Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN An. “V” DENGAN DIAGNOSA FEBRIS


DI RUANGAN BAJI ADA RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

OLEH :

NAMA : ASRARA MUFFIDA


NIM : 19193085

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU

KESEHATAN (STIKES) GUNUNG SARI MAKASSAR

2019
LAPORAN PENDAHULUAN
FEBRIS

A. DEFINISI
Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati batas normal
yaitu lebih dari 380C (Fadjari Dalam Nakita 2003).
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh
kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi(Guyton, 1990).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38° C atau
lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C. Sedangkan bila suhu
tubuh lebih dari 40°C disebut demam tinggi (hiperpireksia) (Julia, 2000).
B. ETIOLOGI
Menurut Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal 2000 bahwa etiologi
febris,diantaranya
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi.
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik
maupun penyakit lain (Julia, 2000).
Menurut Guyton (2000) demam dapat disebabkan karena kelainan dalam
otak sendiri atau zat toksik yang mem-pengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-
penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
C. KLASIFIKASI FEBRIS
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :

Fever Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses


patologis

Hyperthermia Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada


makhluk hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh,
seringnya karena induksi dari radiasi (gelombang panas,
infrared), ultrasound atau obat – obatan

Malignant Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang


Hyperthermia menyertai kekakuan otot karena anestesi total

Tipe - tipe demam.diantaranya:


1. Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang
normal dinamakan juga demam hektik
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat
dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana
4. Demam intermiten
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu
misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan
demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jela seperti :
abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali
tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas.
Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami,
pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau
penyakit virus sejenis lainnya.

D. PATOFISIOLOGI

Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat pengatur


suhu dan bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang sudah
ditentukan, yang disebut hypothalamus thermal set point. Pada demam hypothalamic
thermal set point meningkat dan mekanisme pengaturan suhu yang utuh bekerja
meningkatkan suhu tubuh ke suhu tertentu yang baru.
Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat pirogen dari dalam lekosit
yang sebelumnya telah terangsang baik oleh zat pirogen eksogen yang dapat berasal
dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak
berdasarkan suatu infeksi Pirogen eksogen ini juga dapat karena obat-obatan dan
hormonal, misalnya progesterone.
Secara skematis mekanisme terjadinya febris atau demam dapat digambarkan
sebagai berikut :
Stimulus eksogen (endotoksin, staphylococcal erythoxin dan virus) à menginduksi
sel darah putih untuk produksi pirogen endogen àyang paling banyak keluar IL-1
dan TNF-a, selain itu ada IL-6 dan IFN à bekerja pada sistem saraf pusat di level
organosum vasculosum pada lamina terminalis (OVLT) à OVLT dikelilingi oleh
porsio medial dam lateral pada pre-optic nucleus, hipotalamus anterior dan septum
pallusolum
Mekanisme sirkulasi sitokin di sirkulasi sistemik berdampak pada jaringan
neural masih belum jelas. hipotesanya adanya kebocoran di sawar darah otak di level
OVLT menyediakan sistem saraf pusat untuk merasakan adanya pirogen endogen.
Mekanisme pencetus tambahan termasuk transport aktif sitokin ke dalam OVLT atau
aktivasi reseptor sitokin di sel endotel di neural vasculature, yang mentranduksi
sinyal ke otak.
OVLT mensintesa prostaglandin, khususnya prostaglandin E2, yang
merespons pirogen endogen. PG E2 bekerja secara langsung ke sel pre-optic nucleus
untuk menurunkan rata pemanasan pada neuron yang sensitif pada hangat dan ini
salah satu cara menurunkan produksi pada arachidonic acid pathway. Kejadian yang
lebih luas pada cyclooxygenase-2 (COX-2) di neural vasculature yang penting pada
formasi febris. Induksi pada respons febris oleh lipopolisakarida, TNF-a dan IL-
1b yang menghasilkan kenaikan COX-2 mRNA pada cerebral vasculature pada
beberapa model eksperimental febris.
Peningkatan suhu dikenal untuk menginduksi perubahan pada banyak sel
efektor pada respons imun. Demam menginduksi terjadinya respons syok panas.
Pada respons syok panas terjadi reaksi kompleks pada demam, untuk sitokin atau
beberapa stimulus lain. Hasil akhir dari reaski ini adalah produksi heat shock protein
(HSPs), sebuah kelas protein krusial untuk penyelamatan seluler.
Sitokin proinflamotori à masuk ke sirkulasi hipotalamik à stimulasi
pengeluaran PG lokal, resetting set point termal hipotalamik àsitokin proinflamatori
vs kontrainflamatori (misalya seperti IL-10 dan substansi lain seperti arginin
vasopresin, MSH, glukokortikoid) àmembatasi besar dan lamanya demam.
PATHWAY

E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala febris, yaitu :
 Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
 Peningkatan suhu tubuh
 Pengeluaran keringat berlebih
 Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah
 Kulit terasa hangat / panas
 Peningkatan nadi
 Dehidrasi
 Kelemahan
 Kehilangan nafsu makan ( jika demam meningkat)
 Kulit tampak merah dan hangat

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk digunakan
seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba darah,
pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap
melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti
anginografi, aortografi atau limfangiografi.

G. PENATALAKSANAAN FEBRIS
1. Secara Fisik
a. Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
b. Pakaian anak diusahakan tidak tebal
c. Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
d. Memberikan kompres
Berikut ini cara mengkompres yang benar :
 Kompres dengan menggunakan air hangat, bukan air dingin atau es
 Kompres di bagian perut, dada dengan menggunakan sapu tangan yang
telah dibasahi air hangat
 Gosok-gosokkan sapu tangan di bagian perut dan dada
 Bila sapu tangan sudah kering, ulangi lagi dengan membasahinya dengan
air hangat
2. Obat- obat Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur
suhu di hipotalamus.Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point
hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah
memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada
lagi.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan
demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan
kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada
anak yang berisiko kejang demam.

H. KOMPLIKASI FEBRIS
Menurut Corwin (2000),komplikasi febris diantaranya:
1. Takikardi
2. Dehidrasi
3. Hiperplasia
4. Kejang demam
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Melakukan anamnese riwayat penyakit meliputi: sejak kapan timbul demam, gejala
lain yang menyertai demam (miasalnya: mual muntah, nafsu makan, diaforesis,
eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah anak menggigil, gelisah atau lhetargi,
upaya yang harus dilakukan.
2. Melakukan pemeriksaan fisik.
3. Melakukan pemeriksaan ensepalokaudal: keadaan umum, vital sign.
4. Melakukan pemeriksaan penunjang lain seperti: pemeriksaan laboratotium, foto
rontgent ataupun USG.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi.
2. Resiko injuri berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
3. Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaporsis.
4. Cemas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyak
5. gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi behubungan denga intake yang tidak
adekuat

C. INTERVENSI
N Diagnosa Rencana Keperawatan
o. Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
(NOC) (NIC)
1 Hypertermi Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau suhu klien (derajat dan pola)
b/d proses keperawatan selama….x 24 perhatikan menggigil/diaforsis
infeksi jam menujukan temperatur 2. Pantau suhu lingkungan,
dalan batas normal dengan batasi/tambahkan linen tempat tidur
kriteria: sesuai indikasi
1. Bebas dari kedinginan 3. Berikan kompres hangat hindari
2. Suhu tubuh stabil penggunaan akohol
36-37 C 4. Berikan miman sesuai kebutuhan
5. Kolaborasi untuk pemberian
antipiretik
2 gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pola tidur pasien
pola istirahat keperawatan selama ...... 24 2. Kaji faktor yang menyebabkan
tidur b/d jam pasien dapat tidur gangguan pola tidur
peningkatan dengan nyenyak. 3. Berikan lingkungan yang tenag dan
suhu tubuh nyaman
KH :
4. Batasi pengunjung selama periode
-Pasien dapat tidur istirahat
5. Berikan kompres air hangat

3 Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Ukur/catat haluaran urine dan berat


kurang perawatan selama ….x 24 jenis. Catat ketidak seimbangan
volume jam volume cairn adekuat masukan dan haluran kumulatif
cairan b/d dengan kriteria: 2. Pantau tekanan darah dan denyut
intake yang 1. tanda vital dalam batas jantung ukur CVP
kurang normal 3. Palpasi denyut perifer
2. nadi perifer teraba kuat 4. Kaji membran mukosa kering, tugor
3. tidak ada tanda-tanda kulit yang kurang baik dan rasa halus
dehidrasi 5. Kolaborasi untuk pemberian cairan IV
sesuai indikasi
6. Pantau nilai laboratorium, Ht/jumlah
sel darah merah, BUN,cre, Elek,LED,
GDS
4 Cemas Setelah dilakukan tindakan 1. 1Kaji dan identifikasi serta luruskan
berhubungan perawatan selama 2 x 24 informasi yang dimiliki klien
dengan jam cemas hilang dengan mengenai hipertermi
hipertermi, kriteria: 2. Berikan informasi yang akurat tentang
efek proses 1. Klien dapat penyebab hipertermi
penyakit mengidentifikasi hal-hal 3. Validasi perasaan klien dan yakinkan
yang dapat klien bahwa kecemasam merupakan
meningkatkan dan respon yang normal
menurunkan suhu tubuh 4. Diskusikan rencana tindakan yang
2. klien mau berpartisipasi dilakukan berhubungan dengan
dalam setiap tidakan hipertermi dan keadaan penyakit
yang dilakukan
3. klien mengungkapkan
penurunan cemas yang
berhubungan dengan
hipertermi, proses
penyakit

5. gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Bina hubungan teraupetik


pemenuhan perawatan selama 2 x 24 2. Beri pengetahuan tentang pentignya
kebutuhan jam kebutuhan nutrisi nutrisi
nutrisi pasien terpenuhi 3. Beri makanan yang bervariasi dan
behubungan KH : bergizi
denga - Pasien dapat 4. Beri makanan yang hangat
intake yang menghabiskan porsi 5. Berikan porsi sedikit tapi sering
tidak makananya 6. Kolaborasi dengan ahli gizi
adekuat
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiah,Editor Setiawan S, Kep.(2005). Buku keperawatan anak sakit.


Jakarta:EGC.
Hidayat,A. A.(2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Nanda. (2005). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta:Prima Medika.
Suriadi dan Yuliani, R.(2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta:
CV. Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai