Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AN.

A DENGAN MASALAH KEPERAWATAN


HIPERTERMIA PADA DIAGNOSA MEDIS FEBRIS DI BANGSAL MELATI
RSUD DR. SOEDIRMAN KEBUMEN

Disusun oleh :

SHEZHA NURHALIZA

A02020057

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA III

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Menurut ( Tamsuri. 2006 ) Febris (panas) dapat didefenisikan keadaan ketika


individual mengalami atau berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh terus menurus lebih
dari 37,8°C peroral atau 37,9°C perrectal karena faktor eksternal. Sedangkan menurut
( Ann M Arivin. 2000 ) Suhu tubuh dapat dikatakan normal apabila suhu 36,5 °C – 37,5 °C,
febris 37 °C – 40 °C dan febris > 40 °C. Jadi dapat disimpulkan febris keaadaan dimana
seseorang yang mengalami atau beresiko kenaikan suhu tubuh terus menerus lebih dari
batas normal suhu tubuh yaitu < 37,5 °C, dan demam juga dapat berperan penting terhadap
peningkatan perkembangan imunitas dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap
infeksi, demam dapat terjadi karena berbagai proses infeksi dan non infeksi yang
berinteraksi dengan hospes.

Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non infeksi dan berinteraksi dengan
mekanisme hospes. Pada perkembangan anak demam disebbkan oleh agen mikrobiologi
yang dapat dikenali dan demam menghilang sesudah masa yang pendek. Menurut pendapat
lain (Sodikin. 2012 ) Demam merupakan suatu keaadan suhu tubuh diatas normal sebagai
akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak
merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termogulasi) di hipotalamus penyakit –
penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang system tubuh. Selain itu
demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non
spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi. Sebagian besar
kondisi febris yang terjadi pada bayi serta anak disebabkan oleh virus, dan anak sembuh
tampa terapi spesisfik. Namun infeksi bakteri serius seperti meningitis, sepsis, osteomilitis,
srtritis spesis, infeksi traktus urinarius, pneumonia, endokarditis, gastroenteritis dapat mula
– mula muncul sebagai demam tampa tanda yang menunjuk pada suatu lokasi.
Tantangan bagi klinis adalah melakukan penatalaksanaan adekuat semua anak dengan
infeksi bakteri serius, tanpa melakukan pengobatan berlebihan terhadap mayoritas luas
anak yang menderita infeksi virus.
B. ETIOLOGI
Demam merupakan gejala yang muncul karena adanya berbagai macam reaksi yang
timbul pada tubuh, dan menandakan bahwa melakukan perlawanan terhadap suatu
penyakit. Namun berbagai penelitian setuju bahwa penyebab terbesar adalah infeksi.
Penelitian di RSCM menemukan bahwa angka kejadian demam yang diakibatkan oleh
infeksi mencapai angka 80%, sedangkan sisanya adalah karena kolagen-vaskuler
sebanyak 6%, dan penyakit keganasan sebanyak 5%. Untuk penyakit infeksi karena
bakteri mencakup tubercolosis, bakterimia,demam tifoid, dan infeksi sakuran kemih
(ISK) sebagai penyebab tertinggi ( Bakry b, Tumberlaka A, Chair I. 2008 )
Dalam studi yang dilakukan oleh Limper M et. al (2011), mereka mendapatkan temuan
yang sama seperti yang dilakuakn di RSCM. Ditemukan bahwa infeksi merupakan
penyebab demam terbanyak. Hal ini sudah dipastikan melalui kultur darah. Ditemukan
bahwa bakteri yang di temukan paling banyak adalah bakteri gram positif dengan infeksi
saluran pernafasan atas dan bawah sebagai diagnosis terbanyak. Untuk bakteri gram
negatif sendiri lebih cendrung menyebabkan bakterimia,atau dengan kata lainmemberikan
infeksi sistematik. Hanya 1 dari 20 pasien yang ditemukan dengan demam selain dari
bakteri ( Limper M et, al. 2011 ).
Penyebab demam paling non infeksi yang dapat ditemukan adalah demam karena kanker
melalui jalur tumor, alergi, dan tranfusi darah ( Dalal S, Donna S, Zhukovsky. 2006)

C. MANIFESTASI KLINIS
Terdapat banyak hal yang dapat menyebabkan dema. Pemecahan protein dan
beberapa substansi lainnya seperti toksin liposakarida yang dilepaskan dari sel membran
bakteri. Perubahan yang terjadi adalah peningkatan set – point meningkat. Segala sesuatu
yang menyebkan kenaikan set – point ini kemudian dikenal dengan sebutan pyrogen. Saat
set – point lebih tinngi dari normal tubuh akan mengeluarkan mekanisme untuk
meningkatkan suhu tubuh, termasuk konservasi panas dan produksi panas. Dalam
hitungan jam suhu tubuh akan mendekati set – point. Awal mulai pyrogen dilepaskan
adalah saat terjadi pemecahan bakteri di jaringan atau di darah melalui mekanisme
pagositosis oleh leukosit, makrofag, dan large granular killer lymphocytes. Ketiga sel
tersebut akan melepaskan sitokin setelah melakukan pencernaan. Sitokin adalah
sekelompok peptide signalling molecule. Sotokin yang paling berperan dalam
menyebabkan demam adalah interleukin- 1 (IL-1) atau disebut juga endogeneous
pyrogen. IL-1 dilepaskan oleh magrofak dan sesaat
setelah mencapai hypothalamus, mereka akanmengaktivasi proses yang menyebabkan
dema (Guyton, Arthur C, Hall, Jhon E. 2006) Cyclooxigenesa-2 (COX-2) adalah enzim
yang membantu mekanisme kerja pitrogen endogen untuk membentuk prostaglandin E2
(Guyton, Arthur c, Hall, Jhon E. 2006). COX-2 dianggap sebagai sitokin proinflamutori.
Prostaglandin bekerja dengan cari mengaktivasi termoregulasi neoron hypothalamic
anterior dan menaikan suhu tubuh. Rute utama dari sitokin untuk mempengaruhi
hyphotalamus adalah melalui rute vaagal saat set – point meningkat maka akan terjadi 2
hal yang menginduksi demam. Yang pertama adalah konservasi panas yang terjadi
melalui vasokontraksi, dan yang kedua adalah produksi panas melalui kontraksi otot
secara involunter ( Dalal S, Donna S, Zhukovsky. 2006 )

D. KLASIFIKASI
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :
1. Fever Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses patologis.
2. Hyperthermia Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada makhluk
hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh, seringnya karena induksi dari radiasi
(gelombang panas, infrared), ultrasound atau obat – obatan.
3. Malignant Hyperthermia Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang
menyertai kekakuan otot karena anestesi total.
Tipe - tipe demam.diantaranya:
a. Demam Septik Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang
normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan
tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c. Demam intermiten Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam
dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana
dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut
kuartana.
d. Demam intermiten Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia
e. Demam siklik Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan
suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien
dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang
jela seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama
sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas.

E. PATOFISIOLOGI
Dengan peningkatan suhu tubuh terjadi peningkatan kecepatan metabolisme basa. Jika
hal ini disertai dengan penurunan masukan makanan akibat anoreksia, maka simpanan
karbohidrat, protein serta lemak menurun dan metabolisme tenaga otot dan lemak dalam
tubuh cendrung dipecah dan terdapat oksidasi tidak lengkap dari lemak, dan ini mengarah
pada ketosis (Sacharin. 1996 ). Dengan terjadinya peningkatan suhu, tenaga konsentrasi
normal, dan pikiran lobus hilang. Jika tetap dipelihara anak akan berada dalam keaadaan
bingung, pembicaraan menjadi inkoheren dan akirnya ditambah dengan timbulnya stupor
dan koma (Sacharin. 1996 ). Kekurang cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan demam,
karna cairan dan eloktrolit ini mempengaruhi keseimbangan termoregulasi di hipotalamus
anterior. Jadi apabila terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit maka
keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior mengalami gangguan. Pada pasien
febris atau demam pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan, yaitu dengan pemeriksaan
darah lengkap misalnya : Hb, Ht, Leokosit. Pada pasienfebris atau demam biasanya pada
Hb akan mengalami penurunan, sedangkan Ht dan Leokosit akan mengalami
peningkatan. LED akan meningkat pada pasien observasi febris yang tidak diketahui
penyebabnya, ( pemeriksaan sputum diperlukan untuk pasien yang menderita demam dan
disertai batuk – batuk ) ( Isselbacher. 1999 )
F. PATWAY

sumber :id.scribd.com/document/yuni2016.Pathway-Febris
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan fisik pada anak demam secara kasar dibagi atas status generalis
danefaluasi secara detil yang menfokuskan pada sumber infeksi. Pemerksaan status
generalis tidak dapat diabaikan karena menentukan apakah pasientertolong tokis atau
tidak toksis. Skala penilaian terdiri dari evaluasi secara menagis, reaksi terhadap orang
tua, variasikeadaan, respon social, warna kulit, dan status hidrasi. Pemeriksaan awal :
Pemeriksaan atas indikasi, kultur darah, urin atau feses, pengembalian cairan,
Serebrospinal, foto toraks, Darah urin dan feses rutin, morfolografi darah tepi, hitung
jenis leokosit.

H. PENATALAKSANAAN
1. Medis
a. Pemberian antipiretik
Terapi antipiretik bermanfaat pada penderita berisiko tinggi yang menderita
penyakit kardiopulmonal kronis, gangguan metabolik, atau penyakit neurologis dan
pada mereka yang berisiko mengalami kejang demam. Selain memberikan
kesembuhan simtomatis, terapi antipiretik tidak mengubah perjalanan infeksi biasa
pada anak normal, dan dengan demikian penggunaannya tetap kontroversial pada
penderita demam (Nelson, 2012). Indikasi pemberian antipiretik, antara lain:
 Demam lebih dari 39̊C yang berhubungan dengan gejala nyeri
atau tidak nyaman, bisa timbul pada keadaan otitis media maupun
mialgia
 Demam lebih dari 40̊C
 Demam berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme.
 Keadaan-keadaan berikut juga memerlukan pemberian antipiretik seperti
gizi buruk, penyakit jantung, luka bakar, atau pascaoperasi.
 Anak dengan riwayat kejang atau delirium yang disebabkan demam
2. Keperawatan
a. Metode fisik
Tindakan pendinginan secara tradisional, seperti memakaikan pakaian minimal,
memajan kulit dengan udara, dan menurunkan suhu kamar, meningkatkan sirkulasi
udara, dan pemberian kompres pada bagian tubuh (misalnya di dahi) efektif jika
diberikan kurang lebih1 jam setelah pemberian antipiretik sehingga set point dapat
menurun. Metode penanganan demam secara fisik, memungkinkan tubuh
kehilangan panas dengan cara konduksi, konveksi, atau penguapan. Berikan minum
±1000-1.500
cc, karena adanya penguapan cairan yang berlebihanpada saat demammelalui
keringat.
b. Metode kompres
hangat Kompres hangat adalah tindakan menggunakan kain atau handuk yang telah
dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga
dapat memberikan rasa nyaman dan menurukan suhu tubuh (Wardiyah, dkk 2016).
Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena pada daerah
tersebut banyak terdapat pembuluh darah besar dan banyak terdapat kelenjar keringat
apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang
mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari
dalam tubuh ke kulit (Ayu, dkk 2015).
c. Metode kompres Bawang Merah
Bawang merah dapat digunakan untuk mengompres, hal ini disebabkan karena bawang
merah mengandung senyawa sulfur oerganik yaitu allycystein sulfoxide (Aliin) yang
berfungsi menhancurkan pembekuan darah. Cara yang dilakukan dalam pembuatan
bawang merah untuk menurunkan demam pada anak yaitu kupas 5 butir bawang
merah, parut kemudian tambahkan dengan minyak kelapa secukupnya, lalu baurkan ke
ubun- ubun.

I. PENGKAJIAN FOKUS
Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, umur, jenis kelamin, nama orang tua,
perkerjaan orang tua, alamat, suku, bangsa, agama.
b. Keluhan utama
Klien demam sejak 2 hari dengan suhu 36 – 37,5 C , pusing, nyeri kepala , dan mual
tidak disertai muntah .
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pada umumnya didapatkan peningktan suhu tubuh diatas 36 - 37,5 °C, , pusing, nyeri
kepala , dan mual tidak disertai muntah .
d. Riwayat kesehatan dulu
klien mengatakan memiliki penyakit asma.
e. Riwayat kesehatan keluarga
keluarga pasien mengatakan ada riwayat asma dari neneknya
f. Genogram
Petunjuk anggota keluarga klien.
g. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Meliputi : prenatal, natal, postnatal, serta data pemebrian imunisasi pada anak.
h. Riwayat sosial
Pengkajian terhadap perkembangan dan keadaan sosial klien
i. Kebutuhan dasar
1) Makanan dan minuman
Biasa klien dengan febris mengalami nafsu makan, dan susuh untuk makan
sehingga kekurang asupan nutrisi.
2) Pola tidur
Biasa klien dengan febris mengalami susah untuk tidur karena klien merasa
gelisah dan berkeringat.
3) Mandi
4) Eliminasi
Eliminasi klien febris biasanya susah untuk buang air besar dan juga bisa
mengakibatkan terjadi konsitensi bab menjadi cair.
j. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran
2) Biasanya kesadran klien dengan febris 15 – 13,
3) berat badan serta tinggi badan
4) Tanda – tanda vital
5) Biasa klien dengan febris suhunya > 37,5 °C, nadi
 80 x i
6) Head to toe
a) Kepala dan leher
Bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau tidak
b) Kulit, rambut, kuku
Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada gangguan / kelainan.
c) Mata
Umumnya mulai terlihat cekung atau tidak.
d) Telingga, hidung, tenggorokan dan mulut
Bentuk, kebersihan, fungsi indranya adanya gangguan atau tidak, biasanya pada
klien dengan febris mukosa bibir klien akan kering dan pucat.
e) Thorak dan abdomen
Biasa pernafasan cepat dan dalam, abdomen biasanya nyeri dan ada peningkatan
bising usus bising usus normal pada bayi 3 – 5 x i.
f) Sistem respirasi
Umumnya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam.
g) Sistem kardiovaskuler
Pada kasus ini biasanya denyut pada nadinya meningkat
h) Sistem muskuloskeletal
Terjadi gangguan apa tidak.
i) Sistem pernafasan
Pada kasus ini tidak terdapat nafas yang tertinggal / gerakan nafas dan biasanya
kesadarannya gelisah, apatis atau koma
k. Pemeriksaan tingkat perkembangan
1. Kemandirian dan bergaul
Aktivitas sosial klien
2. Motorik halus
Gerakan yang menggunakan otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu,
yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya :
memindahkan benda dari tangn satu ke yang lain, mencoret – coret,
menggunting
3. Motorik kasar
Gerakan tubuh yang menggunakan otot – otot besar atau sebagian besar atau
seluruh anggota tubuh yang di pengaruhi oleh kematangan fisik anak contohnya
kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga ( Lerner & Hultsch.
1983)
4. Kognitif dan Bahasa
Kemampuan klien untuk berbicara dan berhitung.
a. Data penunjang
Biasanaya dilakukan pemeriksaan labor urine, feses, darah, dan biasanya
leokosit nya > 10.000 ( meningkat ) , sedangkan Hb, Ht menurun.
b. Data pengobatan
Biasanya diberikan obat antipiretik untuk mengurangi shu tubuh klien,
seperti ibuprofen, paracetamol
J. DIAGNOSA YANG MUKIN MUNCUL
a. Hipertemia
Definisi: suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh
Penyebab:
- proses penyakit (mis. Infeksi,kanker)
- Dehidrasi
- Terpapar lingkungan panas
- Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
- Peningkatan laju metabolisme
- Respon trauma
- Aktivitas berlebihan
- Penggunaan inkubator
Batasan karakteristik
Subjektif: -
Objektif: suhu tubuh diatas nilai normal, kulit merah,kejang,takipnea,kulit terasa hangat,
takikardi
b. Defisit nutrisi
Definisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
berhubungan dengan
Penyebab:
- ketidakmampuan menelan makanan
- ketidakmampuan mencerna maknan
- ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi
- peningkatan kebutuhan metabolisme
- faktr ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)
- faktor psikologis (mis. Stress,keengganan untuk makan)
Batasan karakteristik:
Subjektif : Cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun
Objektif: BB menurun min 10% dibawah rentang ideal, bising usus hiperaktif,otot pengunyah
lemah, otot menelan lemah,sariawan, diare, rambut rontok,membrane mukosa pucat

c. Ansietas
Definisi : Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas
dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman.
Penyebab :
- Krisis situasional
- Kebutuhan tidak terpenuhi
- Ancaman terhadap konsep diri
- Ancaman terhadap kematian
- Kekhawatiran mengalami kegagalan
- Kurang terpapar informasi
- Faktor keturunan
- Penyalahgunaan zat
Batasan karakteristik
Subjektif : merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, sulit
berkonsentrasi, mengeluh pusing,anoreksia,palpitasi,merasa tidak berdaya
Objektif : tampak gelisah,tegang,sulit tidur, tremor, tampak pucat, suara bergetar, sering
berkemih, kontak mata buruk,tekanan darah meningkat, frekuensi napas& nadi meningkay
d. Resiko ketidakseimbangan cairan
Definisi : Berisiko mengalami penurunan, peningkatan atau percepatan perpindahan cairan dari
intravaskuler, interstisial atau intraselular
Penyebab
- Prosedur pembedahan mayor
- Trauma
- Luka bakar
- Aferesis
- Asites
- Obstruksi intestinal
- Peradangan pancreas
- Penyakit ginjal dan kelenjar
- disfungsi interstinal
I. INTERVENSI

NO Diagnosa INTERVENSI TTD&


DP NAMA
1 Setelah di lakukan intervensi keperawatan 3x24 jam, Manajemen hipertermi Zahrotul
di harapkan termoregulasi membaik dengan Tindakan Observasi asfia
kriteria hasil : - Identifikasi penyebab
Kriteria hasil Mt C S C Mn hipertermi
Mt Mn - Monitor suhu tubuh
Menggigil 1 2 3 4 5 - Monitor kadar elektrolit
Kulit merah 1 2 3 4 5 - Monitor haluaran urine
Kejang 1 2 3 4 5 - Monitor komplikasi
Pucat 1 2 3 4 5 hipertermi
Keterangan : Terapeutik
Mt : meningkat - Sediakan lingkungan
C Mt : cukup meningkat yang dingin
S : sedang - Longgarkan atau
C Mn : cukup menurun lepaskan
Mn : menurun pakaian
- Ganti linen setiap hari
Keriteria hasil Mk C S C Mbk atau
Mk Mbk lebih sering jika

Suhu tubuh 1 2 3 4 5 mengalami

Suhu kulit 1 2 3 4 5 hyperhidrosis(keringat

Tekanan darah 1 2 3 4 5 berlebih)

Keterangan : - Berikan cairan oral

Mk : memburuk
C Mk : cukup memburuk - Berikan kompres hangat
S : sedang dengan campuran irisan
C Mbk : cukup membaik bawang merah
Mbk : membaik Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
Antipiretik
- Kolaborasi pemberian
infus asering 20 tpm
,infus makro
Manajemen kejang
0bservasi
- Monitor terjadinya
kejang berualang
- Monitor karakteristik
kejang
- Monitor tanda – tanda
vital
Terapeutik
- Baringkan pasien agar
tidak jatuh
- Longgarkan pakaiaan ,
terutama dibagian leher
- Jauhkan benda” bahaya
terutama benda kejang
- Berikan oksigen
Edukasi
- Anjurkan kelarga
menghindari
memasukaan apapun
kedalam mulut pada saat
kejang
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antikonvulsan, jika perlu
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x24 Manajemen nutrisi
jam diharapkan masalah keperawatan deficit nutrisi Observasi
dapat membaik dengan kriteria hasil: - Identifikasi status
Status nutrisi nutrisi
Keteria hasil Mn C S C Mt - Identifikasi alergi
Mn Mt makanan
Porsi makanan yang 1 2 3 4 5 - Identifikasi jumlah dan
dihabiskan kebutuhan kalori
Kekuatan otot 1 2 3 4 5 - Monitor asupan
menelan makanan
Nafsu makan 1 2 3 4 5 - Monitot berat badan
Frekuensi makan 1 2 3 4 5 - monitor hasil

Berat badan 1 2 3 4 5 pemeriksaan lab

Keterangan : - Monitor asupan

Mt : meningkat makanan

C Mt : cukup meningkat Terapeutik

S : sedang - Lakukan orak hygiene

C Mn : cukup menurun sebelum mkan jika

Mn : menurun perlu
- berikan makanan tinggi
serat
Edukasi
- anjurkan makan dengan
posisi duduk
- ajarkan diet yang
diprogramkan
kolaborasi
- pemberian medikasi
sebelum makan dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan
pemantauan nutrisi
observasi
- identifikasi faktor yang
mempengaruhi asupan
gizi(mis.
Pengetahuan,ketersediaan
makanan,
agama/kepercayaan,
budaya, menguyah tidak
adekuat,
gangguanmenelan,
penggunaan obat
obatan/pascaoperasi
)
- identifikasi perubahan
berat badan
- identifikasi kemampuan
menelan
- monitor mual muntah
- monitor asupan oral
terapeutik
- timbang berat badan
- ukur antropometrik
komposisi tubuh ( mis.
Indek masa tubuh,
pengukuran
pinggang,dan ukuran
lipatan kulit)
- hitung perubahan berat
badan
- atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
- dokumentasi hasil
pemantauan
edukasi
- jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
3 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 Manajemen cairan
Observasi
jam, diharapkan resiko ketidak seimbangan cairan
- Monitor status
membaik dengan kriteria hasil : hidrasi(akral,nadi)
- Monitor bb harian
Keseimbangan cairan
- monitor bb sesudah dan
Indikator Mn C mn sedang Cmt Mt
sebelum dialysis
Asupan 1 2 3 4 5
- Monitor hasil pemeriksaan
cairan
lab
Haluaran 1 2 3 4 5 Terapeutik
urin
- Catat intake-output dan
Asupan 1 2 3 4 5 hitung balance cairan 24 jam
makanan
- Berikan asupan cairan sesuai
Kelembap 1 2 3 4 5 kebutuhan
an
- berikan cairan intravena
membrane
Kolaborasi
mukosa
- kolaborasi pemberian
diuretic ,jika perlu
Mt : meningkat
C Mt : cukup meningkat
S : sedang
C Mn : cukup menurun
Mn : menurun
Indikator Mt C mt sedang Cmn Mn
Edema 1 2 3 4 5
Dehidrasi 1 2 3 4 5
Asites 1 2 3 4 5
Konfussi 1 2 3 4 5
Mt : meningkat
C Mt : cukup meningkat
S : sedang
C Mn : cukup menurun
Mn : menurun
Indikator Mb C mb sedang Cmb Mbk
k
TD 1 2 3 4 5
Denyut 1 2 3 4 5
nadi radial
Membran 1 2 3 4 5
e mukosa
Turgor 1 2 3 4 5
kulit
Berat 1 2 3 4 5
badan
Mata 1 2 3 4 5
cekung
Tekanan 1 2 3 4 5
arteri
Mb : membutuk
C Mb : cukup memburuk
S : sedang
C mbk : cukup
membaik
Mbk : membaik
4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 Reduksi ansietas
jam diharapkan, masalah ansietas teratasi dengan Observasi

kreteria hasil : - Identifikasi saat

Tingkat ansietas tingkat ansietas


indikator mt C mt sedang C mn mn berubah
Perilaku 1 2 3 4 5
- Identifikasi
gelisah
Tegang 1 2 3 4 5 kemampuan
Tekanan 1 2 3 4 5 mengambil keputusan
darah
- Monitor tanda tanda
Pucat 1 2 3 4 5
Tremor 1 2 3 4 5 ansietas(verbal &
pusing 1 2 3 4 5 nonverbal)
Anoreksia 1 2 3 4 5
Terapeutik
Frekuensi 1 2 3 4 5
napas - Ciptakan suasana
Frekuensi 1 2 3 4 5 terapeutik untuk
nadi
Palpitasi 1 2 3 4 5 menumbuhkan
Verbalisasi 1 2 3 4 5 kepercayaan
kebingung - Temani pasien untuk
an
Verbalisasi 1 2 3 4 5 mengurangi
khwatir kecemasan
Keterangan : - Pahami situasi yang
Mt : meningkat membuat ansietas

C Mt : cukup meningkat - Dengarkan dengan

S : sedang penuh perhatian

C Mn : cukup menurun Mn : menurun - Gunakan pendekatan


tentang keyakinan
Indikator Mk C mk sedang C Mbk
- Motivasi
mbk
Konsentras 1 2 3 4 5 mengidentifikasi
i situasi yang
Pola tidur 1 2 3 4 5
memberikan
Kontak 1 2 3 4 5
mata kenyamanan
Perasaan 1 2 3 4 5 Edukasi
ketidakber
dayaan - Jelaskan prosedur
Pola 1 2 3 4 5 termasuk sensasi yang
berkemih memungkin dialami
orientasi 1 2 3 4 5
- Informasikan secara
Mk: memburuk factual mengenai
C Mk : cukup memburuk diagnosis, pengobatan
S : sedang danprognosis

C Mbk : cukup membaik Mbk : membaik - Anjurkan keluarga


untuk tetap bersama
pasien
- Anjurkan
pengungkapan
perasaan dan persepsi
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
obatansietas,jika
perlu
J. IMPELMENTASI
Setelah rencana tindakan keperawatan di susun maka untuk selanjutnya adalah
pengolahan data dan kemudian pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan
rencana yang telah di susun tersebut. Dalam pelakasaan implementasi maka
perawat dapat melakukan obesrvasi atau dapat mendiskusikan dengan klien atau
keluarga tentang tindakan yang akan di lakukan.
K. EVALUASI
Evaluasi adalah langkah terakir dalam asuhan keperawatan, evaluasi dilakuakan
dengan pendekatan SOAP ( data subjektif, data objektif, analisa, planning ).
Dalam evaluasi ini dapat ditentukan sejauh mana keberhasilan rencana tindakan
keperawatan yang harus dimodifikasi.

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Nama Pengkaji : Shezha Nurhaliza
Tanggal Masuk RS : Minggu,19 Juni 2022 pukul 17.00 WIB
Tanggal Pengkajian : Senin, 20 Juni 2022 pukul 17.30 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Melati
Sumber Data : Rekam Medik, Anamnesa Pasien dan Keluarganya

1. RIWAYAT KESEHATAN
A. Identitas Klien
Nama : An. A
Alamat : Adikarto,02/01 Sruweng Kebumen
Tempat tanggal lahir / usia : Kebumen, 02 Januari 2016/ 6 Tahun 5 bulan
Suku : Jawa
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Diagnosa medis : Febris
B. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn.I
Alamat : Adikarto,02/01,Sruweng, Kebumen
Usia : 44 tahun
Pekerjaan : Perangkat desa
Hubungan dengan klien : Ayah kandung
C. Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan pasien mengalami demam sejak 3 hari lalu
D. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada hari minggu, 19 juni pukul 14.40. Ibu pasien
mengatakan anaknya pusing ,lemas dan sudah mengalami demam sejak 3 hari lalu , ibu pasien
langsung membawa anaknya ke RSUD Dr.Soedirman Kebumen. Ibu pasien mengatakan 2
tahun lalu pasien pernah mengalami demam tinggi. Hasil pemeriksaan didapatkan data RR:
24 x/menit, N: 106x/menit, Suhu: 37°C, SpO2: 97%. BB saat ini: 26,6 Kg.

E. Riwayat kelahiran
1) Kelahiran
a. Usia kehamilan : 39 minggu
b. Persalinan : Spontan
c. Menangis : ya
d. Berat badan : - , panjang badan :-
e. Riwayat kuning: tidak
2) Penyakit, operasi, atau cedera sebelumnya
a. Pernah dirawat : Ya, 2 tahun lalu
b. Riwayat penyakit mayor pada anggota keluarga lain atau dikomunitas : tidak
c. Respon emosi pada hospitalisasi sebelumnya :
● Pemahaman Keluarga Tentang Sakit dan Rawat Inap
Ibu membawa anaknya ke RS Saat An. A sakit ibu langsung
membawanya ke RS. Orang tua nampak cemas dan khawatir dengan
kondisi anaknya. Ibu pasien yang menemani atau tinggal dengan pasien
pada saat anak dirawat
● Pemahaman Anak Tentang Sakit Dan Rawat Inap
Anak belum mampu paham hanya saja ibu mengatakan An.A saat
melihat perawat anaknya tenang dan tidak menangis
d. Kejadian dan sifat cedera. : -
3) Alergi
a. Reaksi tak umum terhadap makanan, obat, binatang, tanaman, atau produk
rumah tangga : -
4) Genogram

Ket :
: Menikah : Laki-laki

: Pasien : Perempuan

: Garis keturunan : Tinggal satu rumah


5) Riwayat Imunisasi
N Jenis Usia
o
Imunisasi pemberian
1 Hepatitis 3 jam pasca
Lahir,1 bulan, 4 bulan
2 DPT 2, 4, 6, 18
Bulan, 5 tahun
4 Polio 2, 4, 6, 18
(I,II,III,IV, Bulan,5 tahun
V)

5 Campak 19 bulan
6 BCG 0 bulan
a. Kekambuhan reaksi :-
6) Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Berat Badan :26,6 kg Tinggi Badan/Panjang Badan : 110cm
b. Standar Indeks Massa Tubuh menurut umur
Umur -3SD -2SD -1SD MEDIAN 1SD 2SD 3SD
Tahun Bulan
6 5 11.7 12.7 13.9 15.3 17.1 18.1 22.6

c. Pemeriksaan perkembangan
Klien termasuk tahapan perkembangan kognitif dan dpat menyampaikan apa
yang dipikirkannya melalui kata-kata yang mudah dipahami.
F. Pola Fungsional Gordon
1. Pola Persepsi-Managemen Kesehatan
Ibu Pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit, dibawa ke puskesmas atau RS
terdekat
2. Pola Nutrisi-Metabolik
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya makan 3x sehari , munum 8 gelas sehari,
Ibu Pasien mengatakan saat sakit anaknya kurang nafsu makan dan hanya dengan porsi
sedikit dan minum 4x sehari setelah dibawa keRS
3. Pola Eliminasi
Ibu Pasien mengatakan saat sakit BAK 4 x/ hari, warna jernih, BAB 1x berwarna agak
kuning kecoklatan dan berbau
4. Pola Latihan-Aktivitas
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit pasien dapat beraktivitas dengan normal tanpa ada
gangguan sesak napas, nyeri atau yang lainnya,
Ibu Pasien mengatakan saat sakit pasien dalam aktivitas sedikit terganggu karena demam
naik turun yang dialaminya
5. Pola Kognitif Perseptual
Pasien sudah mengenal orang orang disekitarnya
6. Pola Istirahat-Tidur
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya tidur pukul 9 malam dan tidur siang sekitar
3 jam,
Ibu Pasien mengatakan saat sakit pasien An. A jam tidurnya berkurang
7. Pola Konsep Diri-Persepsi Diri
ibu pasien mengatakan pasien sudah ingin cepat pulang
8. Pola Peran dan Hubungan
Ibu Pasien mengatkan, An. A merupakan anak ketiga mereka.
9. Pola Reproduksi / Seksual
-
10. Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stres)
Pasien mengatakan jika tidak enak badan akan melaporkan kepada ibunya
11. Pola Keyakinan dan Nilai
Ibu Pasien mengatakan satu keluarga beragama islam
G. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : compos mentis
2. Antopometri
a. BB : 26,6 kg
b. TB : 110 cm
c. Lingkar Kepala : - cm
d. Lingkar Dada : - cm
3. TTV
a. S : 37oC.
b. TD: -
c. N: 106x/menit
d. RR :24x/menit
e. SPO2: 97%
4. Kulit
Warna kulit : kuning langsat
Turgor kulit : 1 detik
5. Nodus limfe : normal, tidak ada pembesaran atau benjolan nodus limfe
6. Struktur aksesori : rambut bewarna hitam panjang lebat

7. Kepala

Inspeksi : bentuk bulat, kulit kepala bersih, rambut bersih.


Palpasi : Tidak ada benjolan ataupun massa di kepala

8. Leher : normal tidak ada benjolan dan nyeri tekan


9. Mata

Inspeksi : Kedua mata sejajar, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

Palpasi : Kelopak mata teraba lunak.


10. Telinga : Bentuk simetris antara telinga kanan dan kiri, tidak keluar cairan, tidak ada
sumbatan
11. Hidung : Bentuk simetris, tidak terdapat pernapasan cuping hidung, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada lesi, tidak ada polip
12. Mulut : Bibir tampak pucat, mukosa kering, tidak terdapat lesi
13. Dada
a. Paru-paru
Inspeksi : Terlihat ekspansi dada simetris
Palpasi : Ekspansi dada/paru simetris, taktil fremitus simetris
Perkusi : Bunyi sonor
Auskultasi : Suara paru vesikular
b. Jantung
Inspeksi : Tidak tampak adanya ictus cordis
Palpasi : Ictus cordis berada di intracosta
Perkusi : Suara pekak
Auskultasi : Bunyi lup dup ,tidak ada bunyi tambahan.
14. Abdomen
Inspeksi : Bentuk perut cembung, tidak ada lesi
Auskultasi : Frekuensi suara bising 20 x/menit

Palpasi : tidak ada hernia inguinalis.


Perkusi : Suara perut timpani
15. Genetalia : Jenis kelamin perempuan
16. Ekstremitas
Atas : Tangan kanan terpasang infus, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan
Bawah : Tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan. Kuku pada jari kaki terlihat bersih
H. Skrining Nyeri

Tidak ada rasa nyeri


I. Skrining Gizi

Tinggi badan : 110 cm

Berat badan : 26,6 kg


Skrining Gizi Anak Usia 1 bulan – 18 tahun ( modifikasi strong-kids)

No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah pasien memilik status Tidak (1) Ya (0)
nutrisi kurang atau buruk secara
klinis?
( anak kurus/sangat kurus, mata
cekung, wajah tampak tua,
edema, rambut tipis dan jarang,
otot lengan dan paha tipis, iga
gambang, perut kempes, bokong
tipis, dan kisut)
2 Apakah terdapat penurunan Tidak (1) Ya (0)
berat badan selama 1 bulan
terakhir ?
Atau
Untuk bayi<1 tahun berat badan
tidak naik selama 3 bulan
terakhir?
Jika pasien menjawab tidak
tahu,dianggap jawaban “ya”
3 Apakah terdapat SALAH SATU TIDAK(1) YA(0)
dari kondisi berikut ?
 Diare profuse (>5x/hari)
dan atau muntah
).3x/hari)
 Asupan makan
berkurang selama
1
minggu terakhir
4 Apakah terdapat penyakit dasar TIDAK(1) YA(0)
atau keadaan yang
mengakibatkan pasien beresiko
mengalami malnutrisi (lihat
tabel di bawah) ?

Total skor 0(tanp


a
resiko
)
1. Status Fungsional
PENGKAJIAN RISIKO JATUH ANAK (SKALA
HUMPTY DUMPTY)

Nilai
Parameter Kriteria Skor Skor

Dibawah 3
Umur tahun 4 3

3-7 tahun 3
7-13 tahun 2
>13tahun 1
Jenis kelamin Laki-laki 2 1

Perempuan 1
Diagnosis Gangguan Neurologis 4

Perubahan dalam oksigenisasi (masalah saluran nafas,


dehidrasi, anemia, anorexia, sinkop, sakit kepala dll) 3 2

Kelainan psikis/ perilaku 2


Diagnosis
lain 1
Gangguan
kognitif Tidak sadar terhadap keterbatasan 3 1
Lupa
keterbatasan 2
Mengetahui kemampuan diri 1
Faktor
lingkungan Riwayat jatuh dari tempat tidur saat bayi/ anak 4
Pasien menggunakan alat bantu atau box/ mebel 3
Pasien berada di tempat tidur 2 2

Pasien diluar ruang rawat 1


Dalam 24
Respon terhadap jam 3
Dalam 48
operasi/’ obat jam 2
1
penenang/efek >48 jam 1
Anasthesi

Penggunaan obat: sedative (kecuali pasien ICU, yang


menggunakan sedasi
Penggunaan obat dan paralisis) hipnotik, barbiturat, fenotialin, 3
antidepresan, laksatif/
diuretika,
narkotik

Salah satu dari pengobatan diatas 2


Pengobatan 1
lain 1
11
(risiko
jatuh
Total rendah
)

Skor: 7-11- Risiko jatuh rendah; ≥12 – Risiko jatuh tinggi


Terapi Medis
- LVFD RL 20 tpm
- Inf pamol 3x250 cc
- inj ondansetrone 2x 2mg
- inj ceftriaxone 2x650mg
- Pamol sirup 3x250 oral

Nama Kegunaan
LVFD RL Sebagai sumber elektrolit
Paracetamol Untuk meredakan nyeri ringan hingga
sedang,sakit kepala,demam
Ceftriaxone Sebagai antibiotic
Ondansetrone Mengobati dan mencegah mual dan muntah

J. Hasil Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Laboratorium 13 Juni 2022 07.09 wib
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal

Urin lengkap 13.2 gr/dl anak : 12-14g/dl

Warna 9.3 rb/ul 4.5-13.5

Kejernihan 39% (L) 33-45

Glukosa urine 5.0rb/ul 3.80-5.80

Bilirubin urine 484 rb/ul 181-521

Keton 5.90% (L) 1-5

Berat jenis 0.20% 0-1

Darah 68.50% 50-70

Ph/keasaman 18.80 %(L) 0.2-1

Protein urine Negatif Negatif

Urobilinogen Pos(2+) Negatif

Nitrit urine 0-3lpb 0-1

Leukosit esterase

Leukosit 10-15/lpb 0-5

Epitel squamous 2-4 Neg /pos

Epitel tubulus Negatif Negatif

Epitel transisional Negatif Negatif


Kristal Negatif

Silinder Negatif Negatif

Bakteri urine Negatif Negatif

A. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1 DS : Hipertermi Proses penyakit
- ibu pasien mengatakan suhu tubuh (mis, infeksi)
klien tinggi
- ibu klien mengatakan anaknya
demam sejak 3 hari lalu
- ibu pasien mengatakan suhu
tubuh pasien naik turun

DO :
Suhu : 37,8 C
RR : 24x/mnt
- Kulit klien terasa hangat
- Kulit klien tampak memerah
2. DS : Intoleransi Terjadinya
- Ibu klien mengatakan badan aktivitas kelemahan
anaknya lemas
- ibu klien mengatakan anaknya
hanya berbaring ditempat tidur dan
aktifitasnya di bantu olehnya

DO :
- Badan klien tampak lemas
- Dalam melakukan hal pasien di bantu

B. PRIORITAS DIAGNOSA
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (mis. Infeksi)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan terjadinya kelemahan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO KRITERIA HASIL INTERVENSI TTD&


DP NAMA
1. Setelah di lakukan intervensi Manajemen hipertermi
keperawatan 2x24 jam, di harapkan Tindakan Observasi
termoregulasi membaik dengan - Identifikasi penyebab
kriteria hasil : hipertermi
- Suhu tubuh dapat membaik - Monitor suhu tubuh
- Suhu kulit dapat membaik - Monitor haluaran urine
- Sakit kepala dapat membaik - Monitor komplikasi
- Pucat dapat membaik hipertermi bila ada kejanng
- Kulit merah dapat Terapeutik
membaik - Sediakan lingkungan yang
dingin
- Longgarkan atau lepaskan
pakaian
- Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis(keringat
berlebih)
- Berikan cairan oral
- Berikan kompres hangat
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan dan eletrolit
iv,jika perlu
2. Setelah dilakukan tindakan Manajemen energy
keperawatan selama 2 x24 jam Observasi
intoleransi aktiftas meningkat - Identifikasi gangguan
dengan kiteria hasil : fungsi tubuh yang
- kemudahan dalam aktifitas mengakibatkan
sehrai-hari meningkat kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan
- keluhan lelah menurun
- perasaan lemah menurun emosional
- Monitor pola jam tidur
- Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan
Terapeutik :
- Sediakan lingkungan yang
nyaman dan rendah
stimulus
- Lakukan rentang gerak
pasif dan aktif
- Berikan aktifitas distraksi
yang menenangkan Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktifitas secara bertahap
Kolaborasi :
- Kolaborasi gizi tentang
cara meningkatkan asupan
makanan.
D. IMPELMENTASI KEPERAWATAN

TGL/JAM NO IMPLEMENTASI RESPON TTD


DP
Minggu 19 juni I,II - Monitor keluhan - Pasien Shezha
2022 umum mengatakan
18.00 - Memonitor suhu tubu pusing kepala
dan TTV klien
N : 90 x/mnt
RR: 20x/mnt
S : 37,8 C,
spo2 :97%
- Pasien
- Pemberian inj
20.00 bersedia
ceftriaxone 650mg diberi obat
dan sedang
istirahat

- Pasien
- Pemberian obat sedang tidur
24.00
injeksi ondansetron dan bersedia
2mg dan inf diberi obt
parcetamol 250mg
Senin 20 juli - Monitor suhu tubuh - Suhu: 37,8ºc
2022 - Monitor keluhan N:103x,RR:2
06.00 umum 2x, spo2:96%
- Ibu pasien
mengatakan
demam
pasien naik
turun dan
- Monitor lokasi dan masih pusing
ketidaknyamanan dan lemas
saat beraktivitas - Pasien
mengatakan
lemas, mual
dan
pusing ,saat
- Anjurkan tirah baring duduk
maupun
berdiri
- Pasien
08.00 - Pemberian obat inj mengerti apa
ondan 2mg, yang
ceftriaxsoe dianjurkan
560mg,inf - Pasien
paracetamol 250 mg bersedia
- Mengganti cairan diberi obat
09.00 infus RL 20tpm

- Anjurkan melakukan - pasien


kompres hangat saat sedang
demam istirahat
- Ibu pasien
tampak
mengerti apa
yang
dianjurkan
- Monitor ttv
12.00 - S:36,7,
N:106x/mnt,s
po2:97%,
- Pemberian inf pamol
16.00 rr:24x/mnt
250 mg
- Pasien
bersedia
- Monitor ttv
17.00 diberi obat
- S: 37,3ºc,n:
100x/m,RR
24x/mnt,
- Mengganti cairan
20.00 spo2:95%
infus RL 20tpm
- Pasien
- Pemberian injeksi
sedang
ceftriaxone dan
ondansetrone istirahat
- Pasien
bersedia
diberi obat
Selasa, 21 juli - Monitor ttv
2022
06.00 - S: 36,8ºc,
RR:24X,N:1
- monitor keluhan 09x/mnt,spo2
umum :97%
- Ibu pasien
mengatakan
demamnya
masih naik
turun
dimalam hari
dan pusing
- Pemberian obat sudah
08.00 injeksi ceftriaxone berkurang
560 mg,injeksi - Pasien
ondansetrine 2mg bersedia
dan infus pamol 250 diberi obat
mg
E. EVALUASI KEPERAWATAN

TGL/JAM NO SOAP TTD%


DP NAMA
Minggu, 19 juni I,II S: Shezha
2022 - Ibu pasien pasien mengatakan demam pasien
naik turun
- Pasien mengatakan merasa pusing

O:
- Suhu kulit dan tubuh teram ba hangat
- Wajah tampak pucat
- Kulit tampak merah
- Monitor tanda – tanda vital
N : 90 x/mnt RR: 20x/mnt S : 37,8 C
Spo2:97%
A: Masalah hipertermia belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Monitor suhu tubuh
- Monitor keluhan umum
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan kompres hangat
ketika demam
- Sediakan lingkungan yang
dingin
- Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas

Senin,20 juni I,II S:


2022
- Ibu pasien mengatakan demam pasien masih
naik turun
- Pasien mengatakan merasa pusing
- Pasien mengatakan merasa lemas

O:
- Suhu kulit dan tubuh teraba hangat
- Wajah tampak pucat
- Pasien tampak berbaring ditempat tidur

- Monitor tanda – tanda vital


S: 37,3ºc,n: 100x/m,RR 24x/mnt,
spo2:95%

A: Masalah hipertermia dan


intoleransi aktivitas belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Monitor suhu tubuh
- Monitor keluhan umum
- Sediakan lingkungan yang
dingin

Selasa 21 juli I,II


2022
S:
- Ibu pasien mengatakan demam pasien sudah
turun
- Pasien mengatakan sudah tidak pusing
- Pasien mengatakan sudah tidak lemas

O:
- Suhu kulit dan tubuh teraba hangat
- Pasien tampak berjalan dan duduk disekitar
tempat tidurnya
- S: 36,8ºc,
RR:24X,N:109x/mnt,spo2:97%

A: Masalah hipertermia dan


intoleransi aktivitas belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Arisandi, Yohana dan Andriani, Yofita. 2012. Therapy Herbal Pengobatan


Berbagai Penyakit. Cet 6. Jakarta: Eska Media.
Azmi yahya. (2018) Asuhan keperawatan pada klien an. Q dengan febris di ruang
rawat inap anak rsud Dr. Achmad mochtar bukittinnggi
Cahyaningrum, E. D., & Putri, D. (2017). Perbedaan Suhu Tubuh Anak Demam Sebelum
dan Setelah Kompres Bawang Merah. MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu- Ilmu Kesehatan.
Vol. 5, No. 2, Hal. 66-74. ISSN: 2621-2366.
Dinas Kesehatan Kota Padang, 2016 Peningkatan Kasus febris
Dinas Kesehatan sumbar, 2016 data jumlah peningkatan febris
Dzulfaijah, N. E. (2017, Desember). Combination Of Cold Pack, Water Spray, And
Fan Cooling On Body Temperature Reduction And Level Of Succes To Reach Normal
Temperature In Critically III Patients With Hypertermia. Belitung Nursing Journal,
3(6), 757-764. ISSN: 2477-4073
Etika Dewi Cahyaningrum, Anies, Hari Peni Julianti, 2014. Perbedaan kompres hangat
dan kompres bawang merah terhadap penurunan suhu tubuh anak dengan demam
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2012.Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Edisi
Pertama. Jakarta: Salemba Medika.
Hayuni F. A (2019). efektifitas pemberian kompres bawang merah terhadap penurunan
suhu tubuh pada anak usia >13 tahun di puskesmas gilingan. Jurnal diii keperawatan.
Julianti, Anies, H (2014). Perbedaankompres hangat dan kompres bawang merah
terhadap penurunan suhu tubuh anak dengan demam

Anda mungkin juga menyukai