Anda di halaman 1dari 7

-Scenario

Laki-laki 63 tahun datang dengan keluhan lemah anggota gerak sebelah kiri dan
bicara pelo sejak tadi pagi bangun tidur

-Anamnesis: berdiri,trauma,pingsan,muntah,sakitkepala(-) , hipertensi tidak


terkontrol 7th lalu

-TTV: Compos Mentis, Keadaan sakit sedang, TD=190/110, Nadi:84x/mnt(N), suhu


36,5c(N), RR:18x/menit(N)

-PF: pupil= Reflek cahaya (+)

Saraf kranial: parese n7, 12 sinistra central

Motoric: hipertonus extremitas kiri tangan dan kaki lbih lemah dari kanan

Sensorik: normal, saraf otonom N

Reflek fisiologis hiperreflek kiri reflek patof hiperreflek kiri

-PP: HB: 14 ht 38% leukosit 7800 trombosit 250Rb GDS:140(naik) koles:280(naik)


kalium:4,5(N) Kalisium 9(N)

Ct scan kepala lesi hipoden di korteks cerebri kanan

Foto thorax cardiomegaly


WD stroke iskemik ec thrombosis (dikarenakan dari gejala yang ada seperti
hipertensi tak terkontrol, kolesterol meningkat sehingga dari gejala ini kemungkinan
besar maka yang terjadi adalah darah yang terhambat karna ada thrombus bisa
berupa aterosklerosis/hiperkoagulasi/arteritis))

DD

stroke iskemik ec emboli (Stroke embolik berkembang setelah oklusi arteri oleh emboli
yang terbemtuk di luar otak. Secara umum embolus yang menyebabkan stroke adalah jantung
setelah infark miokardium atau fibrilasi atrium, dan embolus yang merusak arteri karotis
komunis atau aorta)

stroke hemoraghik

Patofisiologi

Stroke trombotik terjadi akibat oklusi aliran darah, biasanya karena aterosklerosis berat. Sering
kali, individu mengalami satu atau lebih serangan iskemik sementara (transient ischemic attack,
TIA) sebelum stroke trombotik yang sebenarnya terjadi. TIA adalah gangguan fungsi otak
singkat yang reversibel akibat hipoksia serebral. TIA mungkin terjadi ketika pembuluh darah
aterosklerotik mengalami spasme, atau saat kebutuhan oksigen otak meningkat dan kebutuhan ini
tidak dapat dipenuhi karena aterosklerosis yang berat. Berdasarkan definisi TIA berlangsung
kurang dari 24 jam. TIA sering menunjukkan kemungkinan terjadinya stroke trombotik yang
sebenarnya.

Ketika arteri tersumbat secara akut oleh trombus atau embolus, maka area SSP yang diperdarahi
akan mengalami infark jika tidak ada perdarahan kolateral yang adekuat. Di sekitar zona nekrotik
sentral terdapat penumbra iskemik yang tetap viabel untuk suatu waktu, artinya fungsinya
dapat pulih jika aliran darah baik kembali.

-manifestasi klinik

1. arteri serebri anterior : menyebabkan hemiparesis dan hemipistesi


kontralateral yang terutama melibatkan tungkai
2. arteri serebri media : menyebabkan hemiparesis dan hemipestesi
kontralateral yang terutama mengenai lengan disertai gangguan fungsi luhur
berupa afasia (bila mengenai area otak dominan) hemipastial neglect (bila
mengenai area otak nondominan)
3. arteri serebri posterior : menyebabkan hemianopsi homonim atau
kuandratanopsi kontralateral tanpa disertai gangguan motorik dan sensoris.
Gangguan daya ingat terjadi bila terjadi infark pada lobus temporalis medial.
Aleksia tanpa agrafia timbul bila infark terjadi pada korteks visual dominan
dan splenium korpus kalosum. Agnosia dan prosopagnosia (ketidakmampuan
mengenali wajah) timbul akibat infark pada korteks temporooksipitalis inferior
4. Korteks : Gejala terlokalisasi, mengenai daerah lawan dari letak lesi,
hilangnya sensasi kortikal (stereonogsis, diskriminasi 2 titik), kurang
perhatian terhadap rangasang sensorik
5. Kapsula : Lebih luas, sensasi primer menghilang, bicara dan penglihatan
mungkin terganggu.
6. Batang otak : menyebabkan gangguan saraf kranial seperti disartria, diplopia,
dan vertigo ; gangguan serebelar seperti ataksia atau hilang keseimbangan;
penurunan kesadaran
7. Infark lakunar merupakan merupakan infark kecil dengan klinis gangguan
murni motorik atau sensorik tanpa disertai gangguan fungsi luhur.

Penatalaksanaan

Farmakologi

Anti-platelet agents
spirin

range dosis dari 50 mg 325 mg/ hari

(1) Klopidogrel

bahwa 75 mg per hari

Anticoagulant

(1) Warfarin

Dosis awalnya ialah 2-5 mg IV tiap hari selama 2 hari

Dosis rumatan berkisar antara 2-10 mg/hari.

Thrombolytics
(1) Alteplase

fibrinolitik

Pemberian dilakukan secara intravena 0,9 mg/kg (maksimum 90 mg) dalam 60 menit dengan
10% dosis diberikan sebagai bolus dalam 1 menit

Non farmakologi

- Antiplatelet : asam salisilat (Aspirin) 160-320 mg/hari, diberikan 48 jam setelah


awitan stroke atau clopidogrel 75mg/hari
- Berikan obat neuroprotektif
Nutrisi pasien diperhatikan

- Hidrasi intravena : Koreksi dengan NaCl 0.9% jika hipovolemik

Neurorehabilitasi : Secepatnya setelah pasien melewati masa kritis,

- Hiperglikemi : koreksi dengan insulin skala luncur. Bila stabil, beri insulin
reguler subkutan

Rehabilitas Mental

pada keadaan khusus (keasadaran menurun)

Perawatan kandung kemih

Komplikasi akut .4
Kenaikan tekanan darah
Kadar gula darah

Gangguan Jantung

- Infeksi kandung kemih, infeksi dan sepsis merupakan komplikasi strok yang
serius
Komplikasi kronis.4,10
Pasien memiliki resiko penurun kognitif dan dimensia yang semakin meningkat

- serta berbagai akibat imobilisasi lainnya.


- Gangguan sosial-ekonomi
- Gangguan psikologis
Akibat tirah baring lama di tempat tidur bisa menjadi pneumonia, dekubitus,
inkontinensia

Komplikasi akut .4
Kenaikan tekanan darah

Kadar gula darah

Gangguan Jantung

- Infeksi kandung kemih, infeksi dan sepsis merupakan komplikasi strok yang
serius
Komplikasi kronis.4,10
Pasien memiliki resiko penurun kognitif dan dimensia yang semakin meningkat

- serta berbagai akibat imobilisasi lainnya.


- Gangguan sosial-ekonomi
- Gangguan psikologis
Akibat tirah baring lama di tempat tidur bisa menjadi pneumonia, dekubitus,
inkontinensia

Prognosis tergantung dari tingkat keparahan stroke, lokasi, dan ukuran perdarahan.
Nilai GCS yang rendah menandakan prognosis yang buruk dengan tingkat kematian
yang tinggi. Bertambah besarnya volume hematoma menyebabkan penurunan
tingkat fungsional dan peningkatan tingkat mortalitas.Adanya darah pada ventrikel
meningkatkan tingkat mortalitas. Pada suatu penelitian, adanya perdarahan
intraventrikular meningkatkan kemungkinan kematian 2x lipat. Pasien perdarahan
intraserebral karena penggunaan terapi antikoagulan memiliki tingkat mortalitas
yang lebih tinggi dan penurunan kemampuan fungsionalnya.

Pencegahan
Banyak pendeita stroke yang meninggal, menjadi cacat atau invalid seumur hidup.
Stroke dapat dicegah, setidak-tidaknya dapat diundur waktu munculnya dengan
berbagai pencegahan, antara lain:

a. Pencegahan primer
Memasyarakatkan gaya hidup sehat bebas rokok :

-Menghindari : rokok, stress mental, alcohol, kegemukan, konsumsi garam


berlebih,obat-obatan golongan amfetamin, kokain, dan sejenisnya.
- Mengurangi : kolesterol dan lemak dalam makanan
-Mengendalikan : hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung misalnya fibrilasi
atrium, infark miokard akut, penyakit jantung reumatik, penyakit vaskuler
arteriosklerotik lainnya.
b. Pencegahan sekunder
1. Modifikasi gaya hidup beresiko stroke dan faktor resiko, misalnya :
- Hipertensi : diet, obat antihipertensi
- Diabetes melitus : diet, obat hipoglikemik oral
- Penyakit jantung aritmia nonvalvular (antikoagulan oral)
- Dislipidemia : diet rendah lemak dan obat anti dislipidemia
- Hiperurisemia : diet dan antihiperurisemia
- Hindari alkohol, kegemukan, kurang olahraga
- Berhenti merokok
2. Melibatkan peran serta keluarga seoptimal mungkin.
Pencegahan stroke merupakan suatu tujuan utama dari program kesehatan.
Pengenalan faktor resiko dan tindakan untuk menghilangkan dan menurunkan
berbagai akibat yang ditimbulkannyamerupakan upaya utama guna mengurang
tingkat kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh stroke. 4,10

Kesimpulan

Stroke adalah penyakit serebrovaskular mangacu pada setiap gangguan neurologic


mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui
system suplai arteri otak. Stroke dibagi menjadi dua, yaitu stroke iskemik dan
hemoragik. Stroke iskemik bisa trombotik atau embolik. Stroke hemoragik dapat
intraserebral atau subarachnoid. Pasien pada kasus di atas menderita stroke
iskemik dengan sebab utamanya adalah arteriosklerosis. Oleh karena itu
pentingnya dalam melakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang dengan tepat sehingga dapat menentukan jenis dan dimana lokasi dari
stroke tersebut. Pemeriksaan penunjang yang sangat dianjurkan adalah CT-scan dan
atau MRI karena karena cepat dan efisien. Penatalaksanaan yang cepat pada pasien
stroke akan sangat menentukan kesembuhan pasien dengan serangan stroke.

Anda mungkin juga menyukai