I.
Latar belakang
Nyeri kepala merupakan salah satu gangguan sistem saraf yang paling umum
dialami oleh masyarakat, dalam 1 tahun, 90% dari populasi dunia mengalami
paling sedikit 1 kali nyeri kepala. Menurut data WHO dalam banyak kasus
nyeri kepala dirasakan berulang kali oleh penderita sepanjang hidupnya 1,2
IDENTITAS
Nama
: J.S
Jenis kelamin
: Perempuan
: 43Kg
Kebangsaan / suku
: Indonesia / Minahasa
Agama
: Kristen Protestan
Alamat
: Tanawangko lingkungan 7
Tanggal Masuk RS
: 11 september 2014
Jam Masuk RS
: 10.30 wita
Pendidikan ibu
: Sekolah Dasar
Pekerjaan ibu
Tahun perkawinan
: Pertama
Nama ayah
Pendidikan ayah
Pekerjaan ayah
: Petani
Tahun perkawinan
: Pertama
Anamnesa
Anak ke 4 dari 4 bersaudara
No.
1.
2.
3.
4.
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Umur
33 tahun
32 tahun
20 tahun
13 tahun
Keterangan
Sehat
Sehat
Sehat
Penderita
Family Tree
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Penderita
Keluhan Utama :
Penderita datang dengan keluhan utama nyeri kepala yang dialami sejak 1
minggu sebelum masuk Rumah Sakit, nyeri menghebat sekitar 15-30 menit
sebelum masuk Rumah Sakit, nyeri kepala bersifat hilang timbul dengan
pemberian obat anti nyeri, nyeri sudah dirasakan sejak 7 tahun yang lalu sampai
sekarang.
Nyeri kepala di alami penderita sejak 1 minggu sebelum masuk Rumah Sakit
yang bersifat hilang timbul dengan pemberian obat penghilang nyeri. nyeri
dirasakan seperti terikat/tertekan tetapi tidak berdenyut, nyeri menghebat 15
menit sejak masuk Rumah Sakit.. Nyeri juga dirasakan penderita bila sedang
upacara bendera disekolah, penderita pernah terjatuh dari pohon 7 tahun lalu.
Saat jatuh penderita tidak sadarkan diri beberapa menit hingga akhirnya dipercik
air dan terbangun. setelah kejadian tersebut penderita sering mengeluh nyeri
kepala yang sifatnya hilang timbul. Dua tahun lalu penderita juga merasakan nyeri
kepala yang sama seperti saat ini hanya saja saat ini lebih nyeri. Penderita juga
mengalami demam sejak 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit, namun saat ini
demam sudah tidak lagi. Penglihatan kabur juga dialami penderita sejak 2 hari
sebelum masuk Rumah Sakit, mual dan muntah tidak ada, nafsu makan / minum
biasa, BAB/BAK biasa
Anamnesa Antenatal
Antenatal care secara teratur dipuskesmas sebanyak 9 kali, imunisasi TT tidak
ada, selama hamil kondisi ibu dalam keadaan sehat
: Pernah
Varicella
: Pernah
Pertusis
: Belum pernah
Diarrhea
: Pernah
Cacing
: Belum pernah
:-
: 5 bulan
: 5 bulan
: 8 bulan
: 8 bulan
: 1 tahun
: 1 tahun
: 8 bulan
: 7 bulan
: 7 bulan
: 1 tahun
: 0 2 tahun
Pasi
:-
Bubur susu
:-
Bubur siang
Bubur halus
:-
Nasi Lembek : -
Imunisasi :
BCG
POLIO
DPT
CAMPAK
HEPATITIS
I
+
+
+
+
+
DASAR
II
III
+
+
+
+
Riwayat Keluarga
Hanya penderita yang sakir seperti ini dalam keluarga
ULANGAN
II
III
: Sumur
: PLN
Penanganan sampah
Pemeriksaan Fisik
Berat badan
: 40 Kg
Panjang badan
:165 cm
Keadaan umum
: Cukup
Keadaan mental
: Compos Mentis
Gizi
: baik
Sianosis
:-
Anemia Ikterus
:-
Kejang
:-
Tensi
: 120 / 70 mmHg
Nadi
: 84 x/m
Respirasi
: 24 x/m
Suhu tubuh
: 36,5 oc
Kulit :
Warna
: Sawo matang
Efloresensi
:-
Pigmentasi
:-
Lapisan lemak
:-
Jaringan parut
:-
Tonus
: Normal
Oedema
:-
Lain-lain
:-
Kepala :
Bentuk
: Mesochepal
Rambut
Ubun-ubun Besar
: datar
Mata :
Exophthalmus/Enophthalmus : Tekanan bola mata
: Normal
Conjungtiva
: Anemis (-)
Sclera
: Ikterik (-)
Cornea Reflex
: Normal
Pupil
Lensa
: Jernih
Fundus
: tidak dievaluasi
Visus
: tidak dievaluasi
Gerakan
: Normal
Telinga
: secret (-)
Hidung
: secret (-)
Mulut :
Bibir
: Sianosis (-)
Lidah
: Beslag (-)
Gigi
: Caries (-)
Selaput Mulut
: Mukosa
Gusi
: perdarahan (-)
Bau pernafasan
: Foetor (-)
Tenggorokan :
Tonsil
Faring
: Hiperemis (-)
Leher :
Trachea
: Letak tengah
Kelenjar
Kaku kuduk
: (-)
Lain-lain
: (-)
Thorax :
Bentuk
: Normal
Rachitic Rosary
: (-)
Ruang Intercostal
: (-)
Precordial Bulging
: (-)
Xiphosternum
: (-)
Harrisone groove
: (-)
Retraksi
: (-)
Lain-lain
: (-)
Paru-paru :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung :
Detak jantung
: 84 x/m
Iktus cordis
Batas kiri
Batas kanan
Batas atas
: ICS II-III
: M1 > M2
: A1 > A2
: (-)
Abdomen :
Bentuk
Hepar
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
Lain-lain
Genitalia
: Perempuan (Normal)
Kelenjar
Anggota gerak
10
Tulang belulang
: deformitas (-)
Otot-otot
: atrofi (-)
Reflek-reflek
menjawab
pertanyaan dengan tepat. Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran pasien
normal. Saat berjalan pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh
Tes Romberg memberi kesan pasien dapat membuka mata dan tidak
terjatuh
Tes Heel-to-toe-walking memberi kesan pasien tidak terjatuh ke salah
satu sisi
Tes Jari hidung memberi kesan pasien dapat melakukan dengan baik
dan lancar
g. Nervus Glossofaringeus (N.IX)
Tidak dilakukan evaluasi
h. Nervus Vagus (N.X)
Tidak dilakukan evaluasi
i. Nervus Aksesorius (N.XI)
Selama pemeriksaan berlangsung terlihat bahwa pasien dapat menggerakkan
kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan bahwa fungsi Nervus
Aksesorius pasien dalam keadaan normal
j. Nervus Hipoglosus (N.XII)
11
Fungsi
sensorik
MCH
: 27 pg
MCHC
: 33,4 g/dl
Fungsi
MCV
: 80,9motorik
fl
Hb
: 11,6 g/dl
Eritrosit
: 4,29 jt/ml
Leukosit
: 10.000 mm3/ul
Trombosit Tonusotot
: 323.000 ul/mm3
: Hemihipestesi
Eosinofil
: 4 %(-)
Basofil
:0%
: Kekuatan otot
Batang
:4%
Segmen
: 42 %
Lymposit : 40 %
Monosit
: 16 %
:
Refleks fisiologis
: (+) normal
Refleks patologis
: (-)
Laboratoirum
Tanggal 12 september 2014
12
Creatinin
Ureum
5 SGOT
5
SGPT
5 Natrium
5
Kalium
Clorida
: 0,5 mg/dl
: 17 mg/dl
: 16 U/L
: 6 U/L
: 142 mmol/L
: 3,96 mmol/L
: 102,5 mmol/L
Resume Masuk
Pasien perempuan usia 13 tahun dengan berat badan 40 Kg, tinggi badan 154 cm
masuk rumah sakit pada tanggal 11 september 2014 jam 10.30 pagi dengan
keluhan nyeri kepala yang dialami sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit,
nyeri bersifat hilang timbul, penderita memiliki riwayat jatuh dari pohon ( 7 tahun
lalu). Semenjak jatuh penderita sering mengalami nyeri kepala hilang timbul.
Keadaan umum
: Tampak sakit
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 120/70 mmHg,
13
Nadi
: 84 x/m,
Respirasi
: 24 x/m
Suhu tubuh
: 36,5oc
Kepala
Thorax
Abdomen
Extremitas
Diagnosis kerja
Usulan pengobatan/perawatan :
Anjuran Pemeriksaan :
14
Follow Up
Hari 1 / Tanggal 12-09-2014
S
KU
: Tampak sakit
Kes
: Compos Mentis
Tensi
: 110 / 60 mmHg,
Nadi
: 80 x/m,
Respirasi
: 28 x/m,
15
Suhu
: 36,5oc
Kepala
Thorax
Abdomen
Extremitas
Motorik
Sensorik
Anjuran
KU
: Tampak sakit
Kes
: Compos Mentis
Tensi
: 100 / 70 mmHg,
Nadi
: 80 x/m,
Respirasi
: 24 x/m,
Suhu
: 36,5oc
16
Kepala
Thorax
Abdomen
Extremitas
Motorik
Sensorik
Jawaban Konsul
KU
: Tampak sakit
Kes
: Compos Mentis
Tensi
: 110 / 60 mmHg,
Nadi
: 88 x/m,
Respirasi
: 28 x/m,
Suhu
: 36,2oc
17
Kepala
Thorax
Abdomen
Extremitas
Motorik
Sensorik
KU
: Tampak sakit
Kes
: Compos Mentis
Tensi
: 110 / 70 mmHg,
Nadi
: 80 x/m,
Respirasi
: 24 x/m,
Suhu
: 36,5oc
18
Kepala
Thorax
Abdomen
Extremitas
Motorik
Sensorik
Pro
: Rawat Jalan
Kasus yang diperoleh adalah suatu bentuk sefalgia yang bersifat kronik post
trauma kepala dengan tipe tension headache. Sefalgia merupakan rasa nyeri atau
rasa tidak mengenakkan pada seluruh daerah kepala dengan batas bawah dari dagu
sampai kedaerah belakang kepala ( daerah oksipital dan sebagian daerah tengkuk)
dengan sensasi nyeri berupa sensasi berdenyut, rasa terikat, tertusuk-tusuk, dan
sebagainya. Dorlands Pocket Medical Dictionary menyatakan bahwa nyeri kepala
adalah nyeri di kepala yang ditandai dengan nyeri unilateral dan bilateral disertai
dengan flushing serta mata dan hidung yang berair.4,5,7
19
Pada kasus ini di diagnosa dengan sefalgia kronik tipe tension headache
berdasarkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesa di dapatkan bahwa pasien datang ke rumah sakit dengan
keluhan nyeri kepala sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu, nyeri bersifat hilang
timbul dengan pemberian obat penghilang nyeri, pasien memiliki riwayat terjatuh
dari pohon sejak 7 tahun yang lalu, saat terjatuh pasien tidak sadarkan diri, pasien
terbangun setelah 15 menit kemudian, setelah kejadian tersebut pasien sering
mengeluhkan nyeri di daerah kepala hingga saat ini, pasien juga mengeluhkan
demam dan penglihatan yang kabur kurang lebih 3 hari sebelum masuk rumah
sakit, tetapi saat ini demam dan penglihatan kabur sudah tidak dikeluhan lagi.
20
Pemeriksaan fisik yang telah dilakukan pada pasien ini tidak didapatkan
kelainan-kelainan neurologis, begitu juga dengan pemeriksaan penunjang yang
telah dilakukan dimana pada pemeriksaan computerized tomography scanner (CTScan) tidak ditemukan adanya kelainan seperti perdarahan ataupun adanya massa
(Tumor). Pada pemeriksaan Telinga Hidung Tenggorok (THT) juga tidak
ditemukan adanya kelainan. Pasien sempat mengeluh adanya pandangan yang
kabur sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit dan direncanakan untuk dilakukan
pemeriksaan mata akan tetapi pasien menolak untuk dilakukan pemeriksaan
tersebut.
Pada kasus ini di diagnosis dengan sefalgia kronik tipe tension headache
(TTH-Tension Type Headache), TTH (Tension Type Headache) merupakan nyeri
kepala bilateral yang menekan (pressing/squeezing), mengikat, tidak berdenyut,
tidak dipengaruhi dan diperburuk oleh aktivitas fisik, bersifat ringan hingga
sedang, tidak disertai mual dan muntah, bersifat fotofobia atau fonofobia.4,9,11
Sekitar 93% laki-laki dan 99% perempuan pernah mengalami nyeri kepala.
TTH dan nyeri kepala servikogenik adalah dua tipe nyeri kepala yang paling
sering dijumpai. TTH adalah bentuk paling umum nyeri kepala primer yang
mempengaruhi hingga dua pertiga populasi. Sekitar 78% orang dewasa pernah
mengalami TTH setidaknya sekali dalam hidupnya. 4,9,11,12
TTH episodik adalah nyeri kepala primer yang paling umum terjadi,
dengan prevalensi 1-tahun sekitar 3874%. Rata-rata prevalensi TTH 93%.4,5
Satu studi menyebutkan prevalensi TTH sebesar 87%. Prevalensi TTH di Korea
sebesar 16,2% sampai 30,8%, di Kanada sekitar 36%, di Jerman sebanyak 38,3%,
di Brazil hanya 13%. Insiden di Denmark sebesar 14,2 per 1000 orang per tahun.
Suatu survei populasi di USA menemukan prevalensi tahunan TTH episodik
sebesar 38,3% dan TTH kronis sebesar 2,2%.4,11,13,14
TTH dibedakan menjadi tiga subklasifikasi yaitu 1).TTH episodik yang
jarang (Infrequent episodic) / 1 serangan per bulan atau kurang dari 12 sakit
kepala per tahun. 2). TTH episodik yang sering (frequent episodic) 1-14 serangan
21
per bulan atau antara 12 dan 180 hari per tahun. 3). TTH menahun (chronic),lebih
dari 15 serangan atau sekurangnya 180 hari per tahun.4,12
Berdasarkan etiopatofisiologi TTH secara umum diklasifikasikan sebagai
bentuk organik, seperti: tumor serebral, meningitis, hidrosefalus, dan sifilis dan
gangguan fungsional, misalnya: lelah, bekerja tak kenal waktu, anemia, gout,
ketidaknormalan endokrin, obesitas, intoksikasi, dan nyeri yang direfleksikan.
Buruknya upaya kesehatan diri sendiri (poorself-related health), tidak mampu
relaks setelah bekerja, gangguan tidur, tidur beberapa jam setiap malam, dan usia
muda adalah faktor risiko TTH. Pencetus TTH antara lain: kelaparan, dehidrasi,
pekerjaan/beban yang terlalu berat (overexertion), perubahan pola tidur, caffeine
withdrawal, dan fl uktuasi hormonal wanita. Stres dan konflik emosional adalah
pemicu tersering TTH. Gangguan emosional berimplikasi sebagai faktor risiko
TTH, sedangkan ketegangan mental dan stres adalah faktor-faktor tersering
penyebab TTH. Asosiasi positif antara nyeri kepala dan stres terbuktinyata pada
penderita TTH.4,9,10,13,15
Serupa dengan anamnesis diatas bahwa nyeri kepala yang di keluhkan oleh
penderita bersifat hilang timbul, seperti tertekan/terikat, tidak berdenyut, nyeri
saat sedang melaksanakan upacara bendera, tidak didapatkan mual dan muntah
dan tidak dipengaruhi oleh aktivitas fisik.
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah ibuprofen 400 mg tablet.
Ibuprofen merupakan golongan obat anti inflamasi non steroid (NSAID) dengan
derivat asam propionat yang bersifat analgesik dengan daya anti-inflamasi yang
tidak terlalu kuat, efek analgesiknya sama dengan aspirin. Efek anti-inflamasinya
terlihat dengan dosis 1200-2400 mg perhari. Absropsi ibuprofen cepat melalui
lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-2 jam, 90%
ibuporen terikat dalam protein plasma, ekskresinya berlangsung cepat dan
lengkap. Ibuprofen memiliki efek samping saluran cerna yang lebih ringan
dibandingkan dengan aspirin, idnometason atau naproksen.11
Pada penderita TTH dewasa berobat jalan yang diikuti selama lebih dari
10 tahun, 44% TTH kronis mengalami perbaikan signifikan, sedangkan 29% TTH
episodik berubah menjadi TTH kronis. Studi populasi potong lintang Denmark
yang ditindaklanjuti selama 2 tahun mengungkapkan rata-rata remisi 45% di
22
antara penderita TTH episodik frekuen atau TTH kronis, 39% berlanjut menjadi
TTH episodik dan 16% TTH kronis. Secara umum, dapat dikatakan prognosis
TTH baik.4,12,14,15
BAB IV KESIMPULAN
1. Seorang anak perempuan usia 13 tahun masuk Rumah Sakit pada tanggal 11
september 2014 jam jam 10.30 pagi dengan keluhan nyeri kepala yang
dialami sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, nyeri bersifat hilang
timbul, nyeri dirasakan sejak 7 tahun yang lalu sampai sekarang.
2. Penderita merupakan anak ke-4 dari 4 orang bersaudara, ayah penderita
adalah seorang petani, sedangkan ibu penderita adalah ibu rumah tangga,
penderita tinggal di daerah tanawangko lingkungan 7
3. Pemeriksaan fisik neurologis, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan
penunjang (CT-Scan + Kontras) tidak menemukan adanya kelainan
23
6. Martins HADL, Martins BBM, Ribas VR, Bernardino SN, Oliveira DAO,
Silva LC,dkk. Life quality, depression and anxiety symptoms in chronic
post traumatic headache after mild brain injury. Derrent Neuropsychol,
Maret 2012;6(1);hal53-8
7. Sjahrir H, Mekanisme terjadinya nyeri kepala primer dan prospek
pengobatannya. Fakultas kedokteran universitas sumatra utara. 2004;hal:116
8. Royster EI, Crumbley K. Initial Experience With Implanted Peripheral
Nerve Stimulation for the Treatment of Refractory Cephalgia. The
9.
25