat
c. Ansietas
Definisi : Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas
dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman.
Penyebab :
- Krisis situasional
- Kebutuhan tidak terpenuhi
- Ancaman terhadap konsep diri
- Ancaman terhadap kematian
- Kekhawatiran mengalami kegagalan
- Kurang terpapar informasi
- Faktor keturunan
- Penyalahgunaan zat
Batasan karakteristik
Subjektif : merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, sulit
berkonsentrasi, mengeluh pusing,anoreksia,palpitasi,merasa tidak berdaya
Objektif : tampak gelisah,tegang,sulit tidur, tremor, tampak pucat, suara bergetar, sering
berkemih, kontak mata buruk,tekanan darah meningkat, frekuensi napas& nadi meningkay
d. Resiko ketidakseimbangan cairan
Definisi : Berisiko mengalami penurunan, peningkatan atau percepatan perpindahan cairan dari
intravaskuler, interstisial atau intraselular
Penyebab
- Prosedur pembedahan mayor
- Trauma
- Luka bakar
- Aferesis
- Asites
- Obstruksi intestinal
- Peradangan pancreas
- Penyakit ginjal dan kelenjar
- disfungsi interstinal
I. INTERVENSI
Mk : memburuk
C Mk : cukup memburuk - Berikan kompres hangat
S : sedang dengan campuran irisan
C Mbk : cukup membaik bawang merah
Mbk : membaik Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
Antipiretik
- Kolaborasi pemberian
infus asering 20 tpm
,infus makro
Manajemen kejang
0bservasi
- Monitor terjadinya
kejang berualang
- Monitor karakteristik
kejang
- Monitor tanda – tanda
vital
Terapeutik
- Baringkan pasien agar
tidak jatuh
- Longgarkan pakaiaan ,
terutama dibagian leher
- Jauhkan benda” bahaya
terutama benda kejang
- Berikan oksigen
Edukasi
- Anjurkan kelarga
menghindari
memasukaan apapun
kedalam mulut pada saat
kejang
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antikonvulsan, jika perlu
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x24 Manajemen nutrisi
jam diharapkan masalah keperawatan deficit nutrisi Observasi
dapat membaik dengan kriteria hasil: - Identifikasi status
Status nutrisi nutrisi
Keteria hasil Mn C S C Mt - Identifikasi alergi
Mn Mt makanan
Porsi makanan yang 1 2 3 4 5 - Identifikasi jumlah dan
dihabiskan kebutuhan kalori
Kekuatan otot 1 2 3 4 5 - Monitor asupan
menelan makanan
Nafsu makan 1 2 3 4 5 - Monitot berat badan
Frekuensi makan 1 2 3 4 5 - monitor hasil
Mt : meningkat makanan
Mn : menurun perlu
- berikan makanan tinggi
serat
Edukasi
- anjurkan makan dengan
posisi duduk
- ajarkan diet yang
diprogramkan
kolaborasi
- pemberian medikasi
sebelum makan dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan
pemantauan nutrisi
observasi
- identifikasi faktor yang
mempengaruhi asupan
gizi(mis.
Pengetahuan,ketersediaan
makanan,
agama/kepercayaan,
budaya, menguyah tidak
adekuat,
gangguanmenelan,
penggunaan obat
obatan/pascaoperasi
)
- identifikasi perubahan
berat badan
- identifikasi kemampuan
menelan
- monitor mual muntah
- monitor asupan oral
terapeutik
- timbang berat badan
- ukur antropometrik
komposisi tubuh ( mis.
Indek masa tubuh,
pengukuran
pinggang,dan ukuran
lipatan kulit)
- hitung perubahan berat
badan
- atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
- dokumentasi hasil
pemantauan
edukasi
- jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
3 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 Manajemen cairan
Observasi
jam, diharapkan resiko ketidak seimbangan cairan
- Monitor status
membaik dengan kriteria hasil : hidrasi(akral,nadi)
- Monitor bb harian
Keseimbangan cairan
- monitor bb sesudah dan
Indikator Mn C mn sedang Cmt Mt
sebelum dialysis
Asupan 1 2 3 4 5
- Monitor hasil pemeriksaan
cairan
lab
Haluaran 1 2 3 4 5 Terapeutik
urin
- Catat intake-output dan
Asupan 1 2 3 4 5 hitung balance cairan 24 jam
makanan
- Berikan asupan cairan sesuai
Kelembap 1 2 3 4 5 kebutuhan
an
- berikan cairan intravena
membrane
Kolaborasi
mukosa
- kolaborasi pemberian
diuretic ,jika perlu
Mt : meningkat
C Mt : cukup meningkat
S : sedang
C Mn : cukup menurun
Mn : menurun
Indikator Mt C mt sedang Cmn Mn
Edema 1 2 3 4 5
Dehidrasi 1 2 3 4 5
Asites 1 2 3 4 5
Konfussi 1 2 3 4 5
Mt : meningkat
C Mt : cukup meningkat
S : sedang
C Mn : cukup menurun
Mn : menurun
Indikator Mb C mb sedang Cmb Mbk
k
TD 1 2 3 4 5
Denyut 1 2 3 4 5
nadi radial
Membran 1 2 3 4 5
e mukosa
Turgor 1 2 3 4 5
kulit
Berat 1 2 3 4 5
badan
Mata 1 2 3 4 5
cekung
Tekanan 1 2 3 4 5
arteri
Mb : membutuk
C Mb : cukup memburuk
S : sedang
C mbk : cukup
membaik
Mbk : membaik
4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 Reduksi ansietas
jam diharapkan, masalah ansietas teratasi dengan Observasi
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Nama Pengkaji : Shezha Nurhaliza
Tanggal Masuk RS : Minggu,19 Juni 2022 pukul 17.00 WIB
Tanggal Pengkajian : Senin, 20 Juni 2022 pukul 17.30 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Melati
Sumber Data : Rekam Medik, Anamnesa Pasien dan Keluarganya
1. RIWAYAT KESEHATAN
A. Identitas Klien
Nama : An. A
Alamat : Adikarto,02/01 Sruweng Kebumen
Tempat tanggal lahir / usia : Kebumen, 02 Januari 2016/ 6 Tahun 5 bulan
Suku : Jawa
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Diagnosa medis : Febris
B. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn.I
Alamat : Adikarto,02/01,Sruweng, Kebumen
Usia : 44 tahun
Pekerjaan : Perangkat desa
Hubungan dengan klien : Ayah kandung
C. Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan pasien mengalami demam sejak 3 hari lalu
D. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada hari minggu, 19 juni pukul 14.40. Ibu pasien
mengatakan anaknya pusing ,lemas dan sudah mengalami demam sejak 3 hari lalu , ibu pasien
langsung membawa anaknya ke RSUD Dr.Soedirman Kebumen. Ibu pasien mengatakan 2
tahun lalu pasien pernah mengalami demam tinggi. Hasil pemeriksaan didapatkan data RR:
24 x/menit, N: 106x/menit, Suhu: 37°C, SpO2: 97%. BB saat ini: 26,6 Kg.
E. Riwayat kelahiran
1) Kelahiran
a. Usia kehamilan : 39 minggu
b. Persalinan : Spontan
c. Menangis : ya
d. Berat badan : - , panjang badan :-
e. Riwayat kuning: tidak
2) Penyakit, operasi, atau cedera sebelumnya
a. Pernah dirawat : Ya, 2 tahun lalu
b. Riwayat penyakit mayor pada anggota keluarga lain atau dikomunitas : tidak
c. Respon emosi pada hospitalisasi sebelumnya :
● Pemahaman Keluarga Tentang Sakit dan Rawat Inap
Ibu membawa anaknya ke RS Saat An. A sakit ibu langsung
membawanya ke RS. Orang tua nampak cemas dan khawatir dengan
kondisi anaknya. Ibu pasien yang menemani atau tinggal dengan pasien
pada saat anak dirawat
● Pemahaman Anak Tentang Sakit Dan Rawat Inap
Anak belum mampu paham hanya saja ibu mengatakan An.A saat
melihat perawat anaknya tenang dan tidak menangis
d. Kejadian dan sifat cedera. : -
3) Alergi
a. Reaksi tak umum terhadap makanan, obat, binatang, tanaman, atau produk
rumah tangga : -
4) Genogram
Ket :
: Menikah : Laki-laki
: Pasien : Perempuan
5 Campak 19 bulan
6 BCG 0 bulan
a. Kekambuhan reaksi :-
6) Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Berat Badan :26,6 kg Tinggi Badan/Panjang Badan : 110cm
b. Standar Indeks Massa Tubuh menurut umur
Umur -3SD -2SD -1SD MEDIAN 1SD 2SD 3SD
Tahun Bulan
6 5 11.7 12.7 13.9 15.3 17.1 18.1 22.6
c. Pemeriksaan perkembangan
Klien termasuk tahapan perkembangan kognitif dan dpat menyampaikan apa
yang dipikirkannya melalui kata-kata yang mudah dipahami.
F. Pola Fungsional Gordon
1. Pola Persepsi-Managemen Kesehatan
Ibu Pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit, dibawa ke puskesmas atau RS
terdekat
2. Pola Nutrisi-Metabolik
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya makan 3x sehari , munum 8 gelas sehari,
Ibu Pasien mengatakan saat sakit anaknya kurang nafsu makan dan hanya dengan porsi
sedikit dan minum 4x sehari setelah dibawa keRS
3. Pola Eliminasi
Ibu Pasien mengatakan saat sakit BAK 4 x/ hari, warna jernih, BAB 1x berwarna agak
kuning kecoklatan dan berbau
4. Pola Latihan-Aktivitas
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit pasien dapat beraktivitas dengan normal tanpa ada
gangguan sesak napas, nyeri atau yang lainnya,
Ibu Pasien mengatakan saat sakit pasien dalam aktivitas sedikit terganggu karena demam
naik turun yang dialaminya
5. Pola Kognitif Perseptual
Pasien sudah mengenal orang orang disekitarnya
6. Pola Istirahat-Tidur
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya tidur pukul 9 malam dan tidur siang sekitar
3 jam,
Ibu Pasien mengatakan saat sakit pasien An. A jam tidurnya berkurang
7. Pola Konsep Diri-Persepsi Diri
ibu pasien mengatakan pasien sudah ingin cepat pulang
8. Pola Peran dan Hubungan
Ibu Pasien mengatkan, An. A merupakan anak ketiga mereka.
9. Pola Reproduksi / Seksual
-
10. Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stres)
Pasien mengatakan jika tidak enak badan akan melaporkan kepada ibunya
11. Pola Keyakinan dan Nilai
Ibu Pasien mengatakan satu keluarga beragama islam
G. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : compos mentis
2. Antopometri
a. BB : 26,6 kg
b. TB : 110 cm
c. Lingkar Kepala : - cm
d. Lingkar Dada : - cm
3. TTV
a. S : 37oC.
b. TD: -
c. N: 106x/menit
d. RR :24x/menit
e. SPO2: 97%
4. Kulit
Warna kulit : kuning langsat
Turgor kulit : 1 detik
5. Nodus limfe : normal, tidak ada pembesaran atau benjolan nodus limfe
6. Struktur aksesori : rambut bewarna hitam panjang lebat
7. Kepala
Inspeksi : Kedua mata sejajar, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah pasien memilik status Tidak (1) Ya (0)
nutrisi kurang atau buruk secara
klinis?
( anak kurus/sangat kurus, mata
cekung, wajah tampak tua,
edema, rambut tipis dan jarang,
otot lengan dan paha tipis, iga
gambang, perut kempes, bokong
tipis, dan kisut)
2 Apakah terdapat penurunan Tidak (1) Ya (0)
berat badan selama 1 bulan
terakhir ?
Atau
Untuk bayi<1 tahun berat badan
tidak naik selama 3 bulan
terakhir?
Jika pasien menjawab tidak
tahu,dianggap jawaban “ya”
3 Apakah terdapat SALAH SATU TIDAK(1) YA(0)
dari kondisi berikut ?
Diare profuse (>5x/hari)
dan atau muntah
).3x/hari)
Asupan makan
berkurang selama
1
minggu terakhir
4 Apakah terdapat penyakit dasar TIDAK(1) YA(0)
atau keadaan yang
mengakibatkan pasien beresiko
mengalami malnutrisi (lihat
tabel di bawah) ?
Nilai
Parameter Kriteria Skor Skor
Dibawah 3
Umur tahun 4 3
3-7 tahun 3
7-13 tahun 2
>13tahun 1
Jenis kelamin Laki-laki 2 1
Perempuan 1
Diagnosis Gangguan Neurologis 4
Nama Kegunaan
LVFD RL Sebagai sumber elektrolit
Paracetamol Untuk meredakan nyeri ringan hingga
sedang,sakit kepala,demam
Ceftriaxone Sebagai antibiotic
Ondansetrone Mengobati dan mencegah mual dan muntah
Leukosit esterase
A. ANALISA DATA
DO :
Suhu : 37,8 C
RR : 24x/mnt
- Kulit klien terasa hangat
- Kulit klien tampak memerah
2. DS : Intoleransi Terjadinya
- Ibu klien mengatakan badan aktivitas kelemahan
anaknya lemas
- ibu klien mengatakan anaknya
hanya berbaring ditempat tidur dan
aktifitasnya di bantu olehnya
DO :
- Badan klien tampak lemas
- Dalam melakukan hal pasien di bantu
B. PRIORITAS DIAGNOSA
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (mis. Infeksi)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan terjadinya kelemahan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
- Pasien
- Pemberian obat sedang tidur
24.00
injeksi ondansetron dan bersedia
2mg dan inf diberi obt
parcetamol 250mg
Senin 20 juli - Monitor suhu tubuh - Suhu: 37,8ºc
2022 - Monitor keluhan N:103x,RR:2
06.00 umum 2x, spo2:96%
- Ibu pasien
mengatakan
demam
pasien naik
turun dan
- Monitor lokasi dan masih pusing
ketidaknyamanan dan lemas
saat beraktivitas - Pasien
mengatakan
lemas, mual
dan
pusing ,saat
- Anjurkan tirah baring duduk
maupun
berdiri
- Pasien
08.00 - Pemberian obat inj mengerti apa
ondan 2mg, yang
ceftriaxsoe dianjurkan
560mg,inf - Pasien
paracetamol 250 mg bersedia
- Mengganti cairan diberi obat
09.00 infus RL 20tpm
O:
- Suhu kulit dan tubuh teram ba hangat
- Wajah tampak pucat
- Kulit tampak merah
- Monitor tanda – tanda vital
N : 90 x/mnt RR: 20x/mnt S : 37,8 C
Spo2:97%
A: Masalah hipertermia belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Monitor suhu tubuh
- Monitor keluhan umum
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan kompres hangat
ketika demam
- Sediakan lingkungan yang
dingin
- Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
O:
- Suhu kulit dan tubuh teraba hangat
- Wajah tampak pucat
- Pasien tampak berbaring ditempat tidur
O:
- Suhu kulit dan tubuh teraba hangat
- Pasien tampak berjalan dan duduk disekitar
tempat tidurnya
- S: 36,8ºc,
RR:24X,N:109x/mnt,spo2:97%