Defenisi
CAD adalah penyakit pada arteri koroner dimana terjadi penyempitan atau sumbatan
pada liang arteri koroner oleh karena proses atherosklerosis. Pada proses
artherosklerosis terjadi perlemakan pada dinding arteri koroner yang sudah terjadi
sejak usia muda sampai usia lanjut. Proses ini umumnya normal pada setiap orang.
Terjadinya infark dapat disebabkan beberapa faktor resiko, hal ini tergantung dari
individu.
Sirkulasi Koronaria
Dua arteri koronaria yang melayani miocardium muncul dari sinus katup aorta pada
pangkal aorta. Sirkulasi koroner ini terdiri dari arteri koronaria kanan dan arteri
koronaria kiri. Arteri koronaria kiri mempunyai dua cabang besar, arteria desendens
anterior kiri dan arteria sirkumfleksa kiri. Arteria-arteria ini berjalan
melingkari jantung dalam dua celah anatomi eksterna : suklus atrioventrikularis,
yang melingkari jantung di antara atrium dan ventrikel, dan suklus interventrikularis
yang memisahkan kedua ventrikel.
Efisiensi jantung sebagai pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenasi otot jantung.
Sirkulasi koroner meliput seluruh permukaan jantung, membawa oksigen dan nutrisi
ke miokardium melalui cabang-cabang intramiokardial yang kecil-kecil. Untuk dapat
mengetahui akibat-akibat dari penyakit jantung koroner, maka kita harus mengenal
terlebih dahulu distribusi arteria koronaria ke otot jantung dan sistem penghantar.
Morbiditas dan dan mortalitas pada infark miokardia tergantung pada derajat
gangguan fungsi yang ditimbulkannya, baik mekanis maupun elektris.
Faktor Resiko :
Faktor yang bisa menjadi pencetus CAD terbagi menjadi 2 faktor resiko yaitu :
Mayor: • Usia
• Jenis kelamin
• Peningkatan lipid serum • Riwayat keluarga
• Hipertensi • Ras
• Merokok
• Gangguan toleransi glukosa
• Diet tinggi lemak jenuh, kelesterol
dan kalori
Minor:
Etiologi
Terdapat empat faktor resiko biologis yang tak dapat diubah, yaitu: usia, jenis
kelamin, ras dan riwayat keluarga. Kerentanan terhadap aterosklerosis koroner
meningkat dengan bertambahnya usia. Penyakit yang serius jarang terjadi sebelum
usia 40 tahun. Wanita tampaknya relative kebal terhadap penyakit ini sampai setelah
menopause, dan kemudian menjadi sama rentannya seperti pria. Efek perlindungan
estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia sebelum
menopause. Orang Amerika-Afrika lebih rentan terhadap aterosklerosis daripada
orang kulit putih. Akhirnya, riwayat keluarga yang positif terhadap penyakit jantung
koroner (yaitu, saudara atau orang tua yang menderita penyakit ini sebelum usia 50
tahun) meningkatkan kemungkinan timbulnya aterosklerosis premature.
Faktor-faktor resiko tambahan lainnya masih dapat diubah, sehingga berpotensi dapat
memperlambat proses aterogenik. Faktor-faktor resiko mayor adalah:
1. Hiperlipidemia
Lipid plasma adalah kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas berasal
dari oksigen, dari makanan dan endogen dari sintesis lemak.kolesterol dan trigriserida
adalah dua jenis lipid yang relatif mempunyai makna klinis yang penting sehubungan
dengan asteriogenesis. Lipid tidak larut dalam plasma tetapi terikat pada protein
sebagai mekamisme transport dalam serum. Peningkatan kolesterol dihubungkan
dengan meningkatnya resikoterhadap koronaria sementara kadar kolesterol HDL yang
meningkat tampaknya berperan sebagai faktor pelindung terhadap penyakit arteri
koronaria.
2. Hipertensi
Tekanan darah tinggi adalah faktor resiko yang paling membahayakan karena
biasanya tidak menunjukan gejalasampai kondisi telah menjadi lanjut/ kronis.
Tekanan darah tinggi menyebabkan meningkatnya gradien tekanan yang harus
dilawan oleh ventrikel kiri saat memompa darah. Tekanan tinggi yang tidak terkontrol
dapat menyebabkan kebutuhan oksigen jantung meningkat.
3. Merokok
Resiko meroko tergantung pada jumlah roko yang digunakan perhari, bukan pada
lamanya seseorang merokok. Seseorang yang meroko lebih dari sebungkus sehari,
beresiko mengalami kesehatan khususnya gangguan jantu 2 kali lebih besar daripada
mereka yang tidakmerokok. Merokok berperan dalam memperburuk kondisi penyakit
arteri koroner melalui 3 cara meliputi:
• Menghirup asam akan meningkatkan kadar karbonn monoksida (CO) darah. Hemoglobin,
komponen darah yang mengangkut oksigen lebih mudah terikat pada karbon monoksida
daripada oksigen. Hal ini menyebabkan oksigen yang disuplai ke jantung menjadi sangat
berlebih, sehingga jantung bekerja lebih berat untuk menghasilkan energi yang sama
besarnya.
• Asam nikotinat pada tembakau memicu pelepasan katekolamin, yang menyebabkan
kontriksi.
• Merokok, meningkatkan adhesi trombositmengakibatkan pembentukan thrombus
4. Diabetes Militus
Patofisiologi
Pada keadaan normal terdapat keseimbangan antara aliran darah arteri koronaria
dengan kebutuhan miokard. Pada CAD menunjukkan ketidakseimbangan antar aliran
darah arterial dan kebutuhan miokardium.
Aliran darah arterial yang berkurang hampir selalu disebabkan oleh arteriosklerosis.
Arteriosklerosis menyebabkan penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteria
koronaria sehingga secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah. Bila
lumen menyempit maka resistensi terhadap aliran darah akan meningkat dan
membahayakan aliran darah mokardium. Bila penyakit ini semakin lanjut, maka
penyempitan lumen akan diikuti perubahaan vaskuler yang mengurangi kemampuan
pembuluh untuk melebar.Dengan demikian keseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen genting, mem bahayakan myokardium distal dan daerah lesi. Lesi
yang bermakna secara klinis, yang dapat menyebabkan iskemi dandisfungsi
miokardium biasanya menyumbat lebih dari 75 % lumen pembuluh darah. Langkah
akhir prose patologis yang menimbulkan gangguan klinis dapat terjadi dengan cara
berikut :
Pathway CAD
Tanda dan gejala
Pemeriksaan Diagnostik
• Hb / Ht
• Hitung trombosit, masa perdarahan, masa pembekuan
• Elektrolit
• Analisa Gas Darah (ABGS) : Identifikasi status oksigen, efektifitas fungsi pernapasan,
keseimbangan asam-basa
• Pulse olimetri
• BUN / Kreatinin
• Glukosa
• Amilase
• Enzym
• Chest X Ray
• Elektrokardiografi (EKG)
• Angiografi
Penatalaksanaan
1. Pencegahan Primer
• Penyakit ini secra klinis baru terlihat nyata setelah ada suatu masa laten yang lama
dengan perkembangan penyakit yang tidak bergejala pada awal masa dewasa. Lesi yang
dianggap sebagai prekursor penyakit arterosklerosis ditemukan pada dinding arteri
koroner pada anak-anak dan dewasa muda.
• Tidak ada terapi kuratif untuk penyakit arterosklerosis koroner. Begitu penyakit ini
diketahui secara klinis, maka terapi hanya pal;iatif untuk mengurangi akibat dan
konsekuensi klinis untuk memperlambat perkembangan.
• Konsekuensi penyakit arterosklerosis koroner, dapat sangat berbahaya. Infark miokard
dapat terjadi tanpa atau dengan sedikit peringatan lebih dahulu, insiden kematian
mendadak terjadi sangat tinggi, lebih dari separuh kemtian yang berkaitan dengan infark
miokard terjadi pada jam-jam pertama infark, sebelum pasien dirawat di rumah sakit.
2. Pengobatan
Tujuan pengobatan iskemia miokardium adalah memperbaiki ketidakseimbangan
antara kebutuhan miokardium akan oksigen dan suplai oksigen.
• Nitrogliserin
• Pengahambat beta adrenergik
• Digitalis
• Diuretika
• Vasodilator
• Sedativa
• Antagonis kalsium
• Tirah baring
• Lingkungan yang tenang
• Peningkatan suplai oksigen:
• Nitrogliserin
• Pemberian oksigen
• Vasopresor
• Antiaritmia
• Antikoagulasiadan agenfibrinotik
• Antagonis kalsium
3. Revascularisasi koroner
Aliran darah ke miokardium setelah suatu lesi arterosklerotis pada arteri koroner dapat
diperbaiki dengan operasi untuk mengalihkan aliran dan bagian yang tersumbat
dengan suatu cangkok pintas, atau dengan meningkatkan aliran di dalam pembuluh
yang sakit melalui pemisahan mekanik serta kompresi atau pemakaian obat yang
dapat melisiskan lesi.
Pembuluh standar yang dipakai dalam melakukan CABG adalah vena savena magna
tungkai dan arteria mamae interna kiri dari rongga dada.
Pada pencangkokan pintas dengan vena savena magna, satu ujung dari vena ini
disambung ke aporta asendens dan ujung lain ditempelkan pada bagian pembuluh
darah sebelah distal dari sumbatan. Saluran baru ini dibuat untuk menghindari
pembuluh darah yang mengalami penyempitan, sehingga darah dapat dialirkan ke
miokardium yang bersangkutan.
Pengkajian
1. Aktifitas
Dilaporkan :
• Kelemahan umum
• Tidak mampu melakukan aktifitas hidup
Ditandai dengan:
2. Sirkulasi
Dilaporkan :
• Riwayat adanya Infark Miokard Akut, tiga atau lebih penyakit arteri koronaria, kelainan
katub jantung, hipertensi
Ditandai dengan :
4. Status Ego
Dilaporkan :
• Merasa tak berdaya / pasrah
• Marah / ketakutan
• Ketakuatan akan kematian, menjalami operasi, dan komplikasi yang timbul
• Takut akan perubahan gaya hidup atau fungsi peran
Ditadai dengan :
5. Makan/minum
Dilaporkan :
Ditandai dengan :
• Menurunnya BB
• Kulit kering, turgor kulit menurun
• Hipotensi postural
• Bising usus menurun
• Edem (umum, lokal)
6. Sensoris
Dilaporkan :
• Sering pusing
• Vertigo
Ditandai dengan :
7. Nyeri / kenyamanan
Dilaporkan :
Ditandai dengan :
• Post operatif
• Wajah tampak kesakitan
• Perilaku tidak tenang
• Membatasi gerakan
• Gelisah
• Kelemahan
• Perubahan tekanan darah, nadi, dan pernapasan
8. Pernapasan
Dilaporkan :
Ditandai dengan :
• Post operatif
• Penurunan pengembangan rongga dada
• Sesak napas (normal karena torakotomi)
• Tanpa suara napas (atelektasis)
• Kecemasan
• Perubahan pada ABGs / pulse axymetri
9. Rasa Aman
Dilaporkan :
10. Penyuluhan
Dilaporkan :
• Faktor resiko seperti diabetes militus, penyakit jantung, hipertensi, stroke
• Penggunaan obat-obat kardivaskuler ya ng bervariasi
• Memperbaiki kegagalan/kekurangan
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung atau
sumbatan pada arteri koronaria.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard.
3. Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan dalam rate,
irama, konduksi jantung, menurunya preload atau peningkatan SVR, miocardial infark.
4. Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan
darah, hipovolemia.
5. Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan excess berhubungan dengan penurunan
perfusi organ (renal), peningkatan retensi natrium, penurunan plasma protein.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa. 1
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung atau
sumbatan pada arteri koronaria.
Intervensi
Diagnosa Keperawatan 2
Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard.
Intervensi
• Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan
aktivitas.
• Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.
• Anjurkan pada pasien agar tidak “ngeden” pada saat buang air besar.
• Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien.
• Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisiki bahwa aktivitas melebihi batas.
Diagnosa Keperawatan. 3
Intervensi
• Lakukan pengukuran tekanan darah (bandingkan kedua lengan pada posisi berdiri, duduk
dan tiduran jika memungkinkan).
• Kaji kualitas nadi.
• Catat perkembangan dari adanya S3 dan S4.
• Auskultasi suara nafas.
• Dampingi pasien pada saat melakukan aktivitas.
• Sajikan makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi kafeine.
• Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan anti
disritmia.
Diagnosa Keperawatan. 4
Intervensi
Diagnosa Keperawatan. 5
Tujuan : tidak terjadi kelebihan cairan di dalam tubuh klien selama dalam perawatan.
Intervensi
Daftar Pustaka
• Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta,
1987.
• Donna D, Marilyn. V, Medical Sugical Nursing, WB Sounders, Philadelpia 1991.
• Marylin Doenges, Nursing Care Plans,F.A Davis Company, Philadelpia, 1984
• Sylvia Anderson Price, Ph D. R.N. dan L.Mc.Carty Wilson, Ph D. R.N, Pathofisiologi
proses-proses penyakit, edisi I, Buku ke empat.