Anda di halaman 1dari 114

Triage

• Triage: berasal dr bahasa Perancis “trier” yg berarti menyortir


• Tujuan: melakukan yang terbaik untuk orang sebanyak
mungkin
• Ketika ada disaster:
1. Komunikasi dg rumah sakit lokal mengenai adanya disaster
2. Jk pasien cukup banyak, usahakan komunikasi dg bbrp rumah sakit
lainnya (ps dg kondisi yg stabil dibawa ke RS yg lebih jauh, ps dg
kondisi mengancam nyawa dibawa ke RS yg lebih dekat)
3. Pembagian tim u/ penanganan di lokasi kejadian dan tim yg tetap
berada di Emergency Department (ED)
4. Ambulans beserta tim medis dan perlengkapan dikirim ke lokasi
kejadian
5. Tim medis yang berada di lokasi kejadian menentukan triase.
6. Triase dilakukan pada saat di lokasi kejadian dan pada saat di ED
Tintinalli’s Emergency Medicine: A Comprehensive
Study Guide. 7th ed. 2011
Rosen’s Emergency Medicine. 2017
• Assessment
triage: RPM
– Respiration
– Perfusion
– Mental status

Tintinalli’s Emergency Medicine: A Comprehensive


Study Guide. 7th ed. 2011
Rosen’s Emergency Medicine. 2017
Rosen’s Emergency Medicine. 2017
Triage Tape
• Diberikan pada pasien stl
assessment triage
• Hasil pemeriksaan ditulis
dalam tabel

Rosen’s Emergency Medicine. 2017


Management
• Primary survey & resusitasi awal: (ABCDE assessment in 10 secs → tanya
nama dan apa yg terjadi, jk bisa menjawab tanpa hambatan tdk tdp ggn
respirasi atau ggn kesadaran)
– Airway maintenance with restriction of cervical spine motion:
• patenkan jalan napas dan pastikan tidak ada trauma servikal
• jk ada trauma servikal segera imobilisasi servikal
– Breathing and ventilation:
• Oksigenasi
• Pasang pulse oximetry u/ memantau oksigeasi
– Circulation with hemorrhage control:
• Lihat warna kulit (t.u di wajah dan ekstremitas) u/ mengetahui perfusi
• Cek pulsasi
• Cari adanya sumber perdarahan external → dab perdarahan → jk tdk berhasil, pasang
torniket (hati2 iskemik)
– Disability(assessment of neurologic status):
• Pemeriksaan GCS
– Exposure/Environmental control:
• Hindari hipotermia ATLS. 10th ed. 2018
Management
• Transfer pasien:
– Transfer pasien ke RS dg ambulans
• Secondary survey:
– Pemeriksaan fisik lengkap dr kepala sampai kaki
– pemeriksaan penunjang: CT scan, xray
• Re-evaluasi:
– Monitor kondisi pasien secara berkala u/ mengetahui
apakah ada perburukan atau tdk
• Definitive care
ATLS. 10th ed. 2018
ATLS. 10th ed. 2018
ATLS. 10th ed. 2018
Trauma toraks
Trauma thorax
Konsekuensi fisiologis utama hipoksia,hiperkabia,dan
asidosis.
Initial assetment dan tatalaksana trauma thorax
 Primary Survey  resusitasi TTV
 Secondary survey (riwayat cedera dan kecurigaan pada
trauma spesifik)
 Terapi definitif

Tujuan tatalaksana awal : mencegah dan memperbaiki


hipoksia.
Primary Survey
Mendeteksi life threatening condition
Airway
-Obstruksi jalan napas
(darah atau muntahan suction)
Breathing
-Tension Pneumothorax
-Open Pneumothorax
-Massive Pneumothorax
Circulation
-Massive Pneumothorax
-Cardiac tamponade
Tintinalli emergency
medicine
Secondary Survey
• Pemeriksaan fisik mendalam
• EKG dan pulse oximetry
• Arterial Blood Gas (ABG)
• sinar X dada tegak tanpa ketidakstabilan tulang belakang
dicurigai.
• CT scan dugaan cedera aorta atau tulang belakang.
• Extended FAST (eFAST) mendeteksi pneumothorace dan
hemothoraces.
 Namun, cedera yang berpotensi mengancam jiwa lainnya tidak
divisualisasikan dengan baik pada USG, membuat rontgen dada
merupakan bagian penting dari evaluasi setelah cedera traumatik .
Secondary survey
Mendeteksi Potensially lifethreatening Injuries
Tidak jelas pada pemeriksaan fisik awal
luka yang berpotensi mematikan berikut ini
harus diidentifikasi dan dikelola selama  survei
sekunder: • Simple pneumothorax •
Hemothorax • Flail chest • Pulmonary
contusion • Blunt cardiac injury • Traumatic
aortic disruption • Traumatic diaphragmatic
injury • Blunt esophageal rupture
PNEUMOTHORAX
Pneumothorax
akumulasi udara di rongga pleura
Merupakan komplikasi umum trauma dada dan
selalu hadir pada trauma tembus transpleura.
Bedasarkan etiologi : spontan & traumatik
Ada 3 tipe :
• Simple
• Communicanting
• Tension
Rosen’s Emergency Medicine. 2017
ATLS Ed 10
1. Simple Pneumothorax (close)
Pneumothorax tanpa ada
hubungan dengan atmosfer(dunia
luar) atau pergeseran mediastinum
atau hemidiafragma.
sering disebabkan  tulang rusuk
patah yang didorong ke dalam
laserasi pleura
dapat terjadi tanpa fraktur
dampak saat inspirasi penuh
dengan glotis tertutup
menyebabkan peningkatan
tekanan intra-alveolar
Rosen’smenyebabkan pecahnya
Emergency Medicine. 2017 alveoli .
ATLS Ed 10
2. Communicanting Pneumothorax (Open)
• Pneumothorax dengan adanya hubungan dengan atmosfer (dunia luar).
• Defek pada dinding dada dikaitkan dengan cedera tempur biasanya luka tembak.
• Terdengar suara udara masuk dan keluar dari luka ,istilah “Sucking Chest Wound”.
• Ventilasi akan terganggu memicu terjadinya Hipoksia dan Hiperkabia.

Rosen’s Emergency Medicine. 2017


ATLS Ed 10
3. Tension Pneumothorax
Akumulasi progresif dari udara dalam
rongga pleura, dengan pergeseran
mediastinum ke hemithorax yang
berlawanan dan kompresi paru-paru
kontralateral dan pembuluh darah
besar.
Udara yang masuk saat inspirasi tidak
dapat keluar saat ekspirasi.
Pergeseran mediastinum menekan
vena cava dan mendistorsi cavoatrial
junctionpenurunan pengisian
jantung diastolik dan penurunan
cardiac output .Perubahan ini
menghasilkan onset cepat hipoksia,
asidosis, dan syok.
Rosen’s Emergency Medicine. 2017
ATLS Ed 10
Tanda dan Gejala
• Sesak napas dan nyeri dada (paling umum)
• Pada pemeriksaan fisik
Inspeksi :lebam,laserasi,kontusio,Pergerakan dinding dada tidak simetris
Perkusi :Hipersonor
Auskultasi :penurunan suara napas pada sisi yang luka.

Communicanting Pneumothorax
 gerakan udara yang bising melalui cedera dinding dada.
Tension Pneumothorax
 Tanda-tanda kardinal takikardia, hipotensi, desaturasi oksihemoglobin,
distensi vena jugularis (JVD), dan suara napas tidak ada pada sisi
ipsilateral. Namun, JVD mungkin tidak dapat hadir dengan kehilangan
banyak darah.
Rosen’s Emergency Medicine. 2017
ATLS Ed 10
Diagnostic Testing

• radiografi toraks harus


berupa film inspirasi penuh
tegak jika kondisi pasien
memungkinkan.
• CT scan
• eFAST (extended focuses
Assestment with Sonografi
in Trauma)

 Occult Pneumothorax tidak


terlihat pada foto rontgen dada
namun dapat di lihat dengan ct scan
dada.
Rosen’s Emergency Medicine. 2017
ATLS Ed 10
Management
Simple Pneumothorax
Tatalaksana tergantung penyebab
dan ukuran.
• Pneumotoraks kecil pada CT
scan pada pasien hemodinamik
stabil tanpa gejala dapat
dikelola dengan observasi dan
tidak memerlukan pengobatan,
bahkan jika pasien ditempatkan
pada ventilasi tekanan positif.
• Moderat sampai besar  Chest
tube.(intercostal 4-5 anterior
garis mid axilla)
Rosen’s Emergency Medicine. 2017
ATLS Ed 10
Management
Communicanting
Pneumothorax
• Luka/defek harus segera
ditutup.
• Dengan cara partially
occlusive dressing atau
acommercial vented chest
seal (Flutter valve effect)
• Chest tube dipasang
sesegera mungkin.
Rosen’s Emergency Medicine. 2017
ATLS Ed 10
Management
Tention Pneumothorax
• Needle thoracentesis
tekanan harus segera
dibebaskan dengan jarum
thoracostomy(ICS 2, garis mid
clavicula dr hemithorax yg
sakit)
• Finger Thoracostomy
(dengan needle tidak
berhasil)
• Chest tube (terapi definitif)
(wajib setelah Needle dan
Rosen’sfinger decompression)
Emergency Medicine. 2017
ATLS Ed 10
HEMOTHORAX
Hemothorax
akumulasi darah di ruang pleura setelah trauma tumpul
atau penetrasi dada.(<1500 mL)
komplikasi umum = syok hipovolemik dan sangat
mengurangi kapasitas vital. Biasanya terkait dengan
cedera pneumotoraks dan ekstrathoracic.

Patofisiologi
Perdarahan dari parenkim paru yang terluka adalah
penyebab hemothorax yang paling umum, tetapi ini
cenderung terbatas kecuali ada laserasi mayor
Rosen’s Emergency Medicine. 2017
ATLS Ed 10
Gejala klinis
Tergantung pada tingkat dan
kuantitas perdarahan, berbagai
tingkat syok hipovolemik akan
dimanifestasikan. Dapat timbul
gangguan pernapasan dan menjadi
takikardi dan hipoksemia. Bunyi
napas mungkin berkurang.

Pemeriksaan Penunjang
Foto thorax tegak
CT scan
Rosen’s Emergency Medicine. 2017
Massive hemothorax
hasil dari akumulasi cepat lebih
dari 1500 mL darah atau
sepertiga atau lebih dari volume
darah pasien di rongga dada.
hemothorax masifvena leher
mungkin datar karena
hipovolemia berat, atau
mengalami distensi jika ada
tension pneumothorax terkait.
Hemothorax besar dicurigai
ketika syok jika tidak adanya
suara nafas atau dullness pada
perkusi di satu sisi dada.
Rosen’s Emergency Medicine. 2017
ATLS Ed 10
ATLS Ed 10
Management
Tatalaksana hemothorax mengembalikan volume darah yang
bersirkulasi, mengendalikan saluran napas yang diperlukan, dan
mengevakuasi darah yang terkumpul.
• IV line (kristaloid) dan tranfusi darah.
• Pemasangan chest tube (uk 36 atau 40 French)
Darah dievakuasi menekan terjadi pembekuan hemothorax. pemantauan
kehilangan darah, dan radiografi dada serial membantu memantau
reekspansi paru
• Severe dan persisten hemothotaxthoracostomy atau open
thoracotomy.
Bila 1500 ml darah diperoleh dari chest tube atau drainase lebih dari 200
ml /jam selma 2-4 jam atau transfusi dibutuhkan insikasi toracotomy
mendesak.
Rosen’s Emergency Medicine. 2017
ATLS Ed 10
Cardiac tamponade
• Cardiac tamponade adalah kompresi pada
jantung akibat akumulasi cairan di kantung
perikardium. Akibatnya curah jantung menurun
karena aliran masuk ke jantung menurun.
• paling sering terjadi akibat luka tusuk/
tembus,tetapi bisa juga pada trauma tumpul
• Tanda cardiac tamponade :
– Kussmaul sign +
– PEA ( tetapi bisa juga bukan cardiac tamponade)

ATLS 2018
PP
• FAST adalah metode pencitraan cepat dan
akurat yang dapat secara efektif
mengidentifikasi tamponade jantung.
• echocardiography

ATLS 2018
• Tatalakasana
– thoracotomy atau sternotomy harus dilakukan
sesegera mungkin oleh dokter bedah
– Berikan IV fluid sambil menunggu persiapan operasi
untuk meningkatkan sementara cardiac output
– Pericardiocentesis pilihan terakhir yg dilakukan jika
tindakan bedah tidak dapat dilakukan (sifatnya
temporary)
• Hati” melakukannya karena dapat terjadi laserasi pada
arteri koroner dan cedera pada miokardium

ATLS 2018
ATLS 2018
ATLS 2018
Flail chest dan kontusio pulmonal
1. Flail chest
• flail chest terjadi ketika segmen dari dinding toraks ada yang
tidak berhubungan dengan dinding toraks sisanya.
• Biasanya karena trauma akibat fraktur tulang rusuk multipel
(dua atau lebih tulang rusuk yang berdekatan retak di dua
atau lebih tempat). Paling sering di iga 4-9.
• Bisa juga karena hemopneumothorax, laserasi pada liver
atau spleen, dan mediastinal injury
• Clinical features :
– paradoxical motion pada dinding dada saat respirasi
– Nyeri hebat, tenderness, dan crepitus

ATLS 2018
ATLS 2018
2. Kontusio pulmonal
• Kontusio pulmonal adalah memar pada paru-paru
disebabkan oleh trauma toraks. Biasanya karena trauma
tumpul pada dada seperti jatuh dari ketinggian.
• Darah dan cairan lainnya menumpuk di jaringan paru-paru→
mengganggu ventilasi → dapat menyebabkan hipoksia.
• Merupakan trauma thoraks yang paling sering menyebabkan
kematian
• Gejala gagal nafas awalnya tidak nyata berlangsung perlahan
makin lama makin progresif kecuali pada orang tua gejalanya
dapat muncul lebih awal

ATLS 2018
• Clinical features:
– Usaha nafas menurun
– dyspnea, tachypnea, sianosis, tachycardia, hipotensi
– hemoptysis bisa terjadi
– Moist rales atau absent breath sounds saat auskultasi
– Biasanya sering disertai dengan flail chest
– Atelektasis
– Gerakan dinding dada menurun disertai nyeri dan memar pada daerah
paru-paru
– ditemukan krepitasi dari tulang rusuk atau cartilago yang patah saat palpasi
• PP :
– Chest xray untuk melihat fraktur

ATLS 2018
• Tatalaksana flail chest dan kontusio pulmonal :
– Pemberian humidified oxygen
– Ventilasi adekuat
– Resusitasi cairan hati-hati
– Jika terdapat hipoksia (PaO2 < 60 mm Hg atau SaO2 < 90%)
lakukan intubasi dan ventilasi mekanik dalam 1 jam pertama
– Analgesik dapat diberikan secara IV atau anestesi lokal
untuk meningkatkan ventilasi
– Jika tidak terdapat hipotensi, pemberian cairan kristaloid IV
harus dimonitor jangan sampai volume overload karena
dapat membahayakan status pernapasan pasien

ATLS 2018
ATLS 2018
Trauma Abdomen
Anatomi Abdomen

Advanced Trauma Life Support (ATLS), 10th Edition. American College of Surgeon; 2018.
• Trauma abdomen  15 – 20% penyebab
kematian akibat trauma
• Yang sering terkena hepar
• Limpa  paling sering terkena akibat
kecelakaan saat olahraga
• Kematian dapat terjadi akibat perdarahan
masif
• Risiko infeksi dan sepsis

Tintinalli’s Emergency Medicine A Comprehensive Study Guide, 8 th Edition. McGraw-Hill;


Mekanisme
Blunt
• Direct blow  kontak bagian bawah
steering wheel, handlebar sepeda
atau motor, intruded door in a motor
vehicle crash dapat menyebabkan luka
kompresi dan crushing pada organ
abdominopelvis dan tulang pelvis
• Shearing injuries  bentuk crush
injury yang terjadi saat restraint
device tidak digunakan dengan tepat
• Jatuh dari ketinggian tertentu
• Yang sering cedera: limpa (40-55%),
hepar (35-45%), usus halus (5-10%)
• Insidensi 15% hematoma
retroperitoneal
Advanced Trauma Life Support (ATLS), 10th Edition. American College of Surgeon; 2018.
Penetrating
• Luka tusuk & tembakan pistol  kerusakan
jaringan dengan laserasi dan robekan.
• High energy gunshot  transfer energi kinetik
lebih besar
• Luka tusuk  hepar (40%), usus halus (30%),
diafragma (20%), dan kolon (15%)
• Gunshot  usus halus (50%), kolon (40%), hepar
(30%), struktur vaskular abdomen (25%)

Advanced Trauma Life Support (ATLS), 10th Edition. American College of Surgeon; 2018.
Blast
• Kemungkinan kombinasi mekanisme
penetrating dan blunt
• Overpressure injury
• Membran timpani, paru, dan usus

Advanced Trauma Life Support (ATLS), 10th Edition. American College of Surgeon; 2018.
Tanda Klinis
Pemeriksaan Fisik Injuri Dinding Abdomen
• Tanda eksternal: abrasi, laserati, • Dari pukulan langsung atau
kontusio, seatbelt marks melalui kontraksi muskular
• Tampilan normal belum tentu yang tiba-tiba
tidak ada injury • Gejala: nyeri dengan fleksi
• Cullen’s sign & Grey Turner’s dan rotasi batang tubuh, focal
sign (periumbilical & flank tenderness pada saat perkusi
ecchymosis)  delayed findings
of intraperitoneal bleeding • Hematoma rectus abdominis
• Palpasi: tenderness, tympany,  dari trauma epigastrik atau
rigidity kerusakan pembuluh darah
dinding abdomen

Advanced Trauma Life Support (ATLS), 10th Edition. American College of Surgeon; 2018.
Injuri Organ Padat Injuri Mesenterika & Organ
• Tanda & gejala timbul akibat Berongga
perdarahan
• ↑ HR  kehilangan ≤15% dari
• Blunt trauma
volume darah total • Gabungan gejala
• perdarahan berlanjut  HR & perdarahan &kontaminasi
RR ↑ peritoneal oleh isi organ
• Hipotensi  penurunan 30% pencernaan
darah yang sirkulasi  urine
output ↓  anxious & confused • Iritasi kimiawi peritoneum
• Trauma limpa  reffered pain ke dari asam lambung 
bahu atau lengan kiri; hepar  nyeri tiba-tiba
nyeri bahu kanan

Tintinalli’s Emergency Medicine A Comprehensive Study Guide, 8 th Edition. McGraw-Hill;


Injuri Retroperitoneal Injuri Diafragma
Injuri pankreas:
• Tidak ada tanda & gejala spesifik
• Dapat spasme akibat
 mekanisme trauma. pukulan langsung pada
• Biasanya terjadi karena deselerasi epigastrium
cepat  hit steering column,
jatuh dari sepeda dan menubruk • Sulit bernapas
handlebar • Tanda & gejala tidak
Injuri Duodenal:
• Relatif asimtomatik
spesifik
• Meluas  obstruksi gaster (nyeri,
distensi, muntah)
• Deselerasi kecepatan tinggi

Tintinalli’s Emergency Medicine A Comprehensive Study Guide, 8 th Edition. McGraw-Hill;


Assessment
AIRWAY BREATHING
• Aukultasi suara napas
• Nilai jalan napas sambil
• Suara napas lemah/tidak ada 
menjaga imobilisasi curiga pneumotoraks
servikal • Inspeksi pergerakan dinding
• Jaw thrust tanpa ekstensi dada, luka terbuka atau segmen
flail
kepala  membuka jalan • Palpasi dinding dada (crepitus 
napas pada pasien pneumotoraks, fraktur iga)
trauma • Lakukan dekompresi dengan
• Berikan high-flow oxygen needle atau tube thoracostomy
bila diperlukan
& intubasi bila diperlukan • Pulse oximetry, capnography
CURRENT Diagnosis & Treatment Emergency
Medicine, 7th Edition. McGraw-Hill, Lange; 2011.
CIRCULATION DISABILITY
• Perdarahan eksternal  • Pemeriksaan neurologi 
nilai pulsasi, capillary status mental saat ini
refill, dan tekanan darah • Ukuran & reaktivitas pupil,
GCS score, defisit
• Pasang IV line 
neurologis fokal (lemah
resusitasi cairan unilateral, buruknya tonus
• FAST examination  otot)
positif  laparotomi • Nilai sebelum diberikan
darurat medikasi nyeri, sedatif atau
paralitik

CURRENT Diagnosis & Treatment Emergency Medicine, 7th Edition. McGraw-Hill, Lange; 2011.
EXPOSURE
• Undress the patient
dengan hati-hati 
hipotermia
• Periksa lipatan kulit,
punggung, aksila
• Tidak mengambil benda
asing  hemostasis dari
luka vaskular
• Seat-belt sign  injuri
intraabdomen

CURRENT Diagnosis & Treatment Emergency Medicine, 7th Edition. McGraw-Hill, Lange; 2011.
Tatalaksana Awal
• Resusitasi Cairan • Indikasi Laparotomi
• Goal: tekanan darah • Hasil positif pada FAST
(focused assesment with
sistolik 80-90 mmHg
sonography for trauma) atau
atau MAP 70 mmHg DPL (diagnostid peritoneal
• First line: Crystalloid  lavage)  kontrol
infus packed RBC perdarahan & evaluasi
kerusakan intraabdomen
• Pasien dengan injuri
diafragma yang terlihat pada
ronsen toraks

CURRENT Diagnosis & Treatment Emergency


Medicine, 7th Edition. McGraw-Hill, Lange; 2011.
TRAUMA ABDOMEN
Mekanisme Trauma
• Benda tumpul
– Pukulan langsung, seperti kontak dengan kemudi, atau setang
sepeda  kompresi  menghancurkan organ abdominopelvic
dan tulang panggul
– Dapat merusak organ solid maupun berongga ruptur dengan
perdarahan  peritonitis
– Shearing injury  terjadi ketika perangkat menahan diri
dikenakan tidak tepat (seat belt)
• Ledakan
– Terjadi melalui beberapa mekanisme, termasuk luka tembus
akibat fragmen dan cedera tumpul akibat terkena proyektil

ATLS Student Course Manual 2018


Mekanisme Trauma
• Penetrasi
– Luka tusuk dan luka tembak menyebabkan kerusakan jaringan
dengan laserasi dan merobek dan merobek.
– Luka tembak dengan energi tinggi  peningkatan kerusakan di
sekitar peluru karena ada kavitasi

ATLS Student Course Manual 2018


ATLS Student Course Manual 2018
Pemeriksaan Penunjang
•Laboratorium
– Hematokrit  tingkat dan waktu dari perdarahan, administrasi cairan
eksogen dan refill plasma endogen
– Hitung darah putih  normal/leukositosis
– Kimia  serum amilase, lipase, laktat

• ATLS Student Course Manual 2018


• Rosen’s Emergency Medicine Concepts and Clinical Practice
ATLS Student Course Manual 2018
ATLS Student Course Manual 2018
Rosen’s Emergency Medicine Concepts and Clinical Practice
Rosen’s Emergency Medicine Concepts and Clinical Practice
Rosen’s Emergency Medicine Concepts and Clinical Practice
Pelvic Trauma
Tanda & Gejala
• Hipotensi
• Instabilitas mekanik pelvis
• Pelvic fracture: urethral rupture (scrotal hematoma/ darah
dimeatus urethra), panjang ekstremitas yg tidak sama,
deformitas rotasional pada tungkai tanpa fraktur yg jelas
• Palpasi: krepitasi/ nyeri tekan

ATLS 2018
Mekanisme
• AP compression injury  Hemipelvis endorotasi (mengurangi
pelvic volume & tegangan struktur
 Kecelakaaan ( tabrakan sepeda vascular pelvis), karena endorotas
motor/ bagian depan mobil) pubis dapat terdorong ke bawah &
 Hemipelvis eksorotasi, symphysis melukai VU/ uretra
pubis terpisah, complex ligament  Perdarahan jarang menyebbakan
posterior robek kematian, tetapi dapat menyebbakan
 Cincin pelvis akan melebar, merobek morbiditas berat/permanen, dan
plexus venosus posterior & cabang pasien lansia dapat mengalami
arteri iliaca interna  perdarahan perdarahan cukup banyak (minor
trauma dapat menjadi perdarahan
• Lateral compression injury signifikan)
 Trauma langsung ke pelvis (tabrakan
kendaraan bemotor) • Vertical shear/
displacement of the
sacroiliac joint
 Jatuh dari ketinggian > 12 kaki (3,6
meter)
 Merusak pembuluh darah iliaca 
perdarahan berat
ATLS 2018  Fraktur mengganggu ligamentum
TATALAKSANA AWAL
• ABC
• Pelvic stabilization:
binder/ sheet
• IV crystalloid jika
shock hipovolemik

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
• X-Ray AP

ATLS 2018
Tatalaksana Definitif
KOMPLIKASI
• Morbiditas sementara/
permanen
• Mortalitas

PROGNOSIS
• Mortalitas pasien dgn semua
jenis fraktur pelvis: 1 diantara 6
orang (5 – 30%)
• Mortalitas pasien dgn closed
pelvic fracture & hipotensi: 1
diantara 4 orang (10 – 42%)
• Mortalitas pasien dgn open
pelvic fracture: 50%

ATLS 2018
Spinal Cord Trauma
Tanda & Gejala
• Pasien mengeluh sakit leher/ •
Incomplete lesions: prognosis
punggung, pada palpasi lebih baik, masih terdapat
mungkin ditemukan nyeri/ beberapa aktivitas neurologis
abnormalitas tulang dibwah saraf yg terkena, tetapi
diagnosis awalnya bisa tertutup
• Unstable spinal fracture:
spinal shock
parestesia, distesia,
• Spinal shock: depresi/
kelemahan, inkontinensia urin/
alvi, retensi urin, dan gangguan
hilangnya spinal reflex
sensorik lain dengan atau sementara dibawah saraf yg
tanpa temuan pemeriksaan terkena. Durasi selama harian –
fisik spesifik mingguan menyebabkan
sulitnya membedakan lesi
• Pasien dengan trauma yg lebih
komplit & inkomplit
berat dapat menunjukkan
gejala deficit neurologis • Neurogenic shock: hilangnya
inervasi sensorik yg
• Complete spinal cord lesions:
menyebabkan bradikardi &
karakteristik berupa hilangnya
fungsi sensorik & motor hipotensi. Perdarahan harus
dibawah saraf yg terkena dieksklusi terlebih dahulu.
• Spinal cord injury without
radiographic abnormality
(SCIWORA): paling sering
ditemuan pada populasi
pediatric. Mati rasa,
paresthesia & keluhan
neurologis lain dengan foto
polos & Ct normal perlu
dievaluasi lebih lanjut dengan
Tintinalli’s Emergency Medicine Manual
MRI
Rosen’s
Emergency
Medicine.
2017

Tintinalli’s Emergency Medicine Manual


Diagnosis
• Evaluasi Neurologis:
sensorik, motorik, spinal
reflex
• Radiologis: X-Ray, CT, MRI

Diagnosis Banding
• Defisiensi sensorik &
motorik akibat lesi saraf
perifer
• Lesi ligament pada
SCIWORA
• Muscle contusion & strain
pada area leher, thorax &
lumbosacral

Rosen’s Emergency Medicine. 2017


Tintinalli’s
Emergency
Medicine
Manual 2018

Rosen’s
Emergency
Medicine.
2017
ATLS
Rosen’s
Emergency
Medicine. 2017
Tatalaksana Awal
• ABC
• Spinal motion restriction: rigid cervical collar, long
spine board
• IV kristaloid: mengatasi hipotensi (shock neurogenic/
hipovolemik),MAP dipertahankan 85-90 mmHg 7 hari
pertama
• Kateter urin: monitoring urin output dan mencegah
distensi VU
Tatalaksana Spesifik
Bedah: mengatasi gangguan spinal cord yg diebabkan benda
asing, herniasi diskus, fragmen fraktur tulang atau epidural
hematoma; stabilisasi trauma tulang berat; mengurangi
dislokasi vertebra

Rosen’s
Emergen
cy
Medicin
e. 2017
KOMPLIKASI
• Kematian
• Gangguan pernapasan
• Sepsis

Rosen’s Emergency Medicine. 2017


Patofisiologi
• Neurogenic Shock
 Injury spinal cord setingkat vertebra cervical/
thoracal  denervasi simpatis perifer  penurunan
sympathetic arterial tone vasodilatasi pembuluh
darah visceral & perifer  blood pooling hipotensi
 Injury spinal cord setingkat T1 – T4  denervasi
parasimpatis ke jantung  bradikardi
• Spinal cord injury setingkat vertebra cervical/ thoracal
 paralisis m. intercostalis & diafragma  hipoventilasi

Tintinalli’s Emergency Medicine Manual 2018


THERMAL INJURIES (BURN INJURY)
Primary survey
Stop the burning process
• Pakaian yang terbakar harus segera
dilepaskan, kecuali yang melekat
(bahan sintetis)
• Sikat bahan kimia kering pada luka ps,
hindari kontak langsung dengan
bahan tersebut, dekontaminasi area
luka bakar dengan cara bilas
menggunakan irigasi saline hangat
atau air hangat
• Kalau prosesnya sudah berhenti
Tutup dengan linen yang hangat,
bersih, kering menghindari
hipotermi
Airway
• Identifikasi apakah ada obstruksi
– Direct: inhalation injury
– Edema masif

ATLS. 10th edition.


Adequate ventilation Manage circulation with burn shock
resuscitation
• Cedera langsung jalan napas
• Resusitasi luka bakar diperlukan
bagian bawah sangat jarang, untuk mengganti kebocoran kapiler
biasanya hanya terjadi setelah karrena proses peradangan
terappar uap yang sangat • Burn resuscitaion: deep partial and
panas atau terhirup gas yang full thickness > 20%
mudah terbakar. • Akses IV dengan 2 kaliber besar (min
• 3 masalah umum: 18 gauge) pada vena perifer
Usahakan pada ekstremitas atas
– Hipoksia: oksigen dengan atau Akses IV dilakukan pada kulit yang tidak
tanpa inhalasi terbakar
– keracunan CO: oksigen 100%,ETT • Infus dengan kristaloid isotonik, bisa
– cedera inhalasi asap: suportif dengan ringer laktat.
• Target: output urin terpenuhi

ATLS. 10th edition.


Assessment
• History
– Riwayat luka dalam atau fraktur saat terjadi
kebakaran, lama waktu luka bakar
– Riwayat penyakit terdahulu dan
pengobatan, alergi.
– Status imunisasi tetanus
– Riwayat dicocokan dengan pola luka
bakar tidak sesuai pertimbangkan
penyiksaan baik pada anak maupun dewasa
• Body surface area

ATLS. 10th edition.


• Depth of burn
– Superficial (first degree)burns: sunburns
Tanda: eritema dan nyeri, tidak melepuh.
– Partial thickness burn
• Superficial partial thickness: lembab, hipersensitif (bahkan thdp udara),
potensi melepuh, merah muda homogen dan pucat jika disentuh
• Deep partial thickness: lebih kering, nyeri lebih ringan, potensi
melepuh, tampilannya merah atau berbintik-bintik, tidak memucat jika
disentuh
– Full thickness burns
• Leathery, kulit tampak translusen atau putih spt lilin. Permukaannya
tidak nyeri dengan sentuhan ringan atau pin-prick, dan umumnya kering
• Ketika epidermis dihilangkan, dermis awalnya akan merah tetapi tidak
memucat ketika diberi tekanan. Dermis biasanya kering dan tidak
mengeluarkan cairan
• Semkain dalam luka bakar, kelenturan dan elastisitas semakin < 
bengkak tampak <

ATLS. 10th edition.


ATLS. 10th edition.
Secondary survey

• Baseline determinations for patiens with major burns


• Peripheral circulation in circumferential extermity
burns
• Gastric tube insertion
• Narcotics, analgesics, sedative
• Wound care
• Tetanus

ATLS. 10th edition.


burn injuries
Chemical burns Electrical burns
• Paparan: zat asam, alkali, • Kontak dengan sumber
dan produk petrolum daya listrik
• Acidic burns: nekrosis • Severe kontraktur pada
koagulasi sekitar jaringan ekstremitas yang
• Alkali burns: penetrasi terkena prlu
lebih dalam dengan fasciotomies
nekrosis likenifikasi
jaringan

ATLS. 10th edition.


Tar Burn Burn patterns indicating abuse
• Temperatur dapat mencapai • Luka bakar melingkar
232°C . dengan tepi yang jelas
• Tar dapat meninfiltrasi dapat dicurigai  mungkin
pakaian rokok atau benda panas lain
• T: pendinginan cepat dari (co/: setrika)
tar dan perwatan untuk
menghindari trauma lebih
lanjut saat melepas tar

ATLS. 10th edition.


Trauma Inhalasi
Pulmonary Irritants

Gas iritasi paru merupakan kelompok agen


yang besar dan beragam yang menghasilkan
sindrom toksikologi umum ketika mereka
dihirup dalam konsentrasi sedang.
Tanda & Gejala
• Gas yang larut dalam air dengan cepat berdampak pada membran mukosa
mata (lakrimasi) dan saluran udara bagian atas (nasal burning, cough).
Paparan besar atau berkepanjangan dapat menyebabkan edema laring,
spasme laring, bronkospasme, atau sindrom gangguan pernapasan akut
(ARDS) yang mengancam jiwa.

• Gas yang kelarutan dalam airnya buruk tidak mudah mengiritasi membran
mukosa pada konsentrasi rendah dan beberapa memiliki bau yang harum.
Paparan yang berkepanjangan di lingkungan beracun memberikan waktu
untuk gas mencapai jauh ke dalam alveoli.

• Efek awal mungkin ringan dan dapat berkembang menjadi kegagalan


pernapasan yang jelas dan ARDS selama 24 hingga 36 jam berikutnya.
Pemeriksaan
• Oksigenasi dan ventilasi dinilai dengan auskultasi dada, pulse
oximetry, dan kontnografi kontinyu.

• Radiografi dada diindikasikan untuk pasien yang mengalami batuk,


dispnea, hipoksia, atau temuan abnormal, seperti rales atau
wheezes, pada pemeriksaan fisik.

• ABG(Arterial Blood Gas) untuk pasien yang memiliki gejala lebih


berat, hipoksia, atau tidak cepat membaik dengan terapi yang
tepat.

• Laringoskopi
Tatalaksana
• Bronkospasme  agonis beta-adrenergik inhalasi dalam dosis
biasa.

• Pasien yang terpapar gas klorin atau hidrogen klorida 


larutan natrium bikarbonat 2% nebulisasi.
– Encerkan volume tertentu larutan natrium bikarbonat standar 8,4%
dengan tiga volume air steril yang setara, dan pemberian dengan
peralatan nebulizer standar.
Patofisiologi
• Gas-gas iritan terlarut di mukus saluran pernafasan dan
mengubah interface udara-paru dengan memicu iritasi atau
inflamasi  kebanyakan dari mereka menghasilkan produk
asam atau basa, tetapi beberapa menghasilkan radikal bebas
yang berasal dari oksigen yang menghasilkan toksisitas sel
langsung.
Carbon Monoxide

Karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna,


tidak berbau, tidak mengiritasi yang menggantikan
oksigen dari hemoglobin, menyebabkan hipoksia
jaringan awal dan kerusakan neurologis yang tertunda.
Pemeriksaan
• Co-oximetry  dapat membedakan antara
hemoglobin normal dan COHb (dan MetHb),
mengkonfirmasi paparan CO.
Tatalaksana
1. Mulailah perawatan dengan konsentrasi oksigen tambahan
tertinggi yang tersedia (mis., 100% oksigen melalui sungkup
muka dengan reservoir) dan lanjutkan hingga pasien tidak
menunjukkan gejala. Berikan pemantauan terus menerus
terhadap tanda-tanda vital, denyut jantung. Menetapkan
akses IV.
2. Hyperbaric oxygen therapy (HBO)
Patofisiologi

CO berinteraksi dengan deoxyhemoglobin untuk membentuk COHb,
yang tidak dapat membawa oksigen. Hemoglobin mengikat CO dengan
erat dan membentuk kompleks yang hanya secara perlahan reversibel.

• Dalam otot, CO mengikat mioglobin, mencegah fungsi normalnya, dan


ini mungkin menjelaskan perkembangan rhabdomyolysis atraumatik.

• Yang paling penting, CO mempengaruhi penggunaan oksigen seluler di


tingkat jaringan. CO, mirip dengan sianida, menghambat kompleks
sitokrom akhir yang terlibat dalam fosforilasi oksidatif mitokondria. Hal
ini menghasilkan perubahan pada metabolisme anaerobik dan akhirnya
pada kematian seluler.
Smoke Inhalation
Tanda dan Gejala
• Trauma laring yang diinduksi oleh thermal dan iritan
menyebabkan batuk, perubahan suara, atau stridor, tetapi
temuan ini sering tertunda.

•  Iritasi racun di saluran napas dapat menyebabkan batuk,


dyspnea, dan bronkospasme.  

• Selanjutnya peradangan saluran napas  ARDS dengan


kegagalan pertukaran gas paru.
Pemeriksaan
• Jika bukti paparan saluran napas yang signifikan hadir, seperti
sputum karbonat atau suara serak, jalan napas harus diperiksa
dengan laringoskopi rigid atau fleksibel.

• Cedera paru  auskultasi dan radiografi dada untuk tanda-


tanda pengisian alveolar atau hiperinflasi.

• Oksigenasi  co-oximetry. Co-oximetry akan memberikan


tingkat blood carboxyhemoglobin (COHb).
Tatalaksana
• Pemeriksaan awal jalan nafas dan intubasi dini.  

• Direkomendasikan setidaknya satu dosis agonis beta-adrenergik untuk pasien dengan


gejala bronkospasme.

• Perawatan suportif yang optimal dan pemeliharaan oksigenasi yang adekuat


merupakan aspek perawatan yang paling penting. Bronkoskopi dengan
bronchoalveolar lavage sering direkomendasikan untuk membersihkan racun dari
saluran udara bagian distal.

• Antibiotik hanya boleh digunakan pada pasien yang diduga terinfeksi.

• Kami tidak merekomendasikan penggunaan kortikosteroid, dengan inhalasi atau


sistemik, karena tidak ada bukti manfaat dan mereka berpotensi berbahaya pada
pasien dengan luka bakar kulit.
Sianida & Hidrogen Disulfida
Tanda & Gejala
• Disfungsi jantung dan sistem saraf pusat - sistem organ yang
paling sensitif terhadap hipoksia - adalah karakteristik
keracunan sianida, dimanifestasikan sebagai koma, kejang,
disritmia, dan kolaps kardiovaskular.

• Asidosis metabolik berkembang sebagai akibat dari disfungsi


seluler difus dan berhubungan dengan peningkatan
konsentrasi laktat serum.
Pemeriksaan
• Oksimeter denyut dan analisis ABG.  

• Anion gap asidosis metabolik meningkat dan peningkatan


konsentrasi serum laktat biasanya ada. Konsentrasi laktat
lebih besar dari 10 mmol / L.

• Kehadiran temuan klinis yang parah dengan tingkat COHb


yang rendah  keracunan sianida.
Tatalaksana

Efek merugikan yang


diketahui dari
hydroxocobalamin adalah
ringan dan termasuk
hipertensi pada mereka yang
tidak teracuni sianida dan
perubahan warna merah
terang pada kulit pasien.
Dokter yang tidak
berpengalaman sering salah
mengartikan efek samping
ini sebagai reaksi “alergi”
untuk obat itu.
Tatalaksana
• Karena ikatan antara hidrogen sulfida dan
oksidase sitokrom cepat reversibel,
pemindahan dari paparan dan teknik
resusitasi standar biasanya cukup untuk
membalikkan toksisitas hidrogen sulfida.

Sodium tiosulfat, diberikan tanpa nitrit, atau hidroksokobalamin


harus diberikan kepada semua korban inhalasi asap dengan
koma, hipotensi, asidosis berat, atau kolaps kardiovaskular di
mana keracunan sianida tidak dapat dikeluarkan dengan cepat.

Anda mungkin juga menyukai